Anda di halaman 1dari 23

CRITICAL JOURNAL REVIEW

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


PEMETAAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH
DAN PENGEMBANGAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF PUSTAKAWAN
DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

Dosen Pengampu : Dra. Rosmaini, M.Pd

Disusun Oleh :

Nurul Hikmah (7193144014)

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
saya rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun dan menyelesaikan tugas
Critical Journal Review ini dalam mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia. Penulis juga
berterimakasih kepada kedua orang tua yang mendukung penulis dalam pengerjaan tugas CJR
ini. Dukungan yang berupa biaya dan doa. Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Dra.
Rosmaini, M.Pd. selaku dosen pengampu. Begitu juga dengan teman teman yang mendukung
penulis dalam pengerjaan tugas ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas KKNI Program Studi S1 Pendidikan
Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan. Penulis telah berupaya
dengan semaksimal mungkin dalam pengerjaan penyelesaian makalah ini, namun penulis sadar
bahwa ini belum sempurna. Baik dari segi isi, penulisan, bahasa, tulisan maupun kualitasnya.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki
tugas makalah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan semoga tugas CJR ini bermanfaat bagi pembaca. Dan tetap jaga kesehatan. Terima kasih.

Medan, 7 Desember 2020

Nurul hikmah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

BAB I RINGKASAN JURNAL..........................................................................................3

A. Jurnal Pertama.................................................................................................................3

B. Jurnal Kedua...................................................................................................................6

BAB II LATAR BELAKANG............................................................................................8

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................10

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................18

2
BAB I
RINGKASAN JURNAL
A. Jurnal Pertama

Karya ilmiah merupakan hasil pemikiran seorang ilmuwan yang menginginkan


pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Karya ilmiah dihasilkan dari kegiatan
ilmiah melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan orang lain
sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara dan isian angket dari para guru SMA/SMK/MA
Muhammadiyahdi Sukoharjo diperoleh gambaran bahwa secara umum para guru kurang atau
belum memiliki pemahaman konsep yang benar tentang karya ilmiah. Pengalaman guru
membuat karya ilmiah sebagian besar dilakukan dan diperoleh pada saat Pendidikan Latihan
Profesi Guru (PLPG). Pemahaman guru mengenai konsep karya ilmiah terkendala pada
sistematika baku penelitian dan faktor internal dari guru sendiri, seperti: minat, motivasi, malas,
sibuk, dan sebagainya. Gambaran pemahaman guru-guru pada karya ilmiah sejalan dengan hasil
penelitian Sumardjoko (2012), bahwa kendala guru untuk menulis karya tulis ilmiah adalah
sebagai berikut.

(1) Minat membaca para guru tergolong rendah. Faktor rendahnya minat membaca menutup
wawasan, pengertian, pemahaman, semangat, dan motivasi dalam memandang suatu
permasalahan yang dapat diangkat sebagai bahan dalam penulisan karya tulis ilmiah.

(2) Guru kurang informasi mengenai kegiatan pengembangan terbaru. Guru mendapat informasi
setengah-setengah sehingga lebih mempercayai isu yang berkembang. Salah satu isu yang
beredar ialah isu mengenai pembuatan karya tulis ilmiah yang sangat berat namun tidak dinilai
dengan layak.

(3) Salah persepsi, guru yang kurang informasi terhadap karya tulis ilmiah menjadikan salah
persepsi mengenai menulis karya tulis ilmiah. Guru menganggap menulis merupakan hal yang
sulit untuk dilakukan. Paradigma tersebut memunculkan keengganan guru untuk menulis karena
merasa hal tersebut tidak berguna. Guru menganggap peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah tidak berakibat langsung pada profesinya sehingga para guru tidak melaksanakan
kewajiban menulis karya tulis ilmiah dengan sungguh-sungguh. Selain hal di atas, penyebab
rendahnya pemahaman terhadap karya ilmiah adalah faktor internal dari guru yang
bersangkutan. Motivasi rendah merupakan salah satu faktor penghambat internal, yang antara
3
lain terdiri dari sikap para guru yang belum memiliki kebiasaan membaca buku, belum memiliki
kemampuan berbahasa dengan baik dan belum adanya motivasi untuk menulis.

