Anda di halaman 1dari 3

Nama : I Putu Gde Ariecandra Mahesawijaya

NRP : 04311940000041
Reklamasi Singapura
Dengan luas hanya 719 km2 (278 sq mi), seluruh negara Singapura lebih kecil dari New York City.
Dengan demikian, pemerintah Singapura telah menggunakan reklamasi lahan untuk melengkapi properti
komersial, perumahan, industri, dan pemerintah yang tersedia di Singapura (bangunan militer dan resmi).
Reklamasi lahan memungkinkan peningkatan pembangunan dan urbanisasi, dan selain itu, Singapura juga
berguna bagi Hong Kong dan Makau. Masing-masing adalah wilayah pesisir kecil yang dibatasi oleh batas-
batas geografisnya, dan dengan demikian secara tradisional dibatasi oleh jangkauan laut. Penggunaan
reklamasi tanah memungkinkan wilayah-wilayah ini untuk berkembang ke luar dengan memulihkan tanah
dari laut. Reklamasi tanah di Singapura juga memungkinkan pelestarian komunitas sejarah dan budaya
setempat, karena tekanan bangunan berkurang dengan penambahan tanah reklamasi. Reklamasi lahan telah
digunakan di Singapura sejak awal abad ke-19, secara ekstensif dalam setengah abad terakhir ini sebagai
tanggapan atas pertumbuhan ekonomi negara-kota yang pesat. Pada tahun 1960, Singapura adalah rumah bagi
kurang dari dua juta orang; jumlah itu meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2008, menjadi hampir
empat setengah juta orang. Untuk mengimbangi peningkatan populasi seperti itu (serta lonjakan bersamaan
dalam ekonomi negara dan upaya industrialisasi), Singapura telah meningkatkan massa tanahnya sebesar 22%
sejak kemerdekaan pada tahun 1965, dengan tanah yang terus disisihkan untuk penggunaan di masa depan.
Meskipun populasi penduduk asli Singapura tidak lagi meningkat secepat pada pertengahan abad kedua
puluh, negara-kota tersebut telah mengalami gelombang masuk yang terus-menerus dalam populasi asingnya,
yang menghasilkan investasi tanah yang berkelanjutan. reklamasi oleh pemerintah. Oleh karena itu,
pemerintah berencana untuk memperluas negara-kota dengan tambahan 7-8% pada tahun 2030.
Salah satu proyek reklamasi di Singaputa yaitu proyek reklamasi Teluk Marina, yang berjalan sejak
tahun 1970-an, dimana pada saat itu material yang digunakan untuk melakukan reklamasi tanah ini didapat
dengan meratakan bukit bukit yang ada di wilayah Singapura bernama Tampines yang pada saat itu adalah
wilayah dengan dataran tinggi dengan bermacam bukit, dikarenakan proyek reklamasi ini berjalan pararel
dengan proyek pembangunan di dataran Tempines, menyebabkan material pengerukan dari proyek di
Tempines dapat didaur ulang manjadi material yang dapat digunakan untuk proyek reklamasi pantai.
Transportasi material dari dataran tinggi Tempines ini ke wilayah selatan tempat proyek reklamasi berjalan
menggunakan sistem sabuk berjalan, dimana besar sabuk konveyer ini memiliki lebar 1.4 meter dengan
panjang mencapai 26.000 meter.
Proyek lainnya yaitu reklamasi Pulau Tekong , yang terletak di wilayah perairan timur Singapura.
Proyek ini adalah proyek reklamasi pertama Singapura dengan menggunaan Polder, dimana metode ini dapat
mengurangi banyaknya material yang digunakan untuk proses reklamasi secara signifikan. Polder adalah
daratan yang elevasinya berada dibawah permukaan laut, dimana dataran ini dilindungi oleh Dike. Dimana
setelah Dike ini dipasang menglilingi Polder yang akan dibangun, air yang berada di Polder akan dipompa
keluar ke perairan sekitar menggunakan sistem pompa. Polder Dike ini berfungsi untuk melindungi Polder
Land dari luat, dengan panjang 10 Km dan tinggi mencapai 7 meter dari Polder Land. Dike ini didesain
dengan standar keamaan yang tinggi. Polder Dike ini juga dibentuk sedemikian rupa untuk menghindari Pulau
Unum, dan saluran air juga dibangun untuk membantu perkembangan hutan mangroves. Ketika proyek ini
selesai, dataran reklamasi ini akan menambah sebanyak 810 hektar ke luas dataran di Singapura.
Proses kontruksi proyek reklamasi menggunakan metode Polder Dike ini yaitu :
1. Pembangunan Dike atau tembok mengelilingi area yang ingin direklamasi.
2. Pemompaan air yang berada di dalam Dike atau disebut Polder Land, menggunakan sistem pompa.
3. Setelah kadar air didalam Polder menurun, dibangun sistem drainase untuk mengatur air yang berada
di dalam Polder.
4. Tanah dalam Polder Dike dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan mulai dari pertanian sampai
perumahan.
Faktor faktor yang diperhatikan pada proyek reklamasi di negara ini salah satunya ketersediaan tanah
tanah yang digunakan untuk proyek reklamasi. Reklamasi lahan yang terendam membutuhkan suatu substansi
untuk mengisi area yang direklamasi. Mengingat kedalaman perairan yang dangkal di sekitar sebagian besar
Singapura, pasir umumnya dianggap sebagai pilihan terbaik untuk proses ini. Faktor lainnya yaitu reklamasi
yang dilakukan ini dapat memulai perselisihan dengan negara tetangga Singapura. Pada tahun 2003,
Singapura menerima pengaduan dari Malaysia atas proyek reklamasi tanah di kedua ujung Selat Johor, yang
memisahkan kedua negara. Malaysia mengklaim bahwa rencana Singapura melanggar kekuasaan Malaysia
dan merugikan baik lingkungan maupun mata pencaharian nelayan lokal, dan secara hukum menantang
Singapura di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Perselisihan itu diselesaikan setelah arbitrase.
Proyek reklamasi ini juga merusak lingkungan alami pesisir Singapura. Sebagian besar pantai selatan
Singapura telah diubah melalui proses reklamasi tanah, seperti halnya daerah pantai timur laut yang luas.
Banyak pulau lepas pantai telah diubah, seringkali melalui pengisian air di antara pulau-pulau kecil untuk
menciptakan daratan yang kohesif. Pembangunan tersebut telah menyebabkan hilangnya 95% hutan bakau
Singapura. Ketika Stamford Raffles tiba di Singapura pada tahun 1819, sebagian besar tanahnya adalah rawa
bakau, akan tetapi saat ini, tutupan bakau menyumbang kurang dari 0,5% dari total luas daratan Singapura.
Kehilangan ini sangat mengurangi efek menguntungkan dari mangrove, yang mencakup perlindungan
terhadap erosi dan pengurangan polusi organik, yang keduanya berfungsi untuk memperbaiki kualitas air
pantai.
Proyek Reklamasi yang sedang berjalan di Indonesia, Seperti pada Teluk Benoa Bali, dimana tempat
ini terdiri dari dua ekosistem besar yakni ekosistem mangrove dan ekosistem Padang Lamun. Ekosistem ini
merupakan ekosistem terbesar di tanah Bali. Dimana pada saat perencanaan proyek ini mendapatkan banyak
Pro dan Kontra dari masyarakat. Pro kontra mengenai reklamasi diakibatkan adanya dampak dari reklamasi
tersebut. Pihak pro reklamasi menyatakan bahwa reklamasi akan memberi dampak positif, ditinjau dari segi
sosial, maka masyarakat di pesisir memiliki kesempatan besar untuk berpartisipasi pada sektor perdagangan
dan pariwisata di kawasan reklamasi, dan jika proyek ini berlangsung lancar, maka peluang lapangan
pekerjaan yang baru juga akan meningkat dan bisa mengurangi tingkat pengangguran. Sektor-sektor bisnis
modern yang bisa terwujud meliputi perhotelan, olahragfaa air, dan produk-produk lokal akan semakin
menggeliat. Sehingga pendapatan per kapita masyarakat pun diprediksi meningkat setelah proyek reklamasi
diselesaikan.
Sedangakan dampak negatip dari proyek reklamasi ini yaitu rusaknya ekosistem, dikarenakan
perubahan struktur alam yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang
diperkiraan akan punah berupa hilangnya berbagai spesies mangrove, punahnya spesies ikan, kerrang,
kepiting, burung dan berbagai keanekaragaman hayati lainnya. Permasalahan dari sisi ini yang menyebabkan
banyak dari masyarakat yang protes akan berjalannya proyek ini.
Di Indonesia ini, kendala kendala yang dialami pada proyek reklamasi yaitu image dari reklamasi
tersebut dan tujuannya dari reklamasi ini, contohnya pada teluk beno aini, banyak yang berpendapat bahwa
tanah diatas proyek reklamasi ini akan digunakan oleh investor investor untuk memperluas sektor pariwisata
di Bali, yang banyak diproteskan ini yaitu, kebanyakan investor yang ditujukan untuk memilik tanah
reklamasi ini bukan dari masyarakat lokal, sehingga terlihat menjadi pembuatan tanah reklamasi ini menjadi
pembuatan tanah di Pulau Bali akan tetapi untuk masyarakat luar. Kendala lainnya yaitu Korupsi, sudah
menjadi kendala umum di Indonesia, pada proyek ini diperkirakan korupsi dari perjualan tanah setelah proyek
reklamasi ini akan tinggi, dimana perebutan akan tanah yang baru dengan lokasi yang sangat dekat dengan
Bandara Ngurah rai ini akan menjadi medan perang perebutan tanah. Kendala lainnya terletak pada efek
reklamasi terhadap lingkungan sekitarnya, dimana proyek reklamasi pasti akan berdampak pada kehidupan
masyarakat pesisir, dimana jika sebagian besar masyarakatnya bergantung pada laut yang akan direklamasi
akan mendapatkan dampak yang paling keras.
Solusi dari kendala kendala ini yaitu persiapan pemerintah untuk mengurangi dampak dampak dari
proyek reklamasi ini, seperti dampak pada masyarakat pesisir, dimana hilangnya tempat mereka untuk
mencari nafkah, solusi dari masalah ini yaitu penyediaan lapangan kerja pengganti untuk masyarakat
masyarakat ini. Untuk solusi dari dampak lingkungan dapat dilakukan survey bagian lingkungan mana yang
masih dapat dipertahankan agar tidak semua lingkungan sekitar reklamasi menajadi rusak.
Daftar Pustaka
CNA. 2019. “Singapore Islands: the transformation of Pulau Sudong & Semakau | The Islands That
Made Us”. https://www.youtube.com/watch?v=nPXGtbMnoJ4&t=1s&ab_channel=CNA
DIHK Provinsi Banten. 2016. “Reklamasi Pantai”.
https://dlhk.bantenprov.go.id/read/article/228/REKLAMASI-PANTAI.html
HDB. 2016. “Polder Development at Pulau Tekong”.
https://www.youtube.com/watch?v=17BZB6ko_Nc&t=2s&ab_channel=Housing%26DevelopmentBoard
History Scope. 2018. “How The Dutch Dug Up Their Country From The Sea”.
https://www.youtube.com/watch?v=8ir1Vj1D930&list=PL6ENuK4vtp4PgnZA8u3I9E3oT9QwW6ccC&inde
x=24&ab_channel=HistoryScope
Termasek Digital. 2019. “Building Marina Bay District from the Ground Up”.
https://www.youtube.com/watch?v=zaXN6nFWsZ0&t=1s&ab_channel=TemasekDigital
Wikipedia. 2021. “Land reclamation in
Singapore”.https://en.wikipedia.org/wiki/Land_reclamation_in_Singapore
Wikipedia. 2022. “Marina Bay, Singapore”. https://en.wikipedia.org/wiki/Marina_Bay,_Singapore

Anda mungkin juga menyukai