2021-2022
Yang bukan merupakan perbedaan kritik sastra dan esai berdasarkan pengetahuan yang disajikan
adalah nomor …
No
Kritik Esai
.
Yang bukan merupakan perbedaan kritik sastra dan esai berdasarkan pengetahuan yang disajikan
adalah nomor …
A. 1 dan 2
B. 2 dan 3
C. 2 dan 4
D. 2 dan 5
E. 3 dan 5
Cerita Kota Kami adalah kumpulan cerita pendek karya Jasni Matlani yang berisikan delapan
belas cerpen. Keunikan dari kumpulan cerpen ini adalah gaya penuturannya ringan, mengalir, dan
penuh dengan bahasa indah. Bahkan, penulis cenderung mengajak pembaca untuk bertamasya ke
lorong-lorong yang penuh rasa dan berbagai peristiwa. Tema-tema yang disampaikan pun cukup
beragam, mulai dari politik, ekonomi, sosial budaya, dan cinta. Meskipun temanya cukup beragam,
tetapi penulis tidak mengalami kegamangan atau kekacauan dalam konsep penceritaannya. Selain
itu, penggunaan sudut pandang orang pertama membuat cerita ini lebih mudah dipahami.
Disadur dari: Esti Ismswati, Kritik Sastra, Yogyakarta, Ombak, 2014
Mahwi Air Tawar merupakan salah satu sastrawan yang menulis karya dengan tema dunia
pesisir. Ia tetap dikenal sebagai penulis yang memiliki latar belakang, pengalaman, dan pengetahuan
kehidupan pesisir. Ia lalu menuangkannya dalam karyanya. Dengan demikian, penuturan kisah anak-
anak pesisir dalam antologi cerpen Karapan Laut menjadi representasi dari proses rekonstruksi
memori sekaligus cara Mahwi dalam menegosiasikan posisinya sebagai bagian dari generasi yang
memiliki hubungan dekat dengan masyarakat pesisir dan laut.
Disadur dari: Yusri Fajar, Sastra yang Melintas Batas dari Identitas Sehimpunan Esai Sastra, Yogyakarta, Basabasi, 2017
Demikian penilaian saya terhadap puisi-puisi Eko Susanto dalam antologi puisinya berjudul
Syair dari Sebuah Nama. Untuk sebuah profesi penyair, tiada batas waktu melahirkannya dan tiada
batas waktu menghentikannya. Tidak ada kata pensiun untuk seorang penyair. Semakin diasah
kepekaan kepenyairannya akan semakin tajam pilihan katanya dan semakin dinantikan
kehadirannya.
Bacalah kutipan kritik berikut dengan saksama untuk soal nomor 5 dan 6!
1) Bahkan, hampir di tiap paragraf kita akan menemukan pesan dan amanah.Ya, katakan saja
paragraf yang sarat dengan amanah.2) Namun, dengan bentuk yang seperti itu tidak kemudian
membuat novel ini menjadi membosankan untuk dibaca karena penulis tetap menggunakan kata-kata
sederhana yang mudah dipahami dan tidak terkesan menggurui.3) Gaya penulis untuk
mengungkapkan setiap pesan justru menyadarkan kita bahwa sedikit sekali yang baru kita ketahui
tentang Islam.
6. Kalimat yang menggnakan kata kerja mental dalam kutipan kritik tersebut adalah nomor . . . .
A. 1
B. 2
C. 3
D. 1 dan 2
E. 2 dan 3
Kesenjangan di Indonesia cenderung naik pada tahun-tahun ini. Kesenjangan ini tampak seperti
berikut. Pertama, adanya peningkatan kesenjangan pemilikan lahan sector pertanian. Kedua, adanya
kesenjangan akses untuk memasuki aktivitas ekonomi sebagai sumber pendapatan. Di sector
pertanian, misalnya, petani kecil sulit untuk mendapatkan kredit. Ketiga, kesenjangan untuk
mendapatkan akses pelayanan dasar, seperti pendidikan dan kesehatan.
Pada periode awal kepenyairannya, Taufiq Ismail cenderung menekankan citraan visual dalam
menggabarkan pengalaman estetik yang dibentuk oleh pengamatannya yang tajam terhadap
momen-momen penting peristiwa sejarah. Ia mendayagunakan kekuatan bahasa figurative (majas),
puisi yang efektif untuk membangun imajinatif pembaca. Sejak tahun 1970-an hingga periode
mutakhir kepenyairannya, sajak-sajak Taufiq cenderung “prosaik naratif”. Ia menggunakan bahasa
diskursif yang diselingi dengan permainan kata yang indah dan memikat…
Yanti berlari keluar sambil membawa biji kopinya yang telah dibungkus. Di belakang rumah
dilihatnya kain-kain batik ibu Yanti berserakan. Di pekarangan dilihatnya ibunya menangis memeluk
bapaknya yang di perutnya menancap erat pisau yang sedikit demi sedikit mengcurkan darah segar.
Yanti kebingungan. Kopi yang ada ditangannya dilembarkannya hingga terjatuh dilantai dan hancur
berkeping-keping mengotori kain putihnya yang dengan susah payah dijaganya supaya tidak kotor.
Bapaknya masih bisa tersenyum padanya meski terbaring lemah di kamar tidur. Yanti sendiri
mencoba membantu ibunya untuk mempermudah pekerjaan ibunya sebagai pembatik.
Penyair meletup-letup, jujur dalam mengungkapkan realita kehidupan. Akan tetapi, kejujuran itu
pantulan untuk orang lain semata. Seperti dalam puisi MAJOI karya Taufiq Ismail. Jujur saja, apakah
pengarang sudah mengumpulkan fakta? Bagaimana kalau kata ganti “aku” menjadi “kita” agar lebih
factual.
Terjadinya berbagai gejolak di masyarakat dewasa ini pada dasarnya merupakan ekspresi dari
rasa ketidakpuasan terhadap situasi. Munculnya gelombang protes, demonstrasi, unjuk rasa itu
merupakan perujudan nyata. Masyarakat lebih mengedepankan emosi daripada akal yang sehat dan
keselarasan penalaran. Jadi, kita harus dapat mencari jalan keluar yang terbaik
Tanggapan yang sesuai dan cocok dengan maksud utama paragaraf tersebut adalah…
A. Biarkan saja lama kelamaan situasi akan normal kembali.
B. Mengapa kita harus dipusingkan, yang penting kita dapat makan.
C. Sebaiknya secepatnya kita harus mencari jalan keluar untuk mengatasi situasi di masyarakat.
D. Alangkah baiknya kalau setiap anggota masyarakat dapat mengendalikan emosinya.
E. Masyarakat hendaknya saling menyantuni dan saling mengingatkan.
Di depan kita pentas yang berkecamuk. Juga satu suku kata yang meledak: ”Grrr”, ”Dor”,
”Blong”, ”Los”. Atau dua suku kata yang mengejutkan dan membingungkan: ”Aduh”, ”Anu”. Di depan
kita: panggung Teater Mandiri.
Teater Mandiri pekan ini berumur 40 tahun—sebuah riwayat yang tak mudah, seperti hampir semua
grup teater di Indonesia. Ia bagian dari sejarah Indonesia yang sebenarnya penting sebagai bagian
dari cerita pembangunan ”bangun” dalam arti jiwa yang tak lelap tertidur. Putu Wijaya, pendiri dan
tiang utama teater ini, melihat peran pembangunan ini sebagai ”teror”—dengan cara yang sederhana.
Putu tak berseru, tak berpesan. Ia punya pendekatan tersendiri kepada kata.
Dalam beberapa hal, Lelaki Harimau harus diakui, berhasil memperlihatkan sejumlah capaian.
Ia menjelma tak sekadar mengandalkan imajinasi, tetapi juga bertumpu lewat proses berpikir dan
tidak eksploratif kalimat dengan berbagai kemungkinannya.
Pencerita seperti sengaja tidak membiarkan dirinya berdiri terpaku pada satu titik. Ia menyoroti
satu tokoh. Kemudian, secara perlahan beralih ketokoh lain.
Penyair Afif Affandi mengkritik kondisi kota dengan gaya berpuisi yang berbeda dengan
Denny Mizhar. [. . . ] Sementara itu, Denny Mizhar dalam puisinya berjudul ‘Aku, Hun, dan Kota Ini’
mendeskripsikan kerusakan alam kota dengan sentuhan ‘romantis’ karena ‘aku’ mengajak ‘kau’
melakukan refleksi atas kota. Relasi privat yang terkesan romantik ini bukan menjadi tujuan utama
dalam puisi Denny. Relasi dan posisi ‘Hun’ ini hanya digunakan sebagai media membaca kota yang
makin poranda. Atmosfer romantik dan lanskap degradasi alam kota adalah perpaduan yang
memakau yang menciptakan antitesis menarik. Relasi mesra antara ‘aku’ dan ‘Hun’ ironisnya
bertolak belakang dengan relasi antara pemilik wewenang atas kota dan alam di dalamnya.
Rentang sepuluh tahun terakhir, 1998-2007, ada kesalahan pada perkembangan eksplorasi
bahasa cerpen. Bahasa diolah dengan maksimal, dicari pilihan kata paling tepat, dan kalimat diberi
rima dan ritme, semua usaha dilakukan tidak untuk memperkuat unsur cerpen. Justru sebaliknya,
usaha kuat-keras tersebut sepenuhnya untuk memperlemah potensi unsur cerpen. Ini kesalahan
fatal karena dilakukan oleh orang-orang yang justru berkompeten di bidang kesusastraan. Lebih fatal
lagi, kesalahan ini diikuti oleh beragam kaum sastrawan. Ia menjad I standar nilai cerpen. Sebuah
standar yang membalik arah.