Anda di halaman 1dari 15

METODOLOGI PENELITIAN

KERANGKA TEORITIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS

Disusun Oleh :
kelompok 3
M. Septiono 13191100
R. Meeta 1319110
Sondang Vincensia. M. N 131911021

Dosen Pengampu:
Dr Syamilatul Khariroh, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul “Asuhan “kerangka teoritis dan
penyusunan hipotesis”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata
kuliah metodologi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjung Pinang..
Dalam Penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Wiwiek Liestyaningrum, S.Kep., Ns, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.
2. Zakiah Rahman, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ka.Prodi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
3. Dr. Syamilatul Khariroh .Kep, Ns, M.Kes selaku Pembimbing mata kuliah
metodologi
            Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik pada penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu penulis mengharapkan, saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Tanjungpinang,  1 April 2022

                                                                                                          
      Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hipotesis merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat
pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang
diteliti (Sugiyono, 2014: 86). Proses Penelitian merupakan proses yang panjang, berawal
pada minat untuk mengetahui fenomena atau kejadian tertentu kemudian berkembang
menjadi sebuah gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan metode penelitian yang sesuai,
dan seterusnya. Hal penting bagi seorang peneliti adalah adanya minat untuk mengetahui
masalah sosial atau fenomena sosial tertentu. Minat tersebut dapat timbul dan
berkembang karena rangsangan, bacaaan, diskusi, seminar, pengamatan, atau campuran
semuanya itu.

Penyusunan karya ilmiah diperlukan adanya sebuah proses penelitian yang dimana
mengaharuskan seorang penulis mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-
generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk
pelaksanaan penelitian (Suryabrata dalam Sugiyono, 2014). Landasan teori ini perlu
ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar
perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya landasan teori ini merupakan ciri bahwa
penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data. Dalam landasan teori perlu
dikemukakan kerangka teori dan kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat
dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian. Kerangka Teori dalam suatu penelitian

Sebelum menyusun sebuah hipotesis, penulis harus mengidentifikasi sebuah variabel


yang penting dalam sebuah situasi dan menetapkan hubungan antarvariabel melalui
pemikiran logis dalam kerangka teoretis. Disini kita berada dalam posisi untuk menguji
apakah hubungan yang diteorikan benar-benar terbukti kebenarannya. Dengan menguji
hubungan tersebut secara ilmiah melalui analisis statistik secara tepat.

B. Rumusan permasalahan
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu berkaitan dengan kerangka
teoritis dan penyusunan hipotesis dalam melakukan sebuah penelitian. Adapun rumusan
masalah ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dari telaah pustaka?
2. Apa yang dimaksud dengan kerangka teoritis?
3. Apa yang dimaksud dengan teori?
4. Apa yang dimaksud variable?
5. Apa itu hipotesis
6. Bagaimana karekteristik hipotesis yang baik?
7. Apa saja klasifikasi hipotesis?

C. Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian serta dengan
adanya rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dengan membaca makalah ini kita
dapat mengetahui:
1. Dapat menjelaskan arti dari telaah pustaka.
2. Dapat menjelaskan arti dari kerangka teoritis.
3. Dapat menjelaskan arti dari teori.
4. Dapat menjelaskan arti dari variable.
5. Dapat menjelaskan arti dari hipotesis
6. Dapat menjelaskan karekteristik hipotesis yang baik.
7. Dapat menjelaskan klasifikasi hipotesis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah pustaka
a. definisi
Telaah pustaka merupakan kajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian seorang peneliti. Telaah pustaka dilakukan guna mengetahui
apakah penelitian tersebut pernah dilakukan atau belum. Di samping untuk
mengetahui perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan
dilakukan.

Telaah Pustaka tidak hanya untuk judul dan isi Bab II dalam laporan penelitian. Bab
II dalam laporan penelitian tidak selalu harus berjudul “Telaah Pustaka” Telaah Pustaka
digunakan untuk melakukan penelitian, untuk semua bagian (laporan) penelitian.
Telaah Pustaka dapat menjadi bagian laporan penelitian, thesis, atau esai kajian
pustaka yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah.

Telaah Pustaka adalah kajian kritis atas pembahasan suatu topik yang sudah ditulis
oleh para peneliti atau ilmuwan yang terakreditasi (diakui kepakarannya).
Kepakaran diakui bila penelitian dipublikasikan melalui jurnal/seminar bertaraf
nasional/internasional atau dalam bentuk cetakan buku yang representatif. Telaah
Pustaka meliputi pelbagai sumber pustaka yang membahas satu topik/masalah
penelitian yang spesifik. Jadi melakukan Telaah Pustaka membutuhkan lebih dari
satu pustaka (bacaan).

b. tujuan
Telaah Pustaka bertujuan menyampaikan kepada pembaca pengetahuan dan ide apa
saja yang sudah dibahas dalam suatu topik penelitian. Telaah Pustaka memberi
gambaran kepada pembaca sejauh mana penelitian sudah dilakukan, pelbagai sudut
pandang yang mungkin saling bertentangan (kontroversi) mengenai topik penelitian.

c. alasan
Telaah Pustaka perlu dilakukan sebelum mulai melakukan penelitian karena
alasan-alasan berikut:
1) Untuk mengetahui apa yang sudah dan belum diteliti berkaitan dengan
topik penelitian yang kita pilih
2) Untuk memberikan gambaran lebih menyeluruh mengenai pelbagai
variasi perilaku atau fenomena dalam topik penelitian
3) Untuk mengetahui potensi hubungan antar konsep-konsep/teori-teori
4) Untuk menemukan hipotesis yang mungkin diteliti lebih lanjut (researchable
hypotheses)
5) Untuk mengetahui bagaimana peneliti lain mendefinisikan dan mengukur konsep-
konsep
6) Untuk mengetahui sumber data yang digunakan peneliti lain
7) Untuk mengembangkan proyek penelitian alternatif
8) Untuk menemukan keterkaitan proyek penelitian Anda dengan penelitian
orang lain

B. Kerangka teoritis
Menurut Sugiyono (2014) kerangka teori dalam suatu penelitian merupakan uraian
sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-
hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori
yang perlu dikemukakan/dideskripsikan akan tergantung pada luasnya permasalahan dan
secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian
terdapat tiga variabel independen dan satu dependen, maka kelompok teori yang perlu
dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan
tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Oleh karena itu, semakin banyak
variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang perlu dikemukakan.

Kerangka teoritis paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang
diteliti, melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap serta mendalam dari berbagai
referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar
variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.

Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat


digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti
atau tidak. Variabel-variabel peneliti yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari
segi pengertian maupun kedudkan dan hubungan antar variabel yang diteliti,
menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian. Kerangka
teoritis akan memberikan dasar konseptual bagi penelitian, dan kerangka teoritis adalah
mengidentifikasikan jaringan hubungan antarvariabel yang dianggap penting bagi studi
terhadap situasi masalah apapun. Oleh karena itu, sangat penting untuk kita mengetahui
apa arti variabel dan apa saja jenis variabel yang ada (Sekaran, 2014).

C. Teori
a. Definisi
Sudah dipahami bersama bahwa penelitian merupakan proses mencari
pemecahan masalah melalui prosedur ilmiah. Tahap-tahap yang harus dilalui menurut
prosedur ilmiah bukan hanya dapat dilakukan di laboratorium saja, tetapi juga
mencari kajian pustakanya atau teorinya. Kegiatan penelitian selalu bertitik tolak dari
pengetahuan dari pengetahuan yang sudah ada. Pada semua ilmu pengetahuan,
ilmuwan selalu memulai penelitiannya dengan cara menggali apa-apa yang sudah ada
(Arikunto, 1995: 75).

