Anda di halaman 1dari 7

UTS NUTRIGENOMIK

MEMBUAT SUMMARY TENTANG NUTRIGENOMIK


PADA DIABETES MELITUS

Dosen :
Prof. dr. H.M Sulchan, MSc, Sp.GK

Disusun Oleh :
Nama : Novianti Lestari
NIM : G2B020033
Kelas : A

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2021-2022
1. Definisi Nutrigenomik

Nutrigenomik adalah ilmu yang mempelajari hubungan molekuler antara zat


makanan dan respon gen, yang bertujuan supaya dapat meramalkan bagaimana perubahan
pada unsur-unsur tersebut dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Nutrigenomik
merupakan ilmu pengetahuan baru, sehingga memiliki beberapa definisi yang berbeda.
Nutrigenomik mempunyai fokus pada pengaruh zat gizi terhadap genome, proteome, dan
metabolome, sehingga nutrigenomik dihubungkan dengan gagasan mengenai kebutuhan
zat gizi perseorangan berdasarkan genotipnya.

Kaput dan Raymond L Rogriguez ( 2004), pakar biologi molekuler dan seluler
Universitas California, mengemukakan konsep dasar berkembangnya ilmu ini dilandasi
oleh fakta-fakta yang telah terdokumentasi dan dikenal sebagai 5 prinsip nutrigenomik,
yaitu pertama, zat-zat makanan, baik langsung maupun tak langsung, berpengaruh pada
genom manusia, yang dalam aksinya dapat mengubah ekspresi atau struktur gen. Kedua,
pada kondisi tertentu dan bagi beberapa individu, diet merupakan faktor risiko yang
serius sebagai penyebab munculnya sejumlah penyakit. Ketiga, besarnya pengaruh
nutrien pangan dapat menyehatkan atau menyebabkan sakit tergantung pada susunan
genetik masing-masing individu. Keempat, beberapa gen yang diregulasi oleh diet
memainkan peranan dalam inisiasi, insiden, progresi, dan atau keparahan suatu penyakit
kronis. Kelima, konsumsi makanan yang didasarkan pada pengetahuan akan kebutuhan
gizi (nutrisi), status gizi, dan genotipe individu dapat digunakan untuk mencegah,
meredakan, atau menyembuhkan penyakit kronis.

2. Tujuan Utama Nutrigenomik


▪ Untuk kesesuaian nutriome (contohnya kombinasi asupan nutrien) dengan status
genome (contohnya genom yang diturunkan atau didapat), sehingga dapat memelihara
genom, ekspresi gen, metabolisme, dan fungsi sel dapat terus-menerus berjalan
normal dan seimbang; interpretasi lebih baik atas data hasil studi intervensi
epidemiologi dan klinis mengenai dampak kesehatan faktor makanan, yang dapat
membantu memperbaiki rekomendasi nutrisi personal.
▪ Untuk menganalisis karakter dari masing-masing individu.
▪ Untuk menggunakan informasi tersebut dalam pencegahan penyakit yang
berhubungan dengan gaya hidup dengan efektifitas dari konsumsi dan komponen
makanan. Nutrisi berbasis genomik dapat meningkatkan pengetahuan untuk
melakukan diet dan pemilihan gaya hidup yang mungkin dapat mengubah kerentanan
terhadap penyakit dan meningkatkan potensi kesehatan (Kato, 2008).
3. Penerapan Nutrigenomik
Nutrigenomik merupakan studi yang mempelajari genetik manusia yang mengandung
DNA dan instruksi untuk hidup manusia. Gen merupakan ’blueprint’ manusia. Dengan
mempelajari cara membaca blueprint dan memperbaiki kelemahan yang ada, tubuh
menjadi lebih sehat dan lebih tangguh; ekspresi epigenetik gen manusia menentukan
kesehatan atau penyakit.
Nutrien dan komponen makanan dapat mempengaruhi dan mengatur regulasi gen
manusia secara langsung maupun tidak langsung, termasuk aktivitas sebagai ligan dari
faktor transkripsi dan mempunyai peranan dalam mengatur jalur signaling metabolit,
dengan efek positif maupun negatif. Oleh karena itu, nutrigenomik menunjukkan
bagaimana faktor asupan berpengaruh terhadap ekspresi gen dan kemudian berpengaruh
terhadap protein dan metabolitnya. Pendekatan umum adalah pemeriksaan tingkat mRNA
individu dihubungkan dengan asupan komponen makanan tertentu. Strategi nutrigenomik
meliputi analisis ekspresi gen dan profil biokimia. Sebagai contoh, asupan kolesterol
dapat menghambat transkripsi gen 3-hydroxy 3-methylglutaryl-CoA reductase
(HMGCR), dan PUFA omega-3 dapat menurunkan transkripsi gen platelet-derived
growth factor dan interleukin-1β.
Dari riwayat keluarga, dapat dinilai kerentanan tubuh terhadap penyakit tertentu. Hal
ini dapat menunjukkan risiko diabetes, penyakit jantung, Alzheimer, atau kanker.
Penelitian menunjukkan bahwa stres, tidur, dan lingkungan memainkan peran untuk
manifestasi beberapa penyakit yang juga dipengaruhi oleh variasi genetik manusia.
Epigenetik merupakan studi yang mempelajari pengaruh lingkungan terhadap ekspresi
gen yang dapat menunjukkan bahwa perubahan pola makan dan lingkungan dapat
mengubah reaksi gen kita secara keseluruhan.
Analisis genetik dapat memberitahukan langkah biokimia agar vitamin, mineral, dan
asam amino bekerja dengan baik. Mutasi gen tertentu dapat meningkatkan kebutuhan
vitamin dan mineral tertentu untuk fungsi normalnya. Contoh, jika seseorang mengalami
perlambatan enzim COMT (catechol-O-methyl transferase), bisa saja memiliki ambang
lebih rendah terhadap stres; magnesium dan vitamin C dapat membantu enzim mencapai
fungsi normal, menurunkan respons stres dan risiko disfungsi akibat stres. Analisis
genetik dapat membantu menilai ’celah’ tubuh dan cara memperbaiki melalui manipulasi
nutrisi tertentu.
Terdapat lebih dari 10 juta SNPs pada masing-masing individu. Penambahan SNPs
dalam jumlah kecil dapat meningkatkan risiko penyakit tertentu (1% pada beberapa
kasus, dapat meningkatkan risiko hingga 20- 70%). Banyak varian cukup umum disebut
polimorfisme bisa diwariskan lebih dari ratusan atau ribuan generasi. Nutrigenomik
bukan hanya memperbaiki SNP tertentu saja, tetapi juga dapat digunakan untuk
meningkatkan fungsi seluruh genome dengan analisis riwayat keluarga, stres, analisis
darah, diet saat ini, obat-obatan yang dapat mencetuskan defisiensi dan suseptibilitas
genetik.

4. Kaitan antara Nutrigenomik dengan Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, glukosa darah tidak
dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. Penderita
DM mempunyai resiko untuk menderita komplikasi yang spesifik akibat perjalanan
penyakit ini, yaitu retinopati (bisa menyebabkan kebutaan), gagal ginjal, neuropati,
aterosklerosis (bisa menyebabkan stroke), gangren, dan penyakit arteria koronaria
(Coronary adery dtsease). Diabetes melitus adalah salah satu penyakit keturunan yang
bersifat poligen atau multi faktor genetik. Artinya bukan hanya satu gen saja tetapi
interaksi antar gen. Sehingga sulit untuk menentukan secara tepat berapa persentase
faktor genetik yang menyebabkan terjadinya penyakit ini.

Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara makanan yang dikonsumsi


dengan berbagai penyakit degeneratif maupun penyakit yang melibatkan gen seperti
kardiovaskuler, diabetes melitus dan kanker. Saat ini sedang berkembang berbagai
penelitian tentang pengaruh makanan atau nutrisi terhadap gen sehingga mempengaruhi
ekspresi protein. Nutrigenomik adalah ilmu yang mempelajari huurea nitrogen dan
molekuler antara zat makanan dan respon gen, yang bertujuan untuk mengetahui
bagaimana perubahan pada berbagai unsur tersebut dapat mempengaruhi kesehatan
manusia.

Interaksi zat makanan dengan genetika

Manusia memiliki 9,9% identitas gen mereka. Perbedaan berat, tinggi, warna
mata/rambut, dan penampilan lainnya hanya 0,1% dari sekuens gen dan perbedaan ini, di
antara faktor lain, juga menentukan kebutuhan nutrisi dan risiko NTCD (Neural Tube
Closure Defect). Single Nucleotide Polymorphisms (SNPs) merupakan alasan utama
terjadinya variasi genetik dan sering mengubah kode protein. Penelitian menunjukkan
beberapa gen dan variasinya dapat diregulasi dan dipengaruhi oleh nutrisi atau makanan
dari diet dan variasi molekuler ini bermanfaat untuk kesehatan manusia.

Dalam nutrigenomik, zat makanan dipandang sebagai signal yang dapat berinteraksi
dengan promoter gen tertentu sehingga ekspresi gen tersebut dapat meningkat atau
berkurang. Sekali berinteraksi dengan gen, zat makanan akan mengubah gen, ekspresi
protein, dan produk metabolit sesuai tingkat signal zat makanan tersebut. Dengan
demikian, diet yang berbeda akan menimbulkan perbedaan pola gen, ekspresi protein, dan
produk metabolit. Nutrigenomik mencoba menggambarkan atau menguraikan pola-pola
yang dikenal sebagai penanda diet. Gen yang dipengaruhi oleh berbagai tingkatan zat
makanan perlu diidentifikasi, baru kemudian ditentukan cara mengaturnya. Perbedaan
cara pengaturan merupakan akibat perbedaan gen individu. Contoh gen yang dapat
mempengaruhi zat tertentu :

Gen diabetes melitus tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan


meningkatnya kadar glukosa darah akibat resistensi insulin. Pada resistensi insulin, hati,
otot, dan lemak tidak merespons insulin. Kadar glukosa darah yang stabil perlu untuk
menyediakan energi bagi otak, otot, dan organ; kelebihan energi akan disimpan di
jaringan lemak. Saat kadar glukosa darah turun, sel-sel alfa pankreas akan memproduksi
glukagon, yang akan menstimulasi hati untuk mengubah glikogen menjadi glukosa dan
melepaskan glukosa ke dalam darah, sehingga kadar glukosa dalam darah naik. Pada saat
kadar glukosa darah naik, sel beta pankreas akan memproduksi insulin yang
mempertahankan glukosa tetap berada di dalam hati dan menstimulasi jaringan otot dan
lemak untuk menyerap glukosa dari darah.

Banyak penelitian menyatakan bahwa diabetes melitus tipe 2 juga dipengaruhi oleh
faktor genetik. Penelitian di Belanda menyatakan bahwa anak yang lahir dengan berat
lahir rendah pada kondisi kelaparan memiliki kadar glukosa darah setelah makan lebih
tinggi. Penelitian di India menyatakan bahwa bayi dengan indeks massa tubuh (IMT)
rendah pada 2 tahun pertama kehidupan memiliki risiko tinggi terkena diabetes. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa gizi buruk pada janin dan bayi memberi pengaruh buruk
pada mekanisme yang mengatur toleransi karbohidrat.
5. Manfaat Nutrigenomik

Manfaat nutrigenomik untuk masa sekarang ini memang belum banyak dirasakan,
karena untuk melakukan pemeriksaan gen masih memerlukan biaya yang mahal. Namun
di masa yang akan datang, kemungkinan pemeriksaan gen akan lebih murah dan mudah
dilakukan, karena penelitian tentang nutrigenomik dewasa ini mulai berkembang dengan
pesat.
Diharapkan dengan bertambahnya pengetahuan di bidang ini, akan timbul
pemahaman tentang bagaimana zat makanan mempengaruhi jalur metabolik dan
homeostatik. Dengan demikian, dapat digunakan untuk mencegah perkembangan
penyakit yang berhubungan dengan diet seperti obesitas dan diabetes type.
DAFTAR PUSTAKA

Jujuk Proboningsih, 2015, ‘Nutrigenomik Alternatif Penanganan Kesehatan Di Masa Depan’,


JURNAL KEPERAWATAN, Vol. VIII No 1, hal 50 – 52.

Angeline Fanardy, 2020, ‘ Tinjauan Nutrigenomik’, vol. 47 no. 2, hal 134 – 138.
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/viewFile/358/158

Nutrigenomik dan Kesehatan, Bondan Prasetyo,


https://media.neliti.com/media/publications/89800-ID-nutrigenomik-dan-kesehatan.pdf

Arifa Mustika, 2014, ‘Keamanan Penggunaan Ekstrak Etanol Singawalang (Petiveria


allfacea) Pada Fungsi Ginjal Mencit’,
https://repository.unair.ac.id/59583/14/karil7.KeamananPenggunaanokk.pdf

Anda mungkin juga menyukai