c. Kawasan sempadan danau, waduk, bendungan dan bendung dengan luas kurang lebih
6.973 hektar, meliputi: Kabupaten Pesisir Barat; Kabupaten Lampung Barat;
Kabupaten Tanggamus; Kabupaten Pringsewu; Kabupaten Pesawaran; Kabupaten
Lampung Tengah; Kabupaten Lampung Timur; Kabupaten Lampung Selatan; Kabupaten
Lampung Utara; Kabupaten Way Kanan; Kabupaten Tulang Bawang; Kabupaten
Tulang Bawang Barat; dan Kabupaten Mesuji.
4. Kawasan Rawan Bencana
a. Rawan bencana tsunami di Kabupaten Pesisir Barat.
b. Rawan bencana longsor di Kabupaten Pesisir Barat.
c. Rawan bencana kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Pesisir Barat.
d. Rawan bencana gempa bumi di Kabupaten Pesisir Barat.
e. Rawan bencana gelombang ekstrim dan abrasi di Kabupaten Pesisir Barat.
f. Rawan bencana banjir bandang di Kabupaten Pesisir Barat.
5. Kawasan Ekosistem Mangrove
Kawasan yang berfungsi sebagai ekosistem mangrove dengan luas kurang lebih 6.649
hektar, tersebar di: Kabupaten Pesawaran; Kabupaten Lampung Selatan; Kabupaten
Lampung Timur; Kabupaten Tulang Bawang; Kabupaten Tanggamus; Kabupaten Mesuji;
Kabupaten Pesisir Barat; dan Kota Bandar Lampung.
6. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman dengan luas kurang lebih 260.634 hektar tersebar di seluruh
kabupaten dan kota di wilayah provinsi.
7. Kawasan Peruntukan Pertahanan Keamanan
Wilayah pertahanan laut, meliputi: Kawasan Strategis Nasional (KSN) Perbatasan Negara
di Laut Lepas di Pulau Betuah Kabupaten Pesisir Barat.
Untuk lebihjelasnya mengenai pola ruang Provinsi Lampung berdasarkan Peraturan Daerah
Provinsi Lampung Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah No. 1
Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung Tahun 2009
sampai dengan Tahun 2029 dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah.
2-4
Gambar 2.1 Peta Pola Ruang Provinsi Lampung
(Sumber : Lampiran II Perda Prov. Lampung No. 12 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Perda No. 1 Tahun 2010 tentang RTRW Prov. Lampung Tahun 2009-2029)
LAP OR A N AK HI R
P ENY USUNA N K AJI A N DAN P ETA P OTENSI W I LAY A H TATA GUNA LA HA N
Untuk lebih jelasnya mengenai struktur ruang Provinsi Lampung berdasarkan Peraturan Daerah
Provinsi Lampung Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah No. 1
Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung Tahun 2009
sampai dengan Tahun 2029 dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah.
2-7
LAP OR A N AK HI R
2-8
Gambar 2.3 Peta Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Lampung
(Sumber : Lampiran III Perda Prov. Lampung No. 12 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Perda No. 1 Tahun 2010 tentang RTRW Prov. Lampung Tahun 2009-2029)
LAP OR A N AK HI R
P ENY USUNA N K AJI A N DAN P ETA P OTENSI W I LAY A H TATA GUNA LA HA N
c. Kawsan perkebunan
Dikembangkan di Kabupaten Pesisir Barat.
d. Kawasan peternakan
Dikembangkan di Kabupaten Pesisir Barat.
Kawsan peruntukan pertanian dikembangkan dengan pola agropolitan yang ditetapkan
dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
3. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan peruntukan perikanan dengan luas kurang lebih 3.708 Ha terdiri atas :
a. Kawasan peruntukan perikanan tangkap, meliputi Kecamatan Bengkunat, Kecamatan
Ngaras, Kecamatan Ngambur, Kecamatan Pesisir Selatan, Kecamatan Krui Selatan,
Kecamatan Pesisir Tengah, Kecamatan Way Krui, Kecamatan Karya Penggawa,
Kecamatan Pesisir Utara, Kecamatan Lemong, dan Kecamatan Pulau Pisang.
b. Kawasan peruntukan budidaya perikanan, meliputi:
1) Budidaya air tawar dikembangkan di Kabupaten Pesisir Barat;
2) Budidaya air laut dikembangkan di Kabupaten Pesisir Barat; dan
3) Budidaya air payau dikembangkan di Kecamatan Bengkunat dan Kecamatan
Ngaras.
c. Kawasan pengolahan ikan, meliputi Kecamatan Bengkunat, Kecamatan Ngaras,
Kecamatan Pesisir Selatan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kecamatan Karya Penggawa,
Kecamatan Lemong, dan Kecamatan Pulau Pisang.
Kawasan peruntukan perikanan dikembangkan dengan pola minapolitan dan ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
4. Kawasan Peruntukan Pertambangan
Kawasan Peruntukan Pertambangan di Pesisir Barat adalah seluas kurang lebih 20 Ha,
dikembangkan di Kabupaten Pesisir Barat. Penetapan kawasan pertambangan ditentukan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukan industri dengan luasan sekitar kurang lebih 78 Ha, terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan industri besar, dikembangkan di Kecamatan Bengkunat dan/atau
Kecamatan Pesisir Selatan.
b. Kawasan peruntukan industri menengah, dikembangkan tersebar di Kabupaten Pesisir
Barat.
c. Kawasan peruntukan industri kecil, dikembangkan di permukiman (industri rumah
tangga) dan kawasan wisata (sentra industri kerajinan tangan) di Kabupaten Pesisir
Barat.
6. Kawasan Peruntukan Parawisata
Luas Kawasan Peruntukan Pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat adalah kurang lebih 438
Ha, terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan pariwisata budaya, dikembangkan pada daerah yang memiliki
potensi daya Tarik wisata budaya di Kabupaten Pesisir Barat, antara lain Makam
Abang Kunat, Goa Mutu, Makam Gajah Mada, Makam Syaikh Aminullah, Kampung
Wisata, Makam Tokoh Adat dan Sumur Puteri.
b. Kawasan peruntukan pariwisata alam, dikembangkan pada daerah yang memiliki
potensi daya Tarik wisata alam di Kabupaten Pesisir Barat, antara lain Kawasan
Tambing, Pantai Ujung Bengkunat, Pantai Teluk Ngaras, Way Cangkuk, Pantai Curup
Indah, Rhino Camp, Pantai Sukanegara, Pantai Singing, Pantai Sumber Agung, Pantai
Tanjung Setia, Pantai Way Jambu, Pantai Pasar Senin, Pantai Melasti, Pantai Biha,
Pantai Marang, Pantai Mandiri, Pantai Lintik, Pantai Walur, Pantai Ilahan, Pantai
Labuhan Jukung, Pantai Way Redak, Pantai Serai, Bukit Selalaw, Pantai Muara Way
La’ay, Pantai Harapan Kita, Pantai Way SIndi, Pantai Pasir Hitam, Pantai Tembakak,
Pantai Panengahan, Batu Lawang, Pantai walur Pesisir Utara, Air Terjun Rata Agung,
Air Terjun Way Nyercik, Pantai Pugung dan Pilau Pisang.
c. Kawasan peruntukan pariwisata buatan, dikembangkan di Kabupaten Pesisir Barat,
antara lain untuk Penangkaran Penyu Muara Tembulih, Bendungan Way Biha,
Pelabuhan Kuala Setabas, Kawasan Labuhan Jukung dan Kawasan Tanjung Setia.
Kawasan peruntukan pariwisata dikembangkan dengan pembentukan Kawasan Ekonomi
Khusus Zona Pariwisata yang diatur lebih lanjut dalam Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Daerah Kabupaten dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
7. Kawasan Peruntukan Permukiman
kawasan peruntukan permukiman dengan luasan kurang lebih 5.053 Ha, yang terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan, meliputi : Kecamatan Bengkunat,
Kecamatan Pesisir Selatan, Kecamatan Pesisir Tengah, dan Kecamatan Lemong.
Rencana Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan akan ditindak lanjuti dengan
penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman yang ditetapkan dengan Peraturan perunddang-undangan yang berlaku.
b. Kawasan perutukan permukiman perdesaan, meliputi : ecamatan Pulau Pisang,
Kecamatan Ngaras, Kecamatan Ngambur, Kecamatan Krui Selatan, Kecamatan Way
Krui, Kecamatan Karya Penggawa, dan Kecamatan Pesisir Utara.
8. Kawasan Peruntukan Lainnya
rencana pengembangan kawasan peruntukan lainnya, meliputi :
a. Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan, adalah pembangunan dan
peningkatan kawasan pertahanan dan keamanan di masing-masing kecamatan,
meliputi :
1) Kodim di Kabupaten Pesisir Barat;
2) Polres di Kabupaten Pesisir Barat;
3) Koramil di setiap kecamatan pada wilayah Kabupaten Pesisir Barat; dan
4) Polsek di setiap kecamatan pada wilayah Kabupaten Pesisir Barat.
b. Kawasan peruntukan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, terdiri dari:
1) Wilayah pesisir tersebar di Kabupaten Pesisir Barat; dan
2) Pulau-pulau kecil meliputi Pulau Pisang dan Pulau Betuah.
Kawasan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil akan diatur lebih lanjut dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk lebihjelasnya mengenai pola ruang Kabupaten Pesisir Barat berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Pesisir Barat Nomor 8 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2017-2037 dapat dilihat pada Gambar 2.4 dibawah.
(Sumber : Lampiran III Perda Kab. Pesisir Barat No. 8 Tahun 2017 tentang RTRW Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2017-2037)
Gambar 2.4 Peta Pola Ruang Kabupaten Pesisir Barat
A. Pusat-Pusat Kegiatan
1. PKL (Pusat Kegiatan Lokal)
PKL yaitu Perkotaan Krui di Kecamatan Pesisir Tengah yang berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kabupaten, pusat perdagangan barang dan jasa, pusat pengembangan
pariwisata, pusat pengembangan perikanan, pusat pengembangan bandar udara, pusat
pengembangan rumah sakit umum daerah, pusat pengembangan pelabuhan, pusat
pengembangan air bersih dan/atau air minum, dan pusat pengembangan permukiman
perkotaan.
2. PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi)
PKLp sebagaimana dimaksud, meliputi:
a. Pekon Kota Jawa di Kecamatan Bangkunat yang berfungsi sebagai pusat
perdagangan barang dan jasa, pusat pengembangan pariwisata, pusat
pengembangan pertanian, pusat pengembangan perikanan, pusat pengembangan
kawasan industri, pusat pengembangan energi, pusat pengembangan pelabuhan, pusat
pengembangan terminal tipe C;
b. Pekon Biha di Kecamatan Pesisir Selatan yang berfungsi sebagai pusat perdagangan
barang dan jasa, pusat pengembangan pariwisata, pusat pengembangan pertanian,
pusat pengembangan perikanan, pusat pengembangan kawasan industri dan pusat
pengembangan irigasi teknis; dan
c. Pekon Lemong di Kecamatan Lemong yang berfungsi sebagai pusat perdagangan
barang dan jasa, pusat pengembangan pariwisata, pusat pengembangan pertanian,
pusat pengembangan perikanan, pusat pengembangan energi, pusat pengembangan
air bersih dan/atau air minum, pusat pengembangan pelabuhan dan pusat
pengembangan terminal tipe C.
3. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan)
PPK sebagaimana dimaksud, yaitu:
a. Pekon Negeri Ratu Ngambur di Kecamatan Ngambur yang berfungsi sebagai pusat
pengembangan pertanian, pusat pengembangan energi dan pusat pengembangan
pariwisata;
b. Pekon Way Napal di Kecamatan Krui Selatan yang berfungsi sebagai pusat
pengembangan pertanian, pusat pengembangan pariwisata, pusat pengembangan
rumah sakit, pusat pengembangan terminal tipe B, pusat pengembangan
persampahan dan air limbah;
c. Pekon Gunung Kemala di Kecamatan Way Krui yang berfungsi sebagai pusat
pengembangan pertanian, pusat pengembangan energi, pusat pengembangan air
bersih dan/atau air minum dan pusat pengembangan pariwisata; dan
d. Pekon Kebuayan di Kecamatan Karya Penggawa yang berfungsi sebagai pusat
pengembangan pariwisata, pusat pengembangan pertanian, pusat pengembangan
perikanan, pusat pengembangan energi dan pusat pengembangan air bersih dan/atau
air minum.
4. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan)
PPL sebagaimana dimaksud, yaitu:
a. Pekon Parda Suka di Kecamatan Ngaras yang berfungsi sebagai pusat
pengembangan pertanian, pusat pengembangan perikanan, pusat pengembangan
persampahan dan air limbah, pusat pengembangan pariwisata;
b. Pekon Kuripan di Kecamatan Pesisir Utara yang berfungsi sebagai pusat
pengembangan pariwisata, pusat pengembangan pertanian, pusat pengembangan
energi, pusat pengembangan air bersih dan/atau air minum dan pusat pengembangan
persampahan dan air limbah; dan
c. Pekon Pasar Pulau Pisang di Kecamatan Pulau Pisang yang berfungsi sebagai pusat
pengembangan pariwisata, pusat pengembangan industri kecil, pusat pengembangan
perikanan, pusat pengembangan pelabuhan dan pusat pengembangan pertanian.
B. Sistem Jaringan Prasarana Utama
1. Sistem Jaringan Transportasi Darat
a. Jaringan jalan nasional, meliputi:
Jalan Kolektor Primer 1 (JKP-1) Lintas Barat adalah:
1) ruas jalan perbatasan Bengkulu – Pugung Tampak;
2) ruas jalan Pugung Tampak – Simpang Gunung Kemala;
3) ruas jalan Sp. Gunung Kemala – Krui;
4) ruas jalan Krui – Biha;
5) ruas jalan Biha – Bengkunat (Ngaras); dan
6) ruas jalan Bengkunat (Ngaras) – Sanggi (Batas Kabupaten Tanggamus)
Jalan Kolektor Primer 1 (JKP-1) Penghubung Lintas Tengah (feeder) adalah ruas jalan
Liwa (Kabupaten Lampung Barat) – Krui.
b. Jaringan jalan provinsi yang berfungsi sebagai jalan strategis provinsi, meliputi:
1) ruas jalan Adam Malik;
2) ruas jalan Krui – Pekon Serai; dan
3) ruas jalan Kotajawa – Kampung Baru
c. Jaringan jalan, meliputi:
1) ruas jalan di Kecamatan Bangkunat;
2) ruas jalan di Kecamatan Ngaras;
3) ruas jalan di Kecamatan Ngambur;
4) ruas jalan di Kecamatan Pesisir Selatan;
5) ruas jalan di Kecamatan Krui Selatan;
6) ruas jalan di Kecamatan Pesisir Tengah;
7) ruas jalan di Kecamatan Way Krui;
8) ruas jalan di Kecamatan Karya Penggawa;
9) ruas jalan di Kecamatan Pesisir Utara; dan
10) ruas jalan di Kecamatan Lemong.
d. Rencana jaringan jalan Kabupaten, meliputi:
1) jaringan jalan alternatif lintas barat Simpang Kerbang – Biha;
2) jaringan jalan pariwisata Krui – Walur; dan
3) jaringan jalan inspeksi/ patroli Way Heni – Way Haru.
e. Pengembangan jaringan jalan lingkungan di kabupaten, meliputi:
1) ruas jalan di Kecamatan Bangkunat;
2) ruas jalan di Kecamatan Ngaras;
3) ruas jalan di Kecamatan Ngambur;
4) ruas jalan di Kecamatan Pesisir Selatan;
5) ruas jalan di Kecamatan Krui Selatan;
6) ruas jalan di Kecamatan Pesisir Tengah;
7) ruas jalan di Kecamatan Way Krui;
8) ruas jalan di Kecamatan Karya Penggawa;
9) ruas jalan di Kecamatan Pesisir Utara;
10) ruas jalan di Kecamatan Lemong; dan
b. Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:
1) pembangunan gardu induk direncanakan di Kabupaten Pesisir Barat;
2) jaringan transmisi tenaga listrik di Kabupaten Pesisir Barat, terdiri dari:
a) Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, Tegangan Tinggi, Tegangan Menengah
dan Tegangan Rendah;
b) Saluran Kabel Tegangan Ekstra Tinggi, Tegangan Tinggi, Tegangan Menengah
dan Tegangan Rendah.
3) jaringan transmisi kabel bawah laut dapat dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan energi di Kecamatan Pulau Pisang.
c. Pengembangan energi baru terbarukan untuk kemandirian dan ketahanan energi
dikembangkan di Kabupaten Pesisir Barat.
5. Sistem Jaringan Telekomunikasi
a. Sistem jaringan kabel, terdiri atas sentra telepon otomatis (STO) dan/atau fiber optic di
Kabupaten Pesisir Barat.
b. Sistem jaringan nirkabel terdiri atas:
1) sistem jaringan mikro digital di Kabupaten Pesisir Barat;
2) menara Base Transmission Station (BTS) Bersama tersebar di kecamatan –
kecamatan dengan prioritas yang belum terlayani jaringan telekomunikasi.
c. Sistem jaringan satelit, dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan di wilayah
terisolir dan/atau terpencil yang belum terlayani kedua sistem di atas.
6. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
a. Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air meliputi aspek konservasi
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air
yang secara terpadu dengan memperhatikan arahan pola dan rencana pengelolaan
sumber daya air Wilayah Sungai Semangka.
b. Wilayah sungai adalah wilayah sungai lintas kabupaten, yaitu Wilayah Sungai
Semangka yang mencangkup daerah aliran sungai yang tersebar di Kabupaten Pesisir
Barat.
c. Daerah irigasi meliputi:
1) daerah irigasi yang menjadi kewenangan provinsi adalah Daerah Irigasi Way
Biha; dan
2) daerah irigasi yang menjadi kewenangan kabupaten tersebar di Kabupaten Pesisir
Barat.
3) Pengembangan daerah irigasi kabupaten, meliputi:
a) pembangunan daerah irigasi di daerah yang ditetapkan menjadi kewenangan
kabupaten yang tersebar di seluruh wilayah;
b) rehabilitasi, pemeliharaan dan peningkatan daerah irigasi yang tersebar
diseluruh wilayah kabupaten;
c) pengembangan daerah irigasi pada seluruh daerah potensial yang memiliki
lahan pertanian yang ditunjukkan untuk mendukung ketahanan pangan dan
pengelolaan lahan pertanian berkelanjutan; dan
d) mengurangi konversi alih fungsi sawah teknis dan setengah teknis menjadi
kegiatan budidaya lokal lainnya.
d. Jaringan air baku untuk air bersih, terdiri atas:
1) rencana pengembangan air baku yang berasal dari air sungai (permukaan) dan
air tanah tersebar di seluruh wilayah kabupaten;
2) sistem penyediaan air minum (SPAM) di Kabupaten dipadukan dengan sistem
jaringan sumber daya air untuk menjamin ketersediaan air baku; dan
3) prasarana jaringan air minum meliputi intake air baku, jaringan perpipaan air
minum, saluran perpipaan air baku dan instalasi pengolahan air minum yang
dikembangkan pada lokasi air baku potensial serta pusat-pusat permukiman di
seluruh kecamatan.
7. Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
a. Sistem jaringan penyediaan air minum, meliputi:
1) pengembangan pengelolaan air minum yang bersumber dari air permukaan
tersebar di Kabupaten Pesisir Barat;
2) pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan jaringan perpipaan
dengan sistem gravitasi dikembangkan di Kabupaten Pesisir Barat;
3) pengembangan pengelolaan air minum yang bersumber dari air tanah dalam
tersebar di Kabupaten Pesisir Barat.
b. Sistem jaringan persampahan, meliputi:
1) rencana pembangunan dan peningkatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di
Kecamatan Ngaras, Kecamatan Krui Selatan dan Kecamatan Pesisir Utara;
2) rencana pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di kawasan
permukiman dan pusat pelayanan di Kabupaten Pesisir Barat;
3) rencana pembangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) di Kabupaten
Pesisir Barat.
c. Sistem jaringan air limbah, terdiri dari:
1) pengembangan pengelolaan air limbah di kawasan permukiman, pusat pelayanan
dan kawasan industri;
2) pembangunan Instalasi Pengelolaan Limbah Tinja (IPLT) diintegrasikan dengan TPA/
TPST dengan kajian lingkungan;
3) pembangunan pengelolaan air limbah untuk kawasan permukiman pedesaan
dengan sistem setempat dan/ atau berbasis masyarakat.
Untuk lebihjelasnya mengenai struktur ruang Kabupaten Pesisir Barat berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Pesisir Barat Nomor 8 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2017-2037 dapat dilihat pada Gambar 2.5 dibawah.
2 - 19
Gambar 2.5 Peta Struktur Ruang Kabupaten Pesisir Barat
(Sumber : Lampiran II Perda Kab. Pesisir Barat No. 8 Tahun 2017 tentang RTRW Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2017-2037)
LAP OR A N AK HI R
P ENY USUNA N K AJI A N DAN P ETA P OTENSI W I LAY A H TATA GUNA LA HA N
2 - 21
Gambar 2.6 Peta Kawasan Strategis Kabupaten Pesisir Barat
(Sumber : Lampiran IV Perda Kab. Pesisir Barat No. 8 Tahun 2017 tentang RTRW Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2017-2037)