Anda di halaman 1dari 95

ANALISIS PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA

INDONESIA TAHUN 2000-2020

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi
Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan

Oleh:
FITROTUNNISA
NPM. 173401148

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

2021
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI
Nama : Fitrotunnisa
NPM : 173401148
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Judul : Analisis Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Indonesia
Tahun 2000-2020

Dipresentasikan pada tanggal 5 Agustus 2021


No TANDA
NAMA DOSEN JABATAN
. TANGAN

1. Dr. H. Asep Yusup Hanapia S.E., M.P. Pembimbing I

2. Chandra Budhi L.S S.E., M.Si Pembimbing II

3. Dwi Hastuti Lestari K., S.E., M.Si Penguji I

4. Encang Kadarisman, S.E., M.M. Penguji II

Tasikamalaya, 12 Agustus 2021


Mengetahui,
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

H. Aso Sukarso S.E., M.E.


NIDN. 0416086203

i
Motto

“Sometimes you find out what you are supposed to be


doing by doing the things you are not supposed to be”

“Kadang-kadang Anda menemukan apa yang seharusnya


Anda lakukan dengan melakukan hal-hal yang tidak
seharusnya Anda lakukan”

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis/skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Universitas Siliwangi

maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain kecuali Tim Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lian, kecuali ditulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,

maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai

dengan norma yang berlaku di Universitas Siliwangi.

Tasikmalaya, 4 Juli 2021

Yang membuat pertanyaan,

Fitrotunnisa
NPM. 173401148
5.

iii
ABSTRACT

AN ANALYSIS OF HOUSEHOLD CONSUMPTION EXPENDITURES

INDONESIA IN 2000-2020

By:
Fitrotunnisa
NPM. 173401148

Advisors:
Asep Yusup Hanapia
Chandra Budhi

The purpose of this research was to know: (1) The effect of money supply, GDP
per Capita, inflation and interest rate partially on household consumption
expenditures in indonesia in 2000-2020. (2) The effect of money supply, GDP per
Capita, inflation and interest rate simultaneously on the household consumption
expenditures in indonesia in 2000-2020. The research methode used is Ordinary
Least Square (OLS) with multiple regression analysis medels with hypothesis
testing using the t test and F test. Teh reult of this sudy indicate that: (1) Partially
money supply rate has a negative relationship and dose not have a significant on
household consumption expenditures, GDP per Capita rate has a positive
relationship and have a significant on household consumption expenditures,
inflation has a negative relationship and does not have a significant on household
consumption expenditures and interest rate has a positive relationship and does
not have a significant on household consumption expenditures. (2) Simultaneously
the money supply, GDP per Capita, Inflation and interest rate have a significant
on household consumption expenditures.

Keywords: GDP per Capita, household consumption expenditures, inflation,


interest rate, money supply.

iv
ABSTRAK

ANALISIS PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA

INDONESIA TAHUN 2000-2020

Oleh:
Fitrotunnisa
NPM. 173401148

Pembimbing:
Asep Yusup Hanapia
Chandra Budhi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh Jumlah Uang
Beredar, PDB Per Kapita, Inflasi dan Suku Bunga secara persial terhadap
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Indonesia tahun 2000-2020. (2) Pengaruh
Jumlah Uang Beredar, PDB Per Kapita, Inflasi dan Suku Bunga secara bersama-
sama terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Indonesia tahun 2000-
2020. Metode penelitian yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS)
dengan model analisis regresi berganda dan dengan pengujian hipotesis
menggunakan uji t dan uji F. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Secara
parsial Jumlah Uang Beredar memiliki hubungna yang negatif dan tidak
berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Indonesia, PDB Per Kapita memiliki hubungan yang positig dan berpengaruh
signifikan terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Indonesia, Inflasi
memiliki hubungan negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Indonesia dan Suku Bunga memiliki
hubungan yang positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga Indonesia. (2) Secara bersama-sama Jumlah Uang
Beredar, PDB Per Kapita, Inflasi dan Suku Bunga berpengaruh signifikan
terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Indonesia.
Kata Kunci: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Jumlah Uang Beredar, PDB
Per Kapita, Inflasi dan Suku Bunga.

v
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Analisis Pengeluaran Konsumsi

Rumah Tangga Indonesia Tahun 2000-2021”. Penulisan ini guna untuk memenuhi

salah satu syarat dalam penulisan usulan penelitian pada Program Studi Ekonomi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Siliwangi.

Usulan penelitian ini telah penulis susun dengan semaksimal mungkin dan

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar

pembuatan usulan penelitian ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan usulan

penelitian ini, yaitu:

1. Orang tua tercinta, Abi Rudianto dan Umi Casmini, Fatimah Azzahra

selaku kakak, seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan

do’a, dukungan, motivasi dan kasih sayang yang tidak terhingga

kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. H. Rudi Priyadi, Ir., M.S. selaku Rektor Universitas

Siliwangi Tasikmalaya.

3. Bapak Prof. Dr. H. Dedi Kusmayadi, S.E., M.Si., Ak. CA., CPA.

Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi.

4. Bapak H. Aso Sukarso S.E., M.E. selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan sekaligus sebagai pembimbing II Fakultas Ekonomi

Universitas Siliwangi.
vi
5. Ibu Fatimah Zahra Nasution, S.E.I., M.A. selaku dosen wali yang

selalu memberikan saran, dukungan serta motivasi kepada penulis.

6. Bapak Dr. H. Asep Yusup Hanapia S.E., M.P. selaku pembimbing I.

7. Bapak R. Chandra Budhi L.S. S.E., M.Si. selaku pembimbing II

8. Ibu Dwi Hastuti Lestari K., S.E., M.Si selaku penguji I

9. Bapak Encang Kadarisman, S.E M.M selaku penguji II

10. Seluruh dosen dan staff di Fakultas Ekonomi yang telah memberikan

banyak ilmu pengetahuan.

11. Keluarga besar Koperasi Mahasiswa Universitas Siliwangi kabinet

Kerja Bakti dan Generations

12. Teruntuk sahabat penulis yang akan menyandang gelar sarjana Dian

Septian Nugraha, S.E., Illa Tahira Achmad, S.E., Susi Eka Widyanti,

S.E., Irman Firmansyah, S.E., Syenia Hilyatul Aulia, S.E., St. Zalfa

Khoerun Nisa, S.E., yang selalu membantu dan menemani penulis di

masa-masa perkuliahan,

13. Teruntuk Mereweng Family, DIMENTION’S, Seluruh teman-teman di

Universitas Siliwangi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

14. Teruntuk diriku sendiri yang telah berjuang hingga detik ini, bertahan

dengan kerja keras untuk menjadi pribadi yang terus berusaha lebih

baik lagi.

vii
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih ada banyak

kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu

penulis meminta maaf dan menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

penulis dapat memperbaiki usulan penelitian ini. Mudah-mudahan usulan

penelitian ini dapat diterima dengan baik dan dapat memberikan manfaat bagi

pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya.

Tasikmalaya, Juli 2021

Penulis

Fitrotunnisa

173401148

viii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................i

MOTTO ....................................................................................................................ii

PERNYATAAN ......................................................................................................iii

ABSTRACT...............................................................................................................iv

ABSTRAK.................................................................................................................v

KATA PENGANTAR..............................................................................................vi

DAFTAR ISI............................................................................................................ix

DAFTAR TABEL..................................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian.....................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..............................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................6
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian....................................................................................6
1.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian................................................................................7
1.5.1 Lokasi Penelitian.......................................................................................7
1.5.2 Jadwal Penelitian......................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,


DAN HIPOTESIS.....................................................................................................9
2.1 Tinjauan Pustaka...................................................................................................9
2.1.1 Teori Konsumsi.......................................................................................9
2.1.2 Jumlah Uang Beredar ...........................................................................13
2.1.3 Produk Domestik Bruto PDB Per Kapita..............................................20
2.1.4 Inflasi.....................................................................................................21
2.1.5 Suku Bunga...........................................................................................30

ix
2.2 Penelitian Terdahulu...........................................................................................32
2.3 Kerangka Pemikiran............................................................................................38
2.3.1 Hubungan Jumlah Uang Beredar Terhadap Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga Indonesia......................................................38
2.3.2 Hubungan Produk Domestik Bruto PDB Per Kapita Terhadap
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Indonesia ................................39
2.3.3 Hubungan Inflasi Terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga Indonesia ...................................................................................40
2.3.4 Hubungan Suku Bunga Terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga Indonesia ...................................................................................40
2.4Hipotesis..............................................................................................................41

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN................................................42


3.1 Objek Penelitian..................................................................................................42
3.2 Metode Penelitian...............................................................................................42
3.2.1 Operasionalisasi Variabel.......................................................................43
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data......................................................................44
3.2.2.1 Jenis Data...................................................................................45
3.2.2.2 Populasi Sasaran.........................................................................45
3.2.2.3 Prosedur Pengumpulan Data......................................................45
3.3 Model Penelitian.................................................................................................46
3.4 Teknik Analisis Data...........................................................................................47
3.4.1 Metode Analisis Data.............................................................................47
3.4.2 Uji Asumsi Klasik..................................................................................48
3.4.2.1 Uji Normalitas............................................................................48
3.4.2.2 Uji Multikolinearitas..................................................................49
3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas...............................................................50
3.4.2.4 Uji Autokorelasi.........................................................................50
3.4.3 Uji Hipotesis..........................................................................................51
3.4.3.1 Uji Signifikan Parameter (Uji t).................................................51
3.4.3.2 Uji Signifikan Bersama-sama (Uji F)........................................53
3.4.3.3 Koefisien Determinasi (R2)........................................................54

x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................55
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................55
4.1.1 Analisis Deskriptif.................................................................................55
4.1.1.1 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Indonesia....................................................................................55
4.1.1.2 Perkembangan Jumlah Uang Beredar........................................57
4.1.1.3 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) Per Kapita.......58
4.1.1.4 Perkembangan Inflasi.................................................................59
4.1.1.5 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum..................................60
4.1.2 Analisis Data..........................................................................................61
4.1.2.1 Analisis Regresi Berganda.........................................................61
4.1.3 Uji Asumsi Klasik..................................................................................63
4.1.3.1 Uji Normalitas............................................................................63
4.1.3.2 Uji Multikolinearitas..................................................................64
4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas...............................................................65
4.1.3.4 Uji Autokorelasi.........................................................................66
4.1.4 Uji Hipotesis..........................................................................................67
4.1.3.1 Uji Signifikasi Parameter (Uji t)................................................67
4.1.3.2 Uji Signifikasi Secara Bersama-sama (Uji F)............................68
4.1.3.3 Koefisiensi Determinasi (R2)......................................................69
4.2 Pembahasan ..................................................................................................69
4.2.1 Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga Indonesia.......................................................................69
4.2.2 Pengaruh PDB Per Kapita terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga Indonesia...................................................................................70
4.2.3 Pengaruh Inflasi terhadap Pengeluaran Rumah Konsumsi Tangga
Indonesia................................................................................................71
4.2.4 Pengaruh Suku Bunga terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga....................................................................................................71
4.2.5 Pengaruh Jumlah Uang Beredar, PDB Per Kapita, Inflasi dan Suku
Bunga terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Indonesia .....72
BAB V SIMPULAN DAN SARAN............................................................................
xi
5.1 Simpulan ....................................................................................................74
5.2 Saran ..........................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................76
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian........................................................................................8

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.................................................................................32

Tabel 3.1 Operasional Variabel................................................................................44

Tabel 4.1 Analisis Regresi Berganda........................................................................61

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas.......................................................................65

Tabel 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas....................................................................65

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi..............................................................................66

Tabel 4.5 Hasil Uji t .................................................................................................67

Tabel 4.6 Hasil Uji F.................................................................................................68

Tabel 4.7 Hasil Koefisiensi Determinasi (R2)...........................................................69

xiii
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 1.1 Konsumsi Rumah Tangga Indonesia .....................................................3

Gambar 1.2 Jumlah Uang Beredar..............................................................................3

Gambar 1.3 PDB Per Kapita.......................................................................................4

Gambar 1.4 Inflasi......................................................................................................5

Gambar 1.5 Suku Bunga ............................................................................................5

Gambar 1.6 Laju Pertumbuhan Konsumsi .................................................................5

Gambar 2.1 Fungsi Konsumsi Keynes......................................................................10

Gambar 2.2 Fungsi Konsumsi Irving Fisher.............................................................11

Gambar 2.3 Fungsi Konsumsi Franco Moligdiani....................................................12

Gambar 2.4 Fungsi Konsumsi James Dusenberry....................................................12

Gambar 2.1 Permintaan Inflasi.................................................................................27

Gambar 2.2 Cost Inflation ........................................................................................27

Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran..............................................................................41

Gambar 4.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Indonesia ...............................56

Gambar 4.2 Jumlah Uang Beredar (M1) di Indonesia...............................................57

Gambar 4.3 Produk Domestik Bruto (PDB) Per Kapita Indonesia..........................58

Gambar 4.4 Inflasi Indonesia ...................................................................................59

Gambar 4.5 Suku Bunga Umum ..............................................................................60

Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas.............................................................................64

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Data Penelitian

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Konsumsi merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang dilakukan

masyarakat untuk menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa. Konsumsi

sebagai penggunaan atas barang dan jasa yang memiliki suatu nilai yang dapat

ditukarkan menurut Oxford Dictionaries. Hal-hal yang termasuk ke dalam

kategori konsumsi sangatlah beragam salah satunya adalah kegiatan membeli

dalam segala bentuk produk dan jasa. Umumnya sebagian besar masyarakat

menganggap konsumsi hanya berkaitan dengan membeli makanan dan minuman

saja. Pada kenyataannya, kegiatan konsumsi dapat dijelaskan dengan sangat luas.

Kegiatan konsumsi tidak lepas dari kaitannya dengan masyarakat karena

masyarakat melakukan kegiatan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kegiatan konsumsi merupakan tindakan pemakaian barang-barang hasil produksi

meliputi kebutuhan primer, kebutuhan sekunder maupun kebutuhan tersier.

Kegiatan konsumsi ini bertujuan untuk memenuhi semua kebutuhan yang

bersifat penting maupun hanya bersifat kesenangan dan kepuasan dalam waktu

seketika. Berbagai jenis barang dan jasa yang diproduksi dan ditawarkan kepada

masyarakat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan konsumsi

ini disebabkan oleh masyarakat yang melakukan proses produksi atau

memproduksi. Begitupun sebaiknya, kegiatan produksi ada karena masyarakat

yang melakukan kegiatan konsumsi atas produk tersebut.

Pada umumnya konsumsi dibedakan menjadi dua bentuk yaitu konsumsi

makanan dan bukan makanan. Pola konsumsi masyarakat baik itu makanan

1
2

maupun bukan makanan pada dasarnya memiliki nilai yang berbeda akibat

perubahan selera, waktu dan faktor-faktor lain setiap tahunnya.

Keputusan konsumsi rumah tangga mempengaruhi terhadap perilaku

perekonomian baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini

disebabkan oleh konsumsi agregat merupakan pengeluaran agregat terpenting

dalam penjumlahan pengeluaran seluruh rumah tangga yang ada dalam

perekonomian.

Pengeluaran konsumsi merupakan kegiatan yang sudah melekat pada

setiap manusia mulai dari lahir sampai dengan akhir hidupnya, oleh karena itu

konsumsi merupakan kegiatan setiap orang sepanjang hidupnya. Pengeluaran

konsumsi masyarakat atau yang disebut Consumption (C) merupakan salah satu

variabel makro ekonomi di dalam pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah

tangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat yang melakukan pembelanjaan.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia selama lima tahun terakhir

mengalami peningkatan dari tahun 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi

terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu distribusi pendapatan

nasional, kebijakan moneter, tingkat inflasi, tingkat suku bunga bank umum.
3

Gambar 1.1 Konsumsi Rumah Tangga Indonesia


Sumber: Badan Pusat Statistik

Pengeluaran konsumsi mengalami kenaikan pada tahun 2015 sampai

dengan 2020. Kenaikan ini diduga terpacu oleh PDB perkapita yang setiap

tahunnya mengalami peningkatan dari berbagai sektor. Keynes berpendapat

adanya hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang

keduanya dinyatakan dengan tingkat harga konstan.

JUMLAH UANG BEREDAR


Rp2,000,000
Rp1,500,000
Rp1,000,000
Rp500,000
Rp-
2015 2016 2017 2018 2019 2020

JUMLAH UANG BEREDAR

Gambar 1.2 Jumlah Uang Beredar


Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada gambar 1.2 terlihat dari data di atas adanya peningkatan jumlah uang

beredar dari tahun ke tahun menunjukan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat

setiap tahunnya meningkat, karena jumlah uang yang beredar di masyarakat

digunakan oleh masyarakat untuk melakukan transaksi.


4

PDB perkapita
Rp12,000,000
Rp10,000,000
Rp8,000,000
Rp6,000,000
Rp4,000,000
Rp2,000,000
Rp-
2015 2016 2017 2018 2019 2020

PDB perkapita

Gambar 1.3 PDB perkapita


Sumber: Badan Pusat Statistik

PDB perkapita meningkat dari tahun 2015-2019 hanya saja pada tahun

2020 mengalami penurunan yang di duga di sebabkan oleh pandemik COVID-19

yang mempengaruhi adanya keterhambatan operasional dari masing-masing

industri sehingga mengakibatkan PDB perkapita menjadi menurun.

INFLASI
INFLASI
3,35 % 3,61 % 3,3 %
3,02 % 2,72 %
1,68 %

2015 2016 2017 2018 2019 2020


Gambar 1.4 Inflasi
Sumber: Badan Pusat Statistik

Data inflasi mengalami penurunan dari tiga tahun kebelakang hal ini di

duga terdapat peningkatan permintaan agregatif pada masyarakat, bisa dikatakan

terjadinya penurunan harga-harga barang dan jasa telah menyebabkan daya beli

rill masyarakat mengalami kenaikan.


5

SUKU BUNGA
SUKU BUNGA
13,88 % 13,61 % 12,66 % 11,73 % 11,62 % 11,22 %

2015 2016 2017 2018 2019 2020


Gambar 1.5 Suku Bunga
Sumber: Badan Pusat Statistik

Data tingkat suku bunga diambil dari suku bunga bank umum dikarenakan

masyarakat melakukan transaksi melalui bank umum, dari tahun 2015-2020

tingkat suku bunga bank umum mengalami fluktuasi.

LAJU PERTUMBUHAN
KONSUMSI
LAJU PERTUMBUHAN KONSUMSI
4.88 5.02 4.95 5.05 5.04

2015 2016 2017 2018 2019 2020


-2.63

Gambar 1.6 Laju Pertumbuhan Konsumsi


Sumber: Badan Pusat Statsitik

Laju pertumbuhan konsumsi mengalami fluktuasi dari tahun 2015 sampai

tahun 2020. Penurunan yang sangat signifikan pada tahun 2020 disebabkan oleh

pandemik COVID-19 yang mana masyarakat Indonesia menekan pengeluaran

konsumsi dikarenakan tidak adanya kepastian yang tejadi selama pandemik

COVID-19.
6

Berdasarkan uaraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan judul “Analisis

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Indonesia Tahun 2000-2020”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat

diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar, PDB Per Kapita, Inflasi

dan Suku Bunga secara parsial terhadap pengeluaran konsumsi rumah

tangga Indonesia tahun 2000-2020?

2. Bagaimana pengaruh Jumlah uang beredar, PDB perkapita, Inflasi dan

Suku bunga secara bersama-sama terhadap pengeluaran konsumsi

rumah tangga Indonesia tahun 2000-2020?

1.3 Tujuan Penelitan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah uang beredar, PDB

Per Kapita, Inflasi dan Suku bunga secara parsial terhadap

pengeluaran konsumsi rumah tangga.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Jumlah uang beredar, PDB

per kapita, Inflasi dan Suku bunga secara bersama-sama terhadap

pengeluaran konsumsi rumah tangga.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat untuk

berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut:


7

1. Bagi peneliti

Peneliti ini dapat menjadi pengetahuan baru serta wawasan mengenai

kondisi pengeluaran konsumsi rumah tangga di Indonesia.

2. Bagi pemerintah

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan masukan

bagi lembaga-lembaga terkait sebagai bahan pertimbangan membuat

kebijakan seperti menyamaratakan barang dan jasa di seluruh

Indonesia agar kebutuhan semua masyarakat terpenuhi.

3. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, menjadi bahan referensi

juga tambahan informasi mengenai pengeluaran konsumsi Indonesia.

1.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan mengakses website BPS

Indonesia

1.5.2 Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada semester genap pada tahun ajaran

2020/2021 dengan perkiraan pelaksanaan pada bulan Maret 2021 sampai Agustus

2021.

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian ini di gambarkan dengan Tabel


8

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian


2021
N
Keterangan April Mei Juni Juli Agustus
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
1.
Judul
Penyusunan
2. usulan
penelitian
Sidang
3.
penelitian
4. Analisis Data
Penulisan
5.
bab IV dan V
Sidang
6.
komprehensif
7. Revisi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori Konsumsi

Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memnuhi kebutuhan dari orang

melakukan pembelanjaantersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan,

pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan

pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk digunakan

oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.

(Dumairy, 1996)

Fungsi konsumsi sendiri menunjukan hubungan antara tingkat konsumsi

dan tingkat pendapatan. Apabila tingkat pendapatan meningkat maka kenaikan

juga akan meningkat, tetapi dengan proporsi yag lebih kecil daripada kenaikan

pendapatan itu sendiri karena hasrat konsumsi (Marginal Proprnsity to Consume

= MPC) lebih kecil atua kurang dari satu. (Suparmoko, 1992: 56)

2.1.1.1 Teori Keynes

Keynes beranggapan bahwa besarnya konsumsi rumah tangga tergantung

dari pendapatan yang dimiliki masyarakat. Perbandingan konsumsi dan

pendapatan disebut sebagai Marginal Propensity to Consume (MPC). MPC ini

digunakan untuk mengukur bahwa semakin besar pendaptan yang dimiliki, maka

tingkat konsumsi rumah tangga juga akan mengikuti pendaptan, begitu pula

sebaliknya.

9
10

c/tahun

c’ c’

c c

y y/tahun

Gambar 2.1 Fungsi Konsumsi keynes


Sumber: mankiw, 2003:425-426

Fungsi konsumsi Keynes adalah C = C0 =cYd. Dimana C0 adalah konsumsi

otonom (The Autonomus Consumption) dan Yd adalah pendaptan yang bisa

digunakan untuk konsumsi. Hasil dari rumus tersebut diperoleh rata-rata konsumsi

atau Average Propensity to Consume (APC) yaitu perbandingan jumlah konsumsi

dibandingkan dengan pendapatan.

2.1.1.2 Teori Irving Fisher

Menurut Fisher konsumsi adalah pertimbangan yang dikaukan seseorang

utnuk melakukan konsumsi berdasarkan kondisi pada saat ini dan kondisi pada

saat yang akan datang. Dimana kedua kondisi tersebut akan menentukan jumlah

pendapatan yang akan ditabungkan, serta berapa banyak pendapatan yang akan

dikeluarkan untuk konsumsi.


11

K o n s u m s i periode
kedua,
C2

IC4
IC3

I
I
C C
1 2

Konsumsi periode pertama, C1

Gambar 2.2 Fungsi Konsumsi Irving Fisher


Sumber : Tedy Herlambang, et al. Ekonomi Makro: Teori, Analisis, dan
Kebijakan
2.1.1.3 Teori Hipotesis Franco Modigliani

Modigliani beranggapan bahwa besarnya konsumsi tidak tergantung

berdasarkan tingkat konsumsi, namun berdasarkan jumlah kekayaan yang dimiliki

masyarakat, dimana kekayaan tersebut dihasilkan dari tabungan, investasi,

penyisihan pendapatan, warisan, dan sebagainya. Karena pada dasarnya tingkat

pendaptan itu bervariasi.teori konsumsi Modigliani ini disebut juga sebagai

Hipotesis Daur Hidup (Life Cycle Hypothesis).


12

saving

Dissaving

Y
Time
Gambar 2.3 fungsi konsumsi Franco Moligdiani
Sumber: guritno dan algifari, 1998:66

2.1.1.4 Teori James Dusenberry

Dusenberry mengemukakan bahwa jumlah konsumsi tergantung dari

besarnya pendaptan tertinggi yang pernah dimiliki atau dicapai oelh masyarakat.

Apabila pendapatan berkurang pada periode tertentu, maka masyarakat tidak

banyak mengurangi pengeluaran konsumsinya, mereka menggunakan tabungan

untuk pengganti pendapatan.

Gambar 2.4 fungsi konsumsi James Dusenberry


Sumber : guritno dan algifari, 1998:72
13

Dapat dismipulkan bahwa konsumsi merupakan kegiatan pengeluaran

rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik primer, sekunder

maupun tersier di barengi dengan tingkat pendapatan. Keputusan masyarakat

terhadap pendapatan tersebut apakah pendapatan akan di belanjakan atau

dikeluarkan untuk konsumsi atau akan ditabung.

Teori yang sangat relevan di kondisi saat ini yaitu teori Irving Fisher

dikarenakan adanya musibah COVID-19 yang melanda negara Indonesia yang

mana masyarakat akan mempetimbangkan untuk melakukan konsumsi dan

menabungkan sebagian uangnya untuk waktu yang akan datang dikarenakan

adanya ketidakpastian bergeraknya laju konsumsi di Indonesia.

2.1.3 Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar (money supply) didefinisikan “the total quantity of

money in the economy”. Disamping itu, cakupan definisi jumlah uang beredar di

negara maju, misalnya Inggris lebih luas dibandingkan dengan negara

berkembang, misalnya Indonesia, karena meliputi jumlah uang beredar sangat

tergantung pada perkembangan dan kemajuan sistem keuangan di masing-masing

negara.

Definisi uang yang paling sempit adalah uang kertas dan uang logam yang

ada di tangan masyarakat. Uang tunai ini disebut uang kartal atau dalam bahasa

Inggris dinamakan currency. Sebagian besar para pakar ekonom Klasik

mengartikan uang beredar sebagai currency, karena uang inilah yang benar-benar

merupakan daya beli yang langsung bisa digunakan (dibelanjakan).

Semakin berkembangnya peranan bank dalam perekonomian pengertian

uang beredar sebagai uang kartal sudah makin ditinggalkan. Demi keselamatan
14

atau untuk kemudahan-kemudahan lainnya untuk bertransaksi sekarang sudah

banyak masyarakat umum yang menyimpan uang tunainya di bank-bank dalam

bentuk rekening koran atau rekening giro. Keuntungan bagi masyarakat yang

memiliki rekenig koran/giro sebenarnya tidak ada bedanya antara uang kertas yang

masyarakat dipegang dan uang yang masyarakat simpan di bank berupa saldo

rekening koran/giro, karena sewaktu-waktu masyarakat bisa mengambil kembali

uang tersebut untuk dibelanjakan barang atau jasa yang dibutuhkan hanya dengan

menulis cek. Sistem pembelian barang dan jasa di negara-negara maju sebagian

besar sudah menggunakan cek. Oleh karena itu, saldo rekening koran/giro

mempunyai status yang sama dengan currency dan semestinya dimasukkan ke

dalam pengertian “uang beredar”. Saldo rekening koran/giro yang dimiliki oleh

masyarakat disebut uang giral atau demand deposits. Sedangkan uang beredar

yang disebut dengan uang kartal plus uang giral (currency plus demand deposits).

Menurut Raharja dan Manurung (2008: 324) jumlah uang beredar adalah

nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat. Jumlah uang beredar

dalam arti sempit (narrow money).

Menurut WWW.bi.go.id Bank Indonesia mendefinisikan uang beredar

dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 meliputi uang kartal yang

dipegang oleh masyarakat dan uang giral (giro berdomisili Rupiah), sedangkan M 2

meliputi M1, uang kuasi, dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem yang

dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu

tahun.

Dalam konteks jumlah uang beredar, dikenal beberapa terminologi, yaitu:


15

1. Uang kartal (C). Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam yang

beredar dan berlaku di masyarakat. Pada awalnya di Indonesia, uang kartal di

terbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia. Sejak dikeluarkannya UU No.

13 tahun 1968 pasal 26 ayat 1, hak pemerintah untuk mencetak uang dicabut.

Pemerintah kemudian menetapkan Bank Sentral (Bank Indonesia) sebagai

satu-satunya lembaga yang berhak menciptakan uang kartal. Hak itu untuk

menciptakan uang itulah yang disebut dengan hak oktrol.

2. Uang giral (D) merupakan simpanan milik sektor swasta domestik di Bank

Pencipta Uang Giral (BUPG) yang setiap saat dapat ditarik untuk ditukarkan

dengan uang kartal. Uang giral terdiri dari rekening giro, kiriman uang

(transfer) yang belum diambil, deposito berjangka yang sudah jatuh tempo

dalam rupiah yang semuanya dimiliki oleh penduduk serta disimpan dalam

sistem moneter.

3. Uang kuasi adalah merupakan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terdiri dari

simpanan milik sektor swasta domestik di BPUG yang dapat memenuhi

fungsi-fungsi uang. Uang kuasi terdiri dari: deposito berjangka rupiah dan

valuta asing, tabungan dan simpanan lainnya dalam valuta asing.

2.1.2.1 Uang Beredar dalam Arti Luas (M1)

Uang beredar dalam arti sempit (M1) didefinisikan sebagai uang kartal

ditambah dengan uang giral (currency plus demand deposits) .

M1 = C + D

Dimana:

M1 = Jumlah Uang Beredar

C = (currency) uang kartal (uang kertas dan uang logam)


16

D = (demand deposits) uang giral/cek


Satu hal yang harus di ingat bahwa yang di maksud demand deposits disini

adalah saldo atau uang milik masyarakat yang masih ada di bank dan belum

digunakan pemiliknya untuk membayar/berbelanja, cek yang sudah diuangkan

bukan lagi berbentuk uang giral. Cek yang demikian yang hanyalah merupakan

secarik kertas yang berguna sebagai catatan atau untuk pembukuan, karena

fungsinya bukan lagi merupakan daya beli yang bisa digunakan pemiliknya.

Hanya saldo rekening koran yang masih tersisalah yang merupakan daya beli yang

bisa masyarakat belanjakan. (Boediono, 1994: 3-5).

Menurut ekonom Milton Friedman menyebut kekayaan semacam

temporary abodes of perchasing power atau “tempat penginap” sementara bagi

daya beli. Pengertian M1 bahwa uang beredar adalah daya beli yang langsung bisa

digunakan untuk alat pembayaran bisa diperluas dan mencakup alat-alat

pembayaran yang mendekati uang, misalnya deposito berjangka (time deposits) dan

simpanan tabungan (saving deposits) pada bank-bank. Uang yang disimpan dalam

bentuk deposito berjangka dan tabungan bisa dikatakan daya beli potensial bagi

pemiliknya.

Fungsi uang M1 memiliki motif untuk transaksi (transaction motive)

dimana fungsi uang M1 adalah dorongan masyarakat memegang uang untuk

kebutuhan transaksi atau pembayaran, baik yang dilakukan rumah tangga

konsumen maupun rumah tangga produsen. Bagi rumah tangga konsumen, motif

ini berkaitan dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga baik makanan maupun

non-makanan, sedangkan bagi rumah tangga produsen motif transaksi

berhubungan dengan pengeluaran upah atau gaji karyawan dan pengeluaran-


17

pengeluaran perusahaan lainnya. Motif transaksi ini dipengaruhi oleh besarnya

pendapatan. Secara matematis, permintaan uang untuk tujuan transakasi (Md)

dirumuskan sebagai berikut.

Mdt = kY+

Dimana Mdt (money demand for transaction) merupakan motif memegang

uang untuk transaksi dan Y merupakan pendapatan yang diterima masyarakat. Y

merupakan tingkat pendapatan yang berhubungan positif dengan permintaan uang

untuk transaksi.

2.1.2.2 Uang Beredar dalam Arti Luas (M2)

Berdasarkan sistem moneter Indonesia, uang beredar M2 sering disebut

juga dengan likuiditas perekonomian. M2 diartikan sebagai M1 plus deposito

berjangka dan saldo tabungan milik masyarakat pada bank-bank, karena

perkembangan M2 ini juga bisa mempengaruhi perkembangan harga, produksi

dan keadaan ekonomi pada umumnya.

M2 = M1 + TD

Dimana:

TD = time deposite (deposito berjangka)

Menrurut Keynes fungsi uang M2 bertujuan untuk berjaga-jaga

(Precautionary Motive) terhadap kebutuhan yang tak terduga (unexpected need).

Tersedianya uang di masyarakat untuk berjaga-jaga membeikan rasa aman

menghadapi rekening yang tidak terduga (unexpected bill) misalnya untuk biaya

pengobatan dan perbaikan secara tiba-tiba.


18

Keynes percaya bahwa jumlah uang beredar M2 untuk berjaga-jaga pada

dasarnya di tentukan oleh tingkat transakasi yang diperkirakan pada masa yang

akan datang.

Menurut Keynes, masyarakat memerlukan uang untuk transaksi dan

berjaga-jaga, karena teori:

1. Transaksi pengeluaran sering kali terjadi lebih dahulu daripada

penerimaan/pendapatannya

2. Pengeluaran sering kali tidak dapat diperkirakan sebelumnya

3. Peneirmaan yang diharapkan tidak jadi diterima

4. Pengeluaran yang terjadi sangat penting dan mengunutngkan utnuk

dilakukan lebih dahulu.

2.1.2.3 Uang Beredar dalam Arti Lebih Luas (M3)

Definisi uang beredar dalam arti lebih luas adalah M3, yang mencakup

semua time deposite (TD), besar kecil, rupiah atau mata uang asing milik

penduduk pada bank oleh lembaga keuangan non bank.

M3 = M1 + QM.

Dimana:

QM = quasi money

Di negara Indonesi yang menganut sistem devisa bebas (setiap orang boleh

memiliki dan memperjualbelikan devisa secara bebas), memang sedikit sekali

perbedaan antara deposito berjangka dan saldo tabungan dalam rupiah maupun

dalam dollar. Setiap kali kita butuh rupaih maupun dollar kita bisa langsung

menjualnya ke bank atau sebaliknya. Deposito berjangka dan saldo tabungan

dollar milik bukan penduduk tidak termasuk dalam definisi uang kuasi.
19

Tujuan masyarakat memegang uang untuk spekulasi (Speculatif Motive)

adalah untuk menyimpan nilai dan kekayaan atau aset. Permintaan uang motif

spekulatif ini terjadi karena adanya faktor ketidakpastian (uncertainty) dan

ekspetasi (expectation) yang mempengaruhi seseorang dalam memegang uang.

Fungsi M3 disini masyakat dipengaruhi oleh ekspetasi penghasilan masa

depan dari berbagai bentuk aset yang dimungkinkan untuk dimiliki. Keynes

menggunakan indikator tingkat bunga sebagai variabel pengukur ekspetasi

pengahasilan masa depan sehingga kebutuhan uang M3 dipengaruhi oleh

perubahan tingkat bunga. Masyarakat menghendaki M3 karena motif keinginan

untuk menyimpan kekayaan yang berfungsi sebagai store of value atau

penimnbun kekayaan, M3 disini dipengaruhi oleh tingkat bunga.

Faktor yang mempengaruhi fluktuasi jumlah uang beredar, salah satunya

adalah peran ayng dimainkan oleh Bank Sentral di Amerika Serikat (AS) dikenal

dengan nama Federal Reserve System yang di singkat The Fed, lembaga ini yang

bertanggung jawab atas perilau jumlah uang beredar dalam jangka panjang.

Bank Sentral di setiap negara memiliki peran penting untuk mengeluarkan

kebijakan dalam menjalankan kebijakan dibidang moneter, misalnya saat

perekonomian AS mengalami stagnasi yang ditandai dengan tingkat pengangguran

yang tinggi The Fed mengambil kebijakan moneter yang bersifat stimulatif dengan

langkah-langkah yang berkaitan dengan perubahan penyaluran kredit, tingkat suku

bunga dan kontrol terhadap jumlah uang beredar. Untuk instrumen kebijakan yang

dikeluarkan adalah menyadiakan kredit bank yang lebih besar untuk masyarakat.

Kebijakan tersebut mengakibatkan turunnya tingkat bunga dan meningkatnya


20

jumlah uang beredar yang selanjutkan mendorong permintaan masyarakat akan

barang dan jasa.

2.1.3 Produk Domestik Bruto (PDB) Per Kapita

Menurut Sadono Sukirno (2004: 28) pendapatan nasional adalah nilai nilai

barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada tahun tertentu. Pendapatan

nasional atas harga konstan adalah pendapatan nasional yang dihitung berdasarkan

harga produksi nasional tahunan.

Tujuan akhir pembangunan dan kebijakan yang ingin dicapai masing-

masing negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari segi

pendapatan, konsumsi dan aspek lainnya. Secara sederhana kebijakan tersebut

bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, dari segi ekonomi disebut

pendapatan nasional. Kesejahteraan masyarakat juga dapat diukur dengan

membagi pendapatan nasional dengan jumlah penduduk yang ada. Hasil dari

pembagian ini disebut peningkatan pendapatan per kapita, sehingga dapat

dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat mengalami peningkatan

Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata suatu negara dalam

periode tertentu (biasanya setahun). Pendapatan per kapita juga dapat didefinisikan

sebagai penjumlahan dari nilai rata-rata barang dan jasa yang tersedia bagi

penduduk suatu negara dalam kurun waktu tertentu. Pendapatan per kapita

merupakan hasil pembagian pendapatan nasional suatu tahun tertentu dengan

jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut (Sadono Sukirno, 2004: 423).

Rumus PDB Per Kapita sebagai berikut:

Pendapatan Nasiona ta h un t
PDB Per Kapita =
Jumla h Penduduk pada tah un t
21

Dengan kata lain, PDB per kapita berdampak besar pada konsumsi. Jika

PDB per kapita menurun maka daya konsumsi masyarakat akan mengalami

penurunan. Oleh karena itu, hubungan antara PDB per kapita dan konsumsi selalu

positif.

2.1.4 Inflasi

Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan

yang banyak dijumpai di hampir semua negara di dunia. Definisi singkat dari

inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan

terus-menerus. Keniakan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut

inflasi, kecuali bila kenaikan harga tersebut meluas kepada (mengakibatkan

kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Syarat adanya

kecenderungan menaik yang terus menerus juga perlu diingat. Kenaikan harga-

harga karena misalnya musiman, menjelang hari-hari besar atau yang terjadi sekali

saja (dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak disebut inflasi. Kenaikan

harga semacam ini dianggap sebagai masalah atau penyakit ekonomi dan tidak

memrlukan kebijaksanaan khusus untuk menaggulanginya.

Jika seandainya harga-harga dari sebagian besar diatur oleh pemerintah,

maka harga-harga yang dicatat oleh Badan Statistik mungkin tidak menunjukan

kenaikan apapun (karena yang dicatat adalah harga-harga resmi perintah). Akan

tetapi, berbanding terbalik di kehidupan nyata ada kecenderungan bagi harga-

harga untuk terus menaik. Keadaan seperti ini tercermin dari adanya harga-harga

bebas atau harga-harga tidak resmi yang lebih tinggi dari harga-harga resmi dan

yang cenderung menaik. Dalam hal ini maslah inflasi sebetulnya ada, tetapi tidak

diperkenakan untuk menunjukan dirinya. Keadaan seperti ini disebut supperessed


22

inflation atau inflasi yang ditutupi, yang pada suatu waktu akan timbul dan

menunjukan dirinya karena harga-harga resmi maikn tidak relevan dalam

kenyataan.

Menurut Case and Fair (2007:6), inflasi adalah kenaikan harga secara

keseluruhan. Sejak lama, penurunan inflasi telah menjadi tujuan kebijakan

pemerintah. Yang paling bermasalah adalah periode hiperinflasi atau hanya

peningkatan yang sangat cepat secara keseluruhan.

Menurut definisi Khalwaty (2000: 6), inflasi adalah suatu kondisi, dalam

hal ini harga akan naik dengan tajam, dan keadaan ini akan berlangsung lama. Saat

harga-harga ini naik, nilai mata uang juga turun tajam karena harga-harga ini naik.

Menurut Mishkin (2008: 13), inflasi mengacu pada keniakan harga yang

mempengaruhi individu, pengusaha dan pemerintah. Menurut Mankiw (2003: 72),

inflasi adalah kenaikan tingakt harga rata-rata, dan harga adalah nilai tukar mata

uang barang dan jasa.

Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang terjadi di negara berkembang

seperti indonesia yang sedang aktif berkembang dan sangat mempengaruhi

kegiatan perekonomian. Inflasi sangat erat kaitannya dengan barang. Apabila

harga barang dan jasa naik dan terjadi inflasi maka akan mengakibatkan

penurunan nilai pendapatan rill yang akan mengekibatkan penurunan nilai

pendapatan rill yang akan melemahkan daya beli masyarakat, terutama daya beli

produksi dalam negeri, sehingga mempengaruhi menurunnya konsumsi publik.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa inflasi mengacu pada keadaan

dimana harga (secara mutlak) meningkat tajam dan berlangsung dalam waktu yang
23

lama, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk mengukur derajat permasalahan

ekonomi yang dihadapi.

2.4.1.1 Teori Inflasi

Teori inflasi biasanya membagi teori yang membahas inflasi menjadi tiga

kategori yang mesing-masing menekankan aspek tertentu dari proses inflasi.

2.1.4.1.1 Teori kuantitatif

Teori kuantitatf menunjukan bahwa inflasi hanya disebabkab oleh tiga

faktor, yaitu akibat peningkatan jumlah uang beredar. Inti dari teori tersebut adalah

sebagai berikut:

 Jika uang beredar meningkat (penambahan uang kartal maupun uang

giral) maka inflasi akan terjadi. Menurut teori kuantitatif yang

dikemukakan oleh ekonom Irfing Fisher, teori kuantitatif dijelaskan

dalam persamaan berikut:

MV = PT

Faktor yang dianggap konstan adalah V dan T. Oleh karena itu, jika M

(money circulation) meningkat maka akan terjadi inflasi (kenaikan

harga).

 Tingkat inflasi ditentukan oleh tingkat pertumbuhan jumlah uang beredar

dan harapan atau ekspetasi psikolog atau masyarakat untuk kenaikan

harga di masa depan. Karena itu, jika masyarakat sudah yakin harga

komoditas akan naik. Oleh karena itu, tidak ada lagi kecenderungan atau

keinginan untuk menabung, dan mereka lebih cenderung

mempertahankan asetnya dalam bentuk komoditas.


24

Berdasarkan teori kuantitas, penyebab utama terjadinya inflasi adalah

peningkatan jumlah uang beredar dab faktor psikolog sosial dari kenaikan

harga komoditas di masa mendatang.

Pemerintah bisa mencetak uang untuk menambah pendapatan guna

menambah belanja kesejahteraan sosial. Penerima pemerintah yang

mecetak uang kertas disebut pajak inflasi atau tax inflation atau sering

kali disebut sebagai seigniorege.

Kelemahan kuantitatif

 Faktanya, perubahan sirkulasi (M) tidak secara otomatis meningkatkan

“money spending” atau penggunaan uang.

 Dalam masyarakat modern, tingkat peredaran mata uang (V) tidak stabil.

Ingat, dalam masyarakat modern, uang adalah alat untuk mengumpulkan

kekayaan. Oleh karena itu, apabila terdapat kelebihan uang akan

digunakan untuk menambah uang tunai, menambah tabungan bank,

menambah pembelian surat berharga, dan menambah pembelian

barang/jasa.

2.1.4.1.2 Teori keynes

Pembahasan inflasi dalam teori keynes didasarkan pada teori makro. Teori

keynesian menjelaskan bahwa inflasi terjadi karena suatu masyarakat cenderung

hidup di luar batas kemampuan ekonominya.

Permintaan masyarakat akan barang melebihi jumlah barang yang tersedia,

yang menunjukan hal ini. Hal ini apabila menyebabkan kesenjangan inflasi,

apabila inflationary gap masih berlanjut, pada periode tersebut peoses inflasi akan
25

teradi dan berkelanjutan. Inflationary gap adalah satu atau lebih kesenjangan yang

menyebabkan inflasi. Dua kondisi yang menyebabkan terjadinya inflationary gap

tersebut adalah

 Ketika semua faktor produksi berfungsi penuh, investasi (I) yang

diperoleh dalam perekonomian melebihi jumlah tabungan masyarakat.

Kondisi tersebut dapat diungkapkan dengan persamaan berikut

I > S (full employment)

 Apabila semua faktor produksi memainkan perannya secara maksimal

maka keseimbangan pendapatan nasional yang dicapai dalam

perekonomian akan melebihi pendapatan nasional (Y). Kondisi tersebut

dapat diungkapkan dengan persamaan berikut

Ye > Y (full employment)

Keynes tidak setuju dengan pandangan yang dikemukakan dalam teori

kuantitas. Teori kuantitas menyatakan bahwa konsumsi jumlah mata uang yang

beredar akan menyebabkan tingkat harga naik, tetapi tidak akan menyebabkan

tingkat harga naik, tetapi tidak akan menyebabkan peningkatan pendapatan

nasional.

Kemudian Keynes percaya bahwa kenaikan harga tidak hanya bergantung

pada peningkatan jumlah uang beredar, tetapi juga pada kanaikan biaya produksi.

2.1.4.1.3 Teori Struktural

Teori sturktural adalah teori yang menjelaskan inflasi dari perspektif

jangka panjang. Hal tersebut berdasarkan penjelasannya yang menyoroti penyebab


26

inflasi, dan penyebab inflasi adalah kekauan atau infleksibilitas struktural ekonomi

suatu negara.

Menurut teori ini, terdapat dua ketegaran atau kekauan utama dalam

perekonomian negara berkembang yang dapat menyebebkan terjadinya inflasi,

yaitu ketegangan persediaan bahan makanan dan komoditas ekspor.

2.4.1.2 Macam-Macam Inflasi

Terdapat berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi dan

penggolongan mana yang kita pilih tergantung pada tujuan kita.

Penggolongan pertama didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut.

Beberapa macam inflasi:

i) Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)

ii) Inflasi sedang (antara 10-30% setahun)

iii) Inflasi berat (antara 30-100% setahun)

iv) Hiperinflasi (di atas 100% setahun)

Kedua macam inflasi ini jarang sekali dijumpai dalam praktek dalam

bentuknya yang murni. Pada umumnya, inflasi yang terjadi adalah kombinasi dari

kedua macam inflasi tersebut dan keduanya saling memperkuat satu sama lain.

Penggolongan yng ketiga adalah berdasarkan asal dari inflasi.

i) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)

ii) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)

2.4.1.2 Sumber Inflasi

i) Inflasi yang timbul kerena permintaan masyarakat akan berbagi barang

terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation.


27

Gambar 2.5 Permintaan Inflasi

Sumber: Boediono. (1985: 163), Ekonomi Moneter

Gambar 2.2 mengaambarkan suatu demand inflation. Karena permintaan

masyarakat akan barang-barang (aggregate demand) bertambah karena

bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang

atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor atau

bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah. Oleh

karena itu, kurva permintaan aggregat bergeser dari D 1 ke D2. Akibatnya tingkat

harga umum naik dari H1 ke H2.

ii) Inflasi yang timbul karena keniakan biaya produksi. Ini disebut cost

Inflation

Gambar 2.6 Cost Inflation

Sumber: Boediono. (1985: 163), Ekonomi Moneter


28

Pada gambar bisa dilihat bahwa bila biaya produksi naik, misalnya

kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau kenaikan

harga bahan bakar minyak maka kurva penawaran masyarakat bergeser dari S 1 ke

S2.

2.4.1.3 Dampak Inflasi

Dampak dari kedua sumber inflasi tersebut, dari segi kenaikan harga output

tidak berbeda, tetapi dari segi volume output (GDP rill) ada berbeda. Dalam kasus

demand inflation biasanya ada kecenderungan untuk output (GDP rill) menarik

bersama-sama dengan kenaikan harga umum. Besar kecilnya kenaikan output

tergantung kepada elastisitas kurva aggregate supply, semakian mendekati output

maksimum semakin tidak elastis kurva ini. Maupun sebaliknya, dalam kasus cost

inflation biasanya kenaikan harga-harga dibarengi dengan penurunan omzet

penjualan barang (kelesuan usaha).

Perbedaan yang lain dari kedua proses inflasi tersebut terletak pada urutan

kenaikan harga. Dalam demand-inflation kenaikan harga barang akhir (output)

mendahuluan kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor produksi

(upah dan sebagainya). Sebaliknya, dalam cost-inflation dapat dilihat bahwa

kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor produksi mendahului

kenaikan harga barang-barang akhir (output).

Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbuk dikarenakan defisit anggaran

belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, gagal panen yang

mengakibatkan ketidakmerataannya barang dan sebagainya. Inflasi yang berasal

dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga di luar
29

negeri atau di negara-negara langgangan berdagang Indonesia. Kenaikan harga

barang-barang yang kita impor mengakibatkan:

(1) Secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dari

barang-barang yang mencakup di dalamnya berasal dari impor

(2) Secara tidak langsung menaikan indeks harga melalui kenaikan biaya

produksi dan kemudian harga jual dari berbagai barang yang

menggunakan bahan mentah atau mesin-mesinyang harus di impor

(cost inflation)

(3) Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri

karena kemungkinan harga barang-barang impor mengakibatkan

kenaikan pengeluaran pemerintah/swasta yang berusaha mengimbangi

kenaikan harga impor tersebut (demand inflation).

Penularan inflasi dari luar negeri ke dalam negeri bisa pula lewat kenaikan

harga barang-barang ekspor. Kenaikan harga barang-barang yang kita ekspor

mengakibatkan:

(1) Bila harga barang-barang ekspor seperti kopi, teh, minyak kepala

sawit naik, maka indeks biaya hidup akan naik pula sebab barang-

barang tersebut langsung masuk dalam daftar barang-barang yang

tercakup dalam indeks harga

(2) Bila harga barang-barang ekspor seperti kayu, karet, timah dan

sebagainya naik, maka biaya produksi dari barang-barang yang

menggunakan barang-barang tersebut dalam proses produksinya


30

seperti perumahan, sepatu, kaleng dan sebaginya akan naik, kemudian

harga jualnya akan naik pula (cost inflation)

(3) Kenaikan harga barang-barang ekspor berarti kenaikan penghasilan

eksportir dan juga produsen barang-barang ekspor tersebut naik.

Kenaikan penghasilan ini kemudian akan dibelanjakan untuk membeli

barang-barang baik dari dalam maupun luar negeri. Bila jumlah

barang yang tersedia di pasar tidak bertambah akibatnya harga-harga

barang lain akan naik pula (demand inflation).

2.1.5 Suku Bunga

Suku bunga merupakan nilai presentase yang dihitung bedasarkan nilai

pokok hutang, pokok hutang harus dilunasi oleh debitur dalam jangka waktu

tertentu dan diterima oleh kreditur sebagai pendapatan atau biaya jasa. Suku bunga

digunakan untuk mengontrol kehidupan ekonomi suatu negara. Tingkat suku

bunga ditentukan oleh pemerintah untuk menjaga keberlangsungan ekonomi suatu

negara. Penetapan tingkat suku bunga pada tingkat tertenntu sangat penting bagi

investor yang ingin memperoleh hasil investasi yang lebih tinggi. Dari segi jenis

suku bunga dibagi menjadi dua jenis: suku bunga nominal dan suku bunga rill.

Suku bunga nominal adalah suku bunga yang ditentukan oleh nilai mata uang,

sehingga suku bunga tersebut biasanya dapat dikaetahui atau dibaca. Suku bunga

ini menunjukan jumlah mata uang yang diinvestasikan dalam nilai mata uang

(misalnya, dollar As atau rupee). Pada saat yang sama, tingkat bunga rill adalah

tingakat suku bunga yang di koreksi untuk inflasi, dan di definisikan sebagai

tingkat bunga yang dikurangi dengan tingakt bunga nominal dikalikan dengan

inflasi. Karena dinamika perubahan suku bunga rill, maka suku bunga akan selalu
31

berubah seiring dengan perubahan kondisi ekonomi dan inflasi. oleh karena itu,

penelitian ini menggunakan data suku bunga rill sebagai acuan untuk membaca

perubahan kondisi ekonomi objek penelitian yang diamati.

Pengaruh ini tentunya ditandai dengan adanya perubahan respon

masyarakat terhadap poin dasar suku bunga bank umum naik, misalnya suku

bunga deposito naik, maka masyarakat akan bereaksi terhadap kenaikan deposito

bank, begitu pula sebaliknya. Dari sisi suku bunga pinjaman, jika bank umum

menurunkan suku bunga, masyarakat akan berbondong-bondong ke bank untuk

mengajukan pinjaman Lebih khusus lagi pada sektor rumah tangga khususnya

KPR, jika suku bunga perumahan lebih rendah maka masyarakat akan lebih

tertarik utnuk mangajukan KPR, begitu pula sebaliknya.

Hubungan anatara konsumsi dan suku bunga menurut Sukirno (2000: 342)

memiliki arah yang berlawanan, yaitu semakin rendah tingkat bunga maka

semakin sedikit uang yang disimpan, yang berarti semakin banyak uang yang

digunakan utnuk konsumsi. Oleh karena itu, hubungan antara konsumsi dan suku

bunga kredit memiliki arah yang berlawanan, yaitu menaikkan suku bunga kredit

akan menurunkan pola konsumsi rumah tangga, begitu pula sebaliknya.

Menurut Mankiw (2003: 429), terkadang konsumsi tidak sesuai dengan

ekpetasi yang terjadi karena keterbatasan anggaran. Fisher mencoba membuat

persamaan untuk menganalisa batasan anggaran anggaran konsumsi dalam dua

periode, yaitu :

Pada periode pertama, tabungan sama dengan pendapatan dikurangi

konsumsi:

S=Y–C
32

Dalam periode kedua, konsumsi sama dengan akumulasi tabungan

(termasuk bunga tabungan) ditambah dengan pendapatan periode kedua, yaitu:

C2 = (1+r) S + Y1

Dimana r adalah tingkat bunga rill, variabel S menunjukan tabungan atau

pinjaman dan persamaan ini berlaku dalam kedau kasus. Jika konsumsi pada

periode pertama kurang dari pendapatan periode pertama, berarti konsumen

menabung dan S lebih besar dari nol. Jika konsumsi periode pertama melebihi

pendapatan periode pertama, konsumen meminjam dan S kurang dari 0. Untuk

menderivikasi batas anggaran konsumen, maka kombinasi persamaan (10) dan

persamaan (11) menghasilkan persamaan :

C2 = (1 + r)(Y1 - C1) + Y2

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul

penelitian penulis, yaitu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Penelitian/ Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian


Judul Variabel Variabel
(Sumber)

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Muhamad Inflasi Produk Pendapatan rill


Abdul Azis Suku Bunga Domestik Bruto berpengaruh positif
(2009) “Analisis Konsumsi (PDB) Per dan signifikan
Faktor-faktor Kapita terhadap konsumsi
yang Jumlah Uang pada derajat
Mempengaruhi Beredar (JUB) signifikan 5%, yaitu
Konsumsi pada tingkat
Masyarakat di koefisien sebesar
Provinsi Jawa 0,068135, yang
tengah Tahun berarti pendapatan
2003-2007 rill menyumbang
(studi kasus perubahan atau
33

No Penelitian/ Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian


Judul Variabel Variabel
(Sumber)

kota Semarang, kenaikan konsumsi


Solo, sebesar 0,068%.
Purwokerto dan Tingkat inflasi tidak
tegal)”. berpengaruh secara
signifikan terhadap
konsumsi pada
derajat 5%. Hal ini
menunjukan bahwa
masyarakat
cenderung tidak
menghiraukan
inflasi yang terjadi,
tingkat suku bunga
berpengaruh secara
signifikan terhadap
konsumsi dengan
tingkat koefisien
sebesar
0,00000037.

2. Sumarni (2016)  Pendapatan Per  Inflasi Hasil penelitian


“Pengaruh Kapita  Jumlah Uang secara parsial
Pendapatan Per  Suku Bunga Beredar (JUB) menunjukan bahwa
Kapita,  konsumsi pendapatan per
Tabungan, dan Kapita berpengaruh
Suku Bunga positif dan
terhadap signifikan terhadap
Konsumsi konsumsi
Masyarakat di masyarakat dengan
Indonesia” t hitung 3,094 >
2,2009 t tabel.
Tabungan tidak
signifikan terhadap
konsumsi dengan t
hitung 1,628 <
2,2009 t tabel.
Sedangkan suku
bunga tabungan
berpengaruh positif
secara signifikan
terhadap konsumsi
dengan t hitung
5,139 > 2,2009 t
tabel.
34

No Penelitian/ Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian


Judul Variabel Variabel
(Sumber)

3. Deviani nurul Konsumsi - hasil bahwa dalam


Meliani (2016). Jumlah Uang jangka panjang
“Analisis Beredar (JUB) Jumlah Uang
faktor-faktor PDB Per Kapita Beredar, Suku
yang Inflasi Bunga dan PDB
Mempengaruhi Suku Bunga signifikan positif
Pengeluaran terhadap
Konsumsi Pengeluaran
Masyarakat di Konsumsi
Indonesia tahun Masyarakat di
1995-2014” Indonesia,
sedangkan Inflasi
tidak signifikan
terhadap
Pengeluaran
Konsumsi
Masyarakat di
Indonesia. Pada
jangka pendek PDB
signifikan positif ,
sedangkan Jumlah
Uang Beredar, Suku
Bunga dan Inflasi
tidak signifikan
terhadap
Pengeluaran
Konsumsi
Masyarakat di
Indonesia.

4. Hotmaria Konsumsi  Pendapatan Pengaruh variabel


Sitanggang Suku Bunga Per Kapita bebas sebesar R2 =
(2014). Inflasi  Jumlah Uang 0,9514. Artinya
“Analisis Beredar (JUB) 95,14% PDRB,
Faktor-faktor SBD, Inflasi dan
yang Jumlah penduduk
mempengaruhi mempengaruhi
Konsumsi di konsumsi di
Povinsi Sumatera Utara.
Sumatera Hasil analisis data
Utara”. juga menunjukan
bahwa ODRB dan
jumlah penduduk
berpengaruh positif
35

No Penelitian/ Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian


Judul Variabel Variabel
(Sumber)

dan signifikan pada


α = 5% terhadap
konsumsi di
Sumatera Utara.
Variabel suku
bunga berpengaruh
negatif dan
signifikan terhadap
konsumsi di
Sumatera Utara.
Variabel inflasi
tidak signifikan
terhadap konsumsi
di Sumatera Utaraa.

5. Fathia Rizky Konsumsi Pendapatan Per Jumlah anggota


Ananda (2015). Kapita keluarga (X1)
“Analisis Suku Bunga semakin banyak
Pengaruh Sosial Inflasi atau mengalami
Ekonomi Jumlah Uang pertambahan
terhadap Beredar (JUB) sebesar 1 orang
Pengeluaran maka pengeluaran
Konsumsi konsumsi pada
Keluarga keluarga miskin
Miskin (Studi akan mengalami
pada kenaikan rata-rata
Masyarakat sebesar Rp.
Pesisir di Desa 84.105,03. Tingkat
Gisikcemandi pendidikan (X2)
dan Desa mengalami
Tambakcemand peningkatan selama
i Sedati satu tahun maka
Kabupaten pengeluaran
Sidoarjo)”. konsumsi pada
keluarga miskin
akan mengalami
kenaikan rata-rata
sebesar Rp.
59.38,91. Jam kerja
(X3) mengalami
peningkatan selama
satu jam maka
pengeluaran
konsumsi pada
36

No Penelitian/ Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian


Judul Variabel Variabel
(Sumber)

keluarga miskin
akan mengalami
kenaikan rata-rata
sebesar Rp.
66.735,18.
Pendapatan (X4)
mengalami
kenaikan sebesar
RP. 1 maka
pengaluaran
konsumsi pada
keluarga miskin
akan mengalami
kenaikan rata-rata
sebesar 0,947164
rupiah.

6. Risnawati, M.R Konsumsi Pendapatan Per Pendapatan rata-


Yantu, Rustam Kapita rata yang diperoleh
Abd. Rauf Suku Bunga petani responden
(2014). Inflasi padi sawah pada
“Pengaruh Jumlah Uang satu kali musim
Pendapatan Beredar (JUB) tanam di Desa
terhadap Karawana
Konsumsi Kecamatan Dolo
Masyarakat Kabupaten Sigi
Tani Padi yaitu sebesar RP.
Sawah di Desa 11.740.058,82/ha.
Karawan Hasil analisis
Kecamatan regresi menunjukan
Dolo Kabupaten bahwa desa
Sigi”. Karawana
Kecamatan Dolo
Kabupaten Sigi
pendapata
berpengaruh nyata
terhadap tingkat
konsumsi, sehingga
dapat ditarik
kesimpulan bahwa
variasi pendaptan
mempengaruhi
variasi konsumsi.
37

No Penelitian/ Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian


Judul Variabel Variabel
(Sumber)

7. Baginda  Konsumsi  Pendapatan Per Terdapat pengaruh


Persulian, Hasdi  Inflasi Kapita yang signifikan
Aimon, Ali  Suku Bunga antara konsumsi
Anis (2013).  Jumlah Uang periode
“Analisis Beredar (JUB) sebelumnya,
Konsumsi pendapatan
Masyarakat di dispodibel periode
Indonesia”. sekaarang dan
pendapatan
disposibel periode
sebelumnya secara
bersama-sama
terhadap tingkat
konsumsi
masyarakat di
Indonesia. Terdapat
pengaruh yang
signifikan antara
pendapatan
disposibel periode
sebelumnya,
konsumsi periode
sekarang, konsumsi
periode sebelumnya
dan suku bunga
periode sekarang
secara bersama-a-
sama terhadap
tabungan
masyarakat di
Indonesia. Terdapat
pengaruh yang
signifikan antara
inflasi periode
sekarang dan
jumlah uang
beredar periode
sekarang secara
bersama-sama
terhadap tingkat
suku bunga di
Indonesia. Terdapat
pengaruh yang
38

No Penelitian/ Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian


Judul Variabel Variabel
(Sumber)

signifikan antara
pendapatan periode
sekarang terhadap
pajak di Indonesia.
8. G Tapsin,  Konsumsi  Suku Bunga Hasil yang
(2014). “An  PDB per kapita  Inflasi diperoleh. PDB
analysis of  Jumlah Uang berpengaruh positif
household Beredar (JUB) pada tingkat
consumption kepercayaan 99%.
expenditures in Dalam penelitian ini
EA-18”. dilakukan pada
Euro Zona,
kenaikan 1 dollar
dalam PDB akan
meningkatkan
konsumsi rumah
tangga sebesar
0,566 dollar.

9. Brilliant Vanda  Konsumsi  PDB per kapita Hasil analisis dari


Kusuma (2008).  Inflasi penelitian ini
“Analisis  Suku Bunga menyebutkan
Faktor-faktor  Jumlah uang bahwa dalam
Yang Beredar jangka pendek
Mempengaruhi pengeluaran
Konsumsi konsumsi
Masyarakat di berpengaruh positif
Indonesia dan signifikan
Tahun 1988- terhadap
2005”. pendapatan
nasional, inflasi dan
suku bunga
deposito, sedangkan
jumlah uang
beredar tidak
berpengaruh
terhadap
pengeluaran
konsumsi di
Indonesia pada
tahun penelitian.

10. Yulia Angriani  Konsumsi  PDB Per Dalam Hasil


39

No Penelitian/ Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian


Judul Variabel Variabel
(Sumber)

(2008).  Inflasi Kapita penelitian


“Analisis  Suku Bunga  Jumlah Uang menunjukkan
Pengaruh Beredar (JUB) bahwa pendapatan
Pendapatan nasional
Nasional, berpengaruh positif
Inflasi, dan terhadap konsumsi
Suku Bunga rumah tangga di
terhadap Indonesia dengan
Konsumsi MPC sebesar 0,73
Rumah Tangga yang berarti 73 %
di Indonesia”. digunakan untuk
konsumsi dan 14 %
pajak dan sisanya
13% lagi untuk
ditabung. Kondisi
tersebut sejalan
dengan teori
terdapat hubungan
positif antara
tingkat tingkat
pendapatan dengan
tingkat konsumsi.
Dimana rumah
tangga akan
senantiasa
menaikkan
konsumsinya jika
terjadi kenaikan
dalam pendapatan.
Sementara suku
bunga kredit
berpengaruh negatif
terhadap Konsumsi
rumah tangga di
Indonesia. Hal ini
mengandung makna
bahwa rumah
tangga akan
mengurangi
konsumsinya dan
memilih untuk
menabung disaat
terjadi kenaikan
40

No Penelitian/ Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian


Judul Variabel Variabel
(Sumber)

bunga. sedangkan
Inflasi tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
konsumsi rumah
tangga di Indonesia.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan konsep yang mengungkapkan dan

menentukan konsep dan hubungan antara variabel yang akan dipelajari dan teori

yang dijelaskan dalam tinjauan pustaka. Oleh karena itu, kerangka mentalitas

merupakan sintesis dari hubungan antar variabel yang disusun menurut berbagai

teori yang telah diuraikan (Sugiyono, 2017: 60). Kerangka pemikiran diperlukan

untuk mempermudah penulis dalam melaksanakan penelitian tentang Analisis

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2000-2020.

2.3.1 Hubungan Jumlah Uang Beredar (JUB) dengan Pengeluaran

Konsumsi Rumah Tangga

Money supply atau jumlah uang beredar adalah seluruh persediaan uang.

Dalam suatu perekonomian. Jumlah uang beredar dapat berupa uang kartal, koin

dan saldo di rekening giro dan tabungan.

Menurut DN Meilani (2016) Hubungan jumlah uang beredar terhadap

pengeluaran konsumsi memiliki hubungan yang positif. Jika jumlah uang beredar

mengalami kenaikan maka daya konsumsi masyarakat akan lebih baik.

2.3.2 Hubungan Produk Domestik Bruto (PDB) Per Kapita dengan

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga


41

Produk Domestik Bruto (PDB) Per Kapita mempengaruhi konsumsi rumah

tangga di Indonesia. Jika PDB Per Kapita meningkat maka konsumsi rumah

tangga juga akan meningkat termasuk makanan dan non-makanan, begitu pula

sebaliknya, jika PDB Per Kapita menurun maka konsumsi rumah tangga juga akan

mengalami penurunan.

Konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan artinya pengeluaran atau

konsumsi bergantung pada pendapatan. Hal ini juga sejalan dengan teori yang

dikemukakan oleh Cash and Fair (2004: 73) hubungan antara konsumsi dan

pendapatan disingkat menjadi C = f(Y), kadang lebih disingkat C (Y). Oleh karena

itu, dapat disimpulkan dari persamaan ini bahwa terdapat hubungan yang positif

antara konsumsi dan pendapatan. Artinya jika pendapatan meningkat maka

konsumsi akan meningkat, sebaliknya jika pendapatan menurun maka konsumsi

juga akan menurun.

Maryam S (2002), menyatakan terdapat hubungan positif antara PDB per

kapita terhadap pengeluaran konsumsi. Dimana rumah tangga akan senantiasa

menaikkan konsumsinya jika terjadi kenaikan dalam tingkat pendapatan.

2.3.3 Hubungan Inflasi dengan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pengaruh Inflasi terhadap konsumsi rumah tangga menunjukkan bahwa

jika harga barang dan jasa naik, dan terjadinya Inflasi akan menyebabkan turunnya

nilai Rill dari pendapatan sehingga melemahkan daya beli masyarakat, terutama

dalam produksi dalam negri, sehingga berdampak turunnya daya beli masyarakat.
42

Penelitian sebelumnya (Yuli A, 2008) membuktikan bahwa inflasi berperan

dalam perubahan tingkat konsumsi masyarakat. Dengan kata lain, inflasi

berdampak besar pada konsumsi. Jika inflasi menurun maka daya konsumsi

masyarakat akan lebih baik. Oleh karena itu, hubungan antara inflasi berpengaruh

negatfi terhadap pengeluaran konsumsi.

2.3.4 Hubungan Suku Bunga dengan Pengeluaran Konsumsi Rumah

Tangga

Penelitian yang dikemukakan oleh Brillian Vanda Kusuma (2008)

menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap konsumsi rumah

tangga dikarenakan jika suku bunga mengalami penurunan maka masyarakat akan

mengkonsumsi lebih banyak dan menabung uang nya ke bank umum lebih sedikit.

Yuli A (2008) menegasaksan bahwa suku bunga berdampak besar pada

konsumsi. Jika suku bunga rendah maka daya konsumsi masyarakat akan lebih

baik karena banyak orang yang meminjam uang kepada bank umum. Oleh karena

itu, suku bunga memiliki hubungan negatif terhadap pengeluaran konsumsi.

Berdasarkan uraian di atas maka paradigma yang perlu diuji kebenarannya

adalah bagaimana pengaruh jumlah uang beredar, PDB per kapita, inflasi, suku

bunga, yang dapat disusun dalam kerangka pemikiran seperti pada gambar berikut

ini.

Jumlah Uang
Beredar (JUB)

Produk Domestik
Bruto (PDB) Per Pengeluaran
Kapita Konsumsi
Rumah
Tangga
43

Inflasi

Suku Bunga

Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dari permasalahan yang telah diuraikan, maka hipotesis yang

dapat diuji kebenarannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga secara parsial jumlah uang beredar (JUB) dan PDB per kapita,

berpengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga

sedangkan inflasi dan suku bunga berpengaruh negatif terhadap

pengeluaran konsumsi rumah tangga di Indonesia tahun 2000-2020.

2. Diduga secara bersama-sama jumlah uang beredar (JUB), PDB per kapita,

inflasi dan suku bunga berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi rumah

tangga Inodnesia tahun 2000-2020.


BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Menurut Arikunto (1998: 15), objek penelitian adalah variabel atau yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian, sedangkan subjek penelitian merupakan

tempat dimana variabel itu melekat. Variabel adalah sebuah fenomena yang

bervariasi dalam bentuk, kualitas, mutu, dan standar. Objek penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini berbeda-beda dalam setiap metode yang

digunakannya. Objek penelitian yang terdapat dalam penelitian ini Analisis

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia. Data yang akan digunakan

dalam penelitian ini berupa data sekunder.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif. Metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk mencari dan

menjelaskan unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat atau fenomena. Metode ini dimulai

dengan mengumpulkan data, menganalisis data, dan menginterpretasikan.

Sedangkan metode kuantitatif menurut Sugiyono (2017: 8) dapat diartikan sebagai

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan.

42
43

3.2.1 Operasional Variabel

Operasionalisasi variabel yaitu kegiatan menguraikan variabel menjadi

sejumlah variabel operasional (indikator yang langsung menunjukkan) pada hal-

hal yang diamati atau diukur, sesuai judul yang telah dipilih yaitu Analisis

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2000-2020. Berkaitan

dengan metode kuantitatif yang ke dua dan ke tiga yaitu regresi Ordinary Least

Squre (OLS) dengan time series, maka dalam hal ini penulis menggunakan dua

variabel yaitu sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Dependent Variabel)

Variabel bebas atau dependent variable merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependent (Sugiyono, 2017: 39). Variabel terikat dalam penelitian

ini yaitu Tangga Jumlah Uang Beredar (JUB), Produk Domestik Bruto

(PDB) Per Kapita, Inflasi, Suku Bunga.

2. Variabel Terikat (Independent Variabel)

Variabel terikat atau dependent variabel adalah variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017:

39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pengeluaran Konsumsi

Rumah Tangga.

Berikut ini adalah tabel operasionalisasi variabel.

Berikut penjelasan mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian

ini, disajikan dalam tabel 3.1.


44

Tabel 3.1 Operasional Variabel


No. Variabel Simbol Definisi Operasional Satuan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Jumlah Uang X1 Jumlah uang beredar Rupiah (Rp)
Beredar (JUB) yang dimaksud
dengan M1 (uang
kartal+uang giral), M2
(M1 + deposito), M3
(M1+M2) sebagai alat
transaksi pengeluaran
konsumsi rumah
tangga
2. Produk X2 Jumlah produk Rupiah (Rp)
Domestik Bruto domestik bruto (PDB)
(PDB) Per per kapita yang
Kapita mencerminkan
pengeluaran
konsumsi secara rill.
3. Inflasi X3 Laju inflasi Persen (%)
berdasarkan IHK .
4. Suku Bunga X4 Besarnya tingkat Persen (%)
bunga simpanan bank
umum.
5. Pengeluaran Y Jumlah pengeluaran Rupiah (Rp)
Konsumsi konsumsi masyarakat
Rumah Tangga Indonesia yang
merupakan makanan
dan non-makanan.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder berupa deret berkala (time

series). Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh Lembaga atau

pihak yang memang berfungsi sebagai pengumpul data dan hasilnya

dipublikasikan sehingga dapat diakses oleh umum atau masyarakat pengguna

data.

Menurut Sugiyono (2017:137) sumber data sekunder berasal dari data

perimer yang dikumpulkan oleh pengumpul data, diolah lebih lanjut dan
45

dipublikasikan dalam bentuk yang bermacam-macam seperti tabel-tabel dan

diagram. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Badan

Pusat Statistik (BPS).

3.2.2.1 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan data time

series, dimana data yang diambil merupakan data yang dipublis oleh Lembaga

yang sudah memiliki legalitas secara formal seperti Badan Pusat Statistik (BPS).

3.2.2.2 Populasi Sasaran

Menurut Sugiyono (2017: 80), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam

yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang

dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh

subyek/obyek itu sendiri (Sugiyono, 2017: 80), dalam penelitian ini sasaran

populasi yang dipilih yaitu Jumlah Uang Beredar, PDB Per Kapita, Inflasi, Suku

Bunga.

3.2.2.3 Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

penulis melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti

untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah


46

yang diteliti yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga di Indonesia. Teori

yang mendasari masalah-masalah konsumsi dan variabel lainnya yang

berhubungan ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Studi

kepustakaan ini dilakukan dengan membaca jurnal-jurnal dan penelitian

terdahulu lainnya tentang ekonomi dan pembangunan khususnya yang

berkaitan dengan kinerja konsumsi.

2. Penelitian Dokumenter

Penelitian dokumenter dilakukan dengan cara melihat, membaca,

menelaah, mengolah, dan menganalisa laporan-laporan mengenai ekonomi

dan pembangunan khususnya yang berkaitan dengan kinerja konsumsi.

3.3 Model Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dipaparkan sebelumnya, maka

peneliti menguraikan dalam bentuk model penelitian. Regresi linier berganda

Variabel pada penelitian ini terdiri dari jumlah uang beredar (X 1), PDB per kapita

(X2), inflasi (X3), suku bunga (X4), pengeluaran konsumsi rumah tangga (Y)

Adapun persamaan regresi linier (dalam bentuk logaritma) sebagai berikut:

LogY = β0 + β1LogX1 + β2LogX2 + β3X3 + β4X4 + e

Dimana:
Y = Pengeluaran Konsumsi
X1 = Jumlah Uang Beredar
X2 = Produk Domestik Bruto (PDB) Per Kapita
X3 = Inflasi
X4 = Suku Bunga
β0 = Konstanta
β1, β 2, β 3, β 4 = Koefisien regresi dari setiap variabel independen (elastisitas)
47

e = Error term

3.4 Teknik Analisis Data

3.4.1 Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh dari jumlah uang beredar, PDB per kapita,

inflasi, suku bunga terhadap pengeluaran konsumsi dengan menggunakan metode

regresi OLS (Ordinary Least Square) yang diolah dengan menggunakan program

Eviews 9. Ordinary Least Square (OLS) termasuk kepada metode ekonometrik di

mana terdapat variabel bebas sebagai variabel penjelas dan variabel terikat yang

dijelaskan dalam suatu persamaan linear. Dalam OLS hanya terdapat satu variabel

terikat, sedangkan variabel bebas nya bisa lebih dari satu.

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini terdapat empat

variabel dengan demikian model regresi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah model regresi berganda. OLS sendiri merupakan metode regresi yang

meminimalkan jumlah kesalahan (error) kuadrat. Metode linear yang dipakai

dalam metode OLS harus memenuhi asumsi BLUE (Best Linear Unbiased

Estimator) dalam melakukan pendugaan interval dan pengujian parameter regresi

populasi.Menurut Gujarati dalam Ghozali (2014:20) ada 11 asumsi supaya

penelitian dapat dikatakan BLUE, yaitu:

1. Model regresi linear: artinya linear dalam parameter seperti dalam

persamaan Yi = α + β1Xi + µi.

2. Nilai X di asumsikan non-stokastik: artinya nilai X dianggap tetap dalam

sampel yang berulang.

3. Nilai rata-rata kesalahan µi adalah nol atau E (µi | Xi) = 0.


48

4. Homoskedastisitas: artinya variance kesalahan sama untuk setiap periode

(Homo= Sama, Skedastisitas= Sebaran) dan dinyatakan dalam bentuk

matematis Var (µi | Xi) = σ2.

5. Tidak ada autokorelasi antar kesalahan (antara µi dan µj tidak ada korelasi)

atau secara matematis Cov(µi, µj | Xi, Xj) = 0.

6. Antara µi dan Xi saling bebas, sehingga Cov(µi | Xi) = 0.

7. Jumlah observasi, n harus lebih besar daripada jumlah parameter yang

diestimasikan (jumlah variabel babas).

8. Adanya variabilitas dalam nilai Xi, artinya nilai Xi harus berbeda.

9. Model regresi telah dispesifikasikan secara benar. Dengan kata lain tidak

ada bias (kesalahan) spesifikasi dalam model yang digunakan dalam

analisis empirik.

10. Tidak ada multikolonearitas yang sempurna antar variabel bebas.

11. Nilai kesalahan µi terdistribusi secara normal µi ~ N (0,σ2).

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Apabila terjadi penyimpangan akan asumsi klasik digunakan pengujian

statistik non parametrik. Sebaliknya asumsi klasik terpenuhi apabila digunakan

statistik parametrik untuk mendapatkan model regresi yang baik, model regresi

tersebut harus terbebas dari multikolinearitas, autokolerasi, dan

heteroskedastisitas.

3.4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah nilai

residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau
49

tidak. Dapat mengetahui apakah variabel-variabel yang dijadikan sebagai variabel

dependen ataupun yang dijadikan variabel independen mempunyai distribusi

normal atau tidak berdistribusi normal. Model regresi yang baik merupakan

distribusi data normal atau mendekati normal. Pada penelitian ini tingkat signifikan

adalah sebesar 0,05 kemudian untuk menarik kesimpulannya dilakukan pengujian

hipotesis pada persamaan hasil produksi adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai Probabilitas Jarque Bera (JB) < 0,05, maka residualnya

berdistribusi tidak normal.

2. Jika nilai Probabilitas Jarque Bera> 0,05, maka residualnya berdistribusi

normal.

3.4.2.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2002: 132) menyatakan bahwa multikolinearitas

mempunyai pengertian bahwa adanya hubungan linear yang “sempurna” atau pasti

di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Uji

multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu model regresi

dapat dilihat melalui nilai Variable Inflation Factor (VIF). Dengan dasar

pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Apabila angka Variable Inflation Factor (VIF) > 10 maka berarti telah

terjadi multikolinearitas antar variabel bebas yaitu variabel jumlah uang

beredar, PDB per kapita, inflasi, suku bunga dan pengeluaran konsumsi

rumah tangga.
50

2. Apabila angka Variable Inflation Factor (VIF) < 10 maka berarti tidak

terjadi multikolinearitas antar variabel bebas yaitu variabel jumlah uang

beredar, PDB per kapita, inflasi, suku bunga dan pengeluaran konsumsi

rumah tangga.

3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah kesalahan

pengganggu merupakan varian yang sama atau tidak. Heteroskedastisitas terjadi

karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model

regresi. Apabila asumsi ini terpenuhi, maka model regresi dinyatakan tidak valid

sebagai alat peramalan. Untuk mengetahui adanya hubungan atau tidak, salah satu

pengujiannya menggunakan metode Uji White dengan kriteria sebagai berikut:

1. Apabila Prob. Chi-Square < 0,05 artinya terjadi gejala heteroskedastisitas.

2. Apabila Prob. Chi-Square > 0,05 artinya tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas.

3.4.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), dimana apabila terjadi autokorelasi

dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan metode Breusch-

Godfrey Serial Correlation LM Test dengan kriteria:

a. Jika P-value > 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi.


51

b. Jika P-value <0,05 maka terjadi autokorelasi.

3.4.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk menetapkan suatu dasar penelitian,

sehingga dapat mengumpulkan bukti yang berupa data dalam menentukan

keputusan apakah menolak atau menerima kebenaran dari pernyataan atau asumsi

yang telah dibuat.

3.4.3.1 Uji Signifikansi Parameter (Uji t)

Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh

masing-masing variabel bebas secara individu terhadap variabel terikatnya

(Ghozali, 2011: 198). Dimana variabel bebas dalam penelitian ini yaitu jumlah

uang beredar, PDB per kapita, inflasi, suku bunga.

βi
t=
Se ( β ¿¿i)¿

Dimana:

βi : Koefisien Regresi

Se : Standar Deviasi

Uji t arah kanan dilakukan dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut.

a. H0 : β1,β2 ≤ 0

Artinya jumlah uang beredar dan PDB Per Kapita tidak berpengaruh

positif terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia.

b. H1 : β1,β2 > 0

Artinya jumlah uang beredar dan PDB Per Kapita berpengaruh positif

terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia.


52

Dengan demikian keputusan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

a. Jika thitung < ttabel dengan derajat keyakinan 95% (probability < 0,05), maka

H0 tidak ditolak, artinya terdapat pengaruh signifikan variabel jumlah uang

beredar dan PDB Per Kapita terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga

Indonesia.

b. Jika thitung >ttabel dengan derajat keyakinan 95% (probability < 0,05), maka

H0 ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan variabel jumlah uang

beredar dan PDB Per Kapita terhadap pengaluaran konsumsi rumah tangga

Indonesia

Uji t arah kiri dilakukan dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut.

a. H0 : β3,β4 ≥0

Artinya inflasi dan suku bunga tidak berpengaruh negatif terhadap

pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia.

b. H1 : β3,β4 <0

Artinya inflasi dan suku bunga berpengaruh negatif terhadap pengeluaran

konsumsi rumah tangga Indonesia.

Dengan demikian keputusan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

a. Jika thitung < -ttabel dengan derajat keyakinan 95% (probability < 0,05), maka

H0 tidak ditolak, artinya terdapat pengaruh signifikan variabel inflasi dan

suku bunga terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia.

b. Jika thitung > ttabel dengan derajat keyakinan 95% (probability < 0,05), maka

H0 ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan variabel inflasi dan

suku bunga terhadap pengaluaran konsumsi rumah tangga Indonesia.


53

3.4.3.2 Uji Signifikansi Bersama-sama (Uji F)

Uji F dikenal dengan uji serentak, yaitu uji untuk melihat bagaimana

pengaruh semua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat

(Ghozali, 2011: 98). Selain itu uji F juga dilakukan untuk mengetahui signifikansi

koefisien determinasi R2. Nilai F hitung dapat diformulasikan sebagai berikut

(Widarjono, 2006).

ESS/(k−1) R2 /( k−1)
Fk – 1, n – k = =
RSS /(n−k ) (1−R 2)/( n−k)

Dimana:

ESS : Explained Sum Square

RSS : Residual Sum Square

n : Jumlah Observasi

k : Jumlah Parameter Estimasi Termasuk Intersep/Konstanta

Sedangkan hipotesis dalam uji F ini adalah sebagai berikut:

1. H1 : β = 0

Artinya Jumlah Uang Beredar, PDB Per Kapita, Inflasi, Suku Bunga tidak

berpengaruh terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia

Tahun 2000-2020.

2. H1 : β ≠ 0

Artinya Jumlah Uang Beredar, PDB Per kapita, Inflasi, Suku Bunga

berpengaruh terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia

Tahun 2000-2020.
54

Dengan demikian keputusan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai Fstatistik ≤ nilai Ftabel maka H1 ditolak, artinya semua variabel bebas

tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

2. Jika nilai Fstatistik > nilai Ftabel maka H1 tidak ditolak, artinya semua variabel

bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.

3.4.3.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar

persentase varians dalam variabel terikat pada model dapat diterangkan oleh

variabel bebasnya (Gujarati, 2015).Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam

persentase, di mana nilai R2 berkisar antara 0 ≤ R2 ≤ 1. Kriteria dalam penentuan

keputusan R2 adalah sebagai berikut:

2. Jika nilai R2mendekati nol, maka antara variabel bebas dan variabel terikat

tidak ada keterkaitan.

3. Jika nilai R2 mendekati satu, maka antara variabel bebas dan variabel

terikat ada keterkaitan.

Kaidah penafsiran nilai R2 berarti apabila nilai R2 semakin tinggi, maka

proporsi total dari variabel bebas semakin besar dalam menjelaskan variabel

terikat, di mana sisa dari nilai R2 menunjukkan total variasi dari variabel bebas

yang tidak dimasukkan ke dalam model.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian
Pada bab ini, penulis akan menyajikan hasil dari kegiatan penelitian yang

telah dilakukan. Analisis yang dijabarkan terdiri dari analisis deskripftif dengan

menggunkaan data sekunder runtun waktu (time series) untuk menjelaskan objek

penelitian analisis pengeluaran konsumsi rumah tanga Indonesia tahun 2000-

2020. Penelitian ini berujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel

independen yang terdiri dari jumlah uang beredar, PDB Per kapita, inflasi,suku

bunga. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu program

komputer Economics E-Views (eviews).

4.1.1 Analisis Desktiptif

4.1.1.1 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Indonesia

Pengeluaran konsumsi rumah tanggga merupakan kegiatan atau kewajiban

pembayaran pengeluaran atas barang dan jasa yang dilakukan oleh masyarakat

Indonesia yang bertujuan untuk konsumsi. Dalam hal ini masyarakat berfungsi

sebagai pengguna akhir (Final Demand) atas berbagai jenis barang dan jasa yang

tersedia di dalam suatu perekonomian.

55
56

Gambar 4.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Indonesia tahun 2000-


2020
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), diolah 2021

Berdasarkan gambar 4.1 pengeluaran konsumsi rumah tangga di Indonesia

tahun 2000-2019 mengalami peningkatan disetiap tahunnya akan tetapi

pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia mengalami penurunan di tahun

2020. Komponen pendukung pengeluaran konsumsi rumah tangga terdapat pada

pendapatan masyarakat. Pengeluaran konsumsi terendah terdapat pada tahun 2000

sebesar Rp. 276.377 miliyar rupiah sampai menyetuh titik tertinggi pada tahun

2019 sebesar Rp. 8.965.837 miliyar rupiah. Pengeluaran konsumsi yang setiap

tahunnya mengalami peningkatan setiap tahunnya dipicu oleh peningkatan jumlah

penduduk yang menyebabkan kebutuhan setiap masyarakat yang harus dipenuhi

meningkat dan terdapat peningkatan terhadap pendapatan nasional yang mana

pendapatan nasional ini merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan setiap

masyarakatnya.

Penurunan angka di tahun 2020 disebabkan oleh pandemi COVID-19 yang

menyebabkan daya beli masyarakat menurun karena terdapat Kebijakan

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan oleh pemerintah


57

sehingga mobilitas terbatas, dan tidak terdapat adanya nilai tambah ekonomi yang

tercipta karena tidak ada aktivitas perdagangan yang mana tidak adanya alat

pemuas bagi kebutuhan masyarakat. Terdapat kebijakan dari pemerintah yang

menunjang atau menstabilkan pengeluaran konsumsi melalui bantuan dana sosial

yang sudah dianggarkan untuk masyarakat yang terkena dampak dari pandemi ini.

4.1.1.2 Perkembangan jumlah uang beredar

Jumlah uang beredar adalah keseluruhan uang yang dipegang oleh

masyarakat dalam waktu tertentu. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1)

meliputi uang kartal dan uang giral sedangkan dalam arti luas (M 2) meliputi M1,

uang kuasi, dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yaitu bank

Sentral dan Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat(BPR)

Gambar 4.2 Jumlah Uang Beredar (M1) di Indonesia Tahun 2000-2020


Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), diolah 2021

Berdasarkan gambar 4.2 jumlah uang beredar (M 1) di Indonesia tahun

2000-2020 mengalami peningkatan secara terus menerus. Komponen jumlah uang

beredar M1 yaitu uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giro (uang giro

dalam bentuk rupiah). Jumlah uang beredar terendah terapat pada tahun terdapat

pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp. 162.186 milyar rupiah dan jumlah uang beredar
58

tertinggi terdapat pada tahun 2020 sebesar Rp. 1.855.624,80 milyar rupiah.

Terjadinya peningkatan disetiap tahunnya diakibatkan terdapat momentum hari-

hari perayaan seperti tahun baru, hari natal, maupun hari raya yang menyebabkan

tingkat konsumsi masyarkat menjadi meningkat.

4.1.1.3 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PBD) Per Kapita

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah suatu produksi barang

dan jasa yang mampu dihasilkan negara dalam kurun waktu tertentu. Produk

Domestik Bruto Per Kapita merupakan gambaran dan hasil dari rata-rata

pendapatan yang diterima oleh setiap masyarakat selama satu tahun. Hasil dari

PDB Per Kapita adalah pembagian dari pendapatan setiap masyarakat dan jumlah

penduduk Indonesia.

Gambar 4.3 Produk Domestik Bruto (PDB) Per Kapita Indonesia tahun
2000-2020
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), diolah 2021

Berdasarkan gambar 4.3 terdapat PDB per kapita di Indonesia dalam kurun

waktu 21 tahun, PDB per kapita terendah terdapat pada tahun 2001 sebesar Rp.

796.400 milyar rupiah dan PDB per kapita tertinggi di tahun 2019 sebesar Rp.

4.450,70 milyar rupiah. PDB per kapita mengalami fluktuasi dari tahun 2000-

2012 mengalami peningkatan setiap tahunnya akan tetapi pada 3 tahun setelahnya
59

yaitu pada tahun 2013-2015 mengalami penurunan hal ini disebabkan oleh

pemulihan dari negara-negara yang terdampak krisis global, dari tahun 2015-2019

mengalami peningkatan dan terjadi penurunan kembali pada tahun 2020 yang

disebabkan oleh pandemik COVID-19.

4.1.1.4 Perkembangan Inflasi

Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam

jangka waktu tertentu. Terdapat 3 kriteria yang perlu diamati untuk bisa melihat

apakah telah terjadi inflasi, yaitu ketika terjadinya kenaikan harga satu barang

yang tidak mempengaruhi harga barang lain, sehingga harga tidak naik secara

umum, fenomena tersebut tidak bisa dikatakan inflasi. inflasi merupakan salah

satu indikator makro ekonomi yang berkaitan dengan daya beli masyarakat

sehingga pemerintah perlu mengendalikan harga-harga agar menjadi relatif dan

stabil.

Gambar 4.4 Inflasi Indonesia Tahun 2000-2020


Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), diolah 2021

Berdasarkan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa inflasi di Indonesia sangat

berfluktuasi inflasi yang tertinggi terdapat pada tahun 2005 mencapai 17,11%

sedangkan inflasi yang terendah terdapat pada tahun 2020 mencapai 1,68%.

Tingginya inflasi di Indonesia akan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi


60

masyarakat akan kebutuhan barang dan jasa domestik menjadi menurun. Adanya

peningkatan pada tahun 2005 disebabkan oleh kenaikan harga Bahan Baku

Minyak (BBM) bersubsidi yang mengakibatkan beberapa harga komoditas lain

mengikuti kenaikan dari inflasi tersebut.

4.1.1.5 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum

Suku bunga diartikan sebagai balas jasa yang diberikan bank kepada

masyarakat/nasabah yang membeli atau menjual produknya, bank akan

memberikan harga yang harus diberikan kepada nasabah yang memiliki simpanan

akan tetapi, berbanding terbalik kepada nasabah yang memiliki pinjaman kepada

bank, nasabah yang memiliki pinjaman kepada bank harus membayar harga yang

di pinjamnya kepada pihak bank.

Gambar 4.5 Suku Bunga Bank Umum Tahun 2000-2020


Sumber: Bank Indonesia (BI), diolah 2021

Berdasarkan gambar 4.5 menunjukan suku bunga bank umum dalam kurun

waktu 21 tahun mengalami fluktuasi. Suku bunga terendah terdapat pada tahun

2000 sebesar 12,17%, sedangkan suku bunga tertinggi terdapat pada tahun 2002

sebesar 20,21%. Dalam hal jika tingkat suku bunga bank umum mengalami

penurunan maka akan banyak masyarakat yang menyimpan uangnya di bank dan

akan mengurangi pengeluaran konsumsi setiap masyarakatnya. Jika tingkat suku


61

bunga naik maka masyarakat akan enggan untuk menyimpan uangnya di bank dan

akan membelanjakan uangnya untuk kebutuhan yang akan dipenuhinya.

4.1.2 Analisis Data

4.1.2.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Hasil analisis regresi linear berganda dari penelitian ini dapat dilihat pada

tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Analisis Regresi Linear Berganda


Pengaruh Jumlah Uang Beredar, PDB Per Kapita, Inflasi, Suku
Bunga terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Indonesia Tahun
2000-2020
Dependent Variable: LOG(Y)
Method: Least Squares
Date: 03/20/21 Time: 20:29
Sample: 1 21
Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.891192 1.502991 0.592945 0.5615


LOG(X1) -0.035350 0.021615 -1.635447 0.1215
LOG(X2) 0.949006 0.084319 11.25488 0.0000
X3 -0.017304 0.017605 -0.982899 0.3403
X4 0.013926 0.033172 0.419825 0.6802

R-squared 0.938760 Mean dependent var 14.97595


Adjusted R-squared 0.923451 S.D. dependent var 0.888951
S.E. of regression 0.245951 Akaike info criterion 0.236891
Sum squared resid 0.967873 Schwarz criterion 0.485586
Log likelihood 2.512649 Hannan-Quinn criter. 0.290864
F-statistic 61.31723 Durbin-Watson stat 1.113923
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 9

Keterangan:

Y = Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

X1 = Jumlah Uang Beredar

X2 = PDB Per Kapita

X3 = Inflasi

X4 = Suku Bunga
62

Berdasarkan Tabel 4.1 maka persamaan regresi dapat ditulis sebagai

berikut:

LogY = β0 - β1LogX1 + β2LogX2 - β3X3 + β4X4 + e

Y = 0,891192 - 0,035350X1 + 0,949005X2 - 0,017304X3 + 0,013926X4

dilihat dari persamaan maka diketahui koefisien setiap variabel bebas

adalah:

1. Nilai konstanta (β0) sebesar 0,891192, memiliki arti jika variabel

jumlah uang beredar, PDB per kapita, inflasi, suku bunga dianggap

konstan maka besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga akan naik

sebesar 0,89%.

2. Jumlah uang beredar memiliki koefisien -0,035350 dengan nilai

probabilitasnya 0,1215. Artinya setiap penurunan jumlah uang beredar

sebesar 1% maka akan menyebabkan pengeluaran konsumsi rumah

tangga naik sebesar 0,03%.

3. PDB Per Kapita memiliki koefisien 0,949005 dengan nilai

probabilitasnya 0,0000. Artinya setiap kenaikan PDB Per Kapita

sebesar 1% maka akan menyebabkan pengeluaran konsumsi rumah

tangga meningkat sebesar 0,94%.

4. Inflasi memiliki koefisien -0,017304 dengan nilai probabilitasnya

0,3403. Artinya setiap penurunan inflasi sebesar 1% maka akan

menyebabkan pengeluaran konsumsi rumah tangga naik sebesar

0,01,%.

5. Suku Bunga memiliki koefisien 0,013926 dengan nilai probabilitasnya

0,6802. Artinya setiap kenaikan suku bunga sebesar 1% maka akan


63

menyebabkan pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat sebesar

0,13%.

4.1.3 Uji Asumsi Klasik

Apabila terjadi penyimpangan akan asumsi klasik digunakan pengujian

statistik non parametrik. Sebaliknya asumsi klasik terpenuhi apabila digunakan

statistik parametrik untuk mendapatkan model regresi yang baik, model regresi

tersebut harus terbebas dari multikolinearitas, autokolerasi, dan

heteroskedastisitas.

4.1.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah nilai

residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau

tidak. Dapat mengetahui apakah variabel-variabel yang dijadikan sebagai variabel

dependen ataupun yang dijadikan variabel independen mempunyai distribusi

normal atau tidak berdistribusi normal. Model regresi yang baik merupakan

distribusi data normal atau mendekati normal. Pada penelitian ini tingkat signifikan

adalah sebesar 0,05 kemudian untuk menarik kesimpulannya dilakukan pengujian

hipotesis pada persamaan hasil produksi adalah sebagai berikut:

3. Jika nilai Probabilitas Jarque Bera (JB) < 0,05, maka residualnya

berdistribusi tidak normal.

4. Jika nilai Probabilitas Jarque Bera > 0,05, maka residualnya berdistribusi

normal.
64

Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas


Sumber: Hasil Pengolahan Eviesw 9

Berdasarkan hasil uji normalitas Jarque-Bera pada Gambar 4.6 diperoleh

nilai probability sebesar 0,473510 > 0,05 artinya data dalam penelitian ini

berdistribusi normal.

4.1.3.2 Uji Multikolinearitas

Untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu model regresi

dapat dilihat melalui nilai Variable Inflation Factor (VIF). Dengan dasar

pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Apabila angka Variable Inflation Factor (VIF) > 10 maka berarti telah

terjadi multikolinearitas antar variabel bebas yaitu variabel jumlah uang

beredar, PDB per kapita, inflasi, suku bunga dan pengeluaran konsumsi

rumah tangga.

2. Apabila angka Variable Inflation Factor (VIF) < 10 maka berarti tidak

terjadi multikolinearitas antar variabel bebas yaitu variabel jumlah uang

beredar, PDB per kapita, inflasi, suku bunga dan pengeluaran konsumsi

rumah tangga.
65

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas


Variance Inflation Factors
Date: 03/20/21 Time: 20:32
Sample: 1 21
Included observations: 21

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

C 2.258983 784.2128 NA
LOG(X1) 0.000467 22.48868 2.295198
LOG(X2) 0.007110 569.4142 2.209615
X3 0.000310 6.136367 1.561916
X4 0.001100 85.50033 2.167411

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 9

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.5 diperoleh nilai Centered

VIF pada setiap variabel bebsa kurang dari 10, maka dapat dikatakan bahwa tidak

terjadi masalah multikolinearitas.

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Untuk mengetahui adanya hubungan atau tidak, salah satu pengujiannya

menggunakan metode Uji White dengan kriteria sebagai berikut:

3. Apabila Prob. Chi-Square < 0,05 artinya terjadi gejala heteroskedastisitas.

4. Apabila Prob. Chi-Square>0,05 artinya tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas.

Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas


Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.893964 Prob. F(4,16) 0.4902


Obs*R-squared 3.835999 Prob. Chi-Square(4) 0.4287
Scaled explained SS 2.701604 Prob. Chi-Square(4) 0.6089

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 9


66

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 4.6 diperoleh nilai Pro.

Chi-Square sebesar 0,6089 > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi

gejala heteroskedastisitas.

4.1.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), dimana apabila terjadi autokorelasi

dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan metode Breusch-

Godfrey Serial Correlation LM Test dengan kriteria:

c. Jika P-value > 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi.

d. Jika P-value <0,05 maka terjadi autokorelasi.

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi


Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.101728 Prob. F(2,14) 0.1592


Obs*R-squared 4.849220 Prob. Chi-Square(2) 0.0885

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 9

Berdasarkan hasil uji pada tabel 4.7 diperoleh nilai Prob. Chi-Square

sebesar 0,0885 > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini tidak

terdapat gejala autokorelasi.


67

4.1.4 Uji Hipotesis

4.1.4.1 Uji Signifikansi Parameter (Uji t)

Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh

masing-masing variabel bebas secara individu terhadap variabel terikatnya dan

dilihat dari nilai probabilitas t-statistik dengan tingkat signifikansi atau

membandingkan t-hitung dengan t-tabel.

Tabel 4.2 Hasil Uji t


Jumlah Uang Beredar, PDB Per Kapita, Inflasi, Suku Bunga terhadap
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Indonesia Tahun 2000-2020

variabel t-statistik Probabilitas Signifikansi 5%

Jumlah Uang Beredar -1,635447 0,1215 Tidak Signifikan

PDB Per Kapita 11,25488 0,0000 Signifikan

Inflasi -0,982899 0,3403 Tidak Signifikan

Suku Bunga 0,419825 0,6802 Tidak Signifikan

Sumber:Hasil Pengolahan Eviews 9

Dilihat dari tabel 4.2 maka hasil interpretasinya adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Uang Beredar berhubungan negatif terhadap pengeluaran

konsumsi rumah tangga Indonesia dapat dilihat dari thitung < ttabel (-1,635447

< 1,74588 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran

konsumsi rumah tangga Indonesia dengan nilai probabilitasnya 0,1215 >

0,05 maka H0 tidak ditolak.

2. PDB Per Kapita berhubungan positif terhadap pengeluaran konsumsi

rumah tangga Indonesia dapat dilihat dari thitung > ttabel (11,25488 > 1,74588)
68

dan berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga

Indonesia dengan probabilitasnya 0,0000 < 0.05 maka H0 ditolak.

3. Inflasi berhubungan negatif terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga

Indonesia dapat dilihat dari thitung <ttabel (-0,982899 < 1,74588) dan tidak

berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran rumah tangga Indonesia

dengan nilai probabilitasnya 0,3403 > 0,05 maka H0 tidak ditolak.

4. Suku Bunga berhubungan negatif terhadap pengeluaran konsumsi rumah

tangga Indonesia dapat dilihat dari thitung < ttabel (0,419825 < 1,74588) dan

berpengaruh tidak signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah

tangga Indonesia dengan nilai probalititasnya 0,6802 > 0,05 maka H0

ditolak.

4.1.4.2 Uji Signifikansi Secara Bersama-sama (Uji F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dan

dilihat dari perbandingan antara Fhitung dengan Ftabel atau melihat probabilitas F-

statistiknya.

Tabel 4.3 Hasil Uji F


F-statistic 61.31723

Prob F-Statistic 0,000000

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 9

Dapat dilihat pada tabel 4.3 diketahui bahwa Fhitung > Ftabel (61,31723 >

3,01) atau nilai probabilitasnya Fhitung sebesar 0,000000 < 0,05. Maka H0 ditolak,

artinya secara bersama-sama semua variabel bebas yaitu jumlah uang beredar,
69

PDB per kapita, inflasi dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap

pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia tahun 2000-2020.

4.1.4.3 Koefisiensi Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila R2

mendekati 0 maka pengaruhnya semakin kecil sedangkan apabila R 2 mendekati 1

maka semakin besar pengaruhnya.

Tabel 4.4 Hasil Koefisiensi Determinasi (R2)


Adjusted R-Squared 0.923451

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 9

Dapat dilihat pada tabel 4.4 bahwa nilai R 2 (Adjusted R-Squared) sebesar

0,923451 atau 92,34%. Hal ini berarti variabel jumlah uang beredar, PDB per

kapita, inflasi dan suku bunga dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi rumah

tangga Indonesia sebesar 92,34% dan sisanya yaitu 7,66% dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak di analisis dalam penelitian ini.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Pengeluaran Konsumsi

Rumah Tangga Indonesia

Hasil regresi menunjukan bahwa variabel jumlah uang beredar memiliki

hubungan negatif terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia, artinya

ketika jumlah uang beredar mengalami kenaikan maka akan terdapat penurunan

terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia. Hasil hubungan yang

negatif dan tidak signifikan ini tidak sesuai dengan hipotesis di awal penelitian
70

yang menyatakan bahwa variabel jumlah uang beredar secara parsial mempunyai

hubungan yang positif terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian akan tetapi sesuai

dengan penelitian Brilliant Vanda Kusuma (2008).

Hipotesis awal menjelaskan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia,

tetapi hasil regresi penelitian jumlah uang beredar memiliki hubungan negatif dan

tidak signifikan artinya hasil hipotesis jumlah uang beredar terhadap pengeluaran

konsumsi rumah tangga Indonesai berbanding terbalik. Dikarenakan jumlah uang

yang beredar yang meningkat akan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga-

harga yang terus menerus juga meningkat yang dirasa sebagai masalah bagi

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sahari-hari.

4.2.2 Pengaruh PDB Per Kapita terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah

Tangga Indonesia

Hasil regresi menunjukan bahwa variabel PDB per kapita memiliki

hubungan positif terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia, artinya

ketika PDB per kapita mengalami kenaikan maka akan terdapat kenaikan terhadap

pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia. Hasil penelitian ini seusai dengan

hipotesis peneliti dan sesuai dengan hasil penelitian Sumarni (2016) dimana hasil

penelitiannya menyatakan bahwa PDB per kapita berpengaruh positif dan

signifikan terhadap konsumsi masyarakat.

Dalam hasil penelitian ini disebabkan dari kuatnya pertumbuhan ekonomi

yang dilihat dari pendapatan nasional yang tidak sejalan dengan perumbuhan

jumlah penduduknya, adapula peran investasi baik investasi yang berasal ari
71

dalam negeri maupun luar negeri yang meningkatkan dalam pembentukan PDB.

Pada kondisi dimana pertumbuhan ekonomi dirasa membaik maka akan

berdampak pada kenaikan pendapatan setiap masyakatanya yang pada akhirnya

akan mempengaruhi masyarakat dalam mengambil keputusan untuk melakukan

kegiatan pengeluaran konsumsi.

4.2.3 Pengaruh Inflasi terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Indonesia

Hasil regresi menyatakan bahwa variabel inflasi mempunyai hubungan

yang negatif namun tidak signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah

tangga Indonesia, artinya ketika inflasi mengalami penurunan maka pengeluaran

konsumsi rumah tangga Indonesia akan mengalami kenaikan. Hubungan negatif

dan tidak signifkan ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian yang menyatakan

bahwa variabel inflasi memiliki hubungan yang negatif secara parsial dan sesuai

dengan penelitian Brilliant Vanda Kusuma (2008).

Dalam penelitian ini menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh

signifikan yang mana inflasi yang meningkat yang akan menyebabkan kenaikan

terhadap harga-harga kebutuhan masyarakat, dengan demikian masyarakat telah

menyesuaikan dengan pendapatannya untuk melakukan konsumsi.

4.2.4 Pengaruh Suku Bunga terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah

Tangga Indonesia

Hasil regresi dalam penelitian ini menyatakan bahwa suku bunga memiliki

hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah

tangga Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa jika terdapat peningkatan terhadap

suku bunga bank umum maka tidak sejalan dengan pengeluaran konsumsi
72

Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan

bahwa suku bunga memiliki hubungan yang negatif terhadap pengeluaran

konsumsi rumah tangga Indonesia.

Dalam penelitian ini suku bunga bank umum tidak berpengaruh signifikan

dimana kebanyakan masyarakat Indonesia mengalami kemiskinan yang

pendapatanhya rendah. Pendapatan yang di hasilkan oleh masyarakat sebagaian

besar digunakan untuk pengeluaran konsumsi sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan dan sisanya ditabung. Pada umumnya masyarakat yang menabung

uangnya di bank umum hanya sebagian kecil yang memiliki pendapatan yang

besar untuk mendapatkan kempensasi bunga.

4.2.5 Pengaruh Jumlah Uang Beredar, PDB Per Kapita, Inflasi dan Suku

Bunga terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Indonesia

Tahun 2000-2020

Hasil regresi dalam penelitian ini menunjukan bahwa jumlah uang beredar,

PDB Per Kapita, Inflasi dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap

pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia tahun 2000-2020. Meskipun

jumlah uang beredar, inflasi dan suku bunga tidak berpengaruh signifikan

terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga, namun PDB per kapita

berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga dan

memiliki kemampuan yang nyata untuk berkontribusi dalam pengeluaran

konsumsi rumah tangga Indonesia tahun 2000-2020.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Secara parsial Jumlah Uang Beredar memiliki hubungan negatif dan

tidak berpengaruh signifikan, PDB Per Kapita memiliki hubungan

yang positif dan berpengaruh signifikan, sedangkan Inflasi memiliki

hubungan yang negatif dan tidak signifikan dan Suku Bunga memiliki

hubungan yang negatif dan tidak signifikan terhadap pengeluaran

konsumsi rumah tangga Indonesia tahun 2000-2020.

2. Secara bersama-sama Jumlah Uang Beredar, PDB Per Kapita, Inflasi,

Suku Bunga berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi

rumah tangga Indonesia tahun 2000-2020

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka penulis dapat memberikan saran kepada beberapa pihak.

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. PDB Per Kapita memiliki pengaruh yang nyata terhadap pengeluaran

konsumsi rumah tangga Indonesia karena PDB Per Kapita merupakan

alat untuk mencerminkan pengeluaran konsumsi secara rill. Maka dari

itu, PDB Per Kapita bisa dijadikan pertimbangan oleh pemerintah agar

73
74

tetap terjaga dan terus meningkat agar pengeluaran konsumsi rumah

tangga Indonesia juga mengalami peningkatan.

2. Inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengeluaran

konsumsi rumah tangga Indonesia. Meskipun demikian, pemerintah

harus menekan inflasi agar terjadinya peningkatan terhadap

pengeluaran konsumsi rumah tangga.

3. Jumlah Uang Beredar dan Suku Bunga tidak memiliki pengaruh

terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga di Indonesia maka

penulis memberi saran kepada pemerintah untuk mengontrol dan

mengendalikan jumlah uang beredar agar tidak menimbulkan kenaikan

harga-harga dan bisa meningkatkan kembali daya beli masyarakat.

Tingkat suku bunga yang stabil akan memberikan kepercayaan kepada

masyarakat untuk menyimpan uangnya di perbankan.


DAFTAR PUSTAKA

Algirafi, Guritno Mangkoesobroto. 1998. Teori ekonomi makro.


Yogyakarta:STIE YKPN
Arikunto 1988. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV,
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Badan Pusat Satistik. PDB Triwulanan Atas Dasar Harga Konstan menurut
Pengeluaran (Milyar Rupiah), 2020. Tersedia Online:
https://www.bps.go.id/indicator/169/1956/1/-seri-2010-pdb-triwulanan-
atas-dasar-harga-konstan-menurut-pengeluaran.html. [10 Maret 2021]
Badan Pusat Statistik (BPS), Indikator Ekonomi, Berbagai Tahun Penerbitan.
Badan Pusat Statistik (BPS), Statistik Tahunan, Berbagai Tahun Penerbitan.
Badan Pusat Statistik. Inflasi umum. Tersedia Online:
Baginda Persulian, Hasdi Aimon, Ali Anis (2013). “Analisis Konsumsi
Masyarakat di Indonesia”. FE Universitas Negeri Padang.
Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Berbagai Edisi Tahun
Penerbitan.
Boediono. (1985). Ekonomi Moneter, edisi 3. Bulaksumur
Boediono. (1994),Ekonomi Moneter, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta.
Brilliant Vanda Kusuma (2008). “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Konsumsi Masyarakat di Indonesia Tahun 1988-2005”.
Case and Fair. 2004. Prinsip-prinsip ekonomi makro. Jakarta: PT. Indeks.
Case, K.E and Fair, R.C. (2007), “Prinsip- Prinsip Ekonomi Jilid 1”,edisi
kedelapan.Jakarta : Erlangga.
Deviani nurul Meliani (2016). “Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengeluaran Konsumsi Masyarakat di Indonesia tahun 1995-2014”. FE
Universitas Islam Indonesia.
Dumairy, 1996. Perekonomian Indonesia , Jakarta : Erlangga
Fathia Rizky Ananda (2015). “Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi terhadap
Pengeluaran Konsumsi Keluarga Miskin (Studi pada Masyarakat Pesisir di
Desa Gisikcemandi dan Desa Tambakcemandi Sedati Kabupaten Sidoarjo)”.
FEB Universitas Brawijaya.
Ghozali, I. (2002). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. (2014). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Gujarati (2007) Ekonometrika dasar. Erlangga: Jakarta
Gujarati, D.N. dan Porter, D.C. (2015). Dasar-Dasar Ekonometrika Buku II Edisi
Kelima. Jakarta Selatan: Salemba Empat.

76
77

Hotmaria Sitanggang (2014). Jurnal Pendidikan Tabularasa. “Analisis Faktor-


faktor yang mempengaruhi Konsumsi di Povinsi Sumatera Utara”.
https://www.bps.go.id/indicator/3/1/1/inflasi-umum-.html. [10 Maret 2021]
Kusuma, B.(2008).” Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi
Masyarakat Di Indonesia (Tahun 1988-2005)”.Yogyakarta : FE Universitas
Islam Indonesia.
Mankiw, N. Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi, Edisi 2, Jilid 1, Jakarta:
Erlangga.
Mishkin, frederic S. 2008. Ekonomi, Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan. Edisi
8. Jakarta: Salemba Empat.
Muhamad Abdul Azis (2009) “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Konsumsi Masyarakat di Provinsi Jawa tengah Tahun 2003-2007”. FE
Universitas Sebelas Maret.
Pratama Rahardja dan Mandala Manurung. 2008. Teori Ekonomi Makro.
Yogyakarta: FE UI
Reksoprayitno, S. (1981). Ekonomi Makro : Analisis IS-LM dan Permintaan-
Penawaran Agregatif. Sawitsari
Reksoprayitno, Soediyono.(2000).”Ekonomi Makro (Analisis IS-LM Permintaan-
Penawaran Agregatif), Edisi Milenium”. BPFE : Yogyakarta.
Risnawati, M.R Yantu, Rustam Abd. Rauf (2014). “Pengaruh Pendapatan
terhadap Konsumsi Masyarakat Tani Padi Sawah di Desa Karawan
Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi”. FP Universitas Tadulako.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sukirno, Sadono. 2004. Teori Pegantar Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Sukirno, Sadono.2000.“Makro Ekonomi Modern Perkembangan Pemikiran dari
Klasik hingga Keynesian Baru”. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Sumarni (2016) “Pengaruh Pendapatan Per Kapita, Tabungan, dan Suku Bunga
terhadap Konsumsi Masyarakat di Indonesia”. FE Unversitas Negeri
Makasar.
Suparmoko Irwan 1992. Ekonomika Pembangunan.Yogyakarta: BPFE.
Suparmoko, M.(1991), Pengantar Ekonomika Makro , BPFE, Yogyakarta.
Tajul Khawalty. 2000. Infalsi dan solusinya. Jkarata: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Tapsin, G. (2014). “An analysis of household consumption expenditures in EA-
18”. Turkey: Faculty of Sciences, Istanbul Commerce University.
Tedy Herlambang, et al. Ekonomi Makro: Teori, Analisis, dan Kebijakan (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. 2001), p. 217
Yulia Angriani (2008). “Analisis Pengaruh Pendapatan Nasional, Inflasi, dan
Suku Bunga terhadap Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia”
78

Anda mungkin juga menyukai