ABSTRAK ⎯ Pada perusahaan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) Kebun Tinjowan, untuk memproduksi
minyak mentah kelapa sawit atau sering disebut dengan CPO (crude palm oil), memiliki syarat mutu kadar asam lemak bebas (ALB)
yang terdapat pada minyak. Untuk melihat apakah syarat mutu ini sesuai dengan spesifikasi produk yang diharapkan, penulis
melakukan penelitian dengan metode SQC (statistical quality control). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta
kendali X dan S didapatkan pada fase 1 dalam diagram kendali S terdapat satu data yang berada diluar batas control sehingga data
tersebut dihilangkan dan dilakukan pembuatan diagram kendali baru namun masih terdapat satu data yang berada diluar batas
control yaitu data ke-7. Kemudian setelah data data tersebut dihilangkansemua data telah berada dalam batas control sehingga
proses tersebut telah stabil. Setelah mendapatkan data yang berada dalam control dilakukan fase dua dengan menambahkan 12
data sampel kedalam data awal dan diketahui bahwa semua data yang baru ditambahkan didalam batas control atau in control.
Kemudian menganalisis kapabilitas proses tersebut dan didapatkan nilai Cp sebesar 0,122 dan Cpk sebesar -0,0298 dan dapat
disimpulkan bahwa data terebut belum kapabel karena nilai Cp < 1,33
Kata kunci⎯ Peta kendali X dan S, produksi kelapa sawit, dan statistical quality control.
Abstract ⎯ At the palm oil company PT. Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) Kebun Tinjowan, to produce crude palm oil or often
referred to as CPO, has a quality requirement for the free fatty acid content (ALB) contained in the oil. To see whether these quality
requirements are in accordance with the expected product specifications, the authors conducted a study using the SQC (statistical
quality control) method. The method used in this study is the X and S control chart obtained in phase 1 in the S control chart there
is one data that is outside the control limit so that the data is removed and a new control chart is made but there is still one data that
is outside the control limit, namely data 7th. Then after the data is removed, all data are within the control limits so that the process
is stable. After getting the data that is in control, phase two is carried out by adding 12 sample data to the initial data and it is known
that all the newly added data are within the control or in control limits. Then analyze the capability of the process and get a Cp value
of 0.122 and a Cpk of -0.0298 and it can be concluded that the data is not yet capable because the Cp value <1.33
Keywords- X and S control chart, Palm oil production, statistical quality control.
I. PENDAHULUAN
Minyak sawit adalah minyak nabati yang didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari
spesies Elaeis guineensis dan sedikit dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa [1]. Pada umumnya, minyak sawit
mengandung 41% lemak jenuh. Minyak sawit tidak mengandung kolesterol meskipun dengan mengonsumsi lemak
jenuh dapat menyebabkan peningkatan kolesterol lipoprotein densitas rendah dan densitas tinggi [2]. Selain itu, minyak
sawit memiliki berbagai keunggulan lainnya. Beberapa di antaranya adalah harganya yang lebih terjangkau, dapat
berfungsi sebagai pengawet alami, dan tidak memiliki rasa serta bau [3]. Minyak sawit merupakan salah satu dari tujuh
belas jenis minyak dan lemak di dunia yang memiliki kontribusi sebesar 27,8% [4]. Berdasarkan informasi yang
disampaikan oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Indonesia menyumbang 54% dari produksi minyak
sawit dunia [5]. Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), kelapa sawit telah berkembang dari
luas 300 ribu hektar di tahun 1940 menjadi 16,1 juta hektar dengan produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar 40 juta ton
[5]. CPO merupakan minyak sawit mentah yang diproduksi dari hasil ekstraksi daging buah kelapa sawit. Pada
umumnya, komposisi penyusun minyak kelapa sawit mentah adalah trigliserida (9 5,62%), asam lemak bebas (4,00%),
air (0,20%), phosphatida (0,07%), aldehid (0,07%), dan karoten (0,03%) [6]. Berdasarkan penelitian terdahulu, standar
mutu untuk minyak sawit mentah adalah memiliki kandungan dengan batasan-batasan sebagai berikut [7] yaitu Asam
lemak bebas (maksimum 3,5%) ,Air (maksimum 0,10%) ,Kotoran (maksimum 0,15%) ,Peroksida (maksimum 0,5 m.e/kg)
dan Besi (maksimum 5 ppm).