Pada umumnya guru sekedar mengetahui bahwa karya tulis wajib dibuat agar mendapat
angka kredit sebagai syarat untuk kenaikan pangkat dan golongan. Gambaran ini merupakan
indikasi bahwa guru kurang mengetahui kebijakan baru mengenai PKB (Peningkatan
Keprofesian Berkelanjutan). Pada hal dalam proses pendidikan dan pembelajaran, kemampuan
guru dalam menulis sangat dibutuhkan sebagai wahana untuk menyampaikan materi. Guru
dapat menyampaikan banyak hal dalam bentuk tulisan sehingga anak didik dapat belajar secara
mandiri. Menulis karya tulis ilmiah merupakan sarana bagi guru untuk menuliskan gagasan
yang ada dalam pikirannya, tulisan yang dihasilkan merupakan wujud intelektual diri. Menurut
Saroni (2012:25) semakin banyak karya tulis yang dihasilkan semakin bagus isi tulisan dan hal
tersebut menunjukkan semakin tinggi tingkat intelektual seorang guru.

Pada dasarnya segala bentuk pengembangan diri sudah dilakukan oleh para guru meski
hasilnya belum maksimal. Guru telah berusaha melakukan pengembangan diri untuk memenuhi
dan meningkatkan kompetensi paedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Wawancara
dengan informan BS, guru PPKn di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo diperoleh gambaran
bahwa “Selama ini sebagian besar guru telah banyak membaca buku, mengikuti workshop, dan
outbond. Jika itu diikuti, saya rasa cukup untuk meningkatkan kompetensi”. Kemudian,
informan SS guru Sejarah, bahwa “Saya selain membaca buku, juga sering melihat di internet.
Karena peristiwa sejarah lebih mudah jika mencari di internet. Datang di seminar atau
workshop juga pernah. Itu bisa mendukung kompetensi saya sebagai guru Sejarah”.

Kurangnya pemahaman dan kemampuan guru dalam membuat karya ilmiah adalah sebagai
berikut.

(a) Kurangnya pengetahuan tentang konsep karya ilmiah, substansi, dan sistematikanya.
Kondisi ini menjadikan tidak ada motivasi untuk menulis karya ilmiah.

(b) Belum berkembangnya budaya menulis di sekolah. Umumnya majalah atau jurnal sekolah
tidak berkembang disebabkan karena kurangnya artikel. Kondisi perpustakaan sekolah sebagai
penopang utama kegiatan menulis juga kurang memadai.

4
(c) Kegiatan seminar dan workshop yang sering diikuti guru adalah pengembangan
pembelajaran yang inovatif dan PTK. Dalam kegiatan ini para guru biasanya hanya menjadi
peserta pasif dan tidak berdampak bagi peningkatan pemahaman serta pengetahuan guru.
Kemudian faktor lainnya adalah,

(d) kurangnya budaya membaca di kalangan guru. Dengan banyaknya seseorang menguasai
informasi maka ada kecenderungan semakin mudah dalam menulis.

(e) Kurangnya latihan menulis dan adanya kesulitan kerancuan dalam berpikir. Faktor ini sering
terjadi sehingga tulisan kelihatan kacau dan tidak jelas alur logika yang digunakan.

(f) Kurangnya kesadasaran daripara guru terhadap Permen PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009
yang mengatur Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Selain dari unsur utama
kegiatan mengajar, guru juga harus memenuhi unsur pengembangan profesi melalui publikasi
kegiatan ilmiah atau karya inovatif. Penerapan peraturan kenaikan pangkat guru tersebut.

