Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN KEPERAWATAN

MANAGEMEN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

1. DELLA PUSPITA (1914301045)


2. MULYA TRIANISA (1914301046)
3. BELLA ARYANTO HASIBUAN (1914301047)
4. GANDES ZAHRA KHARISMA (1914301048)
5. DIAN ANIS SANI (1914301049)
6. ALIFA AL HAMMAMI (1914301050)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI SARJANA TERAPAN

SARJANA TERAPAN TINGKAT 3 REGULER 1

T.A 2022
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai
macam nikmat, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
dasar manajemen model asuhan keperawatan profesional” ini.

Penyusun menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan


kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman
yang penyusun miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu
penyusun dengan membimbing dan mengarahkan, serta menyediakan dokumen atau
sumber informasi, dan memberikan masukan pemikiran.

Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan serta
kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, 25 Februari 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................2
1.1 Latar Belakang................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................3
1.3 Tujuan..............................................................................................3
1.4 Manfaat Makalah

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1. Pengertian MAKP.............................................................................................4
2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dalam Perubahan MAKP..............................6
2.3 Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional.......8
2.4 Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP) ........................................8
2.5 Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan ..................................9
2.6 Penghitungan Beban Kerja...............................................................................12
2.7 Aplikasi Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP) ................................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................19


3.1 Kesimpulan....................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam


menjalankan suatu kegiatan di organisasi.

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komperhensif serta
ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat secara
berkualitas (Kozier, 1995).

Menejemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf untuk


memberikan asuahan keperawatan secara profesional. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan
asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling
menopang dan berkesinambungan.

Banyaknya tuntutan dalam pengembangan pelayanan kesehatan di masyarakat


umum, termasuk didalamnya keperawatan, merupakan salah satu faktor yang harus
dipahami dan diperhatikan oleh tenaga perawat, sehingga perawat mampu bekerja
secara nyata dan diterima dalam memberikan pelayanan yang berkemanusiaan sesuai
ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki. Salah satu strategi untuk
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah
melakukan manajemen keperawatan dengan harapan, adanya pengelolaan yang sesuai
dan mampu mengefektifkan pembagian pelayanan keperawatan dengan lebih
menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.

Namun perlu disadari, tanpa adanya kerjasama dalam mewujudkan dan


mengelolanya, maka tulisan ini hanyalah menjadi teori semata. Untuk itu, penyusun
tertarik untuk membahas Konsep Dasar Manajemen Model Asuhan Keperawatan
Profesional.
4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaiman definisi asuhan keperawatan profesional MAKP?

2. Apa saja faktor yang berhubungan dalam perubahan MAKP?

3. Bagaimana metode pengelolaan sistem pemberian asuhan keperawatan


professional dan metode penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan?

4. Bagaimana cara penghitungan beban kerja serta aplikasi MAKP?


1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk menjelaskan definisi metode asuhan keperawatan profesional (MAKP).


2. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan
MAKP.

3. Untuk menjelaskan metode pengelolaan sistem pemberian asuhan keperawatan


professional dan metode penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan.

4. Untuk menjelaskan cara penghitungan beban kerja serta aplikasi MAKP.

1.4 Manfaat Makalah

Adapun manfaat dari makalah ini, yaitu untuk memberikan wawasan pada setiap
pembaca khususnya perawat tentang konsep dasar manajemen model asuhan
keperawatan profesional dengan harapan bisa menerapkannya dalam dunia pekerjaan
sesuai dengan teori yang diuraikan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian MAKP

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur,


proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut (Hoffart & Woods, 1996).

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah sebuah sistem yang


meliputi struktur, proses, dan nilai profesional yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur lingkungan untuk
menunjang asuhan keperawatan sebagai suatu model berarti sebuah ruang rawat dapat
menjadi contoh dalam praktik keperawatan profesional di Rumah Sakit (Sitorus,
2006).

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi bahan
pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Definisi
tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas
produk/ jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut
sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen (mandiri), maka tujuan
pelayanan kesehatan/ keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan
dapat terwujud (Nursalam, 2014).

2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dalam Perubahan MAKP

1.Kualitas Pelayanan Kesehatan

Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan, selalu bicara mengenai


kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:

a. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/ konsumen;


b. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi;
6
c. Mempertahankan eksistensi institusi;
d. Meningkatkan kepuasan kerja;
e. Meningkatkan kepercayaan konsumen/ pelanggan;
f. Menjalankan kegiatan sesuai aturan/ standar.

2. Standar praktik keperawatan

Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oleh Depkes RI (1995)


yang terdiri atas beberapa standar. Menurut JCHO: Joint Commission on
Accreditation of Health Care Organisation (1999: 1; 4: 249-54) terdapat 8
standar tentang asuhan keperawatan yang meliputi (Novuluri, 1999; 4: 249-
54):

a. Menghargai hak-hak pasien;


b. Penerimaan sewaktu pasien masuk Rumah Sakit (SPMRS)
c. Observasi keadaan pasien;
d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi;
e. Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif;
f. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif;
g. Pendidikan kepada pasien dan keluarga;
h. Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan.
i. Penerimaan sewaktu pasien masuk Rumah Sakit (SPMRS)
j. Observasi keadaan pasien;
k. Pemenuhan kebutuhan nutrisi;
l. Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif;
m. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif;
n. Pendidikan kepada pasien dan keluarga;
o. Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan

3. Model Praktik
a. Praktik keperawatan Rumah Sakit
Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan praktik keperawatan di Rumah Sakit dengan sikap dan
kemampuannya.

b. Praktik keperawatan rumah


Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan/ asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan Rumah
Sakit.

