SKRIPSI
Universitas Hasanuddin
Gowa
OLEH :
AKMAL AFANDI
D321 13 006
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi
Oleh:
AKMAL AFANDI
D321 13 006
Tanggal :
Di :
ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jln. Poros Malino Km. 6, Gowa, 92119, Sulawesi Selatan
Tlp./Fax : +62411-585637, Email:Kapal9uh@indosat.net; kapal@ft.unhas.ac.id
Judul Skripsi
AKMAL AFANDI
D321 13 006
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Atas ke-hadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah dan rahmat-Nya serta tak lupa sholawat dan salam
kepada Baginda Rasulallah SAW, sehingga skripsi yang berjudul
‘‘Perbandingan Umur Struktur Kaki Jacket Akibat Beban Aksial
Dengan Dan Gelombang” dapat terselesaikan dengan baik yang
merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam
memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Teknik Kelautan Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin.
vi
penyusunan skripsi, sehingga dengan bantuan, arahan dan
nasehatnya penulis menjadi lebih mengerti.
4. Bapak Muh. Zubair Muis Alie, ST., MT., Ph.D., selaku
Pembimbing II, Terima kasih atas saran dan semua arahannya
yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Ir. Juswan, MT., selaku penguji. Terima kasih atas saran,
nasehat dan arahan yang telah bapak berikan kepada penulis.
6. Bapak Dr. Taufiqur Rachman, ST., MT., selaku penguji. Terima
kasih atas saran, nasehat dan arahan yang telah bapak berikan
kepada penulis.
7. Bapak Daeng Paroka, ST., MT., Ph.D., selaku penguji. Terima
kasih atas saran, nasehat dan arahan yang telah bapak berikan
kepada penulis.
8. Kepada kanda Samuel, ST., MT, Jamaluddin, ST dan Sukri, ST
yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, terimakasih atas arahan dan motivasi selama penulis ada dalam
dunia kampus.
9. Seluruh Dosen dan Staf Departemen Teknik Kelautan Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin terkhusus kepada Ibu Marwah, Pak
Isran dan Pak Rio. Terima kasih atas segala bentuk bantuannya.
10. Rekan-rekan Mahasiswa Departemen Teknik Kelautan terkhusus
untuk kanda Jamaluddin, ST dan satu perjuangan angkatan 2013
(Andi Nurul Iftitah, Muqrimah Ishaq, Juniati Laela, Tsumiratin
Rizkiani, Zatil HIdayah, Dian Ramasari, Putri Ayu Puspita Lestari,
Grace, Nur Amri Yazid M.A, Astrian Gusman, Awaluddin,
Irwansyah, Sandi Putra, Faisal, Nur Ichlas Arman, Guswandi,
Gunawan, Fredy, Yafet Rombe, Yizhar Aldy Tandi, Yusuf, Aswan,
Rian, Fari Pebrian, Wira Wigraha, Iqbal, dan teman2 seperjuangan)
yang tidak sempat saya tulis namanya dan penulis mengucapkan
terimakasih atas inspirasi dan dukungan dalam proses
penyelesaian tugas akhir ini.
vii
11. Rekan-rekan Asisten di Laboratorium Fisika dan Lains Plan
kebersamaan dengan kalian tidak akan terlupakan.
12. Teman-teman KKN Gelombang 95 Kabupaten Bantaeng
Universitas Hasanuddin, terima kasih atas kebersamaannya dan
kerjasamanya selama ini terutama di posko Induk terkhusus
kepada Saudara Aksi Hasdir Rawin penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar – besarnya atas bantuannya selama ini
pada penulis dalam proses penyusunan tugas akhir.
13. Terimakasih kepada Pondok Biru/Pondok Qur’an (Nur Amri Yazid
MA, Sofyan Asshiddiq, Suardi Hasjum, Awaluddin, dinda Ihsan,
dinda Hasrullah, dinda Rio, dan Dinda Mardi) atas segala hal dalam
membantu penulis dalam proses penyusunan tugas akhir ini.
14. Terimakasih kepada Lembaga Dakwah GKM AL-Muhanddis atas
segala hal dalam membantu penulis dalam proses penyusunan
tugas akhir ini.
15. Terimasih penulis berikan kepada saudara Jusriadil seperjuangan
penulis waktu menuntut pendidikan di SMAN 6 Bulukumba, atas
support dan motivasinya selama penulis dalam proses
penyelesaian tugas akhir.
16. Serta seluruh pihak yang telah membantu terselesainya tugas akhir
ini yang tidak dapat ditulis dan disebutkan namanya satu per satu.
Demikian tugas akhir ini penulis buat, semoga tugas akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Departemen
Teknik Kelautan. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih memiliki
banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan kedepannya.
Gowa, 14 Nopember 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ iv
ABSTRACT .............................................................................................. v
ix
2.4.4. Beban Konstruksi ...................................................... 10
xi
4.2.2.4 Distribusi Tegangan Bending Z Akibat Beban
Gelombang .................................................... 59
xii
LAMPIRAN ............................................................................................. 86
xiii
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Data Beban / Topside Loads Structure Jacket 4 Kaki ........... 38
Tabel 3.2. Dimensi dan Jenis Profil Member Struktru Jacket 4 Kaki ...... 38
Tabel 4.1. Unity Check Max pada Setiap Group Member Akibat
Beban Geladak (Hasil Olahan 2017) ..................................... 50
Tabel 4.2. Unity Check Max pada Setiap Group Member Akibat
Beban Gelombang (Hasil Olahan 2017) ............................... 52
Tabel 4.3. Unity Check Max pada Setiap Group Member Akibat
Beban Geladak dan Beban Gelombang (Hasil Olahan
2017) ..................................................................................... 54
Tabel 4.4. Member Stress Max pada Setiap Group Member Akibat
Beban Geladak ..................................................................... 57
Tabel 4.5. Member Stress Max pada Setiap Group Member Akibat
Beban Gelombang ................................................................ 59
Tabel 4.6. Member Stress Max pada Setiap Group Member Akibat
Beban Geladak dan Beban Gelombang ................................ 62
Tabel 4.7. Hubungan Tegangan Aksial dengan Regangan Akibat
Beban Geladak ...................................................................... 63
Tabel 4.8. Hubungan Tegangan Bending Y dengan Regangan Akibat
Beban Geladak ..................................................................... 65
Tabel 4.9. Hubungan Tegangan Bending Z dengan Regangan Akibat
Beban Geladak ..................................................................... 66
xvii
Beban Geladak dan Beban Gelombang .............................. 74
Tabel 4.15. Hubungan Tegangan Bending Z dengan Regangan Akibat
Beban Geladak dan Beban Gelombang .............................. 76
xviii
DAFTAR NOTASI
xix
Fv = Tegangan Izin Geser (N/mm2)
ΔL = Pertambahan Panjang (mm)
L = Panjang Mula - Mula (mm)
E = Modulus Young (N/mm2)
σ = Tegangan (N/mm2)
F = Gaya (N)
L = Panjang Mula - Mula (mm)
ΔL = Pertambahan Panjang/pendek (mm)
IR = Interaction Ratio
σa = Tegangan Aksial Aktual (N/mm2)
σai = Tegangan Aksial yang di izinkan (N/mm2)
σb = Tegangan Lentur Aktual (N/mm2)
σbi = Tegangan Lentur yang izinkan (N/mm2)
ε = Regangan
σ = Tegangan yang bekerja (N/mm2)
E = Modulus elastis (N/mm2)
Fty = Tegangan Luluh (N/mm2)
n = Koefisien Ramberg-Osgood
N = Fatigue life (Tahun)
m = Mean stress (N/mm2)
= Stress range (N/mm2)
2 = Amplitude of stress (mm2)
Tσ = Umur perencanaan struktur (Tahun)
∆O = Nilai keruntuhan struktur (lebih kecil dari 1)
N = Jumlah siklus beban (siklus)
T1/3 = Periode (Detik)
D = diameter batang struktur (mm)
xx
BAB 1
PENDAHULUAN
2
2. Berapakah lama umur struktur kaki jacket akibat beban
gelombang yang bekerja selama bangunan struktur tersebut
beroperasi ?
6. Dalam tugas akhir ini bangunan atas fixed jacket platform tidak
di modelkan.
3
1.5. Manfaat Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
Permasalahan yang selalu ada pada bangunan lepas pantai
adalah kerusakan yang dapat menyebabkan struktur tersebut
gagal. Kerusakan bangunan laut terutama terjadi akibat
kelelahan (fatigue), baik pada komponen struktur utama
maupun struktur sekunder dan tersier (Djatmiko, 2003).
4
yang pertama, dan di-instal pertama kali pada tahun 1947 di
teluk Meksiko pada kedalaman perairan 6 meter.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan tentang perbandingan umur struktur
kaki jacket akibat beban aksial dan beban gelombang dengan
menggunakan software SACS berdasarkan data-data yang
telah ada.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan serta saran-saran yang
berkaitan dengan penulisan ini.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis struktur lepas pantai yang telah dibangun saat ini adalah
struktur jenis jacket atau template. Jacket dikembangkan untuk operasi
di laut dangkal dan laut sedang yang dasarnya tebal, lunak dan
berlumpur. Setelah jacket di tempatkan di posisi yang diinginkan, pile
dimasukan melalui kaki bangunan yang dipancang dengan hammer
sampai menembus lapisan tanah keras. Kemudian deck dipasang dan
di las. Struktur jenis ini banyak di bangun di Teluk Mexico.
2.3.3. Caissons
9
2.4.2. Bobot Mati (Dead)
10
2.4.6. Beban Dinamik
Beban dinamik ini disebabkan kerena adanya gaya yang
berulang – ulang seperti gelombang, angin, gempa bumi, atau getaran
mesin, juga gaya akibat benturan kapal pada struktur dan pengeboran.
12
2. Kondisi pembebanan lingkungan ekstrim merupakan kondisi
yang jarang terjadi di lokasi operasi struktur bangunan lepas
pantai.
13
2. Periode gelombang (T) ; terukur dalam satuan waktu, berupa
waktu yang diperlukan partikel fluida cair untuk berada pada
kedudukan serupa dalam rangkaian pergerakan gelombang.
15
2.5.3 Teori Gelombang Airy
Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam teori gelombang
Airy adalah sebagai berikut:
Catatan: y = h + z
k = ; ω= …………..………….…...…………… (2.3.a)
4. Kecepatan gelombang
c= = ..….….……………………………….….……... (2.4.a)
1/2
c= …...……………….……..…….…….... (2.4.b)
16
6. Tekanan gelombang dan Hidrostatik
…………….…………... (2.7)
17
Menurut rekomendasi API RP2A (1980), nilai CD berkisar antara
0,6 sampai 1,0 dan nilai CI berkisar antara 1,5 sampai 2,0 (Offshore
Struktural Engineering Page 114, 1981) dan menurut API RP2A (1977)
untuk perhitungan dengan teori gelombang stoke derajat lima CD
berkisar antara 0,6 sampai 1,0 dan Ci berkisar antara 1,5 sampai 2,0.
SWL
Sea floor y = 0
x
… (2.9)
dan
18
…………………… (2.10)
1. Tegangan Aksial
σ= ……………………….…………………………..… (2.12)
19
Dimana σ = Tegangan lentur (N/mm2)
Tegangan geser (τ) timbul akibat kerja dari dua gaya geser (S)
yang saling berlawanan arah (aksi–reaksi) terhadap suatu bidang
geser, pada satuan luas bidang penampang tahanan elemem struktur
(A). Sehingga bidang penampang tersebut mengalami regangan geser
searah bekerjanya gaya. Jika besaran gaya geser (S) dikerjakan pada
batang akan menimbulkan tegangan geser (τ). Tegangan geser (τ),
yaitu tegangan yang timbul akibat gaya geser atau gaya lintang. Ciri
dari gaya geser atau gaya lintang adalah melintang batang atau tegak
lurus batang.
Rumus:
σ= …………………………..…………………………………… (2.13)
20
2.6.2 Tegangan Luluh
21
Fv = 0,4 fy ......................................................................... (2.16)
2.6.4 Regangan
ε= …………...…………..……………………….……………. (2.17)
Dimana : ε = Regangan
E= .. .................................................................................... … (2.18)
E= …………………………………………………………….. (2.19)
22
σ = Tegangan (N/mm2)
F = Gaya (N)
………………………........ (2.20)
24
Dengan meningkatnya tegangan hingga melewati limit
proporsional, maka regangan mulai meningkat secara lebih cepat
untuk setiap pertambahan tegangan. Dengan demikian kurva
tegangan-regangan mempunyai kemiringan yang berangsur-angsur
semakin kecil sampai pada titik B kurva tersebut menjadi horisontal.
Mulai dari titik B terjadi perpanjangan yang cukup besar pada benda uji
tanpa adanya pertambahan gaya tarik (dari B ke C), fenomena ini
disebut luluh dari bahan, dan titik B disebut titik luluh. Di daerah antara
B dan C, bahan menjadi plastis sempurna, yang berarti bahwa bahan
terdeformasi tanpa adanya pertambahan beban. Sesudah mengalami
regangan besar yang terjadi selama peluluhan di daerah BC, baja
mulai mengalami pengerasan regang (strain hardening). Perpanjangan
benda di daerah ini membutuhkan peningkatan beban tarik, sehingga
diagram tegangan-regangan mempunyai kemiringan positif dari C ke
D, dan beban pada akhirnya mencapai harga maksimum, dan
tegangan di titik D disebut tegangan ultimite. Penarikan batang lebih
lanjut akan disertai dengan pengurangan beban dan akhirnya terjadi
putus/patah di suatu titik yaitu pada titik E.
25
sebenarnya tidak ditujukan khusus untuk memodelkan baja dan bisa
dipakai untuk berbagai macam material. Persamaan ini dimodifikasi
sesuai kebutuhan agar mendekati kurva tegangan-regangan baja yang
sering dipakai untuk struktur. Model Ramberg-Osgood diberikan dalam
bentuk rumus berikut:
n
…………...………………….…………….
0,002 (2.21)
E F
ty
Dimana : ε = Regangan
n = koefisien Ramberg-Osgood
26
Kerusakan fatigue pada struktur seringkali terjadi pada daerah
sambungan las karena adanya konsentrasi tegangan, seperti pada
Gambar 2.10. Kerusakan tersebut diindikasikan dengan adanya retak
yang terjadi pada lokasi sambungan, sifat sensitif sambungan terhadap
fatigue umumnya disebabkan oleh:
27
Gambar 2.11. Kurva S-N
(Sumber: Salmon dan Jhonson, 1986)
28
Tabel 2.2. Formulasi Fatigue S-N Curves
∆σref M
Curve inverse Endurance limit at 200
Stress range at million Cycles
log-log
2 million Cycles
slope
14.5 ksi (100
X 4.38 5.07 ksi(35 MPa)
MPa)
11.4 ksi (79
X’ 3.74 3.33 ksi (23 MPa)
MPa)
Sumber : API RP 2A-WSD 2002
1. Cyclic stress / load merupakan variasi pada tegangan atau beban yang
berulang terhadap waktu.
2. Mean stress (σm) merupakan tegangan rata-rata yang di dapat
diantara tegangan maksimum dan tegangan minimum, dengan
Persamaan 2.22.
m = .................................................... (2.22)
29
3. Maximum stress (σ max) merupakan nilai tegangan maksimum
yang terjadi pada keseluruhan suatu material ketika
pembebanan.
4. Minimum stress (σ min) merupakan nilai tegangan maksimum
yang terjadi pada keseluruhan suatu material ketika
pembebanan.
5. Stress range meruapakan selisih tegangan maksimal terhadap
tegangan minimal, dengan Persamaan 2.23.
2 = ...................................................... (2.24)
7. Cycle (N) adalah siklus dimana beban bermula dari posisi rata-
rata pada waktu tertentu dan kembali ke posisi yang sama setelah
beberapa interval waktu.
8. Stress ratio (R) merupakan rasio tegangan R didefinisikan
sebagai rasio tegangan minimum terhadap tegangan maksimal.
Menggunakan Persamaan 2.25.
R= ………….…………………………………………. (2.25)
9. Fatigue life (N) adalah banyaknya siklus yang dialami oleh suatu
material atau konstruksi sebelum mengalami kegagalan
(breakdown).
30
teori balok, metode pressumed stress distribution, ISUM dan ISFEM.
Hughes dan Paik (2010), menghitung dan membandingkan kekuatan-
batas struktur kapal dengan menggunakan metode teori balok, metode
presumed stress distribution, NLFEA, ISUM dan ISFEM. Penelitian ini
akan menggunakan metode NLFEA untuk menghitung kekuatan-batas
longitudinal struktur kapal tanker baik pada kondisi utuh dan setelah
mengalami kerusakan akibat kandas dan tubrukan.
1. Analisa statis
2. Analisa quasi-statis
3. Analisa dinamis
31
2.8.3. Proses peningkatan beban
32
2.8.6. Spesifikasi Material
Jenis Material
Spesifikasi Material
S355 Non Alloy
Density (Kg/m3) 7,85
Modulus Young (N/mm2) 210
Poisson’s Ratio 0,3
Yield Strengt (N/mm2) 295
Sumber : Ship Structure Committee, 2015
33
jumlah siklus beban dengan periodenya. Selanjutnya dalam
menghitung umur struktur akibat terjadinya kelelahan perlu di
masukkan nilai keruntuhan ∆O. Nilai ∆O tergantung dari mudah dan
sukarnya struktur tersebut. Dengan memasukkan harga ∆O, maka
umur struktur dapat di rencanakan, sebagai berikut, (Husain, 1992):
struktur (dtk)
1. Modeling
Fitur ini berisi pemodelan struktur, geometri dan material
properties, peralatan dan appurtenance, dan pemodelan beban.
3. Dynamic Analysis
Dalam analisa dinamis dapat dilakukan solusi frekuensi dan
mode shapes, analisa respon spektrum gempa (Earthquake
Response Spectrum Analysis), analisa time domain linear
dynamic terhadap gelombang reguler, gelombang acak, ground
accelerations and general time-dependent loads, analisa
frequency domain terhadap gelombang reguler.
4. Non-linear Analysis
Dalam analisa non-linear berisi analisa inkremen non-linear
statis dengan material dan geometris non-linear. Dan analisa
dinamis terhadap gelombang regular, gelombang acak,
earthquake motions and general timedependent termasuk
beban geometric and material nonlinearities.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
36
1. Nama Perusahaan : Total E & P indonesie
2. Lokasi : Sisi Field, East Kalimantan Indonesia
3. Kedalaman Laut : 71600 mm (71,6 m)
4. Tinggi Struktur : 76100 mm (76,1 m)
5. Berat Platform : 1350 ton
1. JL (Jacket Leg)
Adalah jacket leg yang merupakan kaki jacket atau bisa disebut
juga sebagai chord yang memiliki ukuran dan karakteristik
sebagai berikut :
a. Outer Diameter (OD) : 1676,4 mm
b. Web Thickness (WT) : 19,05 mm
c. Modulus Elasticity : 210000 (N/mm2)
38
d. Shear Modulus : 81000 (N/mm2)
e. Yield Strength : 295 (N/mm2)
f. Tensile Strength, Ultimate : 450 – 600 (N/mm2)
g. Density : 7,85 (kg/m2)
h. Posisions Ratio : 0,3
2. HB (Horizontal Brace)
Adalah horizontal brace yang memiliki ukuran dan karakteristik
sebagai berikut :
a. Outer Diameter (OD) : 508 mm
406 mm
b. Web Thickness (WT) : 12,7 mm
c. Modulus Elasticity : 210000 (N/mm2)
d. Bulk Modulus : 160 (Mpa)
e. Shear Modulus : 81000 (N/mm2)
f. Yield Strength : 295 (N/mm2)
g. Tensile Strength, Ultimate : 450 – 600 (N/mm2)
h. Density : 7,85 (kg/m2)
i. Posisions Ratio : 0,3
3. DB (Diagonal Brace)
Adalah diagonal brace yang memiliki ukuran dan krakteristik
sebagai berikut :
a. Outer Diameter (OD) : 508 mm
609,6 mm
b. Web Thickness (WT) :15,87 mm
c. Modulus Elasticity : 210000 (N/mm2)
d. Shear Modulus : 81000 (N/mm2)
e. Yield Strength : 295 (N/mm2)
f. Tensile Strength, Ultimate : 450 – 600 (N/mm2)
g. Density : 7,85 (kg/m2)
h. Posisions Ratio : 0,3
39
3.3.2 Data Lingkungan Struktur Jacket tipe Fixed Offshore
Platform
1. Pengumpulan Data
Pada proses ini seluruh data yang dibutuhkan pada pembuatan
model akan dilengkapi, data tersebut berupa data ukuran utama
struktur jacket type platform, ukuran konstruksi jacket dan beban –
beban yang bekerja pada struktur jacket berupa beban geladak
atau struktur dan beban gelombang.
40
3. Analisis Model Struktur
Setelah proses pemodelan pelat selesai maka tahapan
selanjutnya adalah analisis model yang telah dibuat, pada analisis
ini diharapkan model yang telah dibuat dapat running dengan baik
sehinggat dapat mengeluarkan output yang diinginkan pada
penelitian ini.
5. Hasil Analisis
Ketika pengecekan analisis selesai dan analisis model
dinyatakan berhasil maka tahapan selanjutnya adalah memaparkan
hasil analisis yang telah didapatkan, berupa unity check (Interaction
ratio), grafik tegangan tegangan, deformasi, dan distribusi tegangan
aktual.
41
3.5. Kerangka Penelitian
Adapun secara ringkas, diagram alur penelitian ini dapat
digambarkan dalam flow chart seperti pada Gambar 3.26 sebagai
berikut:
Mulai
Selesai
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
10. Setelah model struktur dan beban struktur sudah di input maka
desain di save lalu membuat model struktur untuk kasus
berikutnya, berikut adalah hasil model akibat beban aksial,
kasus yang akan di analsis:
48
Seperti yang dapat kita lihat pada gambar diatas pengimputan
beban geladak yang dibagi secara merata di setiap titik joint
yang dimana pada kasus ini beban gelombang diabaikan.
11. Tahapan akhir dari pemodelan yaitu run analysis model struktur
dengan metode static analysis untuk model kasus 1 (beban
struktur, dan kasus 2 beban gelombang).
Dari Gambar 4.13 di atas dapat dilihat bahwa struktur kaki jacket akibat
beban geladak atau struktur tidak berada dalam zona warna merah
yang menandakan nilai unity checknya lebih kecil dari 1 yang berarti
struktur tersebut bisa digunakan atau layak pakai, pada Tabel 4.1
dapat dilihat nilai Unity Check Max sebagai berikut:
50
Lanjutan Tabel 4.1. Unity Check Max Pada Setiap Group
Member akibat Beban Geladak
Group Load Max.Unity
Element
ID Cond Check
BX1 0017-0362 LOAD 0.14
Seperti yang dilihat pada Gambar 4.13 dan Tabel 4.1 di atas,
berdasarkan hasil analisis SACS unity check (interaction ratio) pada
struktur jacket kasus 1 (beban geladak) dalam kondisi aman dengan
nilai interaction ratio rata – rata dibawah 1 (IR<1), dimana unity check
terbesar terjadi pada tiang pancang kaki jacket di lantai 3 dengan
nomor elemen 0219-0285 (group id PL1) dengan nilai UC (IR) = 0,655,
sementara untuk unity check terkecil terjadi pada tiang pancang di
lantai 5 dengan nomor elemen 0366-0362 (group id PL3) dengan nilai
UC (IR) = 0,021.
51
4.2.1.2. Unity Check Akibat Beban Gelombang
Dari Gambar 4.14 di atas dapat dilihat bahwa struktur kaki jacket akibat
beban gelombang tidak berada dalam zona warna merah yang
menandakan nilai unity checknya lebih kecil dari 1 yang berarti struktur
tersebut bisa digunakan atau layak pakai, dibawah ini dapat dilihat nilai
Unity Check Max pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
52
Lanjutan Tabel 4.2. Unity Check Max Pada Setiap Group
Member akibat Beban Gelombang
Group Load Max. Unity
Element
ID Cond Check
BX1 0017-0362 SEA 0.111
Seperti yang dilihat pada Gambar 4.14 dan Tabel 4.2 di atas,
berdasarkan hasil analisis SACS unity check (interaction ratio) pada
struktur jacket kasus 1 (beban gelombang) dalam kondisi aman
dengan nilai interaction ratio rata-rata dibawah 1 (IR<1), dimana unity
check terbesar terjadi pada Brace X lantai 2 terdapat pada elemen
0021-0302 (group id BX2) dengan nilai UC (IR) = 0,337, sementara
untuk unity check terkecil terjadi pada sambungan horizontal lantai 5
terdapat pada elemen 0091-0133 (group id SH5) dengan nilai UC (IR)
= 0,023.
53
4.2.1.3. Unity Check Akibat Beban Geladak dan Beban
Gelombang
Dari Gambar 4.15 di atas dapat dilihat bahwa struktur kaki jacket akibat
beban geladak dan beban gelombang tidak berada dalam zona warna
merah yang menandakan nilai unity checknya lebih kecil dari 1 yang
berarti struktur tersebut bisa digunakan atau layak pakai, dibawah ini
dapat dilihat nilai Unity Check Max pada Tabel 4.3 sebagai berikut:
54
Lanjutan Tabel 4.3. Unity Check Max Pada Setiap Group
Member akibat Beban Geladak dan
Beban Gelombang
Group Max. Unity
Element Load Cond
ID Check
BX1 0017-0362 LOAD SEA 0.502
BX2 0087-0302 LOAD SEA 0.263
BX3 0025-0155 LOAD SEA 0.319
HL4 0234-0078 LOAD SEA 0.363
HL5 0133-0026 LOAD SEA 0.104
PL1 0351-0288 LOAD SEA 0.699
PL2 0217-0151 LOAD SEA 0.51
PL3 0369-0364 LOAD SEA 0.036
SH1 0367-0394 LOAD SEA 0.048
SH2 0341-0316 LOAD SEA 0.22
SH3 0266-0241 LOAD SEA 0.199
SH4 0181-0234 LOAD SEA 0.264
SH5 0091-0133 LOAD SEA 0.065
SV 0000-0017 LOAD SEA 0.292
Sumber : Hasil Analisis SACS 2017
Tabel 4.4. Member Stress Max Pada Setiap Group Member Akibat
Beban Geladak
APPLIED STRESSES
MAX
LOAD
GROUP CRITICAL UNIT
CON
ID MEMBER Y GELADAK BEND-Y BEND-Z
D
CHK. (N/mm2) (N/mm2) (N/mm2)
57
Seperti dilihat pada Gambar 4.17 dan Tabel 4.4 di atas
tegangan yang bekerja terbesar terdapat pada Group ID (BX1, BX2,
BX3, HL2, HL3, HL4, PL1, PL2, dan SV), dimana distribusi tegangan
akibat beban geladak terbesar terdapat pada elemen 0442-0352
dengan nilai tegangan yang diperoleh sebesar -106.77 N/mm2,
tegangan lentur Y 1.68 N/mm2, dan tegangan lentur Z 6.61 N/mm2.
Untuk tegangan lentur Y terbesar yang bekerja terdapat pada area
Sambungan arah vertikal dengan nomor elemen 0026-0211 dan nilai
tegangan sebesar -45.44 N/mm2, sedangkan tegangan lentur Z
terbesar yang bekerja terdapat pada area Brace Horizontal Lantai 2
dengan nomor elemen 0076-0341 dan nilai tegangan yang diperoleh
sebesar 14.19 N/mm2.
58
4.2.2.4. Distribusi Tegangan Bending Z Akibat Beban Gelombang
Tabel 4.5. Member Stress Max Pada Setiap Group Member Akibat
Beban Gelombang
MAX APPLIED STRESSES
GROUP CRITICAL LOAD
UNITY GELOMBANG BEND-Y BEND-Z
ID MEMBER COND
CHK. (N/mm2) (N/mm2) (N/mm2)
0381-
BH1 SEA 0.061 0.72 6.94 0.31
0419
59
Lanjutan Tabel 4.5. Member Stress Max Pada Setiap Group Member
Akibat Beban Gelombang
APPLIED STRESSES
MAX
GROUP CRITICAL LOAD
UNITY
ID MEMBER COND GELOMBANG BEND-Y BEND-Z
CHK.
(N/mm2) (N/mm2) (N/mm2)
Seperti yang kita lihat pada gambar dan tabel di atas tegangan
yang bekerja terbesar terdapat pada Group ID (BX1, BX2, BX3, HL2,
HL3 HL4, PL1, PL2, dan SV), dimana distribusi tegangan gelombang
terbesar terdapat pada elemen 0442-0352 dengan nilai tegangan yang
diperoleh sebesar -100.89 N/mm2, tegangan lentur Y 1.13 N/mm2, dan
tegangan lentur Z 5.87 N/mm2. Untuk tegangan lentur Y terbesar yang
bekerja terdapat pada area Sambungan arah vertikal dengan nomor
elemen 0004-0085 dan nilai tegangan sebesar 39.79 N/mm2,
sedangkan tegangan lentur Z terbesar yang bekerja terdapat pada
area Brace Horizontal Lantai 2 dengan nomor elemen 0076-0341 dan
nilai tegangan yang diperoleh sebesar 13.91 N/mm2.
60
4.2.2.5. Distribusi Tegangan Bending Y Akibat Beban Geladak
dan Beban Gelombang
Tabel 4.6. Member Stress Max Pada Setiap Group Member Akibat
Beban Geladak dan Beban Gelombang
MAX APPLIED STRESSES
GROUP CRITICAL LOAD
UNITY
ID MEMBER COND SEA LOAD BEND-Y BEND-Z
CHK.
(N/mm2) (N/mm2) (N/mm2)
BH1 0017-0387 SEA 0.091 4.04 -14.52 -3.27
Seperti yang kita lihat pada gambar dan tabel di atas tegangan
yang bekerja terbesar terdapat pada Group ID (BX1, BX2, BX3, HL2,
HL3 HL4, PL1, PL2, dan SV), dimana distribusi tegangan akibat beban
geladak dan beban gelombang terbesar terdapat pada elemen 0442-
62
0352 dengan nilai tegangan yang diperoleh sebesar -118.66 N/mm2,
tegangan lentur Y 2.53 N/mm2, dan tegangan lentur Z 3.94 N/mm2.
Untuk tegangan lentur Y terbesar yang bekerja terdapat pada area
Sambungan arah vertikal dengan nomor elemen 0005-0018 dan nilai
tegangan sebesar -16.06 N/mm2, sedangkan tegangan lentur Z
terbesar yang bekerja terdapat pada area Brace Horizontal Lantai 2
dengan nomor elemen 0342-0086 dan nilai tegangan yang diperoleh
sebesar 13.25 N/mm2.
63
Lanjutan Tabel 4.7. Hubungan Tegangan Aksial dengan
Regangan Akibat Beban Geladak
No. Element Aksial (N) Regangan (Ɛ)
9 0355-0300 74.26 0.0004
10 0441-0353 106.76 0.0005
11 0442-0352 106.77 0.0005
12 0443-0357 65.32 0.0003
13 0444-0356 65.33 0.0003
14 0152-0214 69.36 0.0003
15 0161-0154 64.82 0.0003
16 0162-0153 64.83 0.0003
17 0202-0159 64.82 0.0003
18 0203-0160 64.83 0.0003
19 0217-0151 69.37 0.0003
20 177 0.0008
21 295 0.0014
Sumber: Hasil Analisis SACS 2017
Dari Tabel 4.7 di atas dapat dilihat hubungan tegangan regangan yang
terjadi akibat beban geladak, sehinggga dibuatlah gerafik yang dimana
grafik tersebut dapat dilhat pada Gambar 4.22 dibawah ini.
65
Dari Tabel 4.8 di atas dapat dilihat hubungan tegangan regangan yang
terjadi akibat beban geladak, sehinggga dibuatlah gerafik yang dimana
grafik tersebut dapat dilhat pada Gambar 4.23 dibawah ini.
66
Lanjutan Tabel 4.9. Hubungan Tegangan Bending Z dengan
Regangan Akibat Beban Geladak
No Element Bending Z (N) Regangan (Ɛ)
3 0283-0221 2.44 0.000012
4 0295-0206 1.11 0.000005
5 0296-0205 1.11 0.000005
6 0350-0287 1.58 0.000008
7 0351-0288 1.57 0.000007
8 0354-0299 0.81 0.000004
9 0355-0300 0.81 0.000004
10 0441-0353 6.61 0.000031
11 0442-0352 6.61 0.000031
12 0443-0357 0.64 0.000003
13 0444-0356 0.64 0.000003
14 0152-0214 0.64 0.000003
15 0161-0154 0.41 0.000002
16 0162-0153 0.41 0.000002
17 0202-0159 0.68 0.000003
18 0203-0160 0.68 0.000003
19 0217-0151 0.64 0.000003
20 221.25 0.001054
21 295 0.001405
Sumber: Hasil Analisis 2017
Dari Tabel 4.9 di atas dapat dilihat hubungan tegangan regangan yang
terjadi akibat beban geladak, sehinggga dibuatlah gerafik yang dimana
grafik tersebut dapat dilhat pada Gambar 4.24 dibawah ini.
67
Dari Gambar 4.24 di atas dapat dilihat bahwa hubungan tegangan
bending Z dengan regangan akibat beban geladak masih berada
dalam area elastis yang dimana pada area tersebut struktur kaki jacket
masih jauh dari nilai tegangan yelding atau tegangan izin yang
diberikan.
68
Dari Tabel 4.10 di atas dapat dilihat hubungan tegangan regangan
yang terjadi akibat beban aksial, sehinggga dibuatlah gerafik yang
dimana grafik tersebut dapat dilhat pada Gambar 4.25 dibawah ini.
69
Lanjutan Tabel 4.11. Hubungan Tegangan Bending Y dengan
Regangan Akibat Beban Gelombang
No Element Bending Y (N) Regangan (Ɛ)
6 0350-0287 2.48 0.000012
7 0351-0288 2.48 0.000012
8 0354-0299 3.29 0.000016
9 0355-0300 3.29 0.000016
10 0441-0353 1.68 0.000008
11 0442-0352 1.68 0.000008
12 0443-0357 2.95 0.000014
13 0444-0356 2.95 0.000014
14 0152-0214 13.1 0.000062
15 0161-0154 18.35 0.000087
16 0162-0153 18.35 0.000087
17 0202-0159 6.1 0.000029
18 0203-0160 6.09 0.000029
19 0217-0151 13.11 0.000062
20 221.25 0.001054
21 295 0.001405
Sumber: Hasil Analisis 2017
71
Dari Tabel 4.12 di atas dapat dilihat hubungan tegangan regangan
yang terjadi akibat beban aksial, sehinggga dibuatlah gerafik yang
dimana grafik tersebut dapat dilhat pada Gambar 4.27 dibawah ini.
72
Lanjutan Tabel 4.13. Hubungan Tegangan Aksial dengan Regangan
Akibat Beban Gelombang dan Beban Geladak
No. Element Aksial (N) Regangan (Ɛ)
20 177 0.0008
21 295 0.0014
Sumber: Hasil Analisis SACS 2017
73
Gambar 4.28. Grafik Hubungan Tegangan Aksial dengan Regangan
Akibat Beban Gelombang dan Beban geladak
(Hasil Olahan 2017)
74
Lanjutan Tabel 4.14. Hubungan Tegangan Bending Y dengan
Regangan Akibat Beban Gelombang dan Beban Geladak
No Element Bending Y (N) Regangan (Ɛ)
7 0351-0288 2.48 0.000012
8 0354-0299 3.29 0.000016
9 0355-0300 3.29 0.000016
10 0441-0353 1.68 0.000008
11 0442-0352 1.68 0.000008
12 0443-0357 2.95 0.000014
13 0444-0356 2.95 0.000014
14 0152-0214 13.1 0.000062
15 0161-0154 18.35 0.000087
16 0162-0153 18.35 0.000087
17 0202-0159 6.1 0.000029
18 0203-0160 6.09 0.000029
19 0217-0151 13.11 0.000062
20 221.25 0.001054
21 295 0.001405
Sumber: Hasil Analisis 2017
76
Dari Tabel 4.15 di atas dapat dilihat hubungan tegangan regangan
yang terjadi akibat beban aksial, sehinggga dibuatlah gerafik yang
dimana grafik tersebut dapat dilhat pada Gambar 4.30 dibawah ini.
77
Beberapa parameter yang mempengaruhi kelelahan pada
tubular joint dan digunakan sebagai pertimbangan oleh perancang
adalah:
struktur.
3. Proses fabrikasi.
78
2.12 dan memasukan nilai dari Tabel 2.2, dengan uraian sebagai
berikut:
m = 4,38
= 100 N/mm2
Sehingga;
Tσ = ∆O. N. T1/3
79
Tσ =
= 185 Tahun
(Tabel 2.2).
m = 4,38
= 100 N/mm2
Sehingga
Tσ = ∆O. N. T1/3
Tσ =
80
= 108 Tahun
81
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
83
Daftar Pustaka
84
Naval Architect and Ocean Engineering, Faculty of
Engineering, Hasanuddin University, Gowa 92172,
Indonesia.
Salmon C.G., dan Jhon E.J., 1986. Struktur Baja, Disain dan Perilaku,
Edisi 2, Erlangga, Jakarta.
Soedjono, JJ., 1989, “Diktat Kuliah Perencanaan Sistem Bangunan
Laut 1”, Jurusan Teknik Kelautan, ITS, Surabaya.
Schuring, M., and Bertram, A., 2011. The Torsional Buckling of a
Cruciform Colmn Under Compressie Load With a Vertex
Plasticity Model. International Journal of Solids and
Structures, Volume 48, pp.1-11
Total E&P Indonesie. 2012. WPS2-STRUCTURAL DRAWING LIST.
Jakarta – Indonesia.
85