5
B. Jurnal Kedua

Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam
segala bidang sebagai dampak dari penelitian yang dikembangkan secara inovatif dan kreatif.
Fitria (2013) mengungkapkan bahwa temuan-temuan dalam penelitian diinformasikan melalui
karya tulis ilmiah (jurnal) yang ditulis secara sistematis sesuai kaidah-kaidah dalam
penulisannya dan bukan hanya berperan sebagai laporan yang memuat kronologi penelitian saja,
melainkan juga sebagai salah satu media untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karya tulis ilmiah terus
mengalami perkembangan, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan data dari
SCI (Science Citation Index) pada 10 Maret 2010, selama 50 tahun terakhir jurnal ilmiah
internasional yang diterbitkan mengalami peningkatan terus menerus, walaupun peningkatan
tersebut memiliki perbedaan di setiap bidang. Selain itu, jurnal yang diterbitkan secara online
juga berkembang dengan cepat. Padahal, jurnal ilmiah yang diterbitkan memiliki prosedur dan
proses seleksi yang terus diperbarui. Hal ini membuktikan bahwa karya tulis ilmiah terus
berkembang bukan hanya kuantitasnya, melainkan juga kualitasnya.

Namun perkembangan karya tulis ilmiah di Indonesia masih tertinggal jauh jika dibandingkan
dengan negara-negara di Asia lain. Berdasarkan data dari Nature Publishing Index (penerbit
jurnal ilmiah seluruh Asia-Pasifik) pada kurun waktu 16 Juli 2012 hingga 15 Juli 2013,
Indonesia berada di urutan ke 13 dari 17 negara.

Dengan melihat data dari Nature Publishing Index tersebut, pustakawan dapat berperan aktif
dalam menaikkan peringkat melalui penulisan karya ilmiah dan untuk mewujudkan hal tersebut
perlu ada upaya meningkatkan kompetensi pustakawan dalam penulisan karya ilmiah melalui
peningkatan berpikir kritis dan kreatif. Melalui peningkatan beripikir kritis dan kreatif,
diharapkan pustakawan memiliki kemampuan dalam menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasan
ke dalam sebuah karya tulis yang didasarkan pada data/fakta empiris.

Sejalan hal tersebut, Brotowidjoyo (2002) menyatakan bahwa karya tulis ilmiah dihasilkan oleh
pengarang yang ilmiah. Sikap-sikap tersebut antara lain sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap
terbuka, sikap objektif, sikap menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan
kebenaran, dan sikap menjangkau ke depan. Sikap-sikap tersebut tidak bisa diukur secara

6
langsung, melainkan tercermin di dalam karya tulis ilmiah yang diciptakan. Oleh karena itu,
kemampuan mengolah bahan menjadi karya ilmiah, kemampuan menggunakan bahasa, dan
kemampuan menulis kutipan dan daftar rujukan menjadi indikasi untuk melihat kemampuan
menulis karya ilmiah secara menyeluruh.

Oleh karena itu seorang pustakawan agar dapat menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas
harus memiliki penguasaan bidang ilmu tertentu, kemampuan dalam aspek kebahasaan serta
kemampuan berpikir kritis dan kreatif sehingga karya ilmiah yang dihasilkan dari aspek kualitas
dapat dipertanggungjawabkan serta memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

7
BAB II
LATAR BELAKANG
Karya ilmiah merupakan hasil pemikiran seorang ilmuwan yang menginginkan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Karya ilmiah dihasilkan dari kegiatan
ilmiah melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan orang lain
sebelumnya. Pada umumnya guru sekedar mengetahui bahwa karya tulis wajib dibuat agar
mendapat angka kredit sebagai syarat untuk kenaikan pangkat dan golongan. Gambaran ini
merupakan indikasi bahwa guru kurang mengetahui kebijakan baru mengenai PKB
(Peningkatan Keprofesian Berkelanjutan). Pada hal dalam proses pendidikan dan pembelajaran,
kemampuan guru dalam menulis sangat dibutuhkan sebagai wahana untuk menyampaikan
materi. Guru dapat menyampaikan banyak hal dalam bentuk tulisan sehingga anak didik dapat
belajar secara mandiri. Menulis karya tulis ilmiah merupakan sarana bagi guru untuk
menuliskan gagasan yang ada dalam pikirannya, tulisan yang dihasilkan merupakan wujud
intelektual diri. Menurut Saroni (2012:25) semakin banyak karya tulis yang dihasilkan semakin
bagus isi tulisan dan hal tersebut menunjukkan semakin tinggi tingkat intelektual seorang guru.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karya tulis ilmiah terus
mengalami perkembangan, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan data dari
SCI (Science Citation Index) pada 10 Maret 2010, selama 50 tahun terakhir jurnal ilmiah
internasional yang diterbitkan mengalami peningkatan terus menerus, walaupun peningkatan
tersebut memiliki perbedaan di setiap bidang. Selain itu, jurnal yang diterbitkan secara online
juga berkembang dengan cepat. Padahal, jurnal ilmiah yang diterbitkan memiliki prosedur dan
proses seleksi yang terus diperbarui. Hal ini membuktikan bahwa karya tulis ilmiah terus
berkembang bukan hanya kuantitasnya, melainkan juga kualitasnya.

Namun perkembangan karya tulis ilmiah di Indonesia masih tertinggal jauh jika
dibandingkan dengan negara-negara di Asia lain. Berdasarkan data dari Nature Publishing
Index (penerbit jurnal ilmiah seluruh Asia-Pasifik) pada kurun waktu 16 Juli 2012 hingga 15
Juli 2013, Indonesia berada di urutan ke 13 dari 17 negara.

Dengan melihat data dari Nature Publishing Index tersebut, pustakawan dapat berperan
aktif dalam menaikkan peringkat melalui penulisan karya ilmiah dan untuk mewujudkan hal
tersebut perlu ada upaya meningkatkan kompetensi pustakawan dalam penulisan karya ilmiah

8
melalui peningkatan berpikir kritis dan kreatif. Melalui peningkatan beripikir kritis dan kreatif,
diharapkan pustakawan memiliki kemampuan dalam menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasan
ke dalam sebuah karya tulis yang didasarkan pada data/fakta empiris.

9
BAB III
PEMBAHASAN

REVIEW JURNAL 1

JUDUL PEMETAAN KEMAMPUAN GURU


DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH
JURNAL THE 5TH URECOL PROCEEDING
VOLUME DAN HALAMAN 8 Halaman
ISBN 978-979-3812-42-7
TAHUN 2017
PENULIS Bambang Sumardjoko
REVIEWER Kelompok 7
TANGGAL 11 November 2020
TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui bahwa secara umum para
guru kurang atau belum memiliki pemahaman
konsep yang benar tentang karya ilmiah.
Pengalaman guru membuat karya ilmiah
sebagian besar dilakukan dan diperoleh pada
saat Pendidikan Latihan Profesi Guru
(PLPG). Pemahaman guru mengenai konsep
karya ilmiah terkendala pada sistematika baku
penelitian dan faktor internal dari guru
sendiri, seperti: minat, motivasi, malas, sibuk,
dan sebagainya.
SUBJEK PENELITIAN Guru SMA/SMK/MA Muhammadiyah di
Sukoharjo
ASSESMENT DATA Pengumpulan data
METODE PENELITIAN Pendekatan deskriptif kualitatif

10
LANGKAH PENELITIAN Teknik cuplikan yang digunakan snowball
sampling dan purposive sampling, yang
teknisnya bahwa peneliti memulai dengan
teknik cuplikan snowball, artinya untuk
memperoleh cuplikan yang bersifat purposive
terlebih dahulu peneliti melakukan
penjelajahan sampai dengan ditemukannya
cuplikan yang benar-benar diinginkan.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil wawancara dan isian
angket dari para guru
SMA/SMK/MA Muhammadiyahdi Sukoharjo
diperoleh gambaran bahwa secara umum para
guru kurang atau belum memiliki pemahaman
konsep yang benar tentang karya ilmiah.
Pengalaman guru membuat karya ilmiah
sebagian besar dilakukan dan diperoleh pada
saat Pendidikan Latihan Profesi Guru
(PLPG). Pemahaman guru mengenai konsep
karya ilmiah terkendala pada sistematika baku
penelitian dan faktor internal dari guru
sendiri, seperti: minat, motivasi, malas, sibuk,
dan sebagainya. Kurangnya pemahaman dan
kemampuan guru dalam membuat karya
ilmiah adalah sebagai berikut. (a) Kurangnya
pengetahuan tentang konsep karya ilmiah,
substansi, dan sistematikanya. Kondisi ini
menjadikan tidak ada motivasi untuk menulis
karya ilmiah. (b) Belum berkembangnya
budaya menulis di sekolah. Umumnya
majalah atau jurnal sekolah tidak
berkembang
disebabkan karena kurangnya artikel. Kondisi
11
12
perpustakaan sekolah sebagai penopang
utama kegiatan menulis juga kurang
memadai.
(c) Kegiatan seminar dan workshop yang
sering diikuti guru adalah pengembangan
pembelajaran yang inovatif dan PTK. Dalam
kegiatan ini para guru biasanya hanya
menjadi peserta pasif dan tidak berdampak
bagi peningkatan pemahaman serta
pengetahuan guru. (d) kurangnya budaya
membaca di kalangan guru. Dengan
banyaknya seseorang menguasai informasi
maka ada kecenderungan semakin mudah
dalam menulis. (e) Kurangnya latihan menulis
dan adanya kesulitan kerancuan dalam
berpikir. Faktor ini sering terjadi sehingga
tulisan kelihatan kacau dan tidak jelas alur
logika yang digunakan. (f) Kurangnya
kesadasaran daripara guru terhadap Permen
PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 yang
mengatur Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya. Selain dari unsur utama
kegiatan mengajar, guru juga harus memenuhi
unsur pengembangan profesi melalui
publikasi kegiatan ilmiah atau karya inovatif.
Penerapan peraturan kenaikan pangkat guru
tersebut.
KEKUATAN PENELITIAN 1. Metode pada penelitian tersebut lengkap
2. Setiap kata asing dimuat dalam huruf
miring dalam penelitian tersebut
3. Sumber dalam pembuatan penelitian
dicantumkan didalam jurnal tersebut
13
14
4. Jurnal tersebut dilengkapi dengan
histogram yang membuat pembaca lebih
mudah mengerti isi materinya
KELEMAHAN PENELITIAN 1. Terdapat beberapa kata yang salah
penulisan
2. Kalimat yang digunakan bertele-tele
sehingga sulit untuk dimengerti
KESIMPULAN Mencermati hasil dan ulasan tentang peta
kemampuan guru-guru SMA/MA/SMK
Muhammadiyah Sukoharjo dalam penulisan
karya ilmiah dapat disimpulkan sebagai
berikut. Pertama, dalam kemampuan menulis
karya ilmiah guru-guru bersertifikasi pendidik
belum sepenuhnya memiliki pemahaman
konsep karya ilmiah. Pengalaman guru
membuat karya ilmiah sebagian besar
dilakukan pada saat PLPG. Kedua, guru-guru
Muhammadiyah di Sukoharjo telah
melakukan berbagai kegiatan untuk
mengembangkan kompetensinya.
Pengembangan dilakukan oleh guru secara
mandiri dengan mengikuti workshop,
seminar, membeli buku teks pelajaran terbaru,
mengikuti kegiatan MGMP, serta berdiskusi
dengan rekan guru bidang studi. Ketiga,
dalam pengembangan keprofesian guru
berkelanjutan guru-guru masih menemui
kendala. Berbagai kendala itu antara lain
adalah masalah waktu, dana, usia, sarana
prasarana sekolah, motivasi, kebijakan
pimpinan, dan akses jaringan internet. Karena
itu yang dibutuhkan adalah adanya langkah
15
16
kongkrit dari pemangku kebijakan, dukungan
dari Majelis Dikdasmen, dari Perguruan
Tinggi terutama dalam penyelenggaraan
workshop/seminar/ lokakarya/ dan kegiatan
lainnya, serta beasiswa untuk studi lanjut.

REVIEW JURNAL 2

JUDUL PENGEMBANGAN BERPIKIR KRITIS


DAN KREATIF PUSTAKAWAN DALAM
PENULISAN KARYA ILMIAH
JURNAL Jurnal UPT Perpustakaan Universitas Negeri
Malang
VOLUME -
HALAMAN 17 Halaman
TAHUN 2013
PENULIS Drs. Hari Santoso, S.Sos.
REVIEWER Kelompok 7
TANGGAL 11 November 2020
TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui bahwa pustakawan dapat
berperan aktif dalam menaikkan peringkat
melalui penulisan karya ilmiah dan untuk
mewujudkan hal tersebut perlu ada upaya
meningkatkan kompetensi pustakawan dalam
penulisan karya ilmiah melalui peningkatan
berpikir kritis dan kreatif. Melalui
peningkatan beripikir kritis dan kreatif,
diharapkan pustakawan memiliki
kemampuan dalam menuangkan ide-ide

17
atau gagasan-gagasan ke dalam sebuah karya
tulis yang didasarkan pada data/fakta empiris.
SUBJEK PENELITIAN Pustakawan
ASSESMENT DATA Penilaian portofolio
METODE PENELITIAN Pengumpulan data
LANGKAH PENELITIAN Pengumpulan data, melakukan penelitian
HASIL PENELITIAN Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, karya tulis ilmiah
terus mengalami perkembangan, baik dari
segi kuantitas maupun kualitasnya.
Berdasarkan data dari SCI (Science Citation
Index) pada 10 Maret 2010, selama 50 tahun
terakhir jurnal ilmiahinternasional yang
diterbitkan mengalami peningkatan terus
menerus, walaupun peningkatan tersebut
memiliki perbedaan di setiap bidang. Selain
itu, jurnal yang diterbitkan secara online juga
berkembang dengan cepat. Padahal, jurnal
ilmiah yang diterbitkan memiliki prosedur
dan proses seleksi yang terus diperbarui. Hal
ini membuktikan bahwa karya tulis ilmiah
terus berkembang bukan hanya kuantitasnya,
melainkan juga kualitasnya.

Namun perkembangan karya tulis ilmiah di


Indonesia masih tertinggal jauh jika
dibandingkan dengan negara-negara di Asia
lain. Berdasarkan data dari Nature Publishing
Index (penerbit jurnal ilmiah seluruh Asia-
Pasifik) pada kurun waktu 16 Juli 2012

18
hingga 15 Juli 2013, Indonesia berada di
urutan ke 13 dari 17 negara.
KEKUATAN PENELITIAN 1. Kalimat yang digunakan lebih mudah
dimengerti
2. Setiap sumber untuk penulisan jurnal ini
dicantumkan dalam jurnal tersebut
3. Setiap kata asing dimuat dalam huruf
miring
KELEMAHAN PENELITIAN 1. Terdapat penulisan kata yang salah
2. Tidak dilengkapi dengan hasil penelitian
3. Tidak terdapat kesimpulan dalam jurnal
tersebut
KESIMPULAN Berdasarkan data dari SCI (Science Citation
Index) pada 10 Maret 2010, selama 50
tahun terakhir jurnal ilmiah internasional
yang diterbitkan mengalami peningkatan
terus menerus, walaupun peningkatan
tersebut memiliki perbedaan di setiap
bidang. Selain itu, jurnal yang diterbitkan
secara online juga berkembang dengan
cepat. Padahal, jurnal ilmiah yang
diterbitkan memiliki prosedur dan proses
seleksi yang terus diperbarui. Hal ini
membuktikan bahwa karya tulis ilmiah
terus berkembang bukan hanya
kuantitasnya, melainkan juga kualitasnya.
Namun perkembangan karya tulis ilmiah
di Indonesia masih tertinggal jauh jika
dibandingkan dengan negara-negara di Asia
lain. Berdasarkan data dari Nature
Publishing Index (penerbit jurnal ilmiah

