PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
Bab 1
Pendahuluan
K
ebijakan pemerintah dalam rangka mendorong dan meningkatkan pertumbuhan Dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi
ekonomi dan pemertaan pembangunan di daerah terus dilaksanakan melalui (KSP) Kawasan Pegunungan Meratus ini, acuan dan dasar hukum yang akan digunakan adalah
berbagai program. Pengembangan Kawasan Strategis dirancang untuk sebagai berikut:
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan yang
A. Undang-undang
mensinergikan dan mengkoordinasikan berbagai input (SDM, SDA, kebijakan, dll)
dalam proses pembangunan wilayah/kawasan yang dikenal dengan pengembangan wilayah. 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;
Upaya pengembanga kawasan strategis diarahkan untuk mengembangkan nilai strategis 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;
kawasan tersebut demi terwujudnya pemanfaatan yang berhasil guna, berdaya guna dan
berkelanjutan (sustainability). Dalam hal ini diperlukan suatu kebijakan yang terpadu, sinergis dan 3. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
komprehensif oleh Pemerintah Daerah dalam upaya mendorong kawasan tersebut untuk dapat 4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air;
tumbuh dan berkembang secara lebih cepat.
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Nasional;
Kalimantan Selatan telah merumuskan beberapa Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Provinsi (RTR KSP), baik Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi, 6. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup maupun Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan Negara. 7. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
Meratus merupakan kawasan pegunungan yang berada di Tenggara Pulau Kalimantan serta 8. Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
membelah Provinsi Kalimantan Selatan menjadi dua. Pegunungan ini membentang sepanjang Nasional Tahun 2005-2025;
±600 km. Pegunungan ini menjadi begian dari 10 kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu
Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Hulu Sungai 9. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
Tengah (HST), Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten 10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
Tapin, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, Kota Banjarbaru. Titik tertinggi di rangkaian
Pegunungan Meratus adalah Gunung Halau-halau yang memiliki ketinggian 1.901 mdpl. 11. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
Pegunungan Meratus merupakan salah satu kawasan yang disebutkan secara khusus dalam 12. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;
Perda RTRW Provinsi Kalimantan Selatan sebagai Kawasan Strategis yang penting sebagai:
13. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
1. Kawasan Untuk Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
14. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;
Pegunungan Meratus sebagian besarnya merupakan kawasan hutan lindung seluas
kurang lebih 524.054 Hektar yang membujur dari Utara sampai Selatan dan sebagian 15. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan;
wilayah Barat dan Timur dari wilayah daerah. Sebagian lagi adalah perbukitan yang 16. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
berada pada fungsi budidaya, tetapi besar pengaruhnya secara topografi geologi maupun
karakter fisik kawasan terhadap perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup kawasan 17. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
di bawahnya. Lingkungan Hidup;
2. Kawasan Dengan Rencana Pengembangan Untuk Kepentingan Pariwisata 18. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
Pada Pegunungan Meratus, terdapat banyak potensi alam yang dapat dikembangkan 19. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
menjadi kawasan tujuan wisata, diantaranya adalah: 20. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
Hutan Pegunungan Meratus Loksado di Kabupaten Hulu Sungai Selatan; B. Peraturan Pemerintah
Gunung Halo-halo di Kabupaten Hulu Sungai Tengah; 1. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Taman Hutan Raya Sultan Adam dan Lembah Kahung di Kabupaten Banjar; Berbahaya dan Beracun;
Bambu Rafting Loksado, Air Panas Tanuhi dan Air Terjun Haratai di Kabupaten Hulu 2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Sungai Selatan; Lingkungan;
Air Panas Hantakan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2003 tentang Penatagunaan Tanah;
Air Terjun Bajuin dan Gua Sunggung di Kabupaten Kota Baru; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem 7. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No. 22 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Penyediaan Air Minum; Minimal Bidang Perumahan Rakyat;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan; 8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Rencana
Penyusunan Pengelolaan Serta Pemanfaatan Hutan; 9. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan, Menteri Pekerjaan Umum
dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 79 Tahun 2014, Nomor PB.3/Menhut-
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah
11/2014, Nomor 17/PRT/M/2014, Nomor 8/SKB/X/2014 tentang Tata Cara Penyelesaian
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Penguasaan Tanah yang Berada di Dalam Kawasan Hutan;
Kabupaten/Kota;
10. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.89/Menhut.II/2014 tentang Hutan Desa;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah;
11. Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 37 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan
10. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Perkembangan
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi Dan Rencana Tata Ruang Kawasan
Kependudukan;
Strategis Kabupaten;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Cara Perubahan Peruntukan dan
12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.27/Menlhk/
Fungsi Kawasan Hutan;
Setjen/Kum.1/7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang; 1.3 Istilah dan Definisi
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
Dalam pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
15. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Pegunungan Meratus ini yang dimaksud dengan:
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025;
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
16. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai; ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Ruang. 2. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
18. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
(RTRW) Nasional 3. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
C. Peraturan Menteri pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, 4. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi
daerah Manfaat Sungai dan daerah Penguasaan Sungai; Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana 5. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Lingkungan Hidup; 6. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Sosial Budaya Dalam Penyusunan 7. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
Rencana Tata Ruang; pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis pemanfaatan ruang.
Kawasan Budidaya; 8. Kawasan wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya
5. Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 17 Tahun 2012 tentang 9. Kawasan Budidaya kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst; atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
6. Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 37 Tahun 2013 tentang daya buatan.
Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertambangan; 10. Kawasan Lindung kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
11. Kawasan Strategis kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis 25. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut RTRW
yang penataan ruangnya diprioritaskan. Provinsi/Kabupaten/Kota, adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah
Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
12. Kawasan Teknologi Tinggi adalah kawasan yang diperuntukan bagi kepentingan
Provinsi/Kabupaten/Kota, rencana struktur ruang wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam
rencana pola ruang wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota, penetapan kawasan strategis
strategi, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir.
Provinsi/Kabupaten/ Kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota
13. Kawasan Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Hidup adalah kawasan yang dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota.
berfungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
26. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah
alam dan sumber daya buatan dan mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan
secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. 27. Koordinasi adalah upaya mencapai suatu kesatuan sikap pandangan dan gerak langkah
melalui kegiatan yang meliputi penentuan pembagian pekerjaan, hubungan kerja dan
14. Kawasan Rawan Bencana adalah suatu kawasan yang memiliki ancaman atau gangguan
penyaluran tanggung jawab masing-masing unsur yang terlibat dalam penyelenggaraan
baik yang disebabkan oleh faktor alam, non alam dan faktor sosial yang dapat
suatu tugas untuk menghindari adanya kesimpangsiuran dan/atau tumpang tindih.
menyebabkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kehilangan harta benda serta dampak
psikologis. 28. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD adalah
badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-Undang
15. Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi dan di Kabupaten/Kota dan
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah
mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam
untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam,
koordinasi penataan ruang di daerah.
mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk
bahaya tertentu. 29. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum
adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non-pemerintah lain dalam
16. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh
penyelenggaraan penataan ruang.
menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan
produktivitas lingkungan hidup. 30. Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul atas kehendak dan
keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk bermitra dan bergerak dalam
17. Zona inti adalah kawasan kegiatan utama KSP baik yang batasnya telah ditetapkan
menyelenggarakan penataan ruang.
ataupun yang masih belum/tidak ditetapkan dengan peraturan perundangundangan.
18. Zona penyangga adalah kawasan yang melingkupi kawasan inti dari KSP, yang
mempunyai pengaruh langsung/tidak langsung terhadap kawasan inti maupun dipengaruhi
secara langsung/tidak langsung oleh kawasan inti.
1.4 Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang Terkait
19. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek 1.4.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Peraturan Pemerintah Nomor 13
fungsional.
Tahun 2017)
20. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
21. Arahan peraturan zonasi adalah arahan penyusunan ketentuan umum peraturan zonasi Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk
dan peraturan zonasi yang lebih detail, maupun bagi pemanfaatan ruang/penataan KSP penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; penyusunan rencana
termasuk zona sekitar jaringan prasarana wilayah provinsi. pembangunan jangka menengah nasional; pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
22. Arahan perizinan adalah arahan-arahan yang disusun oleh pemerintah pusat, sebagai ruang di wilayah nasional; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
dasar dalam menyusun ketentuan perizinan oleh pemerintahan provinsi dan perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor; penetapan lokasi dan fungsi
kabupaten/kota dimana KSP terletak, yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan strategis nasional; dan penataan ruang wilayah
pelaksanaan pemanfaatan ruang. provinsi dan kabupaten/kota.
23. Arahan insentif dan disinsentif adalah arahan yang diterapkan untuk memberikan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional disebutkan
arahan untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak bahwa penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:
sejalan dengan rencana tata ruang. 1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
24. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberi sanksi bagi siapa saja yang melakukan 2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
pelanggaran dalam pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
yang berlaku.
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I-4
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi dan 2. Pelabuhan Pengumpul, meliputi:
kabupaten/kota;
Mekar Putih
4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
Simpang Empat Batulicin
ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Kota Baru
5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif Stagen
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang; Kintap
6. Pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan 3. Pelabuhan Penyeberangan
kesejahteraan masyarakat;
Sebuku
7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah;
Batulicin
8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor; dan pertahanan dan
keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional. Tanjung Serdang
Pandalaman
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan 1. Bandara Pengumpul Primer Syamsuddin Noor di Kota Banjarmasin.
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, rencana 2. Bandara Pengumpul Tersier Gusti Syamsir Alam di Kabupaten Kotabaru.
struktur ruang wilayah nasional yang berkaitan dengan Provinsi Kalimantan Selatan adalah
sebagai berikut: E. Wilayah Sungai (WS)
A. Sistem Perkotaan Nasional Sungai Barito sebagai wilayah sungai Lintas Provinsi dengan arahan pengenbangan
berupa konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sda dan pengendalian daya rusak air.
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), ditetapkan di Kawasan Perkotaan Banjarmasin
Banjarbaru - Banjar - Barito Kuala - Tanah Laut.
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), ditetapkan di:
Amuntai;
Martapura;
Marabahan;
Kotabaru.
B. Jaringan Jalan Nasional
Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan, meliputi:
1. Kuala Kapuas - Banjarmasin
2. Marabahan - Banjarmasin
3. Banjarmasin - Liang Anggang
4. Liang Anggang - Martapura
5. Liang Anggang - Pelaihari
6. Pelaihari - Pagatan
7. Pagatan - Batulicin
8. Batulicin - Tanah Grogot (Kuaro)
C. Transportasi Laut
1. Pelabuhan Utama Banjarmasin
4. Kawasan Andalan Laut Pulau Laut dan Sekitarnya, dengan sektor unggulan
meliputi: perikanan dan pertambangan.
C. Kawasan Strategis Nasional
1. Kawasan Batulicin.
Gambar 1.1
2. Kawasan Perkotaan Metropolitan Banjarmasin - Banjarbaru - Banjar - Barito Kuala
Provinsi Kalimantan Selatan Dalam Rencana Struktur Ruang Nasional - Tanah Laut.
“Terwujudnya keterpaduan struktur ruang dan pola ruang Daerah yang efesien Perkotaan Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara;
dan berkelanjutan untuk mendukung pengembangan wilayah perdagangan dan
Perkotaan Kotabaru Kabupaten Kotabaru.
jasa berbasis agroindustri”
4. Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp), ditetapkan di:
Perkotaan Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu;
B. Kebijakan Penataan Ruang
Perkotaan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Kebijakan penataan ruang Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut:
5. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), ditetapkan di:
1. Pengurangan kesenjangan pembangunan dan pengembangan wilayah antara wilayah Barat
dengan wilayah tengah dan antara wilayah Timur dengan Wilayah Tenggara Daerah; Kota Banjarbaru;
2. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, Perkotaan Rantau di Kabupaten Tapin;
telekomunikasi, energi dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Perkotaan Kandangan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan;
Daerah;
Perkotaan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah;
3. Peningkatan perlindungan Kawasan Lindung;
Perkotaan Paringin di Kabupaten Balangan;
4. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan
Kawasan Lindung; Perkotaan Tanjung di Kabupaten Tabalong;
5. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan serta keterkaitan antar kegiatan budidaya; Perkotaan Pelaihari di Kabupaten Tanah Laut; dan
6. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan Perkotaan Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu.
daya tampung lingkungan;
7. Peningkatan fungsi Kawasan Lindung untuk mempertahankan dan meningkatkan B. Rencana Sistem Jaringan Transportasi
keseimbangan ekosistem, lingkungan hidup, keanekaragaman hayati, keunikan bentang
alam dan daya dukung; Rencana sistem jaringan transportasi Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas: sistem transportasi
darat, transportasi laut dan transportasi udara.
8. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perekonomian wilayah yang
produktif, efisien dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional; dan 1. Sistem Transportasi Darat
9. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. a. Jaringan Jalan Nasional
1) Jaringan Jalan Arteri Primer (JAP) menghubungkan antar ibukota Provinsi
Kalimantan Selatan dengan ibukota Provinsi Kalimantan Timur dan antar ibukota
1.4.2.2 Rencana Struktur Ruang kabupaten/kota se Banua Anam (bagian utara Provinsi Kalimantan Selatan) dengan
Rencana struktur ruang Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas rencana sistem perkotaan dan ibukota Provinsi Kalimantan Selatan meliputi:
rencana sistem jaringan prasarana wilayah. Anjir Pasar (Batas Provinsi Kalimantan Tengah ) - Serapat - Batas Kota
Banjarmasin;
Rencana sistem perkotaan Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional Jalan S. Parman (Banjarmasin);
(PKN), Pusat Kegiatan Nasional promosi (PKNp), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Batas Kota Banjarmasin - Sp. Liang Anggang;
Wilayah promosi (PKWp), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yang meliputi:
Jalan Pangeran Samudra (Banjarmasin);
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), ditetapkan di Kota Banjarmasin.
Jalan H. Anang Adenansi (Banjarmasin);
2. Pusat Kegiatan Nasional promosi (PKNp), ditetapkan di:
Jalan Pangeran Antasari (Banjarmasin);
Perkotaan Martapura Kabupaten Banjar;
Jalan Ahmad Yani - Bts. Kota (Banjarmasin);
Kota Banjarbaru.
Jalan Lambung Mangkurat (Banjarmasin);
3. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), ditetapkan di:
Jalan Hasanuddin (Banjarmasin);
Perkotaan Martapura Kabupaten Banjar;
Pelabuhan Trisakti - Lianganggang;
Perkotaan Marabahan Kabupaten Barito Kuala;
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I-7
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
Gambar 1.3
Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Kalimantan Selatan
Desa Danau Caramin (Batas Kabupaten Hulu Sungai Utara) - Batas Kota Desa Sungai Cuka (Batas Kabupaten Tanah Bumbu) - Sebamban;
Amuntai; Sebamban - Pagatan;
Jalan Norman Umar (Amuntai); Pagatan - Batulicin;
Jalan Hasan Basri (Amuntai); Batulicin -Serongga (Batas Kabupaten Kotabaru);
Batas Kota Amuntai - Desa Tabur (Bts. Kab. Tabalong); Serongga (Batas Kabupaten Kotabaru) - Sungai Kupang;
Jalan Ahmad Yani (Amuntai); Sungai Kupang - Manggalau;
Jalan Pembalah Batung (Amuntai); Manggalau -Kerang (Batas Provinsi Kalimantan Timur);
Jalan Arah Kelua (Amuntai); Simpang Handil Bakti (Simpang Serapat) - Marabahan/Desa Banua Anyar;
Desa Tabur (Batas Kabupaten Tabalong) - Kelua; Jalan Marabahan-Banjarmasin (Marabahan)/Jembatan Rumpiang -Marabahan
Kelua - Batas Kota Tanjung; Kota;
Mabuun - Simpang Empat Haruai; Desa Hamparaya (Batas Kabupaten Balangan) - Mantimin;
Jalan ke Arah Takisung; jalan lingkar dan jalan dalam kawasan perkantoran Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan di Banjarbaru;
Pelaihari -Batakan;
jalan lingkar Banjarmasin (Kota Banjarmasin);
Jalan Antasari (Pelaihari); dan
jalan lingkar Astambul - Bincau; Astambul - Kalampayan (Kabupaten Banjar);
Jalan ke Arah Batakan.
jalan lingkar Simpang Empat - Karang Intan - Cempaka - Banjarbaru - Liang
4) Jaringan jalan kolektor primer-2 (JKP-2) untuk jalan strategis provinsi rencana,
Anggang - Trisakti;
menghubungkan pusat kegiatan pelayanan publik, kegiatan pusat kegiatan lokal dan
pusat kegiatan produksi pertanian, meliputi: jalan lingkar Rantau by pass (Kabupaten Tapin);
Jalan Jenderal Sudirman Banjarmasin; jalan lingkar Negara (Kabupaten Hulu Sungai Selatan);
Jalan Merdeka Banjarmasin; jalan lingkar Kandangan - Simpang Hamalau - Teluk Pinang - HM Yusie
(Kabupaten Hulu Sungai Selatan);
Jalan Simpang Ulin (Jalan Kesehatan) Banjarmasin;
jalan lingkar timur Barabai;
Jalan Pramuka Banjarmasin;
jalan lingkar timur Balangan (Kabupaten Balangan);
Pasir Mas - Jembatan Barito;
jalan lingkar Maburai - Tanta - Jangkung/Wikau - Masukau - Mabuun (Kabupaten
Jalan Palam Banjarbaru;
Tabalong);
Jalan Taruna Banjarbaru;
jalan lingkar utara Amuntai Lama - Rakha;
Jalan Angkasa - Akses Bandara;
jalan lingkar utara Pelaihari - Tambang Ulang - Batu Ampar (Kabupaten Tanah
Jalan Golf Banjarbaru; Laut);
Jalan Kong Ex Banjarbaru; jalan lingkar Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu); dan
Simpang 3 Lingkar Utara - Lingkar Utara Banjarbaru; jalan lingkar Pulau Laut (Kabupaten Kotabaru) : Kotabaru - Stagen
Sungai Ulin - Mistar Cokrokusumo (jalan Lingkar Timur Banjarbaru); -Sebelimbingan - Tanjung Serdang - Lontar - Tanjung Lalak - Tanjung Seloka -
Berangas - Kotabaru.
Bundaran KM 17 - Terminal Regional - Lingkar Selatan (Jalan Gubernur
Subarjo); 6) Rencana pembangunan, peningkatan dan pengembangan jaringan jalan dan
jembatan yang menghubungkan antar kawasan dan antar daerah pada bagian
Margasari - Buas-Buas; barat, bagian tengah dan bagian timur - tenggara Daerah, meliputi:
Buas-Buas - Tabatan Baru (Batas Kaliamantan Tengah) jembatan penghubung daratan Pulau Kalimantan - daratan Pulau Laut;
Buas-Buas - Negara; jembatan penghubung kawasan Pelabuhan Banjarmasin dengan zona industri
Sungai Mandala - Sungai Buluh; Barito Muara (Kabupaten Barito Kuala) pada Sungai Barito dan jalan menuju
Jembatan Barito (Kabupaten Barito Kuala);
Guntung - Panaitan - Lampihong (Kabupaten Hulu Sungai Utara);
jembatan penghubung (flyover) Jalan P. Antarasari - Jalan P. Samudera Kota
Banjang - Pulau Nyiur - Batu Mandi (Kabupaten Hulu Sungai Utara); Banjarmasin;
Halong - Manggalau; jembatan penghubung (flyover) Sungai Pangeran Kota Banjarmasin;
Jalan Lingkar Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu); jembatan Tabukan - Dadahup pada Sungai Kapuas Murung sebagai
Manggalau - Sampanahan; penghubung perbatasan Kabupaten Barito Kuala (Kalimantan Selatan) dengan
Kabupaten Kapuas (Kalimantan Tengah);
Simpang Banian - Sungai Durian; dan
jalan penghubung Pelabuhan Banjarmasin dengan pelabuhan Pelabuhan
Jalan Tanjung Serdang - Lontar - Tanjung Lalak - Tanjung Seloka - Pelaihari;
Berangas - Kotabaru.
jalan Margasari - Tamiang Layang (Provinsi Kalimantan Tengah);
5) Rencana pembangunan, peningkatan dan pengembangan jalan lingkar dalam
dan lingkar luar kabupaten/kota se Kalimantan Selatan, meliputi: jalan Alabio - Amuntai;
jalan lingkar Banjarbaru (Kota Banjarbaru); jalan Simpang Empat Pangaron (Kabupaten Banjar) - Sungai Loban - Pagatan
(Kabupaten Tanah Bumbu); dan
Kota Banjarmasin - Kabupaten Hulu Sungai Utara; Pelabuhan Utama Banjarmasin di Kota Banjarmasin yang terdiri dari Pelabuhan
Trisakti, Pelabuhan Martapura Baru, Pelabuhan Basirih dan rencana
Kota Banjarmasin - Kabupaten Hulu Sungai Selatan; pembangunan Pelabuhan Trisakti Baru; dan
Kota Banjarmasin - Kabupaten Tapin; Pelabuhan Utama Mekar Putih di Kabupaten Kotabaru.
Kota Banjarmasin - Kabupaten Katingan; 6) Pelabuhan Pengumpul
Kota Banjarmasin - Kabupaten Barito Selatan; Pelabuhan Batulicin dan Kersik Putih di Kabupaten Tanah Bumbu;
Kota Banjarmasin - Kabupaten Barito Utara; Pelabuhan Stagen dan Pelabuhan Sebuku di Kabupaten Kotabaru;
Kota Banjarmasin - Murung Raya; Pelabuhan Kintap dan Pelabuhan Pelaihari di Kabupaten Tanah Laut.
Kota Banjarmasin - Kabupaten Kapuas; dan 7) Pelabuhan Pengumpan
Kabupaten Tanah Bumbu - Kabupaten Kotabaru. Pelabuhan Sungai Danau, Pelabuhan Pagatan, Pelabuhan Sungai Loban,
f. Jaringan Perkeretaapian dan Pelabuhan Satui di Kabupaten Tanah Bumbu;
1) Jalur kereta api untuk angkutan penumpang dan barang antarkota PKN, yaitu Pelabuhan Gunung Batu Besar, Pelabuhan Serongga, Pelabuhan Marabatuan di
ruas Banjarmasin - Pelabuhan Banjarmasin - Gambut - Sungai Tabuk - Kabupaten Kotabaru.
Bandara Syamsudin Noor - Handil Bakti - Kapuas - Pulang Pisau -Palangkaraya; b. Terminal Penumpang dan Peti Kemas
2) Jalur kereta api untuk angkutan penumpang dan barang antar kota PKN 1) Rencana peningkatan dan pengembangan terminal penumpang di:
dengan PKW dan PKL, yaitu ruas:
Pelabuhan Utama Banjarmasin;
Tanjung - Paringin - Barabai - Kandangan - Rantau - Martapura -
Banjarbaru - Bandara Syamsudin Noor - Pelabuhan Banjarmasin - Pelabuhan Pengumpul Batulicin dan Kersik Putih; dan
Banjarmasin; Pelabuhan Pengumpul Stagen Kotabaru.
Tanjung - Balikpapan; 2) Rencana peningkatan dan pengembangan terminal peti kemas di:
Banjarmasin - Pelaihari - Pelabuhan Pelaihari - Jorong - Asam-Asam - Kintap - Pelabuhan Utama Banjarmasin di Kota Banjarmasin;
Satui - Pagatan - Pelabuhan Batulicin dan Kersik Putih -Batulicin - Serongga -
Pelabuhan Pengumpul Batulicin dan Kersik Putih; dan
Sengayam - Tanah Grogot - Balikpapan;
Pelabuhan Pengumpul Stagen Kotabaru.
Tanjung - Palangka Raya;
Tanjung - Buntok - Muarateweh;
3. Sistem Transportasi Udara
Handil Bakti - Marabahan; dan
a. Jaringan Bandar Udara
Pelaihari - Batakan (Rencana Pelabuhan Laut Tanjung Dewa).
1) Bandar udara pengumpul skala sekunder, yaitu Syamsudin Noor -Banjarmasin PLTD Pagatan;
di Kota Banjarbaru;
PLTD Penangkalaan;
2) Bandar udara pengumpul skala tersier adalah Gusti Syamsir Alam/Stagen di
PLTD Barabai;
Kabupaten Kotabaru;
PLTD Maburai Tanjung;
3) Bandar udara pengumpan (spoke) khusus Warukin Tanjung di Kabupaten Tabalong
dan Bandar Udara Bersujud di Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu; PLTD Sungai Kupang Kotabaru;
4) Rencana peningkatan dan pengembangan Bandar Udara Syamsudin Noor PLTD Gunung Batu Besar Kotabaru;
berstandar pelayanan internasional; PLTD Bungkukan Kotabaru;
5) Rencana penyusunan rencana induk pembangunan bandar udarainternasional PLTD Kotabaru;
sebagai bandar udara alternatif;
PLTD Sungai Bali Kotabaru;
6) Rencana pemindahan dan pembangunan Bandar Udara Bersujud dari Kota Batulicin
ke lokasi lainnya di Kabupaten Tanah Bumbu; PLTD Semaras Kotabaru;
7) Rencana peningkatan dan pengembangan Bandar Udara untuk menunjang jalur PLTD Tanjung Seloka Kotabaru; dan
penerbangan reguler perintis dan antarbandar udara perintis se Kalimantan PLTD Tanjung Lontar Kotabaru.
Selatan di:
b. PLTA/MH
Bandar Udara Bersujud Kabupaten Tanah Bumbu;
PLTA/MH Riam Kanan, Kabupaten Banjar;
Bandar Udara Gusti Syamsir Alam Stagen di Kabupaten Kotabaru; dan
PLTA/MH Riam Kiwa, Kabupaten Banjar;
Bandar Udara Warukin di Kabupaten Tabalong.
PLTA/MH Tapin, Kabupaten Tapin;
b. Terminal Penumpang dan Kargo
PLTA/MH Kusan, Kabupaten Tanah Bumbu;
1) Rencana peningkatan dan pengembangan terminal penumpang Bandar udara
pengumpul Syamsudin Noor Banjarmasin di Kota Banjarbaru; PLTA Kusan, Kabupaten Tanah Bumbu;
2) Rencana peningkatan dan pengembangan terminal kargo Bandar udara PLTA/MH Pitap I dan Pitap II, Kabupaten Balangan;
pengumpul Syamsudin Noor Banjarmasin di Kota Banjarbaru. PLTA/MH Batang Alai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah; dan
c. Jalur Penerbangan PLTA/MH Ayu, Kabupaten Tabalong.
1) Rencana peningkatan dan pengembangan jalur penerbangan lokal, regional, c. PLTU
nasional dan pembukaan jalur internasional sesuai dengan kebutuhan
mekanisme pasar pada: PLTU Asam-Asam, Kabupaten Tanah Laut;
Bandar Udara Syamsudin Noor Banjarmasin di Kota Banjarbaru; PLTU IPP Tanjung, Kabupaten Tabalong; dan
Bandar Udara Bersujud di Kabupaten Tanah Bumbu; PLTU Sigam, Kabupaten Kotabaru.
Bandar Udara Gusti Syamsir Alam di Kabupaten Kotabaru; dan d. PLTG
Bandar Udara Warukin di Kabupaten Tabalong. PLTG Trisakti Banjarmasin;
2) Rencana peningkatan penanggulangan kabut asap, gangguan akibat kegiatan PLTG Mobile PP Kalimantan Selatan/Tengah (2 x 100 MW) di Banjarmasin;
lainnya untuk keselamatan operasi penerbangan terutama pada wilayah Bandar PLTG Kalimantan Selatan Peaker 1 (200 MW), di Kabupaten Barito Kuala.
Udara Syamsudin Noor.
e. Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik
PLTU Asam-Asam Unit 3, Unit 4, Unit 5, Unit 6 dan Unit 7, Kabupaten Tanah Laut;
C. Rencana Sistem Jaringan Energi
PLTU Kalselteng 2 (100 MW) di Kabupaten Tanah Laut;
Rencana sistem jaringan energi di Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas: rencana
pengembangan pembangkit listrik, jaringan transmisi dan rencana pengembangan gardu induk. PLTU Kalimantan Selatan (FTP2) (2 x 100MW), di Kabupaten Tabalong;
1. Pembangkit Listrik PLTU Kotabaru, Kabupaten Kotabaru; dan
a. PLTD PLTU IPP Kalimantan Selatan Tanjung, Kabupaten Tabalong.
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I - 14
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
2. Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumberdaya Air Wilayah Provinsi 2. Kawasan peruntukan pertanian;
a. Air Baku Untuk Kebutuhan Industri 3. Kawasan peruntukan perikanan dan kelautan;
Sungai Barito; 4. Kawasan peruntukan pertambangan;
Sungai Martapura; dan 5. Kawasan peruntukan perindustrian;
Sungai Batulicin. 6. Kawasan peruntukan pariwisata;
b. air baku untuk kebutuhan air minum kawasan perkotaan 7. Kawasan peruntukan permukiman; dan
Waduk Riam Kanan di Kabupaten Banjar; 8. Kawasan peruntukan lainnya.
Sungai Martapura;
Sungai Negara; 1.4.2.4 Rencana Kawasan Strategis
Sungai Tabalong; Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Kalimantan Selatan terdiri atas:
Sungai Kintap; dan 1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;
Sungai Batulicin. 2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; dan
c. Rencana pembangunan embung dan sumur bor pada kabupaten/kota untuk 3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan negara.
memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat.
d. Rencana pembangunan Sistem Penyedian Air Minum (SPAM) Regional Kawasan
Metropolitan Banjarbakula. Secara lebih rinci Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut:
A. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Sistem Jaringan prasarana persampahan Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas: 2. Kawasan Rawa Batang Banyu;
1. Tempat pemrosesan akhir sistem jaringan persampahan regional Hulu Sungai Utara, 3. Kawasan Industri Batulicin dan sekitarnya;
Tabalong dan Balangan di Tabing Liring Kabupaten Hulu Sungai Utara; dan 4. Kawasan Industri Kotabaru dan sekitarnya; dan
2. Rencana tempat pemprosesan akhir sistem jaringan persampahan dan insenerator untuk 5. Kawasan Industri Jorong dan sekitarnya.
sampah medis dan bahan berbahaya beracun (B3) Regional Kawasan Metropolitan
Banjarbakula di Kabupaten Banjar. B. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Hidup
1. Kawasan Pegunungan Meratus; dan
1.4.2.3 Rencana Pola Ruang 2. Kawasan pesisir dan pulau-pulau Kecil, kawasan terbuka sepanjang pantai timur-
Rencana pola ruang Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas: rencana pola ruang kawasan tenggara wilayah Daerah denganberbagai pola pemanfaatan ruang baik lindung
lindung dan rencana pola ruang kawasan budidaya yang terdiri atas: maupun budidaya.
A. Kawasan Lindung C. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan Negara
1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya; 1. Kawasan tertentu di sepanjang sungai, pesisir pantai, laut dan pulau-pulau kecil di Kota
Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut,
2. Kawasan perlindungan setempat;
Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru sebagai daerah pertahanan
3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; laut, daerah pendaratan, daerah basis militer, daerah latihan militer, daerah
pembuangan amunisi, gudang amunisi, daerah uji coba persenjataan dan daerah
4. Kawasan rawan bencana alam;
industri pertahanan; dan
5. Kawasan Ruang Terbuka Hijau; dan
2. Kawasan tertentu di Pegunungan Meratus di Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar,
6. Kawasan lindung lainnya. Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten
B. Kawasan Budidaya Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu
Sungai Selatan, Kabupaten Tapin sebagai daerah pertahanan darat dan daerah
1. Kawasan peruntukan hutan produksi;
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I - 17
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
pertahanan udara, daerah basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan
amunisi, gudang amunisi dan daerah uji coba persenjataan.
Gambar 1.4
Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Kalimantan Selatan – Sheet 1
Gambar 1.5
Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Kalimantan Selatan – Sheet 2
Gambar 1.6
Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Kalimantan Selatan – Sheet 3
Gambar 1.7
Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Kalimantan Selatan – Sheet 4
Gambar 1.8
Peta Rencana Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Selatan
Visi Kalimantan Selatan Tahun 2005-2025 ini mencerminkan keinginan seluruh komponen
masyarakat untuk menuju pada kehidupan yang lebih baik dimasa datang yang selaras dengan
tujuan pembangunan sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Visi “Maju dan Sejahtera ”mengandung makna bahwa dalam 20 tahun mendatang Provinsi
Kalimantan Selatan memiliki sumber daya yang handal dan fondasi ekonomi yang kuat serta
1. Memberikan arah pengembangan yang tepat terhadap potensi Kepariwisataan dari sisi dapat memberikan kesempatan yang secara relatif seimbang pada semua lapisan masyarakat
produk, pasar, spasial, sumberdaya manusia, manajemen, dan sebagainya sehingga untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan menikmati hasil-hasilnya.
dapat tumbuh dan berkembang secara positif dan berkelanjutan bagi pengembangan
wilayah dan kesejahteraan masyarakat. Visi “Perdagangan dan Jasa Berbasis Agroindustri” mengandung makna bahwa pembangunan
yang dilaksanakan berorientasi pada perdagangan dan jasa dengan menumbuhkan agro industri
2. Mengatur peran setiap stakeholders terkait baik lintas sektor, lintas pelaku, maupun lintas sebagai pilar utama. Agro industri dimaksud merupakan kegiatan yang berperan menciptakan
daerah/wilayah agar dapat mendorong pengembangan pariwisata secara sinergis dan nilai tambah, menghasilkan produk untuk dipasarkan/digunakan/dikonsumsi, meningkatkan daya
terpadu. simpan, menambah pendapatan dan keuntungan produsen, menciptakan lapangan kerja,
memperbaiki pemerataan pendapatan serta menarik pembangunan sektor pertanian sebagai
sektor penyedia bahan baku. Optimalisasi nilai tambah dicapai dengan pola industri yang
Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Wilayah Pegunungan berintegrasi langsung dengan usaha tani keluarga dan perusahaan pertanian.
Meratus termasuk ke dalam wilayah Destinasi Pariwisata Nasional Banjarmasin – Martapura,
dimana Kawasan Pegunungan Meratus merupakan bagian dari Kawasan Pengembangan
Pariwisata Nasional (KPPN) Martapura dan Sekitarnya, serta Kawasan Hutan Pegunungan B. Misi
Meratus Lhoksado di Kabupaten Hulu Sungai Selatan ditetapkan sebagai Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN). Dalam mewujudkan Visi Pembangunan Provinsi Kalimantan Selatan tersebut ditempuh berbagai
misi sebagai berikut:
Adapun arahan pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Lhoksado, adalah
sebagai berikut: 1. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas SDM,dengan menitikberatkan pada aspek
kesehatan, pendidikan dan kehidupan sosial budaya dan agama berlandaskan pada
1. Pengembangan Rencana Detail Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional; IPTEK dan IMTAQ.
2. Pengembangan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan pada daya tarik wisata prioritas 2. Mengembangkan ekonomi kearah industri dan perdagangan, yang berbasis pada potensi
di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional; agraris dan kerakyatan dengan dukungan transportasi yang baik.
3. Penetapan Regulasi Rencana Detail Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata 3. Mengembangkan prasarana dan sarana pembangunan, yang relatif merata pada berbagai
Nasional; wilayah pembangunan.
4. Penetapan Regulasi tentang tata bangunan dan lingkungan pada daya tarik wisata 4. Mendorong pengelolaan SDA secara efisien,untuk menjamin kelanjutan pembangunan
prioritas di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional; dan menjaga keseimbangan lingkungan.
5. Program pemasaran untuk mengembangkan kelompok ceruk pasar (niche market/minat 5. Menciptakan taat asas dan tertib hukum, bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah,
khusus) dari segmen wisatawan mancanegara yang terfokus kepada destinasi-destinasi kehidupan berpolitik, sosial, budaya dan agama.
pariwisata nasional secara bertahap dan berkelanjutan berupa Wisata Ekologi Hutan di
Lhoksado dan Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Martapura).
Gambar 1.9
Peta Destinasi Pariwisata Nasional Banjarmasin – Martapura dan Sekitarnya
Gambar 1.10
Peta Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Lhoksado
2. TERDEPAN, Kata terdepan mempunyai arti paling muka, paling depan, terdahulu atau manfaatnya, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, itik, bebek dan lain-lain.
utama. Kata ini menunjukkan semangat bagaimana Kalsel yang selama ini di anomimkan Sementara pada bidang budidaya, banyak jenis tanaman pangan yang dapat
dengan kata (kalah selalu), untuk bangkit menjadi salah satu provinsi termaju di dibudidayakan, seperti durian, jeruk, rambutan, pepaya, dan lain-lain. Upaya
regional Kalimantan, bahkan juga tentunya di harapkan secara nasional. Untuk ini pengembangan usaha pertanian dan turunannya berorientasi pada peningkatan
diperlukan adanya semangat dan kerja yang luar biasa, dari seluruh komponen aparat produktivitas, kreatifitas dan inovatif, dengan memanfaatkan teknologi dan kualitas SDM
pemerintah daerah, serta seluruh komponen masyarakat lainnya untuk secara bersama- masyarakat dalam mengelola sumber daya alam yang diukur dari pengeluaran
sama mendukung. Terdepan dapat diartikan dan dilihat dengan tingkat pencapaian konsumsi rumah tangga baik pangan dan non pangan.
indikator-indikator pembangunan daerah yang dapat diraih minimal mendekati rata-rata
3. Berkeadilan
nasional dan bahkan diharapkan kedepannya bisa berada di atas rata-rata nasional.
Tujuan pembangunan adalah mewujudkan masyarakat yang adil, makmurdan sejahtera
yang merata, materil dan spiritual berdasarkan Pancasila. Dikarenakan pembangunan di
Selanjutnya untuk mendukung Kalimantan Selatan yang Mapan (Mandiri dan Terdepan) Provinsi Kalimantan Selatan masih terpusat di kota Banjarmasin, maka pembangunan di
dimaksud, terdapat lima elemen utama pembangunan, yaitu aspek berdikari, aspek berdaya Provinsi Kalimantan Selatan belum dapat dikatakan berkeadilan bagi seluruh masyarakat
saing, aspek sejahtera, aspek berkeadilan dan aspek berkelanjutan. Penjelasan dari masing- Povinsi Kalimantan Selatan. Untuk itu wilayah lainnya juga perlu dikembanangkan
masing elemen adalah sebagai berikut: selanjutnya walaupun sektor pertanian mendominasi roda perekonomian di Provinsi
Kalimantan Selatan. Tetapi sektor lainnya tetap juga dikembangkan agar dapat
1. Berdikari
menyerap tenaga kerja dan berperan serta dalam meningkatkan pendapatan masyarakat,
Berdikari merupakan kemampuan daerah untuk dapat melaksanakan dan memenuhi yang ditunjang dengan Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di semua bidang
kebutuhan dasar masyarakatnya, terutama dalam hal penyediaan kebutuhan pangan, pembangunan
energi, air bersih, serta pendidikan, kesehatan. Peningkatan kemandirian dapat
4. Sejahtera
diwujudkan oleh pemerintah provinsi dengan berbagai program pembangunan daerah
untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran. Sampai saat ini kemiskinan dan Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama di dalam pembangunan. Pemerintah
pengangguran adalah hal yang berhubungan langsung dengan masalah pembangunan. di dalam setiap implementasi kebijakan selalu menjadikan kesejahteraan sebagai tujuan
Untuk merealisasikan cita-cita tersebut, pemerintah harus mengembangkan sektor yang yang hendak dicapai. Ada beberapa indikator yang bisa dijadikan landasan bahwa
padat karya dengan tujuan untuk meningkatkan dan memeratakan pendapatan kesejahteraan masyarakat mengalami penurunan. Indikator tersebut adalah terjadi
masyarakat dengan alat ukur Mandiri Pengangguran (TPT), kemiskinan (jumlah dan perlambatan tingkat pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat Inflasi terutama untuk
tingkat kemiskinan) dan pemerataan pembangunan (Gini Rasio). kelompok makanan, gagalnya kebijakan dan program pemerintah dalam menjaga daya
beli masyarakat akibat ditundanya ata u dihilangkannya program sosial.
2. Berdaya Saing
5. Berkelanjutan
Daya saing merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang
memenuhi pengujian internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis,
memelihara tingkat pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan, atau kemampuan masyarakat, dsb) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan
daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”. Salah satu faktor yang harus dihadapi
tetap terbuka terhadap persaingan eksternal.Provinsi Kalimantan Selatan pada periode adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan
ketiga RPJPD ingin mengembangkan tentang agrobisnis, hal ini dikarenakan Provinsi pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Hal tersebut di atas terkandung dua gagasan
Kalimantan Selatan merupakan salah satu lumbung padi Nasio nal. Agrobisnis penting yaitu gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan esensial kaum miskin yang
merupakan bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di harus diberi prioritas utama dan gagasan keterbatasan, yang bersumber pada kondisi
sektor hulu maupun hilir. Agrobisnis terbagi dalam dua bidang yaitu peternakan dan teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi
budidaya. Di bidang peternakan misalnya, terdapat hewan-hewan yang bisa diambil kebututuhan kini dan hari depan.
D. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Meningkatnya Kuantitas dan Kualitas Infrastruktur Perekonomian
Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran Sasaran ini diarahkan pada pembangunan infrastruktur yang mendukung percepatan
pembangunan pada masing-masing misi dan prioritas pembangunan sebagai berikut: pertumbuhan perekonomian seperti ketersediaan sarana prasarana konektivitas antar
wilayah, ketersediaan tampungan air dan ketersediaan pembangkit listrik yang memadai.
1. Misi Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang Agamis, Sehat, Cerdas dan Terampil,
tujuan pada misi ini adalah: Meningkatkan Daya Saing Sumber Daya Manusia. Sasaran yang 5. Misi Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah yang Berbasis Sumberdaya Lokal
harus dipenuhi untuk pencapaian tujuan ini adalah: dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan, tujuan pada misi ini adalah:
a. Meningkatkan daya saing perekonomian, sasaran yang harus dipenuhi untuk pencapaian 9. Mendukung pengembangkan ekonomi kreatif yang mempunyai nilai tambah, berdaya
tujuan ini adalah: saing dan berkelanjutan;
Terwujudnya Mandiri Pangan 10. Meningkatkan pemanfaatan potensi Pariwisata ekonomi kreatif yang dapat menciptakan
nilai tambah, mengembangkan potensi seni budaya serta mendorong pembangunan
Meningkatnya Kontribusi sektor pertanian
daerah; dan
Meningkatnya Kontribusi Sektor Industri, Perdagangan dan Jasa
11. Mengebangkan sumber daya Pariwisata ekonomi kreatif secara berkualitas.
Meningkatnya Kontribusi Sektor Pariwisata
Meningkatnya Nilai Investasi Dalam Aktivitas Perekonomian
C. Tujuan Pembangunan Kepariwisataan
b. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup Daerah, sasaran yang harus dipenuhi untuk
Tujuan Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2028 adalah:
pencapaian tujuan ini adalah: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang ingin dicapai
sampai tahun 2021 adalah sebesar 65 point dari kondisi awal 2014 sebesar 55,86 point. 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata yang mampu meningkatkan
kunjungan Wisatawan nusantara dan mancanegara dan pendapatan daerah dan
masyarakat dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan;
1.5.4 Rencana Induk Kepariwisataan Daerah (RIPARDA) Provinsi Kalimantan 2. Mewujudkan media pemasaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan citra
Selatan Tahun 2013-2028 (Perda Kalimantan Selatan No. 11 Tahun 2013) Kawasan Pariwisata Daerah dan apresiasi terhadapnya sehingga mampu menarik
kunjungan dan kunjungan ulang Wisatawan mancanegara dan Wisatawan nusantara;
A. Visi
3. Memasarkan Destinasi Pariwisata dengan menggunakan media pemasaran secara efektif
Visi pembangunan kepariwisataan Daerah Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2028 adalah: dan efisien untuk meningkatkan citra Destinasi Pariwisata sehingga mampu menarik
Terwujudnya Kalimantan Selatan sebagai Destinasi Pariwisata bertaraf kunjungan Wisatawan nusantara dan mancanegara;
internasional berbasis alam, budaya dan ekonomi kreatif yang berdaya saing, 4. Mewujudkan Industri Pariwisata yang dapat mengerakkan perekonomian daerah dan
berkelanjutan dan bertanggung jawab untuk mendorong pembangunan daerah pendapatan masyarakat melalui peningkatan investasi di bidang Pariwisata dengan tetap
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. mendukung pelestarian lingkungan;
5. Mengembangkan Lembaga Kepariwisataan dengan sistem kelola yang mampu
B. Misi mendorong pembangunan Kepariwisataan secara efektif dan efisien;
Misi pembangunan kepariwisataan Daerah Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2028 adalah: 6. Meningkatkan konstribusi industri ekonomi kreatif;
1. Mengembangkan kepariwisataan daerah dan daya tarik wisata yang berbasis alam, 7. Meningkatkan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif;
budaya, dan konomi kreatif; 8. Meningkatkan penciptaan inovasi baru di sektor industri kreatif; dan
2. Meningkatkan daya saing Pariwisata pada tingkat nasional maupun global sehingga 9. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup, sosial budaya, pendapatan asli daerah, dan
mampu meningkatkan jumlah kunjungan; pendapatan masyarakat.
3. Mengembangkan tujuan Wisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, dan
berwawasan lingkungan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
D. Sasaran Pembangunan Kepariwisataan
4. Mengembangkan pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul dan bertanggung jawab
untuk meningkatkan kunjungan Wisatawan baik nusantara maupun mancanegara; Sasaran Pembangunan Kepariwisataan Daerah kurun waktu Tahun 2013 sampai dengan Tahun
2028 meliputi:
5. Mengembangkan industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, mampu menggerakkan
kemitraan usaha, dan bertanggung jawab atas kelestarian dan keseimbangan lingkungan 1. Sasaran pembangunan Destinasi Pariwisata, meliputi :
alam dan sosial budaya; Terwujudnya Destinasi Pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan berdasarkan
6. Mengembangkan organisasi kelembagaan Pemerintah Daerah, Pemerintah potensi yang dimiliki dengan berbasiskan alam, budaya dan ekonomi kreatif;
Kabupaten/Kota, swasta, dan masyarakat; Tersedianya sarana dan prasarana Pariwisata di Destinasi Pariwisata;
7. Mengembangkan sumber daya manusia, peraturan dan mekanisme operasional yang Terkelolanya Destinasi Pariwisata yang mempertahankan fungsi dan daya dukung
efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya kepariwisataan yang lingkungan; dan
berkelanjutan;
Terwujudnya pemberdayaan masyarakat di bidang Pariwisata melalui program
8. Meningkatkan masyarakat sadar Wisata untuk mendukung tercapainya Sapta Pesona; pemberdayaan dan kemitraan usaha.
6. Delineasi KSP mencakup kawasan inti dan kawasan penyangga, Kawasan inti KSP 9. Muatan RTR KSP dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
Pegunungan Meratus merupakan objek utama perencanaan atau pembangunan dan/atau ditentukan dengan mempertimbangkan:
berada di wilayah daratan,
Fungsi kawasan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup terkait besarnya
7. Kawasan penyangga KSP Pegunungan Meratus ditetapkan dengan kriteria: manfaat perlindungan setempat dan perlindungan kawasan bawahannya serta
kekayaan keanekaragaman hayati;
Merupakan kawasan yang memiliki pengaruh, pelindung, dan berdampak langsung
terhadap kawasan inti; Pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, dan pengawasan pada kawasan yang
memiliki potensi sumberdaya alam dan lingkungan; dan/atau;
Memiliki radius tertentu dari batas terluar Kawasan inti; dan/atau
Pengembangan jaringan prasarana pada kawasan sumber daya alam dan lingkungan
Berada di wilayah daratan dan/atau wilayah perairan
yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
8. KSP Pegunungan Meratus harus digambarkan 10. KSP Pegunungan Meratus merupakan kawasan lintas kabupaten. Kawasan ini
Kawasan inti KSP digambarkan dengan skala ketelitian peta 1:25.000 hingga 1:5.000. membentang sepanjang 600 km dan merupakan bagian dari 10 kabupaten, yaitu: (1)
Kawasan penyangga KSP digambarkan dengan skala ketelitian peta 1:50.000 hingga Kabupaten Tabalong, (2) Kab. Balangan, (3) Kab. Kotabaru, (4) Kab. Hulu Sungai Tengah
1:25.000. (HST), (5) Kab. Hulu Sungai Selatan (HSS), (6) Kab. Tanah Bumbu, (7) Kab. Tapin, (8)
Kab. Banjar, (9) Kab. Tanah Laut, dan (10) Kota Banjarbaru.
Gambar 1.11
Peta Sebaran Loksi Geosite Pegunungan Meratus
Dalam hal perencanaan tata ruang KSP tidak Belum ditetapkan Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan bergambut ditetapkan sebagai berikut:
memerlukan adanya kawasan penyangga, delineasi
KSP hanya mencakup kawasan inti 1. Dilarang melakukan kegiatan budidaya di kawasan bergambut yang memiliki ketebalan
Wilayah perencanaan KSN, KSP, dan KSK dapat Kawasan Pegunungan Meratus
lebih besar atau sama dengan 3 (tiga) meter; dan
berhimpitan sebagian atau seluruhnya termasuk Kawasan Tahura Sultan Adam
dan Kawasan Pariwisata Strategis
2. Diizinkan membangun prasarana wilayah yang melintasi kawasan bergambut dengan
Nasional Loksado. ketebalan lebih besar atau sama dengan 3 (tiga) meter sebatas jalur lintasan setelah
mendapat rekomendasi dari Gubernur berdasarkan pertimbangan teknis dan administrasi
9 Skala Peta Skala peta RTR KSP ditentukan dengan
mempertimbangkan:
dari BKPRD.
a. kebutuhan informasi yang diperlukan dalam
proses perencanaan tata ruang;
b. luas wilayah perencanaan tata ruang;
c. nilai strategis kawasan. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan resapan air ditetapkan sebagai berikut:
a. Kawasan inti KSP digambarkan dengan skala Kawasan strategis wilayah provinsi
1. Dilarang mendirikan konstruksi bangunan yang menghalangi dan memperlambat proses
ketelitian peta 1:25.000 hingga 1:5.000. digambarkan dalam peta dengan tingkat aliran resapan air kecuali untuk kegiatan penelitian, bangunan pengendali air, sistem
b. Kawasan penyangga KSP digambarkan dengan ketelitian skala 1 : 250.000 yang peringatan dini dan untuk kepentingan umum di kawasan resepan air pada kawasan
skala ketelitian peta 1:50.000 hingga 1:25.000. tercantum dalam Lampiran III dan album
peta tematik lindung; dan
2. Kawasan budidaya yang difungsikan sebagai kawasan resapan air dipersyaratkan
Di samping penetapan Pegunungan Meratus sebagai KSP dalam Perda RTRW Provinsi mempunyai adanya sumur-sumur resapan air, bahan dan tumbuhan yang mempunyai
Kalimantan Selatan, dalam perda tersebut diatur juga indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan daya serap air tinggi, tingkat kerapatan bangunan rendah, terbatas, dan konstruksi
Hutan Lindung, Kawasan Bergambut dan Kawasan Resapan Air yang terkait dengan bangunan tidak menghalangi proses aliran resapan air.
Pegunungan Meratus. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan hutan lindung ditetapkan
sebagai berikut:
Berdasarkan uraian di atas, maka aspek, kriteria dan indikator serta skoring penilaian delineasi
1. Dalam kawasan hutan lindung dapat dilakukan kegiatan lain yang bersifat Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Pegunungan Meratus secara lebih rinci disajikan pada Tabel
komplementer/saling melengkapi terhadap fungsi hutan lindung; I.3 berikut.
2. Dilarang melakukan kegiatan pertambangan pola terbuka di kawasan hutan lindung;
3. Kawasan hutan lindung dapat dialihfungsikan sepanjang mengikuti prosedur perubahan
fungsi kawasan hutan dan peruntukan kawasan hutan;
1.6.2 Penilaian Delineasi
4. Kawasan hutan lindung yang telah rusak kondisi vegetasi dan lingkungannya, statusnya Proses penilaian delineasi Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Pegunungan Meratus dengan
dapat diturunkan menjadi kawasan hutan lainnya dan setelah dilakukan proses restorasi menggunakan dasar pertimbangan sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya
dan rehabilitasi dapat dikembalikan dengan fungsi semula; menghasilkan 3 alternatif delineasi yang secara lebih rinci disajikan pada Tabel I.4.
1. Kawasan Pegunungan Meratus adalah merupakan kawasan strategis dari sudut Di Kabupaten Balangan meliputi: sebagian wilayah Kecamatan Awayan, sebagian
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup (Perda Nomor 9 Tahun 2015 Pasal wilayah Kecamatan Halong, sebagian wilayah Kecamatan Juai, sebagian wilayah
88); Kecamatan Batu Mandi dan sebagian wilayah Kecamatan Tebing Tinggi;
2. Kawasan Pegunungan Meratus terdiri atas kawasan hutan lindung yang memanjang Di Kabupaten Kotabaru meliputi: sebagian wilayah Kecamatan Pamukan Barat,
dari Kabupaten Kotabaru sampai dengan Kabupaten Banjar termasuk Kawasan sebagian wilayah Kecamatan Sungai Durian, sebagian wilayah Kecamatan Hampang,
Tahura Sultan Adam dan Kawasan Pariwisata Strategis Nasional Loksado; dan sebagian wilayah Kecamatan Kalumpang Hulu;
3. Untuk menunjang perlindungan dan pelestarian lingkungan di kawasan lindung sebagai Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah meliputi: sebagian wilayah Kecamatan Batang Alai
zona inti, deliniasi Kawasan Pegunungan Meratus juga meliputi zonapenyangga yang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Haruyan, sebagian wilayah Kecamatan Limpasu
berada disekitarnya dengan mempertimbangkan rencana pola ruang, hak guna usaha, ijin dan sebagian wilayah Kecamatan Hantakan;
usaha pertambangan, kawasan geosite/cagar alam geologi, kegiatan perhutanan sosial
Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan meliputi: wilayah Kecamatan Loksado, sebagian
dan kemitraan kehutanan serta pariwisata;
wilayah Kecamatan Padang Batung dan sebagian wilayah Kecamatan Telaga Langsat;
4. Secara administratif Rencana Tata Ruang Kawasan Pegunungan Meratus meliputi
Di Kabupaten Tapin meliputi sebagian wilayah Kecamatan Piani, sebagian wilayah
cakupan sebagai berikut:
Kecamatan Bungur dan sebagian wilayah Kecamatan Hatungun;
Di Kabupaten Tabalong sebagian wilayah Kecamatan Haruai, sebagian wilayah
Kecamatan Muara Uya, sebagian wilayah Kecamatan Jaro dan sebagian wilayah
Kecamatan Upau;
Tabel I.3
Aspek, Kriteria, Indikator dan Pembobotan Kriteria Delineasi Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Pegunungan Meratus
BOBOT
NO ASPEK & KRITERIA INDIKATOR DATA / INFORMASI / PETA KETERANGAN = SKOR
(%)
A ASPEK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
& RENCANA TATA RUANG
1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional/ 5 Rencana Sistem Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi/ PKN / PKW = 5
Provinsi/Kabupaten Perkotaan Kabupaten/Kota PKL / PPK / PPL = 3
Non Struktur = 1
10 Rencana Sistem Jaringan Peta Rencana Sistem Jaringan Infrastruktur ZONA INTI
Infrastruktur Provinsi/ Kabupaten/Kota Terdapat Rencana Jaringan Sumberdaya Air = 5
ZONA PENYANGGA
Terdapat Rencana Pembangunan Infrastruktur = 5
Tidak Terdapat = 1
15 Rencana Pola Ruang Peta Rencana Pola Ruang Provinsi/ ZONA INTI
Kabupaten/Kota Kawasan Lindung (Hutan Lindung, Kawasan Konservasi, Kawasan Resapan Air) =
5
ZONA PENYANGGA
Kawasan Budidaya yang memiliki Fungsi Lindung (Hutan Produksi Tetap, Hutan
Produksi Terbatas, Hutan Produksi Konversi) dan Kawasan Pariwisata = 3
Kawasan Budidaya Lainnya (Permukiman, Perkebunan, Pertanian, dll) = 1
5 Kawasan Strategis Peta Rencana Kawasan Strategis Provinsi/ ZONA INTI
Kabupaten/Kota Merupakan Kawasan Strategis Provinsi/Kabupaten/Kota Sudut Kepentingan Daya
Dukung Lingkungan Hidup= 5
ZONA PENYANGGA
Merupakan Kawasan Strategis Provinsi/Kabupaten/Kota Bukan dari Sudut
Kepentingan Daya Dukung Lingkungan Hidup = 3
Bukan Kawasan Strategis Provinsi/Kabupaten/Kota = 1
2 Rencana Induk Pembangunan 5 Destinasi Pariwisata Peta Destinasi Pariwisata Nasional ZONA INTI
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010- Nasional Ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan
2025 (Peraturan Pemerintah Nomor 50 Pengembangan Pariwisata Nasional = 5
Tahun 2011) ZONA PENYANGGA
Merupakan bagian dari wilayah Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan
Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional = 3
Tidak ditetapkan/bagian dari Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan
Pengembangan Pariwisata Nasional = 1
3 Rencana Induk Kepariwisataan Daerah 5 Destinasi Pariwisata Peta Destinasi Pariwisata Daerah ZONA INTI
(RIPARDA) Provinsi Kalimantan Selatan Daerah Ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Daerah dan Kawasan
Tahun 2013-2028 (Perda Kalimantan Pengembangan Pariwisata Daerah = 5
Selatan No. 11 Tahun 2013) ZONA PENYANGGA
Merupakan bagian dari wilayah Kawasan Strategis Pariwisata Daerah dan
Kawasan Pengembangan Pariwisata Daerah = 3
Tidak ditetapkan/bagian dari Kawasan Strategis Pariwisata Daerah dan Kawasan
Pengembangan Pariwisata Daerah = 1
BOBOT
NO ASPEK & KRITERIA INDIKATOR DATA / INFORMASI / PETA KETERANGAN = SKOR
(%)
B ASPEK POTENSI KEGIATAN
1 Keterkaitan Spasial Ekonomi 10 Konektivitas dengan Kota Peta Sistem Transportasi & Pola Aliran Barang
Memiliki Akses Langsung Dengan Kota Utama / Simpul Transportasi = 5
Utama / Simpul
Tidak Memiliki Akses Langsung Dengan Kota Utama / Simpul Transportasi = 1
Transportasi
2 Penggunaan Lahan Eksisting 15 Penggunaan Lahan Peta Penggunaan Lahan ZONA INTI
Didominasi Penggunaan Lahan berupa Hutan dan Resapan Air = 5
ZONA PENYANGGA
Didominasi Penggunaan Lahan berupa Kawasan Perkebunan, Tegalan/Ladang,
Sawah, Semak Belukar, Permukiman = 3
Didominasi Penggunaan Lahan berupa Kawasan Pertambangan, Kawasan
Industri, dll = 1
3 Potensi Kegiatan Ekonomi (Pariwisata) 5 Keberadaan Objek Daya Peta Sebaran Objek Daya Tarik Wisata ZONA INTI
Tarik Wisata Wisata Alam, Wisata Budaya = 5
ZONA PENYANGGA
Wisata Minat Khusus / Buatan = 3
Tidak Memiliki Potensi Wisata = 1
C ASPEK FISIK WILAYAH
1 Kemampuan Lahan 5 Kemampuan Lahan Peta Kemampuan Lahan ZONA INTI
dalam kaitanya dengan Kawasan Dengan Kemampuan Lahan Sangat Rendah dan Rendah = 5
Pengembangan Kawasan ZONA PENYANGGA
Kawasan Dengan Kemampuan Lahan Sedang dan Agak Tinggi = 3
Kawasan Dengan Kemampuan Lahan Tinggi dan Sangat = 1
2 Daya Dukung Lahan 5 Daya Dukung Lahan Peta Daya Dukung Lahan ZONA INTI
dalam kaitanya dengan Kawasan Limitasi = 5
Pengembangan Kawasan ZONA PENYANGGA
Kawasan Kendala = 3
Kawasan Potensial = 1
3 Kesesuaian Lahan 5 Kesesuaian Lahan dalam Peta Kesesuaian Lahan ZONA INTI
kaitanya dengan Kawasan Kesesuaian Hutan, Perlindungan Setempat = 5
Pengembangan Kawasan ZONA PENYANGGA
Kawasan Kesesuaian Tanaman Pangan, Tanaman Tahunan, Perkebunan = 3
Kawasan Kesesuaian Permukiman = 1
4 Pola Aliran Sungai 10 Pola Aliran Sungai Peta Daerah Aliran Sungai Merupakan Daerah Aliran Sungai = 5
Bukan Daerah Aliran Sungai = 1
Sumber: Diolah dari Permen Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 37 Tahun 2016.
Tabel I.4
Hasil Penilaian Delineasi Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Pegunungan Meratus
ALTERNATIF DELINEASI
NO ZONA
ALTERNATIF I ALTERNATIF II ALTERNATIF III
KSP dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria:
a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b) merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna
yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan
kerugian;
d) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
f) memiliki pusat kegiatan pada kawasan rawan bencana dan mempunyai risiko bencana alam;
dan/atau
g) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap
kelangsungan kehidupan.
A ZONA INTI RENCANA STRUKTUR RUANG RENCANA STRUKTUR RUANG RENCANA STRUKTUR RUANG
adalah kawasan dimana kegiatan utama KSP berada, baik yang batasnya telah maupun belum 1. Rencana Sistem Pusat Pelayanan 1. Rencana Sistem Pusat Pelayanan 1. Rencana Sistem Pusat Pelayanan
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
- - -
Kawasan inti ditetapkan dengan kriteria merupakan objek utama perencanaan atau
Pembangunan. 2. Rencana Jaringan Prasarana 2. Rencana Jaringan Prasarana 2. Rencana Jaringan Prasarana
(Permen ATR/BPN No. 37 Tahun 2016, Pasal 16, Ayat (2)) -
Kawasan yang ditetapkan sebagai Zona inti ini karena Zona inti terdapat Prasarana Sumberdaya Air yang
terdapat Prasarana Sumberdaya Air yang mendukung mendukung fungsi perlindungan, pelestarian dan
fungsi perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan pemanfaatan sumberdaya air, berupa:
sumberdaya air, yang terdiri:
ALTERNATIF DELINEASI
NO ZONA
ALTERNATIF I ALTERNATIF II ALTERNATIF III
Waduk Riam Kanan Kabupaten Banjar Waduk Riam Kanan Kabupaten Banjar
Bendungan Nasional yaitu Bendungan PLTA Ir. Bendungan Nasional yaitu Bendungan PLTA Ir. Pangeran
Pangeran Muhammad Noor, Riam Kanan di Kabupaten Muhammad Noor, Riam Kanan di Kabupaten Banjar,
Banjar, Bendungan Riam Kiwa di Kabupaten Banjar
Bendungan Riam Kiwa di Kabupaten Banjar Bendungan Karang Intan di Kabupaten Banjar dan Kota
Bendungan Karang Intan di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru
Banjarbaru
ZONA INTI II
Kawasan yang ditetapkan sebagai Zona Inti II adalah Hutan
Lindung, Hutan Produksi dan Kawasan Permukiman dan
Wilayah Adat Dayak Meratus Lhoksado.
Penetapan kawasan ini sebagai Zona Inti adalah dalam rangka
mendukung pengembangan pariwisata berbasis wisata alam
dan kebudayaan (Dayak Meratus) tanpa merusak fungsi
lindung kawasan tersebut.
Permen ATR/BPN No. 37 Tahun 2016, Lampiran
Kawasan inti dapat dilengkapi dengan kawasan publik yang Permen ATR/BPN No. 37 Tahun 2016, Lampiran Permen ATR/BPN No. 37 Tahun 2016, Lampiran
dapat dimanfaatkan sesuai dengan prinsip-prinsip fungsi pada Kawasan inti dapat dilengkapi dengan kawasan publik yang Kawasan inti dapat dilengkapi dengan kawasan publik yang
kawasan inti untuk melestarikan sumber daya alam dan dapat dimanfaatkan sesuai dengan prinsip-prinsip fungsi pada dapat dimanfaatkan sesuai dengan prinsip-prinsip fungsi pada
lingkungan. kawasan inti untuk melestarikan sumber daya alam dan kawasan inti untuk melestarikan sumber daya alam dan
lingkungan. lingkungan.
ZONA INTI II
Kawasan yang ditetapkan sebagai Zona Inti II adalah Kawasan
Pegunungan Meratus Lhoksado yang ditetapkan sebagai
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di dalam
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun
2010-2025 (PP No. 50 Tahun 2011).
Penetapan kawasan ini sebagai Zona Inti adalah dalam rangka
mendukung pengembangan pariwisata berbasis wisata alam
dan kebudayaan (Dayak Meratus) tanpa merusak fungsi
lindung kawasan tersebut.
Permen ATR/BPN No. 37 Tahu 2016, Lampiran Permen ATR/BPN No. 37 Tahu 2016, Lampiran Permen ATR/BPN No. 37 Tahu 2016, Lampiran
Kawasan inti dapat dilengkapi dengan kawasan publik yang . Kawasan inti dapat dilengkapi dengan kawasan publik yang . Kawasan inti dapat dilengkapi dengan kawasan publik yang
dapat dimanfaatkan sesuai dengan prinsip-prinsip fungsi pada dapat dimanfaatkan sesuai dengan prinsip-prinsip fungsi pada dapat dimanfaatkan sesuai dengan prinsip-prinsip fungsi pada
kawasan inti untuk melestarikan sumber daya alam dan kawasan inti untuk melestarikan sumber daya alam dan kawasan inti untuk melestarikan sumber daya alam dan
lingkungan. lingkungan. lingkungan.
Skala peta RTR KSP ditentukan dengan mempertimbangkan: Skala: Skala: Skala:
a) kebutuhan informasi yang diperlukan dalam proses perencanaan tata ruang; Kawasan inti KSP digambarkan dengan skala ketelitian peta Kawasan inti KSP digambarkan dengan skala ketelitian peta Kawasan inti KSP digambarkan dengan skala ketelitian peta
b) luas wilayah perencanaan tata ruang; 1:25.000 hingga 1:5.000. 1:25.000 hingga 1:5.000. 1:25.000 hingga 1:5.000.
c) nilai strategis kawasan.
Sementara skala kehutanan baru ada sampai skala 1 : 250.000 Sementara skala kehutanan baru ada sampai skala 1 : 250.000 Sementara skala kehutanan baru ada sampai skala 1 : 250.000
ALTERNATIF DELINEASI
NO ZONA
ALTERNATIF I ALTERNATIF II ALTERNATIF III
B ZONA PENYANGGA RENCANA STRUKTUR RUANG RENCANA STRUKTUR RUANG RENCANA STRUKTUR RUANG
adalah kawasan sekitar kawasan inti KSP yang mempengaruhi fungsi kawasan inti atau dipengaruhi 1. Rencana Sistem Pusat Pelayanan 1. Rencana Sistem Pusat Pelayanan 1. Rencana Sistem Pusat Pelayanan
oleh kawasan inti, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sistem Kota-kota yang berfungsi sebagai pintu masuk Sistem Kota-kota yang berfungsi sebagai pintu masuk Sistem Kota-kota yang berfungsi sebagai pintu masuk
Kawasan penyangga ditetapkan dengan kriteria: (akses utama) yang menunjang kegiatan pariwisata di (akses utama) yang menunjang kegiatan pariwisata di (akses utama) yang menunjang kegiatan pariwisata di
a) merupakan kawasan yang memiliki pengaruh, dalam Kawasan Pegunungan Meratus, meliputi: dalam Kawasan Pegunungan Meratus, meliputi: dalam Kawasan Pegunungan Meratus, meliputi:
b) pelindung, dan berdampak langsung terhadap PKW Martapura PKW Martapura PKW Martapura
c) kawasan inti; PKL Kandangan PKL Kandangan PKL Kandangan
d) memiliki radius tertentu dari batas terluar kawasan PKL Banjar Baru PKL Banjar Baru PKL Banjar Baru
e) inti; dan/atau Dan lainya adalah Sistem Pusat Permukiman Kabupaten Dan lainya adalah Sistem Pusat Permukiman Kabupaten Dan lainya adalah Sistem Pusat Permukiman Kabupaten
f) berada di wilayah daratan dan/atau wilayah
g) perairan. 2. Rencana Jaringan Prasarana
2. Rencana Jaringan Prasarana 2. Rencana Jaringan Prasarana
Jaringan Sumberdaya Air, mempertimbangan pola
(Permen ATR/BPN No. 37 Tahun 2016, Pasal 16, Ayat (3)) Jaringan Sumberdaya Air, mempertimbangan pola aliran sungai sebagai sistem jaringan prasarana sumber Jaringan Sumberdaya Air, mempertimbangan pola
aliran sungai sebagai sistem jaringan prasarana sumber daya air wilayah Nasional dan Provinsi, mengingat salah aliran sungai sebagai sistem jaringan prasarana sumber
daya air wilayah Nasional dan Provinsi, mengingat salah satu fungsi KSP adalah perlindungan, pelestarian dan daya air wilayah Nasional dan Provinsi, mengingat salah
satu fungsi KSP adalah perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya air. satu fungsi KSP adalah perlindungan, pelestarian dan
pemanfaatan sumberdaya air. Jaringan Jalan, keterkaitan spasial ekonomi kawasan- pemanfaatan sumberdaya air.
Jaringan Jalan, keterkaitan spasial ekonomi kawasan- kawasan atau pusat permukiman yang memiliki akses Jaringan Jalan, keterkaitan spasial ekonomi kawasan-
kawasan atau pusat permukiman yang memiliki akses langsung dengan Kawasan Pegunungan Meratus dalam kawasan atau pusat permukiman yang memiliki akses
langsung dengan Kawasan Pegunungan Meratus dalam kaitanya dengan pengembangan wisata, yang ditandai langsung dengan Kawasan Pegunungan Meratus dalam
kaitanya dengan pengembangan wisata, yang ditandai dengan konektivitas jaringan jalan. kaitanya dengan pengembangan wisata, yang ditandai
dengan konektivitas jaringan jalan. dengan konektivitas jaringan jalan.
Permen ATR/BPN No. 37 Tahu 2016, Lampiran
Permen ATR/BPN No. 37 Tahu 2016, Lampiran Rencana struktur ruang KSP terdiri atas: sistem pusat kegiatan Permen ATR/BPN No. 37 Tahu 2016, Lampiran
Rencana struktur ruang KSP terdiri atas: sistem pusat kegiatan dan jaringan prasana wilayah yang mendukung fungsi dan daya Rencana struktur ruang KSP terdiri atas: sistem pusat kegiatan
dan jaringan prasana wilayah yang mendukung fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang berada di kawasan penyangga dan jaringan prasana wilayah yang mendukung fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup yang berada di kawasan penyangga yang terintegrasi dengan pusat-pusat kegiatan dalam RTRW dukung lingkungan hidup yang berada di kawasan penyangga
yang terintegrasi dengan pusat-pusat kegiatan dalam RTRW Provinsi/Kabupaten. yang terintegrasi dengan pusat-pusat kegiatan dalam RTRW
Provinsi/Kabupaten. Provinsi/Kabupaten.
Di Kabupaten Banjar meliputi: wilayah Kecamatan Sungai Pinang, wilayah Kecamatan Tabel I.5
Aranio, sebagian wilayah Kecamatan Karang Intan, sebagian wilayah Kecamatan Luas Wilayah Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Pegunungan Meratus
Mataraman, sebagian wilayah Kecamatan Paramasan, sebagian wilayah Kecamatan Berdasarkan Hasil Delineasi
Pengaron, sebagian wilayah Kecamatan Sambung Makmur, sebagian wilayah N KABUPATEN / KOTA /
LUAS WILAYAH (HA)
LUAS
ZONA %
Kecamatan Astambul dan sebagian wilayah Kecamatan Telaga Bauntung; O KECAMATAN ZONA INTI
PENYANGGA
WILAYAH
(HA)
Di Kabupaten Tanah Bumbu meliputi: sebagian wilayah Kecamatan Kusan Hulu, A KABUPATEN BALANGAN 65.503,30 25.918,00 91.421,30 10,32
1 Kec. Awayan 0,00 44,76 44,76 0,01
sebagian wilayah Kecamatan Mantewe dan sebagian wilayah Kecamatan Satui; 2 Kec. Halong 42.247,33 14.370,60 56.617,93 6,39
3 Kec. Jaui 0,00 1.253,70 1.253,70 0,14
Di Kabupaten Tanah Laut meliputi sebagian wilayah Kecamatan Kintap, sebagian 4 Kec. Tebingtinggi 23.255,97 10.248,95 33.504,92 3,78
wilayah Kecamatan Bajuin, sebagian wilayah Kecamatan Jorong, sebagian wilayah B KABUPATEN BANJAR 135.239,22 137.814,18 273.053,40 30,82
1 Kec. Aranio 85.314,21 15.498,62 100.812,83 11,38
Kecamatan Bati-Bati dan sebagian wilayah Kecamatan Batu Ampar; 2 Kec. Karangintan 7.567,22 17.469,97 25.037,19 2,83
TAPIN BANJARBARU 3 Kec. Mataram 2.775,87 5.202,70 7.978,57 0,90
Di Kota Banjarbaru meliputi:
2% sebagian wilayah Kecamatan Cempaka dan sebagian
0% 4 Kec. Paramasan 27.418,79 22.917,10 50.335,88 5,68
5 Kec. Pengaron 2.190,84 16.074,27 18.265,11 2,06
wilayah Kecamatan
TANAH BUMBU
16% 7%
Banjarbaru
TANAH LAUT Utara.
BALANGAN
10% 6 Kec. Sumbangmakmur 0,00 893,28 893,28 0,10
7 Kec. Sungaipinang 9.972,29 53.921,61 63.893,90 7,21
8 Kec. Telagabauntung 0,00 5.836,63 5.836,63 0,66
KABUPATEN HULU SUNGAI
Berdasarkan hasil delineasi, Kawasan Staretgis Provinsi (KSP) Pegunungan Meratus meliputi C SELATAN 24.489,22 18.227,12 42.716,34 4,82
wilayah seluas 885.947,09 Ha yang terdiri atas: zona intiBANJARseluas 515.322,79 Ha dan zona
31%
1
2
Kec. Loksado
Kec. Padangbatung
22.398,10
2.091,12
9.306,85
6.125,94
31.704,95
8.217,06
3,58
0,93
penyangga seluas 370.624,30 Ha. Selanjutnya, luas wilayah Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
TABALONG 3 Kec. Telagalangsat 0,00 2.794,33 2.794,33 0,32
5%
Pegunungan Meratus secara lebih rinci disajikan pada tabel dan gambar berikut. D KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH 24.478,28 22.562,49 47.040,77 5,31
1 Kec. Batangalai Timur 22.942,07 12.670,28 35.612,35 4,02
2 Kec. Hantakan 1.536,21 9.845,62 11.381,83 1,28
3 Kec. Haruyan 0,00 46,59 46,59 0,01
E KABUPATEN KOTABARU 126.743,59 37.059,59 163.803,18 18,49
KOTABARU 1 Kec. Hampang 80.338,62 18.145,55 98.484,17 11,12
18% 2 Kec. Kelumpang Hulu 0,00 2.832,18 2.832,18 0,32
3 Kec. Pamukan Barat 13.332,48 5.641,94 18.974,42 2,14
HULU SUNGAI SELATAN 4 Kec. Sungaidurian 33.072,49 10.439,93 43.512,41 4,91
5%
HULU SUNGAI TENGAH
5% DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I - 39
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
Gambar 1.13
Peta Wilayah Administrasi Kawasan Pegunungan Meratus
Secara geografis, Kawasan Pegunungan Meratus berada di Tenggara Pulau Kalimantan serta 1.8.1 Topografi dan Kemiringan Lereng
membelah Provinsi Kalimantan Selatan menjadi dua dan membentang sepanjang ±600 km.
Pegunungan ini menjadi bagian dari 10 kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu Keadaan topografi dapat menggambarkan keadaan suatu wilayah dan dan sangat
Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Hulu Sungai berpengaruh terhadap terjadinya erosi dan sedimentasi, keduanya dianggap merupakan indikator
Tengah (HST), Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten kerusakan yang terjadi pada suatu wilayah.
Tapin, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, Kota Banjarbaru. Berdasarkan peta topografi wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, Kawasan Pegunungan Meratus
Berdasarkan hasil delineasi yang telah dilakukan, luas total wilayah Pegunungan Meratus adalah berada pada ketinggian antara 12 mdpl sampai dengan >3.000 mdpl, dimana titik tertinggi di
sekitar 885.947,09 Ha yang terdiri atas: zona inti seluas 515.322,79 Ha dan zona penyangga rangkaian Pegunungan Meratus adalah Gunung Halau-halau yang terdapat di wilayah
seluas 370.624,30 Ha, yang meliputi: 9 (sembilan) wilayah kabupaten, 1 (satu) wilayah kota dan administrasi Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
39 (tiga puluh sembilan) wilayah kecamatan. Sedangkan berdasarkan kemiringan lereng, kemiringan lereng di wilayah Pegunungan Meratus
berada pada kelas kemiringan lereng 0-8% sampai dengan >40%, dimana sebagian besar
wilayah Pegunungan Meratus merupakan wilayah dengan kelas kemiringan lereng 25-40%.
Hulusungai singkapan batuan ultrabasa. Batuan Yura lainnya dengan penyebaran sangat terbatas yakni
3 Selatan 606,39 2.721,18 13.437,46 24.488,07 1.463,24 42.716,34
Hulusungai
batupasir kersikan dan rijang radolaria yang singkapannya terdapat di utara G. Kukusan.
4 Tengah 415,80 1.733,01 9.102,15 33.328,52 2.461,30 47.040,77 Sedangkan batuan bancuh yang merupakan batuan tektonik terdapat di perbukitan daerah
10.224,0 Kepayang di P. Laut.
5 Kotabaru 3.492,83 7.675,88 28.166,73 114.137,76 6 163.697,26
6 Tabalong 2.854,36 7.011,12 11.462,68 22.725,19 1.408,16 45.461,51 2. Formasi Pitap
7 Tanahbumbu 6.415,14 17.108,45 39.569,05 76.620,09 6.407,09 146.119,82
8 Tanahlaut 4.945,37 12.369,60 15.767,95 22.720,61 3.033,78 58.837,31 Formasi pitap ini berumur Kapur, penyebarannya cukup luas menutupi 50% P. Laut dan P.
9 Tapin 231,88 1.093,97 5.777,96 10.093,32 173,80 17.370,93 Sebuku, sedangkan di lembar peta daratan Provinsi Kalimantan Selatan tersingkap di daerah
10 Banjarbaru 0,25 1,16 0,61 2,02
37.379,6 254.400,9 453.991,5
morfologi perbukitan yang merupakan bagian lereng Pergunungan Meratus Litologinya
TOTAL 2 105.108,72 6 2 34.481,10 885.947,09 (material penyusun) terdiri atas perselingan konglomerat, batupasir wake, batulanau dan
% 4,22 11,86 28,72 51,24 3,89 100,00 bersisipan batugamping, breksi aneka bahan, batulempung, konglomerat dan basal. Formasi
Sumber: RTRW Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035.
ini diperkirakan mempunyai ketebalan mempunyai antara 1.000-1.500 m.
1.8.2 Geologi
Secara regional bentang alam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan sebagian besar (70%)
merupakan daerah dataran rendah hingga dataran bergelombang yang umumnya merupakan
Gambar 1.14
dataran pantai dan daerah aliran sungai, selebihnya merupakan bentang alam pegunungan dan
Peta Topografi Kawasan Pegunungan Meratus
perbukitan. Bentang alam pegunungan di daratan Kalimantan Selatan ini, didominasi oleh
Pegunungan Meratus dengan puncak tertinggi dicapai oleh Gunung Batu Besar (1.892 dpl),
membentang dengan arah barat daya – timur laut mulai Pelaihari (Kabupaten Tanah Laut)
di bagian barat daya hingga ke daerah Kabupaten Tabalong di bagian utara.
Selain itu, di Pulau Laut bentang alam pegunungan ini menempati G. Sebatung di Kotabaru yang
mencapai ketinggian 725 mdpl. Sementara itu bentang alam dataran luas yang mendominasi
Provinsi Kalimantan Selatan ini penyebarannya terutama terdapat di bagian barat (Dataran
S. Barito) dan di sebelah timur (Dataran Pagatan-Batulicin). Dua dataran ini seakan-akan
dipisahkan oleh jalur Pegunungan Meratus yang terletak diantara dua dataran tersebut.
Sungai-sungai beserta anak-anak sungai yang mengalir di dua dataran tersebut berhulu di jalur
Pegunungan Meratus tersebut.
Berdasarkan Peta Geologi Bersistem Indonesia berskala 1 :250.000, yang disusun dan
diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, Provinsi Kalimantan
Selatan terdiri atas 4 (empat) Lembar Peta Geologi, yaitu Peta Geologi Lembar Banjarmasin,
Peta Geologi Lembar Amuntai, Peta Geologi Lembar Sampanahan dan Peta Geologi Lembar
Kotabaru dengan daerah pemetaan disusun oleh berbagai jenis batuan berumur muda
(Kuarter) hingga berumur tua (Yura).
Secara singkat dibahas tentang litostratigrafi atau urut-urutan pengendapan batuan di
daerah Provinsi Kalimatan Selatan ini dimulai dari batuan yang berumur tua hingga berumur
muda.
1. Batuan Ultramafik dan Batuan Malihan
Batuan tertua yakni berumur Yura yang tersingkap di daerah Provinsi Kalimantan Selatan
berupa batuan ultrabasa dan batuan malihan. Batuan ultrabasa terdiri atas harzburgit, dunit,
serpentitnit, piroksinit, gabro dan basal, sedangkan batuan malihan berupa sekis garnit
dan ambifolit.
Singkapan batuan-batuan tersebut menempati jalur Pegunungan Meratus bagian selatan
mulai dari Pelaihari hingga puncak Pegunungan Kusan di yang merupakan hulu Sungai
Satui. Di samping itu batuan-batuan ini tersingkap pula di daerah perbukitan sebelah utara
Batulicin dengan puncaknya yakni G. Kukusan (500 mdpl), di P. Laut yakni di daerah Salinau
dan Berangas. Di P. Sebuku batuan ultra basa ini menempati medan perbukitan di pantai
bagian selatan. Sedangkan batuan malihan berupa sekis garnet ambifolit singkapannya
sangat terbatas hanya terdapat di jalur Pegunungan Meratus yang bersentuhan dengan
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I - 42
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
Gambar 1.15
Peta Kemiringan Lereng Kawasan Pegunungan Meratus
3. Anggota Paau
Anggota Paau terdiri atas basal amigdaloid, breksi gunung api, tuf kaca, tuf hablur sela, dan
basal porfir. Penyebarannya terbatas yakni menempati daerah perbukitan di sekitar
Kotabaru. Batuan ini berumur Kapur dan menjemari dengan batuan di atasnya yakni
Anggota Manunggul.
4. Anggota Manunggul
Batuan ini singkapannya sangat terbatas yakni menempati medan perbukitan bagian
barat lembar peta. Terdiri atas konglomerat dan batupasir berumur Kapur atas dengan
lingkungan pengendapan laut dangkal. Anggota Manunggul ini hubungannya menjemari
dengan Formasi Pitap maupun Anggota Paau yang berada di bawahnya.
5. Formasi Haruyan
Formasi ini berumur Kapur, terdiri atas lava basal, breksi aneka bahan dan tuf. Ketebalannya
mencapai 1.250 m dan menjemari dengan Formasi Pitap. Penyebarannya di P. Laut
menempati daerah perbukitan G. Sebatung, Limau, dan Gemuru.
6. Diorit dan Granodiorit
Batuan-batuan ini terdiri atas diorite dan granodiorit, merupakan batuan instrusi atau
terobosan yang menorobos Formasi Pitap berumur Kapur. Singkappannya terbatas yakni
di sebelah timur Pleihari dan di daerah sekitar puncak Peg. Kusan. Di Pulau Laut
tersingkap di Tungkaran asam yakni di pantai barat Pulau Laut.
7. Granit
Batuan granit ini terutama tersingkap di daerah perbukitan di sebelah timur Kandangan dan
Barabai. Batuan ini mengandung senolit granulit dan ambifolit.
8. Formasi Tanjung
Formasi Tanjung berumur Eosen, diendapakan secara tidak selaras di atas batuan-batuan
yang berumur Kapur tersebut. Batuan ini dengan perkiraan ketebalan mencapai 1.500 m
terdiri atas perselingan konglomerat, batupasir dan batulempung dengan sisipan serpih,
batubara dan batugamping. Penyebaran formasi ini cukup luas, menempati daerah dataran
bergelombang dan perbukitan di daerah Paringin (Kab. Balangan) di utara Batulicin (Kab.
Tanah Bumbu) di daerah Gendangtimburu (Kab. Kotabaru) maupun di P. Laut. Pada
daerah-daerah yang ditutupi oleh batuan ini banyak dijumpai kegiatan pertambangan
batubara.
9. Formasi Pamaluan batas laut karena pengaruh pasang-surut air laut juga sangat menentukan terhadap cepat
lambatnya aliran DAS. Kerusakan DAS dapat indikasikan antara lain pada besarnya frekuensi,
Selaras di atas Formasi Tanjung diendapakan Formasi Pamaluan yang terdiri atas
lama, besarnya dampak banjir dan kekeringan serta bahan-bahan yang terlarut dalam aliran
perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batu gamping. Formasi batuan ini
sungai di lingkungan DAS tersebut.
berumur Oligosen - Miosen dengan ketebalan antara 500-700 m. Singkapannya menempati
daerah morfologi dataran di bagian timur peta (Lembar Sampanahan) yakni di daerah Tabel I.7
Dataran Setangga, Kerang, dan daerah Dataran Teluk Klumpang. Pembagian DAS, Sub DAS dan Sub-Sub DAS Provinsi Kalimantan Selatan
PANJANG
DAERAH ALIRAN LUAS SUB DAS / LUAS
10. Formasi Berai NO
SUNGAI (DAS) (HA) SUB-SUB DAS (HA)
SUNGAI UTAMA
(KM)
Penyebaran batuan ini menempati daerah cukup luas, tersingkap di daerah dataran di I Barito Hilir 1.863.833,84 Barito Hilir 189.190,16 83,30
Barito Tengah 110.265,10 70.,60
sebelah barat Batulicin dan daerah Serongga hingga ke daerah perbukitan karst di daerah Martapura 466.625,88 69,30
Cantung-Sungai Kupang bagian timur lembar peta. Batuan ini terdiri atas batugamping Alalak 88.292,60 98,30
Riam Kanan 164.846,40 97,60
bioklastik, setempat berselingan napal dan batu pasir. Umurnya Oligosen-Miosen yang Riam Kiwa 213.486,88 155,00
hubungannya menjemari dengan Formasi Pamaluan. Negara 1.097.752,70 208,40
Amandit 117.920,06 98,90
11. Formasi Warukin
Bahalayung
Balangan
49.742,53
202.661,49
12,80
144,90
Batang Alai 136.082,77 95,30
Formasi Warukin terdiri atas perselingan batu pasir kuarsa dan batu lempung, Danau Panggang 94.155,81 66,30
bersisipan serpih, batu bara, dan batu gamping. Diendapakan secara selaras di atas Tabalong Kanan 173.970,07 92,00
Tabalong Kiwa 164.431,82 208,40
Formasi Berai. Penyebarannya menempati daerah dataran hingga dataran bergelombang Tapin 158.788,15 126,20
dan perbukitan di sekitar daerah Pularan di bagian barat daya lembar peta. II Tabanio Ds 242.949,78 Anyar 9.389,97 25,20
Asam-asam 53.700,75 24,30
12. Formasi Dahor Asam-asam Besar 37.175,91 72,50
Inayah 16.524,84 29,40
Singkapan formasi ini terdapat di daerah dataran hingga dataran bergelombang yang
Gayam
Lok Bungur
15.935,76
10.572,80
32,50
9,50
tidak begitu luas. Di bagian barat Jalur Pegunungan Meratus tersingkap dari utara hingga Lok Buaya 7.802,94 15,20
selatan yakni di daerah Tamiang layang, Amuntai, Paringin, Awayan, Juai, Batumandi, Pandan 6.761,77 16,60
Sabuhur 23.072,34 47,80
Binuang, Loktabat, Cempaka hingga Bati-Bati di daerah Pelaihari di bagian selatan Jalur Swarangan 36.820,04 73,40
Pegunungan Meratus terdapat di daerah Angsana, Jatimulya, Sebamban dan Srimulya (Kec. Sepunggur 13.028,00 24,90
Tabunio 62.641,86 26,70
Sungailoban, Kab. Tanah Bumbu). Batuannya terdiri atas batupasir kuarsa mudah hancur, Tabunio Hulu 41.223,81 86,70
setempat bersisipan lempung lignit, limonit, kerakal, kuarsa asap dan basal. Umurnya Tungkaran 21.418,05 25,00
Muara Sanipah Kanan 3.223,55 13,10
Pliosen-plistosen dan diendapakan secara tidak selaras di atas Formasi Warukin. Ketebalan III Maluka 89.352,17 Banyuirang 56.198,95 103,30
formasi ini diperkirakan mencapai sekitar 750 m. Bati-bati 33.153,22 44,00
IV Kintap 74.152,35 Hauran 26.342,59 24,17
13. Aluvium V
Satui Ds 178.838,36
Keladan
Cuka
47.809,76
11.648,01
28,00
14,63
Satui 43.108,88 74,34
Batuan lepas ini terdapat sebagai endapan sungai, rawa dan pantai dan merupakan Batu Laki 46.163,19 67,08
endapan termuda hasil erosi batuan-batuan lebih tua yang proses pengendapannya Setarap 17.123,04 30,72
Bunati 7.541,24 6,03
masih berlangsung hingga masa kini. Litologinya terdiri atas kerakal, kerikil, pasir, lanau, Sebamban 32.645,48 52,96
lempung dan lumpur. Penyebabnya cukup luas terutama menempati daerah dataran yakni Dua Pumpung 2.435,64 11,76
Dua Laut 3.881,78 1,76
Dataran Sungai Barito di sebelah barat dan Dataran Pagatan-Batulicin di sebelah timur Betung 14.291,10 21,88
tenggara jalur Pegunungan Meratus. VI Kusan 195.749,12 Kusan Hilir 87.258,70 217,33
Kusan Tengah 60.344,68 47,64
Kusan Hulu 48.145,74 70,07
VII Batu Licin 158.807,31 Amaparan Jambu 24.398,38 10,20
1.8.3 Hidrologi
Dua
Kusambi
11.908,29
46.747,61
16,80
22,40
Sela 39.997,00 45,90
Wilayah Kalimantan Selatan terbagi habis dalam 14 wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), 26 Selilau 33.892,73 48,80
Kepulauan 1.863,30 -
Sub DAS dan 45 Sub-sub DAS dan setiap DAS dibatasi oleh masing-masing aliran sungai yang VIII Cantung Ds 338.087,60 Cantung 120.037,56 -
berfungsi sekaligus sebagai jalur transportasi sungai, bahan baku untuk air bersih, Cantung Kiri 60.469,54 20,50
Gagayan 59.568,02 34,86
waduk/bendung/bendungan serta untuk keperluan segala aktivitas kehidupan masyarakat. Bangkalan 52.337,65 48,76
Lintingan 42.633,48 89,10
DAS yang paling luas cakupan pengaruhnya adalah DAS Barito yang mencakup sebagian Rapiwe 3.391,42 14,98
wilayah Provinsi Kalimantan Selatan seluas ±1.863.833,84 ha dan sebagian wilayah Provinsi Sekandis 7.154,44 9,50
Seluang 9.299,57 8,70
Kalimantan Tengah seluas ±4.37.7080,13 Ha. Pengaruh DAS ini sangat terasa pada setiap saat Semona 109.095,67 18,06
terjadinya musim kemarau dan musim penghujan terutama pada DAS yang mencakup kawasan Senakin 7.740,69 14,84
Serungga 61.584,12 12,16
yang luas, kondisi DAS, perilaku cuaca dan DAS yang berbatasan secara langsung dengan
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I - 45
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
PANJANG
DAERAH ALIRAN LUAS SUB DAS / LUAS
NO SUNGAI UTAMA
SUNGAI (DAS) (HA) SUB-SUB DAS (HA)
(KM)
Tamiang 13.293,40 30,25
Kepulauan 9.709,60 -
IX Sampanahan 175.090,77 111,90
X Manunggul 51.189,89 68,20
XI Cengal 132.574,43 78,00
XII Pulau Laut 208.352,59 Bekambit 25.520,81 23,90
Embung-embungan
Sanggup
52.209,94
22.433,61
18,20
10,50 1.8.5 Klimatologi
Sejaka 26.668,02 26,80
Sekojang 46.054,24 13,00 Kondisi klimatologi di Kawasan Pegunungan Meratus digambarkan dengan kondisi intensitas
XIII
Pulau Sebuku 21.523,12
Semaras
35.465,97
8,70
6,20
curah hujan. Intensitas curah hujan adalah besarnya jumlah hujan yang turun yang dinyatakan
XIV Pulau-Pulau Kecil 9.338,48 dalam tinggi curah hujan atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan
Sumber: RTRW Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035. berbeda-beda, tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Berdasarkan peta
intensitas curah hujan, intensitas curah hujan di Kawasan Pegunungan Meratus berkisar antara 0-
10 mm sampai dengan 21-25 mm, dimana kelas intensitas curah hujan 21-25 mm mendominasi
1.8.4 Jenis Tanah hampir sebagian besar wilayah Pegunungan Meratus.
Gambaran kondisi jenis tanah di Kawasan Pegunungan Meratus digambarkan dengan peta jenis Selain itu, kondisi iklim di wilayah Kawasan Pegunungan Meratus khususnya Provinsi Kalimantan
tanah Provinsi Kalimantan Selatan skala 1:500.000 Direktorat Jenderal Inventarisasi dan Tata Selatan merupakan wilayah tropis dimana pada tahun 2017 memiliki kelembaban udara yang
Guna Hutan tahun 1984 (BP DAS Barito, 2009) cukup tinggi dengan range antara 50% hingga 100% dan temperatur udara sekitar 22 oC hingga
35oC. Selain itu, terdapat beberapa bulan yang memiliki curah hujan tinggi dan beberapa cukup
Berdasarkan peta jenis tanah di Kawasan Pegunungan Meratus, sebagian besar Kawasan
rendah hingga mencapai 5 mm pada Bulan September.
Pegunungan Meratus didominasi oleh jenis tanah Komp. Pods. Mr-Kng Lato – Lito dengan luas
total sekitar 447.806,00 Ha atau sekitar 50,55% dari total luas Kawasan Pegunungan Meratus.
Gambar 1.17
Peta Hidrologi Kawasan Pegunungan Meratus
Tabel I.8
Kondisi Jenis Tanah di Kawasan Pegunungan Meratus
Menurut Kabupaten/Kota
JENIS TANAH (HA)
KOMP.
N KABUPATEN / KOMP. PODS. ORGANOSOL PODSOLIK
PODS, MR- (BLANK
O KOTA MR-KNG LATOSOL GLEI MERAH TOTAL
KN )
LATO - LITO HUMUS KUNING
& LATERIK
1 Balangan 63.454,75 5.366,33 21.874,49 0,17 90.695,74
2 Banjar 135.962,57 32.250,82 87.386,40 1.577,92 15.875,05 0,66 273.053,40
3 Hulusungai Selatan 15.909,04 1.495,08 25.312,16 0,06 42.716,34
4 Hulusungai Tengah 9.975,96 7,69 37.057,12 47.040,77
5 Kotabaru 123.176,71 36.996,43 3.420,54 0,00 163.593,69
6 Tabalong 7.878,69 37.353,60 45.232,29
7 Tanahbumbu 84.100,60 3.218,81 58.800,41 146.119,82
8 Tanahlaut 17.588,36 41.248,94 58.837,31
9 Tapin 7.347,69 10.023,24 17.370,93
10 Banjarbaru 2,02 2,02
229.798,5
TOTAL 447.806,00 53.060,02 1 3.080,68 150.916,21 0,89 885.947,09
% 50,55 5,99 25,94 0,35 17,03 0,00 100,00
Sumber: RTRW Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035.
Gambar 1.16
Proporsi Jenis Tanah di Kawasan Pegunungan Meratus
Latos ol
26%
Gambar 1.18
Peta Jenis Tanah Kawasan Pegunungan Meratus
Gambar 1.19
Peta Intensitas Curah Hujan Kawasan Pegunungan Meratus
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 8110 Tahun
2018 tentang Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan di Provinsi Kalimantan Selatan
terdapat 48,75% berfungsi sebagai kawasan hutan dari luas total wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan.
Tabel I.9 membentuk simpul-simpul perkampungan pada muara sungai yang merupakan
Luas dan Fungsi Kawasan Hutan Menurut Kabupaten/Kota pertemuan antar jalur sungai seperti Sungai Barito, Sungai Martapura dan Sungai
di Provinsi Kalimantan Selatan Negara, simpul-simpul perkampungan pada huluhulu sungai di perbukitan dan
N
O
KABUPATEN /
KOTA APL CA HL HP
KAWASAN HUTAN (HA)
HPend HPK HPT TAHURA TOTAL
pegunungan seperti perkampungan Riam Kanan (Kabupaten Banjar), Muara Uya
1 Balangan 5.100,31 52.816,99 25.236,98 7.540,20 90.694,48 (Kabupaten Tabalong), Suku Dayak Meratus (Loksado, Pitap/Halong, Bangkalaan
2 Banjar 24.187,39 45.669,69 93.962,67 1.733,81 3.663,60 8.961,41 89.439,82 267.618,39 Melayu dan lainlain) dan simpul perkampungan pada sepanjang pantai selatan dan timur
3 Hulusungai Selatan 13.444,65 264,24 19.294,27 9.713,19 42.716,34
14.360,4 Provinsi Kalimantan Selatan seperti perkampungan nelayan Tabunganen, Aluh-Aluh,
4 Hulusungai Tengah 2.120,74 21.592,00 8.967,61 1 47.040,77 Tabanio, Batakan, Asam-Asam, Kintap, Pagatan, Pulau Suwangi, Marabatuan dan lain-
108.690,5 10.522,0
5 Kotabaru 593,11 7 43.787,79 5 163.593,53 lain.
6 Tabalong 5.303,25 13.894,98 23.370,42 2.663,64 45.232,28
26.917,0 Dengan pola permukiman tersebut maka hak masyarakat untuk mendapatkan kepemilikan
7 Tanahbumbu 72.346,96 46.830,26 9 21,94 146.116,26
8 Tanahlaut 11.442,60 0,01 23.146,29 5.180,19 19.068,22 58.837,31
lahan/tanah tidak dapat diakui atas dasar hukum negara namun hak kepemilikan
9 Tapin 6.593,50 5.790,85 4.986,58 17.370,93 lahan/tanah hanya diakui sebatas hukum adat setempat yang kedudukannya sangat
10 Banjarbaru 2,02 2,02 lemah. Pada kondisi demikian kedudukan masyarakat lokal yang medominasi
340.096,3 280.001,7 76.145,0
TOTAL 68.787,58 264,24 2 9 1.733,81 3.663,60 0 108.529,98 879.222,31 kawasan tersebut semakin terpinggirkan dan semakin melebarnya kesenjangan antar
% 7,82 0,03 38,68 31,85 0,20 0,42 8,66 12,34 100,00 penduduk serta tidak adanya kepastian dalam usaha dan mata pencaharian. Oleh
Sumber : SK Kemen LHK dan Kehutanan Nomor 8110 Tahun 2018.
karena itu perlu dicari solusi yang terbaik sehingga semua pihak dapat saling bersinergi
dalam memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti melaksanakan
Dari luas wilayah tersebut, kawasan hutan terbesar adalah Hutan Produksi (HP) 31,85%, enclave kawasan lindung untuk kawasan permukiman terutama kawasan permukiman
kemudian hutan lindung 38,68%. Sebagian besar kawasan hutan lindung di Provinsi Kalimantan atau perkampungan dalam kawasan hutan lindung dan penataan kawasan sempadan
Selatan tersebar di wilayah Pegunungan Meratus, hutan mangrove di wilayah pesisir dan pulau- sungai terutama untuk kawasan perkotaan. Dasar pertimbangan dari solusi ini pada
pulau kecil di Kabupaten Kotabaru. pokoknya adalah pemberdayaan masyarakat melalui penguatan pola mata pencaharian
Terdapat beberapa isu dan permasalahan terhadap fungsi kawasan hutan dalam wilayah masyakarat setempat baik sebagai petambak, petani, peladang, pedagang, buruh dan
Provinsi Kalimantan Selatan, antara lain: lain-lain.
1. Sesuai dengan surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 2828/Kpts II/2002 tanggal 6 3. Terjadinya tumpang tindih (overlapping) perijinan penguasaan, pemanfaatan dan
Mei 2002 bahwa pencadangan areal HPH PT Kodeco Timber di Kelompok Hutan penggunaan lahan baik yang diterbitkan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi
Pegunungan Meratus seluas ± 46.270 ha dicabut sehingga kawasan yang semula Hutan maupun pemerintah kabupaten/kota seperti Ijin PKP2B, Ijin KP, Ijin HGU, Ijin HTI, Ijin,
Produksi Terbatas (HPT) pada RTRW Provinsi Kalimantan Selatan sesuai Peraturan HPH, Ijin Lokasi Perkebunan dan ijin-ijin lainnya. Para pemegang ijin terjadi konflik yang
Daerah Nomor 9 Tahun 2015 dikembalikan lagi menjadi kawasan Hutan Lindung (HL). berkepanjangan dan berlanjut baik antar sesama pemegang ijin, antar pemerintah dan
pemegang ijin dengan pemerintah sehingga menciptakan iklim yang tidak kondusif dalam
investasi dan berusaha serta menurunkan derajat kewibawaan pemerintah.
Gambar 1.20
Proporsi Luas Kawasan Hutan Menurut Status
di Provinsi Kalimantan Selatan
HPT
TAHURA
12%
APL
8% CA
Gambar 1.21
9%
0%
Peta Kawasan Hutan di Kawasan Pegunungan Meratus
HPK
0%
HPend
0%
HL
39%
HP
32%
Gambar 1.22
Peta Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)
di Dalam Kawasan Pegunungan Meratus
4. Adanya ijin penguasaan lahan yang sudah berarkhir atau adanya stagnasi produksi seperti
adanya HPH dan HTI yang tidak aktif, HGU yang terlantar yang masih terbuka bebas
sehingga mengakibatkan terjadinya okupasi oleh masyarakat, perambahan hutan,
penebangan liar, penambangan liar, kebakaran hutan dan lahan dan terjadinya kerusakan
hutan. Pemegang ijin penguasaan lahan tersebut meninggalkan kawasan dengan tetap
memberikan akses untuk masuk kawasan yang bersangkutan dengan alasan akses jalan
tersebut dipergunakan oleh masyarakat setempat/masyarakat lokal sehingga terjadilah hal
tersebut di atas.
5. Banyaknya jalan keluar (outlet) terutama pelabuhan khusus batu bara pada sepanjang
pantai timur-tenggara Provinsi Kalimantan Selatan dengan berbagai tingkat perijinan
sehingga sangat mengganggu ketertiban pola dan moda transportasi angkutan darat dan
laut, kerusakan kawasan cagar alam dan terumbu karang, konflik dengan nelayan dan
lain-lain. Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota yang tidak berhirarkhi dan sinergis dengan
RTRW Provinsi Kalimantan Selatan sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang. Lamanya waktu penetapan Peraturan Daerah tentang
RTRWP Provinsi Kalimantan Selatan yang baru diperdakan pada tahun 2015 (Perda No.
9 Tahun 2015).
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I - 52
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
Sedangkan sebagian RTRW Kabupaten/Kota telah ditetapkan melalui Perda, dimana II ZONA PENYANGGA 1,27 5.436,76
A KABUPATEN BANJAR 2.010,94
peruntukan ruang sebagian besar tidak sinkron antar keduanya. Adanya UU Nomor 23 1 Kec. Paramasan 17,51
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terutama urusan Pemerintahan Pilihan menjadi 2 Kec. Pengaron 12,13
kewenangan provinsi yang sebelumnya menjadi kewenangan kabupaten/kota yakni 3 Kec. Sungaipinang 1.921,72
kelautan dan perikanan, pertanian, kehutanan dan energi sumberdaya mineral, sehingga 4 Kec. Telagabauntung 59,58
B KABUPATEN KOTABARU 1,27 161,74
mempengaruhi dalam perizinan pembukaan lahan. 1 Kec. Hampang 160,40
2 Kec. Kelumpang Hulu 1,34
6. Rencana tata ruang sektoral yang tidak sinkron dengan RTRW Provinsi Kalimantan
3 Kec. Sungaidurian 1,27
Selatan sehingga terjadi dualisme yang saling bertolak belakang baik untuk kawasan C KABUPATEN TABALONG 550,27
lindung maupun kawasan budidaya mengakibatkan menurunnya wibawa pemerintah dan 1 Kec. Upau 550,27
ketidakpastian iklim berusaha. Perkembangan luas kawasan hutan tahun 1984-2009, yang D KABUPATEN TANAHBUMBU 1.674,09
1 Kec. Kusan Hulu 554,78
disajikan pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa perubahan luas kawasan hutan 2 Kec. Mantewe 53,17
pada tahun 1984 dari 61,68% menjadi 47,03% pada tahun 2009 dari total luas wilayah 3 Kec. Satui 1.066,15
Provinsi Kalimantan Selatan. E KABUPATEN TANAH LAUT 961,63
1 Kec. Kintap 961,63
F KABUPATEN TAPIN 78,09
1 Kec. Hutungun 78,05
Tabel I.10 2 Kec. Piani 0,04
Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Provinsi Kalimantan Selatan TOTAL 1,27 6.080,67
Tahun 1984-2009 Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019.
TAHU LUAS
% KETERANGAN
N (HA)
2.314.72 61,6
1984 TGHK (SK Menhut No. 247/Kpts-II/1984, 18/12/84)
0 8
1991
2.142.65 57,0 Telaah Ulang Kawasan Hutan (Surat Dirjen Intag No. 11/Korlak 1.10 Kondisi Penggunaan Lahan
3 9 2/PPSDAH/1991)
1992
1.800.14 47,9
RUTR Penggunaan Lahan merupakan aktivitas manusia pada dan dalam kaitannya dengan lahan, yang
5 6 biasanya tidak secara langsung tampak dari citra. Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan
1.839.49 49,0
1993
4 1
RTRWP (Perda Kalimantan Selatan No. 3 Tahun 1993) manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan suatu wilayah merupakan perwujudan
1.839.49 49,0 Paduserasi (SK Gubernur Kalimantan Selatan No. 011 Tahun 1996, fisik dari semua kegiatan sosial ekonomi penduduk. Pengenalan pola penggunaan lahan ini
1996 sangat diperlukan, baik untuk memperoleh gambaran mengenai potensi daerah maupun untuk
4 1 15/4/96)
1998
1.839.49 49,0 Paduserasi (SK Gubernur Kalimantan Selatan No. 217 Tahun 1998, mengetahui pola distribusi kegiatan sosial ekonomi serta intensitas penggunaan lahan dan
4 1 7/7/98) berbagai kegiatan yang ada.
1.839.49 49,0 Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairannya (SK Menhutbun No.
1999
4 1 453/Kpts-II/1999, 17/6/99) Berdasarkan peta penggunaan lahan Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2009, penggunaan
2000
1.659.00 44,2
RTRWP (Perda Kalimantan Selatan No. 9 Tahun 2000) lahan di Kawasan Pegunungan Meratus didominasi oleh jenis penggunaan lahan berupa hutan
3 0 dengan luas lahan sekitar 683.423,80 Ha atau sekitar 77,14% dari total luas Kawasan
1.779.98 47,4 Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairannya (SK Menhut No. SK
2009
2 3 435/Menhut-II/2009)
Pegunungan Meratus.
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan 2015.
Tabel I.11
Sebaran dan Luas Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)
di Dalam Kawasan Pegunungan Meratus
N ZONA / KABUPATEN / MENARA
PERTAMBANGAN Gambar 1.23
O KECAMATAN SEL
I ZONA INTI 643,91 Peta Penggunaan Lahan Kawasan Pegunungan Meratus
A KABUPATEN BANJAR 18,52 Tahun 2009
1 Kec. Paramasan 18,44
2 Kec. Sungaipinang 0,08
B KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN 16,61
1 Kec. Loksado 16,61
C KABUPATEN TANAHBUMBU 581,95
1 Kec. Kusan Hulu 543,02
2 Kec. Mantewe 38,93
D KABUPATEN TAPIN 26,84
1 Kec. Piani 26,84
Tabel I.1
Luas Penggunaan Lahan di Kawasan Pegunungan Meratus
Menurut Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2009
LUAS (HA) %
N PENGGUNAAN
ZONA ZONA
O LAHAN TOTAL
INTI PENYANGGA
1 Emplasemen 1,09 1,09
2 Hutan 437.446,14 245.977,66 683.423,80 77,14
3 Kebun Campuran 1.890,28 9.943,75 11.834,03 1,34
4 Padang Rumput 290,63 1.834,94 2.125,58 0,24
5 Perkebunan 2.155,77 16.295,82 18.451,60 2,08
6 Perkebunan Rakyat 3.525,06 8.960,46 12.485,52 1,41
7 Permukiman 518,90 1.909,13 2.428,03 0,27
8 Pertambangan 955,07 955,07 0,11
9 Sawah Irigasi 1.822,04 330,05 2.152,09 0,24
10 Sawah Tadah Hujan 0,00 2.463,41 2.463,41 0,28
Tabel I.3
1.11 Kondisi Kebencanaan Frekuensi Kejadian Bencana Kebakaran di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2017
Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana N KABUPATEN / PENDERITA
KORBAN
alam. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari FREKUENSI JIWA
O KOTA
KK JIWA MD LK
bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. 1 Tanah Laut
2 Kotabaru 1 1 1
3 Banjar 28 59 145 1
4 Barito Kuala 11 8 29
5 Tapin 2
A. Bencana Banjir 6 Hulu Sungai Selatan 12 4 6
7 Hulu Sungai Tengah 15 22 86
Kurun waktu 2014 terjadi 16 kali banjir, 8.571 KK yang menderita dengan 2 orang meninggal 8 Hulu Sungai Utara 12 33 126 1
9 Tabalong 7 4 2
dunia. Tercatat 7 dari 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan merupakan daerah langganan
10 Tanah Bumbu 4 9 23 1
banjir dan longsor. Sebanyak 82 kecamatan yang terdiri dari 550 desa terendam banjir, daerah 11 Balangan 23 67 220
tersebut meliputi kabupaten: Tabalong, Balangan, HST, HSU, Banjar dan tanah Bumbu, Tapin, 12 Banjarmasin 42 62 256 2
Barito Kuala, Tanah Laut, Kota Baru merupakan daerah paling rawan terhadap ancaman bencana 13 Banjarbaru 7 10 21
TOTAL 164 279 915 3 2
ini. Untuk Kota Banjarmasin juga tidak aman karena ROB. Sumber: Sumber: Provinsi Kalimantan Selatan Dalam Angka Tahun 2018.
Kejadian bencana tanah longsor di Provinsi Kalimantan Selatan tercatat terjadi sebanyak 17 kali sedangkan lahan di Kawasan Pegunungan Meratus dengan kemampuan pengembangan Agak
yang terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Balangan dan Kota Banjarbaru. Tinggi seluas 49.739,99 Ha atau sekitar 5,62% dari total luas Kawasan Pegunungan Meratus.
Gambar 1.27
Peta Kemampuan Lahan Kawasan Pegunungan Meratus
keruntuhan akibat penggunaan. Daya dukung lahan ditentukan oleh banyak faktor baik biofisik 1.14 Kondisi Kesesuaian Lahan
maupun sosial-ekonomi-budaya yang saling mempengaruhi. Daya dukung tergantung pada
persentasi lahan yang dapat digunakan untuk peruntukan tertentu yang berkelanjutan dan lestari, Analisis kesesuaian lahan diperlukan untuk mengetahui klasifikasi kesesuaian penggunaan lahan
persentasi lahan ditentukan oleh kesesuaian lahan untuk peruntukan tertentu. bagi pengembangan Kawasan Pegunungan Meratus. Analisis kesesuaian lahan dilakukan
Berdasarkan hasil analisis dengan mengacu kepada parameter sebagaimana diuraikan pada dengan mengacu pada Permen PU No. 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek
tabel di atas, maka daya dukung lahan di Kawasan Pegunungan Meratus dikelompokan menjadi Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.
tiga(3) kategori yaitu: Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan di Kawasan Pegunungan Meratus dengan mengacu
1. Kawasan Potensi, dengan luasan 217.968,46 Ha atau sekitar 24,60% dari total luas pada Permen PU No. 20 Tahun 2007, wilayah Kawasan Pegunungan Meratus yang sesuai
Kawasan Pegunungan Meratus. diarahkan sebagai kawasan lindung seluas 488.722,44 Ha, yang meliputi: kawasan peruntukan
hutan adalah sebesar 482.524,82 Ha, kawasan peruntukan perlindungan setempat sebesar
2. Kawasan Kendala, dengan luasan 178.855,10 Ha atau sekitar 20,19% dari total luas 6.197,61 Ha. Sedangkan kesesuaian lahan untuk kawasan peruntukan budidaya adalah sebesar
Kawasan Pegunungan Meratus. 396.883,03 Ha, yang meliputi kawasan peruntukan tanaman pangan, tanaman tahunan,
3. Kawasan Limitasi, dengan luasan 488.781,92 Ha yaitu 55,17% dari total luas Kawasan perkebunan dan permukiman.
Pegunungan Meratus.
Tabel I.8
Kesesuaian Lahan Kawasan Pegunungan Meratus
Tabel I.7
Menurut Kabupaten/Kota
Daya Dukung Lahan Kawasan Pegunungan Meratus
KESESUAIAN LAHAN (HA)
Menurut Kabupaten/Kota
KAWASAN
N KABUPATEN/ DAYA DUKUNG LAHAN (HA) N KABUPATEN / LINDUNG KAWASAN BUDIDAYA
O KOTA POTENSI KENDALA LIMITASI TOTAL O KOTA PERLIN TANAMA
1 Balangan 21.872,63 12.217,17 57.096,96 91.186,75 TANAMAN PERKE PERMU
HUTAN DUNGAN N
TAHUNAN BUNAN KIMAN
2 Banjar 82.370,31 46.087,12 144.595,97 273.053,40 SETEMPAT PANGAN
3 Hulu Sungai Selatan 11.038,89 8.184,59 23.492,86 42.716,34 1.191,7
4 Hulu Sungai Tengah 7.454,59 15.362,72 24.223,45 47.040,77 1 Balangan 57.096,19 5.058,86 22.909,15 6 4.930,79
5 Kotabaru 20.437,91 31.705,25 111.595,63 163.738,80 2 Banjar 139.160,39 5.435,49 7.106,47 67.475,31 53.875,76
6 Tabalong 17.942,68 12.054,32 15.542,34 45.539,33 Hulu Sungai 4.667,0
7 Tanahbumbu 33.957,38 36.835,37 75.327,07 146.119,82 3 Selatan 23.190,17 299,08 4.523,27 2 10.036,79
8 Tanahlaut 19.599,58 13.429,98 25.807,74 58.837,31 Hulu Sungai
9 Tapin 3.293,07 2.977,97 11.099,89 17.370,93 4 Tengah 24.135,01 88,44 11.170,28 8.777,77 117,32 2.751,93
10 Banjarbaru 1,41 0,61 2,02 5 Kotabaru 111.413,88 171,71 8.378,45 42.046,65 1.728,11
178.855,1 6 Tabalong 15.529,54 2.260,59 22.168,09 786,96 4.794,15
TOTAL 217.968,46 0 488.781,92 885.947,09 7 Tanah Bumbu 75.136,61 159,55 5.655,21 44.403,29 20.765,17
% 24,60 20,19 55,17 100,00 8 Tanah Laut 25.764,38 43,36 381,80 23.191,27 9.456,49
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2019. 9 Tapin 11.098,65 0,04 4.384,67 150,28 1.737,29
10 Banjarbaru 2,02
TOTAL 482.524,82 6.197,61 40.011,70 239.879,47 6.913,35 110.078,51
% 54,46 0,70 4,52 27,08 0,78 12,42
Gambar 1.28 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2019.
Proporsi Daya Dukung Lahan
POTENSI KENDALA
Kawasan Pegunungan
25% PERMUKIMAN
12%
20%
Meratus Gambar 1.29
PERKEBUNAN
1%
Proporsi Kesesuaian Lahan di Kawasan Pegunungan Meratus
TANAMAN TAHUNAN
27% HUTAN
54%
LIMITASI
55%
TANAMAN PANGAN
5%
PERLINDUNGAN SETEMPAT
1%
Gambar 1.30
Peta Daya Dukung Lahan Kawasan Pegunungan Meratus
Gambar 1.31
Peta Kesesuaian Lahan Kawasan Pegunungan Meratus
700,000 Jiwa
mengalami peningkatan
pada tahun 2016
680,000
menjadi 745.499 jiwa, Gambar 1.32
668,299
Perkembangan Jumlah Penduduk di Kawasan Pegunungan Meratus
660,000
kemudian pada tahun
Tahun 2014-2018
640,000
2018 mengalami
620,000 peningkatan menjadi
600,000 sebesar 775.473 jiwa.
2014 2015 2016 2017 2018
Tabel I.9
Perkembangan Jumlah Penduduk di Kawasan Pegunungan Meratus
Menurut Kabupaten, Kota dan Kecamatan Tahun 2014-2018
JUMLAH PENDUDUK (JIWA) %
KABUPATEN / KOTA /
NO TAHUN
KECAMATAN 2014 2015 2016 2017 2018
2018
A KABUPATEN BALANGAN 56.784 57.857 58.905 59.898 60.914 7,86
1 Kec. Tebing Tinggi 6.436 6.556 6.674 6.783 6.896 0,89
2 Kec. Halong 20.217 20.599 20.970 21.323 21.683 2,80
3 Kec. Awayan 13.024 13.262 13.494 13.716 13.944 1,80
4 Kec. Jaui 17.107 17.440 17.767 18.076 18.391 2,37
B KABUPATEN BANJAR 120.453 122.406 124.256 126.069 127.861 16,49
1 Kec. Aranio 8.899 9.074 9.241 9.410 9.578 1,24
2 Kec. Karang Intan 33.028 33.516 33.972 34.415 34.849 4,49
3 Kec. Mataraman 25.071 25.397 25.700 25.994 26.282 3,39
4 Kec. Paramasan 4.859 5.001 5.145 5.289 5.438 0,70 Berdasarkan wilayah administrasinya, jumlah penduduk di Kawasan Pegunungan Meratus
5 Kec. Pengaron 17.023 17.251 17.463 17.668 17.871 2,30 sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten
6 Kec. Sambung Makmur 12.308 12.567 12.819 13.068 13.315 1,72
7 Kec. Sungai Pinang 15.923 16.206 16.473 16.734 16.990 2,19
Banjar. Dimana sekitar 22,91% dari total jumlah penduduk di Kawasan Pegunungan Meratus
8 Kec. Telaga Bauntung 3.342 3.394 3.443 3.491 3.538 0,46 terdapat di Kabupaten Tanah Laut, sekitar 17,61% dari total jumlah penduduk di Kawasan
KABUPATEN HULU
C
SUNGAI SELATAN
38.811 39.305 39.810 40.306 40.790 5,26 Pegunungan Meratus terdapat di Kabupaten Tanah Bumbu, dan sekitar 16,49% dari total jumlah
1 Kec. Loksado 8.715 8.839 8.968 9.094 9.219 1,19 penduduk di Kawasan Pegunungan Meratus terdapat di Kabupaten Banjar.
2 Kec. Padang Batung 20.603 20.847 21.092 21.330 21.558 2,78
1.00
0.00
2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018
LPP (%)
RATA-RATA LPE (%)
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
88
88
Oleh karena untuk, untuk memperkirakan (proyeksi) jumlah penduduk di Kawasan Pegunungan
86
86
Meratus 20 (dua puluh) tahun yang akan datang dilakukan dengan asumsi trend pertumbuhan
84
84
alami yang berarti proyeksi penduduk diperhitungkan berdasarkan laju pertumbuhan penduduk
82
82
alami selama 5 (lima) tahun yaitu perkembangan penduduk Kawasan Pegunungan Meratus dari
80
tahun 2014 sampai dengan tahun 2018, serta menggunakan asumsi adanya perpindahan
78
penduduk yang diprediksikan akan berlangsung sebagai hasil dari intervensi dan rencana
76
75
pembangunan berupa pengembangan di bidang usaha pertambangan, perdagangan, pendidikan,
74
pariwisata dan pembangunan infrastruktur strategis lainnya.
72
70
68
2014 2015 2016 2017 2018 DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
Jiwa/Km2 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I - 65
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
Gambar 1.39
Perkembangan Jumlah Penduduk Kawasan Pegunungan MeratusBerdasarkan
Hasil Analisis Proyeksi Penduduk Tahun 2014-2039
1,400,000
1,313,083
1,200,000 1,187,403
1,061,723
1,000,000
936,043
800,000
761,256 775,473
724,245 745,499
668,299 Jiwa
600,000
400,000
200,000
0
2014 2015 2016 2017 2018 2024 2029 2034 2039
Gambar 1.40
Peta Kepadatan Penduduk Kawasan Pegunungan Meratus
Tahun 2018
1. Kecamatan Bati-bati (468 jiwa/km2), Kecamatan Kintap (265 jiwa/km2), Kecamatan Bajuin
(301 jiwa/km2) di Kabupaten Tanah Laut;
2. Kecamatan Cempaka (378 jiwa/km2) di Kota Banjarbaru;
3. Kecamatan Mataraman (231 jiwa/km2) di Kabupaten Banjar.
Tabel I.14
Proyeksi Kepadatan Penduduk di Kawasan Pegunungan Meratus Menurut Kecamatan Tahun 2024-2039
KEPADATAN PENDUDUK
N KABUPATEN / KOTA / 2024 2029 2034 2039
O KECAMATAN JIWA/KM
JIWA/KM2 KET KET JIWA/KM2 KET JIWA/KM2 KET
2
A KABUPATEN BALANGAN 52 RENDAH 56 RENDAH 60 RENDAH 63 RENDAH
1 Kec. Tebing Tinggi 30 SANGAT RENDAH 32 SANGAT RENDAH 34 SANGAT RENDAH 36 SANGAT RENDAH
2 Kec. Halong 42 SANGAT RENDAH 45 SANGAT RENDAH 49 SANGAT RENDAH 52 SANGAT RENDAH
3 Kec. Awayan 108 SEDANG 116 SEDANG 124 SEDANG 133 SEDANG
4 Kec. Jaui 60 RENDAH 65 RENDAH 70 RENDAH 74 RENDAH
B KABUPATEN BANJAR 45 SANGAT RENDAH 48 SANGAT RENDAH 51 SANGAT RENDAH 54 SANGAT RENDAH
1 Kec. Aranio 9 SANGAT RENDAH 10 SANGAT RENDAH 10 SANGAT RENDAH 11 SANGAT RENDAH
2 Kec. Karang Intan 151 TINGGI 161 TINGGI 171 TINGGI 181 TINGGI
3 Kec. Mataraman 193 TINGGI 205 SANGAT TINGGI 218 SANGAT TINGGI 231 SANGAT TINGGI
4 Kec. Paramasan 12 SANGAT RENDAH 13 SANGAT RENDAH 13 SANGAT RENDAH 14 SANGAT RENDAH
5 Kec. Pengaron 106 SEDANG 113 SEDANG 121 SEDANG 128 SEDANG
6 Kec. Sambung Makmur 107 SEDANG 115 SEDANG 122 SEDANG 129 SEDANG
7 Kec. Sungai Pinang 29 SANGAT RENDAH 31 SANGAT RENDAH 33 SANGAT RENDAH 35 SANGAT RENDAH
8 Kec. Telaga Bauntung 66 RENDAH 70 RENDAH 75 RENDAH 79 RENDAH
C KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN 76 RENDAH 80 RENDAH 84 RENDAH 88 RENDAH
1 Kec. Loksado 31 SANGAT RENDAH 33 SANGAT RENDAH 35 SANGAT RENDAH 37 SANGAT RENDAH
2 Kec. Padang Batung 113 SEDANG 120 SEDANG 126 SEDANG 133 SEDANG
3 Kec. Telaga Langsat 185 TINGGI 195 TINGGI 206 SANGAT TINGGI 216 SANGAT TINGGI
D KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH 81 RENDAH 86 RENDAH 90 RENDAH 95 RENDAH
1 Kec. Batang Alai Timur 24 SANGAT RENDAH 25 SANGAT RENDAH 27 SANGAT RENDAH 28 SANGAT RENDAH
2 Kec. Hantakan 121 SEDANG 127 SEDANG 134 SEDANG 141 SEDANG
3 Kec. Haruyan 239 SANGAT TINGGI 252 SANGAT TINGGI 265 SANGAT TINGGI 278 SANGAT TINGGI
E KABUPATEN KOTABARU 26 SANGAT RENDAH 28 SANGAT RENDAH 29 SANGAT RENDAH 31 SANGAT RENDAH
1 Kec. Hampang 13 SANGAT RENDAH 14 SANGAT RENDAH 15 SANGAT RENDAH 16 SANGAT RENDAH
2 Kec. Kelumpang Hulu 33 SANGAT RENDAH 35 SANGAT RENDAH 38 SANGAT RENDAH 40 SANGAT RENDAH
3 Kec. Pamukan Barat 61 RENDAH 65 RENDAH 69 RENDAH 73 RENDAH
4 Kec. Sungai Durian 30 SANGAT RENDAH 32 SANGAT RENDAH 34 SANGAT RENDAH 36 SANGAT RENDAH
F KABUPATEN TABALONG 50 SANGAT RENDAH 53 RENDAH 56 RENDAH 60 RENDAH
1 Kec. Haruai 92 RENDAH 99 RENDAH 105 SEDANG 111 SEDANG
2 Kec. Muara Uya 31 SANGAT RENDAH 33 SANGAT RENDAH 35 SANGAT RENDAH 37 SANGAT RENDAH
3 Kec. Tabalong Jaro 66 RENDAH 70 RENDAH 75 RENDAH 79 RENDAH
4 Kec. Upau 52 RENDAH 55 SEDANG 59 SEDANG 62 SEDANG
KEPADATAN PENDUDUK
N KABUPATEN / KOTA / 2024 2029 2034 2039
O KECAMATAN JIWA/KM
JIWA/KM2 KET KET JIWA/KM2 KET JIWA/KM2 KET
2
G KABUPATEN TANAH BUMBU 109 SEDANG 121 SEDANG 134 SEDANG 147 SEDANG
1 Kec. Kusan Hulu 36 SANGAT RENDAH 41 SANGAT RENDAH 45 SANGAT RENDAH 49 SANGAT RENDAH
2 Kec. Mantewe 54 RENDAH 60 RENDAH 66 RENDAH 73 RENDAH
3 Kec. Satui 88 RENDAH 99 RENDAH 109 SEDANG 119 SEDANG
4 Kec. Sungai Loban 73 RENDAH 82 RENDAH 91 RENDAH 99 RENDAH
H KABUPATEN TANAH LAUT 129 SEDANG 163 TINGGI 197 TINGGI 231 SANGAT TINGGI
1 Kec. Bajuin 169 TINGGI 213 SANGAT TINGGI 257 SANGAT TINGGI 301 SANGAT TINGGI
2 Kec. Batu Ampar 77 RENDAH 97 RENDAH 117 SEDANG 137 SEDANG
3 Kec. Jorong 100 SEDANG 126 SEDANG 152 TINGGI 178 TINGGI
4 Kec. Kintap 148 SEDANG 187 SEDANG 226 SANGAT TINGGI 265 SANGAT TINGGI
5 Kec. Bati-bati 262 SANGAT TINGGI 331 SANGAT TINGGI 399 SANGAT TINGGI 468 SANGAT TINGGI
I KABUPATEN TAPIN 81 RENDAH 87 RENDAH 92 RENDAH 98 RENDAH
1 Kec. Bungur 162 TINGGI 174 TINGGI 185 TINGGI 197 TINGGI
2 Kec. Hatungan 104 SEDANG 111 SEDANG 118 SEDANG 126 SEDANG
3 Kec. Piani 33 SANGAT RENDAH 35 SANGAT RENDAH 38 SANGAT RENDAH 40 SANGAT RENDAH
J KOTA BANJARBARU 282 SANGAT TINGGI 314 SANGAT TINGGI 346 SANGAT TINGGI 378 SANGAT TINGGI
1 Kec. Cempaka 282 SANGAT TINGGI 314 SANGAT TINGGI 346 SANGAT TINGGI 378 SANGAT TINGGI
TOTAL 106 SEDANG 120 SEDANG 134 SEDANG 148 SEDANG
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2019.
Gambar 1.41
Peta Proyeksi Kepadatan Penduduk di Kawasan Pegunungan Meratus Tahun 2024
Gambar 1.42
Peta Proyeksi Kepadatan Penduduk di Kawasan Pegunungan Meratus Tahun 2029
Gambar 1.43
Peta Proyeksi Kepadatan Penduduk di Kawasan Pegunungan Meratus Tahun 2034
Gambar 1.44
Peta Proyeksi Kepadatan Penduduk di Kawasan Pegunungan Meratus Tahun 2039
1.16 Kondisi Sosial Budaya Haraan Hulu yang membawahi ±67 umbun (keluarga). Sebagian besar masyarakat adat Kiyu
menganut kepercayaan Balian (agama asal)-Kaharingan, sebagian kecil lainnya adalah
Kalimantan Selatan dianugerahi sebuah keberagaman yang menjad satu dalam masyarakatnya. Kristen/Katolik dan Islam. Terdapat 2 penyebab terjadinya pengurangan anggota komunitas
Keberadaan masyarakat Suku Banjar dan Suku Dayak yang berbaur secara harmonis balai. Hal itu terjadi akibat “peningkatan” kualitas hidup dan ingin menjadi manusia “modern”
menjadikan daerah ini kaya akan kebudayaan serta adat istiadat yang menjadi khasanah Provinsi dengan membuat rumah sendiri. Atau sebaliknya, masyarakat jatuh miskin karena makin sulit
Kalimantan Selatan, khususnya Kawasan Pegunungan Meratus. Kebudayaan dan kearifan lokal mengakses sumber daya alam sehingga komunitas balai bubar, pindah atau digabung dengan
masyarakat yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Kawasan Pegunungan balai lain.
Meratus adalah sebagai berikut. Dalam kepercayaan masyarakat adat Dayak Kiyu, manugal (menanam padi) yang baik adalah di
daerah yang memiliki ketinggian maksimum hingga ±700 meter saja. Kawasan ini biasa
disebut sebagai munjal, karena di atas ketinggian tersebut adalah gunung-gunung berhutan
1.16.1 Keanekaragaman Budaya (katuan larangan dan katuankeramat) yang dihuni oleh nenek moyang masyarakat adat
A. Suku Dayak Kiyu Dayak yang menjaga wilayah adat mereka agar tetap selamat. Selain itu mereka biasanya juga
memilih daerah dengan kemiringan sekitar 45 derajat, untuk menghindari gangguan babi hutan.
Wilayah Balai Kiyu berada di kawasan kaki pegunungan Meratus sebelah utara, sepanjang Manugal memiliki peran sangat penting dalam adat Dayak karena diyakini bahwa padi adalah
Sungai Panghiki dan kaki Taniti (bukit) Calang. Balai Kiyu merupakan satu wilayah adat seluas buah pohon langit sehingga sifatnya suci, dan kedudukannya dalam upacara adat atau aruh
±7.632 Ha pada DAS Alai. Secara administratif termasuk dalam wilayah Desa Hinas Kiri, Batu sebagai sesajen wajib (berbentuk lemang, ketan yang dimasak dalam ruas bambu) tidak
Kambar, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah Barabai, Propinsi tergantikan. Karena kepercayaan inilah maka secara turun temurun masyarakat Dayak
Kalimantan Selatan. Balai Kiyu terdiri dari dua balai (rumah adat) yaitu Balai Kiyu dan Balai tetap menanam padi meskipun di daerah sulit yang bergunung-gunung dan tanahnya relatif
tidak subur. Masyarakat Dayak Meratus mengatasi hambatan alam dalam berladang Para tamu yang datang, diizinkan menyaksikan dan mengikuti upacara ini asal mentaati aturan
sekaligus menjaga katuanadat mereka dengan mengembangkan pola perladangan “gilir adat yang ada. Mereka yang boleh ikut pesta hanyalah para tamu yang datang pada malam
balik”atau yang biasa dikenal sebagai perladangan berpindah. pertama dan menginap. Menjelang upacara berakhir, tuan rumah tempat tamu menginap wajib
memberikan beras sekitar 2-5 liter kepada tamunya. Ketika pesta berakhir, siklus baru
Setelah membuka payah (areal pilihan) dengan menebang dan membakar, mereka
dimulai lagi. Begitulah kehidupan terus berjalan.
menanaminya dengan padi dan palawija satu kali hingga tiga kali tanam untuk mengatasi
ketidaksuburan tanah dan menghindari erosi. Mereka kemudian akan berpindah beberapa kali
hingga kembali ke payah (ladang) yang dibuka pertama kali untuk memberi waktu pemulihan
Aturan adat dan sanksi, Kedudukan hutan sebagai napas kehidupan masyarakat Dayak Meratus,
kesuburan dan tumbuhnya pepohonan setelah 10 hingga 15 tahun. Ikatan yang kuat
mempunyai hubungan timbal balik dengan kesadaran mereka menjaga dan memelihara hutan
antara masyarakat Dayak Meratus dengan alam yang memberikan segala kekayaan hidup,
dengan baik. Hutan menjadi landasan nilai, sosial dan sekaligus sumber penunjang
diwujudkan dengan Aruh atau upacara adat. Ketergantungan masyarakat Dayak Meratus
perekonomian mereka. Mereka percaya bahwa Jubata atau Duwata (Tuhan) dalam sistem
terhadap padi menjadikan manugal sebagai mata pencaharian utama. Padi pantang untuk
kepercayaan masyarakat Dayak Meratus akan mengutuk mereka yang menghancurkan hutan.
diperjualbelikan, sehingga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, mereka memanfaatkan
Oleh karena itu, dalam kehidupan Dayak Meratus manusia dan hutan adalah satu kesatuan yang
hasil hutan bila terjadi kekurangan padi. Masyarakat balai Kiyu memanfaatkan hasil hutan non
saling memberikan perlindungan.
kayu berupa damar, rotan, bambu, getah karet, getah jelutung, kemiri, madu dan sebagainya
untuk ditukar dengan kebutuhan sehari-hari selain padi. Secara tidak langsung, aruh Pemanfaatan hutan dan isinya diatur dalam hukum adat yang mereka sepakati, bahkan
merupakan pesan kepada warga balai untuk tetap menjaga keseimbangan hubungan antara diberlakukan sanksi adat bagi pelanggarnya yang diputuskan oleh Kepala Adat. Aturan ini
manusia dengan alam dan roh-roh pemeliharanya. Ada sembilan aruh yang dilakukan masyarakat tergambar dalam sanksi adat bagi mereka yag menebang pohon dengan sembarangan atau
Dayak Meratus sejak persiapan membuka ladang hingga setelah panen, yaitu: melakukan perbuatan yang merugikan orang lain di seluruh wilayah adat Kiyu di pegunungan
Meratus.
1. Mamuja Tampa, atau menghormatialat-alat pertanian;
Beberapa bentuk aturan dan sanksi antara lain: Menebang pohon buah-buahan didenda oleh
2. Aruh mencari daerah tabasan (ladang baru);
adat dan dibayarkan kepada yang bersangkutan. Menebang pohon madu didenda 10-15 tahil,
3. Patilah, aruh menebang rumpun bambu bila di bakal ladang ituditumbuhi rumpun bambu; dituntut oleh hak waris dan denda diserahkan kepada adat. (1 tahil = 1 piring kaca, jika
dirupiahkan dihitung berdasarkan kesepakatan bersama masyarakat). Menebang pohon yang
4. Katuan atau Marandahka Balai Diyang Sanyawa, yaitu merobohkan balai Diyang
menjadi keramat, bisa dituntut hak waris dan denda diserahkan ke Kepala Adat. Menebang
Sanyawa;
pohon damar didenda oleh semua masyarakat yang termasuk wilayahnya, denda diserahkan ke
5. Bamula, yaitu upacara untuk memulai menanam padi; Kepala adat. Menebang pohon lalu menimpa pohon buah-buahan sendiri/orang lain dikenakan
6. Basambu Umang, yaitu menyembuhkan atau merawat umang; denda yang dibayarkan sesuai kerugian atas robohnya pohon buah tersebut. Menebang pohon
lalu menimpa rumah/pondok orang lain, diminta ganti rugi jika pohon menimpa rumah orang lain.
7. Menyindat padi, yaitu mengikat rumput dan tangkai padi dan Manatapakan Tihang Membakar ladang/sawah dan apinya merambat ke kebun orang lain didenda sesuai kerugian atas
Babuah, yaitu menegakkan tangkai padi yang berbuah; kebun tersebut.
8. Bawanang, yaitu memperoleh wanang; Terdapat lima prinsip dasar pengelolaan sumber daya alam yang bisa dicermati dalam budaya
9. Mamisit padi, yaitu memasukkan padi ke dalam lumbung. Dayak, yaitu: keberlanjutan, kebersamaan, keanekaragaman hayati, subsistensi, dan kepatuhan
kepada hukum adat. Bila kelima prinsip ini dilaksanakan secara konsisten maka akan
menghasilkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan yang bermanfaat
Tiga aruh pertama dilakukan oleh umbun yang bersangkutan, sedangkan aruh-aruh lainnya secara ekonomis, tidak merusak secara ekologis dan tidak menghancurkan secara budaya.
dilakukan oleh beberapa umbun dalam bubuhan (lingkungan) yang bersangkutan. Saat panen Dengan kelima prinsip ini,masyarakat Dayak menjaga kelestarian alamnya, meskipun seringkali
raya adalah aruh yang paling besar yaitu aruh bawanang atau sering disebut sebagai aruh ganal mereka dipersalahkan dengan kerusakan hutan yang terjadi saat ini.
(aruh besar).Prosesi bahuma Dayak Meratus berpuncak pada pesta Aruh Ganal, yakni Penerapan sanksi hukum adat masyarakat Dayak Kiyu juga dijalankan sesuai dengan aturan
upacara syukuran ketika semua orang selesai panen atau disebut juga pesta panen padi. Inilah yang berlaku sejak dahulu. jika ada pihak yang melakukan pelanggaran di lingkungan masyarakat
penutup seluruh rangkaian kegiatan pertanian tahunan. Upacara Aruh Ganal diadakan selama 5 adat Kiyu, maka akan diberikan sanksi yang setimpal dengan pelanggaran yang dilakukan
atau 7 hari. Seluruh warga balai (rumah adat) berkumpul mengikuti upacara yang dipimpin ketua oleh pelanggar, tanpa pandang bulu. Pelanggaran di wilayah adat merupakan pelecehan bagi
adat balai. Selama upacara atau pesta berlangsung, warga pantang melakukan pekerjaan lain. masyarakat adat Dayak Kiyu. Pelanggaran yang dimaksud antara lain, melakukan pencurian,
Upacara biasanya diadakan di tengah balai. pembunuhan, perkosaan dan tindakan pelanggaran hukum lainnya baik secara hukum adat
Perlengkapan upacaranya antara lain lemang, beras hasil panen dan banyak sesaji. Para balian maupun hukum formal.
duduk bamanang (berdoa). Setelah berdoa mereka membunyikan hiang yaitu sejenis alat Sanksi yang diberikan bagi para pelaku disesuaikan dengan jaman sekarang. Mencuri misalnya,
musik sambil batandik (menari) semalaman mengitari pusat balai diiringi tabuhan kendang oleh kalau menurut aturan dulu tangan di potong, sekarang diganti dengan denda berupa barang
4 orang perempuan yang berada di 4 penjuru balai. Sesekali para balian memberkati hadirin dan/atau uang, sesuai dengan barang yang dicuri.Kesejajaran antara laki-laki dan perempuan
dengan ringgitan, untaian janur kuning, bunga kapur warna putih, bunga jengger warna merah, dalam pengambilan keputusan oleh masyarakat Meratus umumnya, khususnya Dayak Kiyu,
dan daun kemangi. baru terjadi belakangan ini. Dulu perempuan tidak dilibatkan, namun sekarang perempuan
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I - 74
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
memiliki hak yang sama dengan lakilaki untuk turut serta menilai dan memberi suara dalam Media disini adalah Kerukan Suku Dayak Meratus, sebagai lembaga yang mewadahi
pengambilan keputusan rapat/musyawarah. Pertemuan adat dilakukan jika memang ada sesuatu kegiatan yang ada di Kerukunan Suku Dayak yang ada di Loksado serta Kalimantan
hal yang sifatnya harus dimusyawarahkan, misalnya pertemuan untuk pelaksanaan upacara Selatan
aruh/melaksanakan ritual keagamaan, perkawinan, membuka ladang baru, atau ada ancaman
Feed backnya masyarakat mengetahui produk budaya masyarakat Dayak Kaharingan
dari pihak luar seperti eksploitasi kawasan hutan adat, dan lain sebagainya. Keputusan diambil
lewat acara Festival Budaya, Aruh Ganal serta produk budaya
berdasarkan kesepakatan musyawarah semua warga-umbun balai, baik laki-laki maupun
perempuan adat. Faktor yang mempengaruhi Budaya masyarakat Loksado adalah alam masyarakat.
Makna Budaya bagi masyarakat Suku Dayak Kaharingan adalah warisa nenek moyang
leluhur yang menjadi keyakinan dan norma aturan masyarakat Suku Dayak Kaharingan
B. Komunikasi Budaya Dalam Masyarakat Dayak Kaharingan, Kecamatan Loksado,
Loksado
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan
Proses komunikasi budaya dayak kaharingan terbentuk dari adat istiadat nenek moyang suku
dayak kaharingan dan menganut nilai nilai keluluhuran, proses komunikasi dipimpin seorang C. Fenomena Hunian Suku Dayak Bukit
Balian/tokoh keyakinan suku dayak Kaharingan, dalam proses penyampaian pesan, di dalamnya Balai-adat adalah sebuah bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal (hunian) bagi
pesannya terdapat nilai nilai yang diwariskan nenek moyang suku dayak kaharingan, kemudian sekelompok masyarakat SDB. Kelompok ini terdiri dari beberapa keluarga inti (umbun) yang
sebagai medianya Kerukunan Suku Dayak Meratus yang menjembetani antara masyarakat masih memiliki ikatan kekerabatan. Sebuah kelompok kekerabatan atau keluarga luas ini disebut
adat suku dayak kaharingan dengan Balian dan tetua adat. bubuhan (Radam, 2001, hal. 120-121). Selain itu, setiap kelompok memiliki wilayah
Faktor yang mempegaruhi kebudayaan masyarakat Suku Dayak Kaharingan adalah alam permukiman tradisional yang disebut banua. Sebagai tempat tinggal, balai-adat dibangun
dan lingkungan alam masyarakat sekitar secara berpindah- pindah mengikuti lokasi ladang-ladang milik tiap kelompok. Baik balai adat mau
pun ladang akan selalu berada dalam wilayah masing-masing kelompok. Tradisi bermukim dan
Makna budaya bagi masyarakat suku Dayak Kaharingan adalah warisan nenek moyang
fungsi balai-adat ini telah berlangsung selama turun-temurun. Meskipun tidak pernah
leluhur yang telah menjadi turun temurun menjadi adat istiadat
dituliskan dalam tradisi SDB, namun pengetahuan tentang balai-adat ini sudah menjadi
Proses komunikasi budaya masyarakat Dayak Kaharingan sangat dipengaruhi dengan ‘pengetahuan umum’di kalangan masyarakat SDB dan masyarakat Kalimantan Selatan pada
kearifan tradisional masyarakat adat Dayak Kaharingan Loksado. Lebih dalam lagi umumnya.
proses komunikasinya, berpusat pada institusi budayanya. Dalam hal ini yaitu
Kerukunan Suku Dayak Meratus.
Kerukunan Suku Dayak Meratus menjadi wadah tempat berputarnya informasi dan
pelaksanaan kegiatan adat Suku Dayak Kaharingan di Loksado. Kemudian yang menjadi
komunikator ulungnya adalah Balian yaitu pimpinan tokoh agamanya. Dalam
penyampaian pesan yang dibawakan mengandung nilai-nilai yang bersumber dari
leluhur dan kearifan suku dayak Loksado.
Proses komunikasi di Suku Dayak Kaharingan Loksado ini, dipengaruhi dengan kondisi
alam sekitar yang berbukit-bukit, sehingga terdapat aturan, norma dan hukum adat yang
ada di Loksado. Sehingga setiap proses komunikasi mengandung makna tertentu.
Suku Dayak Kaharingan, juga memiliki produk budaya tersendiri, yang merupakan hasil
Arsitektur Balai-Adat (Tipikal) (Kiri) Balai-Adat Siputan Dilihat Dari Luar Bangunan.
proses berpikir. Dengan memanfaatkan alamnya, produk inilah yang menjadi nilai (Kanan) Balai Adat Aitih Dilihat Dari Dalam Bangunan
masyarakat Dayak Kaharingan Loksado.
Proses komunikasi ini, membuat masyarakat Dayak Kaharingan dapat menarik minat
dari warga luar untuk datang ke Loksado, karna suku dayak kaharingan memiliki Indikasi perubahan arsitektur balai-adat yang berkembang hingga saat ini adalah:
identitas budaya yang berbeda dari yang lain. Sampai sekarang masih Keberadaan komponen, fungsi, dan aktivitas padapuran dalam balai-adat yang sudah
mempeertahankan budaya adat tersebut. berpindah, ditinggalkan, atau bahkan sudah hilang,
Komunikator di dalam penelitian ini adalah Balian/Tokoh adat Masyarakat Suku Dayak Terjadinya perluasan ruang, khususnya pada bilik-bilik milik tiap keluarga yang ada
Kaharingan Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. dalam balai-adat
Komunikan adalah masyarakat yang tinggal di wilayah Hukum adat Loksado Adanya fenomena pembangunan pondok-pondok di sekitar balai-adat oleh sebagian
Pesan dalam Proses Komunikasi adalah Produk produk budaya masyarakat seperti keluarga di belakang bilik mereka,
Parang yang merupakan alat untuk bersawah, Tali Selimpang dan kerajinan budaya Pembangunan rumah tinggal di luar balai-adat, baik yang berada dekat maupun jauh dari
lainnya. balai adat,
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I - 75
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
Munculnya balai-adat baru atau dihapuskannya balai-adat yang ada karena suatu alasan selanjutnya ia menggolongkannya ke dalam Rumpun Ngaju. Namun penelitian terakhir dari segi
tertentu, dan bahasa yang digunakan sub suku Dayak ini tergolong berbahasa Melayik (bahasa Melayu
Lokal). Orang Banjar Hulu sering menamakannya Urang Bukit, sedangkan orang Banjar Kuala
Pergeseran fungsi balai-adat. Indikasi-indikasi perubahan di atas terdapat secara acak
sering menamakannya Urang Biaju.
pada seluruh balai-adat yang di observasi. Setiap balai adat mengalami atau memiliki
indikasi perubahan yang berbeda-beda, sehingga kondisi seluruh balai-adat yang Sesuai habitat kediamannya tersebut maka belakangan ini mereka lebih senang disebut Suku
adapun sangat beragam Dayak Meratus, daripada nama sebelumnya Dayak Bukit yang sudah terlanjur dimaknai sebagai
orang gunung. Padahal menurut Hairus Salim dari kosa kata lokal di daerah tersebut istilah bukit
berarti bagian bawah dari suatu pohon yang juga bermakna orang atau sekelompok orang atau
Selain ditemukan pada balai-adat yang ada di kawasan Loksado, fenomena perubahan juga rumpun keluarga yang pertama yang merupakan cikal bakal masyarakat lainnya. Suku Bukit
terlihat pada hampir seluruh balai-adat yang ada di kawasan Pegunungan Meratus. Secara kasat juga dinamakan Ukit, Buket, Bukat atau Bukut. Suku Bukit atau suku Dayak Bukit terdapat di
mata, perubahan yang paling besar adalah munculnya rumah-rumah tinggal yang dibangun di beberapa kecamatan yang terletak di pegunungan Meratus pada kabupaten Banjar, Kabupaten
sekitar balai-adat hingga membentuk perkampungan. Adapun perubahan yang terjadi pada Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, kabupaten Tapin, Tanah Laut, Tanah
unit-unit balai-adat dan rumah tinggal adalah penggunaan material dan konstruksi fabrikasi, Bumbu, dan Kota Baru. Jadi Suku Dayak Meratus, adalah suatu komunitas adat yang ada di
seperti: genteng metal, kaca mozaik, keramik lantai, beton bertulang, bahan cat, dan kayu olahan. pegunungan Meratus, sebelumnya lebih di kenal dengan sebutan sebagai Dayak Bukit. Dayak
Beragam perubahan arsitektur balai adat yang diperoleh juga menunjukkan indikasi Meratus adalah salah satu dari sekian banyak sub suku Dayak, yang bertempat tinggal di sekitar
keragaman arsitektur. Keragaman arsitektur terlihat dari variasi ruang dan bentuk yang pegunungan Meratus. Beberapa sub etnis suku Dayak Meratus yaitu:
disebabkan perbedaan perubahan pada setiap balai-adat. Selama ini masyarakat umum hanya Dayak Pitap, di desa Dayak Pitap dan sekitarnya.
mengetahui bahwa balai adatlah satu-satunya hunian SDB. Selain itu, berdasar wujud fisiknya,
Dayak Alai terdiri atas Dayak Labuhan, Dayak Atiran dan Dayak Kiyu
balai-adat selalu digambarkan relatif sama. Keragaman (tipe-tipe) balai adat ini dapat dikenali
dari; perluasan ruang pada balai-adat, penambahan bangunan, jumlah atau susunan ruang Dayak Hantakan (Dayak Bukit), di desa Haruyan Dayak.
balai-adat dan rumah tinggal, serta sebaran rumah tinggal yang dibangun di sekitar balai-adat.
Dayak Labuan Amas
Melihat pada kondisi seluruh balai-adat yang telah diobservasi, terdapat beberapa yang
memiliki kesamaan pada bagian tertentu dan perbedaan di bagian lainnya. Keragaman Dayak Loksado (Dayak Amandit), di kecamata n Loksado.
arsitektur balai-adat ini dapat dilihat pada kolom matrik perubahan dan balai-adat. Dari 21 balai Dayak Harakit (Dayak Tapin), di desa Harakit dan sekitarnya.
adat yang diobservasi terlihat masing-masing memiliki indikasi perubahan yang otomatis
menciptakan keragaman arsitektur. Dayak Paramasan, di kecamatan Paramasan.
Dayak Kayu Tangi (mendiami kawasan Riam Kanan sebelum dijadikan waduk)
Dayak Bangkalaan, di desa Bangkalan Dayak.
Dayak Sampanahan, di kecamatan Sampanahan, Kotabaru.
Dayak Riam Adungan, di desa Ria m Adungan.
Dayak Bajuin, di desa Bajuin.
dan lain-lain
Terdapat silang pendapat tentang asal-usul suku Dayak Meratus, menurut Tjilik Riwut (1979)
Fenomena Perubahan Balai Adat
Dayak Meratus termasuk dalam kelompok Dayak Ngaju, namun masih diragukan karena dari segi
bahasa dan kepercayaan ada perbedaan, sedangkan Idwar Saleh (1984) mempunyai pendapat
bahwa Dayak Meratus merupakan penduduk asli Kalimantan Selatan yang dahulunya mendiami
D. Suku Dayak Meratus daerah pesisir dan pinggiran aliran sungai Tabalong, namun karena datangnya imigran
Melayu pada abad 400-500 M penduduk asli ini tersisih ke daerah pegunungan. Orang Dayak
Sepanjang kawasan Meratus, berdiam kelompok masyarakat adat Dayak yang dikenal dengan Meratus mempunyai kebudayaan dan kepercayaan sendiri yang dinamai dengan Balian.
sebutan Dayak Meratus atau suku Bukit. Sejak beratus-ratus tahun lalu, etnis inilah yang
melakukan pengelolaan terhadap kawasan Meratus. Suku Dayak Bukit atau Suku Dayak Meratus Kepercayaan Balian orang Meratus bersifat lisan (oral), hampir tidak ditemui berupa buku
atau Dayak Banjar yaitu kumpulan sub-suku Dayak yang mendiami sepanjang kawasan (kitab) tertentu yang mengatur umat menjalankan ajaran-Nya. Kepercayaan Orang Meratus
pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan, suku Bukit termasuk golongan Suku Punan. dapat dikatakan sebagai kepercayaan masyarakat “Huma” terkait dengan penghormatan
terhadap “Padi” secara sakral yang terwujud dalam upacara-upacara ritual. Tuhan bagi orang
Tetapi Tjilik Riwut membaginya ke dalam kelompok-kelompok kecil seperti Dayak Alai (Labuhan), Meratus pantang disebut-sebut, karena merupakan hal yang tabu. Mereka mempercayai
Dayak Amandit (Loksado), Dayak Tapin (Harakit), Dayak Kayu Tangi dan sebagainya, adanya Tuhan nama “Ilah”(sang pencipta) berikut kekuatan supranatural-Nya. Di samping
berkeyakinan adanya Tuhan mereka tidak meninggalkan adanya sejumlah nama Ilahiyat yang Selatan diperkirakan terkonsentrasi di desa-desa besar di kawasan pantai kaki pegunungan
harus dipuja-puji dan dihormati misalnya (1) Arwah nenek moyang (Datu-Nini); (2) Arwah yang Meratus yang lambat laun berkembang menjadi kota-kota bandar yang memiliki hubungan
masih gentayangan di sekitar tempat tinggal (Pidara); dan (3) Roh para penguasa yang berjasa perdagangan laut dengan India dan Cina, di samping hubungan dagang interinsuler. Konsentrasi
(Kariau), serta roh-roh alam (Penguasa dan pemelihara hutan, lading, pohonpohon, sungai, populasi terjadi di aliran Sungai Tabalong sebagai daerah yang terpadat penduduknya.
hewan dan sebagainya). Kemungkinan pada abad ke-5 Masehi telah berdiri Kerajaan Tanjungpuri sebagai pusat
kolonisasi orang-orang Melayu yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya. Mereka memperkenalkan
Bumi dipercayai sebagai Ibu (Indung-Pangasihan), Langit disebut Bapak Penguasa (Bapak
bahasa dan kebudayaan Melayu sambil berdagang dan kemudian berasimilasi dengan penduduk
Kuwasa), Diri manusia (Limbagan) mempunyai saudara empat (Dangsanak empat) ada yang
sekitarnya yang terdiri dari suku-suku Maanyan, Lawangan dan Bukit (Dayak Meratus).
baik, ada yang buruk sehingga mempengaruhi diri manusia. Padi diagungkan sebagai buah
Langit (sebut = rezeki, buah tahun, buah pohon, kembang musim) diberi gelar “Diyang”. Orang Bahasa Bukit/Meratus atau Bahasa melayu Dayak Bukit atau Bahasa melayu Dayak Meratus
meratus secara umum mempercayai adanya 3 (tiga) Ilah Utama, adalah sebagai berikut: (bvu) adalah suatu bahasa Austronesia yang dituturkan suku DayakBukit di sepanjang
pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan. Bahasa Bukit dapat pula disebut Bahasa Melayu
Suwara, adalah Ilah pencipta alam raya, Manusia pertama, serta tujuh tumbuhan
Bukit. Bahasa Bukit merupakan bentuk arkhais dari bahasa Banjar sebelum bahasa Banjar
pelindung;
terpengaruh bahasa Jawa.[1] Misalnya bahasa bukit mempertahankan kosa kata ayying (artinya
Nining Bahatara, adalah Ilah Pengatur (Pencatu) rezeki, nasib manusia berikut, dan air) seperti bahasa serumpunnya bahasa Brunei, sedangkan dalam bahasa Banjar kosa kata
Sangkawanang, adalah Ilah yang memberi dan menentukan kewenangan terhadap Padi. tersebut telah punah digantikan dengan kata pinjaman banyu yang berasal dari bahasa Jawa
selain itu budaya Banjar juga telah mendapat pengaruh budaya Jawa.
Budaya Bukit, Suku ini dapat digolongkan sebagai suku Dayak, karena mereka teguh memegang
Religi orang Meratus dinamakan “religi Balian”, namun harus dipisahkan dengan pimpinan kepercayaan atau religi suku mereka. Akan tetapi religi suku ini, agak berbeda dengan
keagamaan mereka juga diberi nama “Balian”, adalah orang yang memimpin seluruh aspek suku Dayak di Kalimantan Tengah (Suku Dayak Ngaju), yang banyak menekankan ritual
upacara ritual kehidupan orang Meratus. Balian bertingkat-tingkat. upacara kematian. Suku Dayak Bukit lebih menekankan upacara dalam kehidupan, seperti
Pertama, Guru Jaya yakni orang yang berwenang penuh memimpin semua upacara, upacara pada proses penanaman padi atau panen, sebagaimana halnya dengan suku
membuka upacara, seorang guru keagamaan tradisional dan merangkap sebagai dukun Kanayatn di Kalimantan Barat. Kepercayaan Orang Meratus dapat dikatakan sebagai
(ahli pengobatan penyakit) dan dipandang sebagai symbol pemersatu bubuhan. kepercayaan masyarakat “Huma”terkait dengan penghormatan terhadap “Padi”secara sakral yang
terwujud dalam upacara-upacara ritual.
Kedua, urutan Balian adalah Balian Tuha; orang yang berwenang penuh memimpin
upacara religius adat bubuhan tertentu, lebih rendah dari guru Jaya, tetapi berpengaruh
kuat dalam adat, ia cikal bakal guru Jaya. Ketiga Balian Tengah dan Balian Anum, E. Kearifan di Suku Dayak Meratus
orang yang sementara waktu bisa menggantikan peran Guru Jaya dan Balian Tuha,
apabila diperlukan, iapun masih alam tahap yang belum tinggi dan masih belajar. Kearifan pembagian wilayah hutan, Kedekatan masyarakat adat Dayak Meratus dengan alam
membuat mereka sangat mengenal lingkungannya. Dalam hal pengelolaan lahan, tanah dan
hutan dikelompokkan dalam beberapa bentuk berdasarkan kesepakatan bersama yang berlaku di
Semua aspek upacara tidak bisa dipisahkan dari tarian “Tandik” atau “Batandik” dan tiap-tiap Balai meski kadang dengan istilah yang berbeda. Masyarakat adat Dayak Meratus
kerasukan (in-trance), dibantu Juru Patati (orang yang menjawab pertanyaan, menjelaskan dan memberlakukan wilayah katuan larangan (hutan larangan). Dalam wilayah itu, segala aktivitas
menterjemahkan kemauan Balian) saat kesurupan. Di samping itu peran tukang tabuh gendang pemanfaatan lahan, seperti bahuma atau manugal (bertani atau berladang) tidak
sangat berperan dalam upacara yang dimainkan oleh laki-laki ataupun perempuan, di diperbolehkan. Katuan larangan diperuntukkan dan diyakini sebagai tempat bersemayamnya
mana pukulan gendang harus sesuai dengan gerak Ilah yang dijadikan komunikasi untuk arwah leluhur. Pohon di wilayah itu tidak boleh ditebang. Pemanfaatan hutan hanya sebatas
dipanggil. Orang Dayak Meratus juga mengenal Kepercayaan (Agama) Kaharingan dan Buddha, hasil hutan nonkayu, tujuan dari semua itu agar bisa berfungsi sebagai daerah perlindungan bagi
Agama Kaharingan akibat pengaruh masuknya orang Dayak Maanyan ke Pegunungan habitatnya dan penyedia sumber air.
Meratus. Sebagai etnis yang menjunjung tinggi harga diri dan nilai-nilai kearifan lokal, Dayak Meratus
Sedangkan Religi Buddha pengaruh dari Kerajaan Melayu bernama Tanjungpuri ketika lebih mengedepankan hal-hal budaya dengan nilai-nilai rohaniah. Karena itulah, mereka
pengaruh Kerajaan Negaradipa mulai kuat sehingga sebagian orang-orang Tanjungpuri memberlakukan wilayah katuan karamat (hutan keramat) di wilayah Balai masing-masing.
menyingkir ke Pegunungan Meratus, sebagai contoh pengaruh Buddha ada di daerah Halong Wilayah itu diperuntukkan khusus untuk kawasan pemakaman dan sama sekali tidak boleh
yang sebagian penduduknya menganut ajaran Buddha, juga adanya sebuah kampung di Kab. dimanfaatkan selain untuk pemakaman para leluhur. Wilayah itu biasanya terletak di perbukitan
Balangan bernama Bihara yang berasal dari istilah Vihara. Hubungan dengan Orang Banjar pun atau disebut munjal. Masyarakat adat Meratus selain bahuma, juga berkebun. Karena itulah,
tidak bisa dipisahkan karena orang Banjar itu sendiri kemungkinan berasal dari keturunan diberlakukan wilayah khusus untuk bakabun gatah (berkebun karet).
Orang Dayak baik berasal dari Ngaju, Maanyan maupun Bukit (Meratus). Wilayah ini berbeda dengan pahumaan. Di wilayah ini khusus ditanami pohon gatah atau para
Jadi masalah bahasa kenapa lebih mirip bahasa Melayu, itu dikarenakan interaksi dengan (karet) untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi, sedangkan pahumaan adalah kawasan yang
orang-orang Melayu selama berabad-abad, namun untuk bahasa asli orang Meratus masih ditanami tanaman jangka pendek, seperti padi dan palawija. Sementara untuk kawasan
bisa dijumpai ketika digelarnya upacara-upacara adat. Para penghuni pertama Kalimantan pemukiman atau Balai, masyarakat adat Meratus hanya mengambil sebagian kecil dengan luasan
kurang dari 2 hektar. Kawasan pemukiman biasanya terletak di daerah datar (lembah) atau taniti
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I - 77
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
(perbukitan kecil) yang relatif landai dan dekat sungai. Dipercaya pula jika ketentuan adat tengang untuk dikenakan di tangan sebagai penolak bala. Kalung dari bahanbahan seperti
yang berlaku tersebut di langgar, yang bersangkutan akan katulahan (kualat) yang berujung pada akar kayu atau kulit (tulang) hewan sebagai penangkal gangguan dari roh-roh halus,
terjadinya kesialan, petaka, dan karma. terutama sering digunakan pada bayi. Beragam jenis gelang, di antaranya tjuk bulu
tantawan, tajuk bulu area, kalung manik lawang, galling gading, galang pasan manik, galang
Kearifan pemanfaatan lahan, Pahumaan atau ladang bagi masyarakat adat Dayak Meratus
pasan, sa’sawak tali mulung, sa’sawat pirak kurumut dan posong. Adapun karena
adalah sumber pangan yang sangat penting. Penentuan wilayah pahumaan terkadang melalui
bahanbahannya yang cenderung panas dan kurang nyaman dikenakan, pakaian adat ini
proses yang lama. Banyak hal yang harus diperhitungkan. Seperti kemiringan dan ciriciri
seiring berjalannya waktu mulai ditinggalkan.
tumbuhan yang ada untuk mengukur tingkat kesuburan tanah. "Lokasi yang baik biasanya berada
di daerah dengan ketinggian hingga 700 meter dari permukaan laut, di bawah wilayah katuan Bulang Buri dan King Buri adalah pakaian adat yang dibuat dari buri atau kulit kerang laut.
larangan dan katuan karamat. Dengan begitu, para leluhur mudah untuk mengawasi dan menjaga Pakaian King Kabo’ adalah pakaian dari bahan kulit kayu yang hanya berupa cawat
wilayah. Aktivitas manugal (menanam padi) tidak boleh dipandang remeh. dengan hiasan manik-manik atau pita-pita rumbai.Pakaian King Tompang adalah pakaian dari
bahan kain berwarna polos yang mulai dikenal sejak ada interaksi dengan orang Melayu.
Padi bagi masyarakat adat Dayak Meratus adalah suci sehingga prosesinya pun harus dilakukan
Pakaian Indulu Manik adalah pakaian dari kain dengan tempelan manik-manik sebagai
dengan kesungguhan dan penghayatan serta melalui serangkaian ritual adat yang disebut
hiasan. Buang Kuureng adalah baju kurung dengan lengan panjang berbahan kain beludru.
Aruh (upacara). Bahkan, alat pertanian yang akan digunakan untuk bahuma tak luput dari ritual
Dan masih banyak lagi, di antaranya pakaian Bulang Kawat, King Tatak, Bulang Panosokan,
adat. Sebelum membuka ladang dilakukan pemujaan terhadap alat pertanian yang disebut
Bulang Kontong. Nah, demikianlah beberapa jenis pakaian adat Kalimantan Barat dan
mamuja tampa agar pengerjaannya nanti lancar. Ada banyak rangkaian ritual adat yang dilakukan
keterangannya. Dari beragam jenis pakaian di atas, saat ini yang masih tetap lestari adalah King
saat memulai aktivitas pembukaan lahan hingga panen. Semua ritual itu dilakukan oleh
Baba dan King Bibinge. Kedua pakaian ini hingga sekarang tetap digunakan terutama oleh
masingmasing Balai dengan istilah yang berbeda, tetapi dengan tujuan yang sama. Puncak dari
suku-suku Dayak Kubu yang masih tinggal di pedalaman dan bertahan hidup secara
segala ritual dalam bahuma adalah Aruh Ganal (upacara besar) atau disebut juga Aruh
nomaden.
Bawanang atau Aruh Balangatan, saat perayaan panen raya. upacara Aruh ganal ini dirayakan
secara besarbesaran selama lima, tujuh, dan atau 12 hari oleh selu Roh warga kampung; Dunia supranatural bagi Suku Dayak memang sudah sejak jaman dulu merupakan ciri khas
dengan mengundang warga dari kampung-kampung lainnya. kebudayaan Dayak. Karena supranatural ini pula orang luar negeri menyebut Dayak
sebagai pemakan manusia (kanibal). Namun pada kenyataannya Suku Dayak adalah suku
Aruh Ganal disebut juga bawanang banih halin atau upacara mahanyari banih barat, yaitu
yang sangat cinta damai asal mereka tidak diganggu dan ditindas semena-mena.
upacara yang dilaksanakan karena mendapat hasil panen padi yang banyak dan selama bahuma
Kekuatan supranatural Dayak Kalimantan banyak jenisnya, contohnya Manajah Antang. Manajah
tidak mendapat musibah. Padi yang diikutkan dalam upacara ini adalah padi yang terakhir
Antang merupakan cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh
kali dipanen atau disebut juga hasil panen yang kedua. Beras dari hasil panen tersebut belum
yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan media burung Antang, dimanapun musuh
boleh dimakan sebelum diupacarai. Dengan kata lain, masyarakat Dayak baru akan
yang dicari pasti akan ditemukan.
menikmati hasil dari bahuma setelah mereka mengucapkan syukur kepada Sang Maha Pemberi
Rizqi. Oleh karena Aruh Ganal merupakan upacara sakral dan bernuansa magis, maka Mangkok merah merupakan media persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang
pelaksanaan upacara Aruh Ganal dipimpin oleh Balian. Balian adalah tokoh (pimpinan) adat Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. Panglima" atau sering suku Dayak
yang mempunyai pengetahuan luas mengenai seluk beluk adat dan tradisi masyarakat Dayak sebut Pangkalima biasanya mengeluarkan isyarat siaga atau perang berupa mangkok merah
yang di edarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali. Dari penampilan seharihari
Hutan bagi masyarakat adat Dayak Meratus menjadi landasan ideologi, sosial, selain sebagai
banyak orang tidak tahu siapa panglima Dayak itu. Orangnya biasa-biasa saja, hanya saja ia
penunjang keberlangsungan hidup dan perekonomian. Sangat diyakini, Tuhan akan
mempunyai kekuatan supranatural yang luar biasa. Percaya atau tidak panglima itu
menurunkan bala apabila dilakukan perusakan. Karena itulah, terjadi harmonisasi tingkat tinggi
mempunyai ilmu bisa terbang kebal dari apa saja seperti peluru, senjata tajam dan sebagainya.
antara mereka dan hutan, dengan saling melindungi,"
Pakaian Adat untuk laki-laki bernama King Baba. Dalam bahasa Dayak, King berarti pakaian
dan Baba berarti laki-laki. Pakaian ini terbuat dari bahan kulit kayu tanaman ampuro atau kayu
kapuo. Kedua jenis kayu ini adalah tumbuhan endemik Kalimantan yang mempunyai kandungan
serat tinggi. Untuk membuat king baba, kulit kayu tersebut dipukul-pukul menggunakan palu
bulat di dalam air, sehingga hanya tertinggal seratnya saja. Setelah lentur, kulit tersebut
kemudian dijemur dan dihias dengan lukisan-lukisan etnik khas Dayak menggunakan bahan
pewarna alami. Kulit kayu dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai rompi tanpa lengan
dan sebuah celana panjang. Sebagai hiasan, serat kulit kayu tersebut juga dibuat menjadi
semacam ikat kepala.
Pakaian adat perempuan sama seperti pakaian laki-laki, untuk para perempuan juga dibuat
dari bahan dan cara yang sama. Namun, desainnya lebih sopan dengan perlengkapan antara
lain penutup dada, stagen, kain bawahan, serta berbagai pernik lain seperti kalung, manik-
manik dan hiasan bulu burung Enggang di kepalanya. Beberapa perhiasan lain yang dikenakan
di antaranya: Jarat tangan (gelang tangan) adalah gelang yang dibuat dari pintalan akar tanaman
Mangkok Merah
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I - 78
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
bilah mandau yang diinginkan. Setelah bilah terbentuk, tahap selanjutnya adalah membuat
hiasan berupa lekukan dan gerigi pada mata mandau serta lubang-lubang pada bilah mandau.
Upacara Tiwah merupakan satu acara adat suku Dayak. Tiwah adalah ritual yang
Konon, pada zaman dahulu banyaknya lubang pada sebuah mandau mewakili banyaknya
dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di
korban yang pernah kena tebas mandau tersebut. Cara membuat hiasan sama dengan
disiapkan sebelumnya. Sandung adalah tempat semacam rumah kecil yang memang dibuat
cara membuat bilah mandau, yaitu memuaikan dan menempanya dengan palu berulang-
khusus untuk menyimpan tulang belulang orang yang sudah meninggal.
ulang hingga mendapatkan bentuk yang diinginkan. Setelah itu, barulah bilah mandau
Bagi suku Dayak, Upacara Tiwah adalah momen yang sangat sakral. Pada acara Tiwah ini, dihaluskan dengan menggunakan gerinda.
sebelum tulang-tulang orang yang sudah mati tersebut di antar dan diletakkan ke tempatnya
Gagang (hulu mandau) terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala burung. Seluruh
(Sandung), banyak sekali acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain. sampai
permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti: kepala naga, paruh burung,
akhirnya tulang-tulang tersebut di letakkan di tempatnya (Sandung).
pilin, dan kait. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa bulu binatang atau rambut
manusia. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat membedakan tempat asal mandau
dibuat, suku, serta status sosial pemiliknya.
Sarung mandau biasanya terbuat dari lempengan kayu tipis. Bagian atas dilapisi tulang berbentuk
gelang. Bagian tengah dan bawah dililit dengan anyaman rotan sebagai penguat apitan.
Sebagai hiasan, biasanya ditempatkan bulu burung baliang, burung tanyaku, manikmanik
dan terkadang juga diselipkan jimat. Selain itu, mandau juga dilengkapi dengan sebilah pisau
kecil bersarung kulit yang diikat menempel pada sisi sarung dan tali pinggang dari
anyaman rotan. Nilai Budaya Pembuatan mandau, jika dicermati secara seksama, di dalamnya
mengandung nilai- nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan
sehari- hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni),
ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk-bentuk mandau
yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan,
ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan
ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai- nilai tersebut tidak mungkin akan
terwujud sebuah mandau yang indah dan sarat makna
Upacara Tiwah
G. Prisai Kambit
F. Mandau sebagai Senjata Khas Dayak Motif hias pada Prisai kambit yaitu alat penangkis dalam peperangan melawan musuh. Perisai
terbuat dari kayu yang ringan tapi tidak mudah pecah. Bagian depan perisai dihiasi
Bilah mandau terbuat dari lempengan besi yang ditempa dengan ukiran, namun sekarang ini kebanyakan dihiasi dengan lukisan yang menggunakan
hingga berbentuk pipih-panjang seperti parang dan warna hitam putih atau merah putih. Motif yang digunakan untuk menghias perisai terdiri dari 3
berujung runcing (menyerupai paruh yang bagian atasnya motif dasar:
berlekuk datar). Salah satu sisi mata bilahnya diasah tajam,
sedangkan sisi lainnya dibiarkan sedikit tebal dan tumpul. Motif Burung Enggang (Kalung Tebengaang)
Ada beberapa jenis bahan yang dapat digunakan untuk Motif Naga/Anjing (Kalung Aso)
membuat mandau, yaitu: besi montallat, besi matikei, dan
besi baja yang diambil dari per mobil, bilah gergaji mesin, Motif Topeng (Kalung Udo)
cakram kendaraan, dan lain sebagainya. Konon, mandau
yang paling baik mutunya adalah yang dibuat dari batu
gunung yang dilebur khusus sehingga besinya sangat kuat Selain sebagai alat pelindung diri dari serangan musuh, perisai juga berfungsi sebagai: Alat
dan tajam serta hiasannya diberi sentuhan emas, perak, penolong sewaktu kebakaran / melindungi diri dari nyala api, perlengkapan menari dalam tari
atau tembaga. Mandau jenis ini hanya dibuat oleh orang- perang, Alat untuk melerai perkelahian. Perlengkapan untuk upacara Belian. Kini perisai banyak
orang tertentu. Pembuatan bilah mandau diawali dengan dijual sebagai souvenir / penghias dekorasi rumah tangga.
membuat bara api di dalam sebuah tungku untuk memuaikan besi.
Kayu yang digunakan untuk membuat bara api adalah kayu ulin (sebagian menyebutnya kayu H. Kesenian Tari
belian). Jenis kayu ini dipilih karena dapat menghasilkan panas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis kayu lainnya. Setelah kayu menjadi bara, maka besi yang Tari Kancet Lasan, menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang
akan dijadikan bilah mandau ditaruh diatasnya agar memuai. Kemudian, ditempa dengan dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan
menggunakan palu. Penempaan dilakukan secara berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I - 79
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan
gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi
merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan
pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan
pohon.
Tari Hudok Kita’, Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq
dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun
untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang
baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita' dan Tari Hudoq ada pada kostum,
topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita' menggunakan baju
lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk
wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis
topeng dalam tari Hudoq Kita', yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari
manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah. Batik Sasirangan
Tari Kuyang, sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang
menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang Negara Dipa. Awalnya sasirangan dikenal sebagai kain untuk “batatamba”atau penyembuhan
menebang pohon tersebut. orang sakit yang harus dipesan khusus terlebih dahulu (pamintaan) sehingga pembutan kain
sasirangan seringkali mengikuti kehendak pemesannya. Oleh karena itu, Urang Banjar
seringkali menyebut sasirangan kain pamintaan yang artinya permintaan. Selain untuk
I. Kesenian Tato kesembuhan orang yang tertimpa penyakit, kain ini juga merupakan kain sakral, yang
Pentingnya pengaruh tato bagi manusia Dayak menunjukan bahwa tato sudah menjadi sesuatu biasa dipakai pada upacara-upacara adat. Pada zaman dahulu kala kain sasirangan diberi
yang bersifat religius dan magis, karena gambar yang digunakan berupa simbol-simbol yang warna sesuai dengan tujuan pembuatannya, yakni sebagai sarana pelengkap dalam terapi
terkait dengan alam dan kepercayaan masyarakat. Tato bagi manusia Dayak merupakan simbol pengobatan suatu jenis penyakit tertentu yang diderita oleh seseorang. Arti Warna Sasirangan :
dalam berinteraksi sosial antar komunitas. Pengertian-pengertian mengenai apa yang ada di Kain sasirangan warna kuning merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang
balik tato tersebut baik tersurat maupun tersirat Gambar atau simbol pada kulit tubuh dalam proses mengobati penyakit kuning (bahasa Banjar kana wisa)
berupa tato tersebut diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Dulu, orang-orang masih
menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato. Ada yang Kain sasirangan warna merah merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang
menggunakan tulang binatang sebagai jarum, Suku Dayak dengan duri pohon jeruk, dan ada pula dalam proses mengobati penyakit sakit kepala, dan sulit tidur (imsonia)
yang menggunakan tembaga panas untuk mencetak gambar naga di kulit seperti yang Kain sasirangan warna hijau merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang
dapat ditemui di Cina. dalam proses mengobati penyakit lumpuh (stroke)
Rasa sakit pasti dialami ketika membuat tato di tubuh, namun karena nilai yang tinggi dari tato Kain sasirangan warna hitam merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang
dan harga diri yang didapatkan, maka rasa sakit itu dianggap tidak sebanding. Pada dalam proses mengobati penyakit demam dan kulit gatal-gatal
umumnya tato diaplikasikan di kulit menggunakan tinta berwarna hitam, akan tetapi seiring
perkembangan teknologi pewarnaan, warna-warna tatopun kian beragam. Tidak heran jika tato Kain sasirangan warna ungu merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang
dianggap sebagai karya seni karena tubuh merupakan satu dari objek pertama dalam seni; dalam proses mengobati penyakit sakit perut (diare, disentri, dan kolera)
dimana objek alami dengan tambahan berupa simbol bertransformasi menjadi objek dalam Kain sasirangan warna coklat merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang
kebudayaan. dalam proses mengobati penyakit tekanan jiwa (stress)
J. Sasirangan "Batik" Kalimantan Selatan Kain sasirangan diberi warna dengan zat pewarna yang dibuat dari bahan-bahan yang bersifat
Sasirangan adalah suatu kain khas "Batik" kalimantan selatan yang dibuat dengan teknik alami, yakni dibuat dari biji, buah, daun, kulit, atau umbi tanaman yang tumbuh liar di hutan atau
tusuk jelujur kemudian diikat tali rafia dan selanjutnya dicelup dengan warna yang sengaja ditanam di sekitar tempat tinggal para pembuat kain sasirangan itu sendiri.
diinginkan. Kain Sasirangan umumnya digunakan sebagai kain adat yang biasa digunakan Ada 6 warna utama kain sasirangan yang dibuat dari zat pewarna alami dimaksud, yakni:
pada acara-acara adat suku Banjar. Kata sasirangan berasal dari kata menyirang yang berarti
menjelujur, karena dikerjakan dengan cara menjelujur kemudian diikat dengan tali raffia dan Kuning, bahan pembuatnya adalah kunyit atau temulawak
selanjutnya dicelup, hingga kini sasirangan masih dibuat secara manual. Menurut sejarahnya, Merah, bahan pembuatnya adalah gambir, buah mengkudu, lombok merah, atau
Sasirangan merupakan kain sakral warisan abad XII saat Lambung Mangkurat menjadi patih kesumba (sonokeling)
Hijau, bahan pembuatnya adalah daun pudak atau jahe
Hitam, bahan pembuatnya adalah kabuau atau uar Kini rumah bubungan tinggi sudah sangat sedikit jumlahnya. Masyarakat suku Banjar pada
masa sekarang lebih memilih rumah modern. Akan tetapi, sebagian bangunan beton milik
Ungu, bahan pembuatnya adalah biji buah gandaria (bahasa Banjar Ramania)
pemerintah yang menggunakan bentuk rumah bubungan tinggi ini dilapisi dengan cat. Rumah
Coklat, bahan pembuatnya adalah uar atau kulit buah rambutan bubungan tinggi erat sekali dengan kebudayaan suku Banjar. Contohnya, ukiran-ukiran di
rumah ini merupakan seni ukir khas suku Banjar. Rumah ini juga sering dijadikan tempat
pertunjukan wayang kulit Banjar. Wayang ini juga merupakan bagian dari kebudayaan suku
Motif-motif kain sasirangan banyak sekali jumlahnya. Motif yang umum diketahui yaitu beberapa Banjar. Rumah ini menghadap ke arah sungai sebagai bagian dari kebudayaan sungai suku
motif berikut ini : Banjar. Suku ini sangat kental dengan kebudayaan sungainya. Ada beragam fungsi sungai bagi
Iris Pudak suku Banjar,yakni sebagai jalur transportasi air hingga kebutuhan minum.
Kambang Raja
Bayam Raja 2. Rumah Gajah Baliku
Kulit Kurikit Rumah ini juga termasuk rumah tradisional suku Banjar. Pada masa Kesultanan Banjar, rumah ini
merupakan tempat tinggal para saudara sultan. Sebenarnya bentuk fisiknya mirip dengan
Ombak Sinapur Karang rumah bubungan tinggi. Jadi, secara keseluruhan bangunannya mengandung makna
Bintang Bahambur keseimbangan dan keharmonisan antara sesama manusia, termasuk antara sultan dan
saudara-saudaranya, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Sari Gading
Perbedaan antara rumah bubungan tinggi dan rumah ini terletak pada ruang tamu kedua jenis
Kulit Kayu rumah. Pertama, pada ruang tamu rumah bubungan tinggi, lantainya berjenjang, sedangkan
Naga Balimbur pada rumah ini lantainya tidak berjenjang. Perbedaan ini karena rumah bubungan tinggi adalah
bangunan istana yang didiami sultan. Saat menghadap raja tentu ada tingkatan ruangan sesuai
Jajumputan dengan jabatan dari tiap-tiap tamu yang hadir. Kedua, pada rumah bubungan tinggi, atap ruang
Turun Dayang tamu tidak memakai kuda-kuda, sedangkan rumah gajah baliku memakai kuda- kuda. Rumah
jenis ini dulunya juga berbahan kayu ulin dan tidak dicat. Sementara itu, bangunan baru yang
Kambang Tampuk Manggis menggunakan bentuk jenis rumah ini sudah dicat sesuai selera. Bangunan rumah ini
Daun Jaruju menghadap ke arah sungai sebagai bagian dari kebudayaan sungai suku Banjar. Terdapat pula
seni ukir khas suku Banjar di dalamnya
Kangkung Kaombakan
Sisik Tanggiling
3. Rumah Palimasan
Kambang Tanjung
Rumah ini masih termasuk rumah tradisional suku Banjar. Bahan dasarnya adalah kayu
ulin yang lebih besar. Pada masa Kesultanan Banjar, bangunannya didiami oleh
1.16.2 Arsitektur Masyarakat di Geopark Pegunungan Meratus bendaharawan. Tugas bendaharawan ini memelihara emas dan perak kesultanan. Rumah
dengan bahan yang kuat ini bermakna kehati-hatian dan keteraturan dalam menjaga harta
A. Arsitektur Rumah Adat Kalimantan benda yang dimiliki. Salah satu ciri utama rumah ini adalah semua bagian atap sirapnya
1. Rumah Bubungan Tinggi menggunakan atap model perisai. Penggunaan atap model ini membentuk atap berwujud limas.
Rumah adat ini adalah rumah khas suku Banjar. Suku Banjar sebagian besar mendiami wilayah Karena itulah, rumah ini dinamakan rumah palimasan. Model awal bangunan induknya
Kalimantan Selatan. Sebagiannya lagi bertempat tinggal di provinsi lain. Dahulu rumah ini manjadi berbentuk segi empat yang memanjang. Dalam perkembangannya, bagian agak belakang
pilihan kediaman Sultan Banjar. Rumah ini melambangkan perpaduan dunia atas dan dunia bangunan induk ini mendapatkan tambahan ruang pada sisi sampingnya. Ada yang mendapat
bawah. Ukiran burung enggang yang disamarkan pada bagian ujung garis lintang atap rumah tambahan hanya di samping kanan atau kiri, ada juga pada kedua sisinya. Ruang tambahan yang
ini melambangkan alam atas. Sementara ukiran naga yang juga disamarkan melambangkan disebut anjung ini pun beratapkan limas. Pada zaman dulu, rumah ini tidak dicat dan
alam bawah. Ukiran naga ini terdapat di bagian ujung penampih, yakni papan yang mengelilingi menghadap ke arah sungai. Warna kayu ulinlah yang menjadi warna alaminya dengan dihiasi
bagian bahwa rumah. Ukiran-ukiran itu sengaja disamarkan. Alasannya karena dalam ajaran seni ukir khas suku Banjar. Kini rumah palimasan yang tersisa atau bangunan gedung yang
Islam yang mereka anut tidak dibolehkan mengukir makhluk bernyawa secara jelas. Wujud berbentuk rumah palimasan dicat sesuai dengan selera pemilik masing-masing
rumah ini secara keseluruhan melambangkan pohon kehidupan. Pohon ini memiliki makna
keseimbangan dan keharmonisan antara sesama manusia, manusia dengan alam, dan
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
8. Rumah Palimbangan
Pada masa Kesultanan Banjar, rumah tradisional suku Banjar ini adalah hunian para tokoh 11. Rumah Joglo Gudang atau Rumah Joglo Banjar
agama Islam dan para alim ulamanya. Rumah ini mengandung makna kuatnya agama Islam dan
Rumah ini juga termasuk rumah tradisional suku Banjar. Bangunannya beratap limas
penghormatan terhadap ulama di Kesultanan Banjar. Bangunan ini bahan utamanya adalah kayu
dengan disambung atap sindang langit pada bagian depannya. Atap bagian depannya ini tanpa
ulin. Bentuk atap bangunan depan atau induknya juga memakai bubungan atap pelana. Rumah
plafon. Di bagian belakangnya disambung dengan atap sengkuap yang disebut hambin awan.
jenis ini kebanyakannya tidak menggunakan ruang samping atau anjung. Kalau yang ada ruang
Rumah ini tidak memiliki ruang samping.
sampingnya, atap ruang samping itu juga beratap pelana.
Bangunannya bertiang tinggi. Bagian bawahnya bisa menjadi gudang tempat menyimpan barang.
Di bagian atas teras depannya ditutup dengan atap sindang langit. Atap teras depan ini biasanya
Rumah ini mengandung makna rendah hati dan gemar berbagi. Makna ini ditandai dengan atap
dibuat melebar ke teras samping sampai di depan anjung. Atapnya terbuat dari kepingan papan
rumah yang bagian tepinya rendah. Pemakaian kata joglo pada nama rumah ini karena
tipis- tipis atau sirap yang berasal dari kayu ulin juga. Beranda rumah ini ditopang empat pilar.
bangunannya menyerupai rumah joglo khas suku Jawa.
Empat pilar ini masing-masing merupakan simbol dalam agama Islam. Pilar pertama
menyimbolkan syariat, yakni hukum yang mengatur seluruh kehidupan manusia. Pilar kedua Adapun alasan pemakaian kata gudang karena bagian kolongnya digunakan sebagai gudang
adalah simbol tarekat, yaitu jalan. Maksudnya menjalankan syariat secara benar. Pilar menyimpan hasil hutan, karet, dan lainnya yang merupakan komoditas zaman dulu. Bahan
ketiga merupakan simbol hakikat, inti sari, atau dasar agama Islam. Pilar keempat simbol bangunan ini juga dari kayu ulin. Pada zaman dulu rumah ini tidak dicat. Warnanya
makrifat, yaitu tingkat penyerahan diri kepada Allah Swt. sehingga sampai pada tingkat sesuai dengan warna kayu yang digunakan. Setelah mengenal cat, bangunannya dicat sesuai
keyakinan yang kuat. dengan selera pemiliknya. Atap yang digunakan dapat berupa sirap atau atap rumbia.
Dulu warna rumah ini sesuai warna kayu ulin sebagai bahan bangunannya. Ada seni ukir khas Kini rumah jenis ini sudah jarang ditemukan di Kalimantan. Rumah ini juga dihiasi seni ukir khas
suku Banjar berupa motif anak catur yang di kiri dan kanannya terdapat ukiran jengger ayam, suku Banjar. Arah bangunannya juga menghadap sungai sebagai bagian dari kebudayaan
lipan, atau paku alai. Ukiran ini disebut jamang, letaknya tepat di bagian pucuk rumah. Jamang ini sungai di Kalimantan Selatan.
merupakan mahkota bubungannya. Rumah ini juga menghadap ke arah sungai, sebagai bagian
dari kebudayaan sungai suku Banjar.
12. Rumah Bangun Gudang
Rumah ini termasuk rumah tradisional suku Banjar. Atapnya berbentuk perisai atau atap gajah.
9. Rumah Cacak Burung Beranda tempat bersantai tergolong kecil karena bagian kanan dan kirinya diubah menjadi
Rumah ini juga termasuk rumah tradisional suku Banjar. Rumah jenis ini adalah hunian rakyat dinding depan. Beranda yang kecil ini bermakna bermakna kerja keras atau tidak bermalas-
biasa. Bangunan induknya memanjang dengan beratap pelana. Ruang dalam yang ada di malasan. Pada terasnya tidak terdapat empat pilar penyangga. Rumah ini memiliki tiga pintu
belakang dan ruang samping kiri dan kanan ditutupi atap limas. Posisi atap limas ini masuk, yakni satu dari tengah, satu dari samping kiri, dan satu lagi dari samping kanan
melintang dan posisinya lebih tingggi daripada atap pelana. Dengan kata lain, kedua atap, yakni beranda. Bahan bangunannya terbuat dari kayu ulin.
atap pelana dan atap limas membentuk tanda tambah (+). Tanda ini merupakan simbol bentuk Lantainya disangga kayu- kayu setinggi setengah meter dari permukaan tanah. Atap rumah ini
cacak burung. Simbol ini adalah tanda magis penolak bala. Bentuk tanda tambah (+) inilah yang umumnya menggunakan sirap. Terdapat seni ukir khas suku Banjar berupa motif anak catur
menyebabkan rumah ini disebut rumah cacak burung. yang di kiri dan kanannya ada ukiran jengger ayam, lipan, atau paku alai. Ukiran ini disebut
jamang, letaknya tepat di bagian pucuk rumah. Jamang ini merupakan mahkota
bubungannya. Pada zaman dahulu rumah ini tidak bercat. Warna sesuai dengan warna kayu
10. Rumah Lanting
ulin yang menjadi bahan utamanya.
Rumah ini merupakan rumah rakit tradisional suku Banjar. Bangunan rumah ini mengapung
di atas air, yakni di sungai atau di rawa dengan pondasi rakit. Hal inilah yang
menyebabkan rumah ini disebut rumah rakit. Rumah lanting sangat erat hubungannya dengan 13. Rumah Panjang
kebudayaan sungai suku Banjar. Awalnya rumah ini merupakan tempat tinggal para nelayan. Rumah panjang merupakan rumah khas suku Dayak. Disebut rumah panjang karena
Sesuai perkembangan zaman, masyarakat yang bukan nelayan pun menghuni rumah jenis ini. rumah ini bentuknya memanjang. Panjang rumah ada yang mencapai 300 meter. Rumah
Bangunannya yang mengapung bermakna kemampuan beradaptasi terhadap lingkungannya, ini dihuni banyak keluarga, bisa mencapai hingga enam puluh kepala keluarga. Hal ini bermakna
yakni lingkungan air. Buktinya manusia mampu hidup di atas air dengan menggunakan rumah bahwa persatuan dan kesatuan tetap terjaga di antara penghuninya. Dengan kata lain, pada
lanting ini. Bagian pondasi terdiri atas susunan batang-batang pohon besar. Biasanya ada tiga masa sekarang rumah panjang menjadi modal utama tetap bersatunya seluruh warga Dayak
batang pohon besar yang dipakai sebagai pondasinya. Rumah ini selalu oleng dimainkan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
gelombang yang dihasilkan kapal yang melintas di sekitarnya. Di bagian tengah rumah biasanya dihuni tetua adat. Pada umumnya bagian hulu rumah
Dinding rumah ini biasanya dibuat dengan menyusun kayu lanan secara mendatar. Atapnya menghadap ke timur, sedangkan bagian hilirnya menghadap ke barat. Menghadap ke timur
berupa atap pelana. Titian digunakan untuk menghubungkan rumah ini dengan daratan. dan ke barat ini merupakan simbol bagi orang Dayak. Hulu yang menghadap ke timur
Bahan titian ini bisa dari kayu atau bambu. Bahan atapnya bisa berupa sirap, atap rumbia, sebagai tempat matahari terbit memiliki filosofi kerja keras, yakni bekerja sedini mungkin. Hilir
atau dari seng. yang menghadap ke barat atau matahari terbenam memiliki filosofi tidak akan pulang atau
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I - 83
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
berhenti bekerja sebelum matahari terbenam Selain panjang, rumah ini tergolong tinggi atau
berbentuk panggung. Ketinggian rumah dari tanah bisa mencapai 3-7 meter.
140,000,000.00 3. Sum 4. Kearifan budaya lokal dalam mengatasi kondisi lingkungan alam menjadi faktor utama
128,106,382.26 ber bentuk/wujud fisik arsitektur tradisional Banjar secara fisik.
121,855,755.65
120,000,000.00
115,743,572.77
110,863,116.51
106,779,397.70
101,850,536.40
100,000,000.00
96,697,838.70
91,252,128.90
85,304,998.00
80,000,000.00
1.17 Kondisi Perekonomian
60,000,000.00
1.17.1 Perkembangan Ekonomi
40,000,000.00 Salah satu indikator dalam melihat struktur ekonomi suatu daerah, dapat dilihat dari bagaimana
kondisi Pendapatan Domestik Regional Brutonya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
20,000,000.00 Provinsi Kalimantan Selatan, perkembangan PDRB Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010-
2018 mengalami perkembangan yang signifikan, dimana pada tahun 2010 PDRB Provinsi
0.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Kalimantan Selatan atas dasar harga konstan adalah sebesar 85.304.998,00 juta rupiah dan pada
daya alam (kayu) yang melimpah mendominasi kehidupan masyarakat, hal ini ditunjukkan tahun 2018 meningkat menjadi 128.106.382,26 juta rupiah.
dari bentuk-bentuk kebudayaan setempat, termasuk untuk bahan bangunan, pengetahuan
dan teknologi, peralatan
4. Lingkungan sungai, yang keberadaannya cukup banyak, panjang dan lebar, menjadi
1.17.2 Struktur Ekonomi
gantungan hidup sebagian besr masyarakatnya. Sehingga keterikatan baik secara fisik Sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam struktur ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
maupun psikologis sangat kuat. tahun 2018 adalah sektor Pertambangan dan Penggalian, dimana sektor Pertambangan dan
Penggalian pada tahun 2018 memberikan kontribusi sebesar 35.436.208,17 juta rupiah atau
sekitar 20,61% berdasarkan PDRB harga berlaku dan 32.971.685,74 juta rupiah atau sekitar
C. Arsitektur Masyarakat Banjar 25,74% atas dasar harga konstan.
Dalam sejarah panjang pembentukan rupa bumi dan juga kedatangan para penduduk di daerah
ini sangat terkait dengan proses dan jalur pelayaran laut, sehingga terbentuklah nama-nama
Gambar 1.45
daerah dengan nama yang berkaitan dengan asosiasi air/sungai/laut tersebut. Perkembangan Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan
1. Arsitektur tradisional Masyarakat Banjar adalah wujud kebudayaan masyarakat yang Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010-2019
tinggal di Pulau Kalimantan dan telah terbentuk/terwujud sejak jauh lebih tua daripada
terbentuknya kerajaan Banjar, ataupun entitas masyarakat Banjar.
2%
5%
14%
2. Rumah Bubungan Tinggi
4% 2% 1%
3% Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
adalah salah satu
Pertambangan dan Penggalian
arsitektur tradisional
1%
4% Industri Pengolahan
Masyarakat Banjar yang
Pengadaan Listrik, Gas
berasal dari arsitektur
2% Pengadaan Air
masyarakat Melayu yang
Konstruksi
ada di pesisir.
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
3. Arsitektur tradisional
6%
T ransportasi dan Pergudangan
26% Masyarakat Banjar dalam
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
perkembangannya
Informasi dan Komunikasi
dipengaruhi pula oleh
Jasa Keuangan
kebudayaan lain (Dayak
Real Estate
dan Jawa). Dan sangat
9%
Jasa Perusahaan
dominan dipengaruhi Gambar 1.46
8%
13% Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
ajaran Islam (selain Distribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Jasa Pendidikan
masih adanya pengaruh Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
ajaran Hindu dan
0% 0%
Jasa lainnya
kepercayaan lain).
Tabel I.15
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Kalimantan Selatan
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2018
TAHUN (JUTA RP)
LAPANGAN USAHA
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
13.701.548,8
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 14.905.861,60 15.769.426,60 16.861.732,80 18.752.976,70 20.559.267,02 21.793.560,96 23.259.501,62 24.749.813,71
0
23.681.718,5
Pertambangan dan Penggalian 30.456.328,10 31.769.405,62 33.385.624,30 34.434.082,90 31.304.929,60 30.650.347,11 33.121.191,74 35.436.208,17
0
11.702.276,3
Industri Pengolahan 12.902.981,30 13.998.492,76 14.970.914,40 16.563.933,70 18.599.680,75 20.732.754,84 22.945.825,24 24.062.836,77
0
Pengadaan Listrik, Gas 64.689,00 64.918,60 68.344,75 67.986,50 89.221,10 138.707,69 176.434,72 206.910,36 237.274,80
Pengadaan Air 337.918,30 363.613,40 380.914,27 404.889,60 478.540,40 533.925,37 582.356,73 645.162,44 713.924,04
Konstruksi 6.079.159,30 6.670.062,40 7.289.966,83 7.978.245,80 9.191.510,70 10.626.761,45 11.435.786,30 12.393.793,73 13.675.860,55
Perdagangan Besar dan Eceran, dan
6.424.054,40 7.306.763,10 8.321.312,16 9.309.387,30 10.741.092,30 12.400.193,53 13.749.372,68 15.483.032,37 17.213.459,43
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 4.561.492,60 5.103.613,60 5.715.865,76 6.501.454,30 7.491.669,20 8.547.114,77 9.387.063,36 10.345.465,56 11.387.159,99
Penyediaan Akomodasi dan Makan
1.460.610,70 1.666.293,10 1.837.340,93 2.047.349,70 2.369.569,60 2.648.831,06 2.869.528,33 3.143.536,27 3.463.666,12
Minum
Informasi dan Komunikasi 2.684.445,20 3.014.784,40 3.265.952,89 3.531.831,30 4.075.740,30 4.504.562,59 4.990.103,44 5.535.375,12 6.065.457,61
Jasa Keuangan 2.379.828,20 2.677.460,90 3.150.659,60 3.779.127,20 4.272.126,20 4.718.896,51 5.204.760,17 5.738.713,61 6.207.185,67
Real Estate 1.812.342,30 2.015.942,10 2.188.237,09 2.403.478,20 2.747.272,10 3.053.524,08 3.299.069,79 3.524.629,59 3.795.365,92
Jasa Perusahaan 436.579,30 506.503,90 567.484,71 640.789,10 756.062,10 851.622,82 944.423,36 1.053.373,87 1.175.720,32
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial 4.370.535,20 4.982.409,10 5.639.082,85 6.489.928,30 7.278.323,40 8.621.083,07 9.034.495,20 9.485.821,33 10.228.682,09
Wajib
Jasa Pendidikan 3.380.553,50 3.669.752,70 4.050.240,33 4.492.696,20 5.150.463,30 5.848.917,81 6.622.981,25 7.278.689,44 8.015.012,31
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.313.373,30 1.472.739,30 1.646.373,61 1.857.877,80 2.142.225,00 2.534.137,40 2.856.571,20 3.078.924,32 3.357.987,69
Jasa lainnya 913.873,10 1.000.523,40 1.066.328,56 1.134.888,70 1.347.473,30 1.563.965,84 1.760.825,23 1.941.256,78 2.150.132,72
85.304.998,0 115.858.201,6 127.882.282,4 137.056.121,3 146.090.434,6 159.181.203,4
TOTAL 98.780.551,10 106.725.429,31 171.935.747,93
0 0 0 7 8 0
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019.
Tabel I.16
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Kalimantan Selatan
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2018
TAHUN (JUTA RP)
LAPANGAN USAHA
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
13.701.548,8
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 14.052.457,4 14490150,7 14.967.328 15.636.188,7 16.013.299,84 16.600.744,06 17.294.992,31 17.981.751,81
0
23.681.718,5 26.781.063,1
Pertambangan dan Penggalian 28.667.199,60 29.824.405,40 30.491.767,30 30.287.696,54 30.396.552,29 31.641.061,04 32.971.685,74
0 0
11.702.276,3 12.030.393,1
Industri Pengolahan 12.641.814,60 13.106.241,20 13.573.445,00 14.162.833,70 15.078.392,99 15.924.229,99 16.598.109,16
0 0
Pengadaan Listrik, Gas 64.689,00 69.664,10 76.829,30 80.970,00 99.240,70 127.661,28 133.955,63 138.778,16 149.293,39
Pengadaan Air 337.918,30 343.523,90 349.105,90 358.575,60 391.232,60 413.657,83 445.363,01 479.849,66 512.638,14
Konstruksi 6.079.159,30 6.412.287,90 6.813.377,60 7.214.398,70 7.675.542,90 8.163.603,41 8.590.136,77 9.086.567,33 9.621.524,89
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda
6.424.054,40 6.818.662,20 7.346.633,10 7.952.705,20 8.599.870,10 9.255.151,38 9.950.196,39 10.726.031,89 11.528.507,70
Motor
Transportasi dan Pergudangan 4.561.492,60 4.830.315,50 5.174.724,50 5.551.120,60 5.914.587,20 6.330.150,70 6.781.121,16 7.246.427,21 7.751.309,67
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.460.610,70 1.556.324,10 1.679.874,60 1.807.330,20 1.925.497,50 2.046.409,98 2.184.413,50 2.333.899,28 2.497.506,12
Informasi dan Komunikasi 2.684.445,20 2.863.877,60 3.004.945,70 3.214.576,20 3.515.928,30 3.810.741,59 4.145.202,05 4.474.496,43 4.782.740,28
Jasa Keuangan 2.379.828,20 2.536.041,40 2.760.226,90 3.149.581,90 3.358.241,50 3.518.583,75 3.790.698,67 4.018.163,31 4.188.555,39
Real Estate 1.812.342,30 1.924.606,70 2.032.486,80 2.174.932,00 2.299.864,90 2.427.807,14 2.587.345,38 2.715.212,76 2.859.291,63
Jasa Perusahaan 436.579,30 468.173,80 498.848,40 537.813,70 575.623,40 614.299,69 664.625,11 712.080,99 766.722,50
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4.370.535,20 4.705.120,70 4.983.664,20 5.273.183,40 5.559.981,70 6.044.512,74 6.167.901,63 6.315.380,91 6.557.664,37
Jasa Pendidikan 3.380.553,50 3.501.904,10 3.683.162,30 3.975.295,30 4.304.961,90 4.590.535,13 4.906.056,57 5.230.245,23 5.597.185,79
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.313.373,30 1.411.161,70 1.517.901,00 1.656.718,50 1.762.193,50 1.893.551,11 2.065.644,08 2.180.392,36 2.305.156,91
Jasa lainnya 913.873,10 946.551,60 976.893,50 1.005.360,50 1.095.230,50 1.162.620,70 1.255.223,48 1.337.946,79 1.436.738,77
85.304.998,0 91.252.128,9 101.850.536,4 106.779.397,7 110.863.116,5 115.743.572,7 121.855.755,6
TOTAL 96.697.838,70 128.106.382,26
0 0 0 0 1 7 5
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019.
Tabel I.17
Persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Kalimantan Selatan
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2018
TAHUN (%)
LAPANGAN USAHA
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
16,0 15,0 14,7 14,5 14,6 15,0 14,9 14,6
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 14,39
6 9 8 5 6 0 2 1
27,7 30,8 29,7 28,8 26,9 22,8 20,9 20,8
Pertambangan dan Penggalian 20,61
6 3 7 2 3 4 8 1
13,7 13,0 13,1 12,9 12,9 13,5 14,1 14,4
Industri Pengolahan 14,00
2 6 2 2 5 7 9 1
Pengadaan Listrik, Gas 0,08 0,07 0,06 0,06 0,07 0,10 0,12 0,13 0,14
Pengadaan Air 0,40 0,37 0,36 0,35 0,37 0,39 0,40 0,41 0,42
Konstruksi 7,13 6,75 6,83 6,89 7,19 7,75 7,83 7,79 7,95
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda
7,53 7,40 7,80 8,04 8,40 9,05 9,41 9,73 10,01
Motor
Transportasi dan Pergudangan 5,35 5,17 5,36 5,61 5,86 6,24 6,43 6,50 6,62
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,71 1,69 1,72 1,77 1,85 1,93 1,96 1,97 2,01
Informasi dan Komunikasi 3,15 3,05 3,06 3,05 3,19 3,29 3,42 3,48 3,53
Jasa Keuangan 2,79 2,71 2,95 3,26 3,34 3,44 3,56 3,61 3,61
Real Estate 2,12 2,04 2,05 2,07 2,15 2,23 2,26 2,21 2,21
Jasa Perusahaan 0,51 0,51 0,53 0,55 0,59 0,62 0,65 0,66 0,68
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5,12 5,04 5,28 5,60 5,69 6,29 6,18 5,96 5,95
Jasa Pendidikan 3,96 3,72 3,80 3,88 4,03 4,27 4,53 4,57 4,66
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,54 1,49 1,54 1,60 1,68 1,85 1,96 1,93 1,95
Jasa lainnya 1,07 1,01 1,00 0,98 1,05 1,14 1,21 1,22 1,25
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019.
Tabel I.18
Persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Kalimantan Selatan
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2018
TAHUN (%)
LAPANGAN USAHA
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
16,0 15,4 14,9 14,7 14,6 14,4 14,3 14,1
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 14,04
6 0 8 0 4 4 4 9
27,7 29,3 29,6 29,2 28,5 27,3 26,2 25,9
Pertambangan dan Penggalian 25,74
6 5 5 8 6 2 6 7
13,7 13,1 13,0 12,8 12,7 12,7 13,0 13,0
Industri Pengolahan 12,96
2 8 7 7 1 8 3 7
Pengadaan Listrik, Gas 0,08 0,08 0,08 0,08 0,09 0,12 0,12 0,11 0,12
Pengadaan Air 0,40 0,38 0,36 0,35 0,37 0,37 0,38 0,39 0,40
Konstruksi 7,13 7,03 7,05 7,08 7,19 7,36 7,42 7,46 7,51
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda
7,53 7,47 7,60 7,81 8,05 8,35 8,60 8,80 9,00
Motor
Transportasi dan Pergudangan 5,35 5,29 5,35 5,45 5,54 5,71 5,86 5,95 6,05
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,71 1,71 1,74 1,77 1,80 1,85 1,89 1,92 1,95
Informasi dan Komunikasi 3,15 3,14 3,11 3,16 3,29 3,44 3,58 3,67 3,73
Jasa Keuangan 2,79 2,78 2,85 3,09 3,15 3,17 3,28 3,30 3,27
Real Estate 2,12 2,11 2,10 2,14 2,15 2,19 2,24 2,23 2,23
Jasa Perusahaan 0,51 0,51 0,52 0,53 0,54 0,55 0,57 0,58 0,60
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5,12 5,16 5,15 5,18 5,21 5,45 5,33 5,18 5,12
Jasa Pendidikan 3,96 3,84 3,81 3,90 4,03 4,14 4,24 4,29 4,37
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,54 1,55 1,57 1,63 1,65 1,71 1,78 1,79 1,80
Jasa lainnya 1,07 1,04 1,01 0,99 1,03 1,05 1,08 1,10 1,12
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019.
sektor pertambangan dan penggalian yang merupakan sektor dengan kontribusi terbesar adalah Jasa Pendidikan 3,59 5,18 7,93 8,29 6,63 6,87 6,61 7,02 6,52
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,45 7,56 9,15 6,37 7,45 9,09 5,56 5,72 7,29
6.97 sebesar 4,30%. Jasa lainnya 3,58 3,21 2,91 8,94 6,15 7,97 6,59 7,38 5,84
7.00
TOTAL 6,97 5,97 5,33 4,84 3,82 4,40 5,28 5,13 5,22
5.97 Tabel I.19 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019.
6.00
5.33 5.28
Laju Pertumbuhan
4.84
5.13
PDRB Atas Dasar
5.00
4.40 Harga Konstan Gambar 1.47
3.82 Provinsi Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRB Pertahun Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010-2018 (%)
4.00
Kalimantan
3.00
Selatan
Menurut Lapangan
2.00 Usah Tahun 2010-
2018
1.00
LAPANGAN USAHA RATA-
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI (%) RATA
0.00 (%)
2010-2011 2011-2012 2012-2013
2010-2013-2014
2011- 2014-2015
2012- 2015-2016
2013- 2016-2017
2014- 2017-2018
2015- 2016- 2017-
Asumsi metoda LQ ini adalah penduduk di wilayah yang bersangkutan mempunyai pola
permintaan wilayah sama dengan pola permintaan wilayah acuan. Asumsi lainnya adalah
permintaan wilayah akan suatu barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah,
kekurangannya diimpor dari wilayah lain. LQ di Provinsi Kalimantan Selatan dihitung berdasarkan
Gambar 1.48 jumlah PDRB dari 17 sektor ekonomi dan dibandingkan dengan PDRB Nasional yang menjadi
11.33
12.00
Perbandingan acuan perhitungan analisis.
10.00
Rata-rata Laju Berdasarkan hasil analisis LQ, bahwa sektor/lapangan usaha yang menjadi sektor basis di
7.59 7.49 7.36
8.00 6.85 6.94 7.29 7.29
Pertumbuhan
5.91 5.87
6.52
5.84 Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas:
6.00 4.47
5.38 5.23 Sektor di Dalam
4.30
4.00
3.46 PDRB 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan;
Provinsi
2.00
Kalimantan 2. Pertambangan dan Penggalian;
0.00 Selatan Tahun 3. Pengadaan Air;
2010-2018 (%)
4. Transportasi dan Pergudangan;
5. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib;
6. Jasa Pendidikan;
7. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
Tabel I.20
Nilai Location Quotient PDRB Provinsi Kalimantan Selatan Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2016 (Juta Rupiah)
PDRB LQ
N NON MULTIPLIER
LAPANGAN USAHA PROVINSI BASIS
O NASIONAL NILAI B/nB BASIS EFFECT
KALSEL
Pertanian, Kehutanan, 22.465.449,0
1 24.749.813,71 1.307.025.700,00 1,10 B 2.284.364,65 9,83
dan Perikanan 6
Pertambangan dan 13.690.505,4
2 35.436.208,17 796.505.000,00 2,59 B 21.745.702,69 0,63
Penggalian 8
- 37.698.351,7
3 Industri Pengolahan 24.062.836,77 2.193.266.400,00 0,64 nB -2,76
13.635.514,98 5
4 Pengadaan Listrik, Gas 237.274,80 107.108.600,00 0,13 nB -1.603.731,69 1.841.006,49 -1,15
1.17.4 Sektor Basis dan Non Basis 5 Pengadaan Air 713.924,04 8.421.800,00 4,93 B 569.168,26 144.755,78 0,25
18.014.680,7
6 Konstruksi 13.675.860,55 1.048.082.800,00 0,76 nB -4.338.820,23 -4,15
Penentuan sektor basis dan non basis menggunakan analisis LQ, hal ini atas dasar untuk melihat Perdagangan Besar dan
8
apakah sektor yang ada di PDRB Provinsi Kalimantan Selatan berpotensi ekspor atau sebaliknya. 7 Eceran, dan Reparasi 17.213.459,43 1.376.937.400,00 0,73 nB -6.453.647,51
23.667.106,9
4
-3,67
Mobil dan Sepeda Motor
Location Quotient atau LQ merupakan Analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana Transportasi dan
8 11.387.159,99 435.185.300,00 1,52 B 3.907.098,05 7.480.061,94 1,91
tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu daerah atau sektor-sektor apa saja yang Pergudangan
Penyediaan Akomodasi
merupakan sektor basis atau leading sector. 9
dan Makan Minum
3.463.666,12 314.955.200,00 0,64 nB -1.949.854,06 5.413.520,18 -2,78
10 Informasi dan Komunikasi 6.065.457,61 538.874.600,00 0,65 nB -3.196.839,13 9.262.296,74 -2,90
Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di 11 Jasa Keuangan 6.207.185,67 415.579.100,00 0,87 nB -935.880,53 7.143.066,20 -7,63
daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang menjadi acuan. 12 Real Estate 3.795.365,92 300.106.700,00 0,74 nB -1.362.934,93 5.158.300,85 -3,78
13 Jasa Perusahaan 1.175.720,32 187.691.100,00 0,36 nB -2.050.356,14 3.226.076,46 -1,57
Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien LQ tersebut nantinya dapat Administrasi
berupa jumlah tenaga kerja per-sektor ekonomi, jumlah produksi atau satuan lain yang dapat 14
Pemerintahan,
10.228.682,09 349.506.600,00 1,70 B 4.221.284,75 6.007.397,34 1,42
Pertahanan dan Jaminan
digunakan sebagai kriteria. Dari perhitungan Location Quotient (LQ) suatu sektor, kriteria umum Sosial Wajib
yang dihasilkan adalah: 15 Jasa Pendidikan 8.015.012,31 321.083.600,00 1,45 B 2.496.155,83 5.518.856,48 2,21
Jasa Kesehatan dan
16 3.357.987,69 117.314.900,00 1,67 B 1.341.553,04 2.016.434,65 1,50
Jika LQ > 1, disebut sektor basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari Kegiatan Sosial
17 Jasa lainnya 2.150.132,72 185.468.900,00 0,67 nB -1.037.748,07 3.187.880,79 -3,07
pada tingkat wilayah acuan; 10.003.113.700,0
TOTAL 171.935.747,91
0
Jika LQ < 1, disebut sektor non-basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah Sumber: Hasil Analisis Tahun 2019.
dari pada tingkat wilayah acuan;
Jika LQ = 1, maka tingkat spesialisasi daerah sama dengan tingkat wilayah acuan.
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN I - 89
TAHUN 2019
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
Tabel I.33
Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kawasan Pegunungan Meratus
Menurut Kabupaten/Kota di Tahun 2018
KUNJUNGAN WISATAWAN (ORANG)
KABUPATEN /
NO MANCA %
KOTA NUSANTARA TOTAL
NEGARA
1 TANAH LAUT 340.362 340.362 2,90
2 KOTABARU 541.367 120 541.487 4,61
3 BANJAR 7.172.409 1.425 7.173.834 61,04
4 TAPIN 1.535.961 170 1.536.131 13,07
5 HULU SUNGAI SELATAN 284.726 751 285.477 2,43
6 HULU SUNGAI TENGAH 40.871 40.871 0,35
7 TABALONG 786.465 7.679 794.144 6,76
8 TANAH BUMBU 559.582 800 560.382 4,77
9 BALANGAN 25.830 40 25.870 0,22
10 KOTA BANJARBARU 453.000 958 453.958 3,86
TOTAL 11.740.573 11.943 11.752.516 100,00
Sumber: Provinsi Kalimantan Selatan Dalam Angka Tahun 2019.
Tabel I.34
1.18.2 Objek Daya Tarik Wisata Lokasi Sebaran Objek Daya Tarik Wisata di Kawasan Pegunungan Meratus
N OBJEK DAYA TARIK WISATA / LOKASI POKDARWIS
Dalam dunia kepariwisataan objek dan daya tarik wisata memiliki peranan penting yang dapat O GEOSITE DESA KECAMATAN KABUPATEN
dijadikan sebagai daya tarik bagi seseorang atau calon wisatawan untuk berkunjung ke suatu 1 Goa Air Kukup Nateh
Batang Alai
Hulu Sungai Tengah
Timur
daerah tujuan wisata. Batang Alai
2 Goa Berangin Nateh Hulu Sungai Tengah
Timur
Pengertian objek dan daya tarik wisata adalah unsur-unsur lingkungan hidup yang terdiri dari 3 Bukit Sulingan Nateh
Batang Alai
Hulu Sungai Tengah
Timur
sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya buatan yang dapat dikembangkan dan Batang Alai
4 Bukit Pono Nateh Hulu Sungai Tengah
dimanfaatkan sebagi daya tarik untuk menjadi sarana wisata atau objek wisata yaitu, semua hal Timur
5 Air Panas Hantakan Timan Hantakan Hulu Sungai Tengah
yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan atau bersumber pada Perbatasan Mandala -
6 Berangin & Goa Liuk Sembilan Telaga Langsat Hulu Sungai Selatan
alam saja. Hamak
7 Air Terjun Sumaragi Hamak Timur Telaga Langsat Hulu Sungai Selatan
Objek daya tarik wisata yang terdapat di Kawasan Pegunungan Meratus sebagian besar 8 Air Panas Batu Bini Batu Bini Padang Batung Hulu Sungai Selatan
9 Bukit Batu Bini Batu Bini Padang Batung Hulu Sungai Selatan
ditetapkan sebagai geosite yang merupakan bagian dari Kawasan Geopark Pegunungan 10 Bukit Langara Lumpangi Loksado Hulu Sungai Selatan
Meratus. 11 Bukit Kantawan Lumpangi Loksado Hulu Sungai Selatan
12 Air Panas Tanuhi Hulu Banyu Loksado Hulu Sungai Selatan
Gambar 1.49 13 Air Terjun Kilat Api Hulu Bnayu Loksado Hulu Sungai Selatan
8,000,000
7,172,409 Pokdarwis
14 Air Terjun Hanai Lok Lahung Loksado Hulu Sungai Selatan
Mangkuraksa Jaya
7,000,000 Gambar 1.49 15 Air Terjun Barajang Lok Lahung Loksado Hulu Sungai Selatan
16 Air Terjun Haratai Haratai Loksado Hulu Sungai Selatan
6,000,000
Gambar 1.49 17 Air Terjun Mandin Tangkaramin Marinau Loksado Hulu Sungai Selatan
5,000,000 Pokdarwis Maju
Gambar 1.49 18 Bukit Batu Laki Batu Laki Padang Batung Hulu Sungai Selatan
Bersama
4,000,000
Air Terjun Gantungan Iwak dan Air Panas
Gambar 1.49 19
Lok Bahan
Malingin Padang Batung Hulu Sungai Selatan
3,000,000
20 Air Terjun Balawaian Balawaian Piani Tapin
2,000,000 1,535,961 Gambar 1.49 Pokdarwis Bina
21 Goa Baramban Baramban Piani Tapin
Bersama
Gambar 1.49
786,465
559,582
1,000,000 340,362
541,367 453,000 Pokdarwis Pesona
0 120 1425 170
284,726
751 40,871 0 7679 800 25,830 40 958 22 Goa Batu Hapu Batu Hapu Hatungan Tapin
Alam
0 Gambar 1.49 23 Penambangan Intan Cempaka Pumpung Cempaka Banjarbaru
Pokdarwis
Pumpung Trisakti
Gambar 1.49 24 Tahura Sultan Adam Mandiangin Mandiangin Karang Intan Banjar
Pokdarwis Pesona
25 Matang Keladan Aranio Aranio Banjar
Gambar 1.49 Riam Kanan
Pokdarwis Kahung
26 Air Terjun Lembah Kahung Belangian Aranio Banjar
NUSANTARA MANCA NEGARA Gambar 1.49 Raya
27 Air Terjun Bajuin dan Goa Marmer Damar Lima Batu Ampar Tanah Laut Pokdarwis Bajuin
Perbandingan Jumlah Kunjungan Wisatawan Kabupaten/Kota 28 Goa Liang Bangkai Dukuh rejo Mantewe Tanah Bumbu
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019.
di Kawasan Pegunungan Meratus Tahun 2018
Gambar 1.50
Peta Sebaran Lokasi Geosite di Kawasan Pegunungan Meratus
Tabel I.35
Jumlah dan Sebaran Sarana Pendidikan di Kawasan Pegunungan Meratus
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2018
SARANA PENDIDIKAN (UNIT)
TAMAN
SEKOLAH
N KANAK SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH PERGURUAN
KABUPATEN / KECAMATAN MENENGAH
O - DASAR PERTAMA TINGGI
ATAS
KANAK (SD) (SMP) (PT)
(SMA)
(TK)
A KABUPATEN BALANGAN 26 55 11 4 0
1 Kec. Tebing Tinggi 7 13 3 2
2 Kec. Halong 19 42 8 2
B KABUPATEN BANJAR 76 212 56 15 1
1 Kec. Aranio 1 15 4
3 Kec. Astambul 6 35 9 3
4 Kec. Karang Intan 13 34 12 3
5 Kec. Martapura Barat 6 16 6 1
6 Kec. Martapura Timur 12 20 3 1
7 Kec. Mataraman 20 26 7 3
Kec. Paramasan 9 1
8 Kec. Pengaron 5 19 4 1
9 Kec. Sambung Makmur 5 13 5 2 1
10 Kec. Sungai Pinang 6 20 4 1
11 Kec. Telaga Bautung 2 5 1
C KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN 119 174 35 9 1
1 Kec. Angkinang 19 25 4 1
2 Kec. Kandangan 47 50 13 5 1
3 Kec. Loksado 6 16 3 1
4 Kec. Padang Batung 26 35 6
5 Kec. Sungai Raya 12 27 5 1
6 Kec. Telaga Langsat 9 21 4 1
D KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH 16 32 9 2 0
1 Kec. Hantakan 12 20 4
2 Kec. Batang Alai Timur 4 12 5 2
E KABUPATEN KOTABARU 34 45 9 5 0
1 Kec. Hampang 8 13 2 1
2 Kec. Kelumpang Hulu 9 16 3 2
3 Kec. Pemukan Barat 5 5 1 1
4 Kec. Sungai Durian 12 11 3 1
F KABUPATEN TABALONG 63 77 30 15 0
1 Kec. Haruai 24 27 11 7
2 Kec. Muara Uya 21 25 10 3
3 Kec. Jaro 12 17 6 3
4 Kec. Upau 6 8 3 2
G KABUPATEN TANAH BUMBU 22 22 6 3 0
1 Kec. Kusan Hulu 19 22 6 3
2 Kec. Mantewe 14 17 11 2
3 Kec. Satui 31 33 15 8
4 Kec. Sungai Loban 22 22 6 3
H KABUPATEN TANAH LAUT 76 94 27 11 0
Gambar 1.51 1 Kec. Bajuin 16 19 4 1
Objek Daya Tarik Wisata Geosite di Kawasan Pegunungan Meratus 2 Kec. Batu Ampar 20 23 7 2
3 Kec. Jorong 16 23 9 3
4 Kec. Kintap 24 29 7 5
I KABUPATEN TAPIN 33 43 7 1 0
1 Kec. Bungur 17 14 2
2 Kec. Hatungan 7 11 2 1
SARANA PERIBADATAN (UNIT) Sedangkan jumlah pelanggan listrik di di 10 (sepuluh) kabupaten/kota yang merupakan bagian
GEREJA GEREJA dari Kawasan Pegunungan Meratus adalah sebanyak 804.876 pelanggan. Berdasarkan jenisnya,
NO KABUPATEN/KECAMATAN SURA MUSHOL VIHA-
MASJID
U A
PRO- KATO- PURA
RA jumlah pelanggan tertinggi adalah pelanggan rumah tangga sebanyak 740.396 pelanggan.
TESTAN LIK
Daya terpasang, listrik terjual dan jumlah pelanggan listrik di 10 (sepuluh) kabupaten/kota yang
KABUPATEN HULU SUNGAI
C
SELATAN 87 48 6 0 0 0 merupakan bagian dari Kawasan Pegunungan Meratus pada tahun 2018 secara lebih rinci
1 Kec. Angkinang 10 51 7 disajikan pada tabel berikut.
2 Kec. Kandangan 20 132 8 1
3 Kec. Loksado 10 20 5
4 Kec. Padang Batung 24 46 4
5 Kec. Sungai Raya 13 89 5 Tabel I.38
6 Kec. Telaga Langsat 10 36 4
D KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH 31 0 36 1 0 0 0 Daya Terpasang, Listrik Terjual dan Jumlah Pelanggan Listrik di Provinsi Kalimantan Selatan
1 Kec. Hantakan 22 24 1 Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2018
2 Kec. Batang Alai Timur 9 12 DAYA LISTRIK JUMLAH PELANGGAN
E KABUPATEN KOTA BARU 52 0 43 6 4 0 7 N
KABUPATEN / KOTA TERPASANG TERJUAL RUMAH USAH
1 Kec. Hampang 10 15 1 2 O INDUSTRI UMUM TOTAL
(KW) (KWh) TANGGA A
2 Kec. Kelumpang Hulu 23 12 3 3 1 TANAH LAUT 166.237.345 299.268.970 109.021 4.897 120 4.617 118.655
3 Kec. Pemukan Barat 8 8 2 KOTABARU 58.714.730 92.904.260 46.755 2.121 18 1.843 50.737
4 Kec. Sungai Durian 11 8 2 2 4 3 BANJAR 124.558.010 225.535.833 110.814 5.366 70 3.272 119.522
F KABUPATEN TABALONG 80 0 193 15 5 1 0 4 TAPIN 68.759.785 116.453.787 65.026 1.801 51 2.818 69.696
1 Kec. Haruai 28 63 4 4 HULU SUNGAI
2 Kec. Muara Uya 29 74 2 1 5 SELATAN 57.127.330 83.229.506 59.890 2.341 25 3.200 65.456
3 Kec. Jaro 18 37 1 6 HULU SUNGAI TENGAH 68.620.040 103.091.414 74.345 2.821 22 3.638 80.826
4 Kec. Upau 5 19 8 1 7 TABALONG 75.337.600 141.106.120 60.180 2.550 31 2.177 64.938
G KABUPATEN TANAH BUMBU 116 0 246 2 0 57 0 8 TANAH BUMBU 94.926.110 155.985.899 71.055 4.085 32 2.642 77.814
1 Kec. Kusan Hulu 26 63 3 9 BALANGAN 27.406.600 43.987.665 27.848 991 16 1.630 30.485
2 Kec. Mantewe 28 65 2 10 KOTA BANJARBARU 192.197.770 306.578.220 115.462 8.544 53 2.688 126.747
3 Kec. Satui 33 51 2 5 1.568.141.67
TOTAL
4 Kec. Sungai Loban 29 67 47 933.885.320 4 740.396 35.517 438 28.525 804.876
H KABUPATEN TANAH LAUT 119 0 270 16 2 6 Sumber: Provinsi Kalimantan Selatan Dalam Angka Tahun 2019.
1 Kec. Bajuin 26 46 3
2 Kec. Batu Ampar 31 100 7 2 5
3 Kec. Jorong 30 60 3
4 Kec. Kintap 32 64 3 1 Gambar 1.52
I KABUPATEN TAPIN UMUM
USAHA INDUSTRI 4%
0%
50 0 152 1 0 0 0 Persentase Jumlah Pelanggan Listrik di Kawasan
4%
1 Kec. Binuang 20 56 1 Pegunungan Meratus Tahun 2018
2 Kec. Hatungan 13 42
3 Kec. Lokpaikat 11 41
4 Kec. Piani 6 13
J KOTA BANJAR BARU 100 0 240 8 2 1 0
1 Kec. Landasan Ulin 28 38 2 1 1
2 Kec. Liang Anggang 15 54
3 Kec. Cempaka 14 41
4 Kec. Banjarbaru Utara RUMAH TANGGA
92%
25 40 3 1
5 Kec. Banjarbaru Selatan 18 67 3
TOTAL 856 0 1.701 65 16 66 16
Sumber: Kabupaten dan Kota Dalam Angka Tahun 2019.
liter/detik atau 67% potensi air bersih yang ada di Kawasan Pegunungan Meratus belum KABUPATEN / KOTA /
KAPASITAS KAPASITAS
SAMBUNGA
N
SAMBUNGAN PENDUDUK TINGKAT
NO TERPASANG PRODUKSI KOMERSIAL TERLAYANI PELAYANAN
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk. KECAMATAN
(LITER/DETIK) (LITER/DETIK)
RUMAH
(SR) (JIWA) (%)
(SR)
Adapun total sambungan rumah (domestik) yang terlayani kebutuhan air bersih di Kawasan BUMBU
1 Kec. Kusan Hulu
Pegunungan Meratus pada tahun 2017 adalah sekitar 19.609 SR dan sambungan komersial (non 2 Kec. Mantewe
domestik) sekitar 2.822 sambungan. Jumlah penduduk yang terlayani kebutuhan air bersih PDAM 3 Kec. Satui 80,00 57,15 2.692 778 17.350 28,43
4 Kec. Sungai Loban
adalah sebesar 128.531 jiwa. KABUPATEN
H TANAH 16,00 11,00 370 110 4.861 17,66
Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan pada saat survei primer, LAUT
sebagian besar penduduk di Kawasan Pegunungan Meratus medapatkan pelayanan air bersih 1
2
Kec. Bajuin
Kec. Batu Ampar
6,00
6,00
189
103
2.995
11,78
secara individu dengan sumber air yang berasal dari sungai dan sumur yang dikelola secara 3 Kec. Jorong 10,00 5,00 181 7 1.866 5,88
individu. 4 Kec. Kintap
KABUPATEN
I 115,00 18,98 1.217 1.180 8.568 111,08
TAPIN
1 Kec. Bungur
2 Kec. Hatungan 55,00 15,08 499 477 4.196 48,64
Tabel I.39 3 Kec. Lok Paikat 40,00 3,32 288 281 1.852 19,08
Pelayanan Air Bersih di Kawasan Pegunungan Meratus Tahun 2017 4 Kec. Piani 20,00 0,58 430 422 2.520 43,36
KOTA
SAMBUNGA J 0,00 0,00 0 0 0 0,00
KAPASITAS KAPASITAS SAMBUNGAN PENDUDUK TINGKAT BANJARBARU
KABUPATEN / KOTA / N
NO TERPASANG PRODUKSI KOMERSIAL TERLAYANI PELAYANAN Kec. Banjarbaru
KECAMATAN RUMAH 1
(LITER/DETIK) (LITER/DETIK) (SR) (JIWA) (%) Selatan
(SR)
Kec. Banjarbaru
KABUPATEN 2
A 50,00 5,17 1.122 30,00 5184,00 27,46 Utara
BALANGAN
3 Kec. Cempaka
1 Kec. Tebing Tinggi 20,00 0,09 62 0 220 3,36
4 Kec. Landasan Ulin
2 Kec. Halong 30,00 5,08 1.060 30 4.964 24,10
5 Kec. Liang Anggang
KABUPATEN
B 45,00 15,62 3.014 288 15.556 68,56 TOTAL 701,00 231,23 19.609 2.822 128.531
BANJAR
1 Kec. Aranio Sumber: PDAM Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019.
2 Kec. Astambul 10,00 4,34 854 13 3.816 10,74
3 Kec. Karang Intan
Kec. Martapura
1.20.3 Prasarana Telekomunikasi
4
Barat
Kec. Martapura
5
Timur
6 Kec. Mataraman 20,00 7,53 1.329 7 5.916 23,29 Jaringan telekomunikasi di Provinsi Kalimantan Selatan khususnya kabupaten/kota di dalam
7 Kec. Paramasan Kawasan Pegunungan Meratus dibedakan menjadi dua jenis yaitu jaringan kabel dan nirkabel.
8 Kec. Pengaron 5,00 3,46 669 2 3.776 21,89
Kec. Sambung Utilitas telekomunikasi berupa telepon perlu disediakan dan dikembangkan, mengingat
9
Makmur kegunaannya untuk mempercepat dan mempermudah hubungan komunikasi ke luar daerah,
10 Kec. Sungai Pinang 10,00 0,29 162 266 2.048 12,64
Kec. Telaga dengan adanya komunikasi tersebut akan mempengaruhi tingkat perkembangan daerah tersebut.
11
Bauntung
C
KABUPATEN HULU
280,00 115,58 10.844 436 74.912 269,05
Saat ini di Provinsi Kalimantan Selatan khususnya kabupaten/kota di dalam Kawasan
SUNGAI SELATAN
1 Kec. Angkinang 5,00 4,98 875 8 6.636 37,45
Pegunungan Meratus telah berkembang teknologi komunikasi berupa telepon kabel, internet dan
2 Kec. Kandangan 250,00 100,00 7.897 412 49.788 100,00 jaringan telepon seluler untuk mendukung kebutuhan telekomunikasi terutama pada kawasan-
3 Kec. Loksado
4 Kec. Padang Batung 15,00 3,13 1.506 15 10.824 51,92
kawasan pusat permukiman dalam bentuk format GSM (Global System Mobile) yang disediakan
5 Kec. Sungai Raya oleh perusahaan swasta operator seluler.
6 Kec. Telaga Langsat 10,00 7,47 566 1 7.664 79,68
KABUPATEN HULU
D 0,00 0,00 0 0,00 0,00 0,00
SUNGAI TENGAH
1
Kec. Batang Alai
Timur
1.20.4 Prasarana Limbah
2 Kec. Hantakan
E
KABUPATEN
20,00 0,00 350 0 2.100 18,43 Sarana dan Prasarana pengelolaan limbah cair di Provinsi Kalimantan Selatan khususnya
KOTABARU
1 Kec. Hampang kabupaten/kota di dalam Kawasan Pegunungan Meratus masih terbatas pada skala rumah
2
Kec. Kelumpang
tangga saja, sedangkan skala yang lebih luas seperti IPAL dan IPLT belum tersedia.
Hulu
Kec. Pamukan Pembuangan limbah manusia menggunakan sarana berupa jamban keluarga, jamban
3
Barat jamak/MCK atau bentuk-bentuk sarana lainnya.
Kec. Sungai
4 20,00 0,00 350 0 2.100 18,43
Durian
KABUPATEN
Sedangkan pembuangan limbah rumah tangga masih dialirkan ke saluran drainase, tempat
F 95,00 7,73 62,28
TABALONG terbuka (sawah, kebun, sungai). Secara umum sistem penangan air limbah domestik yang
1 Kec. Haruai 20,00 2,33 285 0 3.840 17,36
2 Kec. Muara Uya 55,00 5,20 633 1 6.332 26,73
digunakan di Provinsi Kalimantan Selatan khususnya kabupaten/kota di dalam Kawasan
3 Kec. Tabalong Jaro Pegunungan Meratus yaitu sistem setempat (on site system).
4 Kec. Upau 20,00 0,20 39 0 1.456 18,19
G KABUPATEN 80,00 57,15 2.692 778 17.350 28,43
TANAH
Sistem pelelolaan air limbah domestik di Provinsi Kalimantan Selatan khususnya kabupaten/kota 2 Kotabaru 1.372,59 1.372,59
3 Banjar 105,88 781,39 887,27
di dalam Kawasan Pegunungan Meratus saat ini dilayani oleh system setempat (on site system), 4 Barito Kuala 37,21 628,13 665,34
yaitu merupakan sistem pengolahan limbah dimana fasilitas instalasi pengolahan berada di dalam 5 Tapin 20,19 617,15 637,34
6 Hulu Sungai Selatan 42,37 859,36 901,73
persil atau batas tanah yang dimiliki berupa: septic tank, cubluk dan plengsengan. 7 Hulu Sungai Tengah 34,18 725,33 759,51
8 Hulu Sungai Utara 58,16 328,82 386,98
9 Tabalong 65,29 904,13 969,42
10 Tanah Bumbu 126,78 1.586,12 1.712,90
1.20.5 Prasarana Persampahan 11
12
Balangan
Banjarmasin
43,24
47,15
672,25
790,13
715,49
837,28
13 Banjarbaru 121,82 555,28 677,10
Perilaku pengelolaan sampah TOTAL 1.204,30 762,61 11.647,31 13.614,22
NASIONAL; 8.85
rumah tangga yang dilakukan % 8,85 5,60 85,55 100,00
PROVINSI; 5.60 oleh penduduk di wilayah Sumber: Provinsi Kalimantan Selatan Dalam Angka Tahun 2019.
kabupaten/kota di dalam
Kawasan Pegunungan Meratus
Gambar 1.53
umumnya meliputi proses Persentase Jaringan Jalan Menurut Kewenangan
langsung dibakar, dibuang ke di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018
KABUPATEN/ KOTA; 85.55 lahan kosong, dibung ke TPS, di
buang ke sungai, di buang ke
lubang tanah, dan pola
pembuangan sampah lainnya.
Kondisi pelayanan sarana dan prasarana persampahan di kabupaten/kota di dalam Kawasan
Pegunungan Meratus dapat dikatakan masih sangat minim, sehingga banyak sampah yang
belum terwadahi. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan pengembangan sarana dan
prasarana persampahan di kabupaten/kota di dalam Kawasan Pegunungan Meratus.
Berdasarkan kondisi eksisting, bahwa masyakat di kabupaten/kota di dalam Kawasan
Pegunungan Meratus mengelola sampah dengan cara dibakar dan ada juga yang dibuang di
pinggir jalan.
Kesadaran masyarakat di kabupaten/kota di dalam Kawasan Pegunungan Meratus dalam Berdasarkan jenis permukaan, jaringan jalan di Provinsi Kalimantan Selatan dengan jenis
memilah dan mengelola sampah untuk menjadi produk bernilai ekonomi masih rendah. Serta permukaan aspal adalah sepanjang 8.131,32 Km atau sekitar 59,73% dari total panjang jalan,
masih sangat sedikit masyarakat yang sudah memanfaatkan sampah untuk "disulap" menjadi sekitar 25% jalan dengan jenis permukaan kerikil dan sekitar 10,23% dengan jenis permukaan
barang-barang yang menghasilkan uang. Bahkan kesadaran warga terhadap lingkungan cukup berupa tanah. Sedangkan berdasarkan kondisinya, sekitar 39,71% jaringan jalan di Provinsi
rendah. Kalimantan Selatan berada dalam kondisi baik, sekitar 18,65% kondisi sedang, 24,61% dengan
Terkadang masyarakat membuang sampah ke tempat pembuangan sementara (TPS) terkesan kondisi rusak dan 17,03% dengan kondisi rusak berat.
asal-asalan dan tidak betul-betul dimasukkan, sehingga banyak sampah berserakan di luar kotak.
Masyarakat juga masih banyak yang enggan membayar pungutan kebersihan yang sudah
ditetapkan dalam peraturan daerah (perda) tentang retribusi pungutan sampah. Tabel I.41
Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018
KEWENANGAN (KM)
KABUPATEN / TOTAL
NO KABUPATEN/ %
KOTA NASIONAL PROVINSI (KM)
KOTA
1.21 Kondisi Sistem Transportasi A JENIS PERMUKAAN 1.204,30 762,61 11.647,33 13.614,22 100,00
1 Diaspal 1.169,48 580,13 6.381,71 8.131,32 59,73
Pada tahun 2018 total panjang jaringan jalan yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan adalah 2 Kerikil 0,00 33,33 3.467,62 3.500,95 25,72
13.614,22 Km, yang meliputi: 8,85% adalah jalan nasional, 5,60% jalan provinsi dan 85,55% 3 Tanah 34,82 149,15 1.208,20 1.392,17 10,23
4 Lainnya 0,00 0,00 589,80 589,80 4,33
adalah jalan kabupaten/kota. B KONDISI JALAN 1.204,29 762,34 11.647,31 13.614,22 100,00
Tabel I.40 1 Baik 723,19 480,09 4.203,42 5.406,70 39,71
2 Sedang 373,32 66,77 2.098,67 2.538,76 18,65
Panjang Jaringan Jalan Menurut Kewenanganya
3 Rusak 58,56 44,03 3.247,26 3.349,85 24,61
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018 4 Rusak Berat 49,22 171,45 2.097,96 2.318,63 17,03
TOTAL Sumber: Provinsi Kalimantan Selatan Dalam Angka Tahun 2019.
KEWENANGAN (KM)
KABUPATEN / (KM)
NO
KOTA KABUPATEN/
