Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

Persilangan Drosophila Sp (Lalat Buah) dan Siklus Hidupnya

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2

1. Nefriani Butar butar (06091181419005)

2. Vista Yulyanti (06091181419020)

3. Anggit Permanasari (06091181419025)

4. Bethalisa Sukmaningtyas (06091181419026)

5. Febri yansyah (06091181419065)

Dosen pembimbing : Dra. Tasmania Puspita., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017
A. Judul

Persilangan Drosophila Sp (Lalat Buah) dan Siklus Hidupnya.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah :

1. Dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam siklus hidup Drosophila sp


2. Dapat mengetahui hasil persilangan Drosophila sp
3. Dapat menyebutkan bagian-bagian morfologi Drosophila sp
4. Dapat membedakan Drosophila sp jantan dan betina.

C. Dasar Teori

Drosophila sp merupakan objek yang sering digunakan dalam penelitian genetika karena
mudah dikembangkan dan juga mudah ditemukan di alam bebas. Drosophila sp biasanya
ditemukan pada buah-buahan yang sudah ranum. Hal ini dikarenakan makanan Drosophila sp
yang biasa disebut lalat buah adalah jamur yang tumbuh pada buah. Umumnya, dalam
pengamatan Drosophila sp dibuat sebuah medium untuk pemeliharaan, sehingga
memudahkan untuk melakukan pengamatan mengenai lalat buah, khususnya siklus hidup
lalat buah tersebut. Karena, tanpa suatu medium, setiap fase pada siklus hidup lalat buah
susah diamati.

Gambar 1. Drosophila sp jantan dan betina

Sumber : http://www.sentra-edukasi.com/

Drosophila sp merupakan jenis lalat buah yang dapat ditemukan di buah-buahan


busuk. Drosophila telah digunakan secara bertahun-tahun dalam kajian genetika dan perilaku
hewan. Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila sp (Borror, 1992):
Tabel 1. Identifikasi Klasifikasi Drosophila Sp

Kingdom Animalia
Phyllum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Diptera
Famili Drosophilidae
Genus Drosophila
Spesies Drosophila sp

Selain itu, Drosophila juga diklasifikasikan ke dalam sub ordo Cyclophorpha


(pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaw hooks) dan
termasuk ke dalam seri Acaliptrata yaitu imago menetas dengan keluar dari bagian anterior
pupa (Wheeler, 1981). Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular,
suatu seri segmen yang teratur. segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, ayitu; kepala,
thoraks, dan abdomen. seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila ini mempunyai
poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral (punggung-perut). Pada
Drosophila, determinan sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur memberi informasi
posisional untuk penempatan kedua poros ini bahkan sebelum fertilisasi. setelah fertilisasi,
informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur yang khas dari setiap segmen.
Adapun ciri umum lain dari Drosophila sp diantaranya:

1. Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian
belakang.
2. Berukuran kecil, antara 3-5 mm.

3. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.

4. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.

5. Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah.

6. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding
mata majemuk.

7. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima
dan bergaris hitam
8. Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.

Sedangkan ciri-ciri yang membedakan Drosophila sp jantan dan betina antara lain :

Tabel 2. Perbedaan Morfologi Drosopila Sp Jantan dan Betina

Jantan Betina Metamorfosis pada Drosophila


1. Ukuran tubuh 1. Ukuran tubuh termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari
lebih kecil dari lebih besar dari telur – larva instar I – larva instar II – larva
betina jantan instar III – pupa – imago. Fase perkembangan
2. Sayap lebih 2. Sayap lebih dari telur Drosophila dapat dilihat lebih jelas
pendek dari panjang dari pada gambar di bawah ini. Perkembangan
sayap betina sayap jantan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang
3. Terdapat sisir 3. Tidak terdapat terdiri dari dua periode. Pertama, periode
kelamin (sex sisir kelamin embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi
comb) (sex comb) sampai pada saat larva muda menetas dari telur
4. Ujung abdomen 4. Ujung abdomen dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24
tumpul dan runcing jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak
lebih hitam berhenti-berhenti untuk makan (Silvia, 2003)

Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan
postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual
dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual
terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003). Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang
dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari
kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina
meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. (Silvia,
2003). Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang
mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di
anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari
telur tersebut (Borror, 1992).

Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali
dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat
sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior (Silvia, 2003).
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai
ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan
makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama
adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah
ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua,
larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva
instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan
berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi
pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar :
dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari
pupa ke imago (Ashburner, 1985).

Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat
banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang
dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan
disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang
dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa. Saat larva Drosophila
membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen,
tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan
kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada
instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini,
larva berganti menjadi lalat dewasa (Ashburner, 1985)

Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman
yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa)
disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke
bentuk dewasa (Silvia, 2003). Dewasa pada Drosophila sp dalam satu siklus hidupnya
berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan
sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan
akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan. Pada ujung
anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak
sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan
pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio.
(Borror, 1992).
Menurut Nino (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus
hidup Drosophila sp diantaranya sebagai berikut:

1.    Suhu Lingkungan


Drosophila sp mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang
dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran
siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 18 0C, waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari.
Pada suhu 30°C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril.
2.    Ketersediaan Media Makanan
Jumlah telur Drosophila sp yang dikeluarkan akan menurun apabila kekurangan makanan.
Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil.
Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang
menjadi individu dewasa. Beberapa dapat menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan
sedikit telur. Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan
yang dimakan oleh larva betina.
3.    Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan
Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak terlalu padat.
Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun sebaiknya tidak terlalu
banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada Drosophila sp dengan kondisi ideal dimana
tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat) individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih
40 hari. Namun apabila kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya
produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.
4.    Intensitas Cahaya
Drosophila sp lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami pertumbuhan
yang lambat selama berada di tempat yang gelap. 

D. Alat dan Bahan

Alat :

1. Botol selai 5. Blender 9. Cawan petri

2. Busa 6. Plastik 10. Oven


3. Gunting 7. Kertas saring 11. Spatula

4. Mikroskop 8. Pinset 12. Kapas

Bahan :

1. Pisang ambon hijau

2. Tape

3. Kloroform

4. Alkohol

E. Langkah Kerja

 Cara membuat medium


1. Pisang ambon dikupas terlebih dahulu. Seperti pada gambar 2.

Gambar 2. Pisang ambon yang dikupas


2. Kemudian pisang ambon hijau dicampur dengan tape pada perbandingan 10 : 1.
3. Pisang ambon dan tape dimasukkan kedalam blender kemudian dihaluskan hingga
rata. Seperti pada gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3. Pisang dan Tape yang diblender


4. Setelah halus diaduk dengan spatula hingga semua teraduk secara rata (homogen).
5. Dimasukkan medium tersebut kedalam plastik lalu dituangkan secukupnya kedalam
botol kultur yang telah disterilkan sebelumnya. Seperti pada gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4. Medium dalam botol kultur


6. Selanjutnya, kertas saring disterilkan dengan direndam Alkohol 70% dan dijemur
dibawah cahaya matahari selama ± 45 menit. Seperti pada gambar 5 dibawah ini.

Gambar 5. Kertas saring yang dijemur


7. Setelah selesai disterilkan lipat kertas saring tersebut menjadi segitiga.
8. Dimasukkan kedalam botol kultur dan diletakkan kertas saring tersebut di atas
medium.
9. Selanjutnya dibuat sumbat dengan menggunakan gabus. Pada gambar 5 dibawah ini.

Gambar 5. Pembuatan sumbat gabus


10. Sumbat yang telah dibuat disterilkan dengan disemprotkan alkohol 70%.
11. Terakhir botol kultur ditutup dengan menggunakan sumbat yang telah disterilkan.
 Cara penyiapan awal Dhrosophila sp

1. Dimasukkan lalat Dhrosophila sp hasil tangkapan ke dalam botol kultur.


2. Diamati perubahan yang terjadi pada medium.
3. Dicatat hasil pengamatan saat terjadi telur, larva, pupa, dan imago.
 Cara membius Drosophila sp
1. Disediakan lalat Dhrosophila sp yang telah dikultur dalam medium pisang tape.
2. Diketuk botol kultur, dibuka tutupnya dan segera ditautkan dengan mulut botol
pembius.
3. Dibiarkan lalat Dhrosophila sp pindah ke botol pembius, dengan di arahkan botol
pembius pada cahaya agar lalat cepat masuk ke botol pembius, lalu segera ditutup
botol kultur dan botol bius.
4. Dibius lalat Dhrosophila sp dengan dimasukkan kapas yang telah diberi kloroform
dalam botol bius.
5. Dipindahkan lalat yang sudah pingsan ke dalam cawan petri.
6. Diamati lalat Dhrosophila sp dengan menggunakan Mikroskop.
7. Digambar atau difoto hasil pengamatan.

F. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Siklus Hidup Drosophila Sp

NO Waktu
Hari/Tanggal Stadium perkembangan
(WIB)

1. Memasukkan 10 pasang
Kamis/ 23 Februari 2017 10.45 Drosophila sp ke dalam botol
kultur

2. Pada bagian kaca botol medium


Jumat/ 24 Februari 2017 10.45 mulai tampak adanya telur dalam
jumlah yang sangat sedikit

3. Sabtu/ 25 Februari 2017 10.45 Jumlah telur semakin bertambah


dan menempel pada bagian kaca
botol

4. Pada medium terlihat adanya


Minggu/ 26 Februari 2017 10.45 beberapa larva berwarna putih
bening (instar I)

5. Larva bertambah banyak


menempel di kaca dekat
Senin/ 27 Februari 2017 10.45
medium, larva berwarna
kekuningan (instar II)

6. Larva instar 3, berwarna


Selasa/ 28 Februari 2017 10.45
kecokelatan

7. Beberapa larva memasuki tahap


pupa dan menempel pada bagian
Rabu/ 1 maret 2017 10.45
kaca botol yang lebih atas
(menjauhi medium)

8. Terdapat bintik hitam di bagian


Kamis / 2 maret 2017 10.45 ujung pupa dan Jumlah pupa
meningkat (instar IV)

9. Induk pupa mati dan Pupa


Jumat/ 3 Maret 2017 10.45
memasuki fase dewasa

10. Imago keluar dari pupa, sayap


belum terbentang, warna tubuh
Sabtu/ 4 maret 2017 10.00
pucat. Imago inilah yang akan
menjadi keturunan F1.

11. Pemanenan Drosophila sp hasil


Selasa / 7 April 2016 10.00
persilangan.
No. Nama Induk (P) F1 F2 Suhu
1. Febri Yansyah 16 140 145 310C
2. Bethalisa 10 15 40 280C
Sukmaningtyas
3. Anggit 20 210 168 300C
Permanasari
4. Vista Yulyanti 13 17 45 250C
5. Nefriani Butar 10 115 110 300C
Butar
Tabel 4. Hasil keturunan F1 dan F2 Drosophila sp

G. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada hari Selasa, tanggal 14 Februari
2017 sampai tanggal 7 Maret 2017, yang berlangsung selama 9 hari. Siklus hidup Drosophila
sp dimulai dari fase telur, larva, pupa hingga imago. Dalam percobaan ini sebagian
mendapatkan hasil sampai keturunan F1, dan setelah F2 sebagian ada yang mengalami
penurunan dan ada juga yang mengalami peningkatan. Jika pada F2 yang mengalami
penurunan hal tersebut diduga karena nutrisi pada medium sudah habis masanya, sehingga
Drosophila sp lebih sulit berkembangbiak pada keadaan tersebut serta suhu ruangan yang
terlalu tinggi juga bisa menjadi dampak bagi penurunan jumlah drosophila sp untuk
melanjutkan ketahap F2. Kemudian jika pada F2 mengalami peningkatan itu bisa dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu suhu yang optimal dan kelimpahan nutrisi yang ada pada medium
tumbuh lalat buah. Pada hasil pengamatan diatas dilihat bahwa pada suhu 25ºC dan 28ºC
terjadi peningkatan F2 yang paling banyak. Sebab Drosophila sp dapat tumbuh dan
berkembang biak dengan optimal pada suhu 25ºC-28ºC. Selain itu ketersediaan nutrisi pada
medium tumbuh lalat buah tersebut masih melimpah.

Selanjutnya ada beberapa hal juga yang mengganggu pada pengamatan ini, seperti
sedikit mencairnya medium sehingga banyak individu terjebak, suhu yang terlalu dingin,
banyak pupa yang mati ketika menetas.
Drosophila sp yang dimasukan ke dalam medium sebagai objek percobaan terdiri dari
beberapa ekor lalat yang berbeda-beda. Pada hari kedua setelah Drosophila sp dimasukan ke
dalam botol medium tampak pada bagian kaca botol medium mulai adanya telur dalam
jumlah yang sangat sedikit. Kemudian pada hari ketiga jumlah telur semakin bertambah dan
menempel pada bagian kaca botol. Pada medium terlihat adanya beberapa larva berwarna
putih bening. Pada hari ke empat Dhrosophila telah memasuki instar I. Pada hari kelima larva
bertambah banyak menempel di kaca dekat medium, larva berwarna kekuningan (instar II).
Pada hari ke enam larva memasuki tahap instar 3 berwarna kecokelatan. Beberapa larva
memasuki tahap pupa dan menempel pada bagian kaca botol yang lebih atas (menjauhi
medium) pada hari ke delapan terdapat bintik hitam di bagian ujung pupa dan Jumlah pupa
meningkat (instar IV). Pada hari kesembilan, induk pupa mati dan Pupa memasuki fase
dewasa dengan jumlah 20 ekor lalat.

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi melalui mikroskop dapat dilihat bagian-


bagian Drosophila sp terdiri dari cepal, mata faset, prothorax, mesothorax, matathorax,
sayap, abdomen, mulut, ujung abdomen, tarsus, tibia, femur. Untuk lalat buah jantan
memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan lalat buah betina memiliki 3
ruas pada abdomen, memiliki seks kelamin, ujung pada abdomen tumpul atau membulat dan
sayapnya lebih pendek dibandingkan sayap pada lalat buah betina. Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap kaki Drosophila sp maka bentuk kaki terdapat 3 bagian yaitu femur,
tibia, tarsus dan terlihat adanya rambut sisir pada permukaan kakinya. Drosophila sp jantan
umumnya berwarna sedikit lebih gelap bila dibandingkan dengan yang betina. Sisir kelamin
pada hewan jantan berguna untuk membantu kopulasi.

1. Drosophila sp jantan
Drosophila sp jantan memiliki ukuran tubuh lebih kecil daripada betina, dilihat dari
sayapnya, sayap jantan lebih pendek dari sayap betina. Ditinjau dari ujung abdomennya
Drosophila sp jantan memiliki ujung abdomen yang tumpul dan berwarna hitam, serta
memiliki sisir kelamin (sex comb). Drosophila sp jantan memiliki 3 ruas atau segmen
pada abdomennya.

2. Drosophila sp betina
Drosophila sp betina memiliki ukuran tubuh lebih besar daripada jantan, dilihat
dari sayapnya. Sayap Drosophila sp betina lebih panjang dari sayap jantan, pada
Drosophila sp betina tidak memiliki sisir kelamin (sex comb). Ditinjau dari ujung
abdomennya Drosophila sp betina memiliki ujung abdomen yang runcing dan berwarna
terang. Drosophila sp betina memiliki 6 ruas atau segmen pada abdomennya.

H. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan yang telah dilakukan oleh  praktikan, maka
dapat disimpulkan bahwa :

1. Tahapan dalam siklus Drosophila sp adalah:


Telur Larva instar 1 Larva instar 2 Larva instar 3 Pre pupa Pupa
Imago Lalat buah dewasa (mago)
2. Perkembangan siklus dari Drosophila melanogaster mulai telur sampai terbentuk
imago terjadi selama 9 - 12 hari. Lama dari tiap tahapan dalam siklus hidup
Drosophila sp.

Telur : 2 hari Pre pupa : 1 hari


Larva instar 1 : 1 hari Pupa : 2 hari
Larva instar 2 : 1 hari Imago : 1 hari
Larva instar 3 : 12 jam

3. Perbedaan Drosophila melanogaster jantan dan betina


Pada Drosophila sp memiliki morfologi yang terdiri atas caput/kepala, thoraks/dada,
dan abdomen/perut. Bentuk ukuran tubuh Drosophila sp betina memiliki ukuran tubuh yang
lebih besar bila dibandingkan dengan Drosophila sp jantan. Bagian abdomen Drosophila sp
betina terdapat garis-garis hitam yang tebal pada bagian dorsal hingga ujung abdomen.
Jantan Betina

1. Ukuran tubuh lebih kecil dari betina 1. Ukuran tubuh lebih besar dari jantan

2. Sayap lebih pendek dari sayap betina 2. Sayap lebih panjang dari sayap jantan

3. Terdapat sisir kelamin (sex comb) 3. Tidak terdapat sisir kelamin (sex comb)

4. Ujung abdomen tumpul dan lebih hitam 4. Ujung abdomen runcing


Dokumentasi Siklus Hidup Drosophila sp

Induk Fase Peletakan Telur Fase Instar I

Fase Instar II
Fase Instar III Pembentukan Pupa
Fase Puparium Fase Imago

2. Morfologi Lalat
1
12 2
11 3
10 4
13
9 5
6
8 7
Gambar.1 Lalat Jantan
Keterangan :
1. Mata 8. Ujung abdomen
2. Cepal 9. Abdomen
3. Mulut 10. Metathorax
4. Mesothorax 11. Sayap
5. Femur 12. prothorax
6. Tibia 13. Sex comb
7. Tarsus

1
2
12 3
11 4
10 5
9 6
8 7

Gambar 2. Lalat betina


Keterangan :
1. Cepal 5. Femur 9. abdomen
2. Mulut 6. Mesothorax 10. Metathorax
3. Tibia 7. Ujung abdomen 11. Prothorax
4. Femur 8. Sayap 12. Mata
Lampiran dokumentasi Drosophila sp
DAFTAR PUSTAKA

 Iskandar, Djoko T.1987. Penuntun Praktikum Genetika. Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayati dan Jurusan Biologi. Institut Teknologi Bandung

 Anonim. 2013. http://www.sentra-edukasi.com/. Diakses pada 27 maret 2017

 Marliyani.2011. https://id.scribd.com/doc/231498462/Laporan-Praktikum-
Drosophila-melanogaster-docx. Diakses pada 27 maret 2017

 http://natureisalam.blogspot.com/2013/02/siklus-hidup-drosophila-sp.html

 Aditia, L. 2014. http://www.academia.edu/16006683/. Diakses pada 27 maret 2017

Anda mungkin juga menyukai