Anda di halaman 1dari 9

MINYAK BUMI

Minyak bumi merupakan campuran hidrokarbon yang terbentuk berjuta-juta tahun dari
dekomposisi bertahap hewan dan tumbuh-tumbuhan. Biasanya minyak bumi berada di bawah
permukaan tanah. Minyak kasar dibawa ke permukaan bumi melalui pengeboran dari dalam tanah
dan pemompaan untuk pemanfaatannya. Minyak kasar dibawa ke permukaan bumi melalui
pengeboran dari dalam tanah dan pemompaan untuk pemanfaatanya. Minyak kasar harus dikilang
(refining) melalui destilasi atau penyulingan bertingkat untuk memperoleh jenis bahan bakar
tertentu.
Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan) dan
oleum (minyak). Nama petroleum diberikan kepada fosil hewan dan tumbuhan yang ditemukan
dalam kulit bumi berupa gas alam, batubara, dan minyak bumi.
Pada tahun 1985, Indonesia termasuk penghasil minyak bumi yang utama di dunia. Pada
tahun 1961, Indonesia beserta 12 negara lainnya (Aljazair, Ekuador, Uni Emirat Arab, Gabon, Irak,
Iran, Kuwait, Liberia, Nigeria, Qatar, Saudi Arabia, dan Venezuela) mendirikan OPEC
(Organization of Petroleum Exporting Countries) yang berkantor pusat di Wina, Austria.

1. Pembentukan dan Eksplorasi


Minyak bumi terbentuk dari fosil-fosil hewan dan tumbuhan kecil yang hidup di laut dan
tertimbun selama berjuta-juta tahun lampau. Ketika hewan dan tumbuhan laut mati, jasad mereka
tertimbun oleh pasir dan lumpur di dasar laut. Setelah ribuan tahun tertimbun, akibat pengaruh
tekanan dan suhu bumi yang tinggi, lapisan-lapisan lumpur dan pasir berubah menjadi batuan.
Akibat tekanan dan panas bumi, fosil hewan dan tumbuhan yang terjebak di lapisan batuan
secara perlahan berubah menjadi minyak mentah dan gas alam. Kedua bahan tersebut
terperangkap di antara lapisan-lapisan batuan dan tidak dapat keluar. Sekarang, minyak bumi
banyak dijumpai di dasar laut dekat lepas pantai sehingga dibangun anjungan minyak bumi lepas
pantai dan daratan yang tidak jauh dari pantai. Hal ini akibat adanya gerakan kerak bumi yang
menimbulkan pergeseran pada lapisan batuan, seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Untuk mengetahui sumber minyak bumi diperlukan pengetahuan geologi dan pengalaman.
Pekerjaan ini merupakan tugas dan tanggung jawab para insinyur pertambangan dan geologi.
Tahap pertama eksplorasi minyak bumi adalah mencari petunjuk di permukaan bumi seperti
adanya lipatan-lipatan batuan. Lipatan-lipatan itu akibat tekanan gas dan minyak bumi yang
merembes ke dalam batuan berpori sehingga minyak bumi dapat naik ke permukaan, tetapi tidak
mencapai permukaan bumi karena tertahan oleh lapisan batuan lain.
Berdasarkan hasil pengamatan dan petunjuk struktur permukaan bumi, area selanjutnya
diselidiki menggunakan pancaran gelombang seismik. Pancaran gelombang seismik digunakan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


untuk menentukan struktur batuan pada lapisan kulit bumi. Gelombang seismik diciptakan
menggunakan ledakan kecil. Ledakan ini akan menghasilkan gelombang dan mengirimkannya
sampai kedalaman tertentu. Jika ada struktur batuan yang menggelembung (anti cline),
gelombang akan dipantulkan kembali. Pantulan ini dapat dideteksi oleh sensor sehingga dapat
diketahui secara akurat posisi minyak bumi
Untuk mengeluarkan minyak bumi dan gas alam dari lapisan batuan diperlukan pemboran
lapisan bumi hingga mencapai ke dasar lapisan batuan yang mengandung minyak bumi.
Kedalamannya dapat mencapai ratusan meter. Setelah dibor, pada awalnya minyak bumi akan
memancar sendiri akibat tekanan lapisan bumi yang tinggi, tetapi makin ke atas tekanan ini
makin lemah sehingga diperlukan tekanan dari luar. Ini dilakukan dengan cara memompa
menggunakan air atau udara hingga minyak bumi dapat dipompa keluar. Pengangkutan minyak
mentah dapat dilakukan dengan menggunakan kapal tanker.

2. Komposisi Minyak Bumi

Gas alam merupakan campuran dari alkana dengan komposisi bergantung pada sumbernya.
Umumnya, mengandung 80% metana (CH4), 7% etana (C2H6), 6% propana (C3H8), 4% butana
dan isobutana (C4H10), dan 3% pentana (C5H12). Gas alam yang dipasarkan sudah diolah
dalam bentuk cair, disebut LNG (liquid natural gas).
Minyak bumi hasil pertambangan yang belum diolah dinamakan minyak mentah (crude
oil). Minyak mentah merupakan campuran yang sangat kompleks, yaitu sekitar 50–95% adalah
hidrokarbon, terutama golongan alkana dengan berat molekul di atas 100–an; sikloalkana;
senyawa aromatik; senyawa mikro, seperti asam-asam organik; dan unsur-unsur anorganik
seperti belerang.
Hidrokarbon dalam minyak mentah terdiri atas hidrokarbon jenuh, alifatik, dan alisiklik.
Sebagian besar komponen minyak mentah adalah hidrokarbon jenuh, yakni alkana dan
sikloalkana. Di Indonesia, minyak bumi terdapat di bagian utara pulau Jawa, bagian timur
Kalimantan dan Sumatra; daerah Papua; dan bagian timur pulau Seram. Minyak bumi juga
diperoleh di lepas pantai utara Jawa dan pantai timur Kalimantan.
Minyak bumi yang ditambang di Indonesia umumnya banyak mengandung senyawa
hidrokarbon siklik, baik sikloalkana maupun aromatik. Berbeda dengan minyak dari Indonesia,
minyak bumi dari negara-negara Arab lebih banyak mengandung alkana dan minyak bumi Rusia
lebih banyak mengandung sikloalkana.

3. Pengolahan Minyak Bumi


Ada beberapa macam proses pengolahan minyak bumi, yaitu :
a. Destilasi

Proses ini disebut juga penyulingan minyak bumi, yaitu proses pemisahan fraksi-fraksi
minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didih. Namun destilasi pada minyak bumi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


dinamakan destilasi bertingkat, karena menggunakan beberapa tingkat suhu pendinginan
atau pengembunan.minyak mentah yang didestilasi dipanaskan pada suhu hingga 370°C.
Beberapa fraksi minyak bumi yang dihasilkan dari destilasi bertingkat antara lain :
1) Fraksi pertama merupakan gas yang pada akhirnya dicairkan kembali,dan dikenal
dengan nama gas elpiji (LPG: Liquified Petroleum Gas). Fraksi ini digunakan untuk
bahan bakar kompor gas dan kendaraan berbahan bakar gas.
2) Fraksi kedua disebut nafta (gas bumi). Narfta tidak dapat langsung digunakan, tetapi
diolah pada tahap kedua menjadi bensin (premium). Fraksi ini digunakan untuk bahan
bakar kendaraan bermotor.
3) Fraksi ketiga menghasilkan kerosin (minyak tanah) dan aftur (bahan bakar pesawat
udara).
4) Fraksi keempat menghasilkan solar yang digunakan untuk bahan bakar mesin diesel.
5) Fraksi kelima menghasilkan minyak pelumas dan residu yang berisi hidrokarbon rantai
panjang. Sisa pengolahan pada tahap ini adalah lilin dan aspal.
b. Cracking
Adalah proses pemecahan hidrokarbon molekul-molekul besar dalam fraksi minyak
bumi menjadi molekul yang lebih kecil. Contoh : pengubahan solar menjadi minyak tanah.
c. Reforming
Adalah pengubahan bentuk molekul bensin yang bermutu rendah (banyak
mengandung hidrokarbon rantai lurus) menjadi bensin yang bermutu baik (banyak
mengandung hidrokarbon rantai bercabang).
d. Polimerisasi
Proses penggabungan molekul-molekul kecil dalam minyak bumi menjadi molekul
yang lebih besar. Contoh penggabungan isobutena dengan isobutana menjadi isooktana yang
merupakan komponen bensin bermutu tinggi.
e. Treating
Proses pemurnian minyak bumi dengan menghasilkan zat-zat pengotornya yaitu
pengotor yang menimbulkan bau tidak sedap, lumpur, belerang, dsb.
f. Blending
Proses pencampuran minyak bumi dengan zat-zat aditif agar kualitasnya lebih baik.

4. Bilangan Oktan

Fraksi terpenting dari minyak bumi adalah bensin. Bensin digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan bermotor (perhatikan Gambar.2). Sekitar 10% produk distilasi minyak mentah adalah
fraksi bensin dengan rantai tidak bercabang.

Gambar.2 Pemanfaatan salah satu fraksi minyak bumi untuk kendaraan bermotor.

Dalam mesin bertekanan tinggi, pembakaran bensin rantai lurus tidak merata dan
menimbulkan gelombang kejut yang menyebabkan terjadi ketukan pada mesin. Jika ketukan ini
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
dibiarkan dapat mengakibatkan mesin cepat panas dan mudah rusak. Ukuran pemerataan
pembakaran bensin agar tidak terjadi ketukan digunakan istilah bilangan oktan. Bilangan oktan
adalah bilangan perbandingan antara nilai ketukan bensin terhadap nilai ketukan dari
campuran hidrokarbon standar.
Campuran hidrokarbon yang dipakai sebagai standar bilangan oktan adalah n-heptana dan
2,2,4-trimetilpentana (isooktana). Bilangan oktan untuk campuran 87% isooktana dan 13% n-
heptana ditetapkan sebesar 87 satuan. Terdapat tiga metode pengukuran bilangan oktan, yaitu:
a. pengukuran pada kecepatan dan suhu tinggi, hasilnya dinyatakan sebagai bilangan oktan
mesin;
b. pengukuran pada kecepatan sedang, hasilnya dinamakan bilangan oktan penelitian;
c. pengukuran hidrokarbon murni, dinamakan bilangan oktan road index.
Beberapa hidrokarbon murni ditunjukkan pada Tabel.2.
Hidrokarbon Bilangan Oktan Road Indeks
n-heptana 0
2-metil heptana 23
n-heksana 25
2-metil heksana 44
1-heptana 60
n-pentana 62
1-pentena 84
1-butena 91
sikloheksana 97
2,2,4-trimetil petana 100

Makin tinggi nilai bilangan oktan, daya tahan terhadap ketukan makin kuat (tidak terjadi
ketukan). Ini dimiliki oleh 2,2,4-trimetilpentana (isooktana), sedangkan n-heptana memiliki
ketukan tertinggi. Oleh karena 2,2,4-trimetilpentana memiliki bilangan oktan tertinggi (100) dan
n-heptana terendah (0) maka campuran kedua senyawa tersebut dijadikan standar untuk
mengukur bilangan oktan.
Untuk memperoleh bilangan oktan tertinggi, selain berdasarkan komposisi campuran yang
dioptimalkan juga ditambah zat aditif, seperti tetraetillead (TEL) atau Pb(C2H5)4. Penambahan
6 mL TEL ke dalam satu galon bensin dapat meningkatkan bilangan oktan 15–20 satuan. Bensin
yang telah ditambah TEL dengan bilangan oktan 80 disebut bensin premium. Metode lain untuk
meningkatkan bilangan oktan adalah termal reforming. Teknik ini dipakai untuk mengubah
alkana rantai lurus menjadi alkana bercabang dan sikloalkana. Teknik ini dilakukan pada suhu
tinggi (500–600°C) dan tekanan tinggi (25–50 atm).

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


1) Dampak Pembakaran Minyak Bumi

Jumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya, sehingga peningkatan kebutuhan
energi pun tak dapat dielakkan. Dewasa ini, hampir semua kebutuhan energi manusia diperoleh
dari konversi sumber energi fosil, misalnya pembangkitan listrik dan alat transportasi yang
menggunakan energi fosil sebagai sumber energinya. Secara langsung atau tidak langsung hal ini
mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk hidup karena sisa
pembakaran energi fosil ini menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya.Pencemaran udara
terutama di kota-kota besar telah menyebabkan turunnya kualitas udara sehingga mengganggu
kenyamanan lingkungan bahkan telah menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
Menurunnya kualitas udara tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil
yang tidak terkendali dan tidak efisien pada sarana transportasi dan industri yang umumnya
terpusat di kota-kota besar, disamping kegiatan rumah tangga dan kebakaran hutan. Hasil
penelitian dibeberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukan
bahwa kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara. Hasil penelitian di
Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi pencemaran CO sebesar
98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar 88,90% (Bapedal, 1992).

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam untuk
memenuhi kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
(misalnya udara dan iklim, air dan tanah). Berikut ini disajikan beberapa dampak negatif
penggunaan energi fosil terhadap manusia dan lingkungan:

Dampak Terhadap Udara dan Iklim

Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi,
batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida
(NOx),dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan
pemanasan global).

Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah dari
konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar fosil untuk
pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan
mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx tersebut berubah menjadi
asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.

Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara, setengah dari
konsentrasi SO2 juga berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat
membentuk asam sulfat (H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan asam.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk
asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan
tersebut turun hujan, air hujan tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang
merupakan pH “hujan normal”), yang dikenal sebagai “hujan asam”. Hujan asam menyebabkan
tanah dan perairan (danau dan sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan, dengan
asamnya tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk perairan, hujan asam
akan menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya. Selain itu hujan asam secara
langsung menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk).

Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar gas NOx, SO2,
O3 di udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Smog
dapat menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi jangkauan mata dalam
memandang.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara. Emisi
CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi
peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global. CO2 tersebut menyerap sinar matahari
(radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer menjadi naik. Hal
tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.

Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal, antara lain, dari gas
bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi adalah gas metana. Metana
merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemasanan global.

Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga menghasilkan
karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5
ton karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang
dilepas oleh minyak akan mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton

Dampak Terhadap Perairan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak bumi
yang tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan
tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan.
Pada dasarnya pencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia.

Dampak Terhadap Tanah

Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari pertambangan
batu bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam pertambangan
terbuka (Open Pit Mining). Pertambangan ini memerlukan lahan yang sangat luas. Perlu
diketahui bahwa lapisan batu bara terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut
digunakan untuk pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk
pertanian atau hutan selama waktu tertentu.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Anda mungkin juga menyukai