Anda di halaman 1dari 12

Pertemuan Ketiga

DIKSI
: Kaidah dan Pemakaian dalam Ragam Tulis

Umi Khomsiyatun, M. Pd.

1. Apakah diksi itu?


Apakah diksi itu? Saya awali kuliah ini dengan
meminta anda menjawab pertanyaan ini.
Mungkin diantara Anda sudah banyak yang
mengenal “apa itu diksi.” Sudah sangat
memahami mengenai diksi.

Baik jika diantar Anda menyebutkan diksi adalah


‘pilihan kata’ akan sangat saya apresiasikan
sekali. Di pertemuan kita sebelumnya. Kita
sudah membahas mengenai EJAAN. Bagaimana
pemakaian ejaan dan tanda baca yang sesuai
dengan pedoman umum ejaan bahasa
Indonesia. Dan di pertemuan ini Anda akan lebih
memahami mengenai diksi.

Baik, harus diakui di era sekarang orang hamper


selalu mengesampingkan pentingnya
penggunaan bahasa. Terutama dalam
pemi.ihan kata. Atau lebih sering kita sebut
dengan diksi. Hal ini juga sering terjadi pada kita.
Yang mungkin, tanpa kita sadari kita mengalami
ini semua.

Baik, sampai disini mungkin ada


yang ingin ditanyaakan. Saya
persilakan..

Jika tidak ada akan saya mulai kembali


penjelasan mengenai diksi.

Minimnya pengetahuan kita terhadap ilmu diksi


menjadi salah satu sebabnya. Lalu,
pertanyaannya, mengapa kita penting
mengetahui penggetahuan kita terhadap ilmu
diksi. Jawabnya adalah pengetahuan kita
terhadap ilmu diksi penting agar dapat
terciptanya komunikasi yang efektif dan edisien
untuk menghindari kesalahan saat
berkomunikasi.

Pemilihan kata yang tepat merupakan salah


satu sarana pendukung dan penentu
keberhasilan saat berkomunikasi. Pemilihan
kata atau diksi yang baik dan benar tidak hanya
di gunakan saat berkomunikasi saja, pemilihan
kata yang benar juga dapat di gunakan dalam
menulis karya ilmiah dan tulisan-tulisan
akademik lainnya. Dalam bahasa tulis pilihan
kata ( diksi ) mempengaruhi pembaca mengerti
atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.

Sampai disini, sudah mengerti?


Selanjutnya kita akan membahasa mengenai
diksi dalam tulisan akademik di bab
selanjutnya. Saya harapkan teman-teman
dapat membaca kemudian memahami setiap
kata yang saya tulisakan pada materi kita kali
ini.

2. Diksi dalam Tulisan Akademik


Istilah diksi (pilihan kata) sering diartikan
sebgai kegiatan memilih kata. Ingat kegiatan
memilih kata. Kegiatan untuk menemukan kata
yang paling tepat sesuai dengan makna dan
konteks pemakaiannya.

Pemilihan kata berkaitan dengan tindak turur


dan tata silaturahmi mewakili ide serta gagasan
seseorang. Ketidak sesuaian pilihan kata dapat
menyebabkan terganggunya komunikasi anatar
penulis dan pembaca.

Tidak jarang ide yang hendak disampaikan


menulis menjadi tidak jelas. Sehingga,
menimbulkan kesalahpahaman. Untuk
mengindari kesalhpahaman diperlukan Diksi
atau pilihan kata.

Sebuah diksi yang baik perlu memperhatikan


ketepatan, kecermatan, dan keserasian. Ketiga
karakteristik ini menjadi hal penting bagi kita
dalam menggunakan diksi. Baik, di materi kita
kali ini, Saya akan menjelaskan satu demi satu.

Pertama, ketepatan. Ketepatan adalah


kemampuan seseorang menentukan kata yang
secara tepat mewakili gagasan yang hendak
disampaikan untuk dirangkaikan dalam satu
kalimat.

Dengan kata lain, kata yang dipilih tidak


menimbulkan kerancuan atau kekaburan
sehingga gagasan makna yang dipahami
pembaca sama persis dengan gagasan yang
hendak disampaikan oleh penulis.

Ketepatan pilihan kata semacam ini dapat


diperoleh jika penulis memahami makna setiap
kata secara tepat dan memahami pula
perbedaan antara makna dasar (denotatif) dan
makna tambahan (konotatif) dari setiap kata
yang dipergunakan.
Kedua, Kecermatan. Kecermatan adalah
kemampuan memilih kata yang benar-benar
diperlukan untuk mengungkapkan gagasan,
pikiran, dan perasaan. Kecermatan berarti
menghindari penggunaan kata yang mubazir,
dengan menghindari hal-hal berikut:

Penggunaan kata yang bermakna jamak secara


berganda

Contoh : Para hadirin dimohon berdiri

Penggunaan kata yang mempunyai kemiripan


makna atau fungsi secara bercanda

Contoh : IAIN Purwokerto adalah


merupakan satu-satunya perguruan tinggi
negeri di Madura

Penggunaan kata yang tidak diperdulikan

Contoh : Rapat ini diadakan untuk


membicarakan tentang pemilihan ketua

Ketiga, Keserasian. Keserasian adalah


kemampuan menggunakan kata sesuai dengan
konteks atau situasi pemakaiannya. Yang
dimaksud dengan konteks adalah kelaziman
penggunaan kata tertentu dalam kelompok
kita, sekalipun terdapat kata-kata lainnya yang
bersinonim.

Sedangkan yang dimaksud dengan situasi


adalah kelaziman penggunaan kata-kata
tertentu yang penulisan atau pembicaraan
sesuai dengan suasana dan status sosial
pembaca atau pendengar.

Contoh :
 Saya minta Bapak bersedia memberi izin
kepada kami (salah)
 Saya mohon Bapak bersedia memberi izin
kepada kami (benar)

Setelah Anda membaca materi di atas, perlu


Anda ketahui bahwa untuk memenuhi syarat
ketepatan, kecermatan, dan keserasian
tersebut di dalam pemilihan kata, ada kaidah-
kaidah yang perlu diperhatinkan.

3. Kaidah Diksi

a. Diksi dalam Kaidah Makna


Kaidah makna mengacu pada persyaratan
ketepatan pilihan kata sebagai lambang objek,
pengertian, atau konsep. Kata adalah bunyi
bahasa yang dapat didengar atau diucapkan.
Jika seseorang membaca atau mendengar
sebuah kata, maka akan timbul gambaran
tentang kata tersebut.

Kaidah makna berkaitan dengan homonim,


homofon, dan homograf, makna konotasi dan
denotasi, kata abstrak dan kongret, umum dan
khusus, luas dan sempit, kata populer dan
ilmiah, jargon, serta kata serapan kata asing.

Sinonim, Homofon, dan Homograf

Dalam melangbangkan konsep kata, idealnya


satu konsep untuk kata agar dapat mengurangi
kesulitan komunikasi. Namun, kenyataannya
tidak demikian sehingga hubungan kata dan
makna sering menjadi rumit

Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai


makna yang sama atau mirip. Misalnya: muka,
paras, wajah, dan tampan

Homofon adalah kelompok kata yang


mempunyai kesamaan huruf atau kesamaan
bunyi. Misal : buku (kitab), buku (bagian dari
ruas), tampang (muka), tampang (bibit).

Homograf adalah kelompok kata yang


mempunyai kesamaan huruf tapi
pengucapannya berbeda. Teras (inti, [e]
diucapkan keras) dan teras (beranda, [e]
diucapkan lemah), sedan (tangis)
dan sedan (mobil).

Makna Denotasi dan Makna Konotasi

Makna denotasi ialah objektif, konseptual dan


sebenarnya. Bahasa Indonesia keilmuan
menggunakan makna denotasi, karena secara
eksplisit, makna denotatif dapat diukur, dapat
dibatasi, dan merupakan hasil observasi.

Makna konotasi ialah makna tambahan, sikap


sosial, dan pribadi. Misalnya,
kata wanita dan perempuan. Secara etimologi,
kata perempuan berasal dari kata empu dengan
mendapat prefiks per- dan surfiks –
an. Empu memiliki arti gelar kehormatan yang
berarti “tuan”. Sementara kata wanita berasal
dari bahasa Belanda wan-ito, yang artinya
pemuas nafsu birahi laki-laki. Dari paparan
tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua kata
tersebut memiliki konotasi yang berbeda.

Kata Abtrak dan Konkret

Kaidah-kaidah tersebut adalah kaidah makna,


kaidah kalimat, kaidah sosial dan kaidah karang-
mengarang. Kaidah makna mengacu kepada
persyaratan ketepatan pemilihan kata sebagai
lambang objek, pengertian, atau konsep.
Dengan demikian kaidah makna berkaitan
dengan sinonim, makna denotasi dan konotasi,
kata abtrak dan konkret, kata umum dan
khusus, kata populer dan ilmiah, dan lain
sebagainya.

b. Diksi dalam Kaidah Sintaksis

Kaidah kalimat mengacu pada makna dan


pemakaian kata-kata dalam konteks tertentu.
Artinya, kata-kata itu digunakan dalam
hubungan yang lebih luas, misalnya hubungan
dalam konteks kaliamt, paragraf, dan
wawancara. Hal ini berhubungan dengan
kelaziman yang berlaku didalam pemakaian
suatu bahasa. Kelaziman tersebut dikaitkan
dengan konteks yang mencangkup situasi verbal
pada kondisi suatu kata yang dipergunakan. Kata
yang sama dapat mempunyai makna berbeda
apabila kondisinya berbeda.

Kata-kata raya, agung, besar dipergunakan


dalam konteks yang berbeda, misalnya
hari raya Idul Fitri tidak diucapkan/ditulis
hari besar Idul Fitri. Demikian juga
jaksa agung tidak diucapkan/ditulis jaksa raya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa makna kata
baru jelas jika digunakan dalam kalimat atau
konteks verbalnya, yaitu kata dengan kata-kata
yang mendahuluinya.

Contoh :

 Mereka mengikuti perlombaan jalan cepat


 Mereka cepat lebih disukai orang desa
 Mereka berangkat dengan kereta cepat

Selain kaidah sinteksis juga berkaitan dengan


frase. Dalam hal ini pilihan kata mensyaratkan
keberterimaan secara logis.

Contoh :
 Terdiri atas….. bukan terdiri dari
 ..dan… bukan antara….dengan…
 Disebabkan oleh bukan disebabkan karena

c. Diksi dalam Kaidah Sosial


Kaidah soaial berkaitan erat dengan
persyaratan ke sesuaian pemilihan kata. Kata-
kata yang dipilih harus disesuaikan dengan
lingkungan pemakai, terutama yang terkait
dengan nilai-nilai sosial tertentu. Nilai sosial erat
hubungannya dengan kesantunan berbahasa
dalam kehidupan bermasyarakat.

Sehubungan dengan kesantunan berbahasa,


setiap masyarakat memiliki aturan yang
berbeda. Namun dalam pembahasan ini,
kesantunan bahasa Indonesia, baik dalam
konteks nasional maupun konteks kedaerahan.

Contoh:
 Sampean (tidak boleh digunakan oleh
mahasiswa kepada dosen)
 Aku (tidak boleh digunakan kepada orang yang
lebih tua)

4. Kesimpulan
Istilah diksi (pilihan kata) sering diartikan
sebagai kegiatan memilih kata untuk
menemukan kata yang paling tepat sesuai
dengan makna dan konteks pemakainya. Diksi
dapat digunakan apabila kaidahnya
mencangkup ketepatan. Kecermatan dan
keserasian. Sesuai konteks yang ada, diksi dapat
berkaitan dengan sinonim, homofon,
homograf,detotatif, konotatif, kata abstrak dan
konkret. Pemakaian kata-kata yang mengacu
pada konteks tertentu, artinya kata-kata
tersebut dapat digunakan dalam hubungan
yang lebih luas.

Kaidah soaial berkaitan erat dengan


persyaratan ke sesuaian pemilihan kata. Kata-
kata yang dipilih harus disesuaikan dengan
lingkungan pemakai, terutama yang terkait
dengan nilai-nilai sosial tertentu. Nilai sosial erat
hubungannya dengan kesantunan berbahasa
dalam kehidupan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai