Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“Pemberian Obat Pada Ibu Hamil”

DOSEN:
Riantty Mansyur, STr. Keb
Kelompok 1:
1. Fadila thalib
2. Ade Marchelina lauma
3. Sri ayu datukramat
4. Elsy Kauwan
5. Hastita mamonto
6. Wita Mumude
7. Fitriani R Sading

INSTITUT KESEHATAN & TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA


KOTAMOBAGU
FAKULTAS KESEHATAN
DIII KEBIDANAN
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya, karena atas izin dan karuniaNyalah kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Pemberian Obat Pada Ibu Hamil”. Adapun tujuan
kami sebagai penulis dalam membuat makalah ini adalah untuk membuat
pembaca mengerti dan memahami tentang kehamilan ganda serta komplikasinya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan,
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya.Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................i


DAFTAR ISI .........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG .....................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................4
1.3. TUJUAN ........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................5
2.1. Pengertian Obat ..............................................................................5
2.2. Perubahan Farmakokinetika Obat pada saat Kehamilan ................5

2.3. Pengklasifikasian Obat Ibu hamil .................................................10


2.4. Farmakologi kehamilan pada wanita dengan riwayat penyakit ....16
2.5. Prinsip penggunaan obat pada kehamilan .....................................18
BAB III PENUTUP ............................................................................19
3.1 KESIMPULAN ..............................................................................19
3.2 SARAN ..........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan interaksi


antara sebuah sistem dalam mahluk yang hidup dan zat-zat kimia dari luar yang
masuk ke dalam sistem tersebut. Obat dapat diartikan sebagai setiap molekul kecil
yang ketika masuk ke dalam tubuh, akan mengubah fungsi tubuh melalui berbagai
interaksi di tingkat molekuler. Pemberian obat harus selalu dilakukan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pengetahuan hayati (bioscience) yang relevan,
dasar evidensi dan pertimbangan hukum.

Banyak fakta yang mengatakan bahwa 80% ibu hamil dan ibu menyusui
terpaksa minum obat karena masalah kesehatan yang mereka alami, 12% ibu
hamil mengkonsumsi obat-obat analgetika, sedangkan 9% menggunakan obat
yang diresepkan dokter, akibat penyakit yang menyertai seperti hipertensi dan
asma. Dengan hal demikian akan menimbulkan dampak kecacatan pada bayi,
seperti yang dialami 1 diantara 25 bayi di Australia mengalami cacat lahir relative
berkaitan dengan penggunaan obat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian obat?


2. Bagaimana perubahan farmakologi obat pada kehamilan?
3. Bagaimana pengklasifikasian obat pada kehamilan?
4. Bagaimana farmakologi kehamilan pada wanita dengan riwayat penyakit?
5. Bagaimana prinsip penggunaan obat pada kehamilan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian obat


2. Mengetahui perubahan farmakologi obat pada kehamilan
3. Mengetahui pengklasifikasian obat pada kehamilan
4. Mengetahui farmakologi kehamilan pada wanita dengan riwayat penyakit
5. Mengetahui prinsip penggunaan obat pada kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Obat

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan,
memperelok badan atau bagian badan manusia (SK Menteri Kesehatan.
No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9 Juni 1971).

Menurut Ansel (2001), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis,
mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia
atau hewan.

- Pemberian Obat Pada Ibu Hamil dan Menyusui

Ibu hamil yang menggunakan obat memerlukan pertimbangan sangat


khusus karena risiko yang ditimbulkan tidak hanya berdampak pada ibu, tetapi
pada janin yang dikandungnya. Risiko yang paling dikhawatirkan adalah
timbulnya kecacatan pada bayi, baik berupa cacat fisik maupun cacat fungsional.
Oleh karena itu penggunaan obat pada ibu hamil memerlukan pertimbangan
apakah manfaat penggunaan obat lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan,
sehingga ibu dan janinnya bisa melalui proses kelahiran yang lancar dan sehat

Tidak ada obat yang mutlak aman untuk ibu hamil, obat bisa menimbulkan
efek teratogenik berupa kecacatan fisik dan juga pertumbuhan yang terganggu,
karsinogenesis, gangguan fungsional atau mutagenesis.

Diperkirakan ada sekitar 3% kecacatan janin akibat obat dari seluruh


kelahiran cacat. Risiko paling tinggi untuk menimbulkan efek teratogenik terjadi
pada masa trisemester I, lebih tepatnya minggu ketiga sampai minggu ke delapan
dimana sebagian besar organ utama dibentuk setelah minggu kedelapan jarang
terjadi anomali struktur karena organ utama sudah terbentuk dalam fase ini.
Kecacatan fungsional terjadi pada trisemester II dan III, seperti pada penggunaan
obat ACE inhibitor yang menyebabkan hipotensi pada janin

Obat yang diberikan kepada wanita hamil umumnya dapat melalui


plasenta. Transfer obat melalui membran plasenta terjadi secara difusi pasif.

2.2 Perubahan Farmakokinetika Obat pada saat Kehamilan

Pada masa kehamilan, perubahan fisiologis akan terjadi secara dinamis,


hal ini dikarenakan terbentuknya unit fetal-plasental-maternal. Karena perubahan
fisiologis inilah maka farmakokinetika obat baik absorpsi, distribusi, metabolisme
maupun ekskresi pun ikut berubah. Respon ibu dan janin terhadap obat selama
kehamilan dipengaruhi oleh dua faktor utama:

1. Perubahan Farmakokinetika Obat Akibat Perubahan Maternal

a. Absorbsi saluran cerna

Pada wanita hamil terjadi penurunan sekresi asam lambung (40%


dibandingkan wanita tidak hamil), disertai peningkatan sekresi mukus,
kombinasi kedua hal tersebut akan menyebabkan peningkatan pH lambung
dan kapasitas buffer. Secara klinik hal ini akan mempengaruhi ionisasi asam-
basa yang berakibat pada absorbsinya

b. Absorbsi paru

Pada kehamilan terjadi peningkatan curah jantung, tidal volume, ventilasi,


dan aliran darah paru. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan peningkatan
absorbsi alveolar, sehingga perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat
inhalan.

c. Distribusi

Volume distribusi obat akan mengalami perubahan selama kehamilan


akibat peningkatan jumlah volume plasma hingga 50%. Peningkatan curah
jantung akan berakibat peningkatan aliran darah ginjal sampai 50% pada akhir
trimester I, dan peningkatan aliran darah uterus yang mencapai puncaknya
pada aterm (36-42 L/jam); 80% akan menuju ke plasenta dan 20% akan
mendarahi myometrium. Akibat peningkatan jumlah volume ini, terjadi
penurunan kadar puncak obat (Cmax) dalam serum.

d. Pengikatan protein

Sesuai dengan perjalanan kehamilan, volume plasma akan bertambah,


tetapi tidak diikuti dengan peningkatan produksi albumin, sehingga
menimbulkan hipoalbuminemia fisiologis yang mengakibatkan kadar obat
bebas akan meningkat. Obat-obat yang tidak terikat pada protein pengikat
secara farmakologis adalah obat yang aktif, maka pada wanita hamil
diperkirakan akan terjadi peningkatan efek obat.

e. Eliminasi oleh hati

Fungsi hati dalam kehamilan banyak dipengaruhi oleh kadar estrogen


dan progesteron yang tinggi. Pada beberapa obat tertentu seperti phenytoin,
metabolisme hati meningkat mungkin akibat rangsangan pada aktivitas enzim
mikrosom hati yang disebabkan oleh hormon progesteron; sedangkan pada
obat-obatan seperti teofilin dan kafein, eliminasi hati berkurang sebagai akibat
sekunder inhibisi komfetitif dari enzim oksidase mikrosom oleh estrogen dan
progesterone.

f. Eliminasi ginjal

Pada kehamilan terjadi peningkatan aliran plasma renal 25-50%. Obat-


obat yang dikeluarkan dalam bentuk utuh dalam urin seperti penisilin,
digoksin, dan lithium menunjukkan peningkatan eliminasi dan konsentrasi
serum steady state yang lebih rendah.

2. Efek kompartemen fetal-plasental

Jika pemberian obat menghasilkan satu kesatuan dosis maupun


perbandingan antara kadar obat janin: ibu maka dipakai model kompartemen
tunggal. Tetapi jika obat lebih sukar mencapai janin maka dipakai model dua
kompartemen di mana rasio konsentrasi janin: ibu akan menjadi lebih rendah pada
waktu pemberian obat dibandingkan setelah terjadi distribusi.

a. Efek protein pengikat

Protein plasma janin mempunyai afinitas yang lebih rendah dibandingkan


protein plasma ibu terhadap obat-obatan. Tetapi ada pula obat-obatan yang
lebih banyak terikat pada protein pengikat janin seperti salisilat. Obat-obat
yang tidak terikat (bebas) adalah yang mampu melewati sawar plasenta.

b. Keseimbangan asam-basa

Molekul yang larut dalam lemak dan tidak terionisasi menembus


membran biologis lebih cepat dibandingkan molekul yang kurang larut dalam
lemak dan terionisasi selain itu PH plasma janin sedikit lebih asam
dibandingkan ibu. Dengan demikian basa lemah akan lebih mudah melewati
sawar plasenta. Tetapi setelah melewati plasenta dan mengadakan kontak
dengan darah janin yang relatif lebih asam, molekul-molekul akan lebih
terionisasi. Hal ini akan berakibat penurunan konsentrasi obat pada janin dan
menghasilkan gradien konsentrasi. Fenomena ini dikenal sebagai ion trapping.

c. Eliminasi obat secara feto-placental drug eliminaton

Terdapat bukti-bukti bahwa plasenta manusia dan fetus mampu


memetabolisme obat. Semua proses enzimatik, termasuk fase I dan fase II
telah ditemukan pada hati bayi sejak 7 sampai 8 minggu pasca pembuahan
tetapi proses tersebut belum matang, dan aktivitasnya sangat rendah.
Kemampuan eliminasi yang berkurang dapat menimbulkan efek obat yang
lebih panjang dan lebih menyolok pada janin. Sebagian besar eliminasi obat
pada janin dengan cara difusi obat kembali ke kompartemen ibu. Tetapi
kebanyakan metabolit lebih polar dibandingkan dengan asal-usulnya sehingga
kecil kemungkinan mereka akan melewati sawar plasenta, dan berakibat
penimbunan metabolit pada jaringan janin. Dengan pertambahan usia
kehamilan, makin banyak obat yang diekskresikan ke dalam cairan amnion,
hal ini menunjukkan maturasi ginjal janin.
d. Keseimbangan Obat Maternal-fetal

Jalur utama transfer obat melalui plasenta adalah dengan difusi


sederhana. Obat yang bersifat lipofilik dan tidak terionisasi pada pH fisiologis
akan lebih mudah berdifusi melalui plasenta. Kecepatan tercapainya
keseimbangan obat antara ibu dan janin mempunyai arti yang penting pada
keadaan konsentrasi obat pada janin harus dicapai secepat mungkin, seperti
pada kasus-kasus aritmia atau infeksi janin intrauterin, karena obat diberikan
melalui ibunya.

- Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transfer ini adalah:

konsentrasi obat dalam darah ibu aliran darah plasenta sifat fisiokimia
obat (berat molekul rendah, obat yang larut dalam lemak, non-polar, dan tidak
terionisasi akan lebih mudah melewati membran plasenta), hanya obat yang
berada dalam bentuk bebas dari ikatan protein yang dapat melewati membran
plasenta

2.3 Pengklasifikasian Obat Ibu hamil

Rujukan yang paling dipercaya kalangan medis untuk sesuatu obat itu
aman atau tidak untuk wanita hamil adalah Pedoman yang disusun US FDA
(Badan POM Amerika Serikat).

FDA membagi tingkat keaman obat tersebut kedalam 5 kategori:

1. Kategori A
Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko bagi
janin pada trimester pertama kehamilan. Dan tidak ada bukti mengenai resiko
pada trimester ke dua dan ketiga. Kemungkinan adanya bahaya terhadap janin
sangat rendah.

Contoh2 obat kategori A

- Ascorbic acid (vitamin C) masuk kategori C jika dosisnya melebihi US


RDA,
- Doxylamine, Ergocalciferol masuk kategori D jika dosisnya melebihi US
RDA,

- Folic acid masuk kategori C jika dosisnya melebihi 0,8 mg per hari,

- Hydroxocobalamine masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA,

- Liothyronine, Nystatin vaginal sup masuk kategori C jika digunakan per


oral dan topikal,

- Pantothenic acid masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA,

- Potassium chloride, Potassium citrate, Potassium gluconate, Pyridoxine


(vitamin B6), Riboflavin masuk kategori C jika dosisnya melebihi US
RDA,

- Thiamine (vitamin B1) masuk kategori C jika dosisnya melebihi US


RDA,

- Thyroglobulin, Thyroid hormones, Vitamin D masuk kategori D jika


dosisnya melebihi US RDA,

- Vitamin E masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA.

2. Kategori B

Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan


adanya resiko terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil atau
sistem reproduksi binatang percobaan yang menunjukkan efek samping ( selain
penurunan tingkat kesuburan), yang juga tidak diperoleh pada studi terkontrol
pada trimester 1 dan tidak terdapat bukti adanya resiko pada trimester selanjutnya.

Contoh obat kategori B

- Acetylcysteine, Acyclovir, Amiloride masuk kategori D jika digunakan untuk


hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan

- Ammonium chloride, Ammonium lactate topical,


- Amoxicillin, Amphotericin B, Ampicillin, Atazanavir, Azatadine, Azelaic acid,
Benzylpenicillin, Bisacodyl, Budesonide inhalasi, nasal,

- Buspiron, Caffeine, Carbenicillin, Camitine, Cefaclor, Cefadroxil, Cefalexin,


Cefalotin, Cefamandole, Cefapirin, Cefatrizine, Cefazolin, Cefdinir, Cefditoren,
Cefepime, Cefixime, Cefmetazole, Cefonicid, Cefoperazone, Ceforanide,
Cefotaxime, Cefotetan disodium, Cefoxitin, Cefpodoxime, Cefprozil, Cefradine,
Ceftazidime, Ceftibuten, Ceftizoxime, Ceftriaxone, Cefuroxime, Cetirizine,
Chlorhexidine mulut dan tenggorokan,

- Chlorpenamine, Chlortalidone masuk kategori D jika digunakan untuk hipertensi


yang diinduksi oleh kehamilan,

- Ciclacillin, Ciclipirox, Cimetidine, Clemastine, Clindamycin, Clotrimazole,


Cloxacillin, Clozapine, Colestyramine, dan masih banyak lagi.

3. Kategori C

Studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping pada


janin (teratogenik) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita. Atau studi pada
wanita maupun binatang percobaan tidak tersedia. Obat dalam kategori ini hanya
boleh diberikan kepada ibu hamil jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari
resiko yang mungkin terjadi pada janin.

Contoh obat kategori C

• Acetazolamide, Acetylcholine chloride, Adenosine, Albendazole, Albumin,


Alclometasone, Allopurinol, Aluminium hydrochloride, Aminophylline,
Amitriptyline, Amlodipine, Antazoline, Astemizole, Atropin, Bacitracin,
Beclometasone, Belladonna, Benzatropine mesilate, Benzocaine, Buclizine,
Butoconazole, Calcitonin, Calcium acetate, Calcium ascorbate, Calcium
carbonate, Calcium chloride, Calcium citrate, Calcium folinate, Calcium
glucoheptonade, Calcium gluconate, Calcium lactate, Calcium phosphate,
Calcium polystyrene sulfonate, Capreomycin, Captopril,
• Carbachol, Carbidopa, Carbinoxamine, Chloral hydrate, Chloramphenicol,
Chloroquine, Chlorothiazide, Chlorpromazine, Choline theophyllinate, Cidofovir,
Cilastatin, Cinnarizine, Cyprofloxacin, Cisapride, Clarithromycin, Clinidium
bromide, Clonidine, Co-trimoxazole, Codeine, Cyanocobalamin, Deserpidine,
Desonide, Desoximetasone, Dexamethasone, Dextromethorphan, Digitoxin,
Digoxin, Diltiazem, Dopamine, Ephedrine, Epinephrine, Fluconazole,
Fluocinolone, Fosinopril, Furosemide, Gemfibrozil, Gentamicin, Glibenclamide,
Glimepiride, Glipizide, Griseofulvin, Hydralazine, Hydrocortisone, Hyoscine,
Hyoscyamine, Isoniazid, Isoprenaline, Isosorbid dinitrate, Ketoconazole,
Ketotifen fumarate, Magaldrate, Mefenamic acid, Methyl prednisolone, dan masih
banyak lagi.

4. Kategori D

Terdapat bukti adanya resiko terhadap janin manusia. Obat ini hanya
diberikan bila manfaat pemberian jauh lebih besar dibandingkan resiko yang akan
terjadi. (terjadi situasi yang dapat mengancam jiwa ibu hamil, dalam hal mana
obat lain tidak dapat digunakan/ tidak efektif).

Contoh obat kategori D

• Amikacin, Amobarbital, Atenolol, Carbamazepine, Carbimazole,


Chlordizepoxide, Cilazapril, Clonazepam, Diazepam, Doxycycline, Imipramine,
Kanamycin, Lorazepam, Lynestrenol, Meprobamate, Methimazole, Minocycline,
Oxazepam, Oxytetracycline, Tamoxifen, Tetracycline, Uracil, Voriconazole dan
masih banyak lagi.

5. Kategori X

Studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya


kelainan janin (abnormalitas) atau terbukti beresiko terhadap janin. Resiko
penggunaan obat pada wanita hamil jelas lebih besar dari manfaat yang diperoleh.
Obat kategori X merupakan kontra indikasi bagi wanita hamil atau memiliki
kemungkinan untuk hamil.
Contoh obat kategori X

• Acitretin, Alprotadil parenteral, Atorvastatin, Bicalutamide, Bosentan,


Cerivastatin disodium, Cetrorelix, Chenodeoxycholic acid, Chlorotrianisene,
Chorionic gonadotrophin, Clomifen, Coumarin, Danazol, Desogestrel, Dienestrol,
Diethylstilbestrol, Dihydro ergotamin, Dutasteride, Ergometrin, Ergotamin,
Estazolam, Etradiol, Estramustine, Estriol succinate, Estrone, Estropipate, Ethinyl
estradiol, Etretinate, Finasteride, Fluorescein parenteral, Flurouracil,

Obat yang digunakan pada kehamilan

1. Preparat Antasid

Fungsinya untuk meredakan gejala gangguan lambung seperti nyeri uluhati


dan gangguan cerna, tetapi bukan ulkus.

Kerja dan efek samping Antasid

Preparat antasid mengurangi keasaman lambung yang :

1. Menetralkan isi lambung


2. Menurunkan refluks dengan meningkatkan tekanan pada sfingter
esoffagus bagian distal.
3. Dapat meningkatkan sekresi asam lambung sehingga memperburuk
gejalanya atau memperbesar bahaya terjadinya aspirasi lambung.

Contoh obat preparat antasid : Bisodol,andrews antacid,gaviscon.settlers,algico,


infacol.

 Interaksi dengan antasid.

Absorbsi kebanyakan obat, termasuk obat-obat kontrapsepsi oral, akan


diganggu oleh antasid dan salut enteriknya akan dirusak. (brucker &
Faucher,1997)

 Kewaspadaan
o Penggunaan antasid apapun dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
pembentukan batu ginjal.
o Jika sudah terdapat insufisiensi renal dengan derajat berapapun (seperti
pada pre-eklampsia atau jika ada bukti ISK yang berkali-kali),penggunaan
antasid sebaiknya dihindari karena preparat ini dapat menumpuk dan
menyebabakn toksitositas.
o Penggunaan antasid lebih dari tiga bulan dapat disertai dengan cacat lahir.
(Van Way,1999)
2. Obat antagonis Histamin²

Fungsinya untuk meminimalkan kerusakan paru yang disebabkan oleh


aspirasi isi lambung.

Kerja dan efek samping antagonis :

o meningkatkan sekresi gastrin.


o mengurangi pengeluaran asam lambung.
o menyebabkan vertigo, somnolen, dan rasa lelah
o menyebabkan mual, kram lambung, konstipasi, diare.

Conth obat : De-Nol, Losec.

Interaksi dengan antagonis H2 :

o Tidak dapat diserap dengan baik jika diminum dengan antasid, harus
berselang 2 jam.
o Kebiasaan merokok akan mengurangi kesembuhan ulkus dan
meningkatkan penguraian obat-obat antagonis H2.
3. Obat pencahar (Laksatit)

Fungsinya sebagai obat yang memfalisitasi evakuasi usus. Obat ini diberikan
dalam bentuk preparat oral, enema, atau supositoria.

Efek sampingnya menimbulkan gangguan fungsi normal gangguan


keseimbangan cairan dan elektrolit, flora colon, motilitas usus.

Contoh obat pencahar : Fybogel, Normacol, Carbalax, Micolette micro-enema.

Interaksi dengan obat pencahar :


o Dapat mengikat obat lain dan mineral sehingga mengganggu absorbsi.
o Pemberian dengan preparat lain harus selang 2 jam, jika tidak akan
menimbulkan motilitas lambung.

2.4 Farmakologi kehamilan pada wanita dengan riwayat penyakit

a. Penyakit asma pada kehamilan

Penyakit asma dapat mengenai hingga 10% dari populasi penduduk di


negara industri, yang meliputi 5% ibu hamil.

Penyakit asma ditandai oleh inflamasi,edema, infiltrasi eosinofil dan


remodelin bronkiolus.

Obat yang digunakan pada asma

 Bronkodilator

agonis adrenoreseptor beta (salbutamol), preparat anti muskarinik


(ipratropium), metilsantin (teofilin).

• Anti-inflamasi

kromon (kromoglikat), kortikosteroid dan glukokortiroid (beklometason,


prednisolon), antagonis reseptor leukotrien (tidak dianjurkan pada
kehamilan).

b. Gangguan mental

Obat yang digunakan

• Anti depresan (fluoksetin, paroksetin)

Efek sampingnya yaitu anoreksia, mual, diare, konstipasi, gangguan cerna,


kecemasan, perubahan frekuensi jantung, perdarahan.

• Antipsikotik (proklorperazin)

Efek sampingnya yaitu kelainan postur dan gerak, produksi prolaktin.


Arisiolitik (benzodiazepin)
Efek sampingnya yaitu penurunan tonus otot, pada neonatus dapat
menimbulkan sindrom bayi yang terkulai, depresi pernapasan.

• preparat anti mania(senyawa litium, karbamazepin)

Efek sampingnya yaitu mual, muntah, diare.

c. Diabetes mellitus

Kelainan metabolisme yang kronis dan terjadi karena defisiensi insulin


atau resistensi insulin. Penanganannya dapat berupa pengaturan makan atau
diet dan pemberian obat-obat hipoglikemi oral atau insulin. Pasien diabetes
yang hamil harus mengkonsumsi 25 gram karbohidrat pada saat makan.

d. Epilepsi

Serangan epilepsi yang menyeluruh berpotensi untuk membahayakan


keselamatan ibu dan janinnya. Serangan kejang tonik-klonik dapat
menyebabkan hipoksia janin serta asidosis. Serangan epilepsi pada kehamilan
dini menyebabkan pada embrio dan mengakibatkan malformasi.

Obat yang digunakan pada epilepsy

- Obat antiepilepsi generasi pertama.


- Karbamazepin

Efek sampingnya yaitu akne, hirsutisme, kerusakan sumsum tulang


yang dapat menimbulkan agranulositosis/ anemia aplatik yang fatal.

- Natrium valproat

Efek sampingnya yaitu kelainan hati yang serius dan perdarahan.

- Fenitoin

Efek sampingnya yaitu insomnia, mual, muntah, konstipasi dan anemia.

Obat antiepilepsi generasi kedua

- felbamat
- gabapentin
- lamotrigin
- okskarbazepin
- tiagabin
- topiramat
- vigabatrin

2.5 Prinsip penggunaan obat pada kehamilan

- Bila mungkin, penanganan tanpa obat harus dicoba dahulu


- Umumnya obat-obat lama yang sudah terbukti keamanannya lebih disukai
daripada obat-obat yang baru dipasarkan
- Preparat kombinasi sedapat mungkin harus dihindari dan sebaiknya dipilih
preparat yang mengandung sebuah unsur obat saja
- Hindari penggunaan obat bebas pada trimester pertama kecuali alasan
yang mendesak
- Gunakan obat dengan takaran yang paling rendah untuk janhka waktu
yang sesingkat mungkin.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obat yang aman digunakan untuk ibu hamil dengan berkategori A B dan C
serta obat yang tidak baik dikonsumsi untuk ibu hamil dengan kategori D dan X.

3.2 Saran

Ibu hamil disarankan agar tidak terlalu bergantung pada obat ketika
mengalami keluhan dan lebih baik mengkonsumsi yang alami
DAFTAR PUSTAKA

https://rsudza.acehprov.go.id/tabloid/2019/05/07/pemberian-obat-pada-ibu-hamil-
dan-menyusui/

https://www.ydhartono.com/2017/10/pemberian-obat-pada-ibu-hamil-dan.html?
m=1

Jordan, Sue. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: EGC.

Perubahan Farmakokinetika Obat pada saat Kehamilan _ farmakoterapi-info.htm.


diakses tanggal 14 Oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai