Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN MATA PELAJARAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)


RUMUS-RUMUS FISIKA & KIMIA

DISUSUN OLEH:
NAMA :
KELAS : X-AKL 1

DINAS PENDIDIKAN & KEBUDAYAAN PROVINSI


KALIMANTAN TIMUR
SMK N 2 BALIKPAPAN
TAHUN PEMBELAJARAN 2019/2020
RUMUS-RUMUS FISIKA

1. GERAK LURUS BERATURAN

1. Rumus Gerak Lusus beraturan (GLB) atau Kecepatan Sesaat

V = s/t

Dimana

 V = Kecepatan sesaat (m/s)


 s = Jarak perpindahan benda (m)
 t = Waktu perpindahan benda (s)

2. Rumus Kecepatan Rata-Rata

V ̅ = ∆s / ∆t

Dimana

 V ̅ = Kecepatan rata rata (m/s)


 ∆s = Perubahan posisi (m)
 ∆t = Perubahan waktu (s)

Contoh Soal Gerak Lurus Beraturan (GLB)

1. Pesawat jet bergerak menuju bulan seperti pada tabel dibawah ini.

 Berapa kecepatan saat t = 3 jam?


 Beraoa kecepatan rata ratanya?
NO Jarak (km) Waktu (jam)
1 500 1
2 1000 2
3 1500 3
4 2000 4
5 2500 5
Pembahasan

V=s/t

V = 1500 / 3

V = 500 km / jam

Jadi kecepatan saat t = 3 jam adalah 500 km/jam

V = (s5 – s1) / (t5 – t1)

V = (2500 – 500) / (5 – 1)
V = 2000 / 4

V = 500 km/jam

Jadi kecepatan rata rata pesawat jet tersebut adalah 500 km/jam

2. Mobil A dan B pada suatu ketika terpisah sejauh 420m. Keduanya bergerak saling
mendekati pada saat bersamaan dengan kecepatan 40 m/s dab 10 m/s. Tentukan
tempat bertemunya kedua mobil tersebut.

Ilustrasi

Pembahasan

Diketahui

sAB = 420 m

Va = 40 m/ss

Vb = 10 m/s

Penyelesaian

ta = tb

sA / Va = sB / Vb

x / 40 = 420-x / 10

10x = 1680 – 40x

50x = 1680

x = 1680 / 50

x = 336 m

Jadi tempat bertemunya kedua mobil tersebut ialah 336m dari posisi awal mobil A.

2. GERAK LURUS BERATURAN BERUBAH

Pengertian Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

Gerak lurus berubah beraturan merupakan suatu gerak pada suatu lintasan lurus
dengan percepatan konstan.
Rumus Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

Vt = v0 + a t

Vt2= v02+2gh

X = x0 +v0 t+ ½ at2

Keterangan :

 Vt = kecepatan akhir (m/s)


 V0= kecepatan awal(m/s)
 a = percepatan (m/s2)
 t = waktu (s)
 X = Jarak (m)
 X0 = jarak awal (m)
 g= percepatan gravitasi (m/s2)
 h= tinggi (m)

Contoh Soal Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) 

1. Sebuah mobil bergerak di jalan tol cipali. Pada jarak 10 km dari pintu gerbang tol
mobil bergerak dengan kecepatan tetap 90 km/jam selama 15 menit. Hitung posisi
mobil setelah bergerak 15 menit. Hitunglah  juga jarak yang ditempuh mobil selama
15 menit, gambarkan grafik v(t)!
Pembahasan

Diketahui :

X0 = 10 km = 10000 m

v = 90 km/jam

t = 15 menit = 900 s

ditanya jarak (x)?

jawab :

x = x0+vt

X = 10000+ 25.900 = 32500 m

Jarak = vt = 25.900 = 22500 m


Luas persegi panjang OABC adalah 25. 900 = 22500 m

Ternyata luas ini sama dengan besarnya jarak

3. GERAK MELINGKAR

Pengertian Gerak Melingkar

Gerak melingkar merupakan gerakan yang dilakukan objek dengan lintasan berupa
lingkaran atau mengelilingi suatu titik yang tetap.

Rumus Gerak Melingkar

1. Rumus Kecepatan Sudut

ω=v/r

dinama

 ω = kecepatan sudut
 v = kecepatan linear (m/s)
 r = jari jari lintasan (m)

Kecepatan sudut juga dapat dicari dengan persamaan

ω=2πf

atau

ω=2π/T

dimana

 π = 22/7 atau 3.14


 f = frekuensi (Hz)
 T = periode (s)

2. Rumus Percepatan Sentripetal

as = ω2 r = v2 / r
dimana

 as = percepatan sudut (m/s2)


 ω = kecepatan sudut
 v = kecepatan linear (m/s)
 r = jari jari lintasan (m)

3. Rumus Gaya Sentripetal

∑F = m as

∑F = m ω 2

∑F = m v2 / r

Dimana

 F = gaya sentripetal (N)


 m = massa benda (kg)
 ω = kecepatan sudut
 v = kecepatan linear (m/s)
 r = jari jari lintasan (m)

Contoh Soal Gerak Melingkar

1. Ban sepeda motor Bagus berputar dengan kelajuan linear 7 m/s. Jari-jari roda
tersebut 14 cm. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu putaran
penuh? 

Pembahasan

Diketahui

v = 7 m/s

r = 14 cm = 0.14 m

Penyelesaian

ω = v / r =7 / 0.14

ω = 2 pi /T

7 / 0.14 = 2 22 / 7 T

T = 7.95 s

Jadi waktu yang dibutuhkan roda tersebut menempuh satu putaran penuh adalah
7.95 s
4. GERAK PARABOLA

Pengertian Gerak Parabola

Gerak parabola adalah gerak yang merupakan perpaduan antara gerak lurus
beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah bertauran (GLBB).

Rumus Gerak Parabola

Rumus gerak parabola diuraikan dalam 2 sumbu. Untuk rumus gerak parabola pada
sumbu x maka diuraikan sebagai berikut :

vx = v0x = v0 cos α

x = vxt = v0 cos α t

dimana

 vx  = kecepatan akhir benda  pada sumbu x (m/s) ;


 v0   = kecepatan awal benda (m/s)
 α = sudut elevasi yang terbentu antara sumbu x dengan lintasan
 t = waktu yang dibutuhkan untuk menempuh lintasan parabola

sedangkan untuk penuisan sistematis yang diuraikan pada sumbu y sebagai


berikut :

gerak secara vertikal akan dipengaruhi  oleh gaya gravitasi.

vy = v0y – gt

bila ditinjau pada sumbu vertika v0y = v0 sin α, maka

vy = v0 sin α – gt

untuk penguraian gerak parabola pada sumbu y, maka bisa diketahui posisi benda
sebagai berikut :

y = v0y t – ½ gt2 
atau

y = v0 sin α t – ½ gt2

dimana

 vy  = kecepatan akhir benda  pada sumbu y (m/s) ;


 v0y   = kecepatan awal benda (m/s)
 α = sudut elevasi yang terbentu antara sumbu x dengan lintasan
 t = waktu yang dibutuhkan untuk menempuh lintasan parabola

Beberapa persamaan khusus pada materi gerak parabola  sebagai berikut :

 Kecepatan benda dalam gerak parabola yang diuraikan pada komponene


sumbu0x dan sumbu-y dapat dituliskan sebagai berikut :

 Arah benda gerak parabola pada komponen sumbu-x bisa dituliskan sebagai
berikut :

tan θ = vy / vx

sehingga nilai vx  selalu positif namun juga bergantung pada nilai v y

 Pada komponen sumbu-y, benda akan memiliki kecepatan = 0 ketika benda


pada posisi tinggi maksimum, sehingga penulisan sistematisnya sebagai
berikut :

tAB = (v0 sinα)/ g

 Tinggi maksimum benda pada komponen sumbu-x, yakni :

H =( v02 sin2α)/2g

 Jarak tempuh maksimum benda pada komponen sumbu-x, yakni

X =v0xtAC = v0cosα 2(v0 sinα/g) = v022 (sinα/g) cos α

X =( v02 sin 2α)/g

Contoh Soal Gerak Parabola

Bola ditendang oleh seorang pemain sepakbola, kecepatan awal bola tersebut 20
m/s, sudut elevasi yang terebentuk antara lintasan bola dengan sumbu x yakni
370 (sin 370 = 0,6). Dan percepatan gravitasinya sebesar 10 m/s 2, hitunglah  tinggi
maksimum dan jarak maksimum yang dapat dicapai oleh bola tersebut
Pembahasan

Diketahui

v0 = 20 m/s ; α = 370

H =( v02 sin2α)/2g

H = (202 sin 2 370)/2.10

H = (202 (0,6) 2)/2.10

H = 7,2 m

X = ( v02 sin 2α)/g

X = (202 2(sin 370 cos 370))/10

X = 38,4 m

5. MASSA JENIS

Pengertian Massa Jenis

Pengertian dari massa jenis ialah sebuah pengukuran massa setiap satuan volume
benda. Lalu semakin tinggi massa jenis sebuah benda, maka semakin besar juga
massa setiap volume nya. Dan rata – rata massa jenis setiap benda merupakan total
massa di bagi dengan total volume nya. Kemudian sebuah benda yang memiliki
massa jenis lebih tinggi contoh nya adalah besi akan memiliki volume yang lebih
rendah dari pada benda yang massa nya sama dan memiliki massa jenis yang lebih
rendah contoh nya adalah air.

Tabel Massa Jenis


Tabel Massa Jenis

Rumus Massa Jenis

ρ = m/v

Keterangan :

 ρ = massa jenis ( kg/m3 ) atau bisa juga ( g/cm3 )


 m = massa ( kg atau bisa juga gram )
 v = volume ( m3 atau bisa juga cm3 )

Contoh Soal Massa Jenis

Sebuah batu bata memiliki ukuran panjang nya 24 cm lebar nya 11 cm dan tinggi
nya 4 cm. namun setelah di timbang ternyata massa batu bata itu hanya 1584gram
saja. Maka hitung lah berapa massa jenis batu bata tersebut ?

Penyelesaian :

Di ketahui :

 Panjang = 24 cm
 Lebar = 11 cm
 Tinggi = 4 cm

Ditanya : massa jenis batu bata dalam satuan gr/cm 3 dan kg/m3

Jawaban :

v=pxlxt
v = 24 cm x 11 cm x 4 cm
v = 1056 cm3
Maka, massa jenis dari batu bata tersebut iyalah 1056 cm 3

6. PEMUAIAN PANJANG

1. Rumus Pemuaian Panjang

∆L = L0 α ∆T

L = L0 (1 + α ∆T)

Dimana

 L = panjang akhir (m)


 L0 = panjang mula mula (m)
 ∆L = perubahan panjang (m)
 α = koefisien muai panjang (/0C)
 ∆T = perubahan suhu (0C)

Contoh Soal

1. Sebuah baja memiliki panjang 1200 cm. Berapakah panjang akhir baja itu, jika
terjadi perubahan suhu sebesar 50°C? (αbaja= 12 × 10-6 °C-1)

Pembahasan

Diketahui

L0 = 1200cm = 1.2m

∆T = 50°C

αbaja= 12 × 10-6 °C-1

Penyelesaian

L = L0 + ∆L

∆L = L0 αbaja ∆T

L = 1.2 + 1.2 12 × 10-6 50

L = 1.2 + 720 10-6

L = 1.20072 m

Jadi panjang akhir baja tersebut adalah 1.20072 m


7. PEMUAIAN

Rumus Pemuaian Luas

∆A = A0 β ∆T

A = A0 (1 + α ∆T)

Dimana

 A = luas akhir (m2)


 A0 = luas mula mula (m2)
 ∆A = perubahan luas (m2)
 β = koefisien muai luas (/0C)
 ∆T = perubahan suhu (0C)

Contoh soal:

Pada suhu 30oC sebuah pelat besi luasnya 10 m2. Apabila suhunya dinaikkan
menjadi 90oC dan koefisien muai panjang besi sebesar 0,000012/oC, maka
tentukan luas pelat besi tersebut!
Penyelesaian:
Diketahui:
A0 = 10 m2
T0 = 30oC
T = 90oC
∆T = T – T0 = 90 – 30 = 60oC
α = 0,000012/oC
β = 2α = 2 × 0,000012/oC = 0,000024/oC
Ditanyakan: A = …?
Jawab:
A = A0(1 + β × ∆T)
A = 10(1 + 0,000024 × 60)
A = 10(1 + 0,00144)
A = 10 × 1,00144
A = 10,0144 m2
Jadi, luas pelat besi setelah dipanaskan adalah 10,0144 m2.oh

8. PEMUAIAN VOLUME

Rumus Pemuaian Volume

∆V = V0 α ∆T

V = V0 (1 + α ∆T)

Dimana
 V = volume akhir (m3)
 V0 = volume mula mula (m3)
 ∆V = perubahan volume (m3)
 γ = koefisien muai volume (/0C)
 ∆T = perubahan suhu (0C)

Contoh soal:

Sebuah bola yang memiliki volume 60 m3 dipanaskan hingga mencapai temperatur


110oC. Jika pada kondisi awal, kondisi tersebut memiliki temperatur 10 oC,
tentukanlah volume akhir bola tersebut setelah terjadi pemuaian (diketahui α =
17 × 10-6/0C).

Pembahasan

Diketahui

V0 = 60 m3

∆T = 110-10 = 100 0C

α = 17 × 10-6/0C

Penyelesaian

V = V0 + ∆V 

∆V = V0 α ∆T

V = 60 + 60 3 17 × 10-6 100

V = 60 + 0.306

V = 60.306 m3

Jadi volume akhir bola tersebut menjadi 60.306 m 3

9. SUHU DAN KALOR

Pengertian Kalor

Kalor itu merupakan salah satu bentuk dari energi yang dapat berpindah-pindah dari
suatu benda bersuhu tinggi ke benda yang memiliki suhu yang rendah apabila kedua
benda tersebut saling disentuhkan.

Rumus Kalor
Dibawah ini adalah rumus kalor yang diperlukan untuk menghitung kalor, baik untuk
menaikan atau menurunkan suhu :

Keterangan : 

C = Kalor jenis dalam bentuk J/Kg.K atau Kal/gr° C


Q = Besaran energi dari kalor dalam bentuk joule atau kalori
M = Massa dalam gram atau Kg
ΔT = Perubahan suhu atau bisa disebut juga suhu dalam kelvin atau °C

Rumus Besaran Kalor yang digunakan untuk merubah wujud suatu zat

Q=M.L

Keterangan

Q = Jumlah Dari Kalor Yang diserap ataupun dilepaskan (joule)

M = Masa atau bobot suatu zat (kg)

L = Kalor laten atau kalor lebur (joule/kg)

Rumus Kalor Uap Rumus ini diperlukan untuk menguapkan satuan zat yang ada
pada titik didihnya, rumus kalornya adalah sebagai berikut

Q = M.U

Keterangan :
Q = Jumlah dari kalor yang diserap ataupun dilepas (joule)
M = masa suatu zat (kg)
U = Adalah kalor uap (joule/kg)

Rumus Kapasitas Kalor , rumus ini diperlukan untuk bisa menaikan suhu suatu zat
1º C lebih tinggi

C = Q/T

Keteranga:
C = Kapasitas Dari Kalor (Joule/ºC)
Q = Jumlah dari kalor yang diserap atau dilepas (joule)
T = Suhu suatu zat ( ºC)

Rumus kalor sendiri dikenal dari asas black yang sudah terkenal sejak dahulu, dan
asas itu berbunyi
Contoh Soal : 

Perhatikanlah gambar yang ada dibawah ini dan hitunglah jumlah kalor yang
diperlukan untuk merubah 500 gram es yang ada pada titik A ke C, apabila kalor
jenis es 2.100J/Kg ºC dan kalor lebur es itu adalah 336.000 J/Kg

Penyelesaian dari contoh soal diatas adalah


10. ENERGI POTENSIAL

Pengertian Energi Potensial

Energi potensial yaitu energi yang dimiliki suatu benda karena adanya pengaruh
kedudukan dari benda tersebut.

Energi potensial juga bisa dibsebut energy diam, karena ketika benda diam pun juga
memiliki energi potensial.

Energi Potensial Listrik

Energi ini dapat terjadi bila sebuah partikel bermuatan bergerak dalam sebuah
medan listrik. Ketika itu medan listrik akan mengerahkan gaya dan melakukan kerja
ke partikel tersebut. Nah kerja itulah yang dapat dinyatakan sebagai energi
ppotensial listrik. Secara sistematis, energi potensial listrik dapat dituliskan sebagai
berikut :

Ep = k(q0q/r)

Dimana  

 Ep = potensial listrik (joule)


 k = konstanta (9×109N.m2/C2)
 q0 = muatan sumber (coloumb)
 q = muatan uji (coloumb)

Energi Potensial Gravitasi

Sebuah benda akan jatuh menumbuk tanah. Perubahan kedudukan ini disebut
dengan energi potensial, karena geraknya disebabkan oleh gaya grafitasi bumi,
maka energi potensil ini disebut dengan energi potensial gravitasi. Penergi potensial
gravitasi dapat dituliskan secar matematis dengan rumus berikut ;
Ep = mgh

Dimana

 Ep = energi potensial gravitasi (joule)


 m = massa benda (kg)
 h = ketinggian suatu benda (m)

Energi Potensial Pegas

Istilah energi potensial pegas, pati akan berkaitan dengan pegas.dimana, energi in
dibutuhkan untuk menekan atau meregangkan pegas. Secara sistematis perumusan
energi potensial pegas dapat dicari dengan :

Ep = ½ kx2

Dimana

 Ep = potensial listrik (joule)


 k = konstanta (9×109N.m2/C2)
 x = perubahan posisi (m)

Contoh Soal Energi Potensial

Sebuah pegas memiliki konstanta pegas 400N/m. pegas tersebut digunakan untuk
melontarkan pelur dengan massa 10 g.

Berapakah kecepatan peluru ketika pegas ditekan sejauh 10 cm dari kedaan


setimbang?

Pembahasan
Diketahui

k = 400 N/m

m = 10 g = 1x 10-2 kg

x = 10 cm = 0.01 m

Penyelesaian

Ep = E k

½ kx2 = ½ mv2

½ 400 (1×10-2) = ½ (1x 10-2) v2

v = 20 m/s

Jadi, kecepatan peluru ketika pegas ditekan sejauh 10 cm dari kedaan setimbang
adalah 20 m/s.

11. ENERGI KINETIK

Pengertian Energi Kinetik

Energi kinetik merupakan salah satu energi mekanik selain energi potensial. Kita
sudah mendefinisikan bahwa Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda
karena keadaan dan kedudukannya (posisinya). Sedangkan energi kinetik adalah
energi yang dimiliki benda karena gerakannya. Satuan energi kinetik adalah
kgm2/s2, sedangkan dalam SI sering disebut joule.

Rumus Energi kinetik

Rumus energi kinetik dapat diperoleh dari penurunan rumus pada kasus berikut Ini :

Misalnya sebuah batu bermassa m dilempar dari titik P dengan kecepayan v P. batu
mencapai titik tertinggi di titik Q yang terletak pada ketinggian h.

Dengan rumus gerak jatuh (glbb) kita dapat menghitung tinggi h sebagai berikut :
v = vo + at

vQ = vp– gt

0 = vp– gt

t = vp/g

y = yo + vo t + ½ at2

yQ = yp + vpt – ½ at2

yQ-yP  = vp (vp/g) – ½ g (vp/g)2

h = ½ (vp2/g )

energi total di titik P:

Edititik P = (Ek)p – 0 = (Ek)P

Energi total di titik B :

Edititik Q  = mgh – 0 = mgh

Jika kita mengabaikan gesekan udara , maka energi total di P harus sama dengan
energi total Q maka:

Edititik P = Edititik Q

(Ek)P = mgh = mg (1/2) (vp2/g )


Atau

(Ek)P = ½ mvp2

Maka secara umum rumus energi kinetik adalah :

Ek= = ½ mv2

Keterangan :

 Ek = energi kinetic (Joule)


 M =massa (kg)
 V =kecepatan (m/s)

Hubungan Usaha dan Energi Kinetik

Usaha menghasilkan perubahan energi kinetic. Hal tersebut bisa dinyatakan dalam
persamaan berikut ini :

W = Ek2 –EK1

F s = ½ mvt2 –½ mvo2

Keterangan :

 Ek1 = energi kinetic awal


 Ek2 = energi kinetic akhir
 F = gaya
 S = perpindahan
 W= usaha

Contoh Soal Energi Kinetik

1. Sebuah batu bermassa 0.5 kg dijatuhkan dari ketinggian 100 m. jika batu dilepas
tanpa kecepatan awal, maka tentukanlah energi kinetic batu pada keadaan berikut
ini :

 Batu mencapai ketinggian 80 m


 Batu mencapai ketinggian 30 m
 Batu hampir mencapai tanah (g=9.8 m/s2)

Pembahasan
Pertama, kita mengambil acuan diatas tanah. Energi potensial awal adalah mgh o,
karena energi kinetic awal nol (batu diam) maka energi total pada keadaan awal E =
mgho

Ketika mencapai ketinggian y, energi potensialnya menjadi mgy dan muncul energi
kinetic anggap saja sebagai Ek. jadi energi total pada ketinggian y adalah :

E = mgy + Ek

Karena energi awal harus sama dengan energi akhir maka diperoleh :

mgy + Ek  = mgyo

atau

Ek = mg (yo-y)

Diketahui

m= 0.5 kg

y0 = 100 m

ya = 80 m

yb = 30 m

yc = 0 m

g = 9.8 m/s2

ditanya :

Ek = ….?

Jawab :

(Ek)a = mg (y0-y) = 0,5 . 9,8 (100-80) = 98 J

(Ek)b = mg (y0-y) = 0,5 . 9,8 (100-30) = 343 J

(Ek)c = mg (y0-y) = 0,5 . 9,8 (100-0) = 490 J

12. HUKUM KEKEKALAN ENERGI

Pengertian Hukum Kekekalan Energi

Total energi ini dabat bermacam macam wujudnya misalnya yaitu energi kinetic,
energi potensial, energi panas, dan sebagainya. Beberapa energi tersebut pada
konsep hukum kekekalan energi berarti energi tersebut dapat berubah menjadi
energi lain yang sifatnya kekal.

Energi Mekanik

Energi mekanik merupakan jumlahan dari energi kinetik dan energi potensial.

Rumus Hukum Kekekalan Energi

Rumus dalam hukum kekekalan itu tidak sulit yang terenting adalah kalian mengerti
konsep yang melekat pada rumus tersebut. Oke kita mulai dari sini.

1. Rumus Energi Mekanik

Em = Ek + Ep

Ek = ½ m v2

Ep = m g h

2. Rumus Hukum Kekekalan Energi

Emsebelum = EMsesudah

Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2

½ m1 v12 + m1 g h1 = ½ m2 v22 + m2 g h2

Dimana

 Em = Energi mekanik (J)


 Ek = Energi kinetic (J)
 Ep = Energi potensial (J)
 m = massa (kg)
 v = kecepatan (m/s)
 g = gaya gravitasi (m/v2)
 h = ketinggian (m)

Contoh Soal Hukum Kekekalan Energi

Sebuah buah kelapa yang massanya 4kg jatuh dari pohonnya tanpa kecepatan awal
dari ketinggian 20 m diatas permukaan tanah. Jika percepatan gravitasi 10 m/s2.
Berapa kecepatan buah kelapa pada saat ketinggian 10 m?

Pembahasan

Diketahui

m1 dan m2 = 4 kg
v1 = 0 m/s

h1 = 20 m

g = 10 m/s

h2 = 10m

Penyelesaian

Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2

½ m1 v12 + m1 g h1 = ½ m2 v22 + m2 g h2

½ 3 02 + 4 10 20 = ½ 4 v22 + 3 10 10

0 + 800 = 2 v22 + 300

2 v22 = 500

v22 = 250

v2 = 15.81

Jadi kecepatan  buah kelapa saat berada pada ketinggian 10 m adalah 15.81 m/s

13. GAYA

Pengertian Gaya
Gaya adalah suatu tarikan dan dorongan yang bisa terjadi terhadap sebuah
benda.Gaya juga dapat menyebabkan suatu perubahan posisi,gerak dan perubahan
bentuk pada sebuah benda.Sebuah gaya juga dapat termasuk ke dalam besaran
Vektor, karena gaya mempunyai sebuah nilai dan arah.

Rumus dan Satuan Gaya :


Rumus Rumus Gaya

Gaya dirumuskan oleh 3 rumusan yaitu:

1. Hukum Newton 1

Benda yang semula diam akan tetap diam,dan juga benda yang bergerak beraturan
akan tetap bergerak beraturan.

RUMUS :   ΣF=0

Keterangan :

ΣF = Resultan Gaya(Kg m/s2)

2. Hukum Newton 2

Gerak benda selalu berbanding lurus dengan resultan dan gaya akan bekerja pada
benda yang selalu berbanding terbalik dengan massa bendanya.

RUMUS :    ΣF=m.a

Keterangan :

ΣF = Resultan Gaya(Kg m/s2)

m = massa benda(kg)

a = percepatan(m/s2)

3. Hukum Newton 3

          Disetiap aksi maka akan timbul sebuah reaksi,jika suatu benda mengerjakan
gaya terhadap sebuah benda,maka berarti kedua benda akan saling membalas gaya
dari arah berlawanan.

RUMUS :     ΣFAKSI = -ΣFREAKSI


 

Contoh Soal – Soal

1. Seorang anak sedang mendorong benda dengan gaya sebesar 80


N,sehingga benda yang didorong tersebut bergerak dengan kecepatan
tertentu.Bila suatu massa benda itu 8 kg,maka carilah percepatan benda
tersebut!

Penyelesaian :

Diketahui:

F = 80 N

m = 8 kg

ditanya: a =….?

Jawab:

a = F/m

a = 80 N/8kg

a = 10 m/s2

Jadi, percepatan benda tersebut yaitu = 10 m/s 2

14. TEKANAN

Pengertian Tekanan

Tekanan dalam bidang fisika didefinisikan sebagai besar suatu gaya per satuan
luas.

Rumus Tekanan

Rumus Tekanan Umum

p = F/A

Keterangan:

 p = Tekanan (Pa)
 F = Gaya (N)
 A = Luas bidang (A)

Rumus Tekanan Hidrostatis


p=ρgh

dimana

 ρ = massa jenis
 g = gaya gravitasi (m/s2)
 h = kedalaman benda dari permukaan cairan (m)

Rumus Tekanan Udara

h = (760-x) 10

dimana

 h = ketinggian suatu tempat (m)


 x = tekanan tempat tersebut (mmHg)

Dari persamaan diatas skita dapat menyimpulkan dimensi secara umum tekanan


yaitu M/LT2.

Contoh Soal Tekanan

1. Kota Kebumen berada 200 m di atas permukaan air laut. Jika tekanan di atas
permukaan air laut adalah 76 cmHg, tentukan tekanan udara di kota Kebumen,
nyatakan dalam cmHg! 

Pembahasan

Diketahui

Setiap kenaikan 100 m tekananudara luar turun 1

h Kebumen = 200 m tekanan turun 2

Penyelesaian

P = 76 – 2

P = 74 cmHg

Jadi tekanan udara di Kebumen adalah 74 cmHg

15. USAHA

Rumus Usaha Dalam Fisika

Usaha dinotasikan dengan simbol huruf W, dimana merupakan singkatan bahasa


Inggris dari kata Work yang memiliki arti kerja. Satuan usaha ialah Joule. Satuan ini
didefinisikan sebagai besarnya energi yang diperlukan untuk memberi gaya sebesar
satu Newton dengan jarak sejauh satu meter. Maka dari itu, satu Joule sama dengan
satu Newton meter (N.m). Berikut rumusnya.

Rumus Usaha

Rumus Usaha dinotasikan dengan lambang berikut :

W = F.s
W = m.a.s

Keterangan:

W = Usaha yang dilakukan (Joule)


F = Gaya yang diberikan (N)
s = Jarak perpindahan objek (m)
m = Massa (kg)
a = Percepatan (m/s2)

Contoh Soal Usaha Fisika

Berapa usaha yang dibutuhkan untuk memindahkan batu seberat 100 kg dengan
jarak perpindahan sejauh 2 m?

Penyelesaian

Usaha = F.s
Usaha = m.a.s
W = 100 x 9,8 x 2
W = 1960 Joule

Jadi, usaha yang dibutuhkan ialah sebesar 1960 Joule.

Rumus Usaha Dengan Sudut

Apabila gaya yang diberikan pada suatu objek membentuk sudut, maka
persamaannya ialah sebagai berikut :

W = F cos θ . s

Keterangan :

θ = besarnya sudut yang dibentuk gaya karena perpindahan.

Nilai usaha yang dilakukan bisa berupa positif atau negatif. Hal ini tergantung arah
gaya akan perpindahannya. Apabila gaya yang diberikan pada suatu objek
berlawanan arah dengan perpindahannya, maka usaha yang dilakukan bernilai
negatif. Sementara apabila gaya yang diberikan searah dengan perpindahan, maka
objek tersebut memberikan usaha positif.
Contoh Soal Usaha Dengan Sudut

Peti dengan massa 50 kg ditarik sepanjang lantai datar dan memiliki gaya 100 N.
Usaha yang dikerahkan ini membentuk sudut 37 derajat. Lantai kasar dan gaya
geseknya sebesar Fges 50 N. Dengan mengetahui hal tersebut, hitunglah usaha
yang dilakukan tiap gaya yang bekerja pada peti serta usaha yang dilakukan gaya
total pada peti tersebut.

Penyelesaian

Dengan menggunakan rumus usaha yang ada di awal tadi, maka usaha dari gaya
orang serta gesek bisa dihitung. Berikut caranya.

Wfo = Fo. cos θ . S


Wfo = 100 cos 37 40
Wfo = 100. 0,8 . 40
Wfo = 3.200 joule
Wges = Fges . s
Wges = 50 . 40
Wges = 2.000 joule
Gaya total yang bekerja ialah 3.200 – 2.000 = 1.200 Joule.

Rumus Usaha Bernilai Nol

Usaha juga bisa bernilai nol (0) atau objek tak melakukan usaha apabila diberikan
gaya namun tak terjadi perpindahan. Selain itu, usaha juga bernilai nol apabila gaya
yang diberikan tegak lurus dengan perpindahan.

Gaya yang diberikan kepada benda belum tentu menghasilkan usaha. Misalnya
saja, apabila anda mendorong tembok, anda tak memberikan usaha terhadap
tembok tersebut. Anda mungkin hanya akan merasa lelah dikarenakan telah
membebaskan energi melalui otot. Tembok memang tidak akan bergerak (s = 0).

Apabila hal tersebut dimasukkan ke dalam rumus usaha W = F.s, maka hasilnya
usaha nol. Ada pula kasus usaha bernilai nol, yakni jika anda mengangkat batu
dengan mendorongnya secara vertikal ke atas dan anda berjalan horizontal. Hal ini
dikatakan usahanya bernilai nol.

Perlu diketahui, nilai θ sama dengan 90, maka apabila dimasukkan ke rumus usaha
W = Fcos θ . s, usahanya nol. Cos 90 sama dengan 0.

16. DAYA

Rumus Menghitung Daya Listrik Menurut Konsep Usaha

Yang dimaksud didalam Daya Listrik Menurut Konsep Usaha ialah besarnya usaha


didalam memindahkan muatan per satuan waktu atau bisa disimpulkan secara lebih
sederhana ialah Jumlah Energi Listrik yang dipakai disetiap detik. Dan untuk Cara
Menghitung Daya Listrik dengan menggunakan Konsep Usaha ini seperti dibawah
ini :

P=E/t

P adalah Daya Listrik

E adalah Energi dalam satuan Joule

t adalah waktu dalam satuan detik

Rumus Mencari Daya Listrik Secara Umum

Kemudian Rumus Daya Listrik secara umum yang sering digunakan dan dipakai
dalam menghitung sebuah Rangkaian Listrik adalah

P = V x I atau P = I² x R atau P = V²/R

P adalah Daya Listrik dalam Satuan Watt

V adalah Tegangan Listrik dalam Satuan Volt

I adalah Arus Listrik dalam satuan Ampere

R adalah Hambatan dalam Satuan Ohm

Contoh Soal Menghitung Daya Listrik

1. Contoh Soal Daya Listrik Pertama : ” Terdapat sebuah Laptop yang akan
digunakan dan memerlukan Tegangan Listrik sebesar 220 Volt dan Arus Listrik
sebesar 1.2 Ampere untuk mengaktifkan Laptop tersebut. Hitunglah Daya Listrik
yang diperlukannya ?

Jawaban :

P=VxI

P = 220 Volt x 1.2 Ampere

P = 264 Watt

Sehingga Daya Listrik yang akan dikonsumsi oleh Laptop tersebut sebesar 264 Watt

17. GETARAN

Pengertian Getaran

Getaran merupakan suatu peristiwa gerak bolak balik suatu benda yang melalui titik
setimbang.
Rumus Getaran

1. Frekuensi

F = n/t

Dimana

 F = frekuensi (Hz)
 n = jumlah getaran
 t = waktu (s)

2. Periode

T = t/n

Dimana

 T = periode (s)
 t = waktu (s)

3. Perbandingan T dan F

T = 1/F dan F = 1/T

Contoh Soal Getaran

1. Sebuah bandul digetarkan sehingga selama 2 menit menghasilkan 80 getaran.


Tentukan periodenya?

Pembahasan

Diketahui

t = 2 menit = 120s

n = 80 getaran

Penyelesaian

T = t/n

T = 120/80 = 1.5 s

Jadi periode getaran tersebut adalah 1.5s

18. GELOMBANG
Pengertian Cepat Rambat Gelombang Bunyi

Bunyi ialah sebuah gelombang longitudinal yang terjadi karena ada nya suatu
getaran dan dapat merambat sehingga dapat sampai ke telinga makhluk hidup,
seperti manusia dan juga hewan. Lalu telinga yang berfungsi dengan baik akan
mendengar berbagai suara – suara yang ada di sekeliling nya.

Rumus Cepat Rambat Gelombang Bunyi

V=s/t

Keterangan :

 v = kecepatan ( m/s )
 s = jarak ( m )
 t = waktu ( s )

Namun jika yang telah di ketahui yaitu frekuensi nya ( f ), panjang gelombang ( λ ),
atau periode nya ( T ), maka kalian tidak usah menggunakan rumus yang di atas tapi
kalian harus menggunakan rumus yang di bawah ini :

v = λ x f atau v = λ / f

Keterangan :

 v = kecepatan ( m/s )
 λ = panjang gelombang ( m )
 f = frekuensi ( Hz )

Oke, setelah mengetahui soal rumus – rumus nya, maka sekarang kita lanjut ke
contoh soal dan pembahasan nya silahkan kalian lihat di bawah ini !

Contoh Soal Cepat Rambat Gelombang

Contoh Soal 1
1. Tentukanlah frekuensi dan periode dari sebuah gelombang bunyi jika panjang
gelombang nya adalah 20 meter dan cepat rambat bunyi nya 400 m/s ?

Jawab :

Di ketahui :

v = 400 m/s
λ  = 20 m

Di tanya : frekuensi dan  periode…?

Jawab :

Frekuensi :
v = λ x f
f=v/λ
f = 400 m/s  / 20 m = 20 Hz

Periode :
v = λ / T
T =  λ / v
T = 20 m / 400 m/s = 1 / 20 sekon

19. BUNYI

Pengertian Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi atau biasa kita sebut dengan suara adalah gelombang yang
merambat lelalui suatu medium rambat. Gelombang bunyi merupakan jenis
gelombang longitudinal. Gelombang bunyi disebut gelombang longitudinal karena
arah rambatnya samadengan arah geraknya.

Rumus Gelombang Bunyi

1. Taraf Intensitas Bunyi

I = P/A

TI = 10 log(I/I0)

Dimana

 I = intensitas bunyi (W/m2)


 P = daya sumber bunyi (W)
 A = luas area (m2)
 TI = Taraf intensitas (dB)
 I0 = Intensitas ambang bunyi (W/m2)
2. Karakteristik Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi mengalami kecepatan rambat berbeda beda  bergantung juga


pada medium perambatannya.

 Medium Padat

v = sqrt (E/ρ)

 Medium Gas

v = sqrt (γ P/ρ)

 Medium Cair

v = sqrt (B/ρ)

dimana

 v = kecepatan rambat gelombang bunyi (m/s)


 E = modulud elastisitas (N/m2)
 ρ = massa jenis benda (kg/m3)
 P = Tekanan gas (N/m2)
 γ = konstanta laplace (kg/m3)
 B = modulus Bluk (N/m2)

Contoh Soal Gelombang Bunyi

1. Sebuah sumber bunyi menghasilkan daya 60 W memancarkan gelombang ke


medium sekelilingnya yang homogen. Berapa intensitas radiasi gelombang tersebut
pada jarak 5 m dari sumber?

Pembahasan

Diketahui

P = 60W

R=5m

Penyelesaian

I = P/A

I = P/4 pi R2

I = 60 / 4 3.14 52

I = 0.191 W/m2
20. GELOMBANG CAHAYA

Pengertian Gelombang Cahaya

Cahaya adalah gelombang elegtromagnetik yang memiliki panjang gelombang 400 –


700 nm.

Rumus Gelombang Cahaya

Penulisan secara matematis untuk menyatakan penemuan Max Planck yakni

E = (h.c)/ λ

Dimana

 h = konstanta Planck (6,63 x 10-34 J.s)


 E = Energi foton (J)
 c = laju cahaya (m/s)
 λ = panjang gelombang

Contoh Soal Gelombang Cahaya

Terdapat sinar dengan panjang gelombang 6600 Å , kecepatan cahayanya  adalah 3
x 108 m/s. dengan ketetapan  planck nya 6.6 x 10-34 Js.

Maka berapakah energy yang terkandung dalam sinar tersebut?

Pembahasan

Diketahui

 λ = 6600 Å
 c = 3 x 108 m/s
 h = 6.6 x 10-34 Js

Jawab

E = (h.c)/ λ

E = ( 6.6 x 10-34)(3×108)/6600 x 10-19

E  = 3 x 10-19 joule

21. PEMANTULAN CAHAYA

Pengertian Pemantulan Cahaya


Pemantulan cahaya sebenarnya merupakan proses terpancarnya kembali cahaya
dimana cahaya tersebut mengenai permukaan benda yang mengkilat.

Rumus Pemantulan Cahaya

Rumus Jumlah bayangan

n = (3600/α)-1

dimana

 n = banyak jumlah bayangan (buah)


 α = sudut antara dua cermin (derajat)

Rumus Pemantulan Cahaya

θi = θr

Ii sin θi = Ir sin θr

Dimana

 θi = sudut datang (derajat)


 θr = sudut pantul (derajat)
 Ii = sinar datang
 Ir = sinar pantul

Rumus Indek Bias

n1 sin θi = n2 sin θr

dimana

 n1 dan n2= indek bias

Contoh Soal Pemantulan Cahaya

1. Boni menyinari sebuah kaca tebal dengan sudut 60° terhadap garis normal. Jika
cepat rambat cahaya di dalam kaca adalah 2 × 10 8 m/s, tentukan indeks bias kaca
dan sudut biasnya.

Pembahasan

Diketahui

θi = 600

V2 = 2 × 108 m/s
V1 = 3 × 108 m/s

n1= 1

Penyelesaian

n = c/v

n = 3 × 108/2 × 108

n = 1.5

Jadi indek bias kaca tebal tersebut ialah 1.5

n1 sin θi = n2 sin θr

1 sin 60 = 1.5 sin θr

sin θr = 0.866/1.5

sin θr = 0.577

θr = 35.260

Jadi sudut pantul sinar tersebut adalah 35.26 0

22. MEDAN MAGNET

Pengertian Medan Magnet

Medan magnet merupakan sebuah ilustrasi yang bertujuan untuk menggambarkan


dan memvisualkan bagaimana gaya magnet terdistribusi di antara suatu benda
bermagnet atau disekitar benda bermagnet itu sendiri.

Rumus Medan Magnet

1. Rumus Besar Medan Magnet

B = μ0 I / 2 π r

Dimana

 B = besar medan magnet (T)


 μ0 = konstanta permeabilitas (4π 10-7 Tm/A)
 I = arus listrik (A)
 r = jarak dari kabel (m)

2. Rumus Besar Arus Listrik


I = B 2πr/ μ0

Dimana

 B = besar medan magnet (T)


 μ0 = konstanta permeabilitas (4π 10-7 Tm/A)
 I = arus listrik (A)
 r = jarak dari kabel (m)

Contoh Soal Medan Magnet

1. Seutas kawat dialiri arus listrik i = 4 A seperti gambar berikut !

Tentukan :

 Kuat medan magnet di titik A


 Kuat medan magnet di titik B
 Arah medan magnet di titik A
 Arah medan magnet di titik B

Pembahasan

Diketahui

I=4A

rA = 2m

rB = 1m

Penyelesaian

B = μ0 I / 2 π rA

B = 4 π 10-7 4 / 2 π 2

B = 4 10-7 T

Jadi medan magnet pada titik A adalah 4 10 -7 T

B = μ0 I / 2 π rB
B = 4 π 10-7 4 / 2 π 1

B = 8 10-7 T

Jadi medan magnet pada titik B adalah 8 10 -7 T

Pada soal yang menanyakan arah kita dapat menggunakan aturan tanga kanan,
dimana ibu jari diasumsikan sebagai arus dan empat jari lainnya sebagai medan
magnet dengan posisi menggenggam kawat di titik A.

Sehingga arah medan magnet pada titik A ialah ke luar atau mendekati
pembaca.

Pada soal yang menanyakan arah kita dapat menggunakan aturan tanga kanan,
dimana ibu jari diasumsikan sebagai arus dan empat jari lainnya sebagai medan
magnet dengan posisi menggenggam kawat di titik B.

Sehingga arah medan magnet pada titik B ialah ke dalam atau menjauhi
pembaca

23. INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

Pengertian Induksi Elektromagnetik

Induksi Elektromagnetik merupakan peristiwa timbulnya arus listrik akibat adanya


perubahan flukc magnetic. Fluks magnetic adalah garis-garis gaya magnet yang
menembus suatu bidang. Semakin besar garis gaya magnet yang menembus
bidang maka arus yang dihasilkan akan semakin besar.

Rumus Induksi Elektromagnetik

Secara umum InduksiElektromagnetik atau GGL induksi dapat ditulis sebagai


berikut:

Rumus Induksi Elektromagnetik

ε = B A ω N sin θ

Keterangan

 ε = GGL Induksi atau Induksi Elektromagnetik (Volt)


 B = induksi magnet (T)
 A = luas penampang (m2)
 ω = kecepatan sudut kumparan (rad/s)
 θ = sudut (0)

Dilihat dari persamaan umum induksi elektromagnetik ini kita dapat melihat bahwa
nilai GGL induksi maksimum timbul jika θ bernilai 90 0 atau sin θ bernilai 1.
Contoh Soal Induksi Elektromagnetik

Kumparan kawat luasnya A terdiri dari N lilitan. Kumparan tersebut berputar dengan


kecepatan sudut ω dalam medan magnet homogen yang memiliki rapat fluks
magnetnya B sehingga menghasilkan GGL induksi maksimum ε. jika GGL
maksimum menjadi 6 kali semula, maka ….

 a. ω diperbesar 2 kali dan A diperbesar 3 kali


 b. N diperbanyak 3 kali dan kecepatan sudutnya diperbesar 3 kali
 c. N dan kecepatan sudutnya diperbesar 2 kali
 d. A diperkecil 1/3 kali dan kecepatan sudut diperbesar 4 kali
 e. N dan luas kumparan diperkecil 1/6 kali

Pembahasan

Diketahui

 Luas penampang = A
 Jumlah lilitan = N
 Kecepatan sudut = ω
 Rapat fluk magnetic = B
 GGL induksi = Ɛ

Ditanya

Agar GGL induksi menjadi 6 kali, yang perlu diubah ialah?

Penyelesaian

Ɛ = NBAω sin θ

Ɛ1 / Ɛ2 = N B A1 ω1 / N B A2 ω2

Ɛ / Ɛ2 = A1 ω1 / 3A1 2ω1

Ɛ2 = 6Ɛ

Jadi yang diperlukan untuk membuat GGL induksi magnetic menjadi 6 kali
sebelumnya  kita perlu meperbesar kecepatan sudut (ω) 2 kali dan memperbesar
luas penampang (A) 3 kali sebelumnya. Oleh sebab itu jawaban yang benar ialah
pilihan jawaban a.

24. IMPLUS

Pengertian Impuls

Pengertian dari impuls ialah sebuah peristiwa gaya yang bekerja pada benda dalam
waktu yang hanya sesaat. Bisa juga di artikan bahwa impuls ialah sebuah peristiwa
bekerja nya gaya dalam waktu yang sangat singkat. Lalu untuk membuat sebuah
benda yang diam menjadi bergerak diperlukan sebuah gaya yang bekerja pada
benda tersebut selama interval waktu tertentu. Dan gaya yang diperlukan untuk
membuat sebuah benda tersebut bergerak dalam interval waktu tertentu disebut
dengan ( impuls ).

Secara matematis rumus dari impuls di tuliskan seperti berikut ini :

I = F . Δt

Keterangan :

 F = gaya ( N )
 Δt = waktu ( s )
 I = impuls ( N.s )

Hubungan Antara Impuls Dengan Momentum

Salah satu dari hukum newton mengatakan ” bahwa gaya yang bekerja pada
sebuah benda akan sama dengan perkalian massa dan percepatan nya “. Dengan
ada nya pernyataan tersebut maka akan diperoleh sebuah rumus seperti berikut ini :

F = m . a jika kita masukan kedalam sebuah rumus I = F . ∆t maka, akan muncul


sebuah rumus baru seperti berikut ini :

I = F. ∆t

I = m . a ( t2 – t1 )

I = mv/t ( t2 – t1 )

I = m . v1 – m . v2

Dengan begitu dapat di tarik sebuah kesimpulan, bahwa besar nya impuls yang di
kerjakan atau bekerja pada sebuah benda akan sama dengan besar nya dengan
perubahan momentum pada benda tersebut.

Akan tetapi, bila tidak ada gaya luar yang mempengaruhi benda nya maka jumlah
momentum akan tetap sama karena jumlah momentum awal dan jumlah momentum
akhir akan sama.

Contoh Soal Implus

1. Sebuah bola dipukul dengan gaya 50 N dengan waktu 0,01 sekon. Maka
tentukanlah berapa besar impus dari bola tersebut ?

Di Jawab :

I = F . Δt
I = 50 N . 0,01 s
I = 0,5 Ns
25. MOMENTUM

Pengertian Momentum

Setiap benda yang ingin bergerak pasti memiliki sebuah ( kekuatan gerak ). Hal ini
ialah sebuah contoh dari momentum atau yang kerap disebut dengan momentum.
Untuk lebih jelas nya, mari kita bahas bersama tentang pengertian momentum.
Silahkan kalian lihat pembahasan nya di bawah :

Kekuatan gerak yang ada pada benda dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu massa dan
kecepatan dari benda. Jadi Momentum adalah besaran yang berhubungan
dengan kecepatan dan massa pada suatu benda. Momentum merupakan salah satu
istilah di dalam ilmu fisika yang mengacu pada kuantitas gerak suatu benda dan
massa yang dimiliki objek. Definisi momentum itu sendiri diartikan sebagai besaran
yang didapatkan dari perkalian antara besaran vektor kecepatan gerak dengan
besaran skalar massa benda.

Rumus Momentum

Rumus Momentum

Rumus Menghitung Momentum p = mv


Satuan kg . m/s

Keterangan :

 p = momentum ( kg.m/s )
 m = massa benda ( kg )
 v = kecepatan benda ( m/s )

Contoh Soal Momentum

Budi memiliki badan yang gemuk dengan berat badan 100 kg berlari dengan
kecepatan tetap yaitu 108 km/jam. Berapakah momentum dari budi tersebut ?

Penyelesaian :

Diketahui :
m = 100 kg

v = 108 km/jam di konversi ke m/s maka 108000/3600 = 30 m/s

Jawaban :

P = 100 x 30 = 3.000 kg m/s


RUMUS-RUMUS KIMIA

1. ATOM

Atom adalah partikel-partikel kecil yang menyusun materi. Awalnya, atom dikenal
sebagai partikel kecil yang tidak dapat dibagi-bagi.

1. Bilangan kuantum utama (n)

Bilangan kuantum ini menunjukkan letak elektron pada kulit atau tingkat energi
utama.

n = 1, kulit K

n = 2, kulit L

n = 3, kulit M

n = 4, kulit N

dst.

2. Bilangan kuantum azimuth (l)

Bilangan kuantum ini menunjukkan subkulit yang nilainya dari nol (0) hingga (n-1).

n = 1, maka l = 0

n = 2, maka l = 0 dan 1

n = 3, maka l = 0, 1, dan 2

n = 4, maka l = 0, 1, 2, dan 3

dst.

3. Bilangan kuantum magnetik (m)

Bilangan kuantum ini menunjukkan  orientasi orbital dalam ruang di sekitar inti atom.
Nilai dari bilangan kuantum ini dari –l hingga +l.

l = 0, maka m = 0

l = 1, maka m = -1, 0, +1

l = 2, maka m = -2, -1, 0, +1, +2


l = 3, maka m = -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3

4. Bilangan kuantum spin (s)

Bilangan kuantum ini menunjukkan arah putaran elektron pada orbital. Pada orbital
dapat diisi maksimum oleh dua elektron yang berlawanan arah putaran. Harga s =
+ ½  jika searah jarum jam, sedangkan harga s = – ½   jika berlawanan jarum jam.

Contoh Soal Perkembangan Teori Atom

1. Jumlah elektron maksimum yang terdapat pada kulit L adalah …

Pembahasan

Kulit L berarti n = 2;

n = 2, maka l = 0 dan 1;

untuk subkulit l = 0, maka m = 0 (1 orbital);

untuk subkulit l = 1, maka m = -1, 0, +1 (3 orbital);

jumlah orbital pada kulit L = 1 + 3 = 4 orbital;

karena dalam 1 orbital dapat diisi maksimum oleh 2 orbital, jadi untuk 4 orbital dapat
diisi maksimum oleh 8 elektron.

2. STRUKTUR ATOM

Pengertian Struktur Atom

Struktur atom merupakan unit dasar materi yang terdiri dari inti atom dan awan
elektron yang memiliki muatan negatif (-) di sekelilingnya.

Elektron ditemukan oleh J.J. Thompson melalui percobaan sinar katode.

Dari percobaannya, diperoleh bahwa elektron tidak memiliki massa dan bermuatan
elektron -1, dilambangkan: 

Proton

Proton ditemukan oleh Eugene Goldstein melalui percobaan yang menghasilkan


sinar anode.
Dari percobaannya, diperoleh bahwa proton memiliki massa 1 sma (satuan massa
atom) dan memiliki muatan +1, dilambangkan dengan: 

Inti Atom

Inti atom ditemukan oleh Ernest Rutherford melalui percobaan penghamburan sinar
alfa.

Dari percobaannya, diperoleh bahwa inti atom bermuatan positif yang dikelilingi oleh
elektron yang bermuatan negatif.

Neutron

Neutron ditemukan oleh James Chadwick melalui percobaan penembakan partikel


alfa pada inti atom dan dihasilkan radiasi partikel berdaya tembus tinggi yang
bersifat netral, namun memiliki massa hampir sama dengan proton.

Massa 1 neuton adalah 1,675 x 10-24 gram. Neutron dilambangkan dengan: 

Dalam penulisan atom, nomor atom (Z) dituliskan di sebelah kiri bawah, sedangkan
nomor massa (A) dituliskan di sebelah kiri atas dari lambang atom.

Berikut ini merupakan lambang atom.

dimana :

 X = lambang unsur
 Z = nomor atom = jumlah proton
 A = nomor massa = inti atom = jumlah proton + neutron

Massa Atom

Atom adalah partikel penyusun zat yang memiliki ukuran sangat kecil sehingga
massa satu atom terlalu kecil apabila digunakan dalam perhitungan.

Oleh karena itu, massa atom dinyatakan dengan satuan massa atom (sma) dimana
1 sma sama dengan 1/12 kali massa 1 atom  netral, yaitu sebesar 1,66053886 x
10-27 kg.

Massa atom ditentukan oleh jumlah nukleon (proton + neutron).


Massa Atom Relatif

Massa atom relatif (Ar) adalah massa rata-rata dari isotop-isotop unsur tertentu
dalam satuan massa atom (sma) sesuai kelimpahannya di alam (%).

Misalnya, atom  memiliki kelimpahan di alam sebesar 99,985% dan atom  


memiliki kelimpahan di alam sebesar 0,015%, maka massa atom relatifnya dapat
dihitung sebagai berikut.

Massa Atom Relatif (Ar H) = (massa  x persentase kelimpahan di alam) + ( massa


 x persentase kelimpahan di alam)

Massa Atom Relatif (Ar H) = (1,0078 sma x 99,985%) + (2,0141 sma x 0,015%)

Massa Atom Relatif (Ar H) = 1,0076 sma + 0,003 sma

Massa Atom Relatif (Ar H) = 1,0079 sma

Jadi, Ar H adalah 1,0079 sma.

Isotop

Isotop adalah kelompok unsur yang memiliki nomor atom sama, namun nomor
massa berbeda. Contoh :

Isobar

Selain isotop, terdapat juga istilah isobar dan isoton. Isobar adalah kelompok unsur
yang memiliki nomor massa sama, namun nomor atom berbeda. Misalnya: 

Isoton

Sedangkan isoton adalah kelompok unsur yang memiliki jumlah neutron sama.
Misalnya: 

Contoh Soal Struktur Atom

Di alam, atom Oksigen memiliki tiga isotop, yaitu  dengan kelimpahan 99,76%;
 dengan kelimpahan 0,04% ;  dan  dengan kelimpahan 0,20%.
Massa atom (sma) dari masing-masing isotop secara berturut-turut adalah 15,9949
sma, 16,9991 sma, dan 17,9992 sma. Tentukan massa atom relatif Oksigen.

Pembahasan

Ar O = (massa  x persentase kelimpahan ) + (massa  x persentase


kelimpahan ) + (massa  x persentase kelimpahan )

Ar O = (15,9949 x 99,76%) + (16,9991 x 0,04%) + (17,9992 x 0,20%)

Ar O = 15,957 sma + 0,007 sma + 0,036 sma

Ar O = 16 sma

Jadi, massa atom relatif dari atom oksigen adalah 16 sma.

3. BILANGAN KUANTUM

Pengertian Bilangan Kuantum

Bilangan kuantum ialah bilangan yang menentukan sebuah kedudukan atau posisi
elektron pada atom yang dalam posisinya diwakili oleh suatu nilai yang menjelaskan
tentang kuantitas kekal pada sistem dinamis. Bilangan kuantum tersebut
menggambarkan sebuah sifat elektron dalam orbital.

Cara Menentukan Bilangan Kuantum

Contoh

S  mempunyai sebuah konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p4.


16
Bilangan kuantum dinyatakan dari konfigurasi elektron terakhir, maka hanya perlu
perhatikan 3p4.

3p4
Tingkat energi yang kita tandai dengan bold/tebal yaitu bilangan kuantum utama,
sehingga n = 3.

Berikutnya, P menunjukkan sebuah bilangan kuantum azimut.


l=0 dengan subkulit s, l=1  dengan subkulit p, l=2 dengan subkulit d, dan l=3 dengan
subkulit f.
Dikarenakan berada pada subkulit p, jadi l = 1.

Untuk menghasilkan nilai bilangan kuantum magnetik dan bilangan kuantum spin,
kita bisa membuat diagram orbital dari bilangan 3p 4.

↑↓   ↑    ↑
-1    0   +1

Pengisian pada elektron berakhir dalam orbital -1, sehingga m = -1. Elektron terakhir
tersebut digambarkan dengan anak panah yang mengarah ke bawah, sehingga s =
-½.

Contoh Soal Bilangan Kuantum

Contoh Soal 1

Sebuah elektron mempunyai harga pada sebuah bilangan kuantum utama (n) = 5.
Maka tentukan masing-masing bilangan kuantum lainnya?

Jawab:

Nilai n = 5

Nilai l = 0,1,2, dan 3

Nilai m = antara -1 dan +1

Untuk nilai l = 3

Jadi, nilai m = – 3, -2, -1, 0, +1, +2, +3

4. KONFIGURASI ELEKTRON

Pengertian Konfigurasi Elektron

Konfigurasi elektron adalah susunan elektron pada subkulit atom dalam orbital atom
atau molekulnya.

Harus diingat bahwa masing-masing orbital memiliki batas elektron yang dapat
mengisinya. Berikut penjelasannya.

 Orbital s mampu diisi 2 elektron


 Orbital p mampu diisi 6 elektron
 Orbital d mampu diisi 10 elektron
 Orbital f mampu diisi 14 elektron

Aturan Penulisan Konfigurasi Elektron

Ada beberapa aturan yang digunakan untuk menuliskan konfigurasi elektron , yaitu :

1. Asas Aufbau

Berdasarkan asas Aufbau, pengisian elektron pada orbital dimulai dari subkulit yang
memiliki tingkat energi lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. 

Contoh :

12 Mg = 1s2 2s2 2p6 3s2

23 V = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d3

2. Aturan Hund

Berdasarkan aturan Hund, jika elektron tersebar dalam orbital dengan tingkat energi
yang sama, elektron tidak akan berpasangan sebelum orbital tersebut terisi penuh.

Contoh :

Manakah pernyataan di atas yang memenuhi aturan Hund?


Yang memenuhi aturan Hund adalah penulisan pada nomor (ii), karena elektron
harus mengisi seluruh orbital terlebih dahulu sebelum berpasangan.

3. Larangan Pauli

Berdasarkan larangan Pauli, dalam suatu atom tidak boleh terdapat dua elektron
yang memiliki keempat bilangan kuantum (n, l, m, dan s) yang sama. Jika dua
elektron menempati orbital yang sama, maka bilangan kuantum spin dua elektron ini
harus berbeda.

Contoh :

Pada orbital 2p4, masing-masing elektron pada orbital tersebut memiliki keempat
bilangan kuantum yang tidak sama.

Untuk bilangan kuantum subkulit ke -5, n = 2, l = 1, m = -1, s = +½

Untuk bilangan kuantum subkulit ke-6, n = 2, l = 1, m = 0, s = +½

Untuk bilangan kuantum subkulit ke-7, n = 2, l = 1, m = 1, s = +½

Untuk bilangan kuantum subkulit ke-8, n = 2, l = 1, m = -1, s = -½

Konfigurasi Elektron Gas Mulia

Gas mulia adalah unsur-unsur yang memiliki kestabilan yang sangat tinggi dan
dalam sistem periodik terdapat pada golongan VIIIA.

Gas mulia terdiri dari He (Helium), Ne (Neon), Ar (Argon), Kr (Kripton), Xe (Xenon),


Rn (Radon). Sebagian unsur ini ditemukan di alam sebagai unsur monoatomik.

Hal penting yang menyebabkan gas mulia memiliki kesatabilan yang sangat tinggi
adalah konfigurasi elektronnya.

Berikut ini adalah konfigurasi elektron dari unsur gas mulia.

2 He = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d10 6p6

10 Ne = 1s2 2s2 2p6

18 Ar = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 

36 Kr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6

54 Xe = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6
86 Rn = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d10 6p6

Konfigurasi elektron gas mulia biasa digunakan untuk menyingkat penulisan


konfigurasi elektron unsur yang lain. Misalnya, penulisan elektron unsur 21Sc.

21 Sc = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d1 4s2

Jika disingkat maka menjadi

21 Sc = [Ar] 3d1 4s2

Contoh Soal Konfigurasi Elektron

1. Unsur X mengandung 11 elektron sehingga memiliki konfigurasi elektron …

Jawaban

1s2 2s2 2p6 3s1

5. ELEKTRON VALENSI

Pengertian Elektron Valensi

Elektron valensi adalah elektron dalam atom yang berperan dalam pembentukan
ikatan kimia. Pada unsur-unsur golongan utama (IA, IIA, IIIA, hingga VIIIA), elektron
valensi adalah elektron yang berada pada kulit elektron terluar.

Elektron Valensi adalah elektron di tingkat energi terluar atom yang dapat
berpartisipasi dalam interaksi dengan atom lain. Karena elektron valensi sangat
penting, atom dapat diwakili oleh diagram titik elektron yang menunjukkan hanya
elektron valensi mereka.

Elektron Valensi pada Tabel Periodik


Perhatikan gambar di atas, gambar di atas adalah sistem periodik kita akan amati
Bersama-sama. Jumlah electron valensi dapat di lihat pada table periodik  di setiap
garis atau periode jumlah electron balensi tergolong 1-2 dan 13-18 meningkat lebih
besar satu dari unsur yang ke berikutnya. Dalam setiap kolom dan baris elekton
valensi memiliki jumlah valensi yang sama. Hal tersebut menjalsakan bahwa unsur
yang tergolong memiliki sifat yang sama atau mirip.

Setiap unsur dalam golongan 1 hanya memiliki satu elektron valensi. Contohnya
termasuk hidrogen (H), lithium (Li), dan natrium (Na). Setiap unsur dalam golongan
18 memiliki delapan elektron valensi (kecuali helium, yang memiliki total hanya dua
elektron). Contohnya termasuk neon (Ne), argon (Ar), dan kripton (Kr). Oksigen,
seperti semua unsur lain dalam kelompok 16, memiliki enam elektron valensi.

Contoh Soal

6. Hukum Lavoisier

Hukum Lavoisier dicetuskan oleh ilmuwan asal Prancis, yaitu Antonie Laurent Lavoisier.
Dalam penelitiannya, Lavoisier membakar merkuri cair berwarna putih dengan oksigen
sampai dihasilkan merkuri oksida berwarna merah. Tidak sampai situ saja, Lavoisier
memanaskan merkuri oksida sampai terbentuk merkuri cair berwarna putih dan oksigen. Dari
penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa massa oksigen yang dibutuhkan pada proses
pembakaran sama dengan massa oksigen yang terbentuk setelah merkuri oksida dipanaskan.
Oleh karena itu, hukum Lavoisier dikenal sebagai hukum kekekalan massa. Adapun
pernyataan hukum Lavoisier adalah sebagai berikut.

Contoh Soal 1 (Hukum Lavoisier)


Besi bermassa 21 gram direaksikan dengan belerang sehingga membentuk 33 gram besi
belerang. Tentukan massa belerang yang bereaksi!

Pembahasan:

Sebelum menentukan massa belerang yang bereaksi, Quipperian bisa menulis persamaan
reaksinya seperti berikut.

Hukum Lavoisier menyatakan bahwa massa zat sebelum dan setelah reaksi adalah sama,
sehingga diperoleh:

Jadi, massa belerang yang bereaksi adalah 12 gram.

7. Hukum Proust (Hukum Perbandingan Tetap)

Seorang ilmuwan asal Prancis, Joseph Louis Proust, meneliti perbandingan massa unsur
yang terkandung di dalam suatu senyawa pada tahun 1799. Penelitian itu membuktikan
bahwa setiap senyawa tersusun atas unsur-unsur dengan komposisi tertentu dan tetap. Oleh
karena itu, hukum Proust dikenal sebagai hukum perbandingan tetap. Adapun pernyataan
hukum Proust adalah sebagai berikut.

Contoh Soal 2 (Hukum Proust)


Senyawa karbon dioksida dibentuk dari unsur karbon dan oksigen dengan perbandingan
massa karbon dan oksigen adalah 3 : 8. Jika unsur karbon yang bereaksi 1,5 gram, tentukan
massa oksigen yang bereaksi dan massa karbon dioksida yang terbentuk!

Pembahasan:

Dari soal tersebut diketahui:

Dengan menggunakan hukum perbandingan antara unsur dan massa yang diketahui,
diperoleh:

 Massa oksigen yang diperlukan

 Massa karbon dioksida yang terbentuk

Massa karbon dioksida yang terbentuk bisa ditentukan berdasarkan persamaan hukum
Lavoisier berikut.

Jadi, massa oksigen yang bereaksi dan massa karbon dioksida yang terbentuk berturut-turut
adalah 4 gram dan 5,5 gram.

Atau Quipperian bisa menggunakan cara SUPER “Solusi Quipper” berikut.


8. Hukum Dalton (Hukum Perbandingan Berganda)

Seorang ilmuwan asal Inggris, John Dalton, melakukan penelitian dengan membandingkan
massa unsur-unsur pada beberapa senyawa, contohnya oksida karbon dan oksida nitrogen.
Senyawa yang digunakan Dalton adalah karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2).
Dari perbandingan keduanya, diperoleh hasil sebagai berikut.

Jika massa karbon di dalam CO dan CO2 sama, massa oksigen di dalamnya akan memenuhi
perbandingan tertentu. Perbandingan massa oksigen pada senyawa CO dan CO2 yang
diperoleh Dalton adalah 4 : 8 = 1 : 2. Dengan demikian, hukum Dalton dikenal sebagai
hukum perbandingan berganda. Berikut ini pernyataan hukum Dalton.

Contoh Soal 3 (Hukum Dalton)


Dua buah senyawa oksida nitrogen (NxOy) yang tersusun atas unsur oksigen dan nitrogen
dengan komposisi sebagai berikut.

Senyawa Massa Nitrogen (gr) Massa Oksigen (gr)


I 28 16
II 28 48
Tentukan perbandingan antara massa oksigen pada senyawa I dan II!

Pembahasan:

Untuk menentukan perbandingan massa oksigen pada kedua senyawa tersebut, Quipperian
cukup melihat massa oksigen yang diketahui. Ternyata, cukup mudah menentukan
perbandingannya ya, karena massa nitrogennya sudah sama. Secara matematis, dirumuskan
sebagai berikut.

Massa oksigen I : Massa oksigen II

     16 gr             : 48 gr

        1                : 3

Jadi, perbandingan massa oksigen pada senyawa I dan II adalah 1 : 3.

9. Hukum Gay Lussac (Hukum Perbandingan Volume)

Hukum Gay Lussac dicetuskan oleh ilmuwan asal Prancis, yaitu Joseph Gay Lussac. Lussac
meneliti tentang volume gas dalam suatu reaksi kimia. Berdasarkan penelitiannya, Lusac
mengambil kesimpulan bahwa perubahan volume gas dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.
Pada suhu dan tekanan tertentu, 1 liter gas nitrogen bisa bereaksi dengan 3 liter gas hidrogen
menghasilkan 2 liter gas amonia. Adapun persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.

Adapun pernyataan hukum Gay Lussac adalah sebagai berikut.

Contoh Soal 4 (Hukum Gay Lussac)


1 liter gas hidrogen bereaksi dengan 1 liter gas klorin, sehingga dihasilkan 2 liter gas
hidrogen klorida. Jika gas hidrogen yang direaksikan 5 liter, tentukan gas hidrogen klorida
yang dihasilkan!

Pembahasan:

Untuk menentukan volume gas hidrogen klorida yang dihasilkan, Quipperian bisa
menggunakan perbandingan berikut dengan anggapan suhu dan tekanan tidak berubah.
3azJadi, volume gas hidrogen klorida yang dihasilkan adalah 10 liter.

10.Hipotesis Avogadro

Hipotesis Avogadro dicetuskan oleh seorang ilmuwan asal Italia, Amadeo Avogadro, pada
tahun 1811. Avogadro menyatakan bahwa partikel unsur tidak selalu berupa atom yang
berdiri sendiri, melainkan bisa berbentuk molekul unsur, contohnya H2, O2, N2, dan P4.
Berdasarkan pemikiran tersebut, Avogadro berhasil menjelaskan hukum Gay Lussac dan
membuat hipotesis sebagai berikut.

Dengan adanya hipotesis tersebut, diperoleh bahwa perbandingan volume gas sama dengan
perbandingan koefisien. Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.

Contoh Soal Perhitungan Kimia dengan Menerapkan Hukum atau Hipotesis


Avogadro

1) Reaksi N2(g) + 3 H2(g)→ 2 NH3(g). Jika pada 1 liter gas N2 terdapat n molekul, hitunglah
jumlah molekul H2 yang bereaksi dan jumlah molekul NH3 yang terbentuk jika reaksi
berlangsung pada temperatur dan suhu yang sama.

Jawab:

Perbandingan volume N2 : H2 : NH3 = 1 : 3 : 2 menunjukkan perbandingan molekul, jika


N2 ada n molekul maka

11. STOIKIOMETRI

Pengertian Stoikiometri
Kata “Stoikiometri” berasal dari bahasa Yunani yaitu “Stoicheion” memiliki arti
“unsur/elemen” dan kata “Metria” berarti “mengukur/ukuran”.

Stoikiometri adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif
yang berada di antara pereaksi (reaktan) dan sebuah produk (hasil reaksi) pada sebuah reaksi
kimia.

Dasar Stoikiometri Gas Ideal


Volum molar, Vm, dinyatakan sebagai volum dari 1 mol entitas (atom, ion, molekul, unit
formula) dari materi. Satuan dari volum molar (Vm) yakni L/mol.

Hukum Avogadro mendefinisikan bahwa pada tekanan dan temperatur tertentu akan tetap,
volum gas secara langsung berbanding lurus terhadap dengan sebuah jumlah gas.

Dalam keadaan STP (P = 1 atm, T = 273 K), Vm gas ideal sama dengan : 22,414 L/mol

Dalam keadaan RTP/ATP (P = 1 atm, T = 298 K), Vm gas ideal sama dengan : 24 L/mol

Didalam keadaan tertentu, berlaku hukum gas ideal:

di mana R ialah tetapan gas, R = 0,08206 L∙atm/mol∙K = 8,314 J/mol∙K

Persamaan Hukum gas ideal adalah

PV = nRT

Keterangan:

 P = tekanan (atm)
 V = volume gas (liter)
 n = jumlah mol (mol)
 R = Tekanan gas = 0,082 L atm/mol K
 T = 0 °C = 273 K
Materi Stoikiometri

Contoh Soal Stoikiometri


Pada sebuah senyawa Propana yang terbakar dengan persamaan reaksi sebagai berikut yaitu:

C3H8+O2⟶H2O+CO2

Jika 200 g propana yang terbakar, maka hitunglah berapa jumlah H2O yang seharusnya bisa
terbentuk?

Penyelesaian :

Setarakan persamaan reaksinya!

Hitung mol C3H8!

mol=m/Mr -> mol= 200 g/ 44 g/mol ->mol= 4.54 mol

Hitung rasio H2O : C3H8 -> 4:1

Hitung mol H2O dengan perbandingan contohnya 1


mol H2O : 4 = mol C3H8 : 1
-> mol H2O : 4 = 4.54 mol : 1
-> mol H2O = 4.54 x 4= 18.18 mol

Konversi dari mol ke gram.


mol = m/Mr
m = mol x Mr
m = 18.18 mol x 18
m = 327.27 gram

12. RUMUS EMPIRIS

Rumus empiris dari suatu senyawa menunjukkan jumlah atom relatif dari masing-masing unsur
dalam molekul senyawa tersebut dengan rasio (perbandingan) bilangan bulat paling sederhana.
Sebagai contoh, rumus empiris dari asam askorbat adalah C 3H4O3, di mana perbandingan jumlah
atom karbon, hidrogen, dan oksigen adalah 3 : 4 : 3. Rumus empiris dari karbon dioksida sama
dengan rumus molekulnya, yaitu CO2, sebagaimana perbandingan jumlah atom karbon dan oksigen
yang paling sederhana adalah 1 : 2. Secara umum, rumus molekul akan lebih penting dan dipilih
dibanding rumus empiris, sebab informasi dari rumus molekul lebih mendetail.

Rumus Empiris dan Kadar Unsur dalam Senyawa


Kadar unsur dalam senyawa umumnya dinyatakan dalam persen massa unsur tersebut
terhadap massa senyawa. Kadar unsur juga dapat dinyatakan sebagai massa unsur dalam 1
mol senyawa dibagi dengan massa molar senyawa tersebut lalu dikali dengan 100 persen.
Massa unsur dalam 1 mol senyawa sama dengan jumlah mol unsur (n) dalam 1 mol senyawa
dikalikan dengan massa molar unsur.

Contoh Soal Kadar Unsur dalam Senyawa dan Pembahasan

Tentukan kadar masing-masing unsur dalam senyawa aspirin (C9H8O4).

Jawab:

Dalam senyawa C9H8O4 terdapat tiga unsur, yaitu C, H, dan O.

kadar unsur C =

kadar unsur H =

kadar unsur O =

Rumus empiris senyawa dapat diketahui dari kadar unsur-unsur penyusun senyawa dengan
mengkonversi kadar unsur menjadi rasio mol unsur. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengasumsikan terdapat 100 gram sampel senyawa sehingga massa masing-masing unsur
dapat ditentukan dari kadar unsur, lalu massa unsur dibagi dengan massa molar unsur hingga
diperoleh jumlah mol masing-masing unsur. Selanjutnya, jumlah mol masing-masing unsur
dibandingkan hingga diperoleh rasio dalam bilangan bulat yang paling sederhana. Rasio mol
unsur-unsur yang menunjukkan jumlah relatif atom unsur dalam senyawa inilah yang
merupakan rumus empiris.
Contoh Soal Rumus Empiris dan Pembahasan

Dari hasil analisis unsur pada senyawa pirimidin, diperoleh kadar unsur karbon 60%,
hidrogen 5%, dan sisanya nitrogen. Tentukanlah rumus empiris senyawa primidin.

Pembahasan:

Dalam senyawa pirimidin terdapat tiga unsur, yaitu C (60%), H (5%), dan N (35% = 100% –
60% – 5%).

Mula-mula, kadar unsur dikonversi menjadi jumlah mol dengan mengasumsikan bahwa
terdapat 100 g senyawa:

jumlah mol C =

jumlah mol H =

jumlah mol N =

Rasio mol unsur C : H : N yaitu (kedua ruas dibagi 2,5)

Jadi, rumus empiris senyawa pirimidin yaitu C2H2N.

13. RUMUS MOLEKUL

Rumus molekul yang menunjukkan jumlah atom sebenarnya dari suatu molekul senyawa
dapat sama dengan rumus empiris ataupun kelipatan bilangan bulat darinya. Namun, untuk
mengetahui rumus molekul dari rumus empiris, perlu diketahui massa molar senyawa
tersebut terlebih dahulu.

rumus molekul = (rumus empiris)x

massa molar rumus molekul = x . massa molar rumus empiris

Mr rumus molekul = x . Mr rumus empiris

di mana x adalah bilangan bulat positif (1, 2, 3, …)

Contoh Soal Rumus Empiris dan Rumus Molekul dan Pembahasan


Kafein (Mr = 194) adalah zat stimulan yang banyak ditemukan dalam kopi, teh, dan minuman
ringan. Analisis unsur dari senyawa kafein menunjukkan terdapat 49,47% karbon, 5,19%
hidrogen, 28,86% nitrogen, dan 16,48% oksigen. Tentukanlah rumus molekul senyawa
kafein.

Jawab:

Dalam senyawa pirimidin terdapat empat unsur, yaitu C (49,47%), H (5,19%), N (28,86%),
dan O (16,48%).

Mula-mula, kadar unsur dikonversi menjadi jumlah mol dengan mengasumsikan bahwa
terdapat 100 g senyawa:

jumlah mol C = nC =

jumlah mol H = nH =

jumlah mol N = nN =

jumlah mol O = nO =

Rasio mol unsur C : H : N : O yaitu


(kedua ruas dibagi 1,03_

Jadi, rumus empiris senyawa kafein yaitu C4H5N2O.

Mr (C4H5N2O) = (4 x Ar C) + (5 x Ar H) + (2 x Ar N) + (1 x Ar O)

= (4 x 12) + (5 x 1) + (2 x 14) + (1 x 16) = 97

Mr rumus molekul = x . Mr rumus empiris

194 = x . 97

x=2
Oleh karena rumus molekul = (rumus empiris)x, maka rumus molekul = (C4H5N2O)2 =
C8H10N4O2.

Jadi, rumus molekul senyawa kafein adalah C8H10N4O2.

14. IKATAN KIMIA

Ikatan kimia adalah gaya yang mampu mengikat atom-atom pada molekul atau gabungan ion
pada suatu senyawa.

Ikatan Ion
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi antara ion positif (kation) dengan ion negatif (anion)
yang melakukan perpidahan atau serah terima elektron dari atom yang satu ke atom yang
lainnya. Ikatan ion dapat terjadi antara :

1. Kation dengan anion


2. Atom unsur yang memiliki energi ionisasi rendah (gol. IA dan IIA) dengan atom
unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi (gol. VIA dan VIIA)
3. Unsur logam dengan non logam

Contoh Ikatan Ion

Ikatan dalam senyawa CaCl2

Konfigurasi elektron Ca : 2  8  8  2, elektron valensi = 2

Konfigurasi elektron Cl : 2   8  7, elektron valensi = 7

Agar kedua atom tersebut stabil, maka atom Ca cenderung melepas 2 elektron membentuk
Ca2+ dan atom Cl cenderung menerima 1 elektron membentuk Cl–.

Ca (2  8  8  2) → Ca2+ + 2e–

Cl (2  8  7) + 1e– → Cl– (2x)

Reaksi : Ca + 2Cl → Ca2+ + 2Cl– → CaCl2

Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena adanya penggunaan pasangan elektron
secara bersama dari atom-atom yang berikatan sehingga menjadi stabil.

Penggunaan elektron secara bersama digambarkan dalam bentuk titik elektron (.), tanda
silang (x), ataupun bulatan kecil (•).

Tanda-tanda tersebut merupakan rumus elektron atau titik elektron yang menggambarkan
elektron valensi masing-masing atom yang berikatan.
Berdasarkan bentuk ikatannya, ikatan kovalen terbagi menjadi ikatan kovalen normal dan
ikatan kovalen koordinasi.

1. Ikatan Kovalen Normal

Ikatan kovalen normal terjadi karena adanya penggunaan pasangan elektron secara bersama,
dimana elektronnya berasal dari kedua atom yang berikatan.

Jumlah ikatannya dapat diramalkan dengan menghitung jumlah pasangan elektron yang
digunakan bersama, serta jumlah dan jenis atom yang membentuk molekul.

Oleh karena itu, terdapat ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap dua, dan ikatan
kovalen rangkap tiga.

Contoh Ikatan Kovalen Tunggal

Ikatan dalam molekul Cl2

Konfigurasi elektron Cl : 2  8  7, elektron valensi = 7

Contoh Ikatan Kovalen Rangkap Dua

Ikatan dalam molekul SiO2

Konfigurasi elektron Si : 2  8  4, elektron valensi = 4

Konfigurasi elektron O : 2  6, elektron valensi = 8

Contoh Ikatan Kovalen Rangkap Tiga

Ikatan dalam molekul N2

Konfigurasi elektron N : 2  5, elektron valensi = 5

2. Ikatan Kovalen Koordinasi


Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terjadi karena penggunaan pasangan elektron
bersama, namun pasangan elektron tersebut hanya berasal dari salah satu atom yang
berikatan.

Contoh Ikatan Kovalen Koordinasi

Ikatan dalam molekul SO2

Konfigurasi elektron S : 2  8  6, elektron valensi = 6

Konfigurasi elektron O : 2  6, elektron valensi = 6

Ikatan Logam
Elektron valensi pada atom-atom unsur logam mudah lepas karena memiliki
keelektronegatifan yang rendah dan energi ionisasi yang kecil.

Hal itu menyebabkan atom-atom tersebut akan berubah menjadi ion positif yang berada di
tengah lautan elektron yang bergerak bebas dan saling tarik menarik.

Interaksi tarik menarik itulah yang disebut ikatan logam.

Contoh Soal Ikatan Kimia


1. Apakah ikatan yang terbentuk pada molekul air (H2O)?

Pembahasan

Kedua unsur adalah unsur non logam

Konfigurasi elektron H : 1, elektron valensi = 1

Konfigurasi elektron O : 2  6, elektron valensi = 6

Jawaban : Ikatan kovalen tunggal

15. IKATAN HIDROGEN


Pengertian Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen adalah ikatan yang terjadi antara atom H dengan atom lain yang memiliki
pasangan elektron bebas (keelektronegatifan tinggi) seperti Cl, F, O, dan N.

Contoh Ikatan Hidrogen


Ikatan hidrogen digambarkan dengan garis putus-putus. Ikatan hidrogen antar molekul terjadi
pada senyawa-senyawa berikut.

1. H2O, ikatan hidrogen terjadi melalui atom H dengan atom O molekul lain

2. HF, ikatan hidrogen terjadi melalui atom H dengan atom F molekul lain

3. CH3COOH, ikatan hidrogen terjadi melalui atom O dari C=O dengan atom H dari gugus
-OH molekul lain.

Ikatan hidrogen umum terjadi pada senyawa-senyawa organik dengan gugus fungsi tertentu.
Salah satunya pada alkohol yang memiliki gugus fungsi -OH.

Perhatikan gambar berikut ini.

Ikatan hidrogen pada alkohol terjadi antar atom O pada gugus -OH dengan atom H pada
gugus -OH molekul lain.

Ikatan hidrogen dalam molekul terjadi pada senyawa organik dengan rantai panjang seperti
protein.

Protein menggandung ikatan peptida yang mengandung gugus C=O N-H. Ikatan terjadi
antara H dengan O yang membentuk struktur alfa-heliks (rantai spiral) pada protein.
Perhatikan gambar berikut ini.

Contoh Soal Konfigurasi Hidrogen


1. Dari beberapa senyawa berikut, manakah yang memiliki ikatan hidrogen?

 CH3OH (metanol)
 CH3O (metanon)
 C6H12O6 (glukosa)
 C6H6
 NH4OH
 NaHCO3
 CH3COOH

Pembahasan

Senyawa yang dapat memiliki ikatan hidrogen yaitu: CH3OH dan CH3COOH.

Atom H yang terikat pada C tidak bisa memiliki ikatan hidrogen karena tidak bermuatan
positif (dipol positif), seperti C6H12O6 dan CH3O.

Sedangkan NaHCO3 dan NH4OH merupakan senyawa berikatan ion sehingga akan terpisah
menjadi ion-ionnya ketika berada dalam larutan.

16. LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

Larutan elektrolit adalah larutan yang mengandung ion-ion dari suatu zat yang larut atau
terurai sehingga larutan dapat menghantarkan arus listrik.

Kekuatan suatu larutan elektrolit dinyatakan dengan derajat ionisasi atau derajat disosiasi
yang dilambangkan dengan tanda alfa “α”.

Nilai α ini merupakan perbandingan antara jumlah mol yang terionisasi dengan jumlah mol
yang dilarutkan dalam suatu larutan.
Nilai α berkisar 0 – 1 dengan ketentuan berikut.

 α = 1, artinya larutan terionisasi atau terdisosiasi sempurna sehingga merupakan


elektrolit kuat
 0 < α < 1, artinya larutan terionisasi atau terdisosiasi sebagian sehingga merupakan
elektrolit lemah
 α = 0, artinya larutan tidak terionisasi atau tedisosiasi sehingga merupakan larutan non
elektrolit

Nilai α dapat menjelaskan kekuatan nyala lampu dan banyaknya gelembung gas pada
elektroda saat uji elektrolit. Baca juga Polimer.

Contoh Soal Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit


Jumlah asam asetat mula-mula adalah 10 mol dan terionisasi sebesar 2,0 mol, maka asam
asetat memiliki derajat ionisasi sebesar … dan termasuk …

Jawaban

Karena nilai α diantara 0 – 1, maka termasuk elektrolit lemah.

17. REAKSI REDOKS

Pengertian Reaksi Redoks


Reaksi redoks reaksi kimia yang terdiri dari setengah reaksi oksidasi dan setengah reaksi
reduksi yang disertai dengan adanya perubahan bilangan oksidasi (biloks) baik pada reaktan
maupun produk.

Berikut ini adalah nilai biloks dari :

 Unsur bebas (misal O2, Al, dan Fe) = 0


 Unsur H dalam senyawa = +1; kecuali dalam hidrida = -1
 Unsur O dalam senyawa = -2; kecuali dalam peroksida = -1, dan dalam oksifluorida =
+2
 Unsur logam  dalam senyawa = jumlah elektron valensi (+)
 Unsur non logam dalam senyawa biner = gol. VI A (biloks = -2); gol. VII A (biloks =
-1)
 Biloks total dalam senyawa = 0
 Biloks dari ion tunggal maupun ion poliatomik = jumlah muatan
Dalam reaksi redoks, terdapat senyawa yang mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi
sehingga reaksi itu disebut reaksi autoredoks (disproporsionasi).

Ada juga reaksi redoks dimana hasil oksidasi sama dengan hasil reduksi, sehingga reaksi itu
disebut reaksi konproporsionasi.

Contoh reaksi autoredoks (disproporsionasi)

Contoh reaksi konproporsionasi

Contoh Soal Reaksi Redoks


1. Tentukan biloks dari masing-masing unsur dalam senyawa berikut.

 SO42-
 NaNO3

Pembahasan

SO42– = ion poliatomik

Biloks dari ion poliatomik = jumlah muatan = -2

Biloks O dalam senyawa = -2

Biloks S + 4 . biloks O = -2

-6 + 4 . (-2) = -2

Jadi, biloks S = -6 dan biloks O = -2.

NaNO3 = senyawa tak bermuatan

Biloks total = 0

Biloks O dalam senyawa = -2

Biloks Na (logam) = jumlah elektron valensi = +1


Biloks Na + biloks N + 3 . biloks O = 0

+1   + (+5)  + 3 . (-2)   = 0

Jadi, biloks Na = +1, biloks N = +5, dan biloks O =-2

18. LAJU REAKSI

Laju reaksi yang dimaksud di sini adalah laju berkurangnya jumlah reaktan atau laju
bertambahnya jumlah produk dalam satuan waktu.

Dalam laju reaksi digunakan jenis konsentrasi molaritas (M), dimana :

Selain itu, molaritas (M)  juga dapat diketahui dengan data persen larutan (P), massa jenis
larutan (ρ), dan massa moekul relatif (Mr).

Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut.

Persamaan Laju Reaksi


Dalam persamaan reaksi :

pA + qB → rC + sD

maka laju reaksi (v) dapat dituliskan sebagai berikut.

Rumus Laju Reaksi

atau  

v = k . [A]m . [B]n

dimana :

 v = laju reaksi
 k = tetapan reaksi
 m = orde reaksi zat A
 n = orde reaksi zat B
 (-) = berkurangnya reaktan
 (+) = bertambahnya produk
Contoh Soal Laju Reaksi
1. Umumnya laju reaksi akan meningkat 2 kali semula apabila temperatur naik 10⁰C. Jika
pada suhu 30⁰C laju reaksi sebesar 6 x 10-3 M/det, maka tentukan laju reaksi pada suhu 90⁰C.

Jawaban

a=2

∆T = 10

T1 = 30

T2 = 90

v0 = 6 x 10-3 M/det

va = … ?

Jadi, laju reaksi pada suhu 90⁰C adalah 0,384 M/det.

19. KESETIMBANGAN KIMIA

Reaksi Kesetimbangan
Dalam reaksi kesetimbangan, terdapat reaksi satu arah (irreversibel) dan reaksi bolak-balik
(reversibel).

Reaksi irreversibel disebut juga reaksi berkesudahan, dimana reaksi berlangsung dari kiri ke
kanan dalam persamaan kimia dan apabila salah satu reaktan habis maka reaksi akan
berhenti.

Dalam penulisannya dilambangkan dengan arah panah ke kanan. Contohnya adalah reaksi
pembentukan natrium klorida (NaCl).

Reaksi :  Pereaksi (reaktan)  → hasil reaksi (produk)

NaOH + HCl → NaCl + H2O

Sedangkan reaksi reversibel adalah reaksi yang dapat berlangsung dari dua arah, baik dari kiri
ke kanan maupun dari kanan ke kiri.
Artinya setelah reaktan menghasilkan produk, produk tersebut dapat bereaksi kembali
membentuk reaktan (reaksi dapat balik) secara mikroskopis (sedikit demi sedikit).

Reaksi reversibel ini nantinya akan mencapai keadaan setimbang apabila kecepatan reaksi ke
kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri.

Dalam penulisannya dilambagkan dengan arah panah bolak-balik. Contohnya adalah reaksi
pembentukan gas amoniak (NH3).

Reaksi :  Pereaksi (reaktan) ⇄ hasil reaksi (produk)

N2 (g)  +  3H2 (g) ⇄ 2NH3 (g)

Berdasarkan wujud zat dalam reaksi setimbang, kesetimbangan terbagi menjadi dua, yaitu
kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen.

Kesetimbangan homogen adalah reaksi setimbang dimana zat-zat yang bereaksi baik reaktan
maupun produk memiliki wujud yang sama (satu fase).

Contoh reaksi kesetimbangan homogen sebagai berikut.

Reaksi : CH3COOH (aq) ⇄ CH3COO– (aq) + H+ (aq)

Sedangkan kesetimbangan heterogen adalah reaksi setimbang dimana zat-zat yang bereaksi
memiliki wujud yang berbeda (dua fase atau lebih).

Contoh reaksi kesetimbangan heterogen sebagai berikut.

Reaksi : 2NaHCO3 (s) ⇄ Na2CO3 (s) + CO2 (g) + H2O (g)

Tetapan Kesetimbangan
Tetapan kesetimbangan kimia (K) merupakan perbandingan hasil kali data produk dengan
hasil kali data reaktan yang masing-masing dipangkatkan dengan koefisiennya.

1. Tetapan Kesetimbangan Konsentrasi (Kc)

Tetapan ini berdasarkan data konsentrasi reaktan dan produk. Dalam perhitungannya, harga
Kc tergantung dari apakah reaksi itu merupakan reaksi kesetimbangan homogen atau
heterogen.

Dalam reaksi kesetimbangan homogen, berlaku  rumus sebagai berikut.

pA (g) + qB (g) ⇄ rC (g) + sD (g)

Sedangkan dalam reaksi kesetimbangan heterogen, berlaku rumus sebagai berikut.


pA (g) + qB (s) ⇄ rC (g) + sD (g)

Pada reaksi heterogen, ada beberapa ketentuan dalam memperhitungkan harga Kc, antara lain
;

1. Fase gas dan padat, penentu Kc adalah fase gas


2. Fase gas dan cair, penentu Kc adalah fase gas
3. Fase padat dan larutan, penentu Kc adalah fase gas
4. Fase gas, cair, dan padat, penentu Kc adalah fase gas

2. Tetapan Kesetimbangan Tekanan (Kp)

Tetapan ini berdasarkan data tekanan reaktan dan produk. Dalam perhitungannya, harga Kp
hanya tergantung dari zat yang memiliki fase gas, baik pada reaksi homogen maupun
heterogen.

Rumus Kp adalah sebagai berikut.

pA (g) + qB (g) ⇄ rC (g) + sD (g)

dimana :

 PA = tekanan parsial zat A


 PB = tekanan parsial zat B
 PC = tekanan parsial zat C
 PD = tekanan parsial zat D

Dari perhitungan Kc dan Kp di atas, terdapat hubungan di antara keduanya. Hal tersebut
diperoleh berdasarkan persamaan gas ideal, dimana

P . V = n . R . T ↔ P = n/v . R . T ↔ P = M . R . T

Jadi, berdasarkan reaksi kesetimbangan berikut:

pA (g) + qB (g) ⇄ rC (g) + sD (g), diperoleh


Kp = Kc . (R.T)(r+s)-(p+q)

Contoh Soal Kesetimbangan Kimia


1. 5 mol gas PCl3 dan 5 mol gas Cl2 dibutuhkan untuk membentuk 3 mol gas PCl5. Diketahui
tekanan total sebesar 2,1 atm. Tentukan harga Kp.

Pembahasan

Persamaan Reaksi : PCl3 (g) + Cl2 (g) ⇄ PCl5 (g)

Perhitungan :

  PCl3 (g) + Cl2 (g) ⇄ PCl5 (g)


Mula-mula 5 mol   5 mol   –
Saat reaksi 3 mol   3 mol   3 mol
Akhir reaksi 2 mol   2 mol   3 mol

mol total = mol PCl3 + mol Cl2 + mol PCl5

mol total = 2 mol + 2 mol + 3 mol

mol total = 7 mol

Jadi, harga Kp untuk reaksi kesetimbangan tersebut adalah 2,5.

20. TERMOKIMIA
Entalpi dan Perubahannya
Dalam hukum kekekalan energi berbunyi, “Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan,
energi hanya dapat berubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lainnya”.

Besar energi kimia yang dimiliki suatu zat pada tekanan tetap disebut entalpi. Entalpi
dinotasikan dengan “H” yang berarti “Heat content (panas yang tersimpan)”. Entalpi tidak
akan berubah apabila tidak ada energi yang diserap atau dilepas.

Besarnya entalpi (H) pada suatu zat tidak dapat diukur, namun perubahan entalpinya (∆H)
dapat diukur yang merupakan jumlah kalor yang diserap atau dilepas dari energi yang
tersimpan.

∆H = Hproduk – Hreaktan

 Bila ∆H positif, artinya terdapat energi (kalor) yang diserap dari lingkungan ke
sistem, reaksinya disebut reaksi endoterm (membutuhkan kalor).
 Sebaliknya, apabila ∆H negatif, artinya terdapat energi (kalor) yang dilepas dari
sistem ke lingkungan, reaksinya disebut reaksi eksoterm (melepaskan kalor).

Sistem adalah bagian yang menjadi pusat pengamatan, sedangkan lingkungan adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar dan membatasi sistem.

Reaksi endoterm dicirikan dengan terjadinya penurunan suhu, sehingga suhu lingkungan
menjadi dingin.

Sedangkan reaksi eksoterm dicirikan dengan terjadinya kenaikan suhu, sehingga suhu
lingkungan menjadi panas.

Persamaan Termokimia
Persamaan termokimia adalah persamaan reaksi kimia yang dilengkapi dengan besar
perubahan entalpinya (∆H).

Satuan yang dipakai untuk menyatakan ∆H adalah kJ (kiloJoule) atau kkal (kilokalori).

Contoh

Persamaan termokimia dari reaksi pembentukan 1 mol metanol dari karbon, gas hidrogen,
dan gas oksigen yang membebaskan kalor sebesar 238 kJ adalah sebagai berikut.

C (s) + 2H2 (g) + ½ O2 (g) → CH3OH          ∆H = -238 kJ


21.Menentukan besarnya energi yang diserap atau dibebaskan oleh air
dengan kalorimeter

qair = m x c x ∆T

dimana

 q = energi/kalor
 m = massa air
 c = kalor jenis air (4,18 J/gr.C)
 ∆T = perubahan suhu

Contoh Soal

Tentukan entalpi pembakaran standar metanol (Mr = 16) sebanyak 0,48 gram yang dibakar
dalam kalorimeter yang berisi 500 gram air dan terjadi peningkatan suhu sebesar 15⁰C.
Tulislah persamaan termokimianya.

Pembahasan

Persamaan termokimia :

CH3OH + ½ O2 (g)  → CO2 (g) + 2H2O (l)         ∆Hc⁰ = -1045 kJ

qair = m x c x ∆T

qair = 500 gr x 4,18 J/gr.C x 15⁰C

qair = 31350 J

qair = 31,35 kJ

mol metanol =  = 0,03 mol

∆H pembakaran 0,03 mol metanol = -31,35 kJ

∆H pembakaran 1 mol metanol =  x (-31,35 kJ) = -1045 kJ

22.Menentukan besar ∆H berdasar Hukum Hess

Hukum Hess berbunyi, “Entalpi suatu reaksi tidak dipengaruhi oleh jalannya reaksi, akan
tetapi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir….”.
Proses I = A → B = ∆H1

Proses II = A → D = ∆H2

Proses II = D → E = ∆H3

Proses II = E → B = ∆H4

Proses III = A→ C = ∆H5

Proses III = C → B = ∆H6

∆Hproses I = ∆Hproses II = ∆Hproses III

∆H1 = ∆H2 + ∆H3 + ∆H4 = ∆H5 + ∆H6

Contoh Soal

Diketahui reaksi :

C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 +6H2O          ∆H = -2820 kJ

C2H5OH + 3O2 → 2CO2 + 3H2O          ∆H = -1380 kJ

Tentukan perubahan entalpi (∆H) bagi reaksi fermentasi 360 gram glukosa (Mr = 180).

Reaksi fermentasi glukosa sebagai berikut.

C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2

Pembahasan

C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 +6H2O           ∆H = -2820 kJ

4CO2 + 6H2O → 2C2H5OH + 6O2        ∆H = +2760 kJ   (x2)

Reaksi : C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 ∆H = -60 kJ

mol  C6H12O6 =  = 2 mol


∆H untuk 2 mol glukosa =  x (-60 kJ) = -120 kJ

23.Menentukan besar ∆H berdasar entalpi pembentukan

Reaksi : aA + bB → cC + dD

∆Hreaksi = ∆Hf⁰produk – ∆Hf⁰reaktan

∆Hreaksi = (c . ∆Hf⁰C + d . ∆Hf⁰ D) – (a . ∆Hf⁰ A + b . ∆Hf⁰ B)

Contoh Soal

Diketahui data entalpi pembentukan standar :

C3H8 (g) = -104 kJ/mol

CO2 (g) = -394 kJ/mol

H2O (g) = -286 kJ/mol

Tentukan ∆H reaksi :

C3H8 (g) + 5O2 (g) → 3CO2 (g) + 4H2O (g)

Pembahasan

∆Hreaksi = ∆Hf⁰produk – ∆Hf⁰reaktan

∆Hreaksi = (3 . ∆Hf⁰CO2 + 4 . ∆Hf⁰ H2O) – (1 . ∆Hf⁰ C3H8 + 5 . ∆Hf⁰ O2)

∆Hreaksi = (3 . (-394 kJ) + 4 . (-286 kJ)) – (1 . (-104 kJ) + 5 . 0)

∆Hreaksi = (-1182 kJ + (-1144 kJ)) – (-104 kJ)

∆Hreaksi = -2326 kJ + 104 kJ

∆Hreaksi = -2222 kJ

24.Menentukan besar ∆H berdasar energi ikatan

Pemutusan dan pembentukan ikatan menyebabkan terjadinya reaksi kimia. Perubahan entalpi
dapat diketahui dari selisih ∆H pemutusan dan ∆H pembentukan ikatan.

∆H = ∑ energi pemutusan ikatan – ∑ energi pembentukan ikatan

Contoh Soal

Diketahui energi ikatan (kJ/mol) dari :


C – H = 413

O = O = 495

C = O = 799

O – H = 463

Tentukan perubahan entalpi (∆H) dari reaksi berikut.

CH4 (g) + 2O2 (g) → CO2 (g) + 2H2O (g)

Pembahasan

∆H = ∑ energi pemutusan ikatan – ∑ energi pembentukan ikatan

∆H = {(4 . C – H) + (2 . O = O)} – {(2 . C = O) + (4 . O – H)}

∆H = { 4 . 413 + 2 . 495} – {2 . 799 + 4 . 463}

∆H = 2642 kJ – 3450

∆H = -808 kJ

25. HIDROLISIS GARAM

Pengertian Hidrolisis Garam


Hidrolisis berasal dari kata hidro yang berarti air dan lisis yang memiliki makna penguraian.
Jadi, hidrolisis merupakan reaksi penguraian dalam air.

Hidrolisis garam merupakan reaksi penguraian garam dalam air membentuk ion positif dan
ion negatif. Ion-ion tersebut akan bereaksi dengan air membentuk suatu asam (H3O+) dan
basa (OH–) asalnya.

Rumus Hidrolisis Garam


1. Garam yang terbentuk dari komponen asam lemah dan basa kuat

Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat dalam air akan mengalami hidrolisis
sebagian. Komponen garam (anion asam lemah) mengalami hidrolisis menghasilkan sebuah
ion OH-, maka pH > 7 sehingga larutan garam bersifat basa.
Contohnya CH3COOK, CH3COONa, KCN, CaS, dan sebagainya.
Reaksi ionisasi = CH3COOK( aq ) → K+( aq ) + CH3COO-( aq )

Reaksi hidrolisis = K + (aq) + H2O(l) -/-> (tidak terhidrolisis)


CH3COO-( aq ) + H2O( l ) → CH3COOH( aq ) + OH-( aq ) bersifat basa

Rumus :

Hidrolisis Garam yang terbentuk dari asam


lemah dan basa kuat

Keterangan :
Kh adalah konstanta hidrolisis
Kw adalah konstanta air
Ka adalah konstanta asam
[G] adalah konsentrasi garam
h adalah derajat hidrolisis

Untuk menentukan besarnya derajat hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dan basa
kuat digunakan rumus berikut ini :

Untuk Menentukan Besarnya Derajat Hidrolisis Garam

2. Garam yang terbentuk dari komponen asam kuat dan basa lemah

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah dalam air akan mengalami hidrolisis
sebagian dikarenakan salah satu komponen garam (kation basa lemah) mengalami hidrolisis
menghasilkan ion H+,maka pH < 7 sehingga larutan garam bersifat asam.

Rumus :

Garam yang terbentuk dari komponen


asam kuat dan basa lemah

Keterangan :
Kh adalah konstanta hidrolisis
Kw adalah konstanta air
Kb adalah konstanta basa
[G] adalah konsentrasi garam
h adalah derajat hidrolisis
Untuk menentukan besar derajat hidrolisis garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah
maka digunakan rumus sebagai berikut ini :

Untuk menentukan suatu besarnya derajat hidrolisis garam yang berasal


dari asam kuat dan basa lemah

3. Garam yang terbentuk dari komponen asam lemah dan basa lemah

Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dalam air akan mengalami hidrolisis
total, karena ke-2 komponen garam (anion asam lemah dan kation basa lemah) terhidrolisis
akan menghasilkan ion H+ dan ion OH-, sehingga harga pH larutan ini bergantung pada
harga Ka dan Kb.

Rumus :

Garam yang terbentuk dari komponen asam


lemah dan basa lemah

Keterangan :
Kw adalah konstanta air
Ka adalah konstanta asam
Kb adalah konstanta basa
Kh adalah konstanta hidrolisis

Harga pH dari garam yang terbentuk dari komponen asam lemah dan basa lemah tergantung
dari harga Ka dan Kb.
a. Jika Ka = Kb, maka larutannya bersifat netral (pH = 7)
b. Jika Ka > Kb, maka larutannya bersifat asam (pH < 7)
c. Jika Ka < Kb, maka larutannya bersifat basa (pH > 7)

Contoh Soal Beserta Pembahasannya


1.Jika 50 mL larutan KOH 0,5 M dicampurkan dengan 50 mL larutan CH3COOH 0,5 M,
maka hitung pH campuran yang terjadi (Ka = 10-6) ?

Jawab :

Anda mungkin juga menyukai