Minyak bumi merupakan campuran hidrokarbon yang terbentuk berjuta-juta tahun dari
dekomposisi bertahap hewan dan tumbuh-tumbuhan. Biasanya minyak bumi berada di bawah
permukaan tanah. Minyak kasar dibawa ke permukaan bumi melalui pengeboran dari dalam tanah
dan pemompaan untuk pemanfaatannya. Minyak kasar dibawa ke permukaan bumi melalui
pengeboran dari dalam tanah dan pemompaan untuk pemanfaatanya. Minyak kasar harus dikilang
(refining) melalui destilasi atau penyulingan bertingkat untuk memperoleh jenis bahan bakar
tertentu.
Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan) dan
oleum (minyak). Nama petroleum diberikan kepada fosil hewan dan tumbuhan yang ditemukan
dalam kulit bumi berupa gas alam, batubara, dan minyak bumi.
Pada tahun 1985, Indonesia termasuk penghasil minyak bumi yang utama di dunia. Pada
tahun 1961, Indonesia beserta 12 negara lainnya (Aljazair, Ekuador, Uni Emirat Arab, Gabon, Irak,
Iran, Kuwait, Liberia, Nigeria, Qatar, Saudi Arabia, dan Venezuela) mendirikan OPEC
(Organization of Petroleum Exporting Countries) yang berkantor pusat di Wina, Austria.
Gas alam merupakan campuran dari alkana dengan komposisi bergantung pada sumbernya.
Umumnya, mengandung 80% metana (CH4), 7% etana (C2H6), 6% propana (C3H8), 4% butana
dan isobutana (C4H10), dan 3% pentana (C5H12). Gas alam yang dipasarkan sudah diolah
dalam bentuk cair, disebut LNG (liquid natural gas).
Minyak bumi hasil pertambangan yang belum diolah dinamakan minyak mentah (crude
oil). Minyak mentah merupakan campuran yang sangat kompleks, yaitu sekitar 50–95% adalah
hidrokarbon, terutama golongan alkana dengan berat molekul di atas 100–an; sikloalkana;
senyawa aromatik; senyawa mikro, seperti asam-asam organik; dan unsur-unsur anorganik
seperti belerang.
Hidrokarbon dalam minyak mentah terdiri atas hidrokarbon jenuh, alifatik, dan alisiklik.
Sebagian besar komponen minyak mentah adalah hidrokarbon jenuh, yakni alkana dan
sikloalkana. Di Indonesia, minyak bumi terdapat di bagian utara pulau Jawa, bagian timur
Kalimantan dan Sumatra; daerah Papua; dan bagian timur pulau Seram. Minyak bumi juga
diperoleh di lepas pantai utara Jawa dan pantai timur Kalimantan.
Minyak bumi yang ditambang di Indonesia umumnya banyak mengandung senyawa
hidrokarbon siklik, baik sikloalkana maupun aromatik. Berbeda dengan minyak dari Indonesia,
minyak bumi dari negara-negara Arab lebih banyak mengandung alkana dan minyak bumi Rusia
lebih banyak mengandung sikloalkana.
Proses ini disebut juga penyulingan minyak bumi, yaitu proses pemisahan fraksi-fraksi
minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didih. Namun destilasi pada minyak bumi
4. Bilangan Oktan
Fraksi terpenting dari minyak bumi adalah bensin. Bensin digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan bermotor (perhatikan Gambar.2). Sekitar 10% produk distilasi minyak mentah adalah
fraksi bensin dengan rantai tidak bercabang.
Gambar.2 Pemanfaatan salah satu fraksi minyak bumi untuk kendaraan bermotor.
Dalam mesin bertekanan tinggi, pembakaran bensin rantai lurus tidak merata dan
menimbulkan gelombang kejut yang menyebabkan terjadi ketukan pada mesin. Jika ketukan ini
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
dibiarkan dapat mengakibatkan mesin cepat panas dan mudah rusak. Ukuran pemerataan
pembakaran bensin agar tidak terjadi ketukan digunakan istilah bilangan oktan. Bilangan oktan
adalah bilangan perbandingan antara nilai ketukan bensin terhadap nilai ketukan dari
campuran hidrokarbon standar.
Campuran hidrokarbon yang dipakai sebagai standar bilangan oktan adalah n-heptana dan
2,2,4-trimetilpentana (isooktana). Bilangan oktan untuk campuran 87% isooktana dan 13% n-
heptana ditetapkan sebesar 87 satuan. Terdapat tiga metode pengukuran bilangan oktan, yaitu:
a. pengukuran pada kecepatan dan suhu tinggi, hasilnya dinyatakan sebagai bilangan oktan
mesin;
b. pengukuran pada kecepatan sedang, hasilnya dinamakan bilangan oktan penelitian;
c. pengukuran hidrokarbon murni, dinamakan bilangan oktan road index.
Beberapa hidrokarbon murni ditunjukkan pada Tabel.2.
Hidrokarbon Bilangan Oktan Road Indeks
n-heptana 0
2-metil heptana 23
n-heksana 25
2-metil heksana 44
1-heptana 60
n-pentana 62
1-pentena 84
1-butena 91
sikloheksana 97
2,2,4-trimetil petana 100
Makin tinggi nilai bilangan oktan, daya tahan terhadap ketukan makin kuat (tidak terjadi
ketukan). Ini dimiliki oleh 2,2,4-trimetilpentana (isooktana), sedangkan n-heptana memiliki
ketukan tertinggi. Oleh karena 2,2,4-trimetilpentana memiliki bilangan oktan tertinggi (100) dan
n-heptana terendah (0) maka campuran kedua senyawa tersebut dijadikan standar untuk
mengukur bilangan oktan.
Untuk memperoleh bilangan oktan tertinggi, selain berdasarkan komposisi campuran yang
dioptimalkan juga ditambah zat aditif, seperti tetraetillead (TEL) atau Pb(C2H5)4. Penambahan
6 mL TEL ke dalam satu galon bensin dapat meningkatkan bilangan oktan 15–20 satuan. Bensin
yang telah ditambah TEL dengan bilangan oktan 80 disebut bensin premium. Metode lain untuk
meningkatkan bilangan oktan adalah termal reforming. Teknik ini dipakai untuk mengubah
alkana rantai lurus menjadi alkana bercabang dan sikloalkana. Teknik ini dilakukan pada suhu
tinggi (500–600°C) dan tekanan tinggi (25–50 atm).
Jumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya, sehingga peningkatan kebutuhan
energi pun tak dapat dielakkan. Dewasa ini, hampir semua kebutuhan energi manusia diperoleh
dari konversi sumber energi fosil, misalnya pembangkitan listrik dan alat transportasi yang
menggunakan energi fosil sebagai sumber energinya. Secara langsung atau tidak langsung hal ini
mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk hidup karena sisa
pembakaran energi fosil ini menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya.Pencemaran udara
terutama di kota-kota besar telah menyebabkan turunnya kualitas udara sehingga mengganggu
kenyamanan lingkungan bahkan telah menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
Menurunnya kualitas udara tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil
yang tidak terkendali dan tidak efisien pada sarana transportasi dan industri yang umumnya
terpusat di kota-kota besar, disamping kegiatan rumah tangga dan kebakaran hutan. Hasil
penelitian dibeberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukan
bahwa kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara. Hasil penelitian di
Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi pencemaran CO sebesar
98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar 88,90% (Bapedal, 1992).
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi,
batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida
(NOx),dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan
pemanasan global).
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah dari
konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar fosil untuk
pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan
mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx tersebut berubah menjadi
asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara, setengah dari
konsentrasi SO2 juga berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat
membentuk asam sulfat (H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan asam.
Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar gas NOx, SO2,
O3 di udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Smog
dapat menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi jangkauan mata dalam
memandang.
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal, antara lain, dari gas
bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi adalah gas metana. Metana
merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemasanan global.
Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga menghasilkan
karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5
ton karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang
dilepas oleh minyak akan mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton
Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari pertambangan
batu bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam pertambangan
terbuka (Open Pit Mining). Pertambangan ini memerlukan lahan yang sangat luas. Perlu
diketahui bahwa lapisan batu bara terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut
digunakan untuk pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk
pertanian atau hutan selama waktu tertentu.