Perbedaan:
a. Bioteknologi konvensional: menerapkan teknologi sederhana, prosesnya relatif belum steril,
jumlah produk yang dihasilkan berskala kecil, biaya produksi murah
b. Bioteknologi modern: peralatan/teknologi yang digunakan canggih, proses dilakukan dengan
teknik rekayasa genetika, proses dilakukan dalam keadaan steril (sehingga hasil berkualitas),
jumlah produk yang dihasilkan berskala besar, biaya produksi mahal
Bioteknologi Konvensional
A. Bioteknologi Konvensional Bidang Pangan
1. Bahan susu: pembuatan yoghurt, keju (membutuhkan peran bakteri Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus thermophilus), mentega (bakteri Streptococcus lactis)
2. Bahan non susu: tapai, roti, minuman beralkohol (jamur Saccharomyces cerevisiae)
Pembuatan tapai dari singkong atau ketela pohon:
Ubi kayu atau singkong kurang lebih 100 gram dikupas, dipotong, dicuci, direndam kurang lebih
1-2 jam, kemudian dikukus, didinginkan, dan ditaburi ragi (jamur Saccharomyces cerevisiae)
kemudian dimasukkan ke keranjang, ditutup rapat, diperam kurang lebih tiga hari tiga malam,
jadilah tapai singkong
Reaksi kimia proses fermentasi/respirasi anaerob (respirasi yang tidak membutuhkan oksigen): *
Tabel Produk Makanan Non Susu
2. Vaksin konvensional, vaksin merupakan suspensi mikroorganisme antigen (misalnya virus atau
bakteri patogen) yang toksinnya telah dimatikan atau dilemahkan sehingga tubuh dapat
menghasilkan antibodi untuk melawan serangan virus dan kebal terhadap infeksi patogen
a. Dari patogen yang dimatikan: vaksin influenza, kolera hepatitis A
b. Patogen yang dilemahkan: campak, gondong
c. Senyawa patogenik mikroorganisme yang dibuat tidak aktif: tetanus, difteri
Bioteknologi Modern
Bioteknologi modern: memanfaatkan teknik rekayasa genetika dalam rangka pembuatan suatu
produk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia
Organisme hasil rekayasa genetika disebut dengan GMO (Genetically Modified Organism)
Langkah rekayasa genetika:
1. Menyiapkan fragmen DNA yang akan disisipkan pada DNA organisme tertentu
2. Menyiapkan vektor atau perantara (berupa plasmid bakteri atau virus)
3. Memotong DNA (yang akan disisipi) menggunakan enzim restriksi endonuklease. Lalu
menggabungkan fragmen DNA menggunakan enzim ligase ke vektor tersebut
4. Menyisipkan DNA gabungan pada sel-sel organisme lain.
5. Organisme tersebut akan tumbuh menjadi organisme dengan sifat baru sesuai dengan DNA
yang disisipkan
Tahapan:
1. Menyiapkan potongan/fragmen DNA yang mengandung gen tertentu dan akan disisipkan pada
tanaman, misalnya gen “tahan serangan hama” dari makhluk hidup lain. Pemotongan DNA
dibantu oleh enzim restriksi (enzim pemotong)
2. Menyiapkan vektor (perantara) misalnya menggunakan plasmid Ti yang diambil dari bakteri
Agrobacterium tumefaciens atau menggunakan virus tertentu.
Plasmid adalah suatu DNA dalam bakteri yang berbentuk sirkuler dan mampu melakukan
duplikasi secara mandiri. Secara alami plasmid dapat ditransfer ke dalam sel lain dengan
membawa gen tertentu
3. Menggabung (merekombinasi) potongan DNA yang mengandung gen tertentu dengan plasmid
Ti (vector) menggunakan enzim ligase, sehingga dihasilkan plasmid Ti yang telah mengandung
gen “tahan serangan hama”
4. Memasukkan plasmid Ti yang telah mengandung gen “tahan serangan hama” (DNA gabungan)
pada sel-sel tanaman
5. Tanaman akan mendapatkan DNA yang mengandung gen “tahan serangan hama” dan tumbuh
menjadi tanaman baru, sesuai dengan DNA yang disisipkan (memiliki sifat tahan terhadap
serangan hama
2. Jagung BT
- mempunyai ketahanan terhadap hama; diperoleh dari bakteri Bacillus thuringiensis
- cara: gen delta endotoksin dari bakteri ditransfer pada tanaman jagung melalui teknik DNA
rekombinan. Jagung akan memproduksi protein delta endotoksin dan bereaksi dengan enzim
yang diproduksi oleh hama/serangga. Reaksi ini akan mengubah menjadi racun, sehingga
tanaman tahan terhadap hama
3. Tomat flavr savr
- memiliki daya tahan lebih lama setelah dipetik
- cara: menyisipkan gen antibeku ke dalam gen tomat, sehingga tidak mudah busuk
- gen antibeku diperoleh dari ikan flounder yang dapat hidup di kondisi dingin, dan dapat
menghambat enzim poligalakturonase (enzim yang mempercepat kerusakan dinding sel tomat)
4. Kedelai transgenik
- kedelai yang dikembangkan melalui proses rekayasa genetika
- cara: gen dari bakteri Agrobacterium tumefaciens disisipkan kedalam tanaman kedelai untuk
meningkatkan pembentukan asam oleat. Bila tanaman mengandung asam oleat tinggi maka akan
tahan terhadap herbisida glifosfat. Sehingga, ketika tanaman disemprot dengan herbisida glifosat,
hanya gulma disekitar tanaman yang mati
2. Vaksin transgenik
- antigen yang dimasukkan kedalam tubuh untuk memicu antibodi, sehingga terbentuk sistem
kekebalan tubuh
- mikroorganisme yang berperan: bakteri Escherichia coli
- cara: teknik DNA rekombinan (mengisolasi gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit
(antigen) dari mikrob yang bersangkutan. Gen disisipkan pada plasmid mikrob yang telah
dilemahkan. Mikrob yang disisipi gen akan membentuk antibodi murni)
3. Antibodi monoklonal
Tahapan:
1. Mengambil sel pembentuk antibodi (sel limfosit: sel darah putih yang menghasilkan antibodi)
2. Di-fusikan atau dileburkan dengan sel mieloma. Sel mieloma adalah sel kanker atau sel tumor
yang bersifat cepat membelah
3. Menghasilkan hibridoma, lalu membentukan antibodi. Dan, diperbanyak atau diklon hingga
menghasilkan antibodi monoklonal
Bidang kesehatan:
1. Gen asing yang masuk dapat memicu munculnya penyakit baru atau bahkan kanker
2. Memicu reaksi alergi pada orang tertentu
3. Gen asing dapat memicu bakteri untuk resistan, sehingga muncul bakteri yang lebih ganas
(kuat)