7
c. Praktik keperawatan berkelompok

Bentuk praktik keperawatan ini dipandang perlu di masa depan, karena


adanya pendapat bahwa rawat Rumah Sakit perlu dipersingkat, mengingat
biaya perawatan di Rumah Sakit diperkirakan akan terus meningkat.

d. Praktik keperawatan individual

Bentuk praktik keperawatan ini sangat diperlukan oleh kelompok/


golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan
kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah.

2.3 Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh


pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan iptek, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus
efektif dan efisien.

Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Mc


Laughin, Thomas, & Barterm (1995) mengidentifikasi delapan model pemberian
asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah
asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan keperawatan primer.

Terdapat 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan


keperawatan (Marquis & Huston, 1998: 143).

A. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)

a. Sesuai visi dan misi institusi

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus


didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
8
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan


asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan
keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.

c. Efisien dan efektif penggunaan biaya

Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan


efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya
suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan
didapat hasil yang sempurna.

d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga, dan masyarakat

Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien


terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang
baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan
pelanggan.

e. Kepuasan kinerja perawat

Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan


kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam
pelaksanaanya.

f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan


lainnya

Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab


merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan
keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal
yang baik antara perawat dengan tenaga kesehatan lainnya

9
2.4 Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)

Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:

a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan


keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada
saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka
setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi (misalnya,
merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di bangsal.

Kelebihan:

1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang


jelas, dan pengawasan yang baik;

2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;

3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan


perawat pasien diserahkan pada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.

Kekurangan:

1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;

2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses


keperawatan;

3) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan


keterampilan saja.

1
0
b. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/ grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang
saling membantu.

Kelebihan:

1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;

2)Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;

3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi


dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kekurangan:

Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk


konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

c. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer

Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan


terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat.

Kelebihan:

1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif;

2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil


dan memungkinkan pengembangan diri;
1
1
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah
sakit (Gillies, 1989).

Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan


karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang
diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga
merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan
komprehensif.

Kekurangan:

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan


pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinis, akuntabel, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai displin
ilmu.

d. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus

Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu


perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau
untuk keperawatan khusus seperti: isolasi, intensive care.

Kelebihan:

4) Perawat lebih memahami kasus per kasus;


5) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.

Kekurangan:

1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab;


2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama

1
2
2.5 Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan

Berikut ini akan dipaparkan beberapa pedoman dalam penghitungan kebutuhan


tenaga keperawatan di ruang rawat inap.

1. Metode rasio

Metode perhitungan dengan cara rasio menggunakan jumlah tempat tidur


sebagai pembanding dari kebutuhan perawat yang diperlukan dan sering
digunakan karena sederhana dan mudah. Namun, ada kelemahannya yaitu
hanya mengetahui jumlah perawat secara kuantitas tetapi tidak bisa
mengetahui produktivitas perawat dan kapan tenaga perawat tersebut
dibutuhkan oleh setiap unit Rumah Sakit.
2. Metode need
Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja. Untuk
menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis pelayanan
yang diberikan kepada pasien selama di Rumah Sakit.

3. Metode demand

Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang


memang nyata dilakukan oleh perawat.

4. Menghitung tenaga perawat berdasarkan Full Time Equivalent (FTE)

Konsep ini didasarkan bahwa seorang perawat bekerja penuh waktu dalam
setahun, artinya bekerja selama 40 jam/minggu atau 2.080 jam dalam periode
52 minggu. Jumlah waktu tersebut meliputi waktu produktif maupun
nonproduktif, sedangkan yang dipertimbangkan hanya waktu produktif yang
digunakan untuk perawatan pasien yang didasarkan pada tingkat
ketergantungannya karena akan mempengaruhi jumlah jam perawat yang
dibutuhkan

1
3
2.6 Penghitungan Beban Kerja

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat
antara lain :

1. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/ bulan/ tahun di unit tersebut

2. Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien

3. Rata-rata hari perawatan

4. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung dan pendidikan


kesehatan

5. Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan pasien

6. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan


kesehatan.

Ada tiga cara dapat digunakan untuk menghitung beban kerja secara personel
antara lain sebagai berikut.

1.Work sampling

Teknik ini digunakan pada dunia industri untuk melihat beban kerja yang
dipangku oleh personel pada suatu unit, bidang maupun jenis tenaga tertentu.

Pada teknik work sampling kita akan mendapatkan ribuan pengamatan


kegiatan dari sejumlah personel yang kita amati. Oleh karena besarnya jumlah
pengamatan kegiatan penelitian akan didapatkan sebaran normal sampel
pengamatan kegiatan penelitian. Artinya data cukup besar dengan sebaran
sehingga dapat dianalisis dengan baik. Jumlah pengamatan dapat dihitung.

2. Time and motion study

Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan
yang dilakukan oleh peringkat kusonel yang sdang kita amati. Melalui teknik
ini akan didapatkan beban kerja personel dan kualitas kerjanya.

1
4
Penelitian dengan menggunakan teknik ini dapat digunakan untuk melakukan
evaluasi tingkat kualitas suatu pelatihan atau pendidikan yang bersertifikat
atau bisa juga digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu metode yang
ditetapkan secara baku oleh suatu instansi seperti rumah sakit.

3. Daily log

Daily log atau pencatatan kegiatan kegiatan sendiri merupakan bentuk


sederhana work sampling yaitu pencatatan dilakukan sendiri oleh personel
yang diamati. Pencatatan meliputi kegiatan yang dilakukan dan waktu yang

diperlukan untuk melakukan kegiatan tersebut. Menuliskan secara rinci


kegiatan dan waktu yang diperlukan merupakan kunci keberhasilan dari
pengamatan dengan daily log.

1
5
2.7 Aplikasi Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)

Perubahan model sistem pemberian asuhan keperawatan sejalan dengan


perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia, model
sistem asuhan keperawatan juga harus berubah menuju praktik keperawatan
profesional. Model sistem asuhan keperawatan yang dapat dikembangkan adalah
metode tim, primer, kasus dan gabungan (moduler) (Nursalam, 2014).

Berikut langkah-langkah pengelolaan MAKP:

7. Pengumpulan data

Pengumpulan data bisa didapatkan dari sumber daya manusia (M1-Man),


jumlah tenaga di ruangan Rumah Sakit, kebutuhan tenaga, penghitungan BOR
(Bed Occupacy Rate), diagnosis penyakit terbanyak, dan penghitungan beban
kerja perawat.

8. Analisis SWOT

Pada analisis SWOT ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

a. Pengisian item IFAS dan EFAS.

Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen


yang ada dalam pengumpulan data. Data tersebut dibedakan menjadi 2,
yaitu IFAS (internal factors) yang meliputi aspek Weakneses serta
Strength dan faktor EFAS (external factors) yang meliputi aspek
Opportunity serta Threatened.

b. Bobot

Pemberian bobot berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi


perusahaan/ Rumah Sakit.

c. Peringkat (Rating)
Data rating didapatkan berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan
pengukuran langsung.

1
6
3. Identifikasi Masalah

Identifikasi setiap masalah berdasarkan ketenangan (M1), sarana dan


prasarana (M2), Metode (M3), prioritas masalah, dan mutu (M5).

4. Perencanaan (rencana strategis)

a. Pengertian

Supriyanto dan Damayanti (2007) menjelaskan perencanaan strategis


merupakan bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu
perencanaan sebagai tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap
tuntutan. atau masalah atau perubahan yang ada di lingkungan organisasi
sehingga organisasi dapat melakukan tindakan adaptif dalam tuntutan
perubahan.

b. Penyusunan perencanaan strategis

Proses perencanaan strategis meliputi tiga tahap yaitu:

1) Perumusan yang meliputi pembagian misi, penentuan tujuan utama,


penilaian lingkungan eksternal dan internal dan evaluasi serta
pemilihan alternative;

2) Penerapan; dan

3) Pengendalian.

c. Indikator perencanaan strategis

Supriyono dan Damayanti (2007) menyatakan bahwa perencanaan


strategis yang berhasil efektif dan efisien dapat didasarkan pada:

1) Pemahaman, visi, misi, dan tujuan organisasi;

2) Pemahaman lingkungan eksternal organisasi (peluang dan ancaman);

3)Pemahaman kemampuan sumber daya internal (kekuatan dan


kelemahan)

1
7
4) penguasaan manajemen efektif, dan dapat dipengaruhi oleh budaya
organisasi.

d. Faktor yang mempengaruhi perencanaan strategis

Menurut Asmarani (2006) ada tiga faktor yang mempengaruhi


perencanaan strategis, di antaranya:

1) Faktor manajerial

2) Faktor lingkungan

3) Budaya organisasi

5. Pelaksanaan

Penerapan MAKP sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagaimana


tertuang dalam GANN chart.

6. Evaluasi

e. Evaluasi struktur.

f. Evaluasi proses.

g. Evaluasi hasil.

1
8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pemaparan di atas, bahwa model asuhan keperawatan


profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Selain adanya kerangka kerja dalam MAKP juga banyak faktor-faktor yang
berhubungan dalam perubahannya serta ada metode untuk pengelolaan sistem MAKP
tersebut.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan, yaitu supaya perawat ketika
bekerja di Rumah Sakit dapat mengaplikasikan teori yang telah dipaparkan dalam
makalah ini guna untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang lebih
efektif dan efisien.

1
9
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan


Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan


Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan


Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Sembiring, A. (2015, Maret 23). Scribd., [online]. Tersedia:
https://www.scribd.com/document/259654271/Model-Asuhan-Keperawatan-
Profesional. Diakses: [Oktober 15, 2016]

2
0

Anda mungkin juga menyukai