Anda di halaman 1dari 1

KISAH NYONYA SULAIMAN

Hari masih begitu gelap, fajar belum menampakan diri. Saya duduk dikursi belakang di dalam mobil patroli
polisi, menuju kesatu tempat untuk melihat seorang wanita tua yang kerap menyapu jalanan diwaktu dini hari. Tepat
pukul 02.00, kami sampai di jalan kurcaci, dan benar saja saya melihat ada wanita tua yang sedang menyapu.
Tubuhnya sedikit bungkuk dengan rambut putih diikat sanggul. Suara gesekan sapu lidi pada jalanan terdengar
nyaring pagi itu. Kami mendekat sekadar menyalami, dan ia balas tersenyum.

Dengan sedikit ragu-ragu, aku mulai menanyainya. Awalnya ia menolak, namun setelah saya
memperkenalkan diri dan maksud tujuan, akhirnya ia bersedia untuk diwawancara. Wanita tua itu memperkenalkan
namanya Selasih Sulaiman, umurnya 69 tahun. Ia mengatakan alasannya menyapu setiap pukul 02.00 dini hari, yaitu
agar tidak diketahui oleh tetangganya dan tidak ingin dikira sedang berusaha untuk menjadi orang baik. Alasan
lainnya adalah karena gang tersebut kotor dan tak ada siapapun yang membersihkannya, termasuk petugas
kebersihan Balai Kota. Nyonya Sulaiman mulai melakukan hal tersebut dari tahun lalu, sejak suaminya meninggal
dunia. Ia merasa harus melakukan sesuatu yang bermanfaat dimasa tuanya.

Hawa dingin mulai menyelimuti tubuh saya, sementara kulihat Nyonya Sulaiman biasa saja dengan kebaya
tradisional berwarna cokelat yang ia kenakan, serta kain batik yang mengikat dipinggulnya. Dengan tubuhnya yang
tak lagi muda, ia cukup kuat menahan dingin. Aku bertanya tentang kekhawatiran keselamatannya. Ia menjawab
bahwa tidak khawatir ataupun takut sama sekali, selama ada polisi yang selalu datang dan menyapanya setiap
malam. Polisi tersebut selalu datang untuk mengontrol Nyonya Sulaiman, mereka datang pukul 02.10 kemudian
akan pergi pada pukul 02.20. Nyonya Sulaiman bercerita tentang pengalamannya yang melihat pencuri.

“Waktu itu saya akan keluar menyapu dan melihat orang yang sedang bersembunyi di balik semak. Maka, saya
masuk lagi dan menelepon polisi. Kedua polisi yang baik hati ini datang dua menit kemudian, dan menangkap
orang itu, yang sedang merangkak ke jendela tetangga sebelah.” Tuturnya.

Nyonya Sulaiman mengatakan, orang-orang di lingkungan sekitarnya pun semuanya baik. Anak-anak selalu datang
menyapanya. Para pria selalu membantu mengangkat barang, bahkan mereka mengecat rumahnya dengan cuma-
cuma. Dan wanitanya, bersedia merawat saat ia sedang sakit. Nyonya Sulaiman merasa telah menjadi wanita tua
yang beruntung. Dengan tertawa gembira ia menambahkan, “Mungkin saya sudah tua, tapi saya berusaha berfikir
muda. Itulah kunci hidup supaya menyenangkan, berfikir muda.”

Waktu terus bergulir, fajar masih belum menampakan diri. Sementara hawa dingin masih setia mendekap
tubuh. Saya berdiri dari duduk, kemudian mengucapkan ‘terima kasih’ sebagai tanda mengakhiri wawancara. Saya
kembali duduk dikursi belakang di dalam mobil patroli polisi. Sebelum mobil itu melaju, saya perhatikan dia
sebentar. Ia membungkuk diatas sapunya, kemudian bernyanyi, sebuah lagu Sunda. Jalannya terhuyung-huyung,
langkahnya begitu hati-hati. Matanya masih sangat jernih di usianya yang menginjak 69. Wajahnya yang dipenuhi
kerut memperlihatkan bahwa ia tak lagi muda. Namun setiap kerut pada wajahnya memancarkan kegembiraan, dan
mulutnya selalu dihiasi senyum.

Anda mungkin juga menyukai