Penginderaan Jauh
Untuk Pengelolaan Bentang Lahan yang
Berbasis Sumber Daya Alam
MODUL Pelatihan 1
Pengenalan Konsep dan Dasar-dasar Sistem Informasi Geografis
Menggunakan ILWIS Open Source
ICRAF merupakan salah satu jaringan dari 15 Future Harvest Centres dari Consultative
Group on International agricultural Research (CGIAR), didukung oleh konsorsium
international terdiri dari hampir 60 pemerintahan, yayasan swasta, bank pembangunan
regional, dan Bank Dunia. ICRAF bekerja di tujuh wilayah di seluruh dunia menjalankan
agenda penelitian-pengembangan-pendidikan, bermitra dengan berbagai badan penelitian
pertanian nasional (NARS: National Agricultural Research System), universitas, lembaga
pengembangan (baik pemerintah maupun non-pemerintah) dan ARI (Advance Research
Institute).
ReGrIn
Dalam konteks ini, diperlukan adanya suatu sistem basis data yang memadai, meliputi:
pengetahuan lokal maupun formal mengenai penghidupan masyarakat , fungsi biofisik dan
sumber daya manusia. Data-data seperti kesesuaian lahan, iklim, pemukiman, populasi, pasar,
jalan, penunjukan kawasan, penggunaan lahan saat ini dan kecenderungan perubahannya, serta
kebijakan dan visi pembangunan daerah merupakan data penunjang yang sangat diperlukan
dalam proses perencanaan. Pengetahuan lokal maupun formal bisa memberikan berbagai pilihan
dalam mencapai tujuan. Wanatani atau sistem pertanian terpadu dengan pepohonan sebagai
elemen pentingnya merupakan sebuah sistem yang dipandang sebagai salah satu opsi yang baik
dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Selain dari peranan pentingnya dalam
memberikan jasa lingkungan seperti perlindungan daerah aliran sungai, penyimpanan karbon,
dan pemeliharaan keanekaragaman hayati, sistem wanatani juga memberikan kontribusi penting
dalam penghidupan masyarakat pedesaan di Aceh Barat pada khususnya dan Nangroe Aceh
Darussalam pada umumnya.
Analisa mengenai peluang dan hambatan dalam pengelolaan sumber daya alam
(SDA)berkelanjutan merupakan langkah penting dalam proses perencanaan. Simulasi berbagai
skenario berdasarkan pilihan-pilihan pengelolaan SDA merupakan alat penting dalam
mengantisipasi dampaknya di masa yang akan datang. Dalam suatu proses perencanaan
hendaknya sistem pengawasan merupakan salah satu komponen terpadu. Proses perencanaan
bukanlah suatu proses yang linear melainkan sebuah siklus. Setelah tercapai kesepakatan dalam
perencanaan, termasuk di dalamnya sistem pengawasan, perencanaan harus dievaluasi dari
waktu ke waktu dan perencanaan ulang perlu dilaksanakan.
Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (PJ) merupakan alat yang sangat
berguna dalam setiap langkah proses perencanaan dan sudah dipakai di negara maju dan
beberapa daerah di negara berkembang. Akan tetapi karena SIG dan PI memerlukan perangkat
lunak, data dan keahlian khusus untuk mengoperasikannya, banyak pihak belum memanfaatkan
alat bantu ini secara optimal dalam proses perencanaan.
Kegiatan pelatihan ini dimaksudkan sebagai bagian daripada kegiatan ReGrIn dalam rangka
pengembangan kapasitas lokal dalam hal pengelolaan sumber daya alam, khususnya
perencanaan penggunaan lahan pada skala bentang lahan (landscape).
Untuk mencapai hal tersebut, pelatihan dibagi menjadi 3 sesi, masing-masing selama 1 minggu,
yang akan diadakan antara bulan November 2007 s/d April 2008:
3 Pengenalan perangkat lunak 3.1 Pengenalan dan Peserta mengenal dan • Ceramah, • Materi tertulis, Danan P. Hadi,
ILWIS Instalasi ILWIS memahami perangkat lunak presentasi, presentasi, Andree
Merupakan materi ILWIS sebagai open source demo. • Software Ekadinata
pengenalan perangkat lunak product. • Praktek instalasi instalasi
ILWIS yang mencakup Peserta mampu melakukan dan ILWIS ILWIS
pengenalan beberapa konsep memahami proses instalasi • Praktek • Data spasial
penting pada ILWIS perangkat lunak ILWIS pengaktifan Aceh Barat
jendela dalam format
3.2 Pengenalan Peserta memahami konsep antarmuka ILWIS
konsep objects objects beserta model data (interface) dalam
dalam ILWIS (vector dan raster) yang ILWIS
digunakan dalam perangkat
lunak ILWIS.
• Praktek
3.3 Pengenalan Peserta memahami konsep membuka
konsep domains domains serta penggunaan beberapa data
dalam ILWIS domains dalam perangkat lunak spasial dalam
ILWIS
3.4 Membuka data Peserta memahami jendela format ILWIS
spasial antar muka (user interface) • Diskusi
menggunakan pada ILWIS serta memahami • (120 menit)
ILWIS cara menampilkan data spasial
menggunakan perangkat lunak
ILWIS.
4 Membuat/memasukkan data 4.1 Pengenalan Peserta memahami tujuan, • Ceramah, • Materi tertulis Danan P. Hadi,
spasial kedalam SIG tentang digitasi proses dan presentasi • Presentasi, Andree
Menjelaskan dasar-dasar kelebihan/kekurangan proses • Praktek demo Ekadinata, Sonya
pembuatan data spasial digitasi scanning (jika • Peta analog Dewi
melalui transformasi format memungkinkan) dan digital
analog ke format digital 4.2 Mempersiapkan Peserta memahami kriteria dan • Praktek digitasi tematik-Aceh
(digitasi) . Ditujukan agar proses digitasi proses penyiapan data untuk layar Barat
peserta pelatihan mampu digunakan dalam proses • Praktek editing sederhana.
mempersiapkan dan digitasi . • Praktek • Peta kompleks
memproduksi peta sendiri produksi data (mis. Peta
4.3 Melakukan Peserta mampu melakukan spasial dari peta topografi)
digitasi layer (screen digitasi sederhana dengan kompleks
digitizing) metode screen digitizing • Diskusi
5 Penggunaan Global 5.1 Pengenalan cara Peserta memahami cara kerja • Ceramah, • Materi tertulis Andree
Positioning System (GPS) kerja GPS GPS dan mengenal model- presentasi • GPS handheld Ekadinata, Danan
dalam SIG model GPS yang umum • Latihan • Perangkat P. Hadi, Sonya
GPS (Global Positioning digunakan penggunaan lunak Dewi
System) adalah salah satu alat GPS di ruangan MapSource
yang populer dan mudah dan di lapangan (jika
digunakan untuk mengukur • Latihan dibutuhkan)
posisi geografis dan membuat 5.2 Penggunaan GPS Peserta mampu pemindahan • Perangkat
data spasial langsung di mengoperasikan GPS dengan data dari GPS ke lunak ILWIS
lapangan. Materi ini bertujuan baik dalam SIG
untuk memperkenalkan • Latihan
peserta pelatihan pada konsep 5.3 Memasukkan Peserta mampu memasukkan mengintegrasika
dasar penggunaan GPS, data ke ILWIS data hasil pengukuran GPS di n data GPS
kelebihan dan kekurangannya menggunakan GPS lapangan ke dalam SIG dan dengan data lain
dan bagaimana menyinergikan data tersebut dalam ILWIS
mengintegrasikan data hasil dengan data lainnya • Diskusi
pengukuran GPS ke dalam • 60 menit –
SIG dalam ruangan
• 60 menit-
praktek lapang
6 Manajemen data spasial 6.1 Importing dan Peserta memahami proses • Ceramah, • Materi tertulis Danan P. Hadi,
Merupakan materi exporting data dalam importing dan exporting data presentasi • Presentasi, Andree
pengenalan manajemen data ILWIS spasial dalam ILWIS • Latihan import- • Data spasial Ekadinata, Sonya
spasial yang mencakup export data dalam Dewi
pengenalan konversi data 6.2 Melakukan Peserta memahami konsep • Latihan berbagai
digital, pengenalan proses proses georeferensi koordinat sistem, proyeksi, serta transformasi format
georeferesi, serta pengenalan transformasi antar koordinat koordinat • Contoh
metadata sistem • Latihan metadata
konversi data
6.3 Konversi jenis Peserta memahami proses • Latihan
data raster dan konversi data spasial dari membuat
vector format vektor ke raster dan metadata
sebaliknya • Diskusi
6.4 Pengenalan Peserta memahami fungsi dan
metadata manfaat metadata, peserta
mampu membuat metadata
sederhana.
7 Kartografi dan pembuatan 7.1 Pengenalan Peserta memahami konsep • Ceramah, • Materi tertulis, Danan P. Hadi,
peta konsep kartografi kartografi sebagai sarana presentasi presentasi Andree
Merupakan materi komunikasi untuk me- • Latihan • Data spasial Ekadinata
pengenalan konsep kartografi representasikan data spasial ke membuat peta dalam format
sebagai sarana komunikasi, dalam bentuk peta menggunakan ILWIS
serta pengenalan representasi ILWIS • Printer (jika
GIS data dalam bentuk peta 7.2 Elemen-elemen Peserta memahami elemen- • Latihan memungkink
(layout). dalam peta elemen yang tercakup dalam mencetak dan an)
pembuatan peta (layout) mempresentasik
an peta
7.3 Membuat peta Peserta mampu dan memahami • Diskusi
sederhana proses pembuatan peta.
Fasilitator/
Tanggal Jam Kegiatan Tempat
Koordinator
Senin, 08.30-11.00 Pembukaan Pelatihan Sistem Ery Nugraha
12/11/2007 Informasi Geografis
11.00-12.00 Diskusi tentang SIG untuk Ery Nugraha,
perencanaan wilayah dan Silabus Sonya Dewi
Pelatihan
12.00-13.00 ISTIRAHAT
13.00 – 14.30 Konsep Dasar sistem Informasi Danan P.
Geografis Hadi, Sonya
• Jenis-jenis data spasial Dewi
• Konsep skala dan resolusi
• Proyeksi dan sistem
koordinat geografi
• Manajemen data dalam
SIG
• Kesalahan (error) dalam
data spasial
14.30 – 15.00 Konsep Dasar Penginderaan Andree
Jauh Ekadinata
• Konsep akuisisi data
penginderaan jauh
• Jenis-jenis sensor dan
karakterisasinya
• Pengenalan aplikasi
penginderaan jauh
15.00 – 16.00 Pengenalan Data Dalam Munir (BPS)
Perencanaan Wilayah
Sistem informasi geografis (SIG) adalah merupakan suatu sistem atau teknologi yang
berbasis komputer yang didesain untuk koleksi, penyimpanan, pemrosesan dan analisis,
serta penayangan data dari suatu objek atau fenomena yang berkaitan dengan permukaan
bumi. Pada dasarnya SIG dapat dirinci menjadi beberapa sub-sistem yang saling
berkaitan yang mencakup input data, manajemen data, pemrosesan atau analisis data, dan
output data sub-sistem (Gambar 1.1).
Data yang mempunyai referensi geografis dikelola dalam suatu database geografis.
Database geografis pada dasarnya terdiri dari dua komponen penting yang mencakup data
spasial dan data atribut. Data spasial merepresentasikan posisi atau lokasi geografis dari
suatu objek atau kenampakan (where is it?), sedangkan data atribut memberikan
deskrispsi atau penjelasan dari suatu objek (what is it?).
Data geografis untuk SIG dapat diperoleh dari berbagai sumber, serta dalam berbagai
format baik dalam format digital maupun format analog. Sumber data geografis antara
lain mencakup; data grafis atau data spasial yang berasal dari peta analog seperti peta
analog topografi, peta penggunaan lahan, peta geologi, peta jenis tanah, foto udara; data
penginderaan jauh dalam bentuk digital seperti yang diperoleh dari satelit (Landsat,
SPOT, ASTER, dsb.); data yang berasal dari pengukuran dengan menggunkana global
positioning systems (GPS); serta data atribut atau informasi numerik yang berasal dari
data statistik, data lapangan dan data atribut lainnya (Gambar 1.2).
Kenampakan spasial yang tersebut di atas dapat direpresentasikan dalam bentuk digital
kedalam dua data model (gambar 1.3): model vektor dan model raster. Kedua model
tersebut menyimpan detail informasi tentang lokasinya serta informasi mengenai
nilainya, nama kelas atau identifikasinya. Perbedaan mendasar antara kedua model
tersebut adalah terletak pada cara penyimpanan serta representasi suatu lokasi.
Gambar 1.3: Representasi titik, garis, dan area pada model vektor dan raster.
Kodifikasi suatu kenampakan dapat berupa suatu nama kelas, ID, ataupun suatu
nilai.
Pada model vektor, posisi suatu kenampakan spasial didefinisikan oleh suatu rangkaian X
dan Y koordinat. Disamping lokasi, arti daripada suatu kenampakan ditentukan oleh
suatu kode atau identifikasi. Sedangkan pada model raster, data spasial diorganisasi
dalam piksel-piksel atau grid cells. Piksel merupakan unit dasar yang digunakan untuk
menyimpan informasi secara eksplisit, yang mana masing-masing piksel hanya diberikan
satu nilai tertentu.
Sebuah peta merepresentasikan kenampakan geografis atau fenomena spasial yang lain
melalui penyampaian informasi secara grafis tentang lokasi atau posisi serta
keterangannya (atribut). Sebagai informasi tambahan yang merupakan komponen penting
pada suatu peta adalah skala peta ataupun resolusi peta.
Skala peta merupakan statemen mengenai rasio atau perbandingan antara jarak pada
suatu peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan dalam suatu unit tertentu. Sehingga
pada suatu skala yang menunjukkan 1:10.000 mengindikasikan bahwa setiap satu unit di
peta merepresentasikan 10.000 unit di lapangan. Sebagai contoh 1 : 10.000 dalam cm
berarti bahwa setiap pengukuran satu cm pada peta sama dengan 10.000 cm di lapangan.
Selain representasi skala dalam bentuk teks seperti tersebut diatas, skala peta dapat juga
direpresentasikan dalam bentuk skala grafis atau skala bar (Gambar 1.4).
Gambar 1.4: Contoh representasi skala dalan bentuk skala bar
Skala dikatakan “besar” mengandung artian bahwa rasionya adalah besar, sehingga
secara tipikal mengandung informasi yang lebih detil, skala ‘kecil’ sebaliknya
mempunyai rasio yang kecil, sehingga informasi yang di sampaikan kurang rinci.
Ketika diaplikasikan pada suatu data spasial, terminologi resolusi umumnya yang sering
digunakan. Resolusi diasosiasikan dengan ukuran sel (pixel size) pada suatu data raster.
Data spasial digital, yang terekam dalam suatu SIG, pada prinsipnya tanpa skala: skala
merupakan rasio yang diasosiasikan dengan keluaran secara visual, seperti dalam sebuah
peta, bukan asosiasinya dengan data yang digunakan untuk memproduksi sebuah peta.
Data spasial, baik dalam format vektor ataupun raster, senantiasa diasosiakan terhadap
suatu lokasi. Sistem referensi spasial digunakan untuk memposisikan terhadap data-data
tersebut.
Peta adalah datar, namun permukaan bumi yang direpresentasikannya kedalamnya adalah
berbentuk lengkung (curves). Proses transformasi ruang tiga dimensi kedalam bentuk
peta dua dimensi disebut sebagai proyeksi. Formula-formula proyeksi adalah merupakan
ekspresi matematis yang digunakan untuk mengkonversi data dari lokasi geografis
(lintang dan bujur) pada suatu bola bumi (sphere atau spheroid) menjadi suatu
representasi lokasi pada bidang datar. Proses ini tidak akan terhindarkan dari adanya
distorsi, antara lain adanya distorsi terhadap: bentuk, luasan (area), jarak, maupun
arahnya.
Meskipun nilai derajad suatu lintang dan bujur digunakan untuk menempatkan atau
meletakkkan suatu posisi secara tepat pada suatu permukaan bumi (globe), namun bukan
merupakan suatu unit pengukuran yang uniform pada permukaan bumi. Hanya sepanjang
garis katulistiwa (equator) saja yang menunjukkan kesamaan jarak yang
direpresentasikan satu derajad suatu bujur sama dengan satu derajad suatu lintang.
Derajad suatu lintang dan bujur tidak mempunyai standar panjang, sehingga tidak dapat
digunakan untuk mengukur suatu jarak secara akurat. Hal ini dikarenakan sistem
referensi ini mengukur sudut dari pusat bumi, bukan jaraknya pada permukaan bumi,
sistem koordinat geografis bukanlah merupakan sistem koordinat planar.
Pada suatu sistem sperikal (Gambar 1.5), garis horisontal disebut sebagai garis lintang
atau paralel (latitude), sedangkan garis yang vertikal disebut sebagai garis bujur atau
meredian (longitude).
Gambar 1.5: Sistem pengukuran sperikal
Karena pengukuran pada sistem koordinat sperikal susah dilakukan, data geografis
diproyeksikan kedalam sistem koordinat planar. Keuntungan sistem koordinat planar
adalah bahwa pengukuran-pengukuran panjang, sudut, maupun luasan adalah konstan
diseluruh permukaan dua dimensi (Gambar 1.6).
Salah satu contoh koordinat sistem planar adalah koordinat Universal Transverse
Mercator (UTM). Sistem koordinat ini membagi permukaan bumi menjadi 60 zone atu
wilayah, yang mana masing-masing zone mempunyai lebar 6 derajad dihitung dari 180°
Bujur Barat ke arah timur (zone 1 sampai dengan zone 60). Batas paralel tepi atas dan
tepi bawah adalah 84° Lintang Utara dan 80° Lintang Selatan (Gambar 1.7).
Gambar 1.7: Sistem koordinat UTM
Data spasial yang digunakan untuk analisis dalam SIG dapat diperoleh dari berbagai
sumber serta dalam berbagai format. Untuk keperluan analisis data-data tersebut perlu
dikelola dalam satu managemen data yang terintegrasi.
Data yang diperoleh dari suatu sumber lain terkadang tidak bisa kita gunakan secara
langsung untuk analisis. Data tersebut mungkin masih perlu kita lakukan editing
dikarenakan masih terdapat kesalahan-kesalahan, atau perlu kita lakukan konversi dari
satu tipe data ke tipe data yang lain, sebagai misal dari format data segmen ke format data
poligon, atau dari struktur data vektor ke struktur data raster. Begitu juga dengan
informasi koordinat sistem maupun georeferensi-nya barangkali perlu dilakukan
transformasi sehingga data-data spasial yang akan digunakan untuk analisis dapat
terintegrasi dengan baik dan benar.
Tujuan suatu aplikasi SIG adalah untuk menyediakan informasi yang dapat digunakan
mendukung perencanaan dan managemen. Untuk mengurangi ketidak-akuratan dalam
suatu proses pengambilan kebijakan, kesalahan-kesalahan yang ada dalam suatu database
spasial serta keluaran hasil produk suatu SIG perlu diminimalis. Hal ini dikarenakan
kualitas suatu produk SIG sangat ditentukan oleh kualitas data yang digunakan sebagai
masukan dalam proses analisis menggunakan SIG, yang pada akhirnya akan menentukan
tingkat keakuratan suatu kebijakan yang diambil.
Konsep penginderaan jauh amat mirip dengan cara kerja mata manusia. Sebagaimana
ditunjukkan oleh gambar 1, mata manusia menangkap pantulan cahaya dari matahari ke sebuah
objek, merekamnya kemudian meneruskan informasi tersebut ke otak untuk diproses dan
dianalisa sehingga objek tersebut dapat ’terlihat’. Dalam hal ini mata kita bertindak sebagai
sensor yang menangkap rflektansi cahanya dari objek tersebut,
Dalam penginderaan jauh, sensornya adalah kamera yang terpasang pada platform dalam hal ini
biasanya satelit atau pesawat terbang. Sensor dan satelit yang berada di luar angkasa menangkap
pancaran sinar matahari yang dipantulkan oleh objek di permukaan bumi, merekamnya dan
memproduksi data penginderaan jauh yang lazim disebut citra satelit atau foto udara.
Gambar 2. Skema proses pengambilan data pada penginderaan jauh
Ada beberapa elemen penting dalam penginderaan jauh sebagaimana ditunjukkan oleh gambar
2. Yaitu:
A. Sumber energi
B. Radiasi dan atmosfer
C. Interaksi dengan objek
D. Perekaman oleh sensor
E. Transmisi dan proses
F. Interpretasi dan analisa
G. Aplikasi
Sumber energi
Sampai dengan tahap ini kita telah mengal cahaya matahari sebagai sumber energi bagi aplikasi
penginderaan jauh. Matahari memancarkan energi alami yang dipantulkan atau diserap oleh
objek-objek di permukaan bumi. Sistem penginderaan jauh yang menggunakan sumber
informasi dari pantulan cahaya matahari disebut sensor pasif. Sensor pasif hanya akan dapat
bekerja jika tersedia cahaya matahari; sensor pasif tidak dapat bekerja di malam hari dimana
tidak terdapat sinar mathari yang cukup. Sensor pasif juga tidak dapat mengatasi kendala
atmosfer seperti adanya awan, kabut, dan asap.
Gambar 3. Penginderaan jauh menggunakan sumber energi cahaya matahari
Di sisi lain, telah dikenal juga system penginderaan jauh yang menggunakan energi dari
sensornya sendiri, system semacam ini disebut sensor aktif. Contoh yang paling umum dalam
hal ini adalah tekhnologi RADAR(Radio Detection and Ranging). Sensor radar memancarkan
gelombang mikro ke permukaan bumi dan merekan pantulan dari gelombang tersebut. Sensor
aktif tidak terpengaruh oleh pergantian siang dan malam dan mampu menembus halangan di
atmosfer.
Perekaman data
Hasil dari perekaman data penginderaan jauh lazim disebut citra. Sebuah citra adalah
representasi dua dimensi dari permukaan bumi ynag dilihat dari luar angkasa. Terdapat dua
macam citra: analog dan digital. Citra analog membutuhkan proses pencetakan sebelum dapat
dianalisa, contoh dalam hal ini adalah foto udara. Citra digital merekam informasi dalam format
dijital, contohnya adalah citra satelit yang kita kenal saat ini.
Citra dijital dibangun oleh sturktur dua dimensi elemen garmbar yang disebut piksel. Setiap
piksel meuat informasi tentang warna, ukuran dan lokasi dari sebagian/sebuah objek. Informasi
warna pada piksel disebut angka digital (digital number-DN). DN menggambarkan ukuran atau
intensitas cahaya atau gelombang mikro yang ditangkap oleh sensor. Informasi lokasi
didapatkan dari kolom dan lajur piksel yang dihubungkan dengan posisi geografis sebenarnya.
Ukuran terkecil sebuah objek di permukaan bumi yang dapat diwakili oleh sebuah piksel disebut
resolusi spasial. Resolusi spasial sangat penting dalam penginderaan jauh, karena menentukan
tingkat kedetailan objek yang dapat diamati dari sebuah citra. Jika resolusi spasial sebuah data
adalah 30m maka objek terkecil yang dapat diamati tidak mungkin lebih kecil dari 30m. Semakin
tinggi resolusi citra semakin detail informasi yang bias didapatkan.
Gambar 6. Citra resolusi rendah (500m) MODIS yang menunjukkan kawasan Sumatra dan Malaysia
Gambar 7. Citra resolusi tinggi IKONOS (1m) memperlihatkan tingkat informasi yang sangaty detail
Resolusi spasial seringkali disamakan dengan ukuran piksel, pada kenyataannya du hal ini
sangat berbeda. Gambar dibawah memperlihatkan perbedaan ini. Citra yang paling kiri memiliki
resolusi spasial 10m dengan ukuran piksel 10m. Cita berikutnya memiliki resolusi spasial yang
lebih rendah (30m) akan tetapi dengan ukuran piksel yang sama (10m). Citra ketiga memiliki
resolusi spasial yang lebih rendah lagi, dengan ukuran piksel yang tetap sama. Dapat dilihat
bahwa ukuran piksel tidak menentukan tingkat kedetailan informasi yang bias didapatkan.
Citra satelit juga memiliki keterbatasan dalam hal objek apa saja yang bisa dibedakan dari segi
warna dan intensitas cahaya. Keterbatasan ini disebut resolusi radiometrik. Secara teknis resolusi
radiometrik menerangkan seberapa banyak informasi dari pantulan objek yang mampu direkam.
Informasi dari pantulan ini biasanya disimpan dalam beberapa saluran yang umum disebut
kanal (band). Indikator termudah untuk melihat seberapa tinggi resolusi radiometrik sebuah
data adalah dengan melihat jumlah kanal yang dimiliki, Semakin tinggi resolusi radiometrik,
semakin kaya informasi yang terekam di dalamnya. Citra yang memiliki resolusi radiometrik
paling rendah dan hanya dapat menambilkan data dalam format ’hitam putih’ disebut citra
pankromatik. Citra dengan resolusi radiometrik menengah disebut citra multispektral,
contohnya dalam hal ini adalah Landsat dan SPOT. Citra dengan resolusi radiometrik sangat
tinggi disebut citra hiperspektral, contohnya LIDAR.
Satelit yang mengitari bumi akan merekam satu tempat yang sama dalam kurun waktu beberapa
hari. Jangka waktu yang dibutuhkan sebuah sateli untuk kembali merekam sebuah posisi yang
sama di muka bumi disebut resolusi temporal. Semakin tinggi resolusi temporal, semakin banyak
data yang dapat dikumpulkan dari satu tempat dalam satu kurun waktu. Data multitemporal
sangat berguna untuk kegiatan monitoring lahan dan kajian perubahan lahan.
! Tiga konsep penting dalam penginderaan jauh : resolusi spasial, resolusi radiometric
dan resolusi temporal.
- Resolusi spasial adalah ukuran terkecil sebuah objek di permukaan bumi yang
dapat diwakili oleh sebuah piksel dalam citra satelit
- Resolusi radiometrik menerangkan seberapa banyak informasi dari pantulan
objek yang mampu direkam.
- Resolusi temporal adalah jangka waktu yang dibutuhkan sebuah sateli untuk
Jenis Sensor Dalam Penginderaan jauh
Secara sederhana berdasarkan penggunaannya, jenis sensor dalam penginderaan jauh dapat
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Sensor pengamatan lahan (land observation sensor)
2. Sensor pengamatan cuaca (wheater observation sensor)
3. Sensor pengamatan maritim (marine observation sensor)
Contoh sensor pengamatan lahan yang paling banyak digunakan saat ini adalah Landsat.
Landsat pertama kali diluncurkan tahun 1971 dengan nama ERTS-1. Sejak saat itu berturut turut
diluncurkan beberapa satelit pengganti sampai dengan Landsat 5 dan 7 yang saat ini masih
beroperasi. Landsat 8 rencananya akan diluncurkan tahun 2008.
Data Landsat banyak digunakan karena resolusi spasial yang cukup baik (30m), kombinasi
sensor radiometrik dengan resolusi cukup tinggi (total 9 kanal), cakupan area yang luas, resolusi
temporal yang cukup tinggi (16 hari) dan kelengkapan data historis yang lengkap. Harga citra
Landsat pun tidak terlalu mahal. Sebagian data yang diambil dalam kurun waktu 1970-2002
bahkan dapat diperoleh secara gratis melalui situs Global Landcover Facility (GLCF-
http://glcf.umiacs.umd.edu/index.shtml) .
Sensor pengamatan cuaca banyak digunakan untuk aktivitas monitoring atmosfer dan
peramalan cuaca. Satelit pengamatan cuaca biasanya memiliki resolusi spasial yang rendah dan
cakupan perekaman yang luas. Contoh satelit pengamatan cuaca adalah NOAA-AVHRR, dengan
resolusi spasial 1km.
Gambar 10. Satelit NOAA dan contoh datanya
Laut dan perairan menutupi hampir 2/3 permukaan Bumi, oleh karena itu dibutuhkan sensor
khusus yang dapat digunakan untuk mengamati kondisi laut dan perairan. Contoh sensor
semacam ini adalah Nimbus-CZCS (Coastal zone Colour Scanner). Resolusi spasialnya 825m
dengan 6 kanal dan resolusi temporal 6 hari
ILWIS ( Integrated Land and Water Information System) adalah perangkat lunak
pengolahan data GIS dan penginderaan jauh yang dikembangkan oleh ITC, Belanda.
ILWIS merupakan paket pengolahan citra satelit, analisa spasial dan pemetaan digital
yang lengkap, mudah dipelajari, dan lebih penting lagi, merupakan program open source-
non komersial. ILWIS bias dipergunakan, diperbanyak, dan disebarluaskan tanpa harus
mengeluarkan biaya apapun.
Instalasi ILWIS
Masukkan CD Pelatihan ke dalam perangkat komputer dan klik menu ’Install ILWIS 34”.
Tampilan berikut akan tampil dilayar komputer anda:
1. Biarkan pengaturan sebagaimana ditunjukkan oleh gambar diatas dan klik Unzip.
2. Buka Windows Expoler dan arahkan ke folder C:\ILWIS30\, klik kanan pada file
ILWIS30.exe dan pilih ’Create Shortcut’
3. Klik kanan pada shortcut yang muncul, klik Cut, pindahkan kursor ke Desktop
dan klik Paste. Shortcut ILWIS akan muncul pada dekstop anda.
Mengaktifkan ILWIS
Klik-dua kali pada shotcut ILWIS di desktop anda. ILWIS akan aktif dan jendela berikut
akan tampil:
Jendela ini adalah jendela utama ILWIS yang berisikan Menu Utama, data, dan fasilitas-
fasilitas pada ILWIS. Pada panel sebelah kanan terdapat data-data dalam format ILWIS,
dengan simbol-simbol sebagai berikut:
Struktur Data Dalam ILWIS
Secara umum, struktur data dalam ILWIS dapat digilongkan menjadi 2: data vektor dan
data raster. Data vektor atau dalam bahasa ILWIS model vektor, difefinisikan oleh
sekelompok koordinat geografis x dan y. Jenis-jenis data vektor adalah sebagai berikut:
Data titik (point) adalah data yang hanya memiliki satu pasang
koordinat x dan y
Data garis (segments); data yang terdiri dari sekelompok koordinat
x dan y yang dihubungkan menjadi sebuah garis.
Data poligon (polygons) adalah sekumpulan segments/garis yang
membentuk kesatuan tertutup
Data raster diorganisasi berdasarkan grid dan piksel. Masing-masing grid dan piksel
memuat informasinya sendiri-sendiri
Tentang Domain
Domain adalah istilah dalam ILWIS tentang parameter yang mengatur tipe atau jenis
informasi yang digunakan dalam data spasial. Semua tipe data/objek dalam ILWIS
membutuhkan domain untuk dapat dipergunakan. Tipe domain yang paling penting
dalam ILWIS adalah : class domain (domain kelas), identifier domain (doamin
identitas/id), value domain (domain nilai) dan image domain (domain citra).
Analisis dan modeling dalam SIG membutuhkan masukan data-data yang relevan. Seperti
yang telah dijelaskan pada materi pengenalan konsep SIG, bahwa database mencakup dua
jenis: data spasial yang merepresentasikan kenampakan geografis (titik, garis/segmen,
dan area) dan data atribut (informasi deskripsi)
Input data hingga menghasilkan suatu database spasial merupakan tahapan yang paling
kritikal dan seringkali merupakan tahapan yang paling banyak menyita waktu.
Kelengkapan serta keakuratan suatu database spasial akan menentukan kualitas suatu
analisis dan produk akhir. Sehingga proses input data sebaiknya dilakukan dengan penuh
kehati-hatian, karena hasil analisis akan sangat tergantung pada kualitas data masukan.
Di perangkat lunak ILWIS proses input data dapat dilakukan dengan berbagai jalan:
- Digitasi, jika kita ingin menggunakan data dalam bentuk analog (peta),
- Entri data atau pemasukan data mengunakan keybord, untuk memasukkan data
tabuler,
- Scanning, jika kita ingin menggunakan cetakan kertas dari suatu produk citra
satelit, foto udara, peta, maupun gambar.
- Importing, jika kita ingin mengimport file data dari sumber yang lain.
Metode yang paling umum digunakan untuk memasukkan data spasial kedalam perangkat
lunak SIG seperti ILWIS adalah dengan cara digitasi. Kenampakan pada peta analog
(seperti peta topografi) atau dokumen lain dalam bentuk analog (seperti hasil intepretasi
foto udara pada plastik transparansi atau media yang lain) dapat dilakukan proses digitasi.
Pada dasarnya secara garis besar proses digitasi dapat dilakukan melalui dua metode,
yaitu yang pertama adalah digitasi menggunakan meja digitizer (on tablet digitizing)
sedangkan metode yang kedua adalah metode digitasi pada layar monitor komputer (on
screen digitizing). Pada metode yang pertama peta analog langsung dikonversikan ke
bentuk data digital menggunakan meja digitizer sedangkan metode yang kedua adalah
peta analog dilakukan proses scanning sebelum peta tersebut dilakukan proses on screen
digitzing (Gambar 4.1).
Gambar 4.1: Metode digitasi: konversi dari peta analog menjadi database spasial
Suatu digitizer mempunyai alat pointing (digitizer cursor) untuk melakukan tracing
kenampakan spasial. Posisi kursor digitasi secara elektronik diregistrasikan dengan
presisi dalam fraksi milimeter. Ini dilakukan melalui suatu kabel dengan grid yang sangat
halus yang terdapat dalam alat digitizer. Kabel-kabel vertikal merekam koordinat-
koordinat X, sedangkan kabel yang horisontal merekam koordinat-koordinat Y. Range
atau rentang nilai koordinat digitizer tergantung antara lain pada densitas atau kerapatan
jaringan pada suatu kabel: resolusi digitizer. Kursor pada digitizer terdiri dari jendela
dengan ‘cross-hair’ dan sejumlah tombol (paling tidak ada empat tombol yang
diperlukan). Ketika kita menekan tombol-tombol tersebut, suau signal elektronik akan
ditransmisikan dan posisi ‘cross-hair’ akan direkam oleh satu daripada kabel horisontal
dan satu ooleh kabel yang vertikal. Melalui mekanisme ini, suatu pasangan koordinat (X,
Y koordinat) dalam unit digitizer didefinisikan dan dikirim ke komputer.
Digitasi merupakan proses pembangunan suatu database spasial. Langkah atau tahap
awal dalam pembangunan database adalah tahap design database. Meluangkan waktu
untuk mendesign suatu database sebelum melakukan proses otomatisasi akan
meyakinkan bahwa semua kenampakan geografis serta atribut yang diperlukan akan
tercakup atau tersedia manakala menginjak tahap berikutnya dalam SIG, yaitu tahap
analisis serta pembuatan produk akhir. Modifikasi atau perubahan suatu database selama
proses analisis akan banyak menyita waktu dan biaya. Sebagai tambahan, design database
yang bagus akan meyakinkan bahwa database yang dihasilkan akan berguna untuk
analisis dimasa mendatang.
Pada latihan ini, metode yang digunakan untuk digitasi adalah metode digitasi pada layar
komputer terhadap peta analog yang sudah dilakukan proses scanning. Peta analog yang
digunakan adalah peta topografi.
Langkah-langkah untuk melakukan digitasi segmen atau garis adalah melalui prosedur
seperti berikut:
- Pada Catalog double klik file peta topografi yang akan dilakukan proses digitasi:
topografi_utm.
- Kemudian buka File menu pada jendela peta (map window) dan selanjutnya pilih
Create, Segment Map command. Pada kotak dialog yang muncul, koordinat
sistem dan batas akan terisi secara otomatis untuk peta baru. Selanjutnya buat
nama baru untuk peta segmen: Jalan. Kemudian buat domain klas baru untuk
mewadahi peta segmen yang akan dibuat: Jalan.
- Kemudian pada dialog Domain Class, tambahkan klas-klas jalan yang akan
dilakukan proses digitasi. Kemudian klik OK pada dialog Create Segmen Map.
- Pastikan menu Edit, Edit layer, segmen jalan. Selanjutnya proses digitasi jaringan
jalan bisa dimulai. Klik tombol Insert mode untuk memulai digitsi.
- Manakala mau merubah klas suatu segmen, lakukan dengan cara klik kanan
segmen yang mau diubah, kemudian tekan Edit, selanjutnya tentukan klasnya.
- Lakukan digitasi segmen hingga selesai, pastikan untuk menentukan klas jalan
sesuai dengan klasnya.
Untuk melakukan suatu proses digitasi poligon, langkah pertama adalah kita harus
melakukan digitasi segmen yang selanjutnya kita lakukan pross poligonisasi (poligonize).
Proses digitasi tidak akan terlepas dari kesalahan-kesalan, baik kesalahan yang berkaitan
dengan segmen-nya, seperti segmen yang membentuk suatu boundari sebuah poligon
tidak tertutup, adanya interseksi antara segmen, kesalahan atribut dan lain sebagainya.
Oleh karena itu setelah selesai melakukan proses digitasi biasanya dilakukan proses
pengecekan.
- Apabila data-data sudah terbebas dari kesalahan, data tersebut sudah siap untuk
digunakan dalam proses yang lain, seperti proses poliginisasi, maupun untuk
proses analisis yang lain.
5 Global Positioning System
(GPS)
Diadopsi dari: GPS Guide for Beginner. GARMIN Coorporation. www.garmin.com
Satelit yang dimaksud diatas disebut NAVSTAR (Navigation Satellite Timing and Ranging).
Satelit ini diluncurkan pertama kali tahun 1971 oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat
untuk tujuan militer. Sejak tahun 1980, informasi dari NAVSTAR bisa diakses secara gratis oleh
masyarakat sipil sampai dengan saat ini. Terdapat 3 elemen penting dalam sistem GPS: elemen
satellite (space segment), elemen pengendali (control sgement) dan elemen pengguna (user
segment).
Elemen satelit (space segment)
Elemen satelit terdiri dari 24 satelit di luar angkasa (21 aktif dan 3 cadangan) yang beredar di
ketinggian 19300km diatas permukaan bumi. Jaringan satelit ini disebut konstelasi GPS.
Ketinggian tersebut dibutuhkan agar satelit dapat mencakup areal yang cukup luas. Posisi satelit
tersebut di luar angkasa diatur sedemikian rupa sehingga pengguna di bumi dapat menangkap
paling tidak 4 sinyal satelit setiap waktu. Setiap satelit bergerak dengan kecepatan 11000km/jam
sehingga masing-masing mampu mengitari bumi dalam waktu 12jam. Satelit-satelit tersebut
memakai radiasi matahari sebagai sumber energi dilengkapi baterai yang mampu menyimpan
daya disaat sinar matahri tidak tersedia. Setiap baterei mampu bertahan sekitar 10 tahun. Satelit
pertama diluncurkan tahun 1978 dan satelit ke 24 diluncurkan tahun 1994.
Setiap satelit memancarkan sinyal radio dengan frekwensi 1575.42 MHz di saluran UHF dengan
daya 20-50 watts. Sebagai perbandingan, radio FM yang biasa kita dengarkan berada pada
frekwensi 88-108 Mhz dengan daya 100000 watts. Untuk bisa menangkap sinyal GPS dibutuhkan
penerima (receiver) yang dirancang khusus untuk gelombang panjang berdaya lemah. Sinyal
radio yang digunakan mampu menembus lapisan tipis seperti kaca, awan, dan plastik, tapi tidak
mampu menembus lapisan yang lebih tebal, seperti dinding beton dan gunung. Karena hal inilah
dibutuhkan ruang terbuka untuk dapat menerima sinyal GPS dengan baik.
GPS Receiver menerima dua jenis informasi dari satelit GPS. Informasi yang pertama disebut
almanak, yaitu perkiraan posisi satelit di luar angkasa yang ditransmisi secara terus menerus
oleh satelit. Informasi yang kedua adalah informasi tentang jalur orbit, ketinggian, dan kecepatan
satelit, informasi ini disebut ephimeris. Berdasarkan informasi ini GPS receiver menghitung jarak
ke satelite dnegan mempergunakan waktu tempuh sinyal yang diterima. Dari sini informasi
tersebut digunakan untuk menghitung posisi di permukaan bumi.
Sumber-sumber kesalahan
GPS Receiver yang akan digunakan dalam pelatihan ini adalah receiver GARMIN dengan tipe
Map76 dan eTrex Vista. Pada prinsipnya apapun tipe receiver yang digunakan prinsip kerja dan
bagian-bagian penting pada GPS tetap sama. Pada gambar berikut dapat dilihat bagian-bagian
terpenting pada GPS receiver.
Antena atau penerima sinyal terletak pada bagian atas receiver. Pastikan bagian ini tidak
tertutup apapun pada saat receiver digunakan. Dibagian bawah terdapat panel pengendali yang
memuat tombol-tombol untuk memfungsikan receiver. Berikutnya terdapat layar antar
muka/interface tempat informasi yang diterima oleh receiver ditampilkan. Dibagian belakang
terdapat slot antena tambahan, yang berfungsi menghubungkan receiver dengan antena
tambahan untuk memperkuat penerimaan sinyal. Tempat baterai, memuat 2 buah baterai AA.
Pastikan untuk menggunakan baterai tipe alkaline untuk menjaga umur pakai receiver. Slot
kabel transfer adalah fasilitas yang menghubungkan receiver dengan perangkat komputer untuk
memindahkan data.
Panel pengendali
Merekam posisi
Jika kondisi sinyal terbaik sudah tercapai, posisi geografis sudah merupakan informasi yang
dapat direkam/dicatat sebagai data spasial. Informasi ini bisa dicatat dengan menggunakan
tabel, contohnya:
Pengambilan informasi spasial dengan cara ini penting untuk dapat merekam informasi secara
akurat. Selalu gunakan tabel data dengan standar pencatatan informasi semacam ini untuk
kegiatan pengukuran lapangan yang menggunakan GPS.
Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan menekan tombol parking selama 2 detik sampai
layar sebagi berikut tampil di interface.
Layar Mark Waypoint merekam informasi posisi kedalam memori receiver. Waypoint adalah
istilah khusus untuk data spasial berupa titik yang direkam GPS. Informasi dapat ditambahkan
pada layer ini sangat terbatas. Karena itu sekali lagi, gunakan tabel untuk merekam informasi
dari receiver.
6 Managemen Data
Spasial
Seperti yang telah diuraikan dalam materi konsep dasar sistem informasi geografis,
bahwa data spasial yang digunakan untuk analisis dalam SIG dapat diperoleh dari
berbagai sumber serta dalam berbagai format. Untuk keperluan analisis data-data tersebut
perlu dikelola dalam satu managemen data yang terintegrasi.
Data yang diperoleh dari suatu sumber lain terkadang tidak bisa kita gunakan secara
langsung untuk analisis. Hal ini disebabkan karena masing-masing perangkat lunak
(software) mempunyai managemen data yang berlainan, baik dari segi konsep maupun
dari segi teknik penyimpanan maupun managemen data. Demikian juga, data tersebut
barangkali masih perlu kita lakukan konversi dari satu tipe data ke tipe data yang lain,
sebagai misal dari format data segmen ke format data poligon, atau dari struktur data
vektor ke struktur data raster. Begitu juga dengan informasi koordinat sistem maupun
georeferensi-nya barangkali perlu dilakukan transformasi sehingga data-data spasial yang
akan digunakan untuk analisis dapat terintegrasi dengan baik dan benar.
Ketika melakukan proses importing suatu file ke dalam perangkat ILWIS, kita harus tahu
tipe data yang mau kita import: apakah data itu tersimpan dalam format titik, garis,
poligon, atau raster, juga kita perlu tahu tipe informasi apa yang terkandung dalam data
atau peta tersebut. Hal ini dikarenakan isi suatu peta menujukkan tipe domain (class, ID,
value, image, picture, color, etc.), yang akan diimplementasikan ke peta import.
Data vektor yang dapat diimport secara langsung ke perangkat lunak ILWIS mencakup
data dengan format antara lain: Arc/View shapefile (,shp), Arc/Info interchange format
(.E00), Autocad (dxf). Pada latihan kali ini format data vektor yang digunakan adalah
data dengan format shape file.
- Dari File menu pilih menu import, kemudian pilih map, dialog import akan
ditampilkan di layar monitor.
- Selanjutnya tentukan format Import: Arc/View shapefile, kemudian pilih file yang
akan diimport ke perangkat lunak ILWIS: kecamatan2005, kemudian tentukan
nama file baru pada dialog Output Filename.
Data atau peta raster dapat diimport dari berbagai format file. Data raster yang dapat
diimport kedalam perangkat lunak ILWIS mencakup antara lain: Arc/Info Ascii raster,
Tag Image File (TIF) format, Windows Bitmap (BMP), dll. Pada latihan kali ini kita akan
melakukan proses importing data raster hasil scanning peta topografi yang dalam format
TIF dan data raster dem dalam format Arc/Info Ascii raster.
- Langkahnya adalah dari File menu pilih menu import, kemudian pilih map, dialog
import akan ditampilkan di layar monitor.
- Selanjutnya tentukan format Import: Tagged image File (TIF) format, kemudian
pilih file peta topografi yang akan diimport ke perangkat lunak ILWIS:
geo_crop_keudeteunom, serta tentukan nama file baru pada Output Filename.
- Begitu juga dengan untuk importing file dem, lakukan dengan prosedur yang
sama, namun pada format Import: tentukan ke Arc/Info Ascii format.
Data vektor hasil proses importing tersebut, meskipun telah kita ubah koordinat
sistemnya namun belum tertransformasi secara permanen. Untuk melakukan transformasi
secara permanen dapat kita lakukan dengan jalan sebagai berikut:
- Pada Operation List, pilih Tranform Polygons. Kemudian pada dialog Transform
Polygon Map tentukan nama poligon yang baru: T_kecamatan2005, kemudian
buat koordinat baru untuk Aceh Barat: Acehbarat_koordinat, seperti pada
tampilan di bawah.
Sebagian besar analisis yang dilakukan di ILWIS didasarkan pada data raster. Oleh
karena itu konversi data dari format vektor ke raster (rasterization) sringkali merupakan
langkah awal yang meski dilakukan sebelum menginjak pada tahap analisis.
Langkah-langkah yang untuk melaksanakan proses rasterisasi data format vektor ke data
format raster dijelaskan pada langkah-langkah yang tersebut dibawah:
- Pada Catalog di jendela utama (Main Window) ILWIS, klik kanan vektor data
yang akan dilakukan proses rasterisasi, misalnya peta poligon administrasi
kecamatan: t_kecamatan2005.
- Kemudian pada dialog Rasterize Polygon Map, klik tombol Create pada
GeoReference. Langkah ini merupakan tahapan untuk membuat suatu file
georeferensi yang akan digunakan untuk proses rasterisasi.
Kartografi merupakan suatu ilmu dan seni yang berkaitan dengan pembuatan peta.
Kartografi sebagai ilmu dikaitkan dengan bidang atau materi yang dipelajari berkaitan
dengan peta, yang merupakan representasi dua dimensi dari wujud permukaan bumi yang
tiga dimensi. Kartografi sangat erat kaitannya dengan komunikasi seacara grafis untuk
menjelaskan hubungan spasial. Sedangkan kaitannya dengan seni, hal ini dikarenakan
dalam pembuatan suatu peta tidak akan terepas dengan unsur seninya. Bagaimana peta itu
dibuat dengan design yang menarik dengan kaidah-kaidah kartografis hingga informasi
yang terkandung pada suatu peta dapat dipahami dan dimengerti oleh pengguna.
Pembuatan peta merupakan wujud dari presentasi data. Presentasi data merupakan
prosedur untuk menyampaikan informasi dari suatu SIG yang dipresentasikan dalam
suatu bentuk yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pada dasarnya hasil analisis SIG
akan digunakan untuk perencanaan maupun managemen, sehingga informasi yang
dipresentasikan harus mampu memberikan ‘makna yang berarti’ untuk suatu
pengambilan kebijakan. Jika informasi yang dipresentasikan kurang jelas, bisa
berpengaruh terhadap kebijakan yang akan diambil. Sehingga suatu peta sebagai sarana
komunikasi ke pengguna, seyogyannya didesign dengan baik, hingga pengguna dapat
mendapatkan informasi secara cepat dan mudah.
Peta sebagai representasi dalam bentuk grafis merupakan alat utama untuk
menggambarkan relasi atau hubungan spasial fenomena pada permukaan bumi yang
digambarkan. Ada beberapa elemen utama yang harus tercakup manakala suatu peta
dibuat untuk membantu pengguna dapat memahami isi dan maksud dari suatu peta.
Adapun elemen-elemennya antara lain adalah sebagai berikut:
- Suau peta harus mempunyai judul, karena judul akan deskripsi mengenai subjek
suatu peta kepada pengguna,
- Orientasi, tujuan daripada orientasi adalah untuk menunjukkan arah suatu peta
dalam kaitannya dengan orientasi ke utara.
- Skala peta, ini merupakan statemen yang menunjukkan rasio antara jarak di peta
dengan jarak sesungguhnya di lapangan.
- Sistem referensi, mencakup informasi koordinat sistem atau sistem proyeksi yang
digunakan.
- Legenda, mencakup simbol-simbol atau tanda-tanda yang sistematik yang
menggambarkan informasi yang ada dipeta.
- Sumber peta, disamping memberikan informasi sumber peta juga mencakup
informasi yang lain seperti informasi tahun perolehan maupun publikasi data,
informasi mengenai akurasi data, dsb.
- Kemudian pada jendela peta, tekan tombol add layer untuk menampilkan
peta jalan dan peta sungai, selalu gunakan default parameter pada display options.
Selanjutnya ganti warna masing-masing layer sesuai dengan keinginan (jalan:
merah, sungai: biru).
- Selanjutnya simpan map window yang berisikan beberapa layer tersebut. Dari
File menu, pilih Save View As command. Kemudian ketik nama map view:
Acehbarat_administrasi, masukkan judul pada Title: Peta administrasi Aceh
Barat.
Peta hasil proses layouting dapat langsung dicetak menggunakan printer atau plotter.
Hasil layouting dapat juga dikonversikan ke format lain, sehingga dapat digunakan untuk
lampiran suatu dokumen.
Format yang biasa digunakan adalah format windows bitmap (bmp).