NIM : 02010010019
SEM : 4 (EMPAT)
PRODI : S1 KEPERAWATAN
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Latar belakang.........................................................................................................
B. Tujuan......................................................................................................................
A. Pengertian ...............................................................................................................
B. Etiologi ...................................................................................................................
C. Anatomi dan Fisiologi.............................................................................................
D. Tanda dan Gejala.....................................................................................................
E. patofisiologi ............................................................................................................
F. Pathway .................................................................................................................
G. Pemeriksaan penunjang...........................................................................................
H. Komplikasi...............................................................................................................
I. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan..............................................................
J. Pengkajian keperawatan .........................................................................................
K. Diagnosa Keperawatan............................................................................................
L. Intervensi keperawatan............................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut
menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya
timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada
obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna,
infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi
yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga
terjadilah peritonitis.
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut. Ileus Paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai
saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak
mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot,
gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti
penyakit Parkinson. Di Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan oleh
hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis.
Keduanya membutuhkan tindakan operatif.
Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar.
Keduanya memiliki cara penanganan yang agak berbeda dengan tujuan yang
berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarkan dapat menyebabkan gangguan
vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis, perforasi dan kematian,
sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih ditujukan pada dekompresi dan
menghilangkan penyebab untuk mencegah kematian. Obstruksi kolon sering
disebabkan oleh neoplasma atau kelainan anatomic seperti volvulus, hernia
inkarserata, striktur atau obstipasi. Penanganan obstruksi kolon lebih kompleks
karena masalahnya tidak bisa hilang dengan sekali operasi saja. Terkadang cukup
sulit untuk menentukan jenis operasi kolon karena diperlukan diagnosis yang tepat
tentang penyebab dan letak anatominya. Pada kasus keganasan kolon, penanganan
pasien tidak hanya berhenti setelah operasi kolostomi, tetapi membutuhkan radiasi
dan sitostatika lebih lanjut. Hal ini yang menyebabkan manajemen obstruksi
kolon begitu rumit dan kompleks daripada obstruksi usus halus.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit Ileus Paralitik
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui pengertian, etiologi, anatomi fisiologi, tanda dan gejala,
patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, komplikasi,
penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keperawatan, dan rencana
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan pada
pasien Ileus Paralitik
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya paralitik
usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.
Ileus paralitik adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan
oleh sumbatan mekanik sehingga isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal
atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen usus,
dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu
segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut (Sjamsuhidajat, 2003).
Berdasarkan proses terjadinya ileus paralitik dibedakan menjadi ileus paralitik
mekanik dan non mekanik. Ileus paralitik mekanik terjadi karena penyumbatan fisik
langsung yang bisa disebabkan karena adanya tumor atau hernia sedangkan ileus
paralitik non mekanik terjadi karena penghentian gerakan peristaltic (Manaf , 2010)
B. Etiologi
Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada: (1) proses intra abdominal seperti
pembedahan perut dan saluran cerna atau iritasi dari peritoneal (peritonitis, pankreatitis,
perdarahan); (2) sakit berat seperti pneumonia, gangguan pernafasan yang memerlukan
intubasi, sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes ketoasidosis, dan ketidakseimbangan
elektrolit (hipokalemia, hiperkalsemia, hipomagnesemia, hipofosfatemia); dan (3) obat-
obatan yang mempengaruhi motilitas usus (opioid, antikolinergik, fenotiazine). Setelah
pembedahan, usus halus biasanya pertama kali yang kembali normal (beberapa jam),
diikuti lambung (24-48 jam) dan kolon (48-72 jam).
Ileus terjadi karena hipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa adanya
obstruksi usus mekanik. Diduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk
mengangkut isi usus. Kurangnya tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan
akumulasi gas dan cairan dalam usus.
Meskipun ileus disebabkan banyak faktor, keadaan pascaoperasi adalah
keadaan yang paling umum untuk terjadinya ileus. Memang, ileus merupakan
konsekuensi yang diharapkan dari pembedahan perut. Fisiologisnya ileus kembali
normal spontan dalam 2-3 hari, setelah motilitas sigmoid kembali normal. Ileus yang
berlangsung selama lebih dari 3 hari setelah operasi dapat disebut ileus adynamic atau
ileus paralitik pascaoperasi. Sering, ileus terjadi setelah operasi intraperitoneal, tetapi
mungkin juga terjadi setelah pembedahan retroperitoneal dan extraabdominal. Durasi
terpanjang dari ileus tercatat terjadi setelah pembedahan kolon. Laparoskopi reseksi
usus dikaitkan dengan jangka waktu yang lebih singkat daripada reseksi kolon ileus
terbuka. Konsekuensi klinis ileus pasca operasi dapat mendalam. Pasien dengan ileus
merasa tidak nyaman dan sakit, dan akan meningkatkan risiko komplikasi paru. Ileus
juga meningkatkan katabolisme karena gizi buruk. Secara keseluruhan, ileus
meningkatkan biaya perawatan medis karena memperpanjang rawat inap di rumah
sakit.
2. Fisiologi
Usus halus memepunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi
bahan-bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan yaitu proses pemecahan makanan
menjadi bentuk yang dapat tercerna melalui kerja berbagai enzim dalam saluran
gastrointestinal. Proses pencernaan dimulai dari mulut dan lambung oleh kerja
ptyalin, HCL, Pepsin, mucus dan lipase lambung terhadap makanan yang masuk.
Proses ini berlanjut dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pancreas
yang menghindrolisis karbohidrat, lemak dan protein menjadi zat-zat yang lebih
sederhana. Mucus memberikan perlindungan terhadap asam sekeresi empedu dari
hati membantu proses pemecahan dengan mengemulsikan lemak. Sehingga
memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pancreas. Absorbsi
adalah pemindahan hasil akhir pencernaaan karbohidrat, lemak dan protein melalui
dinding usus kedalam sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh.
Selain itu juga diabsorbsi air, elektrolit dan vitamin. Walaupun banyak zat yang
diabsorbsi disepanjang usus halus namun terdapat tempat tempat absorbsi khusus
bagi zat-zat gizi tertentu. Absorbsi gula, asam amino dan lemak hampir selesai
pada saat kimus mencapai pertengahan jejunum.
Besi dan kalsium sebagian besar diabsorbsi dalam duodenum dan jejunum.
Dan absorbsi kalium memerlukan vitamin D, larut dalam lemak (A,D,E,K)
diabsorsi dalam duodenum dengan bantuan garan-garam empedu. Sebagian besar
vitamin yang larut dalam air diabsorbsi dalam usus halus bagian atas. Absorbsi
vitamin B12 berlangsung dalam ileum terminalis melalui mekanisme transport
usus yang membutuhkan factor intrinsic lambung. Sebagian asam empedu yang
dikeluarkan kantung empedu kedalam duodenum untuk membantu pencernaan
lemak akan di reabsorbsi dalam ileum terminalis dan masuk kembali ke hati. Siklus
ini disebut sebagai sirkulasi entero hepatic garam empedu, dan sangat penting
untuk mempertahankan cadangan empedu.(Sabara, 2007)
E. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik dihambat
dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat,
kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.
Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah lumen usus yang
tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang
ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan
natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam
saluran cerna setiap hari ke sepuluh. Tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan
penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan
dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas
kehilangan ini adalah penyempitan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok-
hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis
metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan
penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal
peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat
nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan
sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.
Pada obstruksi mekanik simple, hambatan pasase muncul tanpa disertai
gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan
udara terkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian usus
proksimal distensi, dan bagian distal kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membrane
mukosa usus menurun, dan dinding usus menjadi edema dan kongesti. Distensi
intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif akan
mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan meningkatkan resiko dehidrasi,
iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan kematian.
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Amilase-lipase
2. Kadar gula darah.
3. Kalium serum.
4. Analisis gas darah.
H. Komplikasi
Adapun komplikasi ileus paralitik, yaitu:
1. Nekrosis usus
2. Perforasi usus
3. Sepsis
4. Syok-dehidrasi
5. Abses
6. Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi.
7. Pneumonia aspirasi dari proses muntah.
8. Gangguan elektrolit.
I. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan dan Terapi Medis
a. Pemberian anti obat antibiotik, analgetika,anti inflamasi
b. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut
c. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot
d. Bedrest
2. Konservatif
Laparatomi Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis
seperti takikardia, pireksia (demam), lokal tenderness dan guarding, rebound
tenderness. Nyeri lokal, hilangnya suara usus lokal, untuk mengetahui secara
pasti hanya dengan tindakan laparatomi.
J. Pengkajian Keperawatan
Merupakan tahap awal dari pendekatan proses keperawatan dan
dilakukan secara sistematika mencakup aspek bio, psiko, sosio, dan spiritual.
Langkah awal dari pengkajian ini adalah pengumpulan data yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan klien dan keluarga, observasi pemeriksaan fisik,
konsultasi dengan anggota tim kesehatan lainnya dan meninjau kembali catatan
medis ataupun catatan keperawatan. Pengkajian fisik dilakukan dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Adapun lingkup pengkajian yang dilakukan pada klien Ileus Paralitik
adalah sebagai berikut :
1. Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
alamat, status perkawinan, suku bangsa.
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang Meliputi apa yang dirasakan klien saat
pengkajian.
b. Riwayat kesehatan masa lalu Meliputi penyakit yang diderita, apakah
sebelumnya pernah sakit sama.
c. Riwayat kesehatan keluarga Meliputi apakah dari keluarga ada yang
menderita penyakit yang sama.
3. Riwayat psikososial dan spiritual Meliputi pola interaksi, pola pertahanan
diri, pola kognitif, pola emosi dan nilai kepercayaan klien.
4. Kondisi lingkungan Meliputi bagaimana kondisi lingkungan yang
mendukung kesehatan klien
5. Pola aktivitas sebelum dan di rumah sakit Meliputi pola nutrisi, pola
eliminasi, personal hygiene, pola aktivitas sehari – hari dan pola aktivitas
tidur.
6. Pengkajian fisik Dilakukan secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
K. Diagnosa Kepewatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
3. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi
motilitas usus.
4. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
6. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit
7. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
L. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan adalah tindakan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.
Contoh :
Diagnosa Keperawatan : Kecemasan berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.
Tujuan: Kecemasan teratasi
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini
dan mendemonstrasikan keterampilan koping positif.
Intervensi :
1. Observasi adanya peningkatan kecemasan: wajah tegang, gelisah.
Rasional: Rasa cemas yang dirasakan pasien dapat terlihat dalam
ekspresi wajah dan tingkah laku.
2. Kaji adanya rasa cemas yang dirasakan pasien
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien.
3. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan sehubungan dengan keadaan penyakit pasien.
Rasional : Dengan mengetahui tindakan yang akan dilakukan akan
mengurangi tingkat kecemasan pasien dan meningkatkan kerjasama
4. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut atau
kecemasan yang dirasakan.
Rasional: Dengan mengungkapkan kecemasan akan mengurangi rasa
takut/cemas pasien
5. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.
Rasional: Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat mengurangi stress
pasien berhadapan dengan penyakitnya
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut
menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya
timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada
obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna,
infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang
mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah
peritonitis.
B. Saran
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan bergaya hidup sehat dan cara
menjaga diri dari lingkungan dan meningkatkan asupan makanan yang bergizi yang
meningkatakan daya tahan tubuh serta diet tinggi serat yang mempunyai efek proteksi
untuk kejadian penyakit saluran pencernaan.
DAFTAR PUSTAKA
Grace and Boeley.2005. Obstruksi Usus dan at a glance Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta :
EMS.
Simade Brata dkk. 1999. Gastro Enterologi dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi
Dibidang Ilmu Penyakit. Jakarta : FKUI.
Syamsul Sjamsuhidayat dan Win Decong. 1997. Usus Halus Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.
Trice and Filson.1995. Usus Kecil Dalam Patofisisologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisis alih bahasa dr. Peter Anugrah. Jakarta : EGC.