Anda di halaman 1dari 55

Muhammad Haidar Taqiyuddin / XII MIPA 1 / 22

RANGKUMAN RUMUS FISIKA SMA

BESARAN DAN SATUAN

Nama Simbol Dimens


Satuan satuan
besaran i
Panjang meter m [L]
Massa kilogra kg [M]
m
Waktu sekon s [T]
Suhu kelvin K [Ө]
Intensitas candela cd [J]
Kuat arus ampere A [I]
Banyak zat mole mol [N]

VEKTOR

Komponen vektor arah sumbu-x vx = v cos α


Komponen vektor arah sumbu-y
vy = v sin α
Besar resultan

v = vx 2
+vy 2 + 2vxvy cosα
x x
Keterangan:
vx = vektor pada sumbu x
vy = vektor pada sumbu y
v = resultan dari dua
vektor
α = sudut antara vx dan vy

KELAJUAN DAN KECEPATAN

Kelajuan rata-rata
(vr) s
vr =
Δt
Kelajuan sesaat (vt)
s
vt = lim
Δ→t0 Δt
Kecepatan rata-rata (vr )
Δs
vr =
Δt

Kecepatan sesaat (vt )


Δs
vt = lim
Δ→t0 Δt

Keterangan:
s = jarak tempuh (m)
Δs = perubahan jarak benda
(m) t = waktu (s)
Δt = selang waktu (s)
PERLAJUAN DAN PERCEPATAN

Perlajuan rata-rata (ar)


Δv
ar =
Δt
Perlajuan sesaat (at)
Δv
a = lim t Δ→t Δt
0

Percepatan rata-rata (ar )


Δv v −v ar = = 21
Δt t2 −t1
Percepatan sesaat (at )
Δv
at = lim Δ→t 0 Δt

Keterangan:
ar = perlajuan rata-rata
(m/s2) at = perlajuan sesaat
(m/s2)
Δv = perubahan kecepatan (m/s)
Δt = perubahan waktu atau selang waktu
(s) v1 = kecepatan awal benda (m/s)
v2 = kecepatan kedua benda (m/s)

GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

Kedudukan benda saat t st = s0 + v.t

Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t
(m) s0 = kedudukan benda awal (m) v
= kecepatan benda (m/s)
t = waktu yang diperlukan (s)

GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN (GLBB)

Kedudukan benda saat t


st = s0 + v0 . t + ½ a . t2
Kecepatan benda saat
t vt = v0 + a . t vt 2 = v0 2 + 2a . st

Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t
(m) s0 = kedudukan awal benda (m)
vt = kecepatan benda saat t (m/s) vo
= kecepatan benda awal (m/s) a =
percepatan benda (m/s2)
t = waktu yang diperlukan (s)

GERAK JATUH BEBAS

Kedudukan saat t
st = s0 + ½ g . t2
Kecepatan saat t vt = g . t
v2 = 2 . g . h
Ketinggian benda (h)
h = ½ g . t2

Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t
(m) s0 = kedudukan awal benda (m)
vt = v = kecepatan benda saat t (m/s)
t = waktu yang diperlukan (s)
g = percepatan gravitasi = 10 m/s

GERAK VERTIKAL KE ATAS

Ketinggian atau kedudukan benda


(h) st = h = v0 . t - ½ g . t2
Kecepatan benda (vt)
vt = v0 - g . t
v = v02 – 2gh
Waktu untuk sampai ke puncak (tp)
v
tp = 0 g
Waktu untuk sampai kembali ke
bawah (t) t = 2tp
Tinggi maksimum (hmaks)
v02
hmaks =

2g

Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t (m) s0
= kedudukan awal benda (m) vt = v =
kecepatan benda saat t (m/s) v0 =
kecepatan benda awal (m/s) t = waktu yang
diperlukan (s) g = percepatan gravitasi = 9,8
m/s2 atau 10 m/s2

DINAMIKA GERAK LURUS

Hukum I Newton
∑F=0
Hukum II Newton
F
a =
m
F = m .a
Hukum III Newton
Faksi = – Freaksi
Gaya berat (w)
W = m .g

Keterangan:
F = gaya yang berlaku pada benda (N atau kg m/s 2)
W = gaya berat pada benda
(N) m = massa benda (kg) a
= percepatan benda (m/s2)
g = percepatan gravitasi = 9,8 m/s2 atau 10 m/s2

GAYA NORMAL DAN GAYA GESEK

Gaya normal pada lantai datar


(N) N = W = m . g
Gaya normal pada lantai datar dengan gaya
bersudut α
Fx = F cos α
Fy = F sin α
N = W – F cos α
Gaya normal pada bidang miring
N = W cosα
Gaya gesek statis (fs)
fs = μs . N
Gaya gesek kinetik
(fk) fk = μk . N
Keterangan:
F = gaya yang bekerja pada benda (N atau kg m/s 2)
Fx = gaya yang bekerja pada sumbu x (N atau kg
m/s2) Fy = gaya yang bekerja pada sumbu y (N atau
kg m/s2)
fs = gaya gesek statis (N)
fk = gaya gesek kinetik
(N) μs = koefisien gesek
statis μk = koefisien
gesek kinetik

KATROL TETAP

Percepatan (a)
W −W a
=B A
mA + mB
Tegangan (T)
2m
T = . B dengan WB = mB g mA +
A W

mB
2m
T = .WA dengan WA = mA g mA
B

+ mB

Keterangan:
WA = gaya berat pada benda A
(N) WB = gaya berat pada
benda B (N) a = percepatan
benda (m/s2) mA = massa
benda A (kg) mB = massa
benda B (kg)
GERAK PARABOLA

• Benda dilempar horizontal dari puncak menara


Gerak pada sumbux
x=v .t
ox
Gerak pada sumbuy
v =g.t
y
2h
h= 1
g. t2 → t =
2 g
v 2 = 2 g h → v = 2gh
y y
Kecepatan benda saat dilempar
2
v = v +2gh
0

Keterangan:
x = jarak jangkauan benda yang dilempar dari
menara (m) vox = kecepatan awal pada sumbu x
(m/s) vy = kecepatan benda pada sumbu y (m/s)
v = kecepatan benda saat dilempar
(m/s) v0 = kecepatan awal (m/s)
h = tinggi (m) g = percepatan gravitasi = 9,8
m/s2 atau 10 m/s2

• Benda dilempar miring ke atas dengan sudut elevasi Waktutmaks)


yang ditempuh saat mencapai titik tertinggi (

v0 y v0 sinα 2h
tmaks = = = g g g

Tinggi maksimum (hmaks)


v02 2
hmaks = sin α 2g
2h
Waktu yang ditempuh saat mencapai titik terjauh
=2 g
2v0 y 2v0 sinα
tterjauh = 2 tmaks = =
g g
Jarak terjauh (xmaks)
v02
x maks = sin 2α g

Koordinat titik tertinggi


v2 v2
E(x,y) = ( 0 sin2α, 0
sin2α) g 2g
Perbandingan hmaks dan xmaks hmaks 1
= tanα xmaks 4

Keterangan:
tmaks = waktu yang ditempuh saat mencapai titik tertinggi (s)
tterjauh = waktu yang ditempuh saat mencapai titik terjauh (s)
v0y = kecepatan awal pada sumbu y
(m/s) v0 = kecepatan awal (m/s)
h = tinggi (m) hmaks =
tinggi maksimum (m)
xmaks = jarak terjauh (m)
α= sudut elevasi

GERAK MELINGKAR BERATURAN


Lintasan busur (s)
s=θ.R
Frekuensi (f)
1
f=
Periode (T)
1
T=
f
Laju/kecepatan anguler (ω)
2π ω =
= 2πf T
Laju/kecepatan linear
(v) v = 2πf R v = ω R
Percepatan sentripetal (asp)
v2 2

asp = =ω R R
Gaya sentripetal (Fsp)
v2
Fsp = m a = m = mω2 R
R

Keterangan:
s = lintasan busur (rad.m) θ =
jarak benda pada lintasan (rad)
R = jari-jari lintasan
(m) f = frekuensi
(Hezt) T = periode
(s)
v = laju/kecepatan linear (m/s)
ω = kecepatan sudut (rad/s) asp
= percepatan sentripetal (m/s2)
Fsp = gaya sentripetal (N) m =
massa benda (m)
a = percepatan linear (m/s2)

PADUAN DUA ATAU LEBIH GERAK MELINGKAR BERATURAN

Perpaduan oleh tali


(rantai) ω1 R2
= ⇔ v1 = v2 ω2 R1
Perpaduan oleh poros
(as) v R
ω1 =ω2 ⇔ 2 = 1
v1 R2

