VEKTOR
v = vx 2
+vy 2 + 2vxvy cosα
x x
Keterangan:
vx = vektor pada sumbu x
vy = vektor pada sumbu y
v = resultan dari dua
vektor
α = sudut antara vx dan vy
Kelajuan rata-rata
(vr) s
vr =
Δt
Kelajuan sesaat (vt)
s
vt = lim
Δ→t0 Δt
Kecepatan rata-rata (vr )
Δs
vr =
Δt
Keterangan:
s = jarak tempuh (m)
Δs = perubahan jarak benda
(m) t = waktu (s)
Δt = selang waktu (s)
PERLAJUAN DAN PERCEPATAN
Keterangan:
ar = perlajuan rata-rata
(m/s2) at = perlajuan sesaat
(m/s2)
Δv = perubahan kecepatan (m/s)
Δt = perubahan waktu atau selang waktu
(s) v1 = kecepatan awal benda (m/s)
v2 = kecepatan kedua benda (m/s)
Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t
(m) s0 = kedudukan benda awal (m) v
= kecepatan benda (m/s)
t = waktu yang diperlukan (s)
Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t
(m) s0 = kedudukan awal benda (m)
vt = kecepatan benda saat t (m/s) vo
= kecepatan benda awal (m/s) a =
percepatan benda (m/s2)
t = waktu yang diperlukan (s)
Kedudukan saat t
st = s0 + ½ g . t2
Kecepatan saat t vt = g . t
v2 = 2 . g . h
Ketinggian benda (h)
h = ½ g . t2
Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t
(m) s0 = kedudukan awal benda (m)
vt = v = kecepatan benda saat t (m/s)
t = waktu yang diperlukan (s)
g = percepatan gravitasi = 10 m/s
2g
Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t (m) s0
= kedudukan awal benda (m) vt = v =
kecepatan benda saat t (m/s) v0 =
kecepatan benda awal (m/s) t = waktu yang
diperlukan (s) g = percepatan gravitasi = 9,8
m/s2 atau 10 m/s2
Hukum I Newton
∑F=0
Hukum II Newton
F
a =
m
F = m .a
Hukum III Newton
Faksi = – Freaksi
Gaya berat (w)
W = m .g
Keterangan:
F = gaya yang berlaku pada benda (N atau kg m/s 2)
W = gaya berat pada benda
(N) m = massa benda (kg) a
= percepatan benda (m/s2)
g = percepatan gravitasi = 9,8 m/s2 atau 10 m/s2
KATROL TETAP
Percepatan (a)
W −W a
=B A
mA + mB
Tegangan (T)
2m
T = . B dengan WB = mB g mA +
A W
mB
2m
T = .WA dengan WA = mA g mA
B
+ mB
Keterangan:
WA = gaya berat pada benda A
(N) WB = gaya berat pada
benda B (N) a = percepatan
benda (m/s2) mA = massa
benda A (kg) mB = massa
benda B (kg)
GERAK PARABOLA
Keterangan:
x = jarak jangkauan benda yang dilempar dari
menara (m) vox = kecepatan awal pada sumbu x
(m/s) vy = kecepatan benda pada sumbu y (m/s)
v = kecepatan benda saat dilempar
(m/s) v0 = kecepatan awal (m/s)
h = tinggi (m) g = percepatan gravitasi = 9,8
m/s2 atau 10 m/s2
v0 y v0 sinα 2h
tmaks = = = g g g
Keterangan:
tmaks = waktu yang ditempuh saat mencapai titik tertinggi (s)
tterjauh = waktu yang ditempuh saat mencapai titik terjauh (s)
v0y = kecepatan awal pada sumbu y
(m/s) v0 = kecepatan awal (m/s)
h = tinggi (m) hmaks =
tinggi maksimum (m)
xmaks = jarak terjauh (m)
α= sudut elevasi
asp = =ω R R
Gaya sentripetal (Fsp)
v2
Fsp = m a = m = mω2 R
R
Keterangan:
s = lintasan busur (rad.m) θ =
jarak benda pada lintasan (rad)
R = jari-jari lintasan
(m) f = frekuensi
(Hezt) T = periode
(s)
v = laju/kecepatan linear (m/s)
ω = kecepatan sudut (rad/s) asp
= percepatan sentripetal (m/s2)
Fsp = gaya sentripetal (N) m =
massa benda (m)
a = percepatan linear (m/s2)
Keterangan:
ω1 = kecepatan sudut poros pertama
(rad/s) ω2 = kecepatan sudut poros
kedua (rad/s) v1 = kecepatan linear
poros pertama (m/s) v2 = kecepatan
linear poros kedua (m/s) R1 = jari-jari
poros pertama (m)
R2 = jari-jari poros kedua (m)
GAYA GRAVITASI
Gaya gravitasi (F)
mM
F=G 2
R
Percepatan gravitasi (g)
M
g= G
2
R
Keterangan:
F = gaya gravitasi (N)
m = massa benda
(kg)
M = massa bumi (kg)
R = jarak massa bumi dan massa benda (m)
G = tetapan gravitasi umum = 6,673 × 10-11 Nm2 . kg-2
Usaha (W)
W = F s cos θ
W=Fs
Energi potensial gravitasi (Ep)
Ep = m g h
Usaha dan energi potensial gravitasi
W = Δ Ep = m g (h2 – h1) dengan h = h2 – h1
Keterangan:
W = usaha (J atau kg m/s)
F = besar gaya yang digunakan untuk menarik
benda (N) s = jarak pergeseran atau perpindahan
benda (m) θ = sudut antara arah gaya dan arah
perpindahan
Ep = energi potensial gravitasi (J)
Δ Ep = perubahan energi gravitasi
(J) m = massa benda (kg) g =
percepatan gravitasi (10 m/s2) h =
ketinggian benda (m) h1 =
ketinggian benda awal (m)
h2 = ketinggian benda akhir (m)
Energi kinetik (Ek)
Ek = m v 2
Usaha dan energi kinetik
W = Δ Ek = m (v2 2 – v12)
Energi mekanik (Em)
Em = Ep + Ek = = m . g . h + m.v2
Keterangan:
Ep = energi potensial (J)
Ek = energi kinetik (J) m
= massa benda (kg) v =
kecepatan benda (m/s)
w = usaha (J)
v1 = kecepatan awal benda
(m/s) v2 = kecepatan akhir
benda (m/s) Em = energi
mekanik (J) g = percepatan
gravitasi h = ketinggian benda
(m) Ep1 = energi potensial
awal (J) Ep1 = energi
potensial akhir (J)
Ek2 = energi kinetik awal (J)
Ek1 = energi kinetik awal (J)
Δ Ek = perubahan energi kinetik (J)
Daya (P)
ΔE W F.s
P= = = = F. v
Δt Δt Δt
Keterangan:
P = daya (J/s atau watt
(W)) Δ E = perubahan
energi (J) W = usaha (J)
F = gaya (N) s = jarak
(m) v = kecepatan (m/s)
Δ t = perubahan waktu (s)
MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN
Momentum (p)
p= mv
Impuls (I)
I = F Δt
Hubungan momentum dan
impuls: F Δt = m v
Keterangan: p =
momentum (kg m/s) I
= impuls (N/s) F =
gaya (N) m = massa
benda (kg) v =
kecepatan (m/s)
Δt = perubahan waktu (s)
Keterangan:
Ek = energi kinetik sebelum tumbukan (J) Ek’
= energi kinetik sesudah tumbukan (J) p =
momentum sebelum tumbukan (kg m/s) p’ =
momentum sesudah tumbukan (kg m/s) m1 =
massa benda 1 sebelum tumbukan (kg) m2 =
massa benda 2 sebelum tumbukan (kg) m1’ =
massa benda 1 sesudah tumbukan (kg) m2’ =
massa benda 2 sesudah tumbukan (kg) v1 =
kecepatan benda 1 sebelum tumbukan (m/s)
v2 = kecepatan benda 2 sebelum tumbukan
(m/s) v1’ = kecepatan benda 1 sesudah
tumbukan (m/s) v2’ = kecepatan benda 2
sesudah tumbukan (m/s)
e = koefisien restitusi
Tumbukan lenting
sempurana e = 1
v = v’
∑ p = ∑ p’
∑ Ek = ∑ Ek ’
Tumbukan lenting sebagian
0<e<1
v ≠ v’
∑ p = ∑ p’
∑ Ek > ∑ Ek’
Tumbukan tidak lenting sama
sekali e = 0 m1 v1 + m2 v2 = (m1 +
m2) v ’
Keterangan:
v ’ = kecepatan benda setelah tumbukan (m/s)
ELASTISITAS
Tegangan (τ)
F
τ =
A
Keterangan:
τ = tegangan (N.m-2)
F = gaya (N)
A = luas penampang benda (m2)
Regangan
(ε) ΔL ε =
L0
Keterangan: ε
= regangan (m)
ΔL = perubahan panjang benda (m)
L0 = panjang awal benda (m)
Modulus Young (Y)
F ΔL
Y=τ/ε=
AL0
Hukum Hooke
F = – k. Δx
Ep = k (x)²
Keterangan:
F = gaya pada pegas (N) Ep
= energi potensial pegas (J)
k = konstanta pegas
Δx = perubahan panjang pegas (m)
Keterangan:
ρ= massa jenis benda (kg/m3)
m = massa benda (kg) V =
volume benda (kg) S = berat
jenis benda (kg/m2s2)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Tekanan (P)
F
P=
A
Tekanan pada fluida tak bergerak:
Ph = ρ.g.h
Keterangan:
Ph = tekanan hidrostatis (pascal atau N/m2)
F = gaya permukaan (N) A =
luas permukaan benda (m2)
ρ= massa jenis (kg/m3)
h = jarak antara titik dengan permukaan zat cair (m)
Keterangan:
PA = tekanan hidrostatis di titik A (pascal (pa) atau
N/m2) PB = tekanan hidrostatis di titik B (pascal (pa))
Pc = tekanan hidrostatis di titik C (pascal (pa))
P0 = tekanan udara luar (pascal (pa))
1 atm = 1,01 x 105 pa
Hukum Pascal
P1 =P2
F1 F2
=
A1 A2
Keterangan:
P1 = tekanan hidrostatis di daerah 1 (pa)
P2 = tekanan hidrostatis di daerah 2 (pa)
F1 = gaya permukaan daerah 1 (N)
F2 = gaya permukaan daerah 2 (N)
A1 = luas permukaan penampang 1 (m2)
A2 = luas permukaan penampang 2 (m2)
Hukum Archimedes
FA = ρf .g.Vf
Keterangan: FA = gaya
archimedes (N) ρf = massa
jenis cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2) Vf
= volume benda yang tercelup
(m3)
Tegangan permukaan
(γ)
F
γ=
Keterangan: γ = tegangan
permukaan (N/m) F = gaya
permukaan (N)
l = panjang (m)
Sudut kontak pada meniskus cekung:
Fadhesi > Fkohesi dan sudut kontak θ < 90°
(runcing) Sudut kontak pada meniskus
cembung:
Fadhesi < Fkohesi dan sudut kontak θ > 90°
(tumpul)
Kapilaritas
2γcosθ
y=
ρ.g.r
Keterangan:
y = tinggi cairan dalam pipa kapiler
(m) γ = tegangan permukaan (N/m)
ρ= massa jenis cairan (kg/m3)
θ= sudut kontak g =
percepatan gravitasi (m/s2)
r = jari-jari pipa kapiler (m)
Keterangan:
f = gaya geser oleh fluida terhadap bola (N)
μ = koefisien viskositas
r = jari-jari bola (m)
v = kecepatan bola dalam fluida (m/s)
FLUIDA BERGERAK
Keterangan:
Q = debit fluida (m3/s) V
= volume fluida (m3) t =
waktu fluida mengalir (s)
A = luas penampang
(m2)
v = kecepatan fluida (m/s)
Persamaan kontinuitas
A.v = konstan
A1.v1 = A2.v2
Keterangan:
A1 = luas penampang di daerah 1 (m2) A2 = luas
penampang di daerah 2 (m2) v1 = kecepatan fluida di
daerah 1 (m/s) v2 = kecepatan fluida di daerah 2
(m/s)
Hukum Bernoulli
P + ρ.g.h + ½ ρ.v2 = konstan
P1 + ρ.g.h1 + ½ ρ.v12 = P2 + ρ.g.h2 + ½ ρ.v22
Keterangan:
P1 = tekanan fluida di daerah 1 (pa) P2 = tekanan
fluida di daerah 2 (pa) h1 = tinggi pada daerah 1 (m) h2
= tinggi pada daerah 2 (m) v1 = kecepatan fluida pada
daerah 1 (m/s) v2 = kecepatan fluida pada daerah 2
(m/s)
2gh
v1 = 2
⎛A⎞
⎜⎜ 1 ⎟⎟ −1
⎝ A2 ⎠
Keterangan:
v1 = kecepatan fluida yang masuk ke tabung venturi (m/s)
A1 = luas penampang pada bagian 1 (m2) A2 = luas
penampang pada bagian 2 (m2)
h = selisih tinggi fluida pada tabung venturi (m)
Keterangan:
v = kecepatan fluida pada tabung pitot (m/s)
h = selisih tinggi fluida (m)
ρ= massa jenis fluida (kg/m3) ρ’ = massa jenis fluida di dalam cairan
manometer (kg/m3)
F1 − F2 = ρA(v22 −v12 )
Keterangan:
F1 = gaya angkat di bawah sayap (N) F2 = gaya
angkat di atas sayap (N) ρ= massa jenis fluida
(udara) (kg/m3)
v1 = kecepatan fluida di bawah sayap (m/s) v2 =
kecepatan fluida di atas sayap (m/s)
http://pak-anang.blogspot.com
GERAK TRANSLASI
2 2 ay dengan |a | =
ax + ay dan arahnya tan θ = ax
Persamaan gerak translasi: dv
a= ⇔ v =∫ adt =a.t + v0
dt
dr 1
v= ⇔ r =∫vdt =∫(a.t + v0 )dt = a.t 2 +v0.t + r0 dt
2
Keterangan:
r0 = jarak awal kedudukan benda (m) r =
perpindahan benda (m) v0 = kecepatan awal (m/s)
v = kecepatan setelah t (m/s) a = percepatan
gerak benda (m/s2)
t = waktu (s)
GERAK ROTASI
Keterangan:
Kecepatan sudut rata-rata (ωr )
Δθ
ωr = tan φ = Δt
Kecepatan sudut sesaat (ω):
Δθ dθ
ω= lim =
Δ→t0 Δt dt
Percepatan sudut rata-rata:
Δω
αr =
Δt
Percepatan sudut sesaat:
dω d 2θ
α= lim =2
Δ→t0 dt dt
ωr = kecepatan sudut atau anguler rata-rata (rad/s) ω=
kecepatan sudut (rad/s) αr = percepatan sudut rata-rata (rad/s2)
α= percepatan sudut (rad/s) φ = sudut elevasi
Δθ= perubahan jarak benda pada lintasan (rad)
Δω= perubahan kecepatan sudut benda (rad/s)
Δt = perubahan waktu (s)
Keterangan:
θ0 = kedudukan awal benda (rad) ω0 = kecepatan
sudut awal (rad/s) R = jari-jari lintasan (m)
∑ Fxi.yi y0 = , dengan Rx
= ΣFxi
Rx
Syarat keseimbangan benda tegar memiliki: keseimbangan translasi: Σ Fx = 0 dan
Σ Fy = 0 juga keseimbangan rotasi: Σ τ = 0 dengan τ = F × ℓ Titik berat benda
tegar Z(xo, yo):
∑w1.xi ∑ w1.yi
x0 = dan y0 = , dengan w = berat benda
∑wi ∑ wi
Keterangan:
Fx = gaya yang bekerja pada sumbu x
(N) Fy = gaya yang bekerja pada sumbu
y (N)
Periode getaran ( T )
l
T = 2 π
g
Frekuensi getaran ( f)
1 1 g
f = =
T 2π l
Fase getaran ( ϕ ):
t
ϕ=
T
Sudut fase ( θ ) :
θ =2π
t
GETARAN PEGAS
Keterangan: y =
simpangan (m) v =
kecepatan (m/s) a =
percepatan (m/s2) A =
amplitudo (m) ω =
kecepatan sudut (rad/s) t
= waktu (s) ϕ = fase θ=
sudut fase Ep = energi
potensial (J)
Ek = energi kinetik (J)
Em = energi mekanik (J)
GELOMBANG
p) s – p =
Keterangan:
s – p = jarak simpul ke perut gelombang (m)
λ= panjang gelombang (m)
I 2 R1 AL1 4πR1
P P
=
I2 = 2
AL2 4πR2
Keterangan:
I1 = intensitas bunyi pertama
(W/m2) I2 = intensitas bunyi kedua
(W/m2)
R1 = jarak sumber bunyi pertama dengan pendengar
(m) R2 = jarak sumber bunyi kedua dengan pendengar
(m)
Taraf intensitas bunyi
(TI)
I
TI = 10 log
I0
Keterangan:
TI = taraf intensitas bunyi (desibel atau
dB) I0 = intensitas bunyi sebuah benda
(W/m2)
I = intensitas bunyi sejumlah benda (W/m 2)
Efek Doppler
v ± vp
fp = f
s v
∓ vs
Keterangan:
fp = frekuensi yang terdengar oleh pendengar
(Hz) fs = frekuensi sumber bunyi (Hz) v =
kecepatan bunyi di udara (m/s)
vp = kecepatan pendengar (m/s) →positif jika pendengar mendekati sumber
bunyi vs = kecepatan sumber bunyi (m/s) → positif jika sumber bunyi
menjauhi pendengar
GELOMBANG MEKANIS
Keterangan:
Simpangan pada gelombang
berjalan x
y = A sin 2πf (t ± )
v
Simpangan gelombang stasioner dari getaran
dawai
2πx
y = 2A sin cos 2π f t
λ
Keterangan:
x = jarak tiap titik (m) v =
kecepatan gelombang (m/s)
A = amplitudo (m) λ=
panjang gelombang (m)
Keterangan:
P = daya yang dirambatkan gelombang
(watt) E = energi yang dirambatkan
gelombang (J) ρ= massa jenis tali (kg/m3)
A = amplitudo (m)
AL = luas penampang (m2)
I = intensitas gelombang (W/m2)
SUHU
Keterangan:
α = koefisien muai panjang (K-1)
∆L = Lt – L0 = perubahan panjang (m)
∆ t = perubahan suhu (K)
Muai luas
ΔA β= = 2α⇔ At=A
( 1 + β . ∆t)
A0.Δt
Keterangan:
β = koefisien muai luas (K-1) = 2α
∆A =At – A0 = perubahan luas
(m2)
∆t = perubahan suhu (K)
Muai volume
ΔV γ= ⇔ Vt = V
( 1 + γ . ∆t)
V0.Δt
Keterangan:
γ = koefisien muai volume (K-1) = 3α
∆V = Vt – V0 = perubahan volume
(m3)
∆t = perubahan suhu (K)
m.ΔT
Keterangan:
c = kalor jenis (J . kg-1 . K-1)
∆T = perubahan suhu (K)
Q = kalor (J)
Keterangan:
C = kapasitas kalor (J/T)
Azaz Black
Qlepas = Qterima
Kalor lebur/beku
Q
Lf = m
Keterangan:
Lf = kalor lebur/beku (J.kg-
1
) Q = kalor (J)
m = massa benda (kg)
Kalor uap/didih
Q
Lu = m
Keterangan:
Lu = kalor uap/didih (J.Kg-1)
Q = kalor (J)
m = massa benda (kg)
PERPINDAHAN KALOR
Keterangan:
H = kalor yang merambat pada
medium (J) k = koefisien konduksi
termal (J s-1m-1K-1) ℓ = panjang
medium (m) A = luas penampang
medium (m2)
∆T = perbedaan suhu ujung-ujung medium (K)
Besarnya kalor pada peristiwa konveksi:
H = h.A.∆T
Keterangan:
H = kalor yang merambat pada medium (J)
h = koefisien konduksi termal (J s-1m-2K-
1
) A= luas penampang medium (m2)
∆T = perbedaan suhu ujung-ujung medium (K)
Keterangan:
σ = konstanta Stefan (5,675 . 10-8 W.m-
2
.K-1) T = suhu (K)
e = emisivitas permukaan (0 < e
<1) T0 = suhu sekitar atau suhu
lingkungan
Keterangan:
p = tekanan gas (pa)
Ek = energi kinetik gas (joule)
N = jumlah gas
V = volume (m3)
Hukum Boyle:
p.V = konstan
Hukum Gay Lussac:
V = K .T
Hukum Boyle-Gay
Lussac
p .V = K .T
atau p .V =
N.k.T
Persamaan gas
ideal: p .V = n . R .
T
N
dengan =n
N0
Keterangan: K =
konstanta p = tekanan
(pa atau N/m2)
T = suhu (K)
V = volume (m3)
N0 = bilangan Avogadro = 6,025.1026 k
mol-1 R = konstanta gas umum = 8,31.103
J.mol-1.K-1 k = tetapan Boltzman = 1,38.10-
23
JK-1 n = jumlah zat (mol)
U = Ek = NkT
Energi dalam untuk gas diatomik pada suhu
rendah:
U = Ek = NkT
Energi dalam untuk gas diatomik pada suhu
sedang:
U = Ek = NkT
Energi dalam untuk gas diatomik pada suhu tinggi:
U = Ek = NkT
Keterangan:
U = energi dalam (J)
Ek = energi kinetik (J)
N = jumlah gas
T = suhu (K)
V = volume (m3)
TERMODINAMIKA
Keterangan:
W = usaha luar (J) p =
tekanan (pa) ∆V =
perubahan volume (m3)
Proses isothermal:
T = konstan ⇔ p.V = konstan
V
W = 2,3 . n RT log 2
V1 Proses isokhorik:
p
V = konstan ⇔ = konstan T
W = 0
Proses isobarik:
V
p = konstan ⇔ = konstan
T
W = p (V2 – V1)
Proses adiabatik:
pV = konstan
W = n Cv(T2 – T1) = n .Cv.∆T
Keterangan:
W = usaha luar/kerja
(J) n = jumlah zat (mol)
R = konstanta gas umum = 8,31.103 J.mol-1.K-1
T = suhu (K)
∆T = perubahan suhu (K)
V1 = volume awal (m3)
V2 = volume akhir (m3)
Cv = kapasitas kalor pada volume konstan (J/K)
Keterangan:
Q = kalor yang diserap/dilepas sistem (J)
∆U = perubahan energi dalam sistem (J)
W = usaha luar/kerja (J)
Keterangan:
Cv = kapasitas kalor gas pada volume tetap
(J/K) Cp = kapasitas kalor gas pada tekanan
tetap (J/K) γ = tetapan/konstanta Laplace n =
jumlah zat (mol)
R = konstanta gas umum = 8,31.103 J.mol-1.K-1
Tetapan Laplace (γ) untuk gas ideal monoatomik: γ =
1,67
Tetapan Laplace (γ) untuk gas ideal diatomik: γ = 1,40
η=⎜⎜1−
⎛ QQ12 ⎞⎟⎟⎠×100%
⎝
η=
⎛
⎜⎜1− TT12 ⎞⎟⎟⎠×100%
⎝ dengan 0
<η<1
Keterangan:
W = usaha atau kerja mesin (J)
Q1 = kalor yang diserap pada suhu tinggi (J)
Q2 = kalor yang diserap paa suhu rendah (J)
T1 = suhu tinggi (K)
T2 = suhu rendah (K)
η= efisiensi mesin
(%)
K = koefisien daya guna
LISTRIK STATIS
Keterangan:
Fc = gaya Coulomb (N)
q1, q2 = muatan listrik (C)
r = jarak kedua muatan
(m)
19 2 2
k
= = 9.10
Nm /C
4πε0
2 q r
Keterangan:
E = kuat medan listrik
(NC-1) FC = gaya Coulomb
(N) q = muatan listrik (C)
r = jarak antara titik dengan muatan listrik (m)
Beda energi potensial (∆Ep) antara dua titik dalam medan listrik homogen
∆Ep = – FC. ∆s cos α
Keterangan:
∆Ep = beda energi potensial
(J) Fc = gaya Coulomb (N) α
= sudut antara FC dengan ∆s
∆s = jarak antara kedua titik
(m)
Untuk membawa muatan q2 ke titik lain didekat muatan q1 yang berjarak r dari muatan itu
diperlukan energi sebesar:
q .q
W = ∆Ep = k. 1
2
r
Keterangan:
W = energi (J)
Kuat medan listrik homogen yang terdapat di antara dua plat sejajar
bermuatan σ
E=
ε0
Keterangan:
E = kuat medan listrik
σ = kerapatan muatan (jumlah muatan per satuan luas
permukaan) ε0 = 8,85 × 10-12 C2 N-1m-2
Kapasitas kapasitor
(C) q
C=
V
Keterangan:
C = kapasitas kapasitor
(farad) q = muatan listrik (C)
V = tegangan listrik (volt)
Keterangan:
W = energi kapasitor
(J) q = muatan listrik
(C) V = tegangan
listrik (volt)
C = kapasitas kapasitor (farad)
Cs = kapasitas kapasitor susunan seri (farad)
Cp = kapasitas kapasitor susunan pararel (farad)
RANGKAIAN ARUS LISTRIK SEARAH
Keterangan:
I = kuat arus listrik (Cs-1 atau ampere
(A)) q = muatan listrik (C)
t = waktu yang dibutuhkan untuk menghantarkan arus
listrik (s) n = jumlah elektron e = muatan elektron = 1,6 .
10-19 C
Hukum Ohm
V =IR
Keterangan:
V = tegangan listrik (volt)
I = kuat arus (ampere)
R = hambatan (Ω = ohm)
Keterangan:
R = hambatan penghantar (Ω = ohm)
L = panjang penghantar (m) A =
luas penampang penghantar (m2)
ρ = hambat jenis bahan (Ohm . m)
Hukum Kirchoff I
ΣImasuk = ΣIkeluar Hukum Kirchoff II
ΣE + Σ I R = 0
Keterangan:
I = arus masuk (A)
E = tegangan listrik (volt)
R = hambatan listrik (ohm)
Keterangan:
I = arus listrik (A)
E = tegangan listrik (volt) n = banyaknya
sumber tegangan seri r = hambatan dalam
masing-masing sumber (ohm) R = hambatan
listrik (ohm)
Energi listrik (W):
W = q V = I2 R t
Daya listrik (P):
W 2 V2
P= = I .R =
= V.I t R
Keterangan:
W = energi listrik
(J) P = daya listrik
(watt) t = waktu (s)
I = arus listrik (A)
R = hambatan listrik (ohm)
V = tegangan listrik (volt)
INDUKSI MAGNETIK
Induksi magnetik
(B):
Φ
B=
A
Keterangan:
B = induksi magnetik (weber/m2 atau tesla)
Φ = fluks magnetik (weber)
A = luas penampang (m2)
Keterangan:
B = medan magnetik (weber/m2 atau tesla) I = kuat arus listrik
(ampere) a = jarak dari suatu titik ke penghantar μ0 = permeabilitas ruang
hampa = 4π.10-7 weber/ampere.meter
Keterangan:
N = jumlah lilitan r =
jari-jari lingkaran (m) L
= panjang selenoida
(m)
n = jumlah lilitan per panjang selenoida
Induksi magnetik pada selenoida di ujung
kumparan: μ I n
B = 0
2
Induksi magnetik pada toroida:
μIN μIN R+r
B= 0 atau B = 0 dengan a =
2πR 2πa 2
Gaya Lorentz pada kawat berarus dalam medan
magnet: F = B I L sin θ
Gaya Lorenzt dengan muatan bergerak dalam medan
magnet:
F = B q v sin θ
Keterangan:
F = gaya Lorenzt (N)
B = medan magnetik (tesla
atau T) I = arus listrik (A) q =
muatan listrik (C) v = kecepatan
gerak muatan (m/s) θ= sudut
antara B dan I
= sudut antara B dan v
R = jari-jari toroida (m)
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
GGL induksi (ε) menurut hukum
Faraday
NΔΦ
ε= −
Δt
GGL induksi diri menurut hukum
Henry ΔI
ε= – L
Δt
Fluks magnetik (Φ )
Φ = B A cos θ
Keterangan:
ε = GGL induksi (volt atau V)
N = jumlah kumparan Δ
Φ = fluks magnetik (Wb)
ΔI = perubahan arus listrik
(A) Δt = perubahan waktu
(s) B = medan magnet (T)
A = luas penampang (m2)
θ= sudut antara medan magnet dan permukaan datar penampang
TRANSFORMATOR (TRAFO)
Pp
Keterangan:
Pp = daya pada kumparan primer (watt)
Ps = daya pada kumparan sekunder (watt)
Vp = tegangan listrik pada kumparan
primer (V)
Vs = tegangan listrik pada kumparan sekunder (V)
Ip = kuat arus pada kumparan primer
(A) Is = kuat arus pada kumparan
sekunder (A)
Np = jumlah lilitan pada kumparan
primer Ns = jumlah lilitan pada
kumparan sekunder η= efisiensi
transformator (%)
Nilai sesaat
I = Imaks sin ωt
V = Vmaks sin (ωt ±θ)
Keterangan:
I = arus listrik (A)
Imaks = arus listrik maksimum (A)
V = tegangan listrik (V)
Vmaks = tegangan listrik maksimum (A)
ω= kecepatan sudut (rad/s)
t = waktu (s)
Nilai efektif
I
Ief = maks =
2
0,707.Imak
Vmaks
s
2
Vef == 0,707.Vmaks
Keterangan:
Ief = arus listrik efektif (A)
Vef = tegangan listrik efektif (V)
Rangkaian resistif
I = Imaks sin ωt
V = Vmaks sin
ωt
Prata-rata =
Ief2.R
Keterangan:
Prata-rata = daya rata-rata (watt)
R = resistor (ohm)
Keterangan:
XL = reaktansi induktif
(ohm) ω = kecepatan
sudut (rad/s) f = frekuensi
(Hz) L = induktansi
induktor (H) Z =
impedansi (ohm)
VL = tegangan induktor
(V) R = resistor (ohm)
θ= sudut fase
Cos θ= faktor daya
Rangkaian kapasitif
I = Imaks sin ωt
V =Vmaks sin (ωt - 90o)
Reaktansi kapasitif (Xc)
VCmaks 1 1
XC = = =
Imaks ωC 2π f C
Keterangan:
XC = reaktansi kapasitif (ohm)
C = kapasitas kapasitor (farad atau F)
Impedansi rangkaian R-C
V
Z = maks = R2 + XC2
I
maks
Tegangan rangkaian R-C:
VC = I X C
Sudut fase pada rangkaian R-C:
X
Tg θ= C
R
X
Cos θ= C
Z
Kuat arus pada rangkaian R-L-C
V V V V
I= = =
R L
= C
R R X L XC
Impedansi rangkaian R-L-C
Z = R2 + (X L − XC )2
Tegangan pada rangkaian R-L-C
Keterangan:
f = frekuensi resonansi
(Hz) L = induktansi
induktor (H)
C = kapasitas kapasitor (F)
OPTIKA GEOMETRI
Pemantulan cahaya
Hukum Snellius: sinar datang (i), sinar pantul (r), dan garis normal (N) terletak pada satu
bidang datar; dan sudut datang sama dengan sudut pantul. Pembiasan cahaya n = indeks
bias
c
n= v
n
n2,1 = 2
n1
n1 sin i = n2 sin r
sini n2 v1 λ1
= = =
sinr n1 v2 λ2
Keterangan: i =
sudut datang r =
sudut bias n =
indeks bias mutlak
c = kecepatan cahaya di ruang vakum/hampa = 3 ×
108 m/s v = kecepatan cahaya dalam suatu medium
(m/s) n2,1 = indeks bias relatif medium 1 terhadap
medium 2 n1 = indeks bias medium 1 n2 = indeks bias
medium 2 v1 = kecepatan cahaya di medium 1 (m/s) v2
= kecepatan cahaya di medium 2 (m/s) λ1= panjang
gelombang di medium 1 (m) λ2 = panjang gelombang di
medium 2 (m)
Pembiasan pada prisma
Besarnya sudut deviasi (D) pada prisma:
D = (i1 + r2) - β
Sudut deviasi minimum (Dmin) berlaku pada prisma:
Keterangan:
β = sudut puncak (pembias) prisma
Pembiasan pada bidang sferis
(lengkung): n1 n2 n2 − n1
+ = s s' R
Pembesaran (m) yang terjadi pada bidang
sferis: n s' h'
m = = n2s h
1
Keterangan:
f = jarak fokus lensa
(m) n1 = indeks bias
lensa nm = indeks bias
medium
R1 = jari-jari kelengkungan lensa 1 (m)
R2 = jari-jari kelengkungan lensa 2 (m)
P = kekuatan lensa (dioptri) Pgab =
kekuatan lensa gabungan (dioptri)
fgab = jarak fokus lensa gabungan (m)
ALAT-ALAT OPTIK
Titik dekat mata normal (PP) = 25
cm Titik jauh mata normal (PR) =
~ Rabun jauh (miopi):
PP < 25 cm dan PR < ~
1
P=−
PR
Rabun dekat (hipermetropi):
PP > 25 cm
1 1
P = − s PR
Keterangan:
P = kekuatan lensa (dioptri)
s = jarak benda (m)
Lup
Sifat bayangan pada lup (kaca pembesar): maya, tegak,
diperbesar Pembesaran anguler pada lup saat mata tidak
berakomodasi: s x
γ = = , sn = jarak titik dekat mata f
n
f
Pembesaran anguler pada lup saat mata berakomodasi
maksimal:
s
γ = + 1 dengan sn = 25 cm
n
f
Pembesaran anguler pada lup saat mata berakomodasi pada
jarak x: s s S f − d
γ= + n = n (1+) f
n
x f
x
Pembesaran sudut pada
lup: s − s'⎛ s ⎞
γ = = ⎜ ⎟ s s ⎝− s'+d ⎠
n n
Keterangan:
M = pembesaran linear total
Mob = pembesaran lensa obyektif Mok =
pembesaran lensa okuler sob = jarak benda di
depan lensa obyektif (m) s’ob = jarak bayangan
yang dibentuk lensa obyektif (m) sok = jarak
benda di depan lensa okuler (m) s’ok = jarak
bayangan yang dibentuk lensa okuler (m)
fob = fokus lensa obyektif
(m) fok = fokus lensa
okuler (m) d = panjang
mikroskop (m)
Teropong
Panjang teropong:
d = fob + fok
Pembesaran bayangan untuk mata yang berakomodasi
maksimum: f
M = +1 fok
ob
Dispersi Cahaya
Sudut dispersi prisma (φ):
φ = Du - Dm
Daya dispersi (Φ):
Φ = (nu – nm) β
Keterangan:
Du = sudut deviasi warna
ungu Dm = sudut deviasi
warna merah nu = indeks
bias warna ungu
nm = indeks bias warna merah
Interferensi Cahaya
Interferensi cahaya pada celah ganda (percobaan
Young) Garis terang (interferensi maksimum): λ
pd
sin α =m , dengan
=mλd L
Garis gelap (interferensi minimum):
λ pd ⎛ 1⎞
sin α =(2m +1) , dengan = ⎜m + ⎟ λ
2d L ⎝ 2⎠
Keterangan:
λ= panjang gelombang (m) p =
jarak pola ke terang pusat (m)
d = jarak celah (m) L = jarak
celah ke layar (m) m = orde =
0, 1, 2, 3, ...
KONSEP ATOM
Percobaan
Thomson e 11
= 1,7 × 10 C/kg
m
Keterangan:
e = muatan elementer = 1,60204 × 10-19 C
me = massa elektron = 9,11 × 10-31 kg
Deret Lyman
1 1
= R(1− 2 ) ; n = 2, 3, 4, …
λ n
Deret Paschen
1 1 1
= R( 2 − 2 ) ; n = 4, 5, 6, … λ 3
n
Deret Bracket
1 1 1
= R( 2 − 2 ) ; n = 5, 6, 7, … λ 4
n
Deret Pfund
1 1 1
= R( 2 − 2 ) ; n = 6, 7, 8, …
λ5 n
Keterangan:
λ= panjang gelombang (m)
R = tetapan Rydberg (1,0074×107 m-1)
13,6
En = – 2 (dalam
eV) n
2,174.10−18
En = – 2
(dalam J) n
Keterangan:
En = energi elektron pada kulit ke-n
(eV) m = massa partikel (kg) v =
kecepatan partikel (m/s) r = jari-jari
orbit (m) n = bilangan kuantum
utama = 1, 2, 3, ... h = konstanta
Planck = 6,63 × 10-23 JS
Energi radiasi
h . f = E1 – E 2
Keterangan:
hf = energi radiasi
E1 = energi awal atom
E2 = energi keadaan akhir atom
INTI ATOM
Keterangan:
X = jenis inti atom atau nama unsur
A = nomor massa (jumlah proton + jumlah neutron)
Z = nomor atom (jumlah proton)
Jumlah netron: N = A – Z
Massa defek mD
= mi – mr, atau:
mD = (Z.mp + N.mn) – mr
Energi ikat inti:
E b = mD . c 2
Keterangan:
mD = massa defek (kg) mi = massa inti (kg)
mr = massa proton ditambah massa neutron
(kg)
T½ =
Umur rata-rata:
1 T12
T = = = 1,44 T½ λ ln 2
Keterangan:
N = jumlah sisa bahan yang
meluruh N0 = jumlah bahan mula-
mula t = waktu peluruhan (s)
λ= konstanta peluruhan (disentregasi/s)
Keterangan:
Efoton = energi foton (J) h =
konstanta Planck = 6,63×10-34 Js
f = frekuensi (Hz)
GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
Keterangan:
c = kecepatan atau cepat rambat gelombang elektromagnetik
(m/s) ε= permitivitas medium (C2/Nm2)
μ= permeabilitas medium (Wb.m/A)
Keterangan:
ε0 = permitivitas listrik ruang hampa = 8,85×10-12 C2/N.m2
μ 0 = permeabilitas magnet ruang hampa = 4π×10-7 Wb/A.m
Keterangan:
S = laju energi rata-rata yang dipindahkan tiap m 2 luas permukaan
Emaks = medan listrik maksimum (N/C) Bmaks = medan
magnet maksimum (T) μ0 = permeabilitas magnet
ruang hampa = 4π×10-7 Wb/A.m v = kecepatan (m/s)
c = cepat rambat gelombang elektromagnetik (m/s)
H = intensitas medan magnet
Energi radiasi kalor
E P
W= = = e.τ.T 4
t.A A
Keterangan:
W = energi persatuan waktu persatuan luas (watt.m -2)
P = daya (watt)
e = koefisien emisivitas (0 < e < 1)
e = 0 → benda putih
sempurna e = 1 → benda
hitam sempurna
τ = konstanta Stefans-Boltzman = 5,67.10-6 watt.m-2K-4
Teori kuantum
Planck
hc
Efoton = h f =
λ
hc
Etotal = n h f = n
λ
E h
P==cλ
Keterangan:
h = tetapan Planck = = 6,63×10-34
Js c = kecepatan cahaya (m/s) E
= energi foton (J)
P = momentum foton (kg m/s)
λ= panjang gelombang (m)
n = jumlah foton
f = frekuensi foton (Hz)
Efek fotolistrik
Ek = E – W= hf – W
W = h . f0
Ek = h (f – f0)
Keterangan:
Ek = energi kinetik elektron
(J) W = fungsi kerja logam
(J) f = frekuensi foton (Hz)
f0 = frekuensi ambang (Hz)
h = konstanta Planck = 6,63×10-34 Js
Efek Campton
E hf h
P===ccλ
h
∆λ = λ’ – λ = (1−
cosϕ) me.c
Keterangan: P =
momentum foton (kg m/s)
λ= panjang gelombang (m)
h = tetapan Planck c = kecepatan
cahaya = 3 ×108 m/s λ’ = panjang
gelombang foton terhambur (m) λ =
panjang gelombang foton datang (m)
h
= panjang gelombang Compton = 0,0243 Å
me.c
ϕ = sudut hamburan foton
me = massa diam elektron = 9,1 × 10-23 kg
Teori de Broglie
hh
λ= = mv P
h h
λ= atau λ=
2mqv 2mEk
Keterangan:
m = massa partikel (kg) v =
kecepatan partikel (m/s) λ =
panjang gelombang (m) P =
momentum partikel (kg m/s)
q = muatan partikel (C)
TEORI RELATIVITAS
Kecepatan relatif terhadap acuan diam:
vx' +v
v =
x vx ' v
1+ 2
c
' x −v.t
x = 2
v
1− 2
c
vx
t− 2
t'= c
2
v
1− 2
c
Keterangan:
vx = kecepatan relatif terhadap acuan diam (m/s) vx’ =
kecepatan relatif terhadap acuan bergerak (m/s) v =
kecepatan acuan bergerak terhadap acuan diam (m/s) c =
kecepatan cahaya = 3 × 108 m/s x = tempat kedudukan
peristiwa menurut kerangka acuan pertama x' = tempat
kedudukan peristiwa menurut kerangka acuan kedua t =
waktu peristiwa menurut kerangka acuan kedua (s)
t = waktu peristiwa menurut kerangka acuan pertama (s)
Kontraksi Lorenzt
2
v L
L' = L 1− 2 =
c b
Dilatasi waktu
∆t’ = Δt
2 ⇔ ∆t = b.∆t
v ’
1− 2
c
Relativitas massa/massa relativistik
m0
m= 2 =b m
v 0
1− 2
c
Keterangan:
L’ = panjang benda oleh pengamat bergerak (m)
L = panjang benda oleh pengamat diam (m)
2
v
1− 2
1b= c = konstanta
transformasi
∆t = lama waktu oleh pengamat diam (s)
∆t’ = lama waktu oleh pengamat
bergerak (s) m = massa benda bergerak
(kg)
m0 = massa benda diam (kg)
Relativitas momentum/momentum relativistik:
m .v
2
v
1− 2
p = m .v = c 0= bm0 v
Relativitas energi/energi relativistik:
Untuk benda yang
bergerak: m0.c2 2E=
2
v
1− 2
c = bm0 c
Untuk benda diam:
m0 c2 2
E0 = = m 0 c
1−0
Energi kinetik
rel
ati
vis
tik:
2
mc
2
v
1− 2 0
Ek = E - E0 = c − m0 c2 = (b −1)m0.c2
Keterangan:
p = momentum relativistik (kg m/s)
E0 = energi diam (J)
E = energi total (J) , Ek = energi kinetik