19
seluruh Asia-Pasifik) pada kurun waktu 16
Juli 2012 hingga 15 Juli 2013, Indonesia
berada di urutan ke 13 dari 17 negara.
Dengan melihat data dari Nature Publishing
Index tersebut, pustakawan dapat berperan
aktif dalam menaikkan peringkat melalui
penulisan karya ilmiah dan untuk
mewujudkan hal tersebut perlu ada upaya
meningkatkan kompetensi pustakawan dalam
penulisan karya ilmiah melalui peningkatan
berpikir kritis dan kreatif. Melalui
peningkatan beripikir kritis dan kreatif,
diharapkan pustakawan memiliki
kemampuan dalam menuangkan ide-ide atau
gagasan-gagasan ke dalam sebuah karya tulis
yang didasarkan pada data/fakta empiris.

20
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Menurut Nartani (1997), karya ilmiah merupakan satu bentuk karya tulis keilmuan yang
disajikan dengan metode pengolahan dan ragam bahasa ilmiah. Pengertian ilmiah pada karya
ilmiah biasanya menunjuk pada pokok persoalan, pemaparan, dan penyusunannya. Pokok
persoalan karya ilmiah merupakan topik suatu bidang ilmu. Pemaparan karya ilmiah
dilakukan secara sistematis, cermat, logis, dan menggunakan ragam bahasa ilmiah. Karya ilmiah
merupakan hasil pemikiran seorang ilmuwan yang menginginkan pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Karya ilmiah dihasilkan dari kegiatan ilmiah melalui
kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan orang lain sebelumnya.

Kurangnya pemahaman dan kemampuan guru dalam membuat karya ilmiah adalah sebagai
berikut.

(a) Kurangnya pengetahuan tentang konsep karya ilmiah, substansi, dan sistematikanya. Kondisi
ini menjadikan tidak ada motivasi untuk menulis karya ilmiah.

(b) Belum berkembangnya budaya menulis di sekolah. Umumnya majalah atau jurnal sekolah
tidak berkembang disebabkan karena kurangnya artikel. Kondisi perpustakaan sekolah sebagai
penopang utama kegiatan menulis juga kurang memadai.

(c) Kegiatan seminar dan workshop yang sering diikuti guru adalah pengembangan pembelajaran
yang inovatif dan PTK. Dalam kegiatan ini para guru biasanya hanya menjadi peserta pasif dan
tidak berdampak bagi peningkatan pemahaman serta pengetahuan guru. Kemudian faktor lainnya
adalah,

(d) kurangnya budaya membaca di kalangan guru. Dengan banyaknya seseorang menguasai
informasi maka ada kecenderungan semakin mudah dalam menulis.

(e) Kurangnya latihan menulis dan adanya kesulitan kerancuan dalam berpikir. Faktor ini sering
terjadi sehingga tulisan kelihatan kacau dan tidak jelas alur logika yang digunakan.

(f) Kurangnya kesadasaran daripara guru terhadap Permen PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009
yang mengatur Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Selain dari unsur utama kegiatan

21
mengajar, guru juga harus memenuhi unsur pengembangan profesi melalui publikasi kegiatan
ilmiah atau karya inovatif. Penerapan peraturan kenaikan pangkat guru tersebut.

Bagi seorang pustakawan, penulisan karya ilmiah sesungguhnya merupakan kegiatan


penuangan gagasan, ide, pengetahuan dan agar menjadi karya sesuai kategori keilmiahannya
diperlukan proses tertentu dimana menurut Mujianto (dalam Mohtar, 2012), penulisan karya
ilmiah secara paradigmatik adalah proses pengungkapan gagasan yang cerdas dengan bahasa
yang cermat dan memaparkan dengan teknik penulisan yang akurat berbagai dukungan
otensitasnya.

22

Anda mungkin juga menyukai