Anda di halaman 1dari 2

Sang Singa

(KH.Zainal Mustofah,oleh Ni Putu Laksmi)

Kritik,hanya itu yang kau sampaikan pada Belanda.

Dan kurunganpun kau terima.

1942 yang mengaku saudara tua telah menang dan kaupun bebas.

Namun sekali lagi kebebasan terancam.

Rasa hormat pada Yang Maha Kuasa ternodai oleh manusia kerdil pojok timur asia.

Peluru melesat dan tak seujung jarumpun mengores sorban dan jubah putihmu.

Begitu suci rasa bhakti pada negri serta Yang Esa.

Aumanmu mengglegar keseluruh penjuru menggetarkan prajurit kerdil pojok timur asia.

Biar berdiri sendiri tak sedikitpun rasa gundah merasuk ke hati.

‘’Lebih baik mati ketimbang menuruti perintah orang-orang Jepang!”Katamu.

Semangatmu menyebar dikalangan santri bak tinta menetesi air

Berjuang tak henti menyuarakan takbir kebesaran Yang Esa.

‘’Allahu Akbar,Allahu Akbar’’Pujian kebesaran Tuhan selalu menyertai tiap langkah.

Bermodal semangat,bambu runcing,serta batu melawan yang katanya pelindung asia.

Petang hari 1944 yang membuat hati terenyuh melihat ke muka dan mendapati
melawan saudara sendiri,berat hati melangkah maju,kaupun mundur dengan ragu.

Sungguh-sungguh licik,mereka yang hendak kau lindungi malah termakan bualan


Jepang.

30 menit,ya hanya 30 menit kiranya 86 prajurit suci pimpinan Singanya Singaparna ini
nyatanya Syuahada.
Singaparna berduka,tertangkapnya dirimu dan tak berkabar sedikitpun,menambah
daftar panjang pejuang yang gugur demi merdeka.

Dulu ketika negeri terkoyak rakyat berontak …..


Dulu ketika keyakinan diinjak santri bertindak …..
Bangsa terjajah… Bangsa berdarah … maka MERDEKA adalah Anugrah

Anda mungkin juga menyukai