Keterangan:
ω1 = kecepatan sudut poros pertama
(rad/s) ω2 = kecepatan sudut poros
kedua (rad/s) v1 = kecepatan linear
poros pertama (m/s) v2 = kecepatan
linear poros kedua (m/s) R1 = jari-jari
poros pertama (m)
R2 = jari-jari poros kedua (m)

GAYA GRAVITASI
Gaya gravitasi (F)
mM
F=G 2
R
Percepatan gravitasi (g)
M
g= G
2
R

Keterangan:
F = gaya gravitasi (N)
m = massa benda
(kg)
M = massa bumi (kg)
R = jarak massa bumi dan massa benda (m)
G = tetapan gravitasi umum = 6,673 × 10-11 Nm2 . kg-2

USAHA DAN ENERGI

Usaha (W)
W = F s cos θ
W=Fs
Energi potensial gravitasi (Ep)
Ep = m g h
Usaha dan energi potensial gravitasi
W = Δ Ep = m g (h2 – h1) dengan h = h2 – h1

Keterangan:
W = usaha (J atau kg m/s)
F = besar gaya yang digunakan untuk menarik
benda (N) s = jarak pergeseran atau perpindahan
benda (m) θ = sudut antara arah gaya dan arah
perpindahan
Ep = energi potensial gravitasi (J)
Δ Ep = perubahan energi gravitasi
(J) m = massa benda (kg) g =
percepatan gravitasi (10 m/s2) h =
ketinggian benda (m) h1 =
ketinggian benda awal (m)
h2 = ketinggian benda akhir (m)
Energi kinetik (Ek)

Ek = m v 2
Usaha dan energi kinetik

W = Δ Ek = m (v2 2 – v12)
Energi mekanik (Em)

Em = Ep + Ek = = m . g . h + m.v2

Energi mekanik dalam medan gravitasi


Em = Ep + Ek = konstan
Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2

Keterangan:
Ep = energi potensial (J)
Ek = energi kinetik (J) m
= massa benda (kg) v =
kecepatan benda (m/s)
w = usaha (J)
v1 = kecepatan awal benda
(m/s) v2 = kecepatan akhir
benda (m/s) Em = energi
mekanik (J) g = percepatan
gravitasi h = ketinggian benda
(m) Ep1 = energi potensial
awal (J) Ep1 = energi
potensial akhir (J)
Ek2 = energi kinetik awal (J)
Ek1 = energi kinetik awal (J)
Δ Ek = perubahan energi kinetik (J)

Daya (P)
ΔE W F.s
P= = = = F. v
Δt Δt Δt

Keterangan:
P = daya (J/s atau watt
(W)) Δ E = perubahan
energi (J) W = usaha (J)
F = gaya (N) s = jarak
(m) v = kecepatan (m/s)
Δ t = perubahan waktu (s)
MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN

Momentum (p)
p= mv
Impuls (I)
I = F Δt
Hubungan momentum dan
impuls: F Δt = m v
Keterangan: p =
momentum (kg m/s) I
= impuls (N/s) F =
gaya (N) m = massa
benda (kg) v =
kecepatan (m/s)
Δt = perubahan waktu (s)

Hukum kekekalan momentum:


∑p = tetap/konstan
m1.v1 + m2.v2 = m1.v1, + m2.v2,
Koefisien restitusi (e) tumbukan:
v1, −v2,
e = −
v1 −v2
Hukum kekekalan energi kinetik:
∑Ek = ∑Ek'

Keterangan:
Ek = energi kinetik sebelum tumbukan (J) Ek’
= energi kinetik sesudah tumbukan (J) p =
momentum sebelum tumbukan (kg m/s) p’ =
momentum sesudah tumbukan (kg m/s) m1 =
massa benda 1 sebelum tumbukan (kg) m2 =
massa benda 2 sebelum tumbukan (kg) m1’ =
massa benda 1 sesudah tumbukan (kg) m2’ =
massa benda 2 sesudah tumbukan (kg) v1 =
kecepatan benda 1 sebelum tumbukan (m/s)
v2 = kecepatan benda 2 sebelum tumbukan
(m/s) v1’ = kecepatan benda 1 sesudah
tumbukan (m/s) v2’ = kecepatan benda 2
sesudah tumbukan (m/s)
e = koefisien restitusi
Tumbukan lenting
sempurana e = 1
v = v’
∑ p = ∑ p’
∑ Ek = ∑ Ek ’
Tumbukan lenting sebagian
0<e<1
v ≠ v’
∑ p = ∑ p’
∑ Ek > ∑ Ek’
Tumbukan tidak lenting sama
sekali e = 0 m1 v1 + m2 v2 = (m1 +
m2) v ’

Keterangan:
v ’ = kecepatan benda setelah tumbukan (m/s)

Prinsip kerja roket sebelum mesin dihidupkan ∑ p = ∑ m v = (m1 + m2) v = 0 karena v = 0


Prinsip kerja roket sesudah mesin dihidupkan
∑ p’ = m1v1’ + m2v2’

Keterangan: v = kecepatan benda sebelum


mesin dihidupkan (m/s)
v ‘ = kecepatan benda sesudah mesin dihidupkan (m/s)

ELASTISITAS

Tegangan (τ)
F
τ =
A
Keterangan:
τ = tegangan (N.m-2)
F = gaya (N)
A = luas penampang benda (m2)
Regangan
(ε) ΔL ε =

L0
Keterangan: ε
= regangan (m)
ΔL = perubahan panjang benda (m)
L0 = panjang awal benda (m)
Modulus Young (Y)
F ΔL
Y=τ/ε=
AL0
Hukum Hooke
F = – k. Δx

Energi potensial pegas (Ep)

Ep = k (x)²
Keterangan:
F = gaya pada pegas (N) Ep
= energi potensial pegas (J)
k = konstanta pegas
Δx = perubahan panjang pegas (m)

FLUIDA TAK BERGERAK

Massa jenis (ρ)


m
ρ= V
Berat jenis (S)
S=ρg

Keterangan:
ρ= massa jenis benda (kg/m3)
m = massa benda (kg) V =
volume benda (kg) S = berat
jenis benda (kg/m2s2)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

Tekanan (P)
F
P=
A
Tekanan pada fluida tak bergerak:
Ph = ρ.g.h
Keterangan:
Ph = tekanan hidrostatis (pascal atau N/m2)
F = gaya permukaan (N) A =
luas permukaan benda (m2)
ρ= massa jenis (kg/m3)
h = jarak antara titik dengan permukaan zat cair (m)

Hukum utama hidrostatis:


PA = PB = PC = P0 +ρ.g.h

Keterangan:
PA = tekanan hidrostatis di titik A (pascal (pa) atau
N/m2) PB = tekanan hidrostatis di titik B (pascal (pa))
Pc = tekanan hidrostatis di titik C (pascal (pa))
P0 = tekanan udara luar (pascal (pa))
1 atm = 1,01 x 105 pa

Hukum Pascal
P1 =P2

F1 F2
=
A1 A2

Keterangan:
P1 = tekanan hidrostatis di daerah 1 (pa)
P2 = tekanan hidrostatis di daerah 2 (pa)
F1 = gaya permukaan daerah 1 (N)
F2 = gaya permukaan daerah 2 (N)
A1 = luas permukaan penampang 1 (m2)
A2 = luas permukaan penampang 2 (m2)

Hukum Archimedes
FA = ρf .g.Vf

Keterangan: FA = gaya
archimedes (N) ρf = massa
jenis cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2) Vf
= volume benda yang tercelup
(m3)

Tegangan permukaan
(γ)
F
γ=

Keterangan: γ = tegangan
permukaan (N/m) F = gaya
permukaan (N)
l = panjang (m)
Sudut kontak pada meniskus cekung:
Fadhesi > Fkohesi dan sudut kontak θ < 90°
(runcing) Sudut kontak pada meniskus
cembung:
Fadhesi < Fkohesi dan sudut kontak θ > 90°
(tumpul)

Kapilaritas
2γcosθ
y=
ρ.g.r

Keterangan:
y = tinggi cairan dalam pipa kapiler
(m) γ = tegangan permukaan (N/m)
ρ= massa jenis cairan (kg/m3)
θ= sudut kontak g =
percepatan gravitasi (m/s2)
r = jari-jari pipa kapiler (m)

Viskositas (f) f =πμrv

Keterangan:
f = gaya geser oleh fluida terhadap bola (N)
μ = koefisien viskositas
r = jari-jari bola (m)
v = kecepatan bola dalam fluida (m/s)

FLUIDA BERGERAK

Debit fluida (Q)


V
Q = = Av
t

Keterangan:
Q = debit fluida (m3/s) V
= volume fluida (m3) t =
waktu fluida mengalir (s)
A = luas penampang
(m2)
v = kecepatan fluida (m/s)

Persamaan kontinuitas
A.v = konstan
A1.v1 = A2.v2
Keterangan:
A1 = luas penampang di daerah 1 (m2) A2 = luas
penampang di daerah 2 (m2) v1 = kecepatan fluida di
daerah 1 (m/s) v2 = kecepatan fluida di daerah 2
(m/s)

Hukum Bernoulli
P + ρ.g.h + ½ ρ.v2 = konstan
P1 + ρ.g.h1 + ½ ρ.v12 = P2 + ρ.g.h2 + ½ ρ.v22

Keterangan:
P1 = tekanan fluida di daerah 1 (pa) P2 = tekanan
fluida di daerah 2 (pa) h1 = tinggi pada daerah 1 (m) h2
= tinggi pada daerah 2 (m) v1 = kecepatan fluida pada
daerah 1 (m/s) v2 = kecepatan fluida pada daerah 2
(m/s)

Kecepatan fluida pada tabung venturi

2gh
v1 = 2
⎛A⎞
⎜⎜ 1 ⎟⎟ −1
⎝ A2 ⎠

Keterangan:
v1 = kecepatan fluida yang masuk ke tabung venturi (m/s)
A1 = luas penampang pada bagian 1 (m2) A2 = luas
penampang pada bagian 2 (m2)
h = selisih tinggi fluida pada tabung venturi (m)

Kecepatan fluida pada tabung


pitot:
2g.h.ρ'
v=ρ

Keterangan:
v = kecepatan fluida pada tabung pitot (m/s)
h = selisih tinggi fluida (m)
ρ= massa jenis fluida (kg/m3) ρ’ = massa jenis fluida di dalam cairan
manometer (kg/m3)

Gaya angkat pesat

F1 − F2 = ρA(v22 −v12 )
Keterangan:
F1 = gaya angkat di bawah sayap (N) F2 = gaya
angkat di atas sayap (N) ρ= massa jenis fluida
(udara) (kg/m3)
v1 = kecepatan fluida di bawah sayap (m/s) v2 =
kecepatan fluida di atas sayap (m/s)

http://pak-anang.blogspot.com
GERAK TRANSLASI

Persamaan posisi r atau vektor posisi r:


r = xi+yj
Vektor perpindahan (∆r):
∆r = ∆x i +∆y j dengan ∆ x = x2 – x1 dan
∆ y = y2 – y1
Vektor kecepatan (v ):
Δr dr dx dy
v = lim = = i+ j = vx i +vy j
Δt→0
Δt dt dt dt
2 2 vy dengan |v |=
vx + vy dan arahnya tan θ =
vx
Vektor percepatan (a ):
Δv dv dv dv
a = lim = = i + j = ax i + ay j Δt→0 Δt dt dt dt
x y

2 2 ay dengan |a | =
ax + ay dan arahnya tan θ = ax
Persamaan gerak translasi: dv
a= ⇔ v =∫ adt =a.t + v0
dt

dr 1
v= ⇔ r =∫vdt =∫(a.t + v0 )dt = a.t 2 +v0.t + r0 dt
2

Keterangan:
r0 = jarak awal kedudukan benda (m) r =
perpindahan benda (m) v0 = kecepatan awal (m/s)
v = kecepatan setelah t (m/s) a = percepatan
gerak benda (m/s2)
t = waktu (s)

GERAK ROTASI
Keterangan:
Kecepatan sudut rata-rata (ωr )
Δθ
ωr = tan φ = Δt
Kecepatan sudut sesaat (ω):
Δθ dθ
ω= lim =
Δ→t0 Δt dt
Percepatan sudut rata-rata:
Δω
αr =
Δt
Percepatan sudut sesaat:
dω d 2θ
α= lim =2
Δ→t0 dt dt
ωr = kecepatan sudut atau anguler rata-rata (rad/s) ω=
kecepatan sudut (rad/s) αr = percepatan sudut rata-rata (rad/s2)
α= percepatan sudut (rad/s) φ = sudut elevasi
Δθ= perubahan jarak benda pada lintasan (rad)
Δω= perubahan kecepatan sudut benda (rad/s)
Δt = perubahan waktu (s)

Kecepatan sudut (ω): ω=α.t +ω0


Jarak (θ):
θ= ½ α2 t + ω0 t + θ0 Kecepatan linear (v): v = ωR
Percepatan linear (a): a = αR

Keterangan:
θ0 = kedudukan awal benda (rad) ω0 = kecepatan
sudut awal (rad/s) R = jari-jari lintasan (m)

Momen gaya (τ):


τ = R× F = R .F sin φ
Momen inersia (I):
I = m R2
Momentum sudut ( L):
L = mωR2 = I .ω
Hubungan momen gaya dan percepatan
sudut:
τ = I. αS
Energi kinetik gerak rotasi (Ek)
Ek = ½ m .v2 = ½ m.R2 ω2 = ½ I.ω2
Keterangan:
τ= momen gaya (Nm)
R = jari-jari lintasan (m)
F = gaya yang bekerja pada benda (N)
φ = sudut elevasi I = momen inersia (kg m2)
L = momentum sudut (kg m/s2)
S = panjang lintasan (rad) Ek = energi kinetik
gerak rotasi (joule) m = massa benda (kg)
v = kecepatan linear (m/s)

Hukum kekekalan momentum anguler/sudut:


∑I.ω = konstan
⇔ I1.ω1 + I2.ω2 = I1.ω1' + I2.ω'2
I1 = momen inersia awal benda 1 (kg m2)
I2 = momen inersia awal benda 2 (kg m2)
ω1 = kecepatan sudut awal benda 1
(rad/s) ω2 = kecepatan sudut awal benda
2 (rad/s) ω1’ = kecepatan sudut akhir
benda 1 (rad/s) ω2’ = kecepatan sudut
akhir benda 2 (rad/s)

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

Keseimbangan partikel, syaratnya:


∑Fx = 0 dan ∑ Fy = 0
Titik tangkap gaya resulton (xo, yo):
∑Fyi.xi x0 = , dengan
Ry = ΣFyi Ry

∑ Fxi.yi y0 = , dengan Rx
= ΣFxi
Rx
Syarat keseimbangan benda tegar memiliki: keseimbangan translasi: Σ Fx = 0 dan
Σ Fy = 0 juga keseimbangan rotasi: Σ τ = 0 dengan τ = F × ℓ Titik berat benda
tegar Z(xo, yo):

∑w1.xi ∑ w1.yi
x0 = dan y0 = , dengan w = berat benda
∑wi ∑ wi

Keterangan:
Fx = gaya yang bekerja pada sumbu x
(N) Fy = gaya yang bekerja pada sumbu
y (N)

GETARAN PADA BANDUL SEDERHANA


Keterangan:

Periode getaran ( T )
l
T = 2 π
g
Frekuensi getaran ( f)
1 1 g
f = =
T 2π l
Fase getaran ( ϕ ):
t
ϕ=
T
Sudut fase ( θ ) :
θ =2π
t

T = periode getaran (s) f =


frekuensi getaran (s) g =
percepatan gravitasi (m/s2) l
= panjang tali bandul (m)
ϕ = fase getaran
t = waktu getaran (s)

GETARAN PEGAS

Gaya pada pegas (F)


F=ky
Konstanta pegas (k)
k = m ω2
Periode pegas (T)
m
T = 2π
k
Frekuensi pegas (f)
1 kf
=
2π m
Keterangan:
F = gaya yang bekerja pada pegas
(N) k = konstanta pegas (N/m) m =
massa benda (kg)
ω= kecepatan sudut (rad/s)
GERAK HARMONIS

Persamaan simpangan gerak harmonis:


2πt y = Asin( +θ0
) = Asin(ωt +θ0 ) T
Fase (ϕ)
t
ϕ=
T
Persamaan kecepatan gerak
harmonis: dy
v = = A ω cos (ω t + θ0 ) atau dt
v = ω A2 − y2
Persamaan percepatan gerak harmonis:
dv
a = = - A ω2 sin (ω t + θ0 ) atau
dt
a = ω2..y

Paduan dua simpangan dua gerak harmonis:


y = 2 A sin π(f1 + f2) t cosπ(f1 + f2) t
Energi mekanik gerak harmonis:
Em = E p + E k = ½ m ω 2 A = ½ k A2
= 2π2 m2 f2 A2
dengan Ep = ½ k.y2 = ½ k A2sin2ω t
Ek = ½ m.v2 = ½ k A2cos2ω t

Keterangan: y =
simpangan (m) v =
kecepatan (m/s) a =
percepatan (m/s2) A =
amplitudo (m) ω =
kecepatan sudut (rad/s) t
= waktu (s) ϕ = fase θ=
sudut fase Ep = energi
potensial (J)
Ek = energi kinetik (J)
Em = energi mekanik (J)

GELOMBANG

Cepat rambat gelombang


(v) λ
v = = f .λ
T
Keterangan:
Keterangan: v = cepat rambat
gelombang (m/s) λ= panjang
gelombang (m)
f = frekuensi gelombang (Hezt)
T = periode (s)
Pembiasan gelombang
sini v1 n2
==
sin r v2 n1
Keterangan: i
= sudut
datang r =
sudut bias
v1 = cepat rambat gelombang pada medium 1
(m/s) v2 = cepat rambat gelombang pada
medium 2 (m/s) n1 = indeks bias medium 1 n2 =
indeks bias medium 2
Indeks bias suatu
medium c λ sini
n = = 0= vλ
sinr

c = cepat rambat gelombang dalam ruang hampa udara


(m/s) v = cepat rambat gelombang dalam medium (m/s)
λ0 = panjang gelombang dalam ruang hampa (m)
λ = panjang gelombang dalam medium (m)

Jarak simpul ke perut (s –

p) s – p =
Keterangan:
s – p = jarak simpul ke perut gelombang (m)
λ= panjang gelombang (m)

BUNYI SEBAGAI GELOMBANG

Hubungan intensitas bunyi dan jaraknya terhadap sumber bunyi:


I1 R22 P P
= 2 dengan I1 = = 2 dan

I 2 R1 AL1 4πR1
P P
=
I2 = 2
AL2 4πR2
Keterangan:
I1 = intensitas bunyi pertama
(W/m2) I2 = intensitas bunyi kedua
(W/m2)
R1 = jarak sumber bunyi pertama dengan pendengar
(m) R2 = jarak sumber bunyi kedua dengan pendengar
(m)
Taraf intensitas bunyi
(TI)
I
TI = 10 log
I0

Keterangan:
TI = taraf intensitas bunyi (desibel atau
dB) I0 = intensitas bunyi sebuah benda
(W/m2)
I = intensitas bunyi sejumlah benda (W/m 2)

Frekuensi layangan (f)


f = f1 – f 2

Keterangan: f1 = frekuensi gelombang


pertama (Hezt atau Hz) f2 = frekuensi
gelombang kedua (Hz)

Efek Doppler
v ± vp
fp = f
s v
∓ vs
Keterangan:
fp = frekuensi yang terdengar oleh pendengar
(Hz) fs = frekuensi sumber bunyi (Hz) v =
kecepatan bunyi di udara (m/s)
vp = kecepatan pendengar (m/s) →positif jika pendengar mendekati sumber
bunyi vs = kecepatan sumber bunyi (m/s) → positif jika sumber bunyi
menjauhi pendengar

GELOMBANG MEKANIS
Keterangan:
Simpangan pada gelombang
berjalan x
y = A sin 2πf (t ± )
v
Simpangan gelombang stasioner dari getaran
dawai
2πx
y = 2A sin cos 2π f t
λ

Keterangan:
x = jarak tiap titik (m) v =
kecepatan gelombang (m/s)
A = amplitudo (m) λ=
panjang gelombang (m)

Cepat rambat gelombang transversal dalam dawai (hukum


Marsene)
F
v=μ
Keterangan:
F = gaya tegangan dawai (N) μ=
massa tali per satuan panjang (kg/m)
v = kecepatan gelombang (m/s)

Daya yang dirambatkan oleh


gelombang
E 2mπ2 f 2 A2 2 2 2
P = = = 2μvπ f A t t
Intensitas gelombang:
P 2μvπ2 A2
I = = = 2ρvπ2 f 2 A2 AL AL

Keterangan:
P = daya yang dirambatkan gelombang
(watt) E = energi yang dirambatkan
gelombang (J) ρ= massa jenis tali (kg/m3)
A = amplitudo (m)
AL = luas penampang (m2)
I = intensitas gelombang (W/m2)
SUHU

Perbandingan skala antara termometer X dengan termometer Y:


X−X0 Y −Y0
=
Xt − X 0 Yt −Y0
Keterangan:
X = suhu yang ditunjukkan termometer x
X0 = titik tetap bawah termometer
x Xt = titik tetap atas termometer
x
Y = suhu yang ditunjukkan termometer y
Y0 = titik tetap bawah termometer y
Yt = titik tetap atas termometer y
Muai panjang ΔL α= ⇔
Lt = L0(1 + α . ∆t)
L0.Δt

Keterangan:
α = koefisien muai panjang (K-1)
∆L = Lt – L0 = perubahan panjang (m)
∆ t = perubahan suhu (K)

Muai luas
ΔA β= = 2α⇔ At=A
( 1 + β . ∆t)
A0.Δt

Keterangan:
β = koefisien muai luas (K-1) = 2α
∆A =At – A0 = perubahan luas
(m2)
∆t = perubahan suhu (K)
Muai volume
ΔV γ= ⇔ Vt = V
( 1 + γ . ∆t)
V0.Δt

Keterangan:
γ = koefisien muai volume (K-1) = 3α
∆V = Vt – V0 = perubahan volume
(m3)
∆t = perubahan suhu (K)

Kalor jenis (c)


Qc
=

m.ΔT
Keterangan:
c = kalor jenis (J . kg-1 . K-1)
∆T = perubahan suhu (K)
Q = kalor (J)

Kapasitas kalor (C)


Q
C= = m.c
ΔT

Keterangan:
C = kapasitas kalor (J/T)

Azaz Black
Qlepas = Qterima

Kalor lebur/beku
Q
Lf = m

Keterangan:
Lf = kalor lebur/beku (J.kg-
1
) Q = kalor (J)
m = massa benda (kg)

Kalor uap/didih
Q
Lu = m

Keterangan:
Lu = kalor uap/didih (J.Kg-1)
Q = kalor (J)
m = massa benda (kg)

PERPINDAHAN KALOR

Besarnya kalor pada peristiwa


konduksi: H = k.A.∆T/ℓ

Keterangan:
H = kalor yang merambat pada
medium (J) k = koefisien konduksi
termal (J s-1m-1K-1) ℓ = panjang
medium (m) A = luas penampang
medium (m2)
∆T = perbedaan suhu ujung-ujung medium (K)
Besarnya kalor pada peristiwa konveksi:
H = h.A.∆T

Keterangan:
H = kalor yang merambat pada medium (J)
h = koefisien konduksi termal (J s-1m-2K-
1
) A= luas penampang medium (m2)
∆T = perbedaan suhu ujung-ujung medium (K)

Energi pada peristiwa radiasi (berlaku hukum Stefan): E = σ T4 jika


permukaannya tidak hitam sempurna: E = e.σ T4 sementara energi
yang dipancarkan ke lingkungan:
E = e.σ (T4 - T04)

Keterangan:
σ = konstanta Stefan (5,675 . 10-8 W.m-
2
.K-1) T = suhu (K)
e = emisivitas permukaan (0 < e
<1) T0 = suhu sekitar atau suhu
lingkungan

TEORI KINETIK GAS

Tekanan gas dalam ruang


tertutup:
2N 3pV
p= .Ek ⇔ Ek =
3V 2N

Keterangan:
p = tekanan gas (pa)
Ek = energi kinetik gas (joule)
N = jumlah gas
V = volume (m3)
Hukum Boyle:
p.V = konstan
Hukum Gay Lussac:
V = K .T
Hukum Boyle-Gay
Lussac
p .V = K .T
atau p .V =
N.k.T
Persamaan gas
ideal: p .V = n . R .
T
N
dengan =n
N0
Keterangan: K =
konstanta p = tekanan
(pa atau N/m2)
T = suhu (K)
V = volume (m3)
N0 = bilangan Avogadro = 6,025.1026 k
mol-1 R = konstanta gas umum = 8,31.103
J.mol-1.K-1 k = tetapan Boltzman = 1,38.10-
23
JK-1 n = jumlah zat (mol)

Hubungan suhu mutlak dan energi kinetik partikel:


3 2
Ek = kT ⇔ T = Ek
2 3k
Energi dalam untuk gas monoatomik:

U = Ek = NkT
Energi dalam untuk gas diatomik pada suhu
rendah:

U = Ek = NkT
Energi dalam untuk gas diatomik pada suhu
sedang:

U = Ek = NkT
Energi dalam untuk gas diatomik pada suhu tinggi:

U = Ek = NkT

Keterangan:
U = energi dalam (J)
Ek = energi kinetik (J)
N = jumlah gas
T = suhu (K)
V = volume (m3)

TERMODINAMIKA

Usaha oleh lingkungan terhadap sistem (W):


W = –p.∆V

Keterangan:
W = usaha luar (J) p =
tekanan (pa) ∆V =
perubahan volume (m3)
Proses isothermal:
T = konstan ⇔ p.V = konstan
V
W = 2,3 . n RT log 2
V1 Proses isokhorik:
p
V = konstan ⇔ = konstan T
W = 0
Proses isobarik:
V
p = konstan ⇔ = konstan
T

W = p (V2 – V1)
Proses adiabatik:
pV = konstan
W = n Cv(T2 – T1) = n .Cv.∆T

Keterangan:
W = usaha luar/kerja
(J) n = jumlah zat (mol)
R = konstanta gas umum = 8,31.103 J.mol-1.K-1
T = suhu (K)
∆T = perubahan suhu (K)
V1 = volume awal (m3)
V2 = volume akhir (m3)
Cv = kapasitas kalor pada volume konstan (J/K)

Kalor yang diberikan pada suatu sistem:


Q = W + ∆U

Keterangan:
Q = kalor yang diserap/dilepas sistem (J)
∆U = perubahan energi dalam sistem (J)
W = usaha luar/kerja (J)

Kapasitas kalor gas (C):


ΔQ
C= = konstan
ΔT
ΔU +ΔW ΔU ΔW
C = = + ΔT ΔT ΔT
Keterangan:
C = kapasitas kalor gas (J/K)
∆Q = perubahan kalor (J)
∆T = perubahan suhu (K)
∆U = perubahan energi dalam (J)
Kapasitas kalor gas pada volume tetap
(CV):
⎛ΔU ⎞
Cv = ⎜ ⎟
⎝ ΔT ⎠v
Kapasitas kalor gas pada tekanan tetap
(Cp):
Cp = Cv + n R
Cp
γ=
Cv

Keterangan:
Cv = kapasitas kalor gas pada volume tetap
(J/K) Cp = kapasitas kalor gas pada tekanan
tetap (J/K) γ = tetapan/konstanta Laplace n =
jumlah zat (mol)
R = konstanta gas umum = 8,31.103 J.mol-1.K-1
Tetapan Laplace (γ) untuk gas ideal monoatomik: γ =
1,67
Tetapan Laplace (γ) untuk gas ideal diatomik: γ = 1,40

Usaha yang dilakukan pada gas dalam siklus


Carnot: W = Q1 - Q2
Q1 T1
=
Q2 T2
Persamaan umum efisiensi mesin (η):
W
η= ×100%
Q1
Efisiensi mesin Carnot:

η=⎜⎜1−
⎛ QQ12 ⎞⎟⎟⎠×100%

η=

⎜⎜1− TT12 ⎞⎟⎟⎠×100%
⎝ dengan 0
<η<1

Koefisien daya guna (K) pada mesin pendingin


Carnot:
Q Q T
K = 2
= 2= 2
W Q1 −Q2 T1
−T2

Keterangan:
W = usaha atau kerja mesin (J)
Q1 = kalor yang diserap pada suhu tinggi (J)
Q2 = kalor yang diserap paa suhu rendah (J)
T1 = suhu tinggi (K)
T2 = suhu rendah (K)
η= efisiensi mesin
(%)
K = koefisien daya guna

LISTRIK STATIS

Gaya Coulomb antara dua benda yang bermuatan


listrik
q .q
Fc = k 2 r
1 2

Keterangan:
Fc = gaya Coulomb (N)
q1, q2 = muatan listrik (C)
r = jarak kedua muatan
(m)
19 2 2
k
= = 9.10
Nm /C
4πε0

Resultan gaya Coulomb pada suatu titik


bermuatan FR = F1 + F2 + F3 +...
n
q
F = kq∑± 2i
i=1 ri
Keterangan: F = gaya
Coulomb (N) q = muatan
yang ditinjau (C)
qi = muatan-muatan yang berinteraksi dengan q (C) ri = jarak masing-masing
muatan yang berinteraksi dengan q terhadap muatan q (m)
± = tanda (+) dan (-) menunjukkan tanda arah, bukan pada jenis muatan yang berinteraksi
dengan q
Kuat medan listrik (E)
F q
E = =k
C

2 q r

Keterangan:
E = kuat medan listrik
(NC-1) FC = gaya Coulomb
(N) q = muatan listrik (C)
r = jarak antara titik dengan muatan listrik (m)

Total garis gaya listrik yang menembus suatu


permukaan q
Φ = E A cos α =
ε0
Keterangan:
Φ = jumlah total garis gaya yang menembus suatu permukaan
E = kuat medan listrik
(N/C) A = luas
permukaan (m2) α =
sudut antara E dan A q =
besar muatan listrik (C)
ε0 = 8,85 × 10-12 C2 N-1m-2

Beda energi potensial (∆Ep) antara dua titik dalam medan listrik homogen
∆Ep = – FC. ∆s cos α

Keterangan:
∆Ep = beda energi potensial
(J) Fc = gaya Coulomb (N) α
= sudut antara FC dengan ∆s
∆s = jarak antara kedua titik
(m)

Untuk membawa muatan q2 ke titik lain didekat muatan q1 yang berjarak r dari muatan itu
diperlukan energi sebesar:
q .q
W = ∆Ep = k. 1
2
r

Keterangan:
W = energi (J)
Kuat medan listrik homogen yang terdapat di antara dua plat sejajar
bermuatan σ
E=
ε0

Keterangan:
E = kuat medan listrik
σ = kerapatan muatan (jumlah muatan per satuan luas
permukaan) ε0 = 8,85 × 10-12 C2 N-1m-2

Beda potensial (∆V) antara dua titik dalam medan listrik


homogen
ΔEp
∆V = = -E ∆s cos
αq
Keterangan:
∆s = jarak antara dua titik (m)

Kapasitas kapasitor
(C) q
C=
V

Keterangan:
C = kapasitas kapasitor
(farad) q = muatan listrik (C)
V = tegangan listrik (volt)

Kapasitas kapasitor keping


sejajar:
A
C = ε
d
Keterangan:
ε = permitivitas
dialektrik A = luas
penampang (m2)
d = jarak kedua keping (m)

Kapasitas kapasitor susunan seri:


1 1 1 1 1
= + + +...+ Cs C1 C2 C3
Cn
Kapasitas kapasitor susunan paralel:
CP = C1 + C2 + C3 + … + Cn
Energi yang tersimpan dalam
kapasitor:
q2 2
W=½ =½ q.V = ½ CV
C

Keterangan:
W = energi kapasitor
(J) q = muatan listrik
(C) V = tegangan
listrik (volt)
C = kapasitas kapasitor (farad)
Cs = kapasitas kapasitor susunan seri (farad)
Cp = kapasitas kapasitor susunan pararel (farad)
RANGKAIAN ARUS LISTRIK SEARAH

Kuat arus listrik


(I) q ne
I = = tt

Keterangan:
I = kuat arus listrik (Cs-1 atau ampere
(A)) q = muatan listrik (C)
t = waktu yang dibutuhkan untuk menghantarkan arus
listrik (s) n = jumlah elektron e = muatan elektron = 1,6 .
10-19 C

Hukum Ohm
V =IR

Keterangan:
V = tegangan listrik (volt)
I = kuat arus (ampere)
R = hambatan (Ω = ohm)

Hambatan (R) pada suatu


penghantar L
R = ρA

Keterangan:
R = hambatan penghantar (Ω = ohm)
L = panjang penghantar (m) A =
luas penampang penghantar (m2)
ρ = hambat jenis bahan (Ohm . m)

Hukum Kirchoff I
ΣImasuk = ΣIkeluar Hukum Kirchoff II
ΣE + Σ I R = 0

Keterangan:
I = arus masuk (A)
E = tegangan listrik (volt)
R = hambatan listrik (ohm)

Hambatan listrik susunan seri (Rs)


Rs = R1 + R2 +… + Rn
Hambatan listrik susunan pararel
(Rp)
1 1 1 1
= + +...+ Rp R1
R2 Rn
Tegangan listrik susunan seri (Es)
Es = E1 +E2 + … + En
n.E
I=
R + nr
Tegangan listrik susunan pararel
(Ep)
Ep = E
n.E
I=
r
R+
n

Keterangan:
I = arus listrik (A)
E = tegangan listrik (volt) n = banyaknya
sumber tegangan seri r = hambatan dalam
masing-masing sumber (ohm) R = hambatan
listrik (ohm)
Energi listrik (W):
W = q V = I2 R t
Daya listrik (P):
W 2 V2
P= = I .R =
= V.I t R
Keterangan:
W = energi listrik
(J) P = daya listrik
(watt) t = waktu (s)
I = arus listrik (A)
R = hambatan listrik (ohm)
V = tegangan listrik (volt)

INDUKSI MAGNETIK

Induksi magnetik
(B):
Φ
B=
A

Keterangan:
B = induksi magnetik (weber/m2 atau tesla)
Φ = fluks magnetik (weber)
A = luas penampang (m2)

Induksi magnetik pada kawat lurus panjang


(B) μ I
B= 0
2πa

Keterangan:
B = medan magnetik (weber/m2 atau tesla) I = kuat arus listrik
(ampere) a = jarak dari suatu titik ke penghantar μ0 = permeabilitas ruang
hampa = 4π.10-7 weber/ampere.meter

Induksi magnetik pada kawat melingkar


berarus (B) μ I N μ I N
B= 0 = 0
2r L
Induksi magnetik pada selenoida di pusat:
N
B = μ0 nI dengan n =
l

Keterangan:
N = jumlah lilitan r =
jari-jari lingkaran (m) L
= panjang selenoida
(m)
n = jumlah lilitan per panjang selenoida
Induksi magnetik pada selenoida di ujung
kumparan: μ I n
B = 0
2
Induksi magnetik pada toroida:
μIN μIN R+r
B= 0 atau B = 0 dengan a =
2πR 2πa 2
Gaya Lorentz pada kawat berarus dalam medan
magnet: F = B I L sin θ
Gaya Lorenzt dengan muatan bergerak dalam medan
magnet:
F = B q v sin θ
Keterangan:
F = gaya Lorenzt (N)
B = medan magnetik (tesla
atau T) I = arus listrik (A) q =
muatan listrik (C) v = kecepatan
gerak muatan (m/s) θ= sudut
antara B dan I
= sudut antara B dan v
R = jari-jari toroida (m)

Gaya Lorenzt pada dua kawat


sejajar μ I I L
F= 0 1 2
2πa
Momen kopel (M)
M = N A B I sin θ
Keterangan:
I1 = kuat arus listrik pada kawat pertama (A)
I2 = kuat arus listrik pada kawat kedua (A)
L = panjang kawat (m) a = jarak antara dua kawat (m)
M = momen kopel (Nm)
N = jumlah lilitan
A = luas penampang kumparan (m2)
B = medan magnetik (T) I = kuat arus (A)
θ= sudut antara bidang normal dengan medan magnet

Permeabilitas relatif suatu


bahan μ
μr =
μ0
Kuat medan magnet dengan inti besi
B = μ r B0
Keterangan:
μr = permeabilitas relatif μ0 =
permeabilitas ruang hampa
μr = permeabilitas bahan
B = kuat medan magnet dengan inti besi (feromagnetik: μr >1)
B0 = kuat medan magnet tanpa inti besi (udara)

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
GGL induksi (ε) menurut hukum
Faraday
NΔΦ
ε= −
Δt
GGL induksi diri menurut hukum
Henry ΔI
ε= – L
Δt
Fluks magnetik (Φ )
Φ = B A cos θ

Keterangan:
ε = GGL induksi (volt atau V)
N = jumlah kumparan Δ
Φ = fluks magnetik (Wb)
ΔI = perubahan arus listrik
(A) Δt = perubahan waktu
(s) B = medan magnet (T)
A = luas penampang (m2)
θ= sudut antara medan magnet dan permukaan datar penampang

Induktansi diri (L)


Φ
L = N atau
I
μ0 N 2 A
L =
l
Energi yang tersimpan dalam induktor
(W) W = ½ L.I2
Induktansi silang (induktansi
bersama): μ N N A
M= 0 1 2
l
GGL induksi pada generator (ε):
εmaks = N B A ω ε=
εmaks sin ωt
sementara kuat arus (I):
Imaks = Imax sin ωt
Keterangan:
L = induktansi diri (henry atau
H) Φ = fluks magnet (Wb)
N = jumlah kumparan
I = kuat arus listrik (A) l
= panjang selenoida
(m)
μ0 = permeabilitas udara = 4π×107Wb m/A
W = energi yang tersimpan dalam induktor (J)
M = induktansi silang (henry)
N1 = jumlah lilitan pada selenoida pertama
N2 = jumlah lilitan pada selenoida
kedua A = luas penampang selenoida
(m2)
B = medan magnet (T) ω
= kecepatan sudut (rad/s)
t = waktu (s)

TRANSFORMATOR (TRAFO)

Besaran daya pada kumparan primer:


Pp = Vp . Ip = Np . Ip
Besaran daya pada kumparan sekunder:
Ps = Vs . Is = Ns . Is
Daya yang hilang:
Philang = Pp – Ps
Hubungan antara besaran-besaran pada kumparan primer dan kumparan
sekunder:
Vs Ns IP Ns
= dan = Vp N p IS N
p
Efisiensi transformator:
P
η= ×100%
s

Pp

Keterangan:
Pp = daya pada kumparan primer (watt)
Ps = daya pada kumparan sekunder (watt)
Vp = tegangan listrik pada kumparan
primer (V)
Vs = tegangan listrik pada kumparan sekunder (V)
Ip = kuat arus pada kumparan primer
(A) Is = kuat arus pada kumparan
sekunder (A)
Np = jumlah lilitan pada kumparan
primer Ns = jumlah lilitan pada
kumparan sekunder η= efisiensi
transformator (%)

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK-BALIK

Nilai sesaat
I = Imaks sin ωt
V = Vmaks sin (ωt ±θ)

Keterangan:
I = arus listrik (A)
Imaks = arus listrik maksimum (A)
V = tegangan listrik (V)
Vmaks = tegangan listrik maksimum (A)
ω= kecepatan sudut (rad/s)
t = waktu (s)

Nilai efektif
I
Ief = maks =
2
0,707.Imak
Vmaks
s
2

Vef == 0,707.Vmaks
Keterangan:
Ief = arus listrik efektif (A)
Vef = tegangan listrik efektif (V)

Rangkaian resistif
I = Imaks sin ωt
V = Vmaks sin
ωt
Prata-rata =
Ief2.R
Keterangan:
Prata-rata = daya rata-rata (watt)
R = resistor (ohm)

Reaktansi induktif (XL)


XL = ω L = 2 π f L
Impedansi rangkaian R-L:
V
Z = maks = R2 + X L2
I
maks
Tegangan rangkaian R-L:
VL = I X L
Sudut fase pada rangkaian R-
L:
X
Tg θ= L
R
X
Cos θ= L Z

Keterangan:
XL = reaktansi induktif
(ohm) ω = kecepatan
sudut (rad/s) f = frekuensi
(Hz) L = induktansi
induktor (H) Z =
impedansi (ohm)
VL = tegangan induktor
(V) R = resistor (ohm)
θ= sudut fase
Cos θ= faktor daya

Rangkaian kapasitif
I = Imaks sin ωt
V =Vmaks sin (ωt - 90o)
Reaktansi kapasitif (Xc)
VCmaks 1 1
XC = = =
Imaks ωC 2π f C

Keterangan:
XC = reaktansi kapasitif (ohm)
C = kapasitas kapasitor (farad atau F)
Impedansi rangkaian R-C
V
Z = maks = R2 + XC2
I
maks
Tegangan rangkaian R-C:
VC = I X C
Sudut fase pada rangkaian R-C:
X
Tg θ= C
R
X
Cos θ= C
Z
Kuat arus pada rangkaian R-L-C
V V V V
I= = =
R L
= C
R R X L XC
Impedansi rangkaian R-L-C
Z = R2 + (X L − XC )2
Tegangan pada rangkaian R-L-C

V = VR2 + (VL −VC )2


Beda sudut fase pada rangkaian R-
L-C
X−X V −V
tg θ = LC
=L C
R VR
R
cos θ=
Z
Resonansi pada rangkaian R-L-C
Syaratnya XL = XC sehingga:
1 1
f = 2π LC

Keterangan:
f = frekuensi resonansi
(Hz) L = induktansi
induktor (H)
C = kapasitas kapasitor (F)

Harga impedansinya berharga minimum:


Z = R
Daya rata-rata (Pr)
Pr = Ief .Vef cos θ= Ief2.R cos θ Keterangan: θ= sudut fase

Daya semu (Ps)


Ps = Ief .Vef = Ief2.R
Faktor daya (cos θ)
Pr
cos θ =
Ps

OPTIKA GEOMETRI

Pemantulan cahaya
Hukum Snellius: sinar datang (i), sinar pantul (r), dan garis normal (N) terletak pada satu
bidang datar; dan sudut datang sama dengan sudut pantul. Pembiasan cahaya n = indeks
bias
c
n= v
n
n2,1 = 2
n1
n1 sin i = n2 sin r
sini n2 v1 λ1
= = =
sinr n1 v2 λ2

Keterangan: i =
sudut datang r =
sudut bias n =
indeks bias mutlak
c = kecepatan cahaya di ruang vakum/hampa = 3 ×
108 m/s v = kecepatan cahaya dalam suatu medium
(m/s) n2,1 = indeks bias relatif medium 1 terhadap
medium 2 n1 = indeks bias medium 1 n2 = indeks bias
medium 2 v1 = kecepatan cahaya di medium 1 (m/s) v2
= kecepatan cahaya di medium 2 (m/s) λ1= panjang
gelombang di medium 1 (m) λ2 = panjang gelombang di
medium 2 (m)
Pembiasan pada prisma
Besarnya sudut deviasi (D) pada prisma:
D = (i1 + r2) - β
Sudut deviasi minimum (Dmin) berlaku pada prisma:

Dmin = 2i1 – β, dan r1 =


Sementara untuk sudut Dmin dan β yang kecil berlaku:
Dmin = (n – 1).β

Keterangan:
β = sudut puncak (pembias) prisma
Pembiasan pada bidang sferis
(lengkung): n1 n2 n2 − n1
+ = s s' R
Pembesaran (m) yang terjadi pada bidang
sferis: n s' h'
m = = n2s h
1

Keterangan: n1 = indeks bias


medium n2 = indeks bias lensa s
= jarak benda (m) s’ = jarak
bayangan m) h = tinggi benda
(m) h’ = tinggi bayangan (m) R
= jari-jari kelengkungan lensa
(m)
Pembiasan pada benda yang berada di dalam kedalaman berbentuk bidang
datar:
n
s’ = 2 s
n1
Keterangan:
s' = kedalaman benda yang terlihat (m)

Sifat-sifat bayangan pada cermin datar:


- Jarak bayangan ke cermin (s’) = jarak benda ke
cermin (s)
- Tinggi bayangan (h’) = tinggi benda (h)
- Sifat bayangan: tegak dan maya (tidak dapat
ditangkap layar) Perbesaran bayangan oleh cermin datar:
h'
M= =1
h
Jarak fokus (f) pada cermin lengkung:
1 1 1 2
+ = =
s s'
f R
atau
R s'.s
f= =
2 s'+s
Jarak benda (s) pada cermin lengkung:
s'. f
s=
s'− f
Jarak bayangan (s’) pada cermin lengkung:
s. f
s'=
s−f
Pembesaran (M) pada cermin lengkung:
M = atau s ' h'
=
s h
f
M = atau s −
f s'− f
M=
f
Keterangan:
f = jarak fokus (m)
R = jari-jari kelengkungan cermin
(m) s = jarak benda (m) s’ = jarak
bayangan (m) h = tinggi benda
(m) h’ = tinggi bayangan (m)
M = pembesaran

Jarak fokus pada pembiasan cahaya di


lensa:

1 ⎛ nm1 ⎞⎟⎟⎛⎜⎜ R11 + R12


⎞⎟⎟⎠ f =⎜⎜⎝ n −1⎠⎝
Kekuatan lensa (P):
1
P=
f
Kekuatan lensa dan jarak fokus lensa
gabungan: Pgab = P1 + P2 + ...
1 1 1
= + + ...
fgab f1 f2

Keterangan:
f = jarak fokus lensa
(m) n1 = indeks bias
lensa nm = indeks bias
medium
R1 = jari-jari kelengkungan lensa 1 (m)
R2 = jari-jari kelengkungan lensa 2 (m)
P = kekuatan lensa (dioptri) Pgab =
kekuatan lensa gabungan (dioptri)
fgab = jarak fokus lensa gabungan (m)

ALAT-ALAT OPTIK
Titik dekat mata normal (PP) = 25
cm Titik jauh mata normal (PR) =
~ Rabun jauh (miopi):
PP < 25 cm dan PR < ~
1
P=−
PR
Rabun dekat (hipermetropi):
PP > 25 cm
1 1
P = − s PR
Keterangan:
P = kekuatan lensa (dioptri)
s = jarak benda (m)

Lup
Sifat bayangan pada lup (kaca pembesar): maya, tegak,
diperbesar Pembesaran anguler pada lup saat mata tidak
berakomodasi: s x
γ = = , sn = jarak titik dekat mata f
n

f
Pembesaran anguler pada lup saat mata berakomodasi
maksimal:
s
γ = + 1 dengan sn = 25 cm
n

f
Pembesaran anguler pada lup saat mata berakomodasi pada
jarak x: s s S f − d
γ= + n = n (1+) f
n
x f
x
Pembesaran sudut pada
lup: s − s'⎛ s ⎞
γ = = ⎜ ⎟ s s ⎝− s'+d ⎠
n n

Keterangan: γ= pembesaran sudut atau


pembesaran anguler
Sn = jarak titik dekat mata (m) f =
jarak titik api atau titik fokus lup (m)
d = jarak lup ke mata (m) x = jarak
akomodasi (m) s = jarak benda (m)
s’ = jarak bayangan (m)
Mikroskop
Sifat bayangannya: maya, terbalik, diperbesar
Panjang mikroskop:
d = fob + fok
Pembesaran linear total:
s' s'
M = Mob . Mok = ob × ok
sob sok
Pembesaran sudut total untuk mata yang tidak berakomodasi:
s' s'
M = Mob . Mok = ob × ok
sob sok

Pembesaran sudut total untuk mata yang berakomodasi


maksimum:
s'⎛s ⎞
M = Mob . Mok = sobob × ⎜⎜⎝ fokn +1⎟⎟⎠

Keterangan:
M = pembesaran linear total
Mob = pembesaran lensa obyektif Mok =
pembesaran lensa okuler sob = jarak benda di
depan lensa obyektif (m) s’ob = jarak bayangan
yang dibentuk lensa obyektif (m) sok = jarak
benda di depan lensa okuler (m) s’ok = jarak
bayangan yang dibentuk lensa okuler (m)
fob = fokus lensa obyektif
(m) fok = fokus lensa
okuler (m) d = panjang
mikroskop (m)

Teropong
Panjang teropong:
d = fob + fok
Pembesaran bayangan untuk mata yang berakomodasi
maksimum: f
M = +1 fok
ob

Pembesaran bayangan untuk mata yang tidak berakomodasi


maksimum f
M = ob
fok

Dispersi Cahaya
Sudut dispersi prisma (φ):
φ = Du - Dm
Daya dispersi (Φ):
Φ = (nu – nm) β

Keterangan:
Du = sudut deviasi warna
ungu Dm = sudut deviasi
warna merah nu = indeks
bias warna ungu
nm = indeks bias warna merah

Interferensi Cahaya
Interferensi cahaya pada celah ganda (percobaan
Young) Garis terang (interferensi maksimum): λ
pd
sin α =m , dengan
=mλd L
Garis gelap (interferensi minimum):
λ pd ⎛ 1⎞
sin α =(2m +1) , dengan = ⎜m + ⎟ λ
2d L ⎝ 2⎠

Keterangan:
λ= panjang gelombang (m) p =
jarak pola ke terang pusat (m)
d = jarak celah (m) L = jarak
celah ke layar (m) m = orde =
0, 1, 2, 3, ...

Interferensi cahaya pada selaput tipis


Garis terang (interferensi maksimum):
⎛ 1⎞
2nd cos r = ⎜m + ⎟λ
⎝ 2⎠
Garis gelap (interferensi minimum):
2nd cos r = mλ
Keterangan: n =
indeks bias lapisan d
= tebal lapisan (m) r =
sudut bias m = order
= 0, 1, 2, 3, ...
Difraksi Cahaya
Difraksi cahaya pada celah tunggal:
Garis terang (interferensi maksimum):
⎛ 1⎞ pd ⎛ 1⎞
d sin α = ⎜m + ⎟ λ dengan = ⎜m + ⎟ λ
⎝ 2⎠ L ⎝ 2⎠
Garis gelap (interferensi
minimum):
pd
d sin α = mλ , dengan = mλ
L
Difraksi cahaya pada kisi difraksi:
Garis terang (interferensi
maksimum):
d sin α = mλ
pd
= mλ
L
1d
=
N
Garis gelap (interferensi minimum):
⎛ 1⎞ pd ⎛ 1⎞
d sin α = ⎜m + ⎟ λ dengan = ⎜m + ⎟ λ
⎝ 2⎠ L ⎝ 2⎠

Keterangan: d = jarak celah (m)


p = jarak pola ke terang pusat
(m) N = jumlah garis per satuan
panjang λ = panjang gelombang
(m)
α = sudut antara sinar yang dilenturkan dengan garis normal
Polarisasi Cahaya
Sudut polarisasi menurut hukum Brewster karena pembiasan dan
pemantulan: n'
tan p =
n
p + r = 90o
Keterangan: p = sudut
pantul r = sudut bias n
= indeks bias medium
1
n’ = indeks bias medium 2

KONSEP ATOM
Percobaan
Thomson e 11
= 1,7 × 10 C/kg
m
Keterangan:
e = muatan elementer = 1,60204 × 10-19 C
me = massa elektron = 9,11 × 10-31 kg

Deret Lyman
1 1
= R(1− 2 ) ; n = 2, 3, 4, …
λ n
Deret Paschen
1 1 1
= R( 2 − 2 ) ; n = 4, 5, 6, … λ 3
n
Deret Bracket
1 1 1
= R( 2 − 2 ) ; n = 5, 6, 7, … λ 4
n
Deret Pfund
1 1 1
= R( 2 − 2 ) ; n = 6, 7, 8, …
λ5 n
Keterangan:
λ= panjang gelombang (m)
R = tetapan Rydberg (1,0074×107 m-1)

Model atom Bohr


h
m.v.r = n ( ) 2π
rn = 5,3 . 10 .n
-11 2

13,6
En = – 2 (dalam
eV) n
2,174.10−18
En = – 2
(dalam J) n

Keterangan:
En = energi elektron pada kulit ke-n
(eV) m = massa partikel (kg) v =
kecepatan partikel (m/s) r = jari-jari
orbit (m) n = bilangan kuantum
utama = 1, 2, 3, ... h = konstanta
Planck = 6,63 × 10-23 JS

Energi radiasi
h . f = E1 – E 2

Keterangan:
hf = energi radiasi
E1 = energi awal atom
E2 = energi keadaan akhir atom

INTI ATOM

Nuklida jenis inti atom ditulis: ZA X

Keterangan:
X = jenis inti atom atau nama unsur
A = nomor massa (jumlah proton + jumlah neutron)
Z = nomor atom (jumlah proton)
Jumlah netron: N = A – Z

Massa defek mD
= mi – mr, atau:
mD = (Z.mp + N.mn) – mr
Energi ikat inti:
E b = mD . c 2

Keterangan:
mD = massa defek (kg) mi = massa inti (kg)
mr = massa proton ditambah massa neutron
(kg)

Waktu paruh (T½)


t
N = No (½)n dengan n =
T

T½ =
Umur rata-rata:
1 T12
T = = = 1,44 T½ λ ln 2
Keterangan:
N = jumlah sisa bahan yang
meluruh N0 = jumlah bahan mula-
mula t = waktu peluruhan (s)
λ= konstanta peluruhan (disentregasi/s)

T = umur rata-rata (tahun)


T = waktu paruh (s)

Energi foton dalam spektrum emisi:


Efoton = E2 - E1 = h.f

Keterangan:
Efoton = energi foton (J) h =
konstanta Planck = 6,63×10-34 Js
f = frekuensi (Hz)

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

Cepat rambat gelombang magnetik


(c)
1
c = εμ

Keterangan:
c = kecepatan atau cepat rambat gelombang elektromagnetik
(m/s) ε= permitivitas medium (C2/Nm2)
μ= permeabilitas medium (Wb.m/A)

Cepat rambat gelombang magnetik di ruang


hampa
1
c=
ε0μ0

Keterangan:
ε0 = permitivitas listrik ruang hampa = 8,85×10-12 C2/N.m2
μ 0 = permeabilitas magnet ruang hampa = 4π×10-7 Wb/A.m

Laju energi rata-rata per m2 luas permukaan (S )


E −B B
S = maks maks atau S = ½ Emaks.Hmaks jika Hmaks
= 2μ0μ0
Induksi magnetik pada gelombang elektromagnetik:
E = μ0 H.v = c.B dan Emaks = c.Bmaks

Keterangan:
S = laju energi rata-rata yang dipindahkan tiap m 2 luas permukaan
Emaks = medan listrik maksimum (N/C) Bmaks = medan
magnet maksimum (T) μ0 = permeabilitas magnet
ruang hampa = 4π×10-7 Wb/A.m v = kecepatan (m/s)
c = cepat rambat gelombang elektromagnetik (m/s)
H = intensitas medan magnet
Energi radiasi kalor
E P
W= = = e.τ.T 4
t.A A

Keterangan:
W = energi persatuan waktu persatuan luas (watt.m -2)
P = daya (watt)
e = koefisien emisivitas (0 < e < 1)
e = 0 → benda putih
sempurna e = 1 → benda
hitam sempurna
τ = konstanta Stefans-Boltzman = 5,67.10-6 watt.m-2K-4

Hukum pergeseran Wien


b = λmaks . T

Keterangan: λmaks = panjang gelombang yang dipancarkan pada


energi maksimum (m)
b = tetapan pergeseran Wien = 2,8978.10 -3 mK
T = suhu mutlak (K)

Teori kuantum
Planck
hc
Efoton = h f =
λ
hc
Etotal = n h f = n
λ
E h
P==cλ
Keterangan:
h = tetapan Planck = = 6,63×10-34
Js c = kecepatan cahaya (m/s) E
= energi foton (J)
P = momentum foton (kg m/s)
λ= panjang gelombang (m)
n = jumlah foton
f = frekuensi foton (Hz)

Efek fotolistrik
Ek = E – W= hf – W
W = h . f0
Ek = h (f – f0)

Keterangan:
Ek = energi kinetik elektron
(J) W = fungsi kerja logam
(J) f = frekuensi foton (Hz)
f0 = frekuensi ambang (Hz)
h = konstanta Planck = 6,63×10-34 Js

Efek Campton
E hf h
P===ccλ
h
∆λ = λ’ – λ = (1−
cosϕ) me.c
Keterangan: P =
momentum foton (kg m/s)
λ= panjang gelombang (m)
h = tetapan Planck c = kecepatan
cahaya = 3 ×108 m/s λ’ = panjang
gelombang foton terhambur (m) λ =
panjang gelombang foton datang (m)
h
= panjang gelombang Compton = 0,0243 Å
me.c
ϕ = sudut hamburan foton
me = massa diam elektron = 9,1 × 10-23 kg

Teori de Broglie
hh
λ= = mv P
h h
λ= atau λ=
2mqv 2mEk

Keterangan:
m = massa partikel (kg) v =
kecepatan partikel (m/s) λ =
panjang gelombang (m) P =
momentum partikel (kg m/s)
q = muatan partikel (C)
TEORI RELATIVITAS
Kecepatan relatif terhadap acuan diam:
vx' +v
v =
x vx ' v
1+ 2
c
' x −v.t
x = 2
v
1− 2
c
vx
t− 2
t'= c
2
v
1− 2
c

Keterangan:
vx = kecepatan relatif terhadap acuan diam (m/s) vx’ =
kecepatan relatif terhadap acuan bergerak (m/s) v =
kecepatan acuan bergerak terhadap acuan diam (m/s) c =
kecepatan cahaya = 3 × 108 m/s x = tempat kedudukan
peristiwa menurut kerangka acuan pertama x' = tempat
kedudukan peristiwa menurut kerangka acuan kedua t =
waktu peristiwa menurut kerangka acuan kedua (s)
t = waktu peristiwa menurut kerangka acuan pertama (s)

Kontraksi Lorenzt
2
v L
L' = L 1− 2 =
c b
Dilatasi waktu
∆t’ = Δt
2 ⇔ ∆t = b.∆t
v ’
1− 2
c
Relativitas massa/massa relativistik
m0
m= 2 =b m
v 0
1− 2
c

Keterangan:
L’ = panjang benda oleh pengamat bergerak (m)
L = panjang benda oleh pengamat diam (m)
2
v
1− 2
1b= c = konstanta
transformasi
∆t = lama waktu oleh pengamat diam (s)
∆t’ = lama waktu oleh pengamat
bergerak (s) m = massa benda bergerak
(kg)
m0 = massa benda diam (kg)
Relativitas momentum/momentum relativistik:
m .v
2
v
1− 2
p = m .v = c 0= bm0 v
Relativitas energi/energi relativistik:
Untuk benda yang
bergerak: m0.c2 2E=
2
v
1− 2
c = bm0 c
Untuk benda diam:
m0 c2 2
E0 = = m 0 c
1−0
Energi kinetik
rel
ati
vis
tik:
2
mc
2
v
1− 2 0
Ek = E - E0 = c − m0 c2 = (b −1)m0.c2

Keterangan:
p = momentum relativistik (kg m/s)
E0 = energi diam (J)
E = energi total (J) , Ek = energi kinetik

Anda mungkin juga menyukai