Nim : 2019200002
Kelas :B
Soal :
Jawaban :
Pengujian UU adalah salah satu kewenangan dari Mahkamah Konstitusi yang mana
pengujian UU di MK ini ialah salah satu tugas dari MK itu sendiri. Walaupun ada
kewenangan-kewenangan lainnya yang juga melekat, tetapi kewenangan-kewenangan
tersebut bukan tugas utama dari lembaga Mahkamah Konstitusi, karena ada Pemohon dan
Termohon, ada pihak lawan, ada sengketa kepentingan dan sengketa hak. Sedangkan pada
pengujian UU tidak ada lawan, tidak ada termohon, yang diuji adalah norma. Jika
misalnya ada pihak DPR dan Pemerintah yang diundang MK hadir dalam sidang
pengujian undang-undang, sifatnya hanya sebatas pemberi keterangan. Oleh karenanya
perkara pengujian UU mendominasi di Mahkamah Konstitusi, karena setiap orang berhak
melakukan pengujian undang-undang apabila hak konstitusionalnya dirugikan. Pengujian
UU di MK adalah salah satu kewenangan MK yang pertama, karena hal yang paling
ditekankan sebagai salah satu latar belakang atau alasan MK ini terbentuk adalah karena
memang belum ada lembaga yang memiliki kewenangan untuk menangani pengujian UU.
Maka dapat disimpulkan pula bahwa perkara pengujian UU ini mendominasi kewenangan
Mahkamah Konstitusi karena:
Jawaban :
Persidangan dilakukan secara terbuka untuk umum dengan maksud agar proses
pemeriksaan terhadap saksi-saksi, ahli, barang bukti, dan terdakwa bisa dilihat oleh
siapapun. Artinya, tidak ada yang ditutup-tutupi. Proses tersebut menjadi prinsip dasar
atau asas utama pada seluruh persidangan pengadilan di Indonesia.
1. Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang-
undang menentukan lain.
2. Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum.
3. Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
mengakibatkan putusan batal demi hukum.
Dalam perkara yang menyangkut rahasia militer dan/atau rahasia negara, Hakim
Ketua dapat menyatakan sidang tertutup untuk umum.
Hakim memeriksa perkara Anak dalam sidang yang dinyatakan tertutup untuk umum,
kecuali pembacaan putusan.
3) Terkait undang-undang yang diuji di Makhamah Konstitusi. Bagaimana status
undang-undang tersebut secara hukum, jelaskan jawaban saudara!
Jawaban :
Menurut pendapat saya, terkait UU yang di uji di MK itu Status penerapannya masih
berlaku walaupun UU tersebut sedang di uji dan blm ada putusan yg inkracht maka uu
tersebut masih berlaku.
Jadi, Selagi belum adanya putusan MK yang inkracht maka UU berjalan dengan
semestinya. Hak uji materiil (HUM) adalah hak yang dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi
untuk menilai materi muatan suatu peraturan perundang-undangan di bawah Undang-
Undang terhadap perhaturan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Lingkup
tugas dan wewenang Mahkamah Konstitusi ini sebagaimana yang telah diatur dalam
Pasal 24A ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan di
bawah undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-
undang.” Bersumber dari kewenangan yang diberikan oleh UndangUndang Dasar tersebut
maka, dalam hal terdapat muatan suatu peraturan perundangundangan di bawah undang-
undang yang diduga bertentangan dengan undang-undang, pengujiannya dilakukan oleh
Mahkamah Konstitusi. Kemudian melalui putusan HUM, MK menyatakan tidak sah
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang atas alasan bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau pembentukannya tidak memenuhi
ketentuan yang berlaku.
Jawaban :
Di dalam UU MK tidak dikenal istilah penggugat dan tergugat. Hal ini dikarenakan di
dalam UU MK juga tidak dikenal istilah gugatan, melainkan permohonan sebagaimana
diatur Pasal 1 angka 3 UU MK, sebagai berikut.
5) Keberadaan Makhamah saat ini sudah mulai disoroti banyak pihak, terutama
berkaitan dengan obyektifitas penanganan perkaranya. Jelaskan yang dimaksud
dengan hal demikian!
Jawaban :
Di dalam asas-asas umum Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, asas objektivitas
adalah untuk tercapainya putusan yang adil, maka hakim atau panitera wajib
mengundurkan diri, apabila terkait hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai
derajat ketiga atau hubungan suami atau isteri meskipun telah bercerai dengan para pihak.
Untuk tercapainya putusan yang adil, maka hakim atau panitera wajib mengundurkan diri
apabila terkait hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga atau
hubungan suami istri meskipun telah bercerai dengan tergugat, penggugat, atau penasihat
hukum atau antara hakim dan salah seorang hakim atau panitera juga terdapat hubungan
sebagaimana yang disebutkan di atas, atau hakim atau panitera tersebut mempunyai
kepentingan langsung atau tidak langsung. Dimana perkara yang di uji harus kearah yang
rasional atau kearah kebenaran akal budi manusia.