Dalam hal ini ada dua teori, yaitu dalam penelitian yang bersifat menjelajah
(exploratory) dimana pengetahuan mengenai persoalan masih sangat kurang, bahkan
teorinya belum ada sama sekali, dan dalam penelitian yang bersifat menerangkan
(explanatory) dimana sudah ada teori-teori yang menjadi dasar hipotesa-hipotesa
yang akan diuji (Tanzeh, 2011: 17)

Sebelum mendefinisikan teori, ada dua istilah yang perlu dijelaskan yaitu konsep
dan proposisi. Konsep menunjuk pada istilah dan definisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang
menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Mark 1963, dalam (Sitirahayu Haditono, 1999), membedakan adanya tiga macam
teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan
demikian dapat dibedakan antara lain:
1) Teori yang deduktif: memberi keterangan yang di mulai dari suatu perkiraan
atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
2) Teori yang induktif: cara menerangkan adalah dari data ke arah teori. Dalam
bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum
behaviorist.
3) Teori yang fungsional: di sini nampak suatu interaksi pengaruh antara data
dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan
pembentukan teori kembali mempengaruhi data.

Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang
sebagai berikut:
1) Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-
hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif.
2) Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu.
Di sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu
datang suatu konsep yang teoritis (induktif).
3) Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara
data dan pendapat yang teoretis.

Berdasarkan hal tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa,
suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem
pengertian ini diperoleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat
diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori.

b. Fungsi
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, Sugiyono (2014) mengemukakan
ada tiga fungsi teori yaitu:
1. Teori digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup variabel
yang akan diteliti.
2. Prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta yaitu untuk merumuskan hipotesis
dan menyususn instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan
pernyataan yang bersifat prediktif.

D. Variable
a. Definisi
Menurut Depdiknas (2008: 1605), variabel diartikan sesuatu yang dapat berubah;
faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan.
Secara teoretis Hacth dan Farhady (dalam Sugiyono, 2014: 89) menyatakan bahwa
variabel dapat difenisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai
“variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.

Jadi, dapat di simpulkan bahwa variabel adalah besaran yang bisa diubah dan selalu
berubah sehingga mempengaruhi kejadian dari hasil penelitian. Dengan
menggunakan variabel ini kita bisa menghitung data apa saja yang masih dibutuhkan.

b. Jenis variable
Sugiyono (2014: 91) menyebutkan hubungan antara satu variabel dengan variabel
yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi 4
macam:
1) Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat sering disebut sebagai variabel output, krtiteria, konsekuen.
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas.
2) Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebuah perubahannya atau timbulnya variabel terikat.

3) Variabel Moderator (Moderating Variable)


Variabel moderator yaitu variabel yang memperkuat atau memperlemah
hubungan antara variabel bebas dengan variable terikat. Sebagai contoh,
hubungan suami istri akan semakin kuat dengan hadirnya anak dalam
pernikahan mereka dan akan menjadi renggang jika ada pihak ketiga yang
mempengaruhi hubungan tersebut.
4) Variabel Antara (Intervening Variable)
Variabel antara adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat msenjadi suatu
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.

Contoh yang dapat kami berikan yaitu bahwa tinggi rendahnya penghasilan
akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap harapan hidup (panjang
pendeknya umur). Hal ini menjelaskan adanya variabel antara, yaitu berupa
gaya hidup seseorang. Antara variabel pengahasilan dengan gaya hidup,
terdapat variabel moderator, yang berupa budaya lingkungan tempat tinggal.
5) Variabel Kontrol
Variaber kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi
oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh
peneliti bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan melalui
penelitian eksperimen.

E. Hipotesis
a. Definisi
Menurut Zikmund, hipotesis adalah proposisi atau dugaan yang belum terbukti. Jadi
hipotesis masih bersifat tentatif. Pernyataan hipotesis hanya menjelaskan fenomena
dan kemungkinan jawaban atas pertanyaan penelitian. Jawaban sesungguhnya
didapatkan setelah penelitian dilakukan.

Kemudian secara singkat dan padat, Nasution menjelaskan hipotesis adalah


dugaan tentang apa yang kita amati. Dugaan ini adalah bentuk upaya kita untuk
memahami suatu masalah atau fenomena.
Tak juga berbeda dengan Nasution, Kerlinger menerangkan hipotesis adalah
pernyataan dugaan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jadi hipotesis selalu
berbentuk kalimat pernyataan. isinya adalah penjelasan tentang hubungan variabel
secara umum maupun khusus.

berdasarkan asal kata, hipotesis berasal dari bahasa Yunani yakni hupo dan thesis.
Hupo adalah sementara, sedangkan thesis adalah pernyataan atau teori.

Sehingga hipotesis adalah pernyataan sementara. Inilah praduga peneliti terhadap


masalah penelitian. Namun hipotesis ini bukanlah kebenaran. Karena praduga,
hipotesis bisa benar dan bisa juga salah.

b. Fungsi
Hipotesis adalah salah satu bagian penting dalam sebuah karya tulis ilmiah.
Kegunaannya meliputi:
1) Memberikan penjelasan sementara tentang gejala
2) Memudahkan perluasan pengetahuan dalam bidang tertentu
3) Memberikan pernyataan hubungan yang dapat diuji
4) Memberikan arah penelitian
5) Memberikan kerangka untuk laporan penelitian

F. Karakteristik hipotesis yang baik


Menurut Kerlinger, hipotesis yang baik harus memenuhi kriteria:
1) Pernyataan tentang relasi antar variabel
2) Mengandung implikasi yang jelas. Gunanya untuk pengujian hubungan variabel
tersebut.

Lebih lengkap dan rinci, Nazir menjelaskan ada 6 ciri hipotesis yang baik. adalah:

1) Harus menyatakan hubungan antar variable


2) Sesuai fakta
3) Berhubungan dengan ilmu dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
4) Dapat diuji dengan nalar atau alat-alat statistika
5) Dinyatakan dengan sederhana dan terbatas. Tujuannya agar menghindari
kesalahpahaman pengertian
6) Dapat menerangkan hubungan fakta-fakta dan bisa dikaitkan dengan teknik
pengujian.

G. Klasifikasi hipotesis
Menurut klasifikasi lain ada hipotesis nol dan hipotesis alternative atau hipotesis kerja,
dan menurut klasifikasi lain ada hipotesis mayor dan hipotesis minor. Selengkapnya jenis
dan klasifikasi hipotesis akan diuraikan sebagai berikut:
1.) Hipotesis Dilihat dari Kategori Rumusannya
Menurut Yatim Riyanto, (1996:13) dalam Nurul Zuriah, (2006:163) hipotesis
dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi dua, yaitu :
 Hipotesis nihil (null hypotheses) atau biasa disingkat (Ho)
Hipotesis nihil (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya
hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Contoh :
Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi
belajar siswa SD.
 Hipotesis alternatif (alternative hypotheses) atau disingkat (Ha)
Hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Contoh :
Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar
siswa SD. Hipotesis alternatif ada dua macam yaitu directional hypotheses
dan non directional hypotheses (Fraenkel dan Wallen, 1990: 42, Suharsimi
Arikunto, 1989:57 dalam Nurul Zuriah, 2006:163).
o Hipotesis Terarah (Directional Hypotheses)
Hipotesis terarah merupakan hipotesis yang diajukan oleh
peneliti, dimana peneliti sudah menemukan dengan tegas yang
menyatakan bahwa variabel independent memang sudah diprediksi
berpengaruh terhadap variable dependent. Misalnya: siswa yang
diajar dengan metode inkuiri lebih tinggi prestasi belajarnya
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan
metode ceramah.
o Hipotesis Tak Terarah (Non Directional Hypotheses)
Hipotesis Tak Terarah merupakan hipotesis yang diajukan dan
dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel
independent berpengaruh terhadap variabel dependent. Fraenkel
dan Wallen, (1990:42) dalam Nurul Zuriah, (2006:163)
menyatakan bahwa hipotesis tak terarah menggambarkan bahwa
peneliti tidak menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil
penelitian yang akan dilakukan. Contoh : Ada perbedaan pengaruh
pengunaan metode mengajar Tanya jawab dan PBL terhadap
prestasi belajar mahasiswa FKIP.

2) Hipotesis Dilihat dari Sifat Variabel yang Akan Diuji


Menurut Yatim Riyanto, (1996:14) dalam Nurul Zuriah, (2006:163-164)
berdasarkan sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu sebagai berikut:
 Hipotesis tentang hubungan
Merupakan hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua
variabel atau lebih, mengacu pada penelitian korelasional. Hubungan antara
variabel tersebut dapat dibedakan menjadi 3 hal, yaitu sebagai berikut :
o Hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik, contoh : Hubungan
antara kemampuan fisika dan kimia, nilai fisika mempunyai hubungan
sejajar dengan dengan nilai kimia, tetapi tidak merupakan hubungan
sebab akibat dan timbal balik. Nilai fisika yang tinggi tidak
menyebabkan nilai kimia yang tinggi, dan sebaliknya.keduanya
memiliki hubungan mungkin disebabkan karena factor lain, mungkin
kabiasaan mereka berfikir logis sehingga mengakibatkan adanya
hubungan antara keduanya.
o Hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik, contoh : hubungan antara
tingkat kekayaan dengan kelancaran berusaha. Semakin tinggi tingkat
kekayaan, semakin tinggi tingkat kelancaran usahanya, dan sebaliknya.
o Hubungan yang menunjukkan pada sebab akibat, tetapi tidak timbal
balik. Contoh : hubungan antara waktu PBM dengan kejenuhan siswa.
Semakin lama waktu PBM berlangsung, siswa semakin jenuh terhadap
pelajara yang disampaikan.
 Hipotesis tentang perbedaan
Sedangkan hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan
perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis
tentang perbedaan ini mendasari berbagai penelitian komparatif dan
eksperimen.
Contoh 1 :
Ada perbedaan prestasi belajar siswa SMA antara yang diajar dengan
metode ceramah dan Tanya jawab (CT) dan metode diskusi (penelitian
eksperimen)
Contoh 2 :
Ada perbedaan prestasi belajar siswa SMA anta yang berada di kota dan di
desa. (penelitian komparatif).

3) Jenis Hipotesis yang Dilihat dari Keluasaan atau Lingkup Variabel yang Diuji
Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, hipotesis dapat dibedakan menjadi
hipotesis mayor dan hipotesis mior.
 Hipotesis Mayor merupakan hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel
dan seluruh subjek penelitian.
Contoh : ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi orang tua dengan
prestasi belajar siswa SMA.
 Hipotesis Minor merupakan hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau
sub-sub dari hipotesis mayor.
Contoh :
- Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi
belajar siswa SMA.
- Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar
siswa SMA.
- Ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi belajar siswa
SMA.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskansebagai jawaban
tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis
proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel
yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan
dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini diturunkan atau bersumber dari teori dan
ditinjau literstur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Pernyataan
hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan
dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yangtelah
dijelaskan dalam kerangka teoriyang digunakan untuk menjelaskan masalah
penelitian. Sebab teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk
digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam
penelitian.

Merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak memiliki kerangka teori yang menjelaskan
fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah
penelitian atau tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan teori yang ada.
Kemudian, karena dasar penyusunan hipotesis yang reliabel dan dapat diuji adalah
teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu
fenomena atau peristiwa atau hubungan antara fenomena yang ditentukan oleh
tingkatketepatan atau kebenaran teori yang digunakan dan yang disusun dalam
kerangka teoritis. Karena itu baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada keadaan
relatif dari teori penelitian mengenai suatu fenomena sosial disebut hipotesis
penelitian atau hipotesis kerja.

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa STIKES hangtuah
Tanjungpinang bisa memahami dan membuat hipotesis dan kerangka teoritis.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. , 1995. Manajemen Penelitian . Jakarta: PT Rineka Cipta.

Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Martono, Nanang. 2011. Metode penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.
Sekaran, Uma. 2014. Research Methods For Business (Edisi 4). Jakarta: Salemba
Empat

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Afabeta.

. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) . Jakarta:


Alfabeta.

. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta. Cet Ke-14.

Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi Penelitian Praktis .


Yogyakarta: Teras.

Anda mungkin juga menyukai