Anda di halaman 1dari 16

Perbedaan jenis kelamin pada Drosophila sp secara morfologi terlihat dari bentuk

pantat Drosophila sp, lalat jantan memiliki ujung posterior yang tumpul sedangkan lalat

betina memiliki ujung posterior yang runcing. Lalat jantan memiliki sex comb pada kakinya

sedangkan lalat betina tidak. Ciri lainnya yang dapat membedakan jantan dan betina adalah

dari ukuran tubuhnya, dimana lalat jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil

dibandingkan ukuran lalat betina.

Selain itu, Drosophila sp normal memiliki sungut yang berbentuk tidak runcing dan

bercabang-cabang. Kepala berbentuk elips. Thorax terlihat berwarna krem, ditumbuhi banyak

bulu, dengan warna dasar putih. Abdomen bersegmen lima, segmen terlihat dari garis-garis

hitam yang terletak pada abdomen. Sayap Drosophil sp normal memiliki ukuran yang

panjang hingga melebihi abdomen lalat, lurus, dan bermula dari thorax dengan warna

transparan. Percobaan dilakukan pada tanggal 10 Desember tepatnya hari sabtu pukul 13.30

wib – selesai di ruangan gedung G3 Unuversitas Jambi.

PENDAHULUAN

Drosophila memiliki ciri morfologi yang berbeda antara jantan dan betinanya. Pada

Drosophila jantan Memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila dibandingkan dengan yang

betina. Memiliki 3 ruas dibagian abdomennya dan memiliki sisir kelamin. Sedangkan pada

yang betina ukuran relatif lebih besar,memiliki 6 ruas pada bagian abdomen dan tidak

memiliki sisir kelamin. Drosophila normal memiliki mata yang berwarna merah berbentuk

elips. Terdapat pula mata oceli yang ukurannya jauh lebih kecil dari mata majemuk, berada

pada bagian atas kepala, di atas di antara mata dua mata majemuk, berbentuk bulat

(Ghostrecon, 2008).
Selain itu, Drosophila normal memiliki sungut yang berbentuk tidak runcing dan

bercabang-cabang. Kepala berbentuk elips. Thorax terlihat berwarna krem, ditumbuhi banyak

bulu, dengan warna dasar putih. Abdomen bersegmen lima, segmen terlihat dari garis-garis

hitam yang terletak pada abdomen. Sayap Drosophila normal memiliki ukuran yang panjang

hingga melebihi abdomen lalat, lurus, dan bermula dari thorax dengan warna transparan

(Ghostrecon, 2008).

Kekentalan dan keenceran dari suatu medium akan mempengaruhi pertumbuhan dari

Dhrosophila sp. Pengenceran medium akan mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan

namun tidak berpengaruh pada siklus hidupnya. Tingkat survival dan lamanya waktu hidup

akan berkurang apabila lalat dewasa berada pada medium yang sangat encer. Pada drosophila

diremukan 4 pasang kromosom.Pada lalat jantan dan lalat betina umumnya adalah sama,

tetapi ada sedikit perbedaan yaitu pada salah satu kromosom jantan terdapat lengkungan

seperti mata pancing (Silvia, 2003).

Telur Drosophila berbentuk kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan

makanan. Betina drosophila dewasa meletakkan telur 50-70 telur perhari atau maksimumnya

400-500 buah dalam 10 hari ( Silvia, 2003 ) . telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yang

pertama selaput vitelin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan yang kedua selaput tipis tetapi

kuat ( korion ) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangakai tipis. Khorion

mempunyai kulit bagian luar yang sangat keras dari telur tersebut ( Borror, 1992 ).

Saat larva Drososphila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikulum

menjadi keras berpigmen, tanpa kepala dan sayap yang disebut larva instar. Formasi pupa

ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap dan kai. Pada stadium pupa ini, larva

dalam keadaan tidak aktif dan dalam keadaan ini larva berganti menjadi lalat dewasa

(Ashburner, 1985).
Siklus hidup lalat dewasa Drosophila melanogaster sekitar 9 hari. Setelah keluar dari

pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya pun belum merentang. Sementara itu

lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah

yang sangat banyak dari lalat buah jantan. Walupun banyak sperma yang masuk kedalam

mikrophyle yang terdapat pada ujung anterior tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan

pronoleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio

(Borror,1992).

Menurut Silvia (2003), Lalat Dosophila mempunyai siklus hidup yang sangat pendek

yaitu sekitar 12 hari pada suhu kamar. Kondisi dibawah ideal dapat menghasilkan 25

keturunan tiap tahun. Tiap lalat betina dapat menghasilkan telur sebanyak 100 butir dan dari

jumlah tersebut separuh akan menjadi lalat jantan dan separuhnya lagi akan menjadi lalat

betina. Siklus hidup lalat ini akan semakin pendek apabila kondisi lingkungannya tinggi.

Menurut Silvia (2003), perbedaan jenis kelamin umumnya dipengaruhi oleh dua

faktor, yaitu :

1. Faktor Lingkungan.

Biasanya yang mengambil peranan di sini ialah keadaan fisiologis. Jika kadar hormon

kelamin dalam tubuh tidak seimbang penghasilan atau peredarannya, maka pernyataan

fenotip pada suatu makhluk mengenai kelaminnya dapat berubah. Akibatnya watak

kelaminnya pun mengalami perubahan.

2. Faktor Genetik.

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa faktor genetiklah yang menentukan jenis

kelamin suatu makhluk hidup. Oleh karena bahan genetik terdapat di dalam kromosom, maka

perbedaan jenis kelamin terletak dalam komposisi kromosom. Inti sel tubuh lalat Drosophila

hanya memiliki 8 buah kromosom saja, sehingga mudah dmamati dan dihitung. 6 buah

kromosom (3 pasang) pada lalat betina maupun jantan sama bentuknya, disebut kromosorn
autosom (kromosom tubuh) dan 2 buah kromosom (1 pasang) disebut krornosom kelamin

(seks kromosom) karena bentuknya berbeda antara lalat jantan dan lalat betina.

Anatomi dan Morfologi Drosophila melanogaster

Drosophila dan Arthrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, yaitu suatu seri segmen

yang teratur. Segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, yaitu kepala, thoraks, dan

abdomen seperti hewan simetris bilateral lainnya. Drosophila memiliki poros anterior dan

posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral (punggung-perut). Pada Drosophila,

determinan sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur member informasi posisional untuk

penempatan kedua poros ini bahkan sebelum fertilisasi. Setelah fertilisasi, informasi dengan

benar akhirnya akan memicu struktur yang khas dari setiap segmen.

Pada umumnya Drosophila melanogaster memiliki warna tubuh kuning kecokelatan dengan

cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang. Ukuran tubuh Drosophila melanogaster

berkisar antara 3-5 mm. Sayap Drosophila melanogaster cukup panjang dan transparan.

Posisi sayapnya bermula dari thorax. Urat tepi sayap (costal vein)nya memiliki dua bagian

yang terinterupsi dekat dengan tubuhnya. Sungut (arista)nya pada umumnya berbentuk bulu

dan memiliki 7-12 percabangan. Crossvein posterior umumnya berbentuk lurus, tidak

melengkung. Drosophila melanogaster memiliki mata majemuk berbentuk bulat agak ellips

dan berwarna merah. Hewan ini juga memiliki mata oceli pada bagian atas kepalanya dengan

ukuran relatif lebih kecil disbanding mata majemuk. Thoraxnya berbulu-bulu dengan warna

dasar putih, sedankan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam.

Gambar 1 Anatomi Drosophila melanogaster


Klasifikasi Drosophila melanogaster

Kingdom Animalia

Phyllum Arthropoda

Kelas Insecta

Ordo Diptera

Famili Drosophilidae

Genus Drosophila

Spesies Drosophila melanogaster

Sumber : Borror 1992.

Selain pengklasifikasian menurut Borror (1992), Wheeler (1981) telah mengklasifikasikan

Drosophila melanogaster ke dalam sub ordo Cyclophorpha, yaitu pengelompokkan lalat yang

pupanya terdapat kulit instar 3 dan memiliki jaw hooks. Selain itu, Drosophila melanogaster

termasuk ke dalam seri Acaliptrata, yaitu imago yang menetas dari bagian anterior pupa.

Drosophila jantan dan betina memiliki ciri yang berbeda. Ukuran tubuh jantan lebih kecil dari

betina. Pada Drosophila jantan, sayapnya pun lebih pendek dibandingkan sayap betina.

Drosophila jantan memiliki sisir kelamin (sex comb) yang tidak dimiliki oleh betina. Hal

yang paling memudahkan membedakan Drosophila jantan dan betina adalah, ujung abdomen

jantan lebih tumpul, sementara ujung abdomen betina runcing dan tidak berwarna hitam.

Siklus Hidup Drosophila melanogaster

Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis holometabola, yaitu metamorfosis

sempurna. Tahapan metamorfosisnya dari telur - larva instar I – larva instar II – larva instar
III – pupa – imago. Fase perkembangan Drosophila melanogaster dapat dilihat pada gambar

di bawah ini :

Gambar 3. Siklus hidup Drosophila melanogaster

Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi yang terdiri dari dua periose. Pertama,

periode embrionik di dalam telur pada saat ferlisasi sampai pada saat larva muda menetas dari

telur. Hal tetsebut terjadi dalam waktu sekitar 24 jam. Pada saat seperti itu, larva tidak dapat

berhenti untuk makan (Silvia 2003).

Menurut Silvia (2003), periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur. Periode ini

disebut dengan perkembangan postembrionik. Postembrionik dibagi menjadi tiga tahap, yaitu

larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya

pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa. Telur Drosophila berbentuk

benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa

mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu

sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan dapat mencapai 400-500 buah dalam 10

hari.

Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu selaput vitellin tipis yang mengelilingi

sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (korion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat

dua tangkai tipis. Korion memiliki kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut (Borror

1992). Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing dan menggali

dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernapasan pada trakea, terdapat

sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior (Silvia 2003).
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodic berganti kulit untuk mencapai

ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integument baru diperluas dengan kecepatan

makan yang tinggi. Selama pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva

sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Indikasi instar adalah ukuran larva dan

jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga)

makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap

ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Sehingga

pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada proses pergantian kulit ‘molting’ yang

berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar I ke instar II, dari larva

instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago. Lama fase telur sekitar

19 jam, larva instar I sekitar 1 hari, larva instar 2 sekitar 1 hari, larva instar III sekitar 1 hari,

prepupa sekitar 2 hari, dan pupa selama 3 hari. (Ashburner 1985).

Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium. Jika terdapat banyak

saluran makan pertumbuhbiakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang dewasa

biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Di tempat

tersebut larva akan melekatkan diri dengan cairan lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah

dan kemudian membentuk pupa. Menurut Ashburner (1985), saat larva Drosophila

membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen,

tidak berkepala dan bersayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan

pembentukan kepala, bantalan sayap dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan

kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan

dalam keadaan ini juga larva berganti menjadi lalat dewasa.

Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang

sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa) disebut
anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk

dewasa (Silvi 2003). Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya

berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih puat dan sayapnya

belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan

menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan. Pada ujung

anterior Drosophila terapat mikofili, yaitu tempat spermatozoa masuk ke dalam telur.

Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrofili, namun hanya satu sperma yang

dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina, sementara yang lainnya segera berabsorpsi

dalam perkembangan jaringan embrio (Borror 1992).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup Drosophila melanogaster

diantaranya yaitu suhu lingkungan, ketersediaan makanan, tingkat kepadatan botol

pemeliharaan, dan intensitas cahaya.

Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi

ideal yang dimaksu adalah suhu sekitar 25-28oC. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu

putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 18 oC, waktu yang

diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar

18-20 hari. Pada suhu 30oC, lalat dewasa yang tumbuh akan steril.

Ketersediaan makanan juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan

Drosophila. Jika kekurangan makanan, jumlah telur yag dikeluarkan Drosophila betina akan

menurun. Drosophila yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil.

Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun seringkali gagal berkembang

menjadi individu dewasa. Beberapa yang dapat menjadi dewasa dapat menghasilkan hnaya

sedikit telur. Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan

yang dimakan oleh larva betina (Shorrocks 1972).


Tingkat kepadatan di botol mempengaruhi pertumbuhan Drosophila. Botol medium

sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak terlalu padat. Selain itu, lalat buah

yang dikembangbiakkan di dalam botol pun sebaiknya tidak terlalu banyak. Dalam kondisi

ideal, yaitu tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat), Drosophila melanogaster dewasa dapat

hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila kondisi botol medium terlalu padat akan

menyebabkan menurunnya produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian padfa individu

dewasa. Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan

mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap.

Keuntungan Penggunaan Drosophila melanogaster sebagai Objek Penelitian

Orang pertama yang menggunakan lalat buah (Drosophila melanogaster) sebagai objek

penelitian genetika adalah Thomas Hunt Morgan yang berhasil menemukan “pautan seks”

dan “gen rekombinan”. Terdapat berbagai keuntungan sehingga Drosophila melanogaster

banyak dijadikan objek untuk kajian-kajian genetik. Lalat buah mudah dipelihara dalam

laboratorium karena makanannya sangat sederhana, yang membutuhkan sedikit ruangan dan

tubuhnya pun cukup kuat. Pada temperatur kamar, lalat buah dapat menyelesaikan siklus

hidupnya kurang lebih dalam 12 hari. Selain di alam jumlahnya sangat berlimpah dan mudah

didapati, lalat buah dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah yang besar setiap siklus

reproduksi. Menurut Hartwell et al. (2004), genom Drosophila memiliki kemiripan 77%

dengan genom pada manusia, hal ini menyebabkan Drosophila melanogaster sebagai model

yang ideal untuk dipelajari. Jumlah kromosomnya relatif sedikit, yaitu 4 pasang dan memiliki

“Giant Chromosome”. Kromosom ini terdapat di dalam sel-sel kelenjar ludah yang besarnya

100 kali lipat dari kromosom biasa, sehingga mudah diamati di bawah mikroskop cahaya.

Lalat buah memiliki berbagai macam perbedaan sifat keturunan yang dapat dikenali dengan

pembesaran lemah. Lalat buah ini memiliki beberapa jenis mutan (individu yang dihasilkan
karena adanya mutasi) yang dapat diamati dengan perbesaran lemah pula. Selain itu,

perkembangan dari siklus hidupnya mudah diamati karena terjadi di luar tubuhnya mulai

telur, larva, pupa hingga menjadi dewasa (imago).

SIMPULAN

Tahapan fase pertumbuhan Drosophila melanogaster adalah holometabola, yaitu telur - larva

instar I – larva instar II – larva instar III – prepupa – pupa – imago. Lama fase telur sekitar 19

jam, larva instar I sekitar 1 hari, larva instar 2 sekitar 1 hari, larva instar III sekitar 1 hari,

prepupa sekitar 2 hari, dan pupa selama 3 hari. Lama siklus hidup Drosophila melanigaster

sejak telur hingga menjadi imago adalah sekitar 10 hari. Lama perubahan dari telur menjadi

imago bervariaso tergantung kondisi lingkungan termasuk suhu lingkungan, pencahayaan,

kepadatan, dan ketersediaan makanan.

DAFTAR PUSTAKA

Ashburner Michael. 1989. Drosophila, A Laboratory Handbook. USA : Coldspring Harbor

Laboratory Press.

Borror J.D. Triplehorn. 1992. Pengenalan Pengajaran Serangga. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Hartwell L.H., L. Hood, Reynolds Goldberg, Veres Silver. 2004. Genetics From Genes to

Genoms 2nd Ed. New Delhi : McGraw-Hill Publishing Company LTD.

Shorrocks B. 1972. Drosophila. London : Ginn & Company Limited.


Silvia Triana. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Formaldehida Terhadap

Perkembangan Larva Drosophila. Bandung: Jurusan Biologi Universitas Padjadjaran.

Drosophila melanogaster adalah jenis serangga bersayap yang masuk ke dalam ordo

Diptera, (bangsa lalat). Spesies ini dikenal sebagai lalat buah dalam pustaka-pustaka biologi

eksperimental (walaupun banyak jenis lalat-lalat buah lainnya) dan merupakan organisme

model yang paling banyak digunakan dalam penelitian genetika, fisiologi, dan evolusi sejarah

kehidupan. Lalat buah populer karena sangat mudah berbiak (hanya memerlukan waktu dua

minggu untuk menyelesaikan seluruh daur kehidupannya), mudah pemeliharaannya, serta

memiliki banyak variasi fenotipe yang mudah diamati (Wahab, 2009).

Lalat buah (Drosophila melanogaster) mempunyai panjang tubuh sekitar 3 sampai 4

mm, tubuhnya berwarna kuning kecoklatan. Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat

panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada

hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina

meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. Telur

Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi

sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya

terdapat dua tangkai tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut.

Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur.

Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat

berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam

perkembangan jaringan embrio (Fajar, 2010)

Ciri umum lainnya dari Dhrosophila melanogaster, antara lain :

1. Memiliki mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwarna merah

2. Memiliki warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian

belakang
3. Berukuran kecil antara 3-5 mm (jantan dan betina memiliki ukuran berbeda)

4. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan

tubuhnya.

5. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.

Lalat buah merupakan salah satu hewan yang sering digunakan sebagai model percobaan

genetika sejak tahun 1910an. Lalat buah berasal dari filum Arthropoda, kelas Insekta, dan

Ordo Diptera. Spesies ini di Indonesia dikenal sebagai lalat buah yaitu jenis lalat yang dapat

ditemui di sekitar buah-buahan yang mulai membusuk. Selain itu, lalat buah termasuk dalam

sub-ordo Cyclophorpha, pengelompokkan lalat yang pada pupanya terdapat kulit instar 3, dan

termasuk dalam seri Acaliptra (imago menetas dan keluar dari bagian interior pupanya). Lalat

buah yang sering ditemukan di Indonesia dan Asia adalah lalat ananasae, kikawai,

malerkotliana, repleta, hypocausta, dan imigran (Wildan Yatim, 1996).

Menurut (Suryo, 2010) Lalat buah banyak digunakan dalam penelitian Genetika karna

lalat memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

1. Mudah dipelihara pada media makanan yang sederhana, pada suhu kama dan didalam botol

susu berukuran sedang.

2. Mempunyai siklus hidup pendek (hanya kira-kira 2 minggu) sehingga dalam waktu satu

tahun dapat diperoleh 25generasi.

3. Mempunyai tanda-tanda kelamin sekunder yang mudah dibedakan. Lalat betina lebih besar

dari pada lalat jantan, ujung abdomen meruncing dan pada abdomen terdapat garis-garis

hitam melintang. Lalat jantan lebih kecil, ujung abdomen tumpul berwarna kehitam-hitaman

dan pada abdomen terdapat sedikit garis-garis hitam melintang.

4. Hanya mempunyai 8 kromosom saja, sehingga mudah menghitungnya.

Pada praktikum ini, Drosophila jantan saat diamati dibawah mikroskop ditemukan

sisir kelamin dan 3 buah ruas abdomen, sedangkan pada betina ditemukan 6 ruas abdomen
tidak ditemukan sisir kelamin. Hal ini sesuai dengan literatur yaitu pada Drosophila lalat

jantan dapat dengan mudah dibedakan dari lalat betina dengan melihat kaki depannya, alat

kelaminnya dan ujung abdomennya maupun bentuk abdomennya.

Morfologi Drosophila secara keseluruhan memiliki ciri-ciri yaitu: lalat buah memiliki

sepasang mata faset berwarna merah, sayap pada lalat buah jumlahnya sepasang dengan

bentuk jala, tubuhnya terdiri atas 3 bagian utama, yaitu cephal, toraks dan abdomen.

Memiliki sepasang antena, dan memiliki mulut dengan tipe mulut penjilat. Drosophila sp

jantan memiliki abdomen/perut yang ujungnya agak tumpul dan tampak lebih kecil.

Sedangkan Drosophila sp betina memiliki abdomen yang lebih besar dan meruncing. Pada

abdomen antara jantan dan betina pada Drosophila sp tampak adanya perbedaan. Abdomen

jantan ini berwarna sedangkan pada betina tidak. Pada Drosophila sp jantan terdapat 3

segmen sedangkan pada Drosophila sp betina terdapat 6 segmen. Bentuk kaki Drosophila sp

terdapat 3 bagian yaitu femur, tibia, tarsus dan terlihat adanya rambut sisir pada permukaan

kakinya. Drosophila jantan umumnya berwarna sedikit lebih gelap bila dibandingkan dengan

yang betina. Sisir kelamin pada hewan jantan berguna untuk membantu kopulasi.

Adapun klasifikasi dari lalat buah yaitu:

Kingdom : Animalia

Filum : Antrophoda

Classis : Insecta

Ordo : Diptera

Familia : Drosophilidae

Genus : Drosophila

Species : Drosophila melanogaster (Zarzen, 2010).

Drosophila melanogaster memiliki cepal, thorax, kaki prothorax, kaki mesothorax,

kaki metathorax, sayap, abdomen, mata faset dan segmen untuk betina dan sekom untuk
jantan. Secara morfologi Drosophila melanogaster jantan dan betina dapat dibedakan dengan

parameter-parameter sebagai berikut:

1. Jantan

a. Ukuran tubuh lebih kecil

b. Memiliki 3 ruas abdomen

c. Memiliki sisir kelamin/sex comb

d. Ujung abdomen tumpul

e. Sayap lebih pendek dari sayap betina

2. Betina

a. Ukuran tubuh lebih besar

b. Memiliki 6 ruas abdomen

c. Tidak memiliki sisir kelamin

d. Ujung abdomen runcing

e. Sayap lebih panjang dari sayap jantan

F. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah pada praktikum ini yaitu pada

Drosophila melanogaster meubuh pada memiliki morfologi yang terdiri: caput/kepala,

thoraks/dada, dan abdomen/perut. Bentuk ukuran tubuh Drosophila sp betina memiliki

ukuran tubuh yang lebih besar bila dibandingkan dengan Drosophila melanogaster jantan.

Bagian abdomen (perut) Drosophila melanogaster betina terdapat garis-garis hitam yang tebal

pada bagian dorsal hingga ujung abdomen. Bagian abdomen Drosophila melanogaster jantan

juga terdapat pola garis hitam yang tebal di sepanjang abdomen bagian dorsal, akan tetapi

garis hitam di bagian ujung abdomennya berfusi. Bagian ujung abdomen Drosophila

melanogaster betina lancip, kecuali ketika sedang dipenuhi telur-telur, sedangkan ujung

abdomen Drosophila melanogaster jantan membulat dan tumpul. Khusus Drosophila


melanogaster jantan terdapat karakter khusus berupa sex comb yaitu kira-kira 10 bulu

berwarna gelap yang terletak di tarsal pertama pada kaki depannya. Sex comb adalah ciri

utama Drosophila melanogaster jantan. Sex comb dapat dipakai untuk mengidentifikasi jenis

kelamin lalat buah pada dua jam pertama setelah lalat tersebut menetas, ketika bentuk dan

pigmentasi lalat tersebut belum berkembang sempurna.

Anda mungkin juga menyukai