Anda di halaman 1dari 13

Contract Drafting “Meganalisis Keabsahan Sebuah Kontrak”

Nama : Ali Hidayatuloh


NIM : 2017202215
Kelas : 3 PS E
Tugas : Portofolio 2
Pengampu : Umdah Aulia Rohmah, M.H

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. KH. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR IS.......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A...Latar Belakang.......................................................................................................1
B...Rumusan Masalah..................................................................................................1
C...Tujuan Penulisan................................................................................................... 1
BAB II TEORI
A...Asas-asas berkontrak............................................................................................. 2
B...Unsur-unsur berkontrak......................................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN
A...Pernyataan apakah kontrak tersebut memenuhi syarat..........................................7
B...Kontrak tersebut termasuk kedalam Asas apa....................................................... 8
BAB IV PENUTUP
A...Kesimpulan............................................................................................................ 9
B...Saran................................... .................................................................................10
BAB V DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 11

i
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perjanjian Kontrak ini dibuat berdasarkan perjanjian Kerjasama antara dua
orang yaitu orang pertama sebagai pemilik modal yang menyerahkan sejumlah uang
tertentu kepada pihak kedua untuk dipergunakan sebagai modal usaha untuk jenis
usaha ekspor furniture. Dalam hal ini, terjadi perjanjian antara dua orang terkait yang
masing-masing pihak harus setuju dengan kesepakatan masing-masing dengan syarat
dan ketentuan yang sebagaimana telah diatur dalam 13 pasal UUD.
Perjanjian kontrak ini menyatakan bahwa ibu Umdah selaku pihak pertama
atau pemilik modal mengadakan perjanjian dengan pihak kedua, yaitu bapak Arfianto
selaku pengelola modal dari pihak pertama yang memiliki tugas untuk bertanggung
jawab dalam mengelola usaha sebagaimana mestinya. Untuk menunjang usahanya,
pihak kedua menerima modal dalam bentuk uang dari pihak pertama yang diserahkan
pada saat perjanjian ini disepakati dan ditanda tangani.
Dari hal tersebut, bahwa pihak pertama akan mendapatkan keuntumgan bagi
hasil usaha menurut persentase keuntungan yang telah disepakati bersama sebaaimana
telah diatur dalam pasal 3. Masing-masing pihak memiliki andil dalam usaha ini, baik
modal maupun tenaga yang besar ataupun pembagiannya sebagaimana tercantum
dalam pasal 2, 3 dan 4.

B. Rumusan Masalah
1. Asas-asas yang terdapat dalam kontrak tersebut?
2. Unsur-unsur yang terdapat dalam kontrak?
3. Kontrak tersebut sudah memenuhi syarat atau belum?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Asas apa saja yang terdapat dalam kontrak tersebut
2. Untuk mengetahui Unsur-unsur dalam kontrak
3. Untuk mengetahui Apakah kontrak tersebut sudah memenuhi syarat atau belum

1
BAB II
TEORI

A. Asas-asas Kontrak

1. Asas Kebebasan Berkontrak


Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1)
KUH Perdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Asas kebebasan
berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan para pihak untuk :
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian;
b. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun;
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan
d. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis dan lisan.
Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham
individualisme yang secara embrional lahir dalam zaman Yuanani, yan diteruskan
oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman renaissance melalui
ajaran-ajaran Hugo de Grecht, Thomas Hobbes, Jhon Locke dan Rosseau (dalam
Mariam Badrulzaman, 1997: 19-20). Menurut paham individualisme, setiap orang
bebas untuk memperoleh apa yang dikehendakinya.

2. Asas Konsensualisme
Asas ini dapat disimpulkan dalam pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata. Dalam
pasal itu ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian, yaitu dengan
adanya kesepakatan kedua belah pihak. Asas konsensualisme merupakan asas
yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal,
tetapi cukup dengan adanya kesepakatan dua belah pihak.
Asas konsensualisme muncul dari hukum Romawi dan hukum Jerman. Di
dalam hukum Jerman tidak dikenal dengan asas konsensualisme, namun dikenal
dengan perjanjian riil dan perjanjian formal. Sedangkan dalam hukum Romawi
dikenal dengan istilah contractus verbis literis dan contractus innominate. Asas
konsensualisme yang dikenal dalam KUH Perdata adalah berkaitan dengan bentuk
perjanjian.
2
3. Asas Pacta Sunt Servanda (asas kepastian hukum)
Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas ini merupakan asas
bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat
oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Asas ini dapat
disimpulkan daalam pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi; “Perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.”
Asas ini pada mulanya dikenal dengan hukum gereja. Di dalam hukum gereja
itu disebutkan bahwa terjadinya suatu perjanjian apabila ada kesepakatan kedua
belah pihak dan dikuatkan dengan sumpah. Ini mengandung makan bahwa setiap
perjanjian yang diadakan oleh kedua belah pihak merupakan perbuatan yang
sacral dan dikaitkan dengan unsur keagamaan.
Dalam perkembangannya, asas pacta sunt servanda diberi arti pactum, yang
berarti sepakat tidak perlu dikuatkan dengan sumpah dan tindakan formalits
lainnya. Sedangkan nudus pactum sudah cukup sepakat saja.

4. Asas Iktikad Baik (Goede Trouw)


Asas ini dapat disimpulkan dalam pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, yang
berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.” Asas ini
merupakan asas bahwa para pihak yaitu pihak kreditur dan debiturharus
melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang
teguh atau kemauan baik dari para pihak. Asas ini dibagi menjadi dua macam,
yaitu : iktikad baik nisbi dan iktikad baik mutlak. Asas iktikad baik nisbi adalah
orang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari objek. Sedangkan
iktikad baik mutlak, penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat
ukuran yang objektif untuk menilai keadaan menurut norma-norma yang objektif.
Berbagai putusan Hoge Raad yang erat kaitannya dengan penerapan asas
iktikad baik disajikan dalam kasus Sarong Arrest dan Mark Arrest. Kedua Arrest
ini berkaitan dengan turunnya nilai uang Jerman setelah Perang Dunia I. Putusan
Hoge Raad ini selalu berpatokan pada saat dibuatnya kontrak oleh para pihak.
Apabila pihak pemesan sarong sebanyak yang dipesan maka penjual harus
melaksanakan isi perjanjian tersebut, karena didasarkan bahwa perjanjian harus
dilaksanakan dengan iktikad baik. Begitu juga dengan Mark Arrest.

3
5. Asas Kepribadian (Personalitas)
Merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan atau
membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat
dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata. Namun, ketentuam itu ada
pengecualiannya, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1317 KUH Perdata
dan Pasal 1318 KUH Perdata. Dalam Pasal 1317 KUH Perdata mengatur tentang
perjanjian untuk pihak ketiga, sedangkan dalam Pasal 1318 KUH Perdata untuk
kepentingan dirinya sendiri, ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak
dari padanya. Pasal 1317 KUH Perdata mengatur tentang pengecualiannya,
sedangkan Pasal 1318 KUH Perdata, ruang lingkupnya yang luas.
Di samping kelima asas itu, terdapat 8 asas hukum perikatan nasional yang
telah diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen
Kehakiman dari tanggal 17-19 Desember 1985. Kedelapan asas hukum itu antara
lain :
1. Asas kepercayaan
Artinya, bahwa setiap orang yang akan mengadakan perjanjian akan
memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara mereka dibelakang hari.
2. Asas persamaan hukum
Artinya bahwa subjek hukum yang mengadakan perjanjian mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dalam hukum.
3. Asas keseimbangan
Artinya, asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan
melaksanakan perjanjian.
4. Asas kepastian hukum
Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikatnya perjanjian, yaitu
sebagai Undang-undang bagi yang membuatnya.
5. Asas moral
Yaitu suatu perbuatan sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak
baginya untuk menggugat prestasi dari pihak debitur.
6. Asas Kepatutan
Asas ini tertuang dalam Pasal 1339 KUH Perdata. Asas ini berkaitan
dengan ketentuam mengenai perjanjian.
7. Asas kebiasaan
4
Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk apa yang secara teas diatur,
akan tetapi juga hal-hal yang menurut kebiasaan lazim diikuti.
8. Asas perlindungan (protection)
Artinya bahwa antara debitur dan kreditur harus dilindungi oleh hukum.

Kedelapan asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak dalam
menentukan dan membuat kontrak.

B. Unsur-unsur Kontrak
Unsur-unsur pokok dalam kontrak sebagaimana yang telah disebutkan dalam
Pasal 1234 tentang jenis perikatan. Antara lain:
1. Unsur Essensialia
Adalah sesuatu yang harus ada dan merupakan hal pokok sebagai syarat yang
tidak boleh diabaikan dan harus dicatumkan dalam suatu perjanjian. Unsur
Essensialia sangat berpengaruh sebab unsur ini digunakan untuk memberikan
rumusan, definisi dan pengertian dari suatu perjanjian. Yang termasuk dalam
unsur essensialia yaitu:
a. Jual beli (Pasal 1457)
Suatu perjanjian yang mana pihak satu mengikatkan diri untuk
menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga yan
dijanjikan.
b. Tukar menukar (Pasal 1591)
Suatu perjanjian yang mana kedua belah pihak mengikatkan diri untuk
saling memberikan suatu barang secara timbal balik sebagai suatu ganti barang
yan lain.

2. Unsur Naturalia
Adalah ketentuan hukum umum, suatu syarat yang biasanya dicantumkan
dalam perjanjian. Unsur ini merupakan unsur yang wajib dimiliki oleh suatu
perjanjian yang menyangkut suatu keadaan yang pasti ada setelah diketahui unsur
essensialianya. Jadi, harus dirumuskan unsur essensialianya terlebih dahulu, baru
kemudian dapat dirumuskan unsur naturalianya. Misalnya, dalam hal jual beli.
Unsur naturalianya adalah si penjual, dia harus bertanggung jawab terhadap
kerusakan-kerusakan yang dimiliki oleh barang yang dijualnya. Contoh: Ali
5
membeli sebuah televisi baru. Disini, Ali sudah mengetahui bahwa televisi itu
baru dan layak dipakai, jadi unsur essensialnya sudah ada yaitu tadi, bahwa ali
sudah mengetahui bahwa barang tersebut layak digunakan dan dianggap suatu hal
yang lazim.

3. Unsur Aksidentalia
Yaitu berbagai hal khusus yang dinyatakan dalam perjanjian yang disetujui
oleh para pihak. Selain itu, aksidentalia adalah unsusr pelengkap dalam suatu
perjanjian yang merupakan ketentuan-ketentuan yang dapat diatur secara
menyimpang oleh para pihak, sesuai dengan kehendak para pihak yang
merupakan persyaratan khusus yang ditentukan secara Bersama-sama oleh para
pihak.
Jadi, unsur aksidentalia lebih menyangkut mengenai faktor pelengkap dari
unsur essensialia dan naturalia, misalnya dalam suatu perjanjian harus ada tempat
dimana prestasi dilakukan.

6
BAB III
PEMBAHASAN

A. Apakah kontrak tersebut sudah memenuhi syarat berkontrak?

Pada dasarnya, syarat syah kontrak kerja tidak berbeda dengan syarat sah
perjanjian menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Adapun
syarat sah perjanjian tersebut juga telah diatur dalam pasal 52 ayat (1) Undang-
Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang terdiri dari empat syarat
yaitu:
1. Adanya kesepakatan
Kata sepakat merupakan persesuaian antara kehendak dan pernyataan masing-
masing yang dibuat oleh keduabelah pihak.
2. Adanya kemampuan atau kecakapan para pihak
Kecakapan yang dimaksud dalam pasal 1320 ayat (2) KUH Perdata, yaitu
kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum, diartikan sebagai kemungkinan
untuk melakukan perbbuatan hukum secara mandiri yang mengikatkan diri sendiri.
3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan
4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan
Suatu kontrak di katakan sudah memenuhi syarat berkontrak jika sudah
memenuhi keempat syarat diatas. Dari keempat syarat diatas, jika poin 1 dan poin 2
tidak terpenuhi, maka kontrak kerja dapat dibatalkan, dalam artian para pihak dapat
meminta pembatalan atas kontrak tersebut melalui pengadilan. Namun, jika poin 3
dan 4 tidak terpenuhi, maka kontrak kerja batal demi hukum, artinya kontrak batal
dengan sendirinya tanpa perlu ada upaya apapun dan kontrak tersebut akan diangap
tidak pernah ditandatangani oleh para pihak.
Setelah memahami syarat kontrak diatas dan melihat contoh dari surat kontrak
yang diberikan Ibu Dosen. Kontrak tersebut sudah memenuhi syarat syah berkontrak.
Karena sudah memenuhi kriteria adanya kata sepakat bagi para pihak yang
mengikatkan dirinya, kecakapan para pihak untuk membuat suatu perikatan, suatu hal
tertentu, dan suatu sebab ( causa ) yang halal. Kontrak yang terjadi antara Ibu Umdah
dan Bapak Afriyanto itu sudah ada kesepakatan diantara kedua belah pihak.
Karena ketika suatu kontrak sudah memenuhi empat syarat tersebut sudah dipastikan
bahwa kontrak tersebut sudah sah.
7
B. Kontrak diatas termasuk Asas apa?

Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan diatas, Kontrak yang diadakan oleh
kedua belah pihak (Bu Umdah dan Bapak Afrianto) termasuk kedalam asas iktikad
baik. Karena kontrak tersebut dibuat berdasarkan perjanjian diantara dua belah pihak
dan telah disepkati oleh keduanya. Dari kontrak diatas juga dapat diketahui bahwa
pihak kedua sebagai pengelola modal memiliki tangung jawab terhadap perjanjian
yang telah disepakati.
Semua perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad yang baik. Demikianlah isi
pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata. Asas ini menegaskan bahwa para pihak dalam
membuat perjanjian harus didasarkan pada iktikad baik dan kepatutan, yang
mengandung pengertian pembuatan perjanjian antara para pihak harus didasarkan
pada kejujuran untuk mencapai tujuan bersama. Asas ini merupakan asas yang harus
ada dalam setiap perjanjian, dan tidak bisa ditiadakan meskipun para pihak
menyepakatinya.
Terkait dengan keberlakuan asas iktikad baik pada tahap prapembuatan kontrak,
dapat dijelaskan bahwa jika pelaksanaan suatu kontrak menimbulkan ketidak
seimbangan atau melanggar perasaan keadilan, maka hukum dapat mengadakan
penyesuaian terhadap hak dan kewajiban yang tercantum dalam kontrak tersebut.
Asas iktikad baik tersebut dilakukan dengan kesadaran sendiri tanpa adanya paksaan
dari pihak lain.
Pengujian iktikad baik harus dilakukan untuk setiap tahap kontrak, baik tahap
perancangan kontrak, tahap pembuatan atau penandatanganan kontrak, dan tahap
pelaksanaan kontrak.

8
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari kontrak diatas yang terjadi antara ibu Umdah dan Bapak Afriyanto dapat
disimpulkan bahwa kontrak tersebut telah disepakati antara dua belah pihak. Didalam
kontrak itu terjadi perjanjian yang tercipta antara pihak yang terkait. Kontrak itu telah
memenuhi syarat sah berkontrak, yaitu terdapat:
1. Adanya kesepakatan
Kata sepakat merupakan persesuaian antara kehendak dan pernyataan masing-
masing yang dibuat oleh keduabelah pihak.
2. Adanya kemampuan atau kecakapan para pihak
Kecakapan yang dimaksud terdapat di dalam pasal 1320 ayat (2) KUH Perdata,
yaitu kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum, diartikan sebagai
kemungkinan untuk melakukan perbbuatan hukum secara mandiri yang
mengikatkan diri sendiri.
3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan
4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan

Di dalam kontrak tersebut juga terdapat asas iktikad baik. Karena kontrak
tersebut dibuat berdasarkan perjanjian diantara dua belah pihak dan telah disepakati
oleh keduanya. Dari kontrak diatas juga dapat diketahui bahwa pihak kedua sebagai
pengelola modal memiliki tangung jawab terhadap perjanjian yang telah disepakati.
Semua perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad yang baik. Demikianlah isi pasal
1338 ayat 3 KUH Perdata. Asas ini menegaskan bahwa para pihak dalam membuat
perjanjian harus didasarkan pada iktikad baik dan kepatutan, yang mengandung
pengertian pembuatan perjanjian antara para pihak harus didasarkan pada kejujuran
untuk mencapai tujuan bersama. Asas ini merupakan asas yang harus ada dalam setiap
perjanjian, dan tidak bisa ditiadakan meskipun para pihak menyepakatinya.

9
B. Saran
Dalam melaksanakan kontrak harus ada kesepakatan antara dua belah pihak yang
terlibat dalam perjanjian. Jika sudah ada kesepakatan, maka kotrak itu dianggap sah.
Kontrak juga harus dilaksanakan berdasarkan asas iktikad baik, karena jika tidak
didasari dengan iktikad baik maka suatu kontrak tidak akan berjalan dengan lancar.

Di dalam kontrak juga harus terdapat saksi yang menyaksikan perjanjian kontrak
terjadi sekiranya ada 2 orang saksi. Diantara dua belah pihak juga harus ada rasa
tanggung jawab terhadap tugas kontrak yang dijalani. Serta dalam membuat kontrak
juga harus memperhatikan Pasal-Pasal yag tertera dalam Undang-Undang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Salim. 2003. Hukum Kontrak “Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak”. Jakarta: Sinar
Grafika

11

Anda mungkin juga menyukai