Anda di halaman 1dari 73

ANALISIS CSI (Customer Satisfaction Index) MANDRELING

COFFEE DI KOTA MEDAN


(Studi Kasus : Kopi Takar Cafe JI Setiabudi No. 35 Medan)

SKRlPSI

RIZKI ANANDA
150304040
AGRIBlSNIS

-P ROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTASPERTANIAN
UNIVERSITAS SU~lATERA UTARA
]vlEDAN
2020

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

RIZKI ANANDA (150304040/AGRIBISNIS) dengan judul ANALISIS CSI


(Customer Satisfaction Index) MANDHELING COFFEE DI KOTA MEDAN.
Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai
Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Anggota
Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi atribut yang dianggap penting bagi
konsumen Mandheling Coffee dan menganalisis CSI (Customer Satisfaction
Index) pada tingkat kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi Mandheling Coffee
Kota Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Identifikasi atribut yang
dianggap penting bagi konsumen Mandheling Coffee adalah ukuran dan variasi
menu, tetapi konsumen memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam menilai
sesuatu yang dianggap penting yang memberikan kepuasan pada mereka.
Pengukuran mengenai kepuasan konsumen terhadap atribut - atribut kedai kopi
pada Mandheling Coffee di Kota Medan sebesar 86,24%, berarti konsumen sangat
puas.

Kata Kunci: Konsumen, Kepuasan, Mandheling Coffee.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

RIZKI ANANDA (150304040/AGRIBUSINESS) with the thesis entitled is


ANALYSIS CSI (Customer Satisfaction Index) MANDHELING COFFEE IN
MEDAN. Supervised by Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec as the
Chairperson of the Supervisory Committee and Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP
as the Member of the Supervisory Committee.

This research aims to identify attributes that are important for Mandheling Coffee
customers and analyze CSI (Customer Satisfaction Index) on the level of customer
satisfaction in consuming Mandheling Coffee in Medan. The results showed that
the identification of attributes that were important for Mandheling Coffee
customers were the size and variety of the menu, but customers had different
perceptions in assessing something that was important that gave them
satisfaction. Measurement of customer satisfaction with coffee shop attributes at
Mandheling Coffee in Medan amounted to 86.24%, meaning customers are very
satisfied.

Keywords: Customer, Satisfaction, Mandheling Coffee.

ii

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Rizki Ananda, lahir di Klantan pada tanggal 02 Oktober 1997. Penulis merupakan

anak pertama dari tiga bersaudara, putri dari Bapak Sugianto dan Ibu

Asmini.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2004 masuk Madrasah Ibtidaiyah Negri Gebang lulus tahun 2009.

2. Tahun 2010 masuk SMP Negri 2 Gebang lulus tahun 2012.

3. Tahun 2013 masuk SMA Swasta Dharma Patra P. Berandan Lulus tahun

2015.

4. Tahun 2015 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

5. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Nenas Siam Kecamatan

Medang Deras Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara dari bulan Juli

2018 - Agustus 2018.

6. Melaksanakan Penelitian di Kota Medan pada Bulan April - Mei 2019.

iii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis CSI (Customer

Satisfaction Index) Mandheling Coffee di Kota Medan”. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Sebagai bentuk rasa syukur penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan

kepada :

1. Kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Sugianto dan Ibunda Asmini

beserta Adik – adik saya Imelda, dan Salsa Nabilla yang selalu memberikan

semangat, nasihat, doa yang tiada putus-putusnya serta dukungan baik secara

materi maupun non materi yang tiada henti-hentinya, juga kasih sayang dan

perhatiannya yang membawa penulis hingga sampai pada proses akhir

pendidikan sarjana ini.

2. Kepada Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku ketua komisi

pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing

penulis dengan penuh kesabaran, memotivasi penulis tanpa mengenal lelah,

serta mendukung dan membantu penulis sejak masa perkuliahan hingga

dalam penyelesaikan skirpsi ini. Kebijaksanaan, ketegasan dan ketepatan

sikap Bapak menjadi panutan bagi penulis. Untuk itu penulis mengucapkan

rasa hormat dan terima kasih yang setinggi - tingginya.

iv

Universitas Sumatera Utara


3. Kepada Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP. selaku anggota komisi pembimbing

yang dengan kesediaan waktu dalam membimbing, memberikan motivasi,

memberikan pengarahan dan memberi kemudahan kepada penulis selama

penulisan skripsi ini. Kesabaran dan keikhlasan Bapak menjadi panutan bagi

penulis.

4. Kepada Bapak Ir. M. Jufri, M. Si dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si.

selaku Dosen Penguji yang telah memberi kritik dan saran dalam

penyempurnaan skripsi ini.

5. Kepada Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian USU dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi. selaku

Sekertaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang

memberikan banyak kemudahan selama mengikuti masa perkuliahan.

6. Kepada seluruh dosen Fakultas Pertanian USU khususnya Program Studi

Agribisnis yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis

selama masa perkuliahan.

7. Kepada seluruh pegawai Fakultas Pertanian, Khususnya Program Studi

Agribisnis yang telah memberikan banyak kemudahan dalam menjalankan

perkuliahan dan penyelesaian skripsi.

8. Kepada orang terkasih yaitu Nabil Faris Ikhsan, Amd.Pel/ANT-III yang telah

memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Kepada sahabat saya Rivaldi Azhari, S.Si, Dara Utami, S.P, Septia Rusdiana

Siregar,S.Psi, Winda Rizky Agustina, S.E, Julianti Lubis, S.P, Lolita Indriani

Kaban, S.P, Selly Samsina, S.P, Elsaday Christina Nababan, S.P, Riska

Maulana Indah, S.P, Chintya Dwi Permata, S.P, Siti Sundari Sipayung, S.P,

Universitas Sumatera Utara


Aldi Winarko, S.Kom, Dwi Ridho Syahfitri, S.P, Maya Lestari Sitorus, S.P,

Wolulas Karina Asri Tambunan, yang telah banyak direpotkan, memberikan

motivasi, meluangkan waktu dan pemikiran kepada penulis selama masa

perkuliahan sampai penulisan skripsi.

10. Kepada teman-teman seperjuangan Agribisnis stambuk 2015, yang telah

banyak membantu dan menjadi penyemangat penulis selama masa

perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini. Sepenggal waktu bersama mereka

begitu berharga dan segala yang ada di kurun waktu tersebut tumbuh bersama

diri penulis dan membekas di dalam hati.

11. Kepada pemilik Coffee Shop Kopi Takar Caffe, yang telah memberikan izin

melaksanakan penelitian skripsi saya sehingga skripsi dapat berguna bagi

seluruh pihak yang berkaitan dalam skripsi ini.

12. Kepada responden penelitian yang telah meluangkan waktu dan kesempatan

untuk diwawancarai oleh penulis demi kesempurnaan penelitian penulis serta

kepada semua pihak yang terlibat yang telah mendukung.

Namun demikian penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Februari 2020

Penulis

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah....................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
1.4. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Tinjauan Pustaka............................................................................ 6
2.1.1. Kopi Mandheling (Mandheling Coffee) ........................... 6
2.1.2. Tingkat Pengetahuan Konsumen
Terhadap Mandheling Coffee ........................................... 11
2.1.3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Konsumen
Mengkonsumsi Mandheling Coffee ................................... 13
2.2 Landasan Teori ............................................................................... 15
2.2.1 Kepuasan Konsumen ......................................................... 15
2.2.2 Sikap Konsumen ................................................................ 18
2.2.3 Perilaku Konsumen ............................................................ 20
2.3. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 22
2.4. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 26
2.5. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ............................................ 29
3.2. Metode Pengumpulan Data............................................................ 30
3.3. Metode Analisis ............................................................................. 30
3.4. Definisi dan Batasan Operasional .................................................. 36
3.5.1 Definisi .............................................................................. 36
3.5.2 Batasan Operasional .......................................................... 37

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN


4.1. Letak dan Keadaan Geografis ........................................................ 38

vii

Universitas Sumatera Utara


4.2 Keadaan Penduduk ........................................................................ 38
4.3 Karakteristik Konsumen ................................................................ 39

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Identifikasi Atribut Mandheling Coffee........................................ 44
5.1.1 Uji Validitas........................................................................... 46
5.1.2 Uji Reliabilitas....................................................................... 48
5.2 Analisis CSI (Customer Satisfaction Index).................................. 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan .................................................................................... 55
6.2. Saran .............................................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 56

LAMPIRAN

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kopi di Sumatera 1
Utara Tahun 2012 – 2016
2. Konsumsi Kopi di Indonesia Tahun 2012 - 2016 3
3. Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian 31
4. Kriteria Nilai CSI (Customer Satisfaction Index) 35
5. Skor Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja 36

6. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan dan 39


Jenis Kelamin
7. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin 40
8. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Umur 41
9. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan 41
10. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pekerjaan 42
11. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendapatan 43
12. Uji Validitas Atribut Mandheling Coffee 47
13. Uji Reliabilitas Atribut Mandheling Coffee 48
Atribut di Kedai Kopi Berdasarkan Tingkat Kepentingan
14. 50
dan Tingkat Kinerja
15. Analisis CSI (Customer Satisfaction Index) 52

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal


1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Kepuasan 28
Konsumen dalam Memilih Coffee Shop di Kota Medan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul
1. Karakteristik Konsumen Mandheling Coffee
2. Tabulasi Skor Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja
Konsumen Mandheling Coffee
3. Uji Validitas dan Reliabilitas

xi

Universitas Sumatera Utara


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia, tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC antara tahun

1696-1699. Awalnya, penanaman kopi hanya bersifat coba-coba (penelitian).

Namun,karena hasilnya memuaskan dan dipandang cukup menguntungkan

sebagai komoditas perdagangan maka VOC menyebarkan bibit kopi ke berbagai

daerah agar penduduk dapat menanamnya. Kemudian, perkebunan besar pun

didirikan dan akhirnya tanaman kopi tersebar ke daerah Lampung, Sumatera

Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan daerah lain di

Indonesia (Najiyati, 2006).

Tabel 1.1 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kopi di Sumatera Utara
Tahun 2012-2016
Arabika Robusta
Tahun Luas Areal Produksi Luas Areal Produksi
(Ha) (Ton) (Ha) (Ton)
2012 60.652.60 48.063.49 20.758.95 8.430.03
2013 53.907.20 42.638.30 20.257.47 60.739.60
2014 61.231.44 49.176.51 20.853.81 8.887.52
2015 62.731.00 52.902.10 21.161.85 9.830.34
2016 44.922.94 38.213.52 4.782.50 3.104.52
Sumber:Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2018

Berdasarkan Tabel 1.1 diatas diperoleh informasi yang menunjukkan bahwa

perkembangan luas areal dan produksi kopi di Sumatera Utara selama 5 tahun

terakhir cenderung mengalami peningkatan meskipun mengalami penurunan pada

tahun 2016 yang disebabkan oleh kendala-kendala yang terjadi di lapangan seperti

terjadinya peremajaan atau replanting tanaman kopi. Dengan meningkatnya

industri di sektor hulu harus diimbangi dengan perkembangan sektor hilir

Universitas Sumatera Utara


2

komoditi kopi. Peningkatan sektor hilir ini bermunculan untuk mengakomodir

seluruh produksi kopi yang terus meningkat setiap tahunnya agar ada tempat

untuk mengelolah kopi jadi produk akhir. Sektor hilir dari komoditi kopi ini bisa

berupa industri kopi kemasan dan industri kedai kopi.

Biji kopi mengandung caffeine yang dapat merangsang kerja jantung dan otak,

sehingga sebagian orang tidak tahan minum kopi. Untuk mengatasi hal ini dan

dalam rangka meningkatkan kopi dunia, akhir-akhir ini telah ditemukan cara-cara

pengolahan biji kopi yang bisa menghilangkan kandungan caffeine, tanpa

menghilangkan aromanya yang khas dan rasanya yang nikmat. Hasilnya adalah

aroma kopi yang harum, nikmat dan tidak merangsang (Najiyati, 2006).

Bagi sebagian pecinta kopi, menikmati secangkir kopi mungkin hal yang biasa

dilakukan diwaktu senggang dan bisa dilakukan dimana saja. Namun, bagi

kalangan tertentu menikmati kopi bukan hanya bagaimana merasakan sensasi

manis dan pahit, tetapi bagaimana muatan yang menyertai aktifitas itulah yang

akan berdampak lebih luas. Misalnya, para eksekutif muda akan menikmati

secangkir kopi dengan relasi bisnisnya. Begitu juga dengan mahasiswa,

menikmati secangkir kopi hanya bermakna jika dilakukan di kedai kopi yang

diselingi dengan diskusi kecil (Pertiwi, 2018).

Jumlah permintaan produk kopi cukup tinggi dipasar, permintaan terhadap suatu

produk kopi dipengaruhi adanya selera konsumen terhadap produk kopi. Minum

kopi dikedai kopi telah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia, tidak hanya

sekedar minum kopi, tetapi biasanya kedai kopi juga menjadi tujuan beberapa

kegiatan tertentu, seperti bertemu dengan klien, sebagai tempat sosialisasi, atau

Universitas Sumatera Utara


3

sebagai tempat belajar bagi kalangan pelajar dan mahasiswa. Pada kedai-kedai

kopi modern kini sering diperbincangkan mengenai ‘konsep baru’ yang

menjadikan daya tarik sebuah kedai kopi modern, seperti mewajibkan para barista

di kedai kopi untuk menyediakan menu kopi yang di seduh secara manual dan

juga banyak pilihan menu Single Origin kopi dari berbagai daerah penghasil kopi

di Indonesia. Keunikan atau seni menyeduh kopi dengan cara manual adalah pada

satu varian kopi jika kita seduh dengan alat yang berbeda akan menghasilkan taste

yang berbeda-beda (Budiman, 2013).

Tabel 1.2 Konsumsi Kopi di Indonesia Tahun 2012-2016


No. Tahun Jumlah Penduduk Kebutuhan Konsumsi Kopi
(Jiwa) Kopi (Kg) (Kg/kapita/tahun)
1 2012 245.000.000 230.000.000 0.94
2 2013* 249.000.000 250.000.000 1.00
3 2014* 253.000.000 260.000.000 1.03
4 2015* 257.000.000 280.000.000 1.09
5 2016* 260.000.000 300.000.000 1.15
Keterangan: *Estimasi
Sumber: Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia, 2018

Berdasarkan Tabel 1.2 diatas diperoleh informasi yang menunjukkan bahwa

perkembangan konsumsi kopi di Indonesia selama 5 tahun terakhir terus

bertambah dan diperkirakan perkembangan konsumsi kopi di masa mendatang

akan terus meningkat. Hal ini membuat seluruh sub sektor agribisnis terus

berusaha untuk memenuhi seluruh permintaan konsumen tersebut terhadap kopi.

Terutama di sektor hulu perkembangan luas lahan meningkat setiap tahunnya.

Peningkatan luas lahan ini juga diikuti Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu

produsen kopi di Indonesia. Perkembangan luas areal ini selaras dengan

peningkatan produksi kopi dari Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


4

Secara geografis, Medan adalah kota yang sangat beruntung bila dibandingkan

dengan kota – kota lain di Indonesia. Betapa tidak, kota ini menjadi mata rantai

transit perdagangan kopi yang menghubungkan sentra – sentra penghasil kopi

Sumatera dengan negara – negara pengimpor kopi Sumatera seperti Amerika,

Eropa, dan beberapa negara di Asia. Komoditas unggulan dari Sumatera Utara ini

semakin seksi saja dijadikan sebagai trade mark.

Pertumbuhan penduduk Kota Medan yang begitu pesat dan meningkatnya jumlah

penikmat kopi di Kota Medan membuat sebuah peluang bisnis yang sangat baik

untuk membuka Kedai kopi. Sehingga di Medan sangat mudah didapat Kedai kopi

yang menyediakan berbagai hal jenis olahan kopi seperti es kopi susu, kopi

tubruk, cappucino, latte, dan espresso. Kelima produk ini merupakan produk

olahan akhir dari kopi yang cukup diminati konsumen yang dijual secara kemasan

maupun melalui Kedai kopi yang ada di Medan. Kondisi ini membuat konsumen

memiliki banyak pilihan dalam memilih Kedai kopi (Siregar, 2016).

Dalam penelitian ini, penulis memilih lokasi penelitian di Kopi Takar Café, yang

terletak di jl. Setia Budi No. 35 Medan karna hanya di café inilah yang menjual

Mandheling Coffee. Agar dapat mempersempit sebuah permasalahan mengenai

konsumen yang selalu mengkonsumsi kopi, maka alasan peneliti mengambil

produk Mandheling Coffee ini termasuk jenis kopi arabika, sebagai objek dalam

penelitian ini karena kopi ini mempunyai cita rasa kekentalan yang bagus,

keasaman medium, rasa floral dengan akhir rasa yang manis, karna cita rasa

Mandheling Coffee lebih manis dibandingkan dengan kopi lainnya. Mandheling

Coffee dideskripsikan sebagai kopi paling bagus dan termahal di pasar

Internasional. Setiap kopi memiliki karakter masing-masing yang membuatnya

Universitas Sumatera Utara


5

unik dan menarik. Peneliti ingin mengetahui index kepuasan konsumen atau CSI

(Customer Satisfaction Index) dari konsumen Mandheling Coffee. Hal inilah yang

menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini.

1.2. Identifikasi Masalah

1) Bagaimana mengidentifikasi atribut yang dianggap penting bagi konsumen

Mandheling Coffee?

2) Bagaimana analisis CSI (Customer Satisfaction Index) pada tingkat kepuasan

konsumen dalam mengkonsumsi Mandheling Coffee Kota Medan ?

1.3. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengidentifikasi atribut yang dianggap penting bagi konsumen

Mandheling Coffee.

2) Untuk menganalisis CSI (Customer Satisfaction Index) tingkat kepuasan

konsumen yang mengkonsumsi Mandheling Coffee di Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1) Masyarakat, sebagai bahan informasi bagi pemilik kedai kopi untuk

mengetahui kepuasan konsumen terhadap Mandheling Coffee dan sebagai

referensi terhadap konsumen dalam memilih Mandheling Coffee.

2) Pemerintah, sebagai masukan dan pertimbangan dalam pengambilan

kebijakan terkait dengan pengembangan usaha Mandheling Coffee.

3) Peneliti lain, sebagai sumber informasi untuk mengadakan penelitian lebih

lanjut tentang kepuasan konsumen dan Mandheling Coffee.

Universitas Sumatera Utara


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kopi Mandheling (Mandheling Coffee)

Single origin ini berasal dari Sumatra Utara, tepatnya di Kabupaten Mandailing

Natal. Nama Mandailing diambil sekaligus sebagai penanda nama suku yang ada

di Sumatra Utara, yaitu suku Mandahiling. Perkebunan kopinya terletak di

sebagian pegunungan Bukit Barisan. Mandailing Natal merupakan daerah

penghasil kopi Indonesia yang sudah berjalan sejak tahun 1800-an. Berdasarkan

sejarah, perkebunan kopi mandailing bermula dari Sistem Tanam Paksa yang

dilancarkan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Pada tahun 1835, Belanda membawa bibit tanaman coffea dari Jawa dan mencoba

membudidayakannya di tanah Sumatra. Oleh pemerintahan Hindia Belanda, kopi

tersebut kemudian disebar ke beberapa daerah di Sumatra Utara. Mula-mula,

dilakukanlah pembibitan di Tano Bato, sebuah desa di Kecamatan Panyabungan

Selatan. Setelah itu, bibit-bibit tersebut disebarkan ke beberapa daerah mulai dari

Pakantan hingga ke Angkola, Tapanuli Selatan. Karena berasal dari jenis arabika,

karakter kopi mandailing tentu memiliki rasa asam dan aroma yang khas. Namun,

jika dibanding dengan jenis kopi arabika sumatra lainnya, tingkat keasaman

atau acidity kopi mandailing cenderung paling rendah.

Selain itu, aftertaste yang manis juga merupakan salah satu karakter yang

khas. Aftertaste manis ini seolah menjadi penawar lidah setelah

Universitas Sumatera Utara


7

menyesap body yang sedikit tebal. Perpaduan rasa manis serta asam yang tidak

terlalu tinggi ini menjadi favorit orang-orang yang suka ngopi tapi punya lambung

yang sensitif.

Kelebihan kopi mandailing yang lain adalah pada aroma floralnya yang

wangi. Semerbak wangi ini kemudian membuatnya sering digunakan beberapa

roastery atau kedai kopi untuk membuat house blend. Tingkat keasaman yang

rendah dengan aroma floral dan aftertaste manis merupakan karakter kopi

mandailing. Body-nya penuh sehingga teksturnya cenderung kental. Perpaduan

rasa manis dan asam yang tidak terlalu tinggi menjadi favorit orang-orang yang

suka ngopi tapi punya lambung sensitif.

Kopi ini sempat diulas oleh beberapa ahli kopi dunia sebagai kopi dengan citarasa

terbaik di dunia. Salah satunya adalah William H Ukers, yang mengatakan

didalam dalam bukunya yang diterbitkan di New York pada tahun 1922, bahwa

kopi ini menjadi kopi terbaik di dunia, sehingga wajar jika saat itu kopi

Mandailing menjadi salah satu kopi termahal di dunia. Setelah akhirnya,

digantikan oleh Kopi Luwak yang kini mendapatkan predikat sebagai kopi

termahal dunia saat ini.

Pada dasarnya kopi-kopi di Sumatera itu adalah semi-wash atau dikenal dengan

giling basah. Jadi kalau di luar negeri dikuliti, difermentasi, dikeringkan secara

penuh, lalu dikupas. Kalau kopi Mandailing dikuliti, difermentasi, dikeringkan

tidak secara penuh, dikupas, dan dikeringkan lagi. Hanya beda sedikit proses saja,

mengubah rasanya. Alhasil, kopi Mandailing punya karakter lewat cita rasa khas

Universitas Sumatera Utara


8

yang digemari pencinta kopi dunia, yaitu tingkat keasaman yang rendah (low

acid) dan tingkat kekentalan yang tinggi (high body).

Secara menyeluruh, begitu disesap rasanya lembut, kaya, dan kompleks.

Meninggalkan sensasi nikmat di mulut, dengan aroma herbal alami campuran

bunga dan buah. Semi-wash inilah yang ingin dicontoh oleh kopi dari daerah

Amerika Latin. Karena kalau mereka bisa pasti kopinya jadi campuran espresso

yang enak seperti Mandailing yang banyak di-blend sebagai base untuk espresso.

Hingga kini, kopi Mandailing merupakan salah satu dari 11 kopi Indonesia yang

telah mendunia dan mendapat pengakuan mancanegara. Hasil kopi Mandailing

kualitas terbaik diminati banyak pembeli internasional dan menjadi produk ekspor

berharga tinggi, seperti halnya di Eropa dan Amerika, juga Tiongkok. Bahkan,

kopi Mandailing saat ini banyak digunakan di Selandia Baru sebagai pencampur

karena aromanya yang terkenal harum.

Kopi dengan julukan Single Origin, berarti kopi original atau kopi nusantara atau

kopi yang dihasilkan dari daerah tanpa adanya campuran dari kopi daerah lain

atau Single Origin bisa berarti wilayah dari mana kopi itu di tanam. Kopi dengan

label Single Origin akan disukai sekelompok orang karena konsistensi rasanya

dengan daerah geografis tertentu. Perkembangan Single Origin sebagai sebuah

media pemasaran dalam industri kopi sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan kedai

kopi dibelahan dunia.

Citarasa kopi sangat bervariasi sehingga sangat menarik untuk dipelajari. Banyak

sekali jenis-jenis kopi di dunia, setiap negara penghasil kopi memiliki banyak

varian dengan karakteristik rasa yang berbeda-beda. Sering kali melihat para

Universitas Sumatera Utara


9

pakar kopi melakukan cupping test, dan kemudian mendefinisikan karakter dari

masing-masing kopi tersebut. Berikut tahapan-tahapan untuk menentukan

karakteristik citarasa kopi :

a. Aroma

Langkah pertama untuk menentukan karakteristik dan citarasa kopi adalah melalui

aromanya. Ada beberapa karakteristik aroma kopi secara umum seperti earthy,

spicy, floral, atau nutty. Aroma yang keluar dari secangkir kopi yang telah

diseduh sekaligus mewakili dari rasa umum pada kopi tersebut. Belajar

menentukan aroma kopi yang tepat merupakan langkah penting untuk lanjut ke

tahap berikutnya yaitu mengenai flavour atau rasa.

b. Acidity

Tahap kedua adalah identifikasi mengenai acidity atau kadar keasaman. Jika kita

berbicara mengenai acidity, kita berbicara mengenai rasa asam yang terasa di

lidah kita. Rasa asam mampu dirasakan oleh lidah bagian atas. Kita biasa

mendefinisikan asam secangkir kopi seperti asam pada buah citrus. Umumnya ada

3 level acidity yaitu, low, medium, dan high acidity. high acidity biasa disebut

dengan istilah bright, dan low acidity biasa disebut dengan tangy atau crispy. Kopi

yang memiliki low acidity akan terasa smooth dan clean di lidah, dan biasanya

memiliki after taste yang lebih lama dibandingkan rasa yang lain.

c. Body

Ini sama artinya dengan “berat” dari kopi tersebut. Pengertian body disini adalah

apakah kopi tersebut terasa berat atau full pada mulut kita ketika kita meminum

kopi tersebut. Ketika meminum kopi dengan rasa yang kuat, dan mulut terasa

Universitas Sumatera Utara


10

penuh, maka kita menyebutnya full Body. Banyak juga kopi yang ketika kita

seruput terasa ringan dan halus dimulus, disini kita bisa mendefinisikan

karakternya adalah light body. Perbandingannya adalah seperti kita meminum

susu low fat dengan susu biasa. Akan terasa berbeda dimulut, yang satu terasa

ringan dan halus, dan yang satu lagi terasa menempel di mulut.

d. Flavour

Tahapan terakhir dari uji citarasa kopi adalah flavour atau karakter rasa dari kopi

tersebut. Kita sering mendengar istilah rasa fruity, cocoa, citrus, dll pada kopi. Ini

adalah definisi rasa dari kopi tersebut. Ketika kita meminum kopi, kita seperti

merasakan sedang memakan buah tertentu atau jenis herbal tertentu. Flavour

wheel atau roda rasa ke mana saja. Dengan roda rasa itulah dia membaca karakter

kopi yang sedang diminum, untuk mendefinisikan atau menemukan karakter kopi

yang kita minum, kita cukup melihat dan mempelajari diagram. Diagram ini

adalah sebuah standar untuk mengetahui karakter kopi melalui rasa juga aroma.

Kopi mengandung beberapa campuran yang dapat mempengaruhi tubuh secara

kimiawi. Serbuk kopi sendiri berisi bahan kimia psikotropika yang dapat

memuaskan manusia untuk mekanisme pertahanan diri mereka. Bahan kimia

tersebut adalah beracun dalam dosis besar, atau bahkan dijumlah yang normal

manakala dikonsumsi oleh orang yang menggunakan biji kopi yang masih liar.

Studi ilmiah telah menguji hubungan antara mengkonsumsi kopi dengan kondisi-

kondisi medis seseorang. Kebanyakan studi menyebutkan kondisi berlawanan

seperti pada kopi yang dikatakan mempunyai manfaat kesehatan spesifik, dan

hasilnya juga menyebutkan banyak pengaruh negative mengkonsumsi kopi. Oleh

Universitas Sumatera Utara


11

karena itu, dapat diketahui bahwa kopi memberikan manfaat positif dan dampak

negative bagi kesehatan (Stenley, 2009).

Kopi memiliki kandungan kafein yang bertindak sebagai suatu stimulan. Karena

alasan inilah kopi sering dikonsumsi pagi-pagi dan selama bekerja. Riset terbaru

telah membongkar efek kopi yang ternyata memberikan rangsangan tambahan

yang tidak dihubungkan dengan isi kafeinnya. Kopi berisi suatu bahan kimia agen

yang tidak dikenal yang dapat merangsang produksi kelenjar, hormon dan

adrenalin, yang keduanya merupakan hormon merangsang. Keuntungan dan

kerugian mengkonsumsi kopi dari sudut kesehatan sebagai berikut :

a. Keuntungan

Mengurangi resiko penyakit Alzeimer, mengurangi resiko penyakit Gallstone,

mengurangi resiko penyakit Parkinson, meningkatkan kemampuan kognitif,

meningkatkan pengurang rasa sakit, anti diabetes, anti kanker, anti Dioretic,

antioksidan, mencegah kerusakan gigi, mencegah encok.

b. Kerugian

Menyebabkan gelisah, menyebabkan perubahan waktu tidur, menyebabkan

sembelit, menyebabkan gigi kuning, meningkatkan kolesterol, mempengruhi

tekanan darah, memberikan efek dari kehamilan, menyebabkan penyakit Arteri

Koroner.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan Konsumen Terhadap Mandheling Coffee

Tingginya tingkat konsumsi kopi yang ada di Indonesia membuat peluang bagi

banyak pelaku usaha kedai kopi untuk mengembangkan usahanya. Salah satu kota

yang banyak dihuni oleh kedai kopi adalah kota Medan. Timbulnya pesaing yang

Universitas Sumatera Utara


12

semakin menyelaraskan bagaimana keinginan konsumen dengan produk yang

mereka jual menimbulkan semakin banyaknya variasi produk yang disajikan

dengan cara mereka sendiri. Oleh karena itu, konsumen menjadi selektif karena

memiliki banyak pilihan untuk melakukan pembelian kopi.

Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak mengenai

produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi, karena konsumen

tersebut sudah merasa cukup dengan pengetahuannya untuk mengambil

keputusan. Konsumen yang mempunyai kepribadian sebagai seorang yang senang

mencari informasi akan meluangkan waktu untuk mencari informasi lebih banyak.

Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang penting. Konsumen

yang berpendidikan tinggi cenderung mencari informasi yang banyak mengenai

suatu produk sebelum ia memutuskan untuk membelinya.

Konsumen akan mencari tau kopi jenis apa yang akan dicobanya serta kualitas

dan rasanya. Tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap jenis Mandheling Coffee

inilah yang membuat konsumen mengkonsumsi Mandheling Coffee di daerah

penelitian. Memahami usia konsumen adalah salah satu faktor yang penting. Oleh

sebab itu, pemasar harus memahami usia penduduk dari suatu wilayah yang akan

dijadikan segmentasi pasarnya. Perbedaan usia mengakibatkan perbedaan selera

dan kesukaan terhadap produk. Konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi

produk dan jasa yang berbeda pula. Seorang yang berumur relatif muda lebih

cepat menerima sesuatu yang baru, dibandingkan konsumen yang sudah berumur

(Sumarwan, 2003).

Universitas Sumatera Utara


13

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Mengkonsumsi


Mandheling Coffee
Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh kerakteristik konsumen. Sebagian

besar, pemasar tidak mengendalikan faktor-faktor seperti itu, tetapi mereka harus

memperhitungkan semuanya. Berikut akan dijabarkan beberapa faktor yang

dipengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi kopi:

1. Umur

Orang membeli barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Secara

umum umur juga mempengaruhi selera akan makanan, minuman, dan segala

macam keperluan semasa hidup. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup

keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan

kedewasaannya (Setiadi, 2003).

2. Tingkat Pendidikan

Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan

dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalanin

(pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila

pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas

baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen (Setiadi,

2003).

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin sangat mempengaruhi kualitas maupun kuantitas konsumen,

kebanyakan konsumen yang meminum yang duduk di kedai kopi dan meminum

kopi adalah laki – laki namun ada juga perempuan. Jenis kelamin sangat

mempengaruhi jumlah peminum kopi di kedai kopi.

Universitas Sumatera Utara


14

4. Pendapatan

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau

rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas

permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada

uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan

lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagain besar

barang. Jika permintaan terhadap jumlah barang berkurang ketika pendapatan

berkurang, dan sebaliknya jika permintaan terhadap sebuah barang bertambah

barang tersebut dinamakan barang normal (normal good). Pendapatan seseorang

akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap

pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan

tingkat minat (Setiadi, 2003).

5. Pekerjaan

Pekerjaan, merupakan aspek kelas sosial yang penting, karena begitu banyak segi

kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Mengapa suatu jenis

pekerjaan harus memiliki prestige (gengsi) yang lebih tinggi dari pada jenis

pekerjaan lainnya. Hal ini merupakan masalah yang sudah lama menarik perhatian

para ahli ilmu sosial. Jenis-jenis pekerjaan yang berprestige tinggi pada umumnya

memberi penghasilan yang lebih tinggi meskipun demikian terdapat banyak

pengecualian. Jenis-jenis pekerjaan yang termasuk pada golongan tinggi pada

umumnya memerlukan pendidikan tinggi, meskipun hubungannya masih jauh dari

sempuma.

Pekerjaan merupakan aspek strata sosial yang penting, karena begitu banyak segi

kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Apabila kita mengetahui

Universitas Sumatera Utara


15

jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa menduga tinggi rendahnya pendidikan,

standar hidup, pertemanannya, jam kerja, dan kebiasaan sehari-hari keluarga

orang tersebut. Kita bahkan bisa menduga selera bacaan, selera rekreasi, standar

moral, dan bahkan orientasi keagamaannya. Dengan kata lain, setiap jenis

pekerjaan merupakan bagian dari cara hidup yang sangat berbeda dengan jenis

pekerjaan lainnya.

Keseluruhan cara hidup seseoranglah yang pada akhimya menentukan pada strata

sosial mana orang itu digolongkan. Pekerjaan merupakan salah satu indikator

terbaik untuk mengetahui cara hidup seseorang. Oleh karena itu, pekerjaan-pun

merupakan indikator terbaik untuk mengetahui stratasosial seseorang (Nawawi,

2017).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kepuasan Konsumen

Menurut Kotler dan Susanto (2000), Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang

setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan dibandingkan

dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antar

kinerja yang dirasakan dengan harapan. Pelanggan dapat mengalami salah satu

dari tiga tingkat kepuasan yang umum. Kalau kinerja di bawah harapan,

pelanggan kecewa. Kalau kinerja sesuai harapan, pelanggan puas. Kalau kinerja

melebihi harapan, pelanggan sangat puas, senang atau gembira.

Menurut Kotler dan Keller dalam Apriyani (2017), kepuasan adalah perasaan

senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja

(hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan. Menurut

Universitas Sumatera Utara


16

Tjiptono dalam Apriyani (2017), kepuasan konsumen adalah situasi yang

ditunjukkan oleh konsumen ketika mereka menyadari bahwa kebutuhan dan

keinginannya sesuai dengan yang diharapkan serta terpenuhi secara baik.

Sedangkan menurut jurnal Bachtiar dalam Apriyani (2017), kepuasan konsumen

merupakan perasaan positif konsumen yang berhubungan dengan produk / jasa

selama menggunakan atau setelah menggunakan jasa atau produk.

Menurut Mowen dan Minor dalam Sunarti dkk (2016), kepuasan adalah ketika

konsumen membandingkan harapan kinerja mereka dengan kinerja aktual produk

(actual product performance) yaitu persepsi kualitas produk. Bila kualitas jauh di

bawah harapan, maka mereka akan mengalami ketidakpuasan emosional

(emotional dissatisfaction). Bila kinerja melebihi harapan, maka mereka akan

merasakan kepuasan emosional (emotional satisfaction). Bila kinerja dianggap

sama dengan harapan, konsumen mengalami konfirmasi ekspektasi (expectancy

confirmation). Kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah kepuasan

pelanggan. Pelanggan yang puas akan melakukan pembelian ulang, mengatakan

hal yang baik tentang perusahaan kepada orang lain (rekomendasi), kurang

memperhatikan merek dan iklan produk pesaing, dan membeli produk lain dari

perusahaan yang sama.

Menurut Kotler dan Susanto (2000), untuk mengukur kepuasan konsumen dapat

dilakukan dengan cara:

1. Sistem Keluhan dan Saran

Perusahaan yang memberikan kesempatan penuh bagi pelanggannya untuk

menyampaikan pendapat atau keluhan, merupakan perusahaan yang berorientasi

pada pelanggan (costumer oriented).

Universitas Sumatera Utara


17

2. Survei Kepuasan Pelanggan

Perusahaan melakukan survei kepuasan pelanggan terhadap kualitas jasa atau

produk. Survei dilakukan dengan penyebaran kuesioner oleh karyawan

perusahaan kepada para pelanggan. Melalui survei, perusahaan dapat mengetahui

kekurangan dan kelebihan produk atau jasa tersebut, sehingga dapat melakukan

perbaikan pada hal yang dianggap kurang oleh pelanggan. Pengukuran kepuasan

pelanggan dengan metode survei dapat dilakukan dengan cara, diantaranya:

Directly Reparted Satisfaction

Ungkapan yang disampaikan secara langsung tentang kepuasan dirinya terhadap

pelayanan yang diterimanya.

Derived Dissatisfaction

Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan

suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang mereka rasakan.

Problem Analysis

Responden diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang mereka hadapi

berkaitan dengan penawaran dari perusahaan. Disamping itu responden juga

diminta untuk menuliskan perbaikan-perbaikan yang mereka sarankan.

Importance/Performance Ratings

Responden dapat diminta untuk meranking berbagai elemen (atribut) dari

penawaran berdasarkan derajat pertanyaan setiap elemen dan seberapa baik

kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen.

3. Ghost Shopping

Metode ini dilaksanakan dengan mempekerjakan beberapa orang perusahaan

(ghost shopper) untuk bersikap sebagai pembeli di perusahaan pesaing, dengan

Universitas Sumatera Utara


18

tujuan para ghost shopper tersebut dapat mengetahui kualitas pelayanan, kualitas

produk perusahaan pesaing sehingga dapat dijadikan koreksi terhadap kualitas

pelayanan dan produk perusahaan.

4. Analisa Pelanggan yang Hilang (Lost Customer Analysis)

Metode ini dilakukan perusahaan dengan cara menghubungi kembali

pelanggannya yang telah lama tidak berkunjung atau melakukan pembelian lagi di

perusahaan karena telah berpindah ke perusahaan pesaing. Selain itu, perusahaan

dapat menanyakan sebab-sebab berpindahnya pelanggan ke perusahaan pesaing.

2.2.2 Sikap Konsumen

Menurut Fishbein dan Ajzen (dalam Kristianto, 2011), sikap merupakan

predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) yang dipelajari untuk menanggapi

secara konsisten terhadap suatu objek, baik dalam bentuk tanggapan positif

maupun tanggapan negatif. Konsep sikap sangat berkaitan dengan konsep

kepercayaan (belief) dan perilaku (behavioral).

Menurut Soetarno (1994), sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai

kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa

diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap konsumen

adalah pikiran atau pandangan konsumen yang menggambarkan kepercayaan

terhadap manfaat yang baik dari produk. Apabila konsumen sudah mulai percaya

terhadap manfaat yang diberikan sebuah produk, maka konsumen akan bersikap

untuk selalu setia dan menggunakan produk tersebut. Namun, apabila produk

tersebut tidak memberikan manfaat yang baik, maka sikap konsumen adalah tidak

akan mau untuk membeli dan menggunakan produk tersebut. Dengan kata lain,

Universitas Sumatera Utara


19

sikap konsumen adalah keyakinan dan preferensi (pilihan) konsumen atas suatu

merek. Sikap terhadap suatu merek yang sering mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen. Jika konsumen bersikap positif terhadap suatu merek,

kemungkinan konsumen itu akan melakukan pembelian terhadap merek tersebut,

begitu sebaliknya.

Katz (dalam Setiadi, 2008) mengklasifikasikan fungsi sikap menjadi :

1. Fungsi utilitarian

Seseorang menyatakan sikapnya terhadap suatu objek atau produk karena ingin

memperoleh manfaat dari produk (rewards) tersebut atau menghindari risiko dari

produk (punishment).

2. Fungsi ekspresi nilai

Sikap berfungsi untuk menyatakan nilai, gaya hidup dan identitas sosial

seseorang. Sikap akan menggambarkan minat, hobi, kegiatan, dan opini dari

seorang konsumen.

3. Fungsi mempertahankan ego

Sikap berfungsi untuk melindungi seseorang (citra diri - self image) dari keraguan

yang muncul dari dalam dirinya sendiri atau dari faktor luar yang mungkin

menjadi ancaman bagi dirinya.

4. Fungsi pengetahuan

Pengetahuan yang baik mengenai suatu produk sering mendorong seseorang

untuk menyukai produk tersebut. Karena itu, sikap positif terhadap suatu produk

sering mencerminkan pengetahuan konsumen terhadap suatu produk.

Universitas Sumatera Utara


20

2.2.3 Perilaku Konsumen

Menurut Suryani (2008), perilaku konsumen di zaman sekarang cenderung

berubah-ubah. Perilaku konsumen yang tidak dapat secara langsung dikendalikan

oleh perusahaan perlu dicari informasinya semaksimal mungkin. Banyak

pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para ahli, salah satunya

yang didefenisikan oleh:

 Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) yang mengatakan bahwa perilaku

konsumen adalah suatu tindakan yang langsung dilakukan konsumen dalam

mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk

proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.

 Schiffman dan Kanuk (2007) bahwa perilaku konsumen merupakan studi

yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan membelanjakan

sumber daya yang tersedia dan dimiliki (waktu, uang, dan usaha) untuk

mendapatkan barang atau jasa yang nantinya akan dikonsumsi.

Perilaku konsumen terbagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah perilaku

yang tampak, meliputi jumlah pembelian, waktu, karena siapa, dengan siapa, dan

bagaimana konsumen melakukan pembelian. Yang kedua adalah perilaku yang

tak tampak, meliputu persepsi, ingatan terhadap informasi, dan perasaan

kepemilikan oleh konsumen. Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi

perilaku konsumen, yaitu faktor sosial budaya yang terdiri dari kebudayaan, kelas

sosial, kelompok sosial, dan referensi serta keluarga. Faktor yang lain adalah

faktor psikologis yang terdiri atas motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan

dan sikap. Selanjutnya perilaku konsumen sangat menentukan dalam proses

pengambilan keputusan pembelian (Umar, 2005).

Universitas Sumatera Utara


21

Menurut Hawkins dkk dalam Suryani (2008), pemahaman terhadap perilaku

konsumen mencakup pemahaman terhadap tindakan yang langsung yang

dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan

produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti

tindakan tersebut, sebagaimana yang dinyatakan berikut ini:

“Consumer behaviour is the study if individuals, groups or organizations, and the

processes they use to select, secure, use, and dispose of products, services,

experiances or ideas to satisfy needs and the impact that these processes have on

the consumer and society.”

Merajuk pada pendapat Hawkins dkk ini berarti perilaku konsumen merupakan

studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi dan proses yang

dilakukan untuk memilih, mengamankan, menggunakan, dan menghentikan

produk, jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhannya dan

dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat. Dengan demikian studi perilaku

konsumen itu mencakup bidang yang lebih luas, karena termasuk didalamnya juga

mempelajari dampak dari proses dan aktivitas yang dilakukan konsumen ke

konsumen lain maupun masyarakat.

Menurut Supranto dan Limakrisna (2011), definisi tentang perilaku memuat 3 hal

penting, yaitu:

1. Perilaku konsumen bersifat dinamis, sehingga susah ditebak/diramalkan.

2. Melibatkan interaksi, seperti kognisi, afeksi, perilaku dan kejadian disekitar/

lingkungan konsumen.

3. Melibatkan pertukaran, seperti menukar barang milik penjual dengan uang

milik pembeli.

Universitas Sumatera Utara


22

Definisi yang sederhana tentang perilaku konsumen merupakan tindakan yang

langsung terlibat dalam mendapatkan, menggunakan (memakai, mengkonsumsi)

dan menghabiskan produk (barang dan jasa) termasuk proses yang mendahului

dan mengikuti tindakan ini.

Menurut Setiadi (2003), studi tentang perilaku konsumen akan menjadi dasar

yang amat penting dalam manajemen pemasaran. Hasil dari kajiannya akan

membantu para pemasar untuk : merancang bauran pemasaran, menetapkan

segmentasi, merumuskan posisioning dan pembedaan produk, memformulasikan

analisis lingkungan bisnisnya, mengembangkan riset pemasarannya. Selain itu,

analisis perilaku konsumen juga memainkan peranan penting dalam merancang

kebijakan publik. Bagi penguasa bidang ekonomi suatu negara memerlukan kajian

ini untuk merumuskan kebijakannya dalam kerangka perlindungan konsumen.

Dengan mengetahui perilaku konsumen mungkin dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan pengembangan kemampuan seorang pemasar dalam menjalankan

tugasnya.

2.3. Penelitian Terdahulu

Rifa Aisi Pertiwi (2018), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Mengkonsumsi Kopi (Coffea) di

Starbucks, Killiney, dan Ulee Kareng di Kota Medan, mengggunakan metode

penelitian SPSS 17 dan metode Skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa perilaku konsumen di Starbucks, Killiney dan Ulee Kareng dalam

mengkonsumsi kopi yang paling dominan adalah karena diajak teman/keluarga.

Secara serempak menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel bebas

memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah konsumsi kopi di Starbucks,

Universitas Sumatera Utara


23

Killiney dan Ulee Kareng. Secara parsial variabel pendapatan berpengaruh nyata

terhadap jumlah konsumsi kopi di Starbucks, Killiney dan Ulee Kareng,

sedangkan variabel umur dan pendapatan yang berpengaruh nyata terhadap

jumlah konsumsi kopi di Killiney.

Eka Kurniati (2016), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kepuasan

Konsumen Terhadap Kue Baytat Bengkulu, menggunakan metode analisis

custumer satisfaction index (CSI) dan importance performance analysis (IPA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan konsumen sebesar 80,41%

dan atribut yang diinginkan konsumen adalah daya tarik ilustrasi, warna kemasan,

kemampuan kemasan melindungi produk, kepraktisan kemasan, warna kue, aroma

kue, tekstur kue, rasa kue, masa simpan dan harga produk yang dapat

dipertimbanghkan oleh responden berdasarkan uji validitas dan reiliabilitas dan

rekomendasinperbaikan utnuk atribut baytat yaitu atribut warna kue dan harga

produk serta atribut yang patut dipertahankan adalah rasa kue, aroma kue dan

tekstur kue.

Menurut hasil penelitian Chairawani, dkk (2014) yang berjudul Analisis Kepuasan

Konsumen Terhadap Kedai kopi Ulee Kareng di Kota Medan, dengan tujuan

penelitian adalah untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen dan menganalisis

tingkat kepuasan konsumen kedai kopi Ulee Kareng di daerah penelitian, metode

penelitian yang digunakan adalah metode puposive sampling dan metode

pengambilan sampel adalah metode accidental sampling dengan jumlah sampel

sebanyak 30 responden, metode analisis data yang digunakan adalah metode

deskrptif dan Customer Satisfaction Index (CSI), hasil analisis penelitian ini

adalah karakteristik konsumen kedai kopi Ulee Kareng didominasi oleh mereka

Universitas Sumatera Utara


24

yang berusia 20-29 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir S1, bekerja

sebagai pegawai swasta, dan memiliki pendapatan antara Rp 1.000.000 -

3.000.000 dan Tingkat kepuasan konsumen berdasarkan atribut yang paling

dominan adalah cita rasa dengan persentase 64%. Dan berdasarkan hasil

perhitungan Costumer Satisfaction Index (CSI), tingkat kepuasan konsumen kedai

kopi Ulee Kareng di Kota Medan dominan berada pada tingkat puas (60%).

Menurut hasil penelitian Priscilla Anggita Damanik (2014), yang berjudul

Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Minuman Kopi dengan Metode

Importance Performance Analysis (IPA) dan Custumer Satisfaction Index (CSI) di

Coffee Story Malang, dengan hasil penelitian disimpulkan bahwa atribut yang

menjadi agenda prioritas utama ditingkatkan kinerjanya adalah atribut yang

berada dikuadran I yaitu atribut kualitas bahan baku dan kemudahan dalam

mendapatkan pelayanan atribut yang menjadi prioritas kedua utnuk diperbaiki

adalah atribut yang berada dikuadran ke III, atribut tersebut yaitu atribut – atribut

harga, bahan tambahan, manfaat, volume dan kepopuleran jenis minuman kopi

custumer satisfactoin index (CSI) yang diperoleh adalah sebesar 84% yang

menujukkan bahwa konsumen merasa sangat puas.

Artanita Nawawi (2017), dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor yang

Mendorong Konsumen Mengkonsumsi Kopi Single Origin (Studi Pada

Komunitas Penikmat Kopi (KPK) Lampung di Kedai kopi Coffee Paste). Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong

konsumen mengonsumsi kopi Single Origin di Kedai kopi Coffee Paste. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah kopi Single Origin begitu identik dengan

Universitas Sumatera Utara


25

kedai kopi dan menjadi menu yang disukai konsumen karena cerita dibalik nama

Single Origin sehingga ada lima faktor yang terbentuk setelah dilakukannya

wawancara. Faktor pertama adalah faktor atribut produk terdiri dari harga,

kualitas kopi Single Origin, desain tempat, dan ciri khas atau keunikan dari

penampilan barista, faktor kebudayaan terdiri dari jenis kelamin, kedai yang

strategis, cara meminum kopinya yang berbeda-beda, kebiasaannya sehari-hari,

dan adanya hubungan antara Kedai kopi Coffee Paste dan Kopi Single Origin,

faktor sosial merupakan suatu interaksi sosial seorang konsumen yang begitu

mempengaruhi dirinya sendiri dalam bersosialisasi di Kedai kopi Coffee Paste,

faktor pribadi meliputi gaya hidup, status sosial, pekerjaan serta situasi ekonomi,

kepribadian seseorang dan konsep diri seseorang, dan faktor psikologis proses

pembelajaran pada konsumen, oleh karena itu kedatangan konsumen tentu

memiliki tujuan tersendiri yang dapat memberi manfaat tersendiri untuk

konsumen tersebut atau orang sekitarnya yang dapat mendorong konsumen

membeli Kopi Single Origin di Kedai kopi Coffee Paste.

Afriyanti dan Rasmikayati (2018) yang berjudul Strategi Pemasaran Terbaik

Berdasarkan Perilaku Konsumen Dalam Menghadapi Persaingan Antar Kedai

Kopi di Jatinagor. Dengan hasil penelitian analisis menunjukan bahwa konsumen

yang datang rata-rata adalah laki-laki berstatus mahasiswa/i. Manfaat yang dicari

dengan berkunjung ke Belike Coffee adalah untuk rasa yang enak/nikmat,

sedangkan manfaat yang dicari dengan berkunjung ke Balad Coffee Works adalah

untuk menikmati suasana yang ditawarkan. Konsumen merasa puas dan

akan berkunjung kembali ke kedai kopi pilihannya, namun konsumen akan

mencari kedai kopi lain apabila kondisinya sedang penuh. Apabila terjadi

Universitas Sumatera Utara


26

kenaikan harga, konsumen Belike Coffee akan mengurangi frekuensi pembelian

selanjutnya, sedangkan konsumen Balad Coffee Works tetap

akan membeli. Potensi yang dimiliki Belike Coffee adalah jenis biji kopi yang

berasal dari nusantara terutama Jawa Barat dan didapat langsung dari petani.

Sedangkan potensi Balad Coffee Works adalah jenis biji kopi yang berasal dari

seluruh nusantara bahkan luar negeri. Kendala yang dimiliki dalam menjalankan

usaha diakibatkan oleh pesaing yaitu terjadinya fluktuasi penjualan. Strategi yang

harus dilakukan untuk meningkatkan omzet di kedua kedai kopi adalah strategi

produk, harga, lokasi, dan promosi.

2.4. Kerangka Pemikiran

Kopi merupakan salah satu komoditas prioritas pengembangan di Indonesia. Hal

ini dikarenakan setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah konsumsi kopi di

Indonesia terutama di kota-kota besar seperti Medan. Meningkatnya konsumsi

kopi ini selaras dengan bertumbuhnya kedai-kedai kopi yang ada di Kota Medan

guna utnuk memenuhi permintaan konsumen.

Perilaku konsumen ini menentukan kriteria konsumen dan motivasi dalam

memilih kedai kopi yang ada di Kota Medan. Dari kriteria konsumen ini akan

didapat faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam

mengkonsumsi kopi di Kota Medan. Perilaku konsumen ini dipengaruhi oleh

faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. Produsen kedai

kopi akan memiliki suatu landasan dalam membuka kedai kopi dari pendapat

konsumen dalam menentukan sebuah kedai kopi yang ideal. Sehingga produsen

tidak mengalami kerugian karena tidak mengetahui kriteria konsumen dan faktor -

faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi kopi.

Universitas Sumatera Utara


27

Atribut – atribut tersebut dapat dipakai sebagai dasar untuk menetapkan suatu

strategi dalam usaha untuk mendapatkan keunggulan dari produk dan harga kopi

tersebut. Atribut – atribut yang digunakan adalah cita rasa, aroma, ukuran, variasi

menu, Harga, dan perbandingan harga dengan kualitas. Untuk mengidentifikasi

atribut tersebut perlu mengujinya dengan uji validitas dan reliabilitas dengan cara

menguji masing - masing atribut dari variabel produk dan harga. Variabel produk

dan harga dapat dijadikan indikator-indikator yang terdiri dari beberapa atribut

dalam penilaian tingkat kepuasan konsumen Mandheling Coffee tersebut di Kota

Medan. Sehingga, beberapa atribut berpengaruh terhadap tingkat kepuasan

konsumen Mandheling Coffee di kedai kopi.

Universitas Sumatera Utara


28

Secara rinci kajian ini digambarkan pada Gambar 2.1 berikut,

Konsumen Mandheling Coffee

Uji Validitas dan Perilaku


Reliabilitas Konsumen

Atribut – atribut:
X1= Cita Rasa
X2= Aroma
Kepuasan
X3= Ukuran
Konsumen
X4= Variasi menu
X5= Harga
X6= Perbandingan harga dengan kualitas

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis CSI (Customer Satisfaction


Index) terhadap Mandheling Coffee di Kota Medan.

Keterangan :

: Menyatakan hubungan

: Menyatakan pengaruh

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dan sesuai dengan identifikasi

masalah yang ada, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Tingkat kepuasan konsumen terhadap Mandheling Coffee tergolong sangat

puas.

Universitas Sumatera Utara


29

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Pengambilan sampel atau disebut juga responden dilakukan dengan

menggunakan metode non probability sampling, jenisnya adalah accidental

sampling. Accidental sampling dilakukan dengan cara memperoleh data dari

sekumpulan populasi, yang cara memperoleh data untuk sampel tersebut dengan

cara insidental atau secara kebetulan saja dengan tidak menggunakan perencanaan

tertentu (Mardalis dalam Chairawani, 2017).

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling, yaitu

menentukan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau

siapapun yang sedang mengkonsumsi kopi di Kopi Takar Cafe. Setiap konsumen

di Kopi Takar Cafe bebas dipilih sebagai responden tetapi terlebih dahulu harus

lulus tahap screening.

Kategori data konsumen yang diambil adalah konsumen yang sebelumnya pernah

melakukan pembelian di Kopi Takar Cafe, sehingga dapat diketahui konsumen

telah mengetahui dan pernah mengkonsumsi produk kedai kopi tersebut. Hal

tersebut dilakukan agar konsumen memiliki pertimbangan untuk perbandingan

tingkat kepentingan dan tingkat kinerja di Kopi Takar Cafe. Apabila pengunjung

adalah keluarga, maka yang berhak mengisi kuesioner adalah kepala keluarga atau

siapa saja yang telah berusia 15 tahun atau lebih, sedangkan jika pengunjung

adalah rombongan teman maka yang berhak mengisi kuesioner adalah salah satu

atau seluruhnya jika bersedia, namun harus berumur 15 tahun atau lebih.

Universitas Sumatera Utara


30

Dilakukannya accidental sampling karena jumlah populasi penikmat kopi di Kota

Medan yang tidak terdata. Oleh karena itu, ukuran sampel minuman yang dapat

diterima bisa dilihat berdasarkan pada desain atau metode penetlitian yang

digunakan. Jika desain penelitiannya menggunakan skala likert maka sampel

minimum adalah 100 responden agar data lebih akurat. Jumlah responden

tersebut merupakan jumlah yang dapat mewakili seluruh konsumen di Kopi Takar

Cafe.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan kuisioner yang

di berikan kepada konsumen kopi (responden) di daerah penelitian. Data sekunder

yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang di peroleh dari instansi

terkait dengan penelitian ini, seperti Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, Dinas

Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, Pusat Data, dan dari berbagai buku maupun

literatur yang mendukung penelitian ini.

3.3 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif dan

menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI), uji validitas dan reliabilitas.

Pengolahan data untuk analisis Customer Satisfaction Index (CSI) dilakukan

dengan menggunakan alat bantu software komputer Microsoft Excel 2007 untuk

tabulasi data dan SPSS versi 24 for Windows untuk uji validitas dan reliabilitas

pada kuesioner. Dalam kuesioner ini mengganakan skala Likert sebagai

pengukuran variabelnya. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan

dijabarkan menjadi variabel indikator dalam penyusunan instrumen yang dapat

Universitas Sumatera Utara


31

berupa pertanyaan atau pernyataan. Secara rinci metode analisis data yang

digunakan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian


No Tujuan Penelitian Metode Analisis
Mengidentifikasi atribut yang dianggap Uji Validitas dan
1.
penting bagi konsumen Mandheling Coffee Reliabilitas
Menganalisis tingkat kepuasan konsumen Analisis Customer
2.
terhadap Mandheling Coffee Satisfaction Index (CSI)
Sumber : Data primer diolah

Untuk identifikasi masalah 1 dan 2, Analisis deskriptif pada identifikasi

masalah 1 dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas pada tingkat

kepentingan dan analisis kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode Costumer Satisfaction Index (CSI) dan menyelesaikan hipotesis

penelitian. Metode Costumer Satisfaction Index (CSI) adalah dengan melakukan

pembobotan terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja pada atribut kedai kopi

menurut konsumen, sehingga akan diperoleh indeks kepuasan konsumen

keseluruhan.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Azwar (1988: 173) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity

yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen

pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki

validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat

atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan

besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari

apa yang diukur. Menurut Kurniati, dkk (2016), uji validitas merupakan

pengujian kuisioner yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan

Universitas Sumatera Utara


32

dalam kuisioner dapat dimengerti oleh responden. Suatu kuesioner dinyatakan

valid ketika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner tersebut. Tingkat validitas dapat diukur dengan

membandingkan nilai r hitung (correlation item total correlation) dengan r tabel

dengan ketentuan degree of freedom (df)= n-2, yaitu jika r hitung > r tabel, maka

pernyataan tersebut valid, jika r hitung < r tabel, maka pernyataan tersebut tidak

valid.

Menurut Sudjana (2004: 12) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan

ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai

apa yang seharusnya dinilai. Suatu tes yang valid untuk tujuan tertentu atau

pengambilan keputusan tertentu, mungkin tidak valid untuk tujuan atau

pengambilan keputusan lain. Jadi validitas suatu tes, harus selalu dikaitkan dengan

tujuan atau pengambilan keputusan tertentu.

Menurut Matondang (2009), reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh

mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat

dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap

kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama,

selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Reliabilitas

ukuran menyangkut seberapa jauh skor deviasi individu, atau skor-z, relatif

konsisten apabila dilakukan pengulangan pengadministrasian dengan tes yang

sama atau tes yang ekivalen.

Menurut Kurniati, dkk (2016), instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan

Universitas Sumatera Utara


33

data yang sama. Tingkat reabilitas dapat diukur dengan membandingkan nilai

Cronbach Alpha (α), yaitu jika Cronbach Alpha (α) > 0,60 maka reliable, jika

Cronbach Alpha (α) < 0,60 maka tidak reliable.

Instrumen pada penelitian ini adalah kuesioner, dimana kuesioner tersebut

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat

mengungkap data variabel yang diteliti secara tepat. Sedangkan suatu instrumen

dikatakan reliabel jika instrumen tersebut digunakan beberapa kali dalam waktu

yang berbeda untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang

sama pula. Teknik pengukuran reliabilitas yang digunakan adalah teknik

Cronbach. Baik uji validitas maupun uji reliabilitas diuji menggunakan software

SPSS 24.0.

Customer Satisfaction Index (CSI)

Indeks Kepuasan Konsumen atau Customer Satisfaction Index (CSI) sangat

berguna untuk tujuan internal perusahaan. CSI digunakan untuk mengetahui

tingkat kepuasan pengunjung secara menyeluruh dengan melihat tingkat

kepentingan dari atribut-atribut produk/jasa. CSI merupakan indeks untuk

menentukan tingkat kepuasan pelanggan secara menyeluruh dengan pendekatan

yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut

yang diukur (Syukri, 2014).

Adapun tahapan metode analisis yang dilakukan adalah:

1. Menguji validitas dan reabilitas kuesioner

2. Melakukan analisis CSI dengan tahapan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


34

a) Menentukan Mean Importance Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score

(MSS), nilai ini berasal dari rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja tiap

atribut. Nilai MIS dan MSS masing-masing dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut:

𝑀𝐼𝑆 = (1)

𝑀𝐼𝑆 = (2)

Keterangan: n = jumlah responden

yi = nilai kepentingan atribut ke-i

xi = nilai kinerja atribut ke-i

b) Menggunakan Weighted Factor (WF) fungsi Mean Importance Score atau

nilai rata-rata tingkat kepentingan (MISi) masing-masing atribut yang

dinyatakan dalam bentuk persen terhadap total Mean Importance Score (MISi)

untuk seluruh atribut yang diuji. Nilai WF dapat diperoleh dengan

menggunakan persamaan berikut:

𝑊𝐹𝑖 = (3)

Keterangan: MISi = Mean Importance score ke-i

c) Menggunakan perhitungan Weighted Score (WS), fungsi dari Mean

Satisfaction Score dikalikan dengan Weighted Factor (WF). Mean Satisfaction

Score (MSS) atau nilai rata-rata tingkat kepuasan diperoleh dari nilai rata-rata

tingkat performance atau nilai rata-rata tingkat kinerja.

WSi = MSSi . WFi (4)

Keterangan: MSSi = Mean Satisfaction Score ke-i

Universitas Sumatera Utara


35

WFi = Weighted Factor ke-i

d) Menggunakan perhitungan Weighted Average Total (WAT), fungsi dari total

Weighted Score (WS) atribut ke-1 ( ) hingga atribut ke-n ( )

WAT = WSa1 + WSa2 + … + WSan (5)

Keterangan: WSa = Weighted Score

e) Melakukan penghitungan Customer Satisfaction Index (CSI) yaitu fungsi dari

nilai Weighted Average (WA) dibagi dengan Highest Scale (HS) atau yang

dinyatakan dalam bentuk persen. Skala maksimum diperoleh dari ukuran skala

likert yang dipergunakan dalam pembobotan tingkat kepentingan dan pekerja.

𝐶𝑆𝐼 = . 100% (6)

Keterangan: WA = Weighted Average

HS = Highest Scale (skala maksimum)

Kriteria penggolongan nilai CSI adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Nilai CSI


Nilai CSI Kriteria CSI
81% – 100% Sangat Puas
66% – 80% Puas
51% – 65% Cukup Puas
35% – 50% Kurang Puas
0% – 34% Tidak Puas
Sumber: Ihsan dalam Ayuni, dkk (2017)

Untuk menilai kinerja dan kepentingan konsumen digunakan skor pada skala

Likert seperti terlihat pada Tabel 3.2.

Universitas Sumatera Utara


36

Tabel 3.2 Skor Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja


Skor Kinerja Kepentingan
Skor 1 Sangat Tidak Puas Sangat Tidak Penting
Skor 2 Tidak Puas Tidak Penting
Skor 3 Cukup Puas Cukup Penting
Skor 4 Puas Penting
Skor 5 Sangat Puas Sangat Penting
Sumber: Stenley (2009)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalapahaman dalam memahami penelitian ini, maka perlu

ditampilkan definisi dan batasan operasional, sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1. Mandheling Coffee adalah kopi arabika yang berasal dari daerah Mandailing,

Pegunungan Bukit Barisan, Sumatra utara. Kopi ini mempunyai citarasa

kekentalan yang bagus, keasaman medium, rasa floral dengan akhir rasa yang

manis.

2. Kepuasan adalah perasaan puas, senang dan tidak kecewa atas masing -

masing indikator dari masing-masing objek dari bauran pemasaran.

3. Produk adalah barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau

nilainya melalui proses produksi sehingga mendapatkan hasil akhir dari

produksi tersebut. Dalam penelitian ini produk merupakan Mandheling Coffee

yang disajikan di kedai kopi.

4. Harga adalah berapa besar uang yang harus dikorbankan atau di bayarkan

konsumen untuk mendapatkan segelas kopi.

5. Atribut adalah variabel yang akan diteliti untuk mecapai tingkat kepuasan

konsumen.

Universitas Sumatera Utara


37

6. Kedai kopi adalah jenis restoran atau kafe yang mempunyai menu utama

berupa kopi dengan berbagai jenis olahan kopi (Espresso, Americano, Coffee

Latte, Cappucino) dan lain sebagainya.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilaksanakan di Kopi Takar Cafe di Kota Medan.

2. Sampel penelitian adalah konsumen yang sedang mengkonsumsi Mandheling

Coffee di kedai kopi yang telah memberikan berikan izin untuk melakukan

penelitian.

3. Penelitian dilaksanakan tahun 2019.

Universitas Sumatera Utara


38

BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak dan Keadaan Geografis

Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Sebagian besar wilayah Kota Medan

merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting

yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Kota Medan terletak antara 3º.27’ - 3º.47’

lintang utara dan 98º.35’ - 98º.44’ bujur timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter

di atas permukaan laut. Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat

II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Adapun batas – batas

wilayah daerah penelitian adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

 Sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang

 Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang

 Sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang

4.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan cenderung hampir berimbang untuk

setiap kecamatan di Kota Medan, hanya sedikit lebih dominan penduduk dengan

jenis kelamin perempuan. Berikut adalah tabel penduduk menurut kecamatan dan

jenis kelamin di Kota Medan:

Universitas Sumatera Utara


39

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan dan Jenis
Kelamin
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Medan Tuntungan 42.288 43.325 85.613


2 Medan Johor 65.207 66.805 132.012
3 Medan Amplas 61.176 62.674 123.850
4 Medan Denai 72.147 73.914 146.061
5 Medan Area 48.897 50.095 98.992
6 Medan Kota 36.769 37.670 74.439
7 Medan Maimun 20.086 20.577 40.663
8 Medan Polonia 27.636 28.313 55.949
9 Medan Baru 20.025 20.515 40.540
10 Medan Selayang 52.433 53.717 106.150
11 Medan Sunggal 57.192 58.593 115.785
12 Medan Helvetia 74.448 76.273 150.721
13 Medan Petisah 31.303 32.071 63.374
14 Medan Barat 35.902 36.781 72.683
15 Medan Timur 55.036 56.384 114.720
16 Medan Perjuangan 47.361 48.521 95.882
17 Medan Tembung 67.759 69.419 137.178
18 Medan Deli 89.632 91.828 181.460
19 Medan Labuhan 58.025 59.447 117.472
20 Medan Marelan 50.152 82.115 162.267
21 Medan Belawan 48.463 49.650 98.113
Total Kota Medan 1.091.937 1.118.687 2.210.624
Sumber : BPS. Kota Medan Dalam Angka. 2015.

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Medan ada

sebanyak 2.210.624 jiwa terdiri dari 1.091.937 jiwa penduduk laki-laki dan

sebanyak 1.118.687 jiwa penduduk perempuan. Dari data ini dapat diketahui

bahwa di Kota Medan saat ini jumlah penduduk perempuan lebih besar dari

jumlah penduduk laki-laki.

4.3 Karakteristik Konsumen

Karakteristik konsumen yang dianalisis meliputi jenis kelamin, usia, tingkat

pendidikan, pekerjaan dan penghasilan konsumen Mandheling Coffee di Kota

Universitas Sumatera Utara


40

Medan. Karakteristik konsumen merupakan sejumlah ciri konsumen yang

melakukan pembelian produk Mandheling Coffee di kedai kopi yang dirangkum

berdasarkan hasil wawancara. Karakteristik konsumen berdasarkan jenis kelamin

laki- laki dan perempuan akan dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin


No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Laki – laki 70 70
2 Perempuan 30 30
Jumlah 100 100
Sumber: Lampiran 1

Pada Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa jumlah konsumen yang paling banyak adalah

konsumen yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 70 orang (70%). Hal ini

menunjukkan bahwa konsumen yang mengkonsumsi mandheling coffee

kebanyakan dilakukan oleh laki-laki, karena jenis kelamin laki – laki paling

sering melakukan kegiatan minum kopi dan bersantai di kedai kopi dan laki – laki

lebih menyukai rasa khas mandheling coffee dibandingkan perempuan.

Pengelompokan karakterisrik konsumen berdasarkan umur dibagi atas 2

kelompok usia. Pengelompokan ini berdasarkan status pekerjaannya. Dimana usia

<25 tahun merupakan usia yang masih pelajar dan masih bergantung kepada

orang tuanya, sedangkan usia ≥25 tahun merupakan kelompok usia yang pekerja

dan sudah memiliki penghasilan sendiri. Karakteristik konsumen berdasarkan

umur akan dilihat pada Tabel 4.3.

Universitas Sumatera Utara


41

Tabel 4.3 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Umur


No. Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 17 – 19 13 13
2 20 – 22 27 27
3 23 – 25 20 20
4 26 – 28 16 16
5 29 – 31 14 14
6 32 – 34 10 10
Jumlah 100 100
Sumber: Lampiran 1

Pada Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa jumlah konsumen yang paling dominan

adalah mereka yang berumur 20 – 22 tahun yaitu sebanyak 27 orang (27%).

Keadaan ini menggambarkan bahwa kelompok usia 20 – 22 tahun merupakan

kelompok usia yang paling sering berkunjung ke kedai kopi, karena kelompok

usia ini merupakan usia produktif seseorang, dimana pada kelompok usia tersebut

umumnya seseorang memiliki kemampuan untuk melakukan pembelian sesuai

dengan hasil penelitian Afriyanti dan Rasmikayati (2018).

Tingkat pendidikan yang berhasil diselesaikan seseorang bisa menentukan

pendapatan dan kelas sosial seseorang. Tingginya pendidikan membuat seseorang

lebih berwawasan dan terbuka terhadap hal-hal baru serta pesatnya perubahan

yang terjadi di masyarakat mempengaruhi pola konsumsi, sehingga muncul

kebiasaan minum kopi di kedai kopi. Karakteristik konsumen berdasarkan umur

akan dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan


No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 SMA 66 66
2 Diploma 9 9
3 Sarjana 16 16
4 Pasca Sarjana 9 9
Jumlah 100 100
Sumber: Lampiran 1

Universitas Sumatera Utara


42

Pada Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa jumlah tingkat pendidikan konsumen yang

paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 66 orang (66%). Mayoritas responden

yang memiliki tingkat pendidikan SMA ini sesuai dengan hasil peneitian Afriyanti

dan Rasmikayati (2018) karena konsumen yang dating ke kedai kopi didominasi

oleh konsumen berstatus sebagai pelajar/mahasiswa/i.

Karakterisrik konsumen berdasarkan pekerjaan disesuaikan dengan status

pekerjaan yang umumnya ada pada responden. Karakteristik konsumen

berdasarkan pekerjaan akan dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pekerjaan


No. Status Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Pelajar 31 31
2 Ibu Rumah Tangga 1 1
3 Pegawai Negeri/BUMN 16 16
4 Pegawai Swasta 10 10
5 Wiraswasta/Pengusaha 23 23
6 Lainnya 19 19
Jumlah 100 100
Sumber: Lampiran 1

Pada Tabel 4.5, dapat dilihat bahwa pekerjaan konsumen yang paling dominan

adalah sebagai pelajar yaitu sebanyak 31 orang (31%). Sebagian besar adalah

responden yang bekerja. Hal ini dikarenakan pelajar dan responden yang bekerja

mempunyai beberapa alasan untuk mengunjungi kedai kopi seperti hanya sekedar

minum mandheling coffee, mengerjakan tugas/meeting, bertemu dengan teman,

dan menghilangkan rasa bosan.

Faktor yang cukup mempengaruhi pembelian seseorang akan sesuatu adalah

faktor daya beli mereka. Daya beli tersebut dapat dilihat dari tingkat

Universitas Sumatera Utara


43

pendapatan/uang saku per bulan dari seseorang tersebut. Karakteristik konsumen

berdasarkan pendapatan akan dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendapatan


No. Pendapatan (Rp) / Bulan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 < 1.000.000 27 27
2 1.000.000 – 3.000.000 41 41
3 > 3.000.000 32 32
Jumlah 100 100
Sumber: Lampiran 1

Pada Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan yang paling tinggi adalah

Rp 1.000.000 – 3.000.000 sebanyak 41 orang (41%). Pendapatan atau uang saku

sebagian besar responden diatas adalah karena mayoritas status dari responden

adalah pelajar, pegawai negeri/BUMN, dan pegawai swasta yang biasanya mereka

memiliki pendapatan Rp 1.000.000 - 3.000.000. Kelompok pendapatan ini

merupakan kelompok pendapatan yang bersedia membeli mandheling coffee.

Universitas Sumatera Utara


44

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Atribut Mandheling Coffee

Dalam bab ini disajikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan

diolah menggunakan SPSS 24.0 for windows sesuai dengan tujuan penelitian

yaitu untuk mengidentifikasi atribut yang dianggap penting bagi konsumen

Mandheling Coffee dan untuk menganalisis CSI (Custumer Satisfaction Index)

tingkat kepuasan konsumen yang mengkonsumsi Mandheling Coffee di Kota

Medan.

Cita Rasa

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa konsumen, mereka menilai bahwa

cita rasa yang diberikan oleh coffee shop memiliki kualitas dengan rasa yang

seimbang antara paduan manis, asam dan pahit. Secara umum, karakter rasa

Mandheling lebih cenderung ke medium acidity, full body, fruity aroma, dan juga

sweet flavour. Cita rasa kopi juga dipengaruhi dari proses roasting kopi mulai dari

tahap drying, yellowing, first crack, roasting development, dan second crack.

Aroma

Berdasarkan hasil wawancara, konsumen merasa aroma yang dihasilkan dari

mandheling coffee memiliki aroma kopi yang alami dan khas terutama bila

dipanaskan dengan suhu yang panas. Aroma dari kopi sangat harum dengan ciri

khas aroma fruity dengan berbagai tahap proses roasting kopi, sehingga sangat

mewakili rasa kopi, sehingga aroma kopi yang terhirup membuat konsumen dapat

menikmati kopi dengan sempurna.

Universitas Sumatera Utara


45

Ukuran

Setiap coffee shop memiliki seleranya sendiri untuk ukuran gelas espresso, cafe

latte, cappuccino, black coffee, es kopi susu, sanger, kopi takar dan ice coffee

(caramel machiato). Ukuran gelas yang standar untuk jenis cappuccino adalah 220

ml dan disajikan dengan gelas bening atau gelas high-ball. Dengan ukuran 220ml

merupakan ukuran yang standar yang sudah memberi keseimbangan antara susu

dan kopi. Banyak coffee shop yang lebih memilih untuk menggunakan ukuran

gelas cappucino 220 ml sesuai standar, karena tidak ingin merusak cita rasa kopi

yang disajikan.

Variasi Menu

Variasi menu yang ditawarkan di coffee shop berupa espresso, cafe latte,

cappuccino, black coffee, es kopi susu, sanger, kopi takar dan ice coffee (caramel

machiato). Menu yang ditawarkan sangat beragam sehingga konsumen akan

sedikit bingung untuk memilih menu kopi yang akan dibeli. Sebaiknya sebuah

coffee shop harus menyediakan menu yang lebih mengutamakan menu kopinya.

Harga

Hal yang menyebabkan harga mandheling coffee mahal adalah semakin

terbatasnya jumlah petani kopi dan lahan yang tersedia, mandheling coffee

jumlahnya semakin terbatas. konsumen menilai bahwa harga mandheling coffee

lebih murah dibandingan dengan coffee shop lain. Harga kopi madheling di

pasaran sangat mahal apabila dibandingkan dengan mandheling coffee di coffee

shop tersebut harganya masih lebih terjangkau. Harga mandheling coffee per gelas

rata – rata berkisar Rp 18.000- 25.000. Sedangkan di coffee shop lain yang lebih

terkenal bisa mencapai Rp 30.000 – 35.000 per gelasnya.

Universitas Sumatera Utara


46

Perbandingan Harga dengan Kualitas

Harga mandheling coffee saat ini lebih mahal dibandingkan kopi robusta karena,

kopi asli mandheling dapat dikatakan tersedia dalam jumlah yang sangat sedikit.

Karena hal inilah banyak para penjual kopi terbaik ini menggunakan varian kopi

yang berasal dari luar daerah, salah satunya yaitu dengan mengambil varian kopi

aceh gayo atau kopi lintong. Kualitas mandheling coffee juga dipengaruhi dari

proses roasting. Didalam pengolahan kopi banyak sekali proses-proses yang

dilewati biji kopi sampai jadi kopi siap seduh. Diantara proses itu ada yang

dinamakan proses roasting. Roasting adalah proses membakar biji kopi di dalam

open khusus. Proses roasting ini sangat menentukan kualitas kopi nantinya.

5.1.1 Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan metode perhitungan korelasi bivarite

pearson dengan bantuan perangkat lunak SPSS 24.0 for windows. Pengujian

kuesioner dilakukan pada nilai kritis 5% didapat r tabel = 0,266 dengan n=55.

Dari hasil perhitungan korelasi tertinggi yaitu atribut ukuran dengan nilai r hitung

0,332 sedangkan terendah adalah variasi menu dengan r hitung 0,270. Namun

demikian semua atribut dinyatakan valid, nilai r hitung pada atribut lebih besar

dari nilai r tabel. Hal ini berarti semua atribut yang diuji dapat dipertimbangkan

oleh semua responden. Selain itu, atribut-atribut tersebut dapat diwakili sebagai

instrumen uji selanjutnya seperti pada Tabel 5.1.

Universitas Sumatera Utara


47

Tabel 5.1.Uji Validitas Atribut Mandheling Coffee


R tabel
No. Atribut Atribut R hitung Kesimpulan
(n=55, α=5%)
X1 Cita rasa 0,326 0,266 Valid
X2 Aroma 0,283 0,266 Valid
X3 Ukuran 0,332 0,266 Valid
X4 Variasi Menu 0,270 0,266 Valid
X5 Harga 0,321 0,266 Valid
Perbandingan
X6 harga dengan 0,272 0,266 Valid
kualitas
Sumber: Lampiran 3

Menurut Kurniati, dkk (2016), uji validitas merupakan pengujian kuisioner yang

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan dalam kuisioner dapat

dimengerti oleh responden. Suatu kuesioner dinyatakan valid ketika pertanyaan

pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut. Tingkat validitas dapat diukur dengan membandingkan nilai r hitung

(correlation item total correlation) dengan r tabel dengan ketentuan degree of

freedom (df)= n-2, yaitu jika r hitung > r tabel, maka pernyataan tersebut valid,

jika r hitung < r tabel, maka pernyataan tersebut tidak valid.

Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel 5.1 diatas, menunjukkan bahwa atribut

yang dianggap penting bagi konsumen adalah atribut cita rasa (X1) dengan r

hitung sebesar 0,326>0,266 artinya atribut tersebut valid, atribut aroma (X2)

dengan r hitung sebesar 0,283>0,266 artinya atribut tersebut valid, atribut ukuran

(X3) dengan r hitung sebesar 0,332>0,266 artinya atribut tersebut valid, atribut

variasi menu (X4) dengan nilai r hitung sebesar 0,270>0,266 artinya atribut

tersebut dinyatakan valid, atribut harga (X5) dengan nilai r hitung sebesar

0,321>0,266 artinya atribut tersebut dinyatakan valid, atribut perbandingan harga

Universitas Sumatera Utara


48

dengan kualitas (X6) dengan nilai r hitung sebesar 0,272>0,266 artinya atribut

tersebut dinyatakan valid.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Priscilla Anggita Damanik dkk 2014

dengan judul Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Minuman Kopi

dengan Metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer

Satisfaction Index (CSI) di Coffe Story Malang.

5.1.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas diukur dengan menggunakan teknik Cronbach's Alpha dihitung

dengan perangkat lunak SPSS 24.0 for windows. Uji reliabilitas dengan atribut

yang tetap sama karena semua atribut dinilai valid yaitu cita rasa, aroma, ukuran,

variasi menu, Harga, dan perbandingan harga dengan kualitas. Untuk mengetahui

lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.2. Hasil uji reliabilitas dari keenam atribut

memperoleh nilai cronbach's alpha lebih besar dari 0,60 maka semua atribut-

atribut tersebut dinyatakan reliabel seperti yang terlihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2.Uji Reliabilitas Atribut Mandheling Coffee


No. Atribut Atribut Cronbach’s Alpha Keterangan
X1 Cita rasa 0,722 Reliabel
X2 Aroma 0,761 Reliabel
X3 Ukuran 0,626 Reliabel
X4 Variasi Menu 0,792 Reliabel
X5 Harga 0,633 Reliabel
Perbandingan
X6 harga dengan 0,669 Reliabel
kualitas
Sumber: Lampiran 3

Menurut Kurniati, dkk (2016), instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan

data yang sama. Tingkat reabilitas dapat diukur dengan membandingkan nilai

Universitas Sumatera Utara


49

Cronbach Alpha (α), yaitu jika Cronbach Alpha (α) > 0,60 maka reliable, jika

Cronbach Alpha (α) < 0,60 maka tidak reliable.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada tabel 5.2 diatas, menunjukkan bahwa atribut

yang dianggap penting bagi konsumen adalah atribut cita rasa (X1) dengan nilai

cronbach’s alpha sebesar 0,722>0,60 artinya atribut tersebut dinyatakan reliable,

atribut aroma (X2) dengan nilai cronbach’s alpha sebesar 0,761>0,60 artinya

atribut tersebut dinyatakan reliable, atribut ukuran (X3) dengan nilai cronbach’s

alpha sebesar 0,626>0,60 artinya atribut tersebut dinyatakan reliable, atribut

variasi menu (X4) dengan nilai cronbach’s alpha sebesar 0,792>0,60 artinya

atribut tersebut dinyatakan reliable, atribut harga (X5) dengan nilai cronbach’s

alpha sebesar 0,633>0,60 artinya atribut tersebut dinyatakan reliable, atribut

perbandingan harga dengan kualitas (X6) dengan nilai cronbach’s alpha sebesar

0,669>0,60 artinya atribut tersebut dinyatakan reliable.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Priscilla Anggita Damanik dkk 2014

dengan judul Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Minuman Kopi

dengan Metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer

Satisfaction Index (CSI) di Coffe Story Malang.

5.2 Analisis CSI (Costumer Satisfaction Index) pada Tingkat Kepuasan


Konsumen Mandheling Coffee di Kota Medan

Pengukuran terhadap tingkat kepuasan konsumen sangat diperlukan untuk

menentukan sasaran-sasaran di masa yang akan datang dan untuk mengetahui

tingkat kepuasan yang dihasilkan oleh suatu atribut. Dalam penghitungan tingkat

kepuasan konsumen digunakan metode Costumer Satisfaction Index (CSI).

Perhitungan tingkat kinerja konsumen dengan menggunakan Costumer

Universitas Sumatera Utara


50

Satisfaction Index (CSI) memerlukan skor rata-rata tingkat kepentingan dan skor

rata-rata tingkat kinerja atribut yang ada di kedai kopi. Dari penelitian yang sudah

dilakukan, berikut adalah tabel atribut di kedai kopi berdasarkan tingkat

kepentingan dan tingkat kepuasan.

Tabel 5.3 Atribut di Kedai kopi Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan


Tingkat Kinerja
Nilai Rata – rata
No.
Atribut Tingkat Tingkat
Atribut
Kepentingan Kinerja
X1 Cita rasa 4,72 4,58
X2 Aroma 4,77 4,58
X3 Ukuran 3,75 3,91
X4 Variasi Menu 4,52 4,49
X5 Harga 3,37 3,77
X6 Perbandingan harga dengan
4,26 4,31
kulitas
Sumber: Lampiran 2a dan 2b

Dari Tabel 5.3 diatas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata berdasarkan tingkat

kepentingan dan tingkat kinerja di kedai kopi dari enam atribut yang mencakup

cita rasa, aroma, ukuran, variasi menu, Harga, perbandingan harga dengan kualitas

dan mempeoleh hasil nilai rata-rata dari setiap masing-masing atribut yang

selanjutnya digunakan untuk mengitung Costumer Satisfaction Index (CSI).

Pada atribut dengan nilai rata – rata kepentingan dan kinerja tertinggi terdapat

pada atribut aroma memiliki nilai rata-rata pada tingkat kepentingan sebesar 4,77

dan tingkat kinerja sebesar 4,58 artinya aroma dianggap sangat penting bagi

konsumen, tetapi kinerja yang diberikan kedai kopi terhadap aroma cukup puas,

aroma yang diinginkan konsumen adalah aroma kopi yang sangat harum dengan

ciri khas aroma fruity dengan berbagai tahap proses roasting kopi, sehingga sangat

mewakili rasa kopi, sehingga aroma kopi yang terhirup membuat konsumen dapat

Universitas Sumatera Utara


51

menikmati kopi dengan sempurna, hal ini dikarenakan lebih besar nilai

kepentingan dibandingkan nilai kinerja.

Pada atribut dengan nilai rata – rata kepentingan dan kinerja terendah terdapat

pada atribut Harga memiliki nilai rata-rata pada tingkat kepentingan sebesar 3,37

dan tingkat kinerja sebesar 3,77 artinya Harga dianggap cukup penting bagi

konsumen, tetapi kinerja yang diberikan kedai kopi terhadap Harga konsumen

merasa puas, Harga yang diinginkan konsumen adalah berkisar Rp18.000 –

Rp25.000 per gelas. Konsumen lebih mementingkan kualitas dan cita rasa

Mandheling Coffee, sehingga kinerja dari harga yang diberikan juga begitu mahal.

Harga Mandheling Coffee per kg berkisar Rp 200.000 – 300.000. hal ini

dikarenakan lebih besar nilai kinerja dibandingkan nilai kepentingan.

Tingkat kepuasan konsumen penting untuk diketahui oleh pelaku usaha (pemilik

kedai kopi) untuk mengukur seberapa puas konsumen terhadap kinerja yang telah

mereka lakukan. Kepuasan konsumen juga dapat berpengaruh terhadap

kelangsungan suatu usaha. Apabila harapan (kepentingan) konsumen lebih besar

dibandingkan dengan kinerja atau kepuasan dari suatu perusahaan, maka kepuasan

konsumen tidak akan terpenuhi dan konsumen dapat bereaksi negatif. Sebaliknya

apabila kinerja lebih tinggi dibandingkan dengan harapan (kepentingan)

konsumen maka kepuasan terpenuhi dan konsumen akan bereaksi positif.

Kepuasan konsumen akan mempengaruhi terjadinya pembelian ulang maupun

tidak. Berdasarkan hasil survey, jumlah pembeli kopi di kedai kopi tersebut adalah

rata – rata berjumlah 200 gelas per hari. Hal tersebut menunjukkan konsumen

sangat puas terhadap kopi yang diberikan kedai kopi. Artinya, pendapatan

Universitas Sumatera Utara


52

produsen kedai kopi terus meningkat setiap harinya dengan penjualan kopi

tersebut.

Pengukuran tingkat kepuasan konsumen sangat penting dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar kinerja yang dapat dipenuhi oleh kedai kopi di Kota

Medan. Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) menggunakan skor rata-

rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari masing-masing atribut.

Berdasarkan dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai CSI

sebesar 86,24%. Nilai CSI ini diperoleh dari pembagian antara total nilai Weight

Score (WS) dengan skala maksimum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 5

dan mengalikan dengan 100%. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 5.2.

Tabel 5.4. Analisis Customer Satisfaction Index (CSI)


No. Importance
Atribut MIS MSS WS
Atribut WF
X1 Cita Rasa 4,72 0,185 4,58 0,851
X2 Aroma 4,77 0,187 4,58 0,860
X3 Ukuran 3,75 0,147 3,91 0,577
X4 Variasi Menu 4,52 0,178 4,49 0,799
X5 Harga 3,37 0,132 3,77 0,500
Perbandingan
X6 Harga dengan 4,26 0,167 4,31 0,723
Kualitas
Total 25,39
WAT 4,312
CSI (%) 86,24
Sumber: Lampiran 2a dan 2b

Berdasarkan indeks kepuasan, nilai Costumer Satisfaction Index (CSI) sebesar

86,24% berada pada rentang 81% - 100% yang berarti, secara umum indeks

kepuasan konsumen Mandheling Coffee berada pada kriteria “sangat puas”.

Universitas Sumatera Utara


53

Artinya, hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian, yaitu tingkat kepuasan

konsumen terhadap Mandheling Coffee tergolong sangat puas.

Pada Tabel 5.4, dapat dilihat bahwa nilai Costumer Satisfaction Index (CSI) di

kedai kopi adalah 86,24%. Nilai Costumer Satisfaction Index (CSI) ini diperoleh

dengan membagi nilai Weighting Total dengan skala maksimum yang digunakan

dalam penelitian ini (skala maksimum 5), kemudian dikalikan 100%.

Pada atribut yang memiliki nilai Weighted Score (WS) tertinggi adalah atribut

aroma, artinya aroma kopi memberikan kepuasan yang sangat diharapkan oleh

konsumen, karena akan menambah cita rasa dari Mandheling Coffee. Aroma kopi

yang harum, akan mempengaruhi konsumen untuk mencicipi kopi tersebut.

Aroma kopi yang alami dan khas terutama apabila dipanaskan dengan suhu yang

panas dengan aroma fruity, chocolate, dan caramel yang akan menggugah selera

konsumen kopi.

Pada atribut yang memiliki nilai Weighted Score (WS) terendah adalah atribut

Harga, artinya harga kurang memberikan kepuasan yang sangat diharapkan oleh

konsumen, karena harga untuk Mandheling Coffee termasuk sedikit mahal

dibandingkan jenis kopi lainnya, seperti kopi gayo. Hal yang menyebabkan harga

Mandheling Coffee mahal adalah semakin terbatasnya jumlah petani kopi dan

lahan yang tersedia, Mandheling Coffee jumlahnya semakin terbatas, padahal

permintaan atas Mandheling Coffee terus meningkat. Harga Mandheling Coffee

per kg berkisar Rp200.000 – Rp300.000. Walaupun harganya rata – rata mahal.

Tetapi harga Mandheling Coffee di kedai kopi ini termasuk terjangkau

dibandingkan kedai kopi lainnya.

Universitas Sumatera Utara


54

Meskipun nilai indeks kepuasan konsumen berada pada kriteria sangat puas, pihak

produsen masih harus meningkatkan kinerjanya karena dengan nilai Costumer

Satisfaction Index (CSI) sebesar 85,62% berarti masih ada 13,76% konsumen

yang belum mampu dipuaskan sepenuhnya oleh mandheiling coffee di kedai kopi

tersebut. Oleh sebab itu, produsen perlu menelusuri kepuasan konsumen terhadap

atribut-atribut kinerja kedai kopi, selain itu tingkat kepuasan konsumen dapat

berubah tiap waktu, tergantung dari tingkat kepentingan yang dibutuhkan

konsumen.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Priscilla Anggita Damanik dkk 2014

dengan judul Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Minuman Kopi

dengan Metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer

Satisfaction Index (CSI) di Coffe Story Malang.

Universitas Sumatera Utara


55

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Identifikasi atribut yang dianggap penting bagi konsumen Mandheling Coffee

adalah cita rasa, aroma, ukuran, variasi menu, harga dan perbandingan harga

dengan kualitas.

2. Pada analisis CSI, pengukuran mengenai kepuasan konsumen terhadap atribut -

atribut kedai kopi pada Mandheling Coffee di Kota Medan sebesar 86,24%,

berarti konsumen sangat puas.

6.2 Saran

1. Kepada pemerintah untuk mendukung usaha perkembangan Mandheling Coffee

di Kota Medan dari aspek perdagangan yang merupakan prospek dan peluang

bagi setiap kalangan petani, pedagang, dan pengusaha Mandheling Coffee untuk

mencapai pasar nasional maupun internasional, seperti memberikan bantuan

modal, advokasi dan pelatihan.

2. Kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang loyalitas dan

startegi pengembangan bauran pemasaran konsumen Terhadap Mandheling

Coffee.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, D. A dan Sunarti. 2017. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan


Konsumen. Malang: Universitas Brawijaya.
Afriyanti & Rasmikayati. 2018. Strategi Pemasaran Terbaik Berdasarkan Prilaku
Konsumen Dalam Menghadapi Persaingan Antar Kedai Kopi di Jatinagor.
Universitas Islam Bandung. Bandung.
Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia. 2018. Konsumsi Kopi Indonesia.
http://www.aeki-aice.org. Diunduh 10 Oktober 2018.
Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia. 2005. Ekspor Kopi Indonesia.
http://www.aeki-aice.org. Diunduh 20 Juni 2019.
Ayuni, N. W. D., Adiakas, I.M.A dan Sari, I. G. A. M. K. K. 2017. Analisis
Kepuasan Pelanggan Terhadap Produk Kopi Bijik Salak. Bali: Politeknik
Negeri Bali.
Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Liberty: Yogyakarta,
1988.
Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah Penduduk Kota Medan. Kota Medan Dalam
Angka
Budiman, Haryanto. 2013. Prospek Tinggi Bertanam Kopi Pedoman Meningkatkan
Kualitas Perkebunan Kopi. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Chairawani , T. R. S. 2017. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Kedai Kopi Ulee


Kareng di Kota Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara. 2018. Perkembangan Luas Areal dan
Produksi Kopi di Sumatera Utara. http://disbun.sumutprov.go.id. Diunduh
10 Oktober 2018.
Engel, et al.. 1995. Perilaku Konsumen. Jakarta Binarupa Aksara. Jakarta.

Kotler, P. dan A. B. Susanto. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia, Edisi


Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Kristianto, 2011. Strategi Pemasaran Kopi di Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi
dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kurniati, E. Silvia, E dan Efendi, Z. 2016. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap
Kue Baytat Bengkulu. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


Matondang, Z. 2009. Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian. Medan:
Universitas Negeri Medan.
Najiyati, S & Danarti. 2006. Budidaya & Penanganan Kopi Pasca Panen. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Nawawi, A. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Mengkonsumsi
Kopi Single Origin. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.
Pertiwi, R. A. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam
Mengkonsumsi Kopi (Coffea) di Starbucks, Killiney Dan Ulee Kareng.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Priscilla. A. D. 2014. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Minuman
Kopi dengan Metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Custumer
Satisfaction Index di Coffee Story Malang. Universitas Brawijaya. Malang.
Schiffman dan Kanuk. 2007. Perilaku Konsumen. Edisi Kedua. PT. Indeks Gramedia
: Jakarta.
Setiadi, N. 2003. Perilaku Konsumen Konsep Dan Implikasi Untuk Strategi Dan
Penelitian Pemasaran. Prenada Media. Bandung.
Setiadi, N.2008. Analisis Penawaran dan Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di
Indonesia, AGRISE, Volume XII No.1 Bulan Januari 2013. Universitas
Brawijaya. Malang.
Siregar, A. Z. 2016. Atraktan Kopi Ramah Lingkungan. Inteligensia Media. Malang.

Soetarno, R. 1994. Psikologi Sosial. Kanisius : Yogyakarta.

Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sumarwan Ujang. 2013. Perilaku Konsumen, Teori Dan Penerapannya Dalam
Pemasaran Edisi Kedua. Bogor (ID). Ghalia Indonesia.
Sunarti, K., Hidayat, dan A. L. Gaol. 2016. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap
Tingkat Kepuasan Konsumen dan Loyalitas Konsumen. Malang: Universitas
Brawijaya.
Supranto & Limakrisna.2011. Analisis Ekspor Kopi Indonesia Wacana Vol. 12 No.1
Januari 2009. Universitas Brawijaya.
Suryani, T. 2008. Perilaku Konsumen: Implikasi Pada Strategi Pemasaran. Graha
Ilmu. Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


Stenley Ivan. 2009. Analisis Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Warung Kopi Serta
Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran. Skripsi. Institut Pertanian.
Bogor.
Syukri, S. H. A. 2014. Penerapan Customer Satisfaction Index (CSI) dan Analisis
GAP pada Kualitas Pelayanan Trans Jogja. Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga.
Umar, H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai