Anda di halaman 1dari 6

Kasus 1

Kompas.com Regional Mahasiswa Demo di Kejati Maluku, Tuntut Kasus Dugaan Korupsi
DPRD Ambon Diusut Tuntas Kompas.com - 20/12/2021, 14:14 WIB

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mahasiswa Demo di Kejati Maluku,
Tuntut Kasus Dugaan Korupsi DPRD Ambon Diusut Tuntas”

Sejumlah mahasiswa yang menamakan diri Aliansi Peduli Rakyat (Ampera) menggelar unjuk rasa mendesak Kejari Ambon
menetapkan pimpinan DPRD Kota Ambon sebagai tersangka dalam aksus dugaan korupsi anggaran DPRD Kota Ambon senilai
Rp 5,3 miliar. Aksi unjuk rasa berlangsung di kantor Kejati Maluku, Senin (20/12/2021)(KOMPAS.COM/RAHMAT RAHMAN
PATTY)

AMBON, KOMPAS.com - Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Peduli Rakyat
(Ampera) menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Kejaksaan Tinggi (Kejati) Maluku, Senin
(20/12/2021).

Mereka mendesak Kejaksaan Negeri Ambon segera menetapkan pimpinan DPRD Kota Ambon
sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi penyelewengan anggaran senilai Rp 5,3 miliar di
DPRD Kota Ambon Tahun 2020.

Massa juga mendesak Kejati Maluku membentuk tim investigasi guna mengusut kasus tersebut
hingga tuntas.

“Kami mendesak Kejati Maluku agar memberikan penegasan kepada Kejari Ambon untuk
menetapkan unsur pimpinan di DPRD Kota Ambon yang terlibat dalam kasus dugaan korupsi
anggaran sekretariat DPRD kota Ambon sebagai tersangka,” kata koordinator aksi Alifan, di
depan kantor Kejati Maluku, Senin.

Para pendemo mendesak Kejati Maluku segera membentuk tim investigasi dan mengambil alih
penanganan kasus tersebut.

“Jangan ada yang dilindungi. Kami mendukung kinerja Kejari Ambon untuk mengusut kasus ini
namun Kejari juga harus terbuka dan transaparan dalam penanganan kasus ini,” kata Alfian.
Sejumlah mahasiswa yang menamakan diri Aliansi Peduli Rakyat (Ampera) menggelar unjuk rasa mendesak Kejari Ambon
menetapkan pimpinan DPRD Kota Ambon sebagai tersangka dalam aksus dugaan korupsi anggaran DPRD Kota Ambon senilai
Rp 5,3 miliar. Aksi unjuk rasa berlangsung di kantor Kejati Maluku, Senin (20/12/2021) (KOMPAS.COM/RAHMAT RAHMAN
PATTY)

Dalam aksi tersebut, para pendemo juga membawa sejumlah pamflet berisi desakan agar Kejari
Ambon segera menetapkan pimpinan DPRD Ambon sebagai tersangka.

Kasi Penkum Kejati Maluku Wahyudi Kareba sempat menemui para demonstran yang
membacakan tuntutannya. Wahyudi menerima tuntutan para demonstran.

Ia berjanji menindaklanjuti tuntutan itu kepada pimpinannya.

“Semua kasus korupsi jadi atensi kita, untuk itu aspirasi ini saya terima kemudian akan saya
sampaikan kepada pimmpinan untuk ditindaklanjuti,” kata Wahyudi.

Sebelumnya, Kejari Ambon telah memeriksa puluhan orang terkait kasus dugaan korupsi
penyelewengan anggaran senilai Rp 5,3 miliar di DPRD Kota Ambon Tahun 2020.

Pemeriksaan dilakukan kepada sekretaris dewan, mantan sekretaris dewan, mantan sekretaris
Kota Ambon, pimpinan, dan anggota DPRD Kota Ambon.
Kasus 2

“Mahasiswa Malang Turun ke Jalan Protes Korupsi Massal Anggota Dewan”


Muhammad Aminudin - detikNews

Jumat, 07 Sep 2018 14:25 WIB

Foto: Muhammad Aminudin

Malang - Gelombang aksi menyikapi korupsi massal DPRD Kota Malang mulai bergulir.
Gabungan mahasiswa dari berbagai elemen menggelar unjukrasa. Pengamanan diperketat polisi
di depan DPRD Kota Malang.

Puluhan mahasiswa yang datang, hanya bisa meneriakkan kritikannya dari luar pagar gedung
DPRD, Jumat (7/9/2018). Dalam orasinya, korupsi massal dibongkar KPK telah mencederai
amanah rakyat.

Parlemen (DPRD), kata mahasiswa, merupakan rumah bagi masyarakat. Anggota DPRD yang
terpilih, mewakili dan seharusnya mengutamakan kebutuhan masyarakat, bukan kepentingan
pribadi ataupun golongan.

Mahasiswa menyesalkan rumah rakyat (DPRD) justru dibuat sebagai sarang immoralitas yang
secara vulgar melakukan korupsi.

"Rumah rakyat dijadikan tempat persekongkolan jahat, secara vulgar mereka (dewan) melakukan
korupsi massal," teriak salah satu mahasiswa saat menyampaikan orasinya.

Mahasiswa juga menyinggung dampak korupsi massal yang menyisakan 5 anggota DPRD.
Tentunya mereka tak memenuhi syarat kuorum dalam sejumlah agenda penting, seperti
pembahasan APBD-perubahan 2018 dan rancangan APBD tahun 2019.

Aksi mahasiswa tergabung dalam Cipayung Plus Malang Raya juga mendesak penyelesaian
kasus korupsi secara tuntas. Sejumlah poin disampaikan selama berlangsungnya aksi. Di
antaranya meminta partai politik segera melakukan evaluasi internal.
"Parpol harus memilih anggota dewan baru dengan figur yang berintergritas, bersih dan
komitmen tak melakukan korupsi. KPU juga tegas dalam memasukkan bakal caleg yang sudah
berstatus tersangka atau terdakwa korupsi," ujar juru bicara aksi Cipayung Plus Malang Raya,
Dion Pale disela demontrasi.

Hingga kini gabungan mahasiswa dari PMII, PMKRI, IMM, GMNI, Hikmahbudi dan GMKI
masih menggelar aksinya.

Dari lima anggota DPRD yang tersisa hanya Plt pimpinan DPRD Kota Malang Abdulrachman
yang terlihat datang menjalankan aktivitas kerja hari ini.

Kamis (6/9) malam, ratusan warga menggelar istigosah di halaman gedung DPRD Kota Malang.
Mereka duduk bersimpuh dengan temaram lilin yang menerangi para jemaah yang berdoa.
Istigosah bersama ini dilakukan secara spontan atas keprihatinan korupsi massal DPRD Kota
Malang yang dibongkar KPK.
Kasus 3

“Mahasiswa Kembali Demo Tuntut Ketua DPRD Kota Bekasi Dicopot, Berakhir Ricuh”

Kericuhan mewarnai aksi mahasiswa yang kembali berdemonstrasi menuntut Ketua DPRD Kota Bekasi dicopot.
(Liputan6.com/Bam Sinulingga),

Liputan6.com, Bekasi - Massa mahasiswa kembali berunjuk rasa di depan Gedung DPRD Kota
Bekasi, Kamis (24/2/2021). Demo menuntut pencopotan Ketua DPRD Kota Bekasi Choiruman J
Putro itu sempat diwarnai kericuhan antara mahasiswa dengan aparat yang berjaga.

Aparat Polri dan TNI yang melakukan pengamanan, mencegah massa masuk ke dalam gedung.
Para mahasiswa hanya berorasi di depan gedung dengan menggunakan spanduk sambil
membakar ban.

Tuntutan massa pada aksi demo ketiga ini masih sama, yakni mendesak pencopotan Choiruman
yang diduga terlibat kasus korupsi Wali Kota Bekasi nonaktif, Rahmat Effendi.

Dugaan keterlibatan Ketua DPRD Kota Bekasi mencuat usai dirinya mengembalikan uang
kepada KPK sebesar Rp 200 juta, yang diperolehnya dari Rahmat Effendi. Namun Choiruman
berdalih tak tahu peruntukkan uang tersebut.

"Hal yang tidak logis, bahwa dia (Choiruman) menerima uang tersebut, akan tetapi tidak tahu
diperuntukkan untuk apa. Kami menduga uang tersebut ada keterlibatannya dengan kasus
korupsi Wali Kota Bekasi nonaktif, Rahmat Effendi," kata koordinator aksi, Puji Nugraha
Ridwan.

Meski uang tersebut telah dikembalikan, namun massa tetap mendesak KPK untuk mengusut
tuntas perihal ini. Massa menilai tindakan "menerima" uang yang dilakukan Choiruman, sudah
merupakan bentuk keterlibatan atas kasus ini.

"Maka dengan itu seharusnya KPK menetapkan Choiruman J Putro menjadi tersangka karena
diduga ada keterlibatan korupsi tersebut," tegas Puji.
Menurutnya, tindakan Choiruman selaku Ketua DPRD Kota Bekasi, sudah merusak integritas
lembaga perwakilan rakyat itu. Sepatutnya, kata dia, anggota dewan mengawal dan mengontrol
budgeting serta merencanakan APBD dengan baik, bukan sebaliknya.

"Di sini sudah jelas Choiruman sudah tidak bisa lagi memimpin secara benar, karena sudah tidak
sesuai peran dan fungsi DPRD. Apalagi beliau juga sebagai Ketua Banggar DPRD Kota Bekasi,"
paparnya.

"Bukan hanya ketua DPRD saja, kami juga menduga ada beberapa anggota DPRD yang juga
terlibat, khususnya pada Banggar DPRD Kota Bekasi," ucap Puji.

Anda mungkin juga menyukai