P ENY USUNA N K AJI A N DAN P ETA P OTENSI W I LAY A H TATA GUNA LAHAN
Tabel 5.1 Wilayah Yang Perlu Dikendalikan dan Wilayah Yang Perlu Didorong Perkembangannya di Kabupaten Pesisir Barat
Konsentrasi Perwujudan Dominasi
Kesesuaian Daya Dukung Dampak Arahan
Pemanfaatan Penggunaan Lahan Kecamatan Luas (Ha) % Rencana Pemanfaatan
Lahan Lahan Negatif Wilayah
Ruang Pola Ruang Ruang
Konsentrasi
Tingkat Rendah
Konsentrasi Hutan Lindung Tidak Sesuai NGAMBUR 35.742 0.244 Kawasan Kendala Tidak Tidak Terjadi Ada Wilayah yang
Rendah terwujud didorong
Hutan Produksi Tidak Sesuai NGARAS 36.683 0.251 Kawasan Kendala Tidak Tidak Terjadi Ada Wilayah
terwujud kendali
Hutan Produksi Tidak Sesuai NGAMBUR 388.377 2.657 Kawasan Kendala Tidak Terjadi Ada Wilayah
terwujud kendali
Hutan Produksi Sesuai NGAMBUR 0.333 0.002 Kawasan Potensial Tidak Tidak Terjadi Tidak ada Wilayah
terwujud kendali
Kawasan Bandara Tidak Sesuai PESISIR 1.975 0.014 Kawasan Kendala - Tidak Terjadi Ada Wilayah
TENGAH kendali
Kawasan Bandara Tidak Sesuai KRUI 1.148 0.008 Kawasan Kendala - Tidak Terjadi Ada Wilayah
SELATAN kendali
Kawasan Bandara Sesuai PESISIR 36.598 0.250 Kawasan Potensial - Tidak Terjadi Ada Wilayah
TENGAH kendali
Kawasan Bandara Sesuai KRUI 3.494 0.024 Kawasan Potensial - Tidak Terjadi Ada Wilayah
SELATAN kendali
Kawasan Industri Sesuai PESISIR 7.888 0.054 Kawasan Potensial Terwujud Tidak Terjadi Ada Wilayah
SELATAN kendali
Kawasan Perikanan Budi Tidak Sesuai LEMONG 59.355 0.406 Kawasan Kendala Tidak Tidak Terjadi Ada Wilayah
Daya terwujud kendali
Kawasan Perikanan Budi Tidak Sesuai PESISIR 15.481 0.106 Kawasan Kendala Terwujud Tidak Terjadi Ada Wilayah
Daya SELATAN kendali
Kawasan Perikanan Budi Tidak Sesuai NGAMBUR 0.207 0.001 Kawasan Kendala Terwujud Tidak Terjadi Ada Wilayah
Daya kendali
Kawasan Perikanan Budi Sesuai LEMONG 8.053 0.055 Kawasan Potensial Terwujud Tidak Terjadi Tidak ada Wilayah yang
Daya didorong
Kawasan Perikanan Budi Sesuai PESISIR 41.820 0.286 Kawasan Potensial Terwujud Tidak Terjadi Tidak ada Wilayah yang
Daya SELATAN didorong
Kawasan Perikanan Budi Sesuai NGAMBUR 0.116 0.001 Kawasan Potensial Terwujud Tidak Terjadi Tidak ada Wilayah yang
Daya didorong
Kawasan Perikanan Budi Sesuai KRUI 46.063 0.315 Kawasan Potensial Terwujud Tidak Terjadi Tidak ada Wilayah yang
Daya SELATAN didorong
Kawasan Perkebunan Tidak Sesuai LEMONG 407.819 2.790 Kawasan Kendala Tidak Terjadi Ada Wilayah
Rakyat terwujud kendali
Kawasan Perkebunan Tidak Sesuai PESISIR 1,047.582 7.166 Kawasan Kendala Tidak Terjadi Ada Wilayah
Rakyat SELATAN terwujud kendali
Gambar 5-1 Peta Zona Kendali dan Zona Yang Didorong di Kabupaten Pesisir Barat
Sumber: Hasil Pengolahan GIS dan Hasil Analisis, 2021
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR BARAT 5-12
LAP OR A N AK HI R
P ENY USUNA N K AJI A N DAN P ETA P OTENSI W I LAY A H TATA GUNA LAHAN
Gambar 5-2 Peta Zona Kendali dan Zona Yang Didorong Berdasarkan Rencana Pola Ruang di Kabupaten Pesisir Barat
Sumber: Hasil Pengolahan GIS dan Hasil Analisis, 2021
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR BARAT 5-13
LAP OR A N AK HI R
P ENY USUNA N K AJI A N DAN P ETA P OTENSI W I LAY A H TATA GUNA LAHAN
pembatasan kegiatan diluar fungsi utama dan kegiatan untuk mendukung fungsi utama
perlu didorong.
3. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya: kawasan ini masuk pada
kelas III dimana potensi pengembangan wilayahnya dikategorikan menjadi daya dukung
lahan tingkat sedang. Kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan pada kategori
kelas ini adalah penggunaan lahan tidak dapat digunakan untuk pertanian intensitas sangat
tinggi dan tinggi, namun masih memungkinkan untuk pertanian intensitas sedang. Memiliki
sifat-sifat baik dengan faktor pembatas kemiringan yang agak curam. Bisa digunakan untuk
pertanian, namun perlu perhatian serius dan upaya konservasi yang baik karena resiko erosi
cukup besar. Pengembangan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
perlu memperhatikan kondisi kemiringan yang curam dan tingkat erosi yang tinggi,
kegiatan yang dapat dilakukan pada kawasan ini adalah kegiatan yang menunjang
fungsi utama kawasan terutama perlindungan keanekaragaman keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya sebagai penyangga fungsi kehidupan,
pelestarian alam dan pelestarian cagar budaya.
4. Sempadan Pantai: kawasan ini masuk pada kelas III dimana potensi pengembangan
wilayahnya dikategorikan menjadi daya dukung lahan tingkat sedang. Kegiatan
pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan pada kategori kelas ini adalah penggunaan
lahan tidak dapat digunakan untuk pertanian intensitas sangat tinggi dan tinggi, namun masih
memungkinkan untuk pertanian intensitas sedang. Memiliki sifat-sifat baik dengan faktor
pembatas kemiringan yang agak curam. Bisa digunakan untuk pertanian, namun perlu
perhatian serius dan upaya konservasi yang baik karena resiko erosi cukup besar. Oleh
sebab itu, pada lahan kelas ini, sempadan sungai perlu dijaga kelestarianya melalui
pembatasan kegiatan diluar fungsi utama dan kegiatan untuk mendukung fungsi utama
perlu didorong.
5. Ruang Terbuka Hijau: kawasan ini masuk pada kelas III dimana potensi pengembangan
wilayahnya dikategorikan menjadi daya dukung lahan tingkat sedang. Kegiatan
pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan pada kategori kelas ini adalah penggunaan
lahan tidak dapat digunakan untuk pertanian intensitas sangat tinggi dan tinggi, namun masih
memungkinkan untuk pertanian intensitas sedang. Memiliki sifat-sifat baik dengan faktor
pembatas kemiringan yang agak curam. Bisa digunakan untuk pertanian, namun perlu
perhatian serius dan upaya konservasi yang baik karena resiko erosi cukup besar. Oleh
sebab itu, pada lahan kelas ini, runag terbuka hijau perlu dijaga kelestarianya melalui
pembatasan kegiatan diluar fungsi utama dan kegiatan untuk mendukung fungsi utama
perlu didorong.
6. Kawasan Hutan Produksi: kawasan ini masuk pada kelas III dimana potensi pengembangan
wilayahnya dikategorikan menjadi daya dukung lahan tingkat sedang. Kegiatan
pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan pada kategori kelas ini adalah penggunaan
lahan tidak dapat digunakan untuk pertanian intensitas sangat tinggi dan tinggi, namun masih
memungkinkan untuk pertanian intensitas sedang. Selain itu, lahan pada kategori kelas ini
memiliki sifat-sifat baik dengan faktor pembatas kemiringan yang agak curam. Bisa
digunakan untuk pertanian, namun perlu perhatian serius dan upaya-upaya konservasi yang
baik karena resiko erosi cukup besar. Perlu pengelolaan hati-hati untuk tanaman semusim,
tindakan konservasi lebih sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku, saluran
bervegetasi, dam penghambat, disamping tindakan untuk menjaga kesuburan dan kondisi
fisik tanah. Oleh sebab itu, pada lahan ini, kawasan hutan produksi khususnya hutan
produksi terbatas dilakukan secara terbatas pemanfaatanya baik luasan dan jenis
tanaman yang diusahakan dengan memperhatikan kondisi kemiringan yang curam dan
tingkat erosi yang tinggi serta pelestarian kawasan hutan pasca panen karena hutan ini
juga bisa berfungsi sebagai kawasan penyangga.
7. Kawasan Perkebunan Rakyat: kawasan ini masuk pada kelas III dimana potensi
pengembangan wilayahnya dikategorikan menjadi daya dukung lahan tingkat sedang.
Kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan pada kategori kelas ini adalah
penggunaan lahan tidak dapat digunakan untuk pertanian intensitas sangat tinggi dan tinggi,
namun masih memungkinkan untuk pertanian intensitas sedang. Selain itu, lahan pada
kategori kelas ini memiliki sifat-sifat baik dengan faktor pembatas kemiringan yang agak
curam. Bisa digunakan untuk pertanian, namun perlu perhatian serius dan upaya-upaya
konservasi yang baik karena resiko erosi cukup besar. Perlu pengelolaan hati-hati untuk
tanaman semusim, tindakan konservasi lebih sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras
bangku, saluran bervegetasi, dam penghambat, disamping tindakan untuk menjaga
kesuburan dan kondisi fisik tanah. Oleh sebab itu, pada lahan ini, kegiatan perkebunan
rakyat dilakukan secara terbatas baik luasan dan jenis tanaman kebun yang diusahakan
dengan memperhatikan kondisi kemiringan yang curam dan tingkat erosi yang tinggi.
8. Kawasan Pertanian: kawasan ini masuk pada kelas III dimana potensi pengembangan
wilayahnya dikategorikan menjadi daya dukung lahan tingkat sedang. Kegiatan
pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan pada kategori kelas ini adalah penggunaan
lahan tidak dapat digunakan untuk pertanian intensitas sangat tinggi dan tinggi, namun masih
memungkinkan untuk pertanian intensitas sedang. Oleh sebab itu, kegiatan pertanian masih
dimungkinkan pada lahan ini dengan intensitas sedang.
9. Kawasan Perikanan Budidaya: kawasan perikanan masuk pada kategori kelas V dimana
potensi pengembangan wilayahnya dikategorikan menjadi daya dukung lahan tingkat
rendah. Lahan pada kelas ini merupakan lahan datar sampai cekung, dengan pembatas
banyaknya batuan di permukaan dan/atau tergenang air, dan mungkin pembatas lainnya.
Sebaiknya selalu tertutup vegetasi seperti hutan atau semak, dan tidak sesuai untuk bercocok
tanam. Pengembangan kegiatan perikanan budidaya pada lahan ini perlu
memperhatikan daya dukung lahan yang rendah dan kondisi lahan yang selalu
tergenang air ketika limpasan air datang dalam jumlah besar dan pada saat terjadi
banjir. Kegiatan perikanan budidaya masih dapat dikembangkan pada lahan jenis ini,
meskipun perlu diantisipasi ketika terjadi banjir atau dampak perubahan iklim lainnya.
10. Kawasan Peruntukan Industri: kawasan ini masuk pada kategori kelas V dimana potensi
pengembangan wilayahnya dikategorikan menjadi daya dukung lahan tingkat rendah.
Lahan pada kelas ini tidak terancam erosi tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak
mudah untuk dihilangkan, sehingga membatasi pilihan penggunaannya. Tanah ini juga
mempunyai hambatan yang membatasi pilihan macam penggunaan dan tanaman, dan
menghambat pengolahan tanah bagi tanaman semusim. Tanah ini biasanya terletak pada
topografi datar-hampir datar tetapi sering terlanda banjir, berbatu atau iklim yang kurang
sesuai. Pengembangan kegiatan industri perlu memperhatikan daya dukung lahan yang
rendah dan kondisi lahan yang selalu tergenang air ketika limpasan air datang dalam
jumlah besar dan pada saat terjadi banjir atau dampak perubahan iklim lainnya.
11. Kawasan Pertambangan: kawasan perikanan masuk pada kategori kelas V dimana potensi
pengembangan wilayahnya dikategorikan menjadi daya dukung lahan tingkat rendah.
Lahan pada kelas ini merupakan lahan datar sampai cekung, dengan pembatas banyaknya
batuan di permukaan dan/atau tergenang air, dan mungkin pembatas lainnya. Sebaiknya
selalu tertutup vegetasi seperti hutan atau semak, dan tidak sesuai untuk bercocok tanam.
Pengembangan kegiatan pertambangan pada lahan ini perlu memperhatikan daya
dukung lahan yang rendah dan kondisi lahan yang selalu tergenang air ketika limpasan
air datang dalam jumlah besar dan pada saat terjadi banjir.
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR BARAT 5-16
LAP OR A N AK HI R
P ENY USUNA N K AJI A N DAN P ETA P OTENSI W I LAY A H TATA GUNA LAHAN
12. Kawasan Permukiman: kawasan ini masuk pada kategori kelas IV, dimana potensi
pengembangan wilayahnya dikategorikan menjadi daya dukung lahan tingkat sedang.
Lahan pada kelas ini sesuai untuk bercocok tanam-tanaman pertanian, dengan derajat
pengelolaan dan konservasi yang berbeda. Memiliki faktor pembatas tetap sangat besar
dan risiko kerusakan juga besar. Bisa untuk pertanian terbatas dan harus disertai upaya
konservasi tanah yang intensif. Lahan pada kelas ini penggunaan lahannya dapat dilakukan
untuk pertanian terbatas, penggembalaan dan semua jenis hutan. Oleh sebab itu, lahan ini
masih bisa digunakan untuk kegiatan pemanfaatan ruang permukiman dengan
intensitas pemanfaatan ruang rendah dan sedang namun dengan mempertimbangkan
faktor pembatas tetap yang sangat besar dan kerusakan yang besar.
Gambar 5-3 Peta Potensi Pengembangan Wilayah Berdasarkan Tata Guna Lahan di Kabupaten Pesisir Barat
Sumber: Hasil Pengolahan dan Hasil Analisis, 2021
Tabel 5.2 Luas Wilayah yang Dikendalikan dan Wilayah yang Didorong
Pengembangannya di Kabupaten Pesisir Barat
Wilayah Yang
Wilayah Yang Dikendalikan Luas (Ha) Luas (Ha)
DiDidorong
Hutan Produksi 745.722 Hutan Lindung 35.74
Kawasan Industri 38.657
Kawasan Perikanan
Kawasan Perikanan Budidaya 106.529 96.051
Budidaya
Kawasan Perkebunan Rakyat 33,330.283
Kawasan Perlindungan
Kawasan Perlindungan Bawahnya
33,016.012 Bawahnya (Kawasan 7.699
(Kawasan Resapan Air)
Resapan Air)
Kawasan Permukiman 32,806.878
Kawasan Pertambangan 15.538
Kawasan Pertanian 31,765.274 Kawasan Pertanian 23,490.536
Sempadan Sungai 26,869.217 Ruang Terbuka Hijau 20,408.368
Suaka Alam dan Cagar Budaya 196.064 Sempadan Sungai 20,377.904
Total Wilayah
Total Wilayah Kendali 158,890.174 64,416.30
Didorong
Sumber: Hasil Analisis, 2021
a. pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang
memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;
b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada;
dan
c. penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun
yang diajukan izinnya.
3. Sempadan Sungai
a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
b. pemanfaatan untuk pelabuhan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan;
c. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk
pengelolaan badan air, pemanfaatan air, dan/atau pelabuhan;
d. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi dan/atau
pelabuhan; dan
e. penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ruang Terbuka Hijau:
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;
b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan
fasilitas umum lainnya; dan
c. kegiatan pelarangan pendirian bangunan permanen selain yang dimaksud pada huruf b.
5. Suaka Alam dan Cagar Budaya:
a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam, penelitian dan pengembangan, serta ilmu
pengetahuan;
b. pemanfaatan ruang untuk penyimpanan atau penyerapan karbon, pemanfaatan air,
energi air, energi panas, energi angin, serta pemanfaatan sumber plasma nutfah;
c. ketentuan pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a dan huruf b;
d. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. ketentuan pelarangan terhadap penanaman flora dan pelepasan satwa yang bukan
merupakan flora dan satwa endemik kawasan.
f. pemanfaatan untuk pariwisata, penelitian dan pengembangan, serta ilmu pengetahuan;
dan
g. ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi
kawasan.
6. Hutan Produksi:
a. pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya
kehutanan;
b. pemanfaatan kawasan hutan produksi untuk pembangunan infrastruktur dan bangunan
lain yang mendukung pengelolaan hutan, sesuai dengan mekanisme ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan; dan
c. penggunaan kawasan hutan produksi untuk kepentingan di luar sektor kehutanan
diperoleh melalui izin pinjam pakai kawasan hutan.
7. Kawasaan Perkebunan Rakyat:
a. pembatasan pemanfaatan lahan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya lahan;
b. pemanfaatan ruang budi daya perkebunan rakyat untuk permukiman dan/atau usaha
budi daya lainnya dalam satu kesatuan pengelolaan yang terpadu; dan
c. pemanfaatan ruang lainnya dalam kawasan perkebunan rakyat mengikuti mekanisme
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertanian dan
perkebunan.
8. Kawasan Perikanan Budidaya:
a. pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dan/atau nelayan dengan kepadatan
rendah;
b. pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan sabuk hijau; dan
c. pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi lestari.
9. Kawasan Permukiman:
Gambar 5-4 Peta Arahan Investasi Pengembangan WIlayah Kabupaten Pesisir Barat
Sumber: Hasil Pengolahan GIS dan Hasil Analisis, 2021
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR BARAT 5-22
LAP OR A N AK HI R
P ENY USUNA N K AJI A N DAN P ETA P OTENSI W I LAY A H TATA GUNA LAHAN
Tabel 5.3 Indikasi Arahan Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Pesisir Barat 2017-2037
No Indikasi Program Lokasi
A Kawasan Lindung
A.1 Kawasan Hutan Lindung
1 Penetapan tata batas kawasan lindung di dalam Kecamatan Ngambur
kawasan hutan
2 Perlindungan kawasan serta peningkatan kualitasnya Kecamatan Ngambur
3 Pngembalian fungsi lindung dengan rehabilitasi dan Kecamatan Ngambur
reboisasi
4 Pengembangan hutan dan tanaman tahunan Kecamatan Ngambur
5 Perlindungan fungsi hidrologis bagi kegiatan Kecamatan Ngambur
pemanfaatan lahan
6 Pemeliharaan fungsi hidrologis bagi kegiatan Kecamatan Ngambur
pemanfaatan lahan
A.2 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya (Kawasan Resapan Air)
Rehabilitasi dan Pemantapan Kecamatan Pesisir Selatan, Kecamatan
Kawasan resapan air Pesisir Tengah, Kecamatan Ngaras,
Kecamatan Krui Selatan.
A.3 Kawasan Perlindungan Setempat (Sempadan
Sungai, Sempadan Pantai, sempadan mata air, serta
dapat juga berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH))
1 Penetapan kawasan perlindungan setempat Kab. Pesisir Barat
2 Penataan ruang kawasan sempadan pantai Kab. Pesisir Barat
3 Penataan dan pengendalian kegiatan di sekitar Kab. Pesisir Barat
kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, sekitar
situ, dan mata air
4 Pengembangan fungsi lindung pantai Kab. Pesisir Barat
5 Pengembangan kawasan pariwisata Kab. Pesisir Barat
6 Penataan ruang kawasan sempadan sungai Kecamatan Pesisir Selatan, Kecamatan
Way Krui, Kecamatan Ngaras, Kecamatan