Dalam usaha untuk memenuhi standar mutu tersebut, pemenuhan standar asam lemak bebas membutuhkan
perhatian yang lebih. Berdasarkan kutipan dari Wilda Zuhrika, kadar asam lemak bebas dalam minyak sawit akan
membutuhkan biaya operasional proses pemucatan yang lebih tinggi [7]. Dalam peraturan perdagangan internasional,
kadar asam lemak bebas (ALB) di atas 5% akan diberikan denda, sedangkan kadar ALB yang menyentuh angka dibawah
5% akan mendapatkan premi [7].
B. Peta Kendali
Alat pengendalian kualitas diperlukan untuk melakukan pengendalian kualitas dimana untuk mendeteksi adanya
cacat dari suatu produk. Fungsi alat pengendalian kualitas adalah meningkatkan kemampuan perbaikan proses sehingga
akan diperoleh peningkatan kemampuan berkompetisi, dan meningkatkan produktivitas sumber daya. Alat-alat
pengendalian kualitas yang digunakan adalah statistik proses kontrol statistik (Statistical Process Control-SPC). Proses
kontrol ini dibuat dengan tujuan untuk mendeteksi penyebab khusus yang mengakibatkan terjadinya kecacatan atau
proses diluar kontrol sedini mungkin sehingga kualitas produk dapat dipertahankan. Peta kendali adalah peta yang
menunjukkan batas-batas yang dihasilkan oleh suatu proses dengan tingkat kepercayaan tertentu. Peta kendali
digunakan untuk membantu mendeteksi adanya penyimpangan dengan cara menetapkan batas-batas kendali yaitu:
1) Batas kendali atas (Upper Control Limit) merupakan garis batas kendali atas untuk suatu penyimpangan dari
karakteristik sampel.
2) Garis pusat atau garis tengah (Central Line) merupakan garis yang melambangkan tidak adanya penyimpangan dari
karakteristik sampel.
3) Batas kendali bawah (Lower Control Limit) merupakan garis batas kendali bawah untuk suatu penyimpangan dari
karakteristik sampel.
Out of control adalah suatu kondisi dimana karakteristik produk tidak sesuai dengan spesifikasi perusahaan ataupun
keinginan pelanggan dan posisinya pada peta kendali berada diluar batas kendali [9].
C. Peta kendali 𝑿 ̅
Peta kendali 𝑿 ̅ digunakan untuk proses yang mempunyai karakteristik berdimensi kontinu. Peta ini
menggambarkan variasi nilai rata-rata (mean) dari data yang diklasifikasikan dalam suatu kelompok. Pengelompokan
data ini bisa dilakukan berdasarkan satuan waktu hari atau satuan waktu lainnya dimana sampel berasal dari kelompok
yang melakukan pekerjaan yang sama, dan lain lain. Langkah-langkah untuk membuat peta kendali 𝑿 ̅ adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan nilai rata-rata 𝑿 ̅
̅
Nilai rata-rata 𝑿 didapatkan dengan rumus berikut.
𝑔
∑𝑖=1.𝑿̅ 𝑖
̅=
𝑿 [1]
𝑔
dimana:
̅
𝑿 =Jumlah rata-rata dari nilai subgroup
̅𝑖
𝑿 =Nilai rata-rata subrup ke-i
g =Jumlah subgroup
Dimana :
𝐵𝐾𝐴 = batas kendali atas
𝐵𝐾𝐵 = batas kendali bawah
𝐴2 = nilai koefisien
𝑅̅ =Selisih Harga 𝑋𝑚𝑎𝑥 dan 𝑋𝑚𝑖𝑛
Kapabilitas proses digunakan untuk melihat kapabilitas atau kemampuan proses. Indeks kapabilitas proses hanya
dapat dihitung jika proses berada dalam pengendalian. Adapun kriteria penilaian indeks kapabilitas proses sebagai
berikut :
1.)Jika Cp > 1,33 kapabilitas proses dapat dikatakan sangat baik
2.)Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33 maka kapabilitas proses baik, namun memerlukan pengendalian lebih jika mendekati 1,00
3.)Jika Cp < 1,00 maka kapabilitas proses rendah sehingga proses memerlukan peningkatan kinerja dengan
menggunakan peningkatan proses.
perumusan untuk perhitungan nilai indeks kapabilitas adalah sebagai berikut :
𝑅
𝜎=𝐷 [3]
2
𝑈𝑆𝐿−𝐿𝑆𝐿
𝐶𝑝 = [4]
6𝜎
dimana :
Cp = Process Capability
LSL = Lower Specification Limit
USL = Upper Specification Limit
Kapabilitas proses hanya dapat digunakan untuk proses yang diasumsikan center, jika belum memenuhi asumsi
tersebut maka proses perlu dikembangkan dengan indeks lain yaitu dengan rumus berikut
𝑈𝑆𝐿−𝑋 𝑅−𝐿𝑆𝐿
𝐶𝑝𝑘 = 𝑀𝑖𝑛(𝐶𝑝𝑢, 𝐶𝑝𝑙) = { ; } [5]
3𝜎 3𝜎
dimana :
̅
X = rata-rata sampel
LSL = Lower Specification Limit
USL = Upper Specification Limit
palσ = standar deviasi sampel
Indeks 𝐶𝑝 dan 𝐶𝑝𝑘 hanya dapat digunakan apabila kedua asumsi berikut terpenuhi:
1) Dimensi karakteristik kualitas berdistribusi normal.
2) Proses berada dalam kondisi in-statical control Jika Proses center maka 𝐶𝑝 = 𝐶𝑝𝑘 dan jika proses tidak center maka
𝐶𝑝 > 𝐶𝑝𝑘 . Terdapat dua kemungkinan jika 𝐶𝑝 > 𝐶𝑝𝑘 yaitu :
3) Peta kendali yang telah dibuat tidak dapat mendeteksi pergeseran yang terlalu kecil, sehingga proses out of control
dinyatakan sebagai proses yang in control. Hal ini disebabkan kurangnya data yang digunakan pada proses
konstruksi peta kendali 𝑋 atau peta kendali S yang digunakan tidak tepat.
4) Terjadi pergeseran rata-rata proses sebesar δ atau dengan kata lain 𝐶𝑝𝑘 < 1 menunjukan proses produksi masih
menghasilkan produk yang tidak sesuai spesifikasi dan jika nilai 𝐶𝑝𝑘 > 1 maka proses produksi sesuai dengan
spesifikasi.
seorang pakar kualitas Jepang, yaitu Kaoru Ishikawa. Pada awalnya diagram ini digunakan oleh bagian pengendali
kualitas untuk menemukan potensi penyebab masalah dalam proses manufaktur yang biasanya melibatkan banyak
variasi dalam sebuah proses. Menurut Nasution, diagram sebab akibat adalah suatu pendekatan terstruktur yang
memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah,
ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang terjadi. Diagram sebab dan akibat digunakan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis suatu proses atau situasi dan menemukan kemungkinan penyebab suatu persoalan atau masalah yang
terjadi.
Menurut Gaspersz, [9] sumber penyebab masalah kualitas yang ditemukan berdasarkan prinsip 5M dan 1E, yaitu:
1) Manpower (tenaga kerja) Berkaitan dengan kekurangan dalam pengetahuan, kekurangan dalam keterampilan dasar
yang berkaitan dengan mental dan fisik, kelelahan, stress, ketidakpedulian, dll.
2) Machines (Mesin dan peralatan) Berkaitan dengan tidak ada sistem perawatan preventif terhadap mesin produksi,
termasuk fasilitas dan peralatan lain tidak sesuai dengan spesifikasi tugas, tidak dikalibrasi, terlalu complicated, terlalu
panas, dll
3) Methods (metode kerja)
Berkaitan dengan tidak adanya prosedur dan metode kerja yang benar, tidak jelas, tidak diketahui, tidak terstandarisasi,
tidak cocok,dll.
4) Materials (bahan baku dan bahan penolong) Berkaitan dengan ketiadaan spesifikasi kualitas dari bahan baku dan
bahan penolong yang ditetapkan, ketiadaan penanganan yang efektif terhadap bahan baku dan bahan penolong, dll.
5) Measurement (Pengukuran) Berkaitan dengan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik.
Penentuan angka ini merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu objek.
6) Environment (Lingkungan) Berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang tidak memperhatikan aspek-aspek
kebersihan, kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan kerja yang kondusif, kekurangan dalam lampu penerangan,
ventilasi yang buruk, kebisingan yang berlebihan, dll.
G. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah dalam model regresi nilai residual memiliki distribusi normal atau
tidak. Menurut Ghozali (2017:127) terdapat dua cara dalam memprediksi apakah residual memiliki distribusi normal
atau tidak Analisis Statistik non-parametrik Uji Kolmogrof-Smirnov (KS) Menurut Suliyanto (2011: 75) dasar
pengambilan keputusan dari analisis ini apakah model regresi memenuhi asumsi normalitas sebagai berikut:
1) Apabila nilai Sig > alpha maka nilai residual bersdistribsi normal.
2) Apabila nilai Sig < alpha maka nilai residual bersdistribsi tidak normal.
A. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari laporan tugas akhir yang dibuat oleh Wilda Zuhrika
dengan judul “Analisa Mutu Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Minyak dan Inti Sawit PTP. Nusantara IV di Kebun
Tinjowan dengan Menggunakan Metode SQC (Statistical Quality Control)” pada tahun 2019 sebanyak 23 data sampel
untuk fase I dan 12 sampel tambahan untuk fase II.
B. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai kadar asam lemak bebas minyak sawit berdasarkan
hari selama delapan bulan dengan batas spesifikasi atas 3,5% dan batas spesifikasi bawah 2,3%.
C. Langkah analisis
Berikut adalah langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini.
1) Melakukan studi literatur.
2) Merumuskan masalah.
3) Melakukan pengumpulan data.
4) Melakukan analisis karakteristik data.
5) Melakukan uji keacakan data dengan run test.
6) Melakukan uji normalitas data.
7) Melakukan pengendalian kualitas minyak sawit menggunakan diagram kendali 𝑋 - S chart.
8) Melakukan analisis kapabilitas proses.
9) Melakukan analisis sebab akibat menggunakan diagram Ishikawa
Statistika deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik dari suatu data yang digunakan. Berikut ini
merupakan hasil dari statistika deskriptif
Berdasarkan tabel diatas, dihasilkan beberapa kesimpulan yaitu Rata-rata kadar ALB minyak sawit pada
fase pertama (2,409%) lebih besar dibandingkan dengan rata-rata kadar ALB minyak sawit pada fase kedua
(1,922%), Varians pada fase pertama (1,764) lebih kecil dibandingkan dengan varians pada fase kedua (2,306).
Dapat dikatakan bahwa kadar ALB minyak sawit pada sampel fase kedua lebih bervariasi dibandingkan
kadar ALB minyak sawit pada sampel fase pertama, Pada kedua fase terdapat sampel minimum sebesar
0,000 yang mengartikan pada kedua fase terdapat hari dimana tidak terproduksi crude palm oil (CPO), Kadar
ALB minyak sawit terbesar pada fase pertama (3,970) lebih besar dibandingkan kadar ALB minyak sawit
terbesar pada fase kedua (3,360), Proses ini memiliki batas spesifikasi 2,3 dan 3,5 yang mengartikan bahwa
perusahaan memiliki batas minimal kualitas kadar ALB minyak sawit sebesar 2,3% dan batas maksimum
kualitas kadar ALB minyak sawit sebesar 3,5% .
Uji keacakan digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan sudah acak atau belum. Hipotesis
yang digunakan untuk uji keacakan adalah sebagai berikut.
Tabel 2 Tabel statistik uji keacakan untuk data ALB minyak sawit
K 2,40857
Observasi Runs 55
P-value 0,353
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa keputusan yang didapatkan adalah gagal tolak 𝐻0 karenila nilai
p-value yang didapatkan yaitu 0,353 kurang dari alpha.Sehingga kesimpulan yang dapat ditarik adalah
dengan tingkat keyakinan 95%, dapat dikatakan bahwa urutan data pada penelitian kadar asam lemak bebas
minyak sawit merupakan urutan yang acak.
Dengan menggunakan tingkat signifikansi yaitu α sebesar 0,05, maka didapatkan hasil pengujian sebagai
berikut. Statistik uji (Menggunakan Minitab)
Gambar 1 Probability Plot dari data asam lemak bebas (ALB) minyak
sawit
Berdasarkan gambar 1, dapat diketahui bahwa keputusan yang didapatkan adalah tolak 𝐻0 karena nilai p-
value yang didapatkan yaitu 0,005 kurang dari alpha. Sehingga kesimpulan yang dapat ditarik adalah
dengan tingkat keyakinan 95%, dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak berdistribusi normal dan pada
penelitian ini diasumsikan berdistribusi normal.
Gambar 2 . X dan S Chart dari data asam lemak bebas (ALB) minyak sawit dengan 23
sampel
Berdasarkan diagram kendali diatas, dapat terlihat bahwa data sampel ke-18 berada di luar batas kontrol
atau proses dari produksi ALB minyak sawit dikatakan out of control, sehingga data ke-18 perlu dihapus dan
Gambar 3 . X dan S Chart dari data asam lemak bebas (ALB) minyak sawit dengan 22
sampel
Berdasarkan diagram kontrol pada gambar 4 diketahui bahwa masih terdapat data sampel yang berada
diluar batas kontrol yaitu data sampel ke-7 sehingga proses produksi ALB minyak sawit masih out of control,
Selanjutnya data ke-7 dihapus untuk melakukan perbaikan proses dan didapatkan diagram kontrol sebagai
berikut.
Gambar 4.. X dan S Chart dari data asam lemak bebas (ALB) minyak sawit dengan 21
sampel
Berdasarkan diagram kendali tersebut dapat dilihat bahwa tidak ada data yang berada di luar batas kontrol.
Dapat disimpulkan bahwa proses produksi ALB minyak sawit sudah in control setelah dilakukan dua kali
perbaikan data dan dapat dilanjutkan pengendalian kualitas fase dua.
Gambar 5 . X dan S Chart dari data asam lemak bebas (ALB) minyak sawit dengan 33
sampel
Berdasarkan diagram kendali pada gambar 6 dapat diketahui bahwa dalam fase II atau setelah melakukan
penambahan 12 data semua data berada di dalam batas kontrol atau dapat dikatakan proses telah in control.
PTP. Nusantara IV Kebun Tinjowan memiliki batas spesifikasi kualitas asam lemak bebas (ALB) minyak
sawit minimal 2,3% dan maksimal 3,5%. Berdasarkan data tersebut dan perhitungan sebelumnya dihasilkan
analisis kapabilitas proses sebagai berikut.
Gambar 6 . Diagram analisis kapabilitas proses untuk produksi asam lemak bebas (ALB)
pada minyak sawit
Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat dilihat bahwa Cp < 1,33, Cp > Cpk, dan Cpk < 1. Hal yang dapat
disimpulkan dari hasil tersebut adalah sebagai berikut. Cp < 1,33 menunjukkan bahwa kapabilitas proses
produksi ALB minyak sawit masih sangat rendah, sehingga perlu adanya peningkatan proses. Cp > Cpk
menunjukkan bahwa pada proses ini terjadi kegagalan dalam mendeteksi pergeseran yang terlalu kecil,
sehingga menghasilkan kemungkinan bahwa proses dinyatakan sebagai in control. Cpk < 1 menunjukkan
bahwa proses produksi ALB minyak sawit masih menghasilkan produk yang belum sesuai dengan
spesifikasi yang diharapkan oleh perusahaan.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa proses pengolahan
asam lemak bebas (ALB) minyak kelapa sawit belum kapabel.
Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan produksi asam lemak bebas pada minyak sawit tidak sesuai
dengan standar mutu yang ditentukan.
10
1) Manpower
2) Machine
3) Method
4) Materials
5) Measurement
6) Environment
a. Kondisi Cuaca
11
Iklim sangat berpengaruh dalam proses pengolahan buah sawit menjadi minyak,pada musim panas akan terjadi
kekeringan dimana buah sawit akan mengalami kekurangan air untuk tumbuh dan menyebabkan produksi minyak
sedikit terhambat.Oleh karena itu waktu paling baik untuk menanam sekaligus memanen sawit dilakukan pada musim
hujan untuk mendapatkan air yang cukup untuk pertumbuhan sawit dan buahnya.
REFERENCES
[1] J. B. Reeves and J. L. Weihrauch, Composition of foods : fats and oils, Washington, D.C.: U.S. Dept. of
Agriculture, Science, and Education Administration, 1979.
[2] "US Federal Food, Drug & Cosmetic Act," Federal Register, 1990.
[3] "Minyak sawit - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas," Wikipedia, 13 September 2021.
[Online]. Available: https://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_sawit. [Accessed 8 October 2021].
[4] H. A. Hasibuan, "Kajian Mutu dan Karakteristik Minyak Sawit Indonesia serta Produk Fraksinasinya,"
2012.
[5] P. S. E. d. K. Pertanian, "Kelapa Sawit Indonesia Semakin Menjadi Andalan Ekonomi Nasional,"
Kementrian Pertanian, [Online]. Available: https://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/22- informasi-
berita/228-kelapa-sawit-indonesia semakin-menjadi-andalan-ekonomi-nasional. [Accessed 8 October 2021].
[6] "Apa Itu Crude Palm Oil? Minyak Paling Banyak Dikonsumsi Dunia," mutuinstitute.com, [Online].
Available: https://mutuinstitute.com/post/crude-palmoil/ . [Accessed 8 October 2021].
[7] W. Zuhrika, "Analisa Mutu Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Minyak dan Inti Sawit PTP. Nusantara IV
di Kebun Tinjowan dengan Menggunakan Metode SQC (Statistical Quality Control)," 2019.
[8] J. Heizer and B. Render, Operations Management, Jakarta: Salemba Empat, 2005.
[9] V. Gaspersz, Total Quality Management untuk Praktisi Bisnis dan Industri, Bogor: Vinchristo Publication,
2011.
Hasibuan, H. A. (2012). KAJIAN MUTU DAN KARAKTERISTIK MINYAK SAWIT
INDONESIA SERTA PRODUK FRAKSINASINYA. Jurnal Standardisasi, 14(1).
https://doi.org/10.31153/js.v14i1.51
(Hasibuan, 2012)
12
LAMPIRAN
A.DATA
13
14
15
16
17
a. menghitung nilai
Nilai = 2,409
b. Menghitung batas kontrol
Nilai UCL = 3,886
Nilai CL = 2,409
Nilai LCL = 0,932
18
c. Menghitung nilai
Nilai = 1,250
d. Menghitung batas kontrol
Nilai UCL = 2,352
Nilai CL = 1,250
Nilai LCL = 0,147
2) Nilai 𝑋= 2,378
3) Nilai 𝑅 = 3,694
4) Ukuran sampel = 7
5) USL = 3,5
6) LSL = 2,3
7) d2 = 2,704
8) σ = 1,3661
9) Cp = 0,122
10) Cpu = 0,2738
11) Cpl = -0,0298
12) Cpk = -0,0298