2. Anatomi Fisiologi
Reseptor nyeri (nosireceptor) adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri.Organ tubuh yang berperan adalah ujung
saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terdapat pada stimulus
kuat yang secara potensial merusak.
a. Mekanik (mekano sensitif) : Kerusakan ujung saraf bebas akibat
trauma karena benturan atau gerakan.
b. Thermis (thermo sensitif) : Rangsangan panas atau dingin yang
berlebihan.
c. Kimia (khemo sensitif) : Rangsangan zat kimia berupa bradikinin,
serotinin, ion kalium, asam, prostaglandin, asetilkolon, dan enzim
proteolitik.
Mekanisme Penghantaran Impuls Nyeri
a. Serabut delta A (menusuk dan tajam) : Pada kulit dan otot
bermielin halus, garis tengah 2-5 mm, kecepatan 6-30 m/detik.
b. Serabut delta C (panas & terbakar) : Dalam otot, tidak bermielin,
garis tengah 0,4-1,2 mm, kecepatan 0,5-2,0 m/detik.
3. Klasifikasi Nyeri
1. Menurut lokasinya:
a. Perifer pain : Daerah perifer (kulit & mukosa)
b. Deep pain : Somatik (periosteum/lapisan luar tulang, otot,
sendi/tendon, pembuluh darah)
c. Viseral / splanik pain : Organ viseral (renal colik,
cholesistisis/radang kandung empedu, apendisitis, ulkus gaster)
d. Reffered pain : Penyakit organ / struktur tubuh (vertebrata,
viseral, otot), ditransmisikan di bagian tubuh lain.
e. Psykogenik pain : Tanpa penyebab organik, tapi karena trauma
psikologis.
f. Phantom pain : Pada bagian tubuh yang sebenarnya sudah tidak
ada. Contohnya yaitu nyeri pada kaki yang sudah diamputasi.
g. Intractable pain : Nyeri yang resisten (melawan)
2. Menurut serangannya
a. Nyeri akut : mendadak, berlangsung < 3 bulan, intensitas berat,
area dapat diidentifikasi, karakteristik ketegangan otot
meningkat, dan cemas.
b. Nyeri kronis : Berlangsung > 3 bulan, intensitas ringan hingga
berat, sumber nyeri tidak diketahui dan sulit dihilangkan,
sensasi difus (menyebar).
3. Menurut sifatnya
a. Insidentil : Timbul sewaktu-waktu lalu menghilang, contohnya
yaitu trauma ringan.
b. Stedy : Menetap dan dalam waktu yang lama, contohnya yaitu
abses.
c. Paroximal : Intensitas tinggi dan kuat, ± 10-15 menit lalu
hilang dan timbul lagi.
4. Etiologi
a. Lingkungan
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Kelelahan
e. Budaya
f. Ansietas
g. Gaya koping
h. Pengalaman sebelumnya
i. Dukungan keluarga dan sosial
5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri Akut
1. Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
2. Menunjukan kerusakan
3. Gangguan tidur
4. Muka dengan ekspresi nyeri
5. Tingkah laku ekspresif (Gelisah, merintih, nafas panjang,
mengeluh)
6. Posisi untuk mengurangi nyeri
7. Penurunan Tanda-tanda vital
b. Nyeri Kronis
1. Perubahan berat badan
2. Melaporkan secara verbal dan non verbal
3. Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus
pada diri sendiri
4. Kelelahan
5. Perubahan pola tidur
6. Takut cedera
7. Interaksi dengan orang lain menurun
6. Patofisiologi
1. Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage), dimana
jaringan tubuh yg cedera melepaskan zat kimia inflamatori
(excitatory neurotransmitters), (histamine dan bradykinin) sebagai
vasodilator yg kuat edema, kemerahan dan nyeri dan
menstimulasi pelepasan prostaglandins.
2. Transduksi (transduction) : perubahan energi stimulus menjadi
energi elektrik, proses transmisi (transmission) yakni ketika
energi listik mengenai nociceptor dihantarkan melalui serabutsaraf
A dan C dihantarkan dengan cepat ke substantia gelatinosa di
dorsal horn dari spinal cord ke otak melalui spinothalamic
tractsthalamus dan pusat-pusat yg lebih tinggitermasuk reticular
formation, limbic system, dan somatosensory cortex.
3. Persepsi (perseption) : otak menginterpretasi signal, memproses
informasi dr pengalaman, pengetahuan, budaya, serta
mempersepsikan nyeri individu mulaimenyadari nyeri.
4. Modulasi (modulation) : saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh
melepaskan neuromodulator, seperti opioids (endorphins and
enkephalins), serotonin, norepinephrine & gamma aminobutyric
acid menghalangi /menghambat transmisi nyeri & membantu
menimbulkan keadaan analgesik, & berefek menghilangkan nyeri.
7. Komplikasi
a. Edema pulmonal
b. Kejang
c. Masalah mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
3. Distraksi dan ajarkan teknik relaksasi
4. Kompres hangat
b. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian obat Analgetik
Obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara
total.Seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada
dalam keadaan sadar.
2. Pemberian obat ANS (Anti inflamasi non steroid)
Aspirin dan Ibuprofen mengurangi nyeri dengan cara bekerja di
ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat
mediator inflamasi yang dihasilkan luka.
7. Pemeriksaan Penunjang
3. Pemeriksaan dengan skala nyeri
4. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di
abdomen
5. Rontgen untuk mengetahui tukang dalam yang abnormal
6. Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan
fisik lainnya
7. CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang peah diotak
8. EKG
9. MRI
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan
nyaman.Lingkungan pasien mencakup semua faktor fisik dan
psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap
kehidupan atau kelangsungan hidup pasien. Keamanan yang
ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya
penyakit dan cedera yang akan mempenngaruhi rasa aman dan
nyaman pasien.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas
operasi/bedah menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan
iritasi secar langsung pada reseptor sehingga mengganggu rasa
nyaman pasien.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan
nyaman, karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien
akan beresiko terkena penyakit sehingga menimbulka rasa
tidak nyaman seperti nyeri.
b. Perilaku non verbal:Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita
amati antara lain ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir
bawah, dll.
c. Kualitas: Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas
dan nyeri. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
d. Faktor presipitasi : Beberapa faktor presipitasi yang meningkatkan
nyeri antara lain lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
e. Intensitas : Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak
tertahankan, atau dapat menggunakan skala dari 0-10.
f. Waktu dan lama : Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri
mulai, berapa lama, bagaimana timbulnya, juga interval tanpa
nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
g. Karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya
nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau
tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri
Pengkajian Skala Nyeri
1. Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak
terganggu)
2. Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
3. Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakuka aktivitas
secara mandiri)
h. Pemeriksaan Fisik
Ekspresi wajah
1. Menutup mata rapat-rapat
2. Membuka mata lebar-lebar
3. Menggigit bibir dibawah
Verbal
1. Menangis
2. Beteriak
Tanda-tanda Vital
1. Tekanan darah
2. Nadi
3. Pernafasan
Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa
yang tidak nyaman.
2. Penyimpangan KDM
Faktor prosipitasi
( agen cidera,agen cedera biologis, agen cedera kimiawi, agen pencedera,
dilatasi serviks, eksblusi fetal )
Reseptor nyeri
Persepsi nyeri
Menekan syaraf