Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM CYBER

Disusun oleh :
Ryanto suwarno
Indra saputra
Rido kurniawan
Alfin syahbandi
Arif effendy
Sony setiawan

FAKULTAS ILMU KOMPUTER


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyam-
paikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan ma-
kalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, Desember 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang…………………………………………………………………………….
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………………………
1.3 Tujuan penulisan…………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Cybervandalism…………………………………………………………………………
2.2.1 Contoh tindakan cybervandalism………………………………………………..
2.2 Pengertian CyberStalking………………………………………………………………...
2.2.1 Aksi Cyberstalker…………………………………………………………….....
2.2.2 Tujuan Cyberstalker…………………………………………………………….
2.2.3 Target Cyberstalking……………………………………………………………
2.2.4 Penyebab terjadinya Cyberstalking……………………………………………..
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….
3.2 Kritik dan saran…………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kejahatan dunia maya (Inggris: cybercrime) adalah istilah yang mengacu kepada aktivi-
tas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer menjadi alat, sasaran atau tempat
terjadinya kejahatan. Termasuk ke dalam kejahatan dunia maya antara lain adalah penipuan
lelang secara online, pemalsuan cek, penipuan kartu kredit/carding, confidence fraud, pen-
ipuan identitas, pornografi anak, dll.
Walaupun kejahatan dunia maya atau cybercrime umumnya mengacu kepa-
da aktivitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer sebagai unsur utamanya,
istilah ini juga digunakan untuk kegiatan kejahatan tradisional di mana komputer atau
jaringan komputer digunakan untuk mempermudah atau memungkinkan kejahatan itu ter-
jadi.
Contoh kejahatan dunia maya di mana komputer sebagai alat adalah spamming dan ke-
jahatan terhadap hak cipta dan kekayaan intelektual. Contoh kejahatan dunia maya di mana
komputer sebagai sasarannya adalah akses ilegal (mengelabui kontrol
akses), malware dan serangan DoS. Contoh kejahatan dunia maya di mana komputer se-
bagai tempatnya adalah penipuan identitas. Sedangkan contoh kejahatan tradisional dengan
komputer sebagai alatnya adalah pornografi anak dan judi online.
Beberapa situs-situs penipuan berkedok judi online termasuk dalam sebuah situs yang
merupakan situs kejahatan di dunia maya yang sedang dipantau oleh pihak kepolisian
dengan pelanggaran pasal 303 KUHP tentang perjudian dan pasal 378 KUHP tentang pen-
ipuan berkedok permainan online dengan cara memaksa pemilik website tersebut untuk
menutup website melalui metode DDOS website yang bersangkutan. Begitupun penipuan
identitas di game online. Dengan hanya mengisi alamat identitas palsu, game online terse-
but bingung dengan alamat identitas palsu. Jika hal tersebut terus terus terjadi, maka game
online tersebut akan rugi/bangkrut.

1.2 Rumusan masalah


Dari latar belakang di atas dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu cyber vandalism
2. Apa itu cyber stalking
3. Definisi dan Ruang Lingkup Pornografi

1.3 Tujuan penulisan


Dari rumusan masalah diatas maka di daptkan tujuan penulisan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui lebih mendalam tentang cyber vandalism
2. Mengetahui lebih mendalam tentang cyber stalking
4. Mengetahui lebih mendalam tentang Definisi dan Ruang Lingkup Pornografi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cybervandalism


Cybervandalism yang melakukan pengrusakan konten seperti melakukan hacking situs
atau menonaktifkan server dengan data overload. Cybervandalism adalah bentuk serangan
yang paling luas dan banyak menyita perhatian publik. Namun seringkali efek dari insiden
tersebut dibatasi oleh waktu dan relatif tidak berbahaya. penggunaan teknologi komputer
untuk membuat program yang :
• Mengganggu proses transmisi informasi elektronik
• Menghancurkan data di computer

2.1.1 Contoh tindakan cybervandalism


Denial of Service Attack.
Serangan tujuan ini adalah untuk memacetkan sistem dengan mengganggu
akses dari pengguna jasa internet yang sah. Taktik yang digunakan adalah dengan
mengirim atau membanjiri situs web dengan data sampah yang tidak perlu bagi orang
yang dituju. Pemilik situs web menderita kerugian, karena untuk mengendalikan atau
mengontrol kembali situs web tersebut dapat memakan waktu tidak sedikit yang men-
guras tenaga dan energi.

Hate sites
Situs ini sering digunakan oleh hackers untuk saling menyerang dan melontar-
kan komentar-komentar yang tidak sopan dan vulgar yang dikelola oleh para “ekstri-
mis” untuk menyerang pihak-pihak yang tidak disenanginya. Penyerangan terhadap
lawan atau opponent ini sering mengangkat pada isu-isu rasial, perang program dan
promosi kebijakan ataupun suatu pandangan (isme) yang dianut oleh seseorang / ke-
lompok, bangsa dan negara untuk bisa dibaca serta dipahami orang atau pihak lain se-
bagai “pesan” yang disampaikan.
2.2 Pengertian CyberStalking
CyberStalking adalah kejahatan menggunakan internet atau alat elektronik lainnya
untuk melecehkan seseorang, sekelompok orang, atau organisasi. Cyberstalking dapat
mencakup melecehkan, mengancam atau cabul email, spamming berlebihan, live chat
pelecehan atau dikenal sebagai chatting , pesan yang tidak pantas pada papan pesan atau
buku tamu online, virus berbahaya elektronik dikirim, email yang tidak diinginkan, dan
pencurian identitas elektronik. Kejahatan jenis ini dilakukan untuk mengganggu atau
melecehkan seseorang dengan memanfaatkan komputer, misalnya menggunakan e-mail
dan dilakukan berulang-ulang. Kejahatan tersebut menyerupai teror yang ditujukan kepada
seseorang dengan memanfaatkan media internet.
Hal itu bisa terjadi karena kemudahan dalam membuat email dengan alamat terten-
tu tanpa harus menyertakan identitas diri yang sebenarnya. Contoh Kasus : Misalnya e-mail
yang berisi ajakan bergabung dengan suatu website, email yang berisi ajakan untuk mem-
beli produk tertentu, mail yang berisi kontes / undian berhadiah. Undang-undang : Pasal
25: Penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang menyangkut data tentang
hak pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan dari orang yang bersangkutan,
kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.Aksi cyberstalking bisa sangat
berbahaya dan menakutkan, terutama bagi anak dan remaja.Seiring dengan Facebook, situs
populer lain seperti Twitter telah memungkinkan cyberstalkers untuk melihat update pada
mangsanya dan dalam beberapa kasus, memungkinkan mereka untuk melihat keberadaan
korban mereka.
Aplikasi terbaru yang memanfaatkan perangkat lunak global positioning (GPS)
teknologi, seperti Foursquare , membuat tindakan menemukan korban mereka lebih mudah.
Periksa bahaya teknologi GPSdan korelasinya dengan cyberstalking.

2.2.1 Aksi Cyberstalker


Berikut ini adalah bermacam-macam aksi yang dilakukan Cyberstalker, antara lain :
• Tuduhan palsu
• Upaya untuk mengumpulkan informasi tentang korban
• Mendorong orang lain untuk melecehkan korban
• Salah korban
• Serangan terhadap data dan peralatan
• Memesan barang dan jasa
• Mengatur pertemuan

2.2.2 Tujuan Cyberstalker


• Setiap tindak kejahatan di dunia maya mempunyai maksud dan tujuan tertentu,
berikut ini adalah tujuan dari tindak kejahatan yang dilakukan Cyberstalker di an-
taranya
• Mengawasi aktivitas online korban via spyware, yaitu program yang dirancang un-
tuk memata-matai komputer atau ponsel seseorang secara jarak jauh.
• Melacak lokasi korban menggunakan teknologi GPS.
• Mencegat dengan panggilan ponsel atau SMS seseorang.
• Berkedok sebagai korban.
• Mengawasi dan menonton aktivitas korban lewat kamera tersembunyi.

2.2.3 Target Cyberstalking


Dibawah ini adalah target yang biasanya diincar para Cyberstalking untuk melakukan
tindak kejahatan, yaitu :
• Perempuan
• Mitra Intim (Mantan kekasih)
• Massa
• Perusahaan
Biasanya yang menjadi target incaran Cyberstalking adalah orang-orang yang
pernah ada hubungan dekat dengan Cyberstalking itu sendiri dan orang-orang yang tid-
ak disukai yang paling sering menjadi targetnya.

2.2.4 Penyebab terjadinya Cyberstalking


Penyebab-penyebab dibawah ini sering kali terjadi pada kalangan artis, berikut adalah
penyebab-penyebab terjadinya Cyberstalking
• Terlalu mudah mengungkap informasi pribad
• Adanya tekanan sosial remaja
• Kurang komunikasi dengan orang tua dan keluarga
• Terlalu excited untuk memamerkan “sesuatu’’.

2.3 Definisi dan Ruang Lingkup Pornografi


Berbicara mengenai pornografi, telah ada beberapa undang-undang yang mengatur
substansi yang dimaksud, antara lain:
• Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”);
• Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU
ITE”)
• Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi (“UU 44/2008”)
Dalam Bab – XIV KUHP diatur tentang Kejahatan terhadap Kesusilaan, tetapi tidak
diatur mengenai definisi kesusilaan. Demikian juga dengan UU ITE. Pasal 27 ayat (1) UU
ITE mengatur larangan mendistribusikan, mentransmisikan, dan/atau membuat dapat di-
aksesnya Informasi atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar
kesusilaan.
Dari ketiga undang-undang yang dimaksud, UU 44/2008 lebih jelas memberikan
definisi mengenai Pornografi, yaitu gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, geraktubuh, atau bentuk pesan lainnya me-
lalui berbagai bentuk media komunikasi dan/ atau pertunjukan di muka umum, yang
memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat. Oleh karena itu, definisi tersebut dapat diterapkan dalam diskusi ini.
Secara teoritis - normatif, foto atau rekaman video hubungan seksual disebut Porno-
grafi apabila foto atau rekaman tersebut melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.
Pasal 4 ayat (1) UU 44 / 2008 mengatur larangan perbuatan memproduksi, membuat,
memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengek-
spor, menawarkan, memperjual belikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang
secara eksplisit memuat:
• persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang
• kekerasan seksual
• masturbasi atau onani
• ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan
• alat kelamin
• pornografi anak
Pasal 4 ayat (1) UU 44 / 2008 tentang Porno grafi disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan "membuat" adalah tidak termasuk untuk dirinya sendiri dan kepentingan sendiri

2.3.1 Definisi dan Ruang Lingkup Pornografi


Dalam hal pria dan wanita saling memberikan persetujuan untuk perekaman
video seksual mareka dan foto serta video tersebut hanya digunakan untuk kepentingan
sendiri sebagai mana dimaksud dalam pengecualian dalam Pasal 44 / 2008 maka tinda-
kan pembuatan dan penyimpanan yang dimaksud tidak termasuk dalam ruang ling-
kup “membuat” sebagai mana dimaksud dalam Pasal 4 UU Pornografi.
Dalam hal pria atau wanita melakukan pengambilan gambar atau perekaman
hubungan seksual mereka tanpa diketahui oleh wanita atau pria pasangannya, atau
tanpa persetujuannya, maka pembuatan video tersebut melanggar Pasal 4 ayat (1)
UU 44 / 2008. Persetujuan (consent) merupakan bagian yang sangat vital dalam
menentukan adanya pelanggaran atau tidak.

2.3.2 Diseminasi atau Distribusi Pornografi


Dalam hal pembuatan foto atau video disetujui oleh para pihak maka penyeba-
ran oleh salah satu pihak dapat membuat pihak lain terjerat ketentuan pidana, sepanjang
pihak itu tidak secara tegas memberikan larangan untuk penyebarannya.
Sebagai contoh apabila pria dan wanita sepakat atau saling memberikan
persetujuan untuk pembuatan foto atau rekaman Pornografi, kemudian pria menyebar-
kan Pornografi, tetapi wanita sebelumnya tidak memberikan pernyataan tegas untuk
melarang pria untuk menyebarkan atau mengungkap Pornografi tersebut maka wanita
dapat terjerat tindak pidana penyebaran Pornografi.
Apabila wanita sebelumnya telah memberikan pernyataan tegas bahwa ia setuju
membuat pornografi tetapi tidak mengizinkan pria untuk mengungkap atau menyebar-
kan Pornografitersebut maka wanita memiliki posisi yang lebih kuat untuk tidak diper-
salahkan sebagai turutsertapenyebaran pornografi.
Demikian juga apabila wanita memang sejak awal tidak mengetahui Adanya
pembutan foto atau video Pornografi, atau tidak memberikan persetujuan terhadap
pembuatan Pornografi tersebut, maka dalam hal ini, wanita tersebut dapat disebut se-
bagai korban penyebaran konten Pornografi.
2.3.3 PenyebaranPornografi
Pasal 27 ayat (1) UU ITE mengatur:
“Setiap Orang denga sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan mentrans-
misikan dan membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.”
Ancaman pidana terhadap pelanggar diatur dalam Pasal 45 ayat (1) UU ITE,
yaitu ancaman pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak 1
(satu) milliar rupiah.
Pasal 4 ayat (1) UU Pornografi menyebutkan:
“Setiap orang dilarang membuat menyebarluaskan Pornografi”
Ancaman terhadap pasal ini diatur dalam Pasal 29 UU 44/2008 yaitu pidana
penjar paling singkat 6 (enam) bulandan paling lama 12 (duabelas) tahun-
dan/ataupidanadenda paling sedikitRp 250 juta rupiah dan paling banyakRp 6 miliar ru-
piah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kita sebagai manusia harus lebih berhati hati dan smart, dalam menyikapi dan
menggunakan teknologi ini mestinya kita dapat memilah mana yang baik, benar dan bermanfaat
bagi sesama, kita juga mesti pandai melihat mana yang buruk dan merugikan bagi orang lain
untuk selanjutnya kita menghindari atau memberantasnya jika hal itu ada di hadapan kita.

3.2 kritik dan saran


Cybercrime adalah bentuk kejahatan yang mestinya kita hindari atau kita berantas
keberadaannya. Cyberlaw adalah salah satu perangkat yang dipakai oleh suatu negara untuk
melawan dan mengendalikan kejahatan dunia maya (cybercrime) khususnya dalam hal kasus
cybercrime yang sedang tumbuh di wilayah negara tersebut. Seperti layaknya pelanggar
hukum dan penegak hukum.
Kepada pemerintah supaya lebih tegas lagi dalam menangani kasus-kasus cyber-
crime. Dan kepada para pakar IT supaya dalam membuat program pengamanan data lebih
optimal lagi sehingga kasus-kasus kejahatan di dunia maya dapat diminimalkan.
LaluPerlunya Dukungan Lembaga Khusus: Lembaga ini diperlukan untuk memberikan in-
formasi tentang cybercrime, melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat, serta
melakukan riset-riset khusus dalam penanggulangan cybercrime.
Penggunaan enkripsi untuk meningkatkan keamanan. Penggunaan enkripsi yaitu
dengan mengubah data-data yang dikirimkan sehingga tidak mudah disadap (plaintext diubah
menjadi chipertext). Untuk meningkatkan keamanan authentication (pengunaan user_id dan
password), penggunaan enkripsi dilakukan pada tingkat socket.
Demikianlah makalah ini penulis susun semoga dapat mengambil manfaat dengan
bertambahnya wawasan dan pengetahuan baru setelah membaca tulisan yang ada pada maka-
lah ini.
Namun demikian, sebagai manusia biasa kami menyadari keterbatasan kami dalam
segala hal termasuk dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik
atau saran yang membangun demi terciptanya penyusunan makalah yang lebih sempurna di
masa yang akan datang. Atas segala perhatiannya saya mengucapkan terimakasih
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai