Anda di halaman 1dari 2

Hal ini berawal ketika seorang pembunuh

misterius menggunakan nama lamanya dan


meneror masyarakat. Rangkaian film
Rurouni Kenshin mengisahkan tentang
seorang pengembara bernama Kenshin
Himura (Takeru Satoh), bekas pembunuh
berdarah dingin di Jepang dengan latar
tahun1860-an.

Bukan Naskah Terbaik, Namun Masih


Menghargai Materi Originalnya

Jika dibandingkan dengan tiga film


sebelumnya, “Rurouni Kenshin: The
Final” bisa dibilang merupakan film
dengan ranking terendah. Dalam segi
PEDANG TERBALIK penulisan naskah, plot atau alur yang
(INVERTED SWORD) disajikan kurang memikat untuk diikuti,
terutama bagi penggemar baru yang sama
Rurouni Kenshin merupakan film live sekali tidak mengikuti anime dan
action yang diadaptasi dari serial manga manganya.
populer Rurouni Kenshin karya Nobuhiro.
Kisah pertama dalam serial yang berfokus Meski begitu, penulisan karakter Enishi
pada Kenshin Himura (Takeru Sato) ini Yukishiro sudah sangat bagus. Mulai dari
akan berlatar pada 1868 pasca Perang desain karakter, prinsip, serta motifnya
Bakumatsu. Awalnya, Kenshin menjadi sangat jelas. Enishi merupakan karakter
seorang pembunuh bernama Hitokiri antagonis dengan latar belakang yang
Battosai dengan kemampuannya yang realistis, kompleksitas akan rasa dendam
tiada banding. Terjebak di Pulau Tak dan tindakan yang Ia ambil mampu
Berpenghuni Namun, setelah perang membuat penonton dilema. Kemudian
berakhir, ia mengganti namanya dan berpadu dengan karakter Kenshin yang
memutuskan untuk menolong orang-orang sudah mantap dalam franchise ini sejak
yang membutuhkan. Ia melakukan hal awal. Terendah antara yang terbaik,
tersebut dengan bantuan Inverted Sword, “Rurouni Kenshin: The Final” masih
sebuah pedang yang bilahnya terbalik. konsisten dengan mempertahankan materi
Sayangnya, keinginan Kenshin untuk aslinya. Terutama kisah utama yang
meninggalkan kehidupan yang brutal berhubungan protagonis kita, Kenshin.
tidaklah mudah. Sekalipun telah Ada sedikit kelemahan pada kisah karakter
meninggalkan pedang lamanya, membantu pendukung dalam semesta Samurai X yang
orang yang membutuhkan, bahkan hingga sayangnya tidak terlalu dikembangkan
membantu Kaoru Kamiya (Emi Takei) dalam live action-nya. Namun tidak
mengurus dojonya, masa lalu tetap mempengaruhi plot pertama sebagai
mengikutinya. sebuah film dengan alur yang jelas.
Koreografi Pertarungan yang Dinamis Pasalnya, kedua film terakhir tersebut
dan Menggugah didominasi dialog dan berjalan amat
lambat, tak seperti film action pada
Sudah memasuki sekuel keempat, tim umumnya. Ada pertarungan, tapi tak
produksi masih mempertahankan kualitas banyak. Terutama Rurouni Kenshin: The
produksi proyek live action ini. Mulai dari Beginning, paruh awal film berjalan amat,
sinematografi, properti, dan lokasi syuting, amat lambat. Pertemuan serta dialog
sudah tidak mengejutkan lagi bahwa tim Kenshin dan Tomoe jadi sajian sejam
produksi berani maksimal. penuh. Tomoe (Kasumi Arimura) jadi
Satu kelemahan ada pada musik latar atau sosok vital dalam penggambaran hidup
scoring yang kurang remarkable. Pada Kenshin (Foto: (dok. Netflix via YouTube)
proses produksi satu ini, editor tampak Namun itu beralasan, Tomoe lah kunci dan
tidak yakin dengan tema scoring seperti wanita paling berpengaruh di hidup
apa yang hendak diaplikasikan. Namun, Kenshin. Ialah kunci persimpangan
bukan kekurangan yang terlalu mencolok. Battousai menjadi Kenshin yang cinta
damai. Kenshin yang kita saksikan di
Koreografi pertarungan bisa jadi poin cerita awal waralaba Rurouni Kenshin
paling unggul dalam “Rurouni Kenshin: ternyata bukanlah pribadi yang sederhana,
The Final”. Mulai dari adegan pembuka, bukan sekadar pengembara, bukan sekadar
kita akan langsung melihat pertarungan samurai 'insyaf'. Kenshin bukanlah pribadi
yang memberikan statement pada Enishi yang banyak bicara, maka untuk
Yukishiro sebagai karakter antagonis mengkonstruksi kepribadiannya
pertama dalam film ini. Semacam dibutuhkan banyak 'celoteh' orang di masa
memberikan perkenalan yang tidak bisa lalu.
dilupakan oleh penonton.

Seiring berjalannya film, kita akan terus


disuguhkan dengan berbagai adegan
pertarungan dengan koreografi yang
menggugah, didukung dengan pengaturan
angle kamera dan sinematografi yang
artistik. Sutradara dan koreografer tampak
sangat maksimal dalam menciptakan satu
per satu adegan pertarungan atau duel
dalam film ini.

Kaya Dialog dan Amat Lambat

Rasanya Rurouni Kenshin: Final Chapter


(The Final dan The Beginning) tidak bisa
ditonton dan dinilai tanpa berbekal
pengalaman menyaksikan tiga film
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai