Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA GRAVIS

I. Konsep Penyakit Anemia Gravis


I.1 Definisi
Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi gangguan
perfusi O2 ke jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat dan nilai Hb di
bawah 7 g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya melalui transfusi.
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100
ml darah (Price, 2006 : 256).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.
(Doenges, 2002).

I.2 Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan
untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.

I.3 Tanda Dan Gejala


Secara umum gejala klinis anemia yang muncul merefleksikan gangguan fungsi
dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan
neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia
(badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal
pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi
epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia
dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa
dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera
(warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala
terasa melayang. Namun pada anemia berat, bisa menyebabkan stroke atau
serangan jantung.

I.4 Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau
dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar


hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka
asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-
organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki.

I.5 Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan darah:
a. Pemeriksaan darah lengkap meliputi hemoglobin, hematokrit, leukosit
(White Blood Cell / WBC), trombosit (platelet), eritrosit (Red Blood
Cell / RBC), indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC), Laju Endap Darah
atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR), hitung Jenis Leukosit (Diff
Count), Platelet Disribution Width (PDW) dan Red Cell Distribution
Width (RDW).
b. Pemeriksaan darah rutin meliputi Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht),
Leukosit: hitung leukosit (leukocyte count) & hitung jenis (differential
count), hitung trombosit / platelet count, laju endap darah (LED) /
erythrocyte sedimentation rate (ESR) dan hitung eritrosit (di beberapa
instansi).
2) Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3) Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis
serta sumber kehilangan darah kronis.

I.6 Komplikasi
a. Daya tahan tubuh kurang
b. Mudah terkena infeksi
c. Serangan jantung
d. Mudah lelah
e. Gagal Ginjal Akut

I.7 Penatalaksanaan
a. Penatalaksaan Medis
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Transfusi darah : sebaiknya diberikan packed red cell.Bila diperlukan
trombosit,berikan darah segar atau platelet concentrate.
3. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
4. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen.
2. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

1.8 Pathway

Kurang nutrisi, pajanan toksik, Perdarahan/hemolisis


dan invasi tumor
5egagalan sumsum tulang Sel darah merah kurang

5adar Hb turun

Asupan makanan dan oksigen


ke organ tubuh berkurang

Ketidak seimbangan nutrisi: Asupan oksigen Asupan oksigen ke


kurang dari kebutuhan tubuh jaringan berkurang otak menurun

Gangguan Ketidakefektifan Ketidakefekifan


5ompensasi
pertukaran perfusi jaringan perifer perfusi jaringan
jantung
as serebral

<espirasi =etabolisme
Ketidakefektifa
n pola nafas meningkat" Nadi meningkat anaerob meningkat
Penurunan
kesadaran

Penumpukan asam
5ardiomegali laktat

Gagal Jantung 5elemahan/keletihan

Defisit perawatan Intoleransi Aktivitas


diri

Sumber : Price (2006) Resiko jatuh


II. Rencana Asuhan Klien Dengan Anemia Gravis
II.1 Pengkajian
II.1.1 <iwayat keperawatan
• 5eluhan utama : kelemahan" kelelahan" malaise
• <iwayat konsumsi obat

• <iwayat minum alcohol

• <iwayat terjadinya kehilangan darah berlebihan

• <iwayat pernah menderita penyakit menahun yang melibatkan ginjal


dan hati
• <iwayat pernah menderita penyakit infeksi dan defisiensi endokrin

• <iwayat pernah mengalami penyakit keganasn yang tersebar seperti


kanker payudara"leukimia"dan multipel mieloma
• <iwayat keluarga

• <iwayat nutrisi : kekurangan nutrisi esensial seperti besi" vitamin


-12 dan asam folat.

II.1.2 Pemeriksaan 8isik


=emperbesar pengiriman oksigen ke organ-organ vital. 5arena faktor-
faktor seperti pigmentasi kulit" suhu dan kedalaman serta distribusi
kapiler memengaruhi warna kulit" maka warna kulit bukan merupakan
indeks pucatyang dapat diandalkan.Warna kuku" telapak tangan" dan
membran mukosa bibir serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik
guna menilai kepucatan.

Pemeriksaan fisik yang dikaji adalah pemeriksaan per sistem -1--( :


a. Sistem pernapasan -1 (-reathing)
Dispnea (kesulitan berpanas)" napas pendek" dan cepat lelah
waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi
berkurangnya pengiriman oksigen.
b. Sistem 5ardiovaskuler -2 (-leeding)
0akikardia dan bising jantung menggambarkan beban kerja dan curah
jantung yang meningkat" pucat pada kuku" telapak tangan" serta
membran mukosa bibir dan konjungtiva. 5eluhan nyeri dada bila
melibatkan arteri koroner. Angina (nyeri dada)" khususnya pada klien
usia lanjut dengan stenosis koroner dapat diakibatkan karena iskemia
miokardium. Pada anemia berat" dapat menimbulkan gagal jantung
kongestif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat
menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat
c. Sistem Neurologis B3 (Brain)
Disfungsi neurologis, sakit kepala, pusing, kelemahan dan
tinitus ( telinga berdengung )
d. Sistem Endokrine B4 (Bladder)
Gangguan ginjal, penurunan produksi urine
e. Sistem Eliminasi B5 (Bowel)
Penurunan intake nutrisi disebabkan karena anoreksia, nausea,
konstipasi atau diare, serta stomatitis ( sariawan lidah mulut)
f. Sistem Muskuluskeletal B6 (Bone)
Kelemahan dalam melakukan
aktivitas

II.1.3 Pemeriksaan penunjang


a. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin
B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan
waktu tromboplastin parsial.
b. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-
binding capacity serum
c. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

II.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
II.2.1 Definisi : Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu
kesehatan
II.2.2 Batasan karakteristik
Subjektif

• Perubahan sensasi

Objektif

• Perubahan karakteristik kulit


• -ruit

• Perubahan tekanan darah pada ekstremitas

• 5laudikasi

• 5elambatan penyembuhan

• Nadi arteri lemah

• +dema

• 0anda human positif

• 5ulit pucat saat elevasi" dan tidak kembali saat diturunkan

• Diskolorasi kulit

• Perubahan suhu kulit

• Nadi lemah atau tidak teraba

II.2./ 8aktor yang berhubungan

Perubahan afinitas hemoglobin terhadap

oksigen Penurunan konsentrasi hemoglobin

dalam darah 5eracunan enzim

Gangguan pertukaran

Hipervolemia

Hipoventilasi

Hipovolemia

Gangguan transport oksigen melalui alveoli dan membrane kapiler

Gangguan aliran arteri atau vena

5etidak sesuaian antara ventilasi dan alirn darah

Diagnosa 2 : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral


II.2.4 Definisi : Penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan pengiriman
nutrisi ke jaringan pada tingkat perifer
II.2.5 Batasan karakteristik

Perubahan status

mental Perubahan

perilaku

Perubahan respon motorik

Perubahan reaksi pupil

Kesulitan menelan

Kelemahan atau paralisis ekstremitas

Paralisis

Ketidaknormalan dalam berbicara


II.2.6 Faktor yang berhubungan

Perubahan afinitas hemoglobin terhadap

oksigen Penurunan konsentrasi hemoglobin

dalam darah Keracunan enzim

Gangguan pertukaran

Hipervolemia

Hipoventilasi

Hipovolemia

Gangguan transport oksigen melalui alveoli dan membrane kapiler

Gangguan aliran arteri atau vena

Ketidak sesuaian antara ventilasi dan alirn darah

Diagnosa 3 : Ketidakefektifan pola nafas


II.2.7 Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi
adekuat
II.2.8 Batasan Karakteristik :
Subjektif
Dispnea
Napas pendek
Objektif
Perubahan ekskursi dada
Mengambil posisi tiga titik tumpu
Bradipnea
Penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi
Penurunan ventilasi semenit
Penurunan kapasitas vital
Napas dalam (dewasa VT500 ml pada saat istirahat, bayi 6-8 ml/kg)
Peningkatan diameter anterior posterior
Napas cuping hidung
Ortopnea
Fase ekpirasi memanjang
Pernapasan bibir mencucu
Takipnea
Rasio waktu
Penggunaan otot bantu asesorius untuk bernapas
II.2.9 Faktor yang berhubungan :
Ansietas
Posisi tubuh
Deformitas tulang
Deformitas dinding dada
Penurunan energi dan kelelahan
Hiperventilasi
Sindrom hipoventilasi
Kerusakan musculoskeletal
Imaturitas neurologis
Disfungsi neuromuscular
Obesitas
Nyeri
Kerusakan persepsi atau kognitif
Kelelahan otot-otot pernapasan
Cedera medula spinalis

Diagnosa 4 : Gangguan pertukaran gas


II.2.10 Definisi : Kelebihan atau defisit oksigenasi dan atau eliminasi
karbondioksida pada membran elveolar-kapiler
II.2.11 Batasan karakteristik :
Diaforesis
Dipsnea
Gangguan penglihatan
Gas darah arteri abnormal
Gelisah
Hiperkapnia
Hiposemia
Nafas cuping hidung
Penurunan CO2
Pola pernafasan abnormal
Sakit kepala saat bangun
Somnolen
Takikardi
2.2.14 Faktor yang berhubungan :
Ketidakefektifan ventilasi-perfusi
Perubahan membran alveolar-
kapiler

Diagnosa 5 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


2.2.15 Definisi :
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic
2.2.16 Batasan karakteristik : Penggunaan diagnosis ini hanya jika terdapat satu
diantara tanda NANDA berikut :

- Berat badan kurang dari 20 % atau lebih dibawah berat badan ideal
untuk tinggi badan dan rangka tubuh
- Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik, baik kalori total
maupun zat gizi tertentu
- Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat

Subjektif

Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menolak makan
Melaporkan perubahan sensasi rasa
Merasa cepat kenyang setelah mengonsumsi makanan

Objektif

Pembuluh kapiler rapuh


Diare
Kehilangan rambut yang berlebihan
Bising usus hiperaktif
Membran mukosa pucat
Tonus otot buruk
Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau mengunyah
2.2.17 Faktor yang berhubungan
Penyakit kronis
Kesulitan mengunyah atau menelan
Faktor ekonomi
Intoleransi makanan
Hilang nafsu makan
Mual dan muntah
Gangguan psikologis

II.3 Perencanaan
Tujuan & Kriteria
Hasil Intervensi (NIC) Rasional
Dx
(NOC)
Ketidakefekti Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Memantau status
fan perfusi asuhan selama… jam hemodinamik guna
jaringan ketidakefektifan perfusi menentukan perencanaan
cerebral jaringan cerebral teratasi dan tindakan
dengan kriteria hasil: keperawatan yang baik.
• Tekanan systole 2. Monitor AGD, ukuran 2. Mengetahui AGD maka
dan diastole dalam pupil, ketajaman, akan mengetahui seberapa
rentang yang kesimetrisan dan besar oksigen yang masuk
diharapkan reaksi ke otak, pupil
• Tidak ada menggambarkan fungsi
ortostatikhipertensi otak
3. Mengethui adanya
• Komunikasi jelas 3. Monitor adanya peningkatan intrakranial
• Menunjukkan diplopia, pandangan
konsentrasi dan kabur, nyeri kepala 4. Menurunkan tekanan arteri
orientasi 4. Tinggikan kepala 30- dengan meningkatkan
• Pupil seimbang dan 45o tergantung pada drainase dan peningkatan
reaktif kondisi pasien dan sirkulasi serebral.
• Bebas dari aktivitas order medis 5. Mengetahui kecenderungan
kejang 5. Pantau atau catat tingkat kesadaran dan
status neurologis potensial
• Tidak mengalami sesering mungkin dan peningkatan TIK dan
nyeri kepala bandingkan keadaan mengetahui lokasi, luas, dan
normalnya. kemajuan atau resolusi
kerusakan sistem syaraf
pusat
6. Menurunkan hipoksia yang
6. Kolaborasi pemberian dapat menyebabkan
oksigen, sesuai vasodilatasi
indikasi. serebral dan tekanan
meningkat atau
terbentuknya edema.

Ketidakefekti Setelah dilakukan 1. Memberikan informasi


fan perfusi tindakan keperawatan 3. Catat keluhan rasa dingin, tentangderajat/keadekuatan
jaringan selama......jam pertahankan suhu
perfusi jaringan dan
diharapkan tercapainya lingkungan dan tubuh
perifer membantu menetukan
keefektifan perfusi hangat sesuai indikasi
jaringan perifer dengan kebutuhan intervensi.
kriteria hasil : 2. Meningkatkan ekspansi paru
•Menunjukkan dan memaksimalkan
perfusi adekuat, oksigenasi untuk kebutuhan
pengisian kapiler seluler.
baik (cafillary 4. Kaji respon verbal
3. Vasokonstriksi menurunkan
refill <2 detik), dan gangguan
memori sirkulasi perifer. Kebutuhan
haluaran urine
rasa hangat harus seimbang
adekuat
•Ekstremitas dengan kebutuhan untuk
hangat 5. Kolaborasi menghindari panas
pemeriksaan berlebihan pencetus
RR dan denyut
laboratorium misalnya
nadi klien dalam vasodilatasi.
Hb/Ht, AGD, eritrosit
batas normal (RR 4. Dapat mengindikasikan
pada anak = 20-30 gangguan serebral akibat
x/menit), (nadi
hipoksia.
anak usia 1-2 thn
= 80-130 x
menit, usia 2-6 5. Mengidentifikasi defisiensi
thn = 75- dan kebutuhan
120 x/menit, 6-12 pengobatan/respon
thn = 75- terhadap terapi.
110x/menit) TD
normal anak usia
1-6 thn 96-100/65
mmHg, usia 8-12
115/60).
•Saturasi oksigen
normal (95-100%)
1. wasi tanda vital,
kaji pengisian kapiler,
warna kulit/membran
mukosa

2. Tinggikan kepala
pada tempat tidur
sesuai toleransi
• Kulit tidak pucat,
membran
mukosa lembab.
• Edema
ekstremitas tidak
ada.
Ketidakefekti Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien 1. Untuk
fan pola tindakan keperawatan semi fowler memaksimalkan
nafas selama......jam pasien potensial ventilasi
menunjukkan 2. Auskultasi suara 2. Memonitor kepatenan
keefektifan pola nafas, nafas, catat hasil jalan napas
dengan kriteria hasil: penurunan daerah
• Frekuensi, irama, ventilasi atau ada
kedalaman tidak adanya
pernapasan suara nafas
dalam batas tambahan
normal 3. Memonitor respirasi
• Tidak 3. Monitor dan keadekuatan
menggunakan pernapasan dan oksigen
otot-otot status oksigen yang
bantu sesuai 4. Menjaga keadekuatan
pernapasan 4. Mempertahankan ventilasi
• Tanda Tanda jalan napas paten 5. Meningkatkan
vital dalam 5. Kolaborasi dalam ventilasi dan
rentang normal pemberian oksigen asupan oksigen
terapi 6. Menjaga aliran
6. Monitor oksigen mencukupi
aliran oksigen kebutuhan pasien
7. Monitor keadekuatan
7. Monitor kecepatan, pernapasan
ritme, kedalaman
dan usaha pasien
saat bernafas 8. Melihat apakah ada
8. Catat pergerakan obstruksi di salah
dada, simetris satu bronkus atau
atau tidak, adanya gangguan
menggunakan pada ventilasi
otot bantu
pernafasan 9. Memonitor
keadaan
9. Monitor pola nafas: pernapasan klien
bradypnea,
tachypnea,
hiperventilasi,
respirasi kussmaul,
respirasi cheyne-
stokes dll

Gangguan 1. Posisikan pasien 1. Melancarkan


Setelah diberikan
pertukaran semifowler pernapasan klien
asuhan
gas keperawatan ...jam, untuk
diharapkan gangguan memaksimalkan
pertukaran gas teratasi, ventilasi udara 2. Mengetahui factor
dengan kriteria hasi 2. Catat dan penyebab batuk dan
monitor
dalamnya
• Klien mampu pernapasan dan gangguan pernapasan
mengeluarkan batuk
secret 3. Berikan terapi 3. Memenuhi kebutuhan
oksigen, sesuai oksigen dalam tubuh
• RR klien kebutuhan
normal 20-30 4. Monitor status 4. Mengetahui status
x/menit respiratory dan respirasi klien lancar
oksigenasi ataukah ada gangguan
Irama pernapasan 5. Monitor frekuensi, 5. Mengecek adanya

teratur ritme, kedalaman gangguan pernapasan


pernapasan.
• Kedalaman
6. Monitor tekanan 6. Mendeteksi adanya
inspirasi normal
darah, nadi, gangguan system
• Oksigenasi pasien temperature, dan tubuh.
adekuat status respirasi,
7. Monitor adanya 7. Mendeteksi adanya
• AGD dalam batas sianosis pada gangguan respirasi dan
normal (pH = central dan perifer kardiovaskuler
7,35-7,45, PaCO2
35-45 mmHg, Pa 8. Pantau gas 8. Untuk mengetahui
O2= 80-100 darah arteri tekanan gas darah (O2
mmHg, SpO2 = (AGD) dan CO2) sehingga
95-100%, HCO3= kondisi pasien tetap
22-26 mEq/L, dapat dipantau.
%Met Hb < 2,0
%, CO Hb < 3,0
% , Base Excess
-2,0 s/d 2,0
mEq/L, CaO2=
16-22 ml
O2/dL

• Tanda-tanda
sianosis tidak ada

• Capitary refill
pada jari-jari
dalam rentang
normal

5.
Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi 1. Pengkajian penting
asuhan keperawatan pasien dilakukan untuk
selama ...jam diharapkan mengetahui status
pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien sehingga
pasien tercukupi dengan dapat menentukan
kriteria hasil : intervensi yang
diberikan.
• Intake nutrisi 2. Timbang berat 2. Dengan menimbang
tercukupi badan pasien jika berat badan dapat
memungkinan memantau peningkatan
• Asupan makanan dengan teratur dan penrunan status
dan cairan gizi.
tercukupi 3. Jaga kebersihan 3. Mulut yang bersih
mulut, anjurkan dapat meningkatkan
• Penurunan untuk selalu nafsu makan
memperhatikan oral
intensitas hygiene.
terjadinya mual 4. Anjurkan pasien
muntah makan sedikit 4. Makan sedikit demi
demi sedikit tapi sedikit dapat
• Penurunan sering. meningkatkn intake
frekuensi nutrisi.
terjadinya 5. Diskusikan dengan 5. Membantu memilih
mual muntah. keluarga dan alternatif pemenuhan
pasien pentingnya nutrisi yang adekuat.
• Pasien mengalami intake nutrisi dan
peningkatan hal-hal yang
berat badan menyebabkan
penurunan berat
badan.

III. Da*tar Pustaka


Ahern, N. R & Wilkinson, J. M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Edisi 9 Edisi Reνisi. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn. E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.


Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid l edisi 3.
Jakarta:
Media Aesculapius

Moorhed,et al. (2013). Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.


Missouri: Mosby Elsevier
Price, Sylvia A, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

http://dokumen.tips/documents/laporan-pendahuluan-anemia-gravis.html

Pelaihari, April 2017

Preseptor akademik, Preseptor klinik,

(...........................................................) (......................................................)

Anda mungkin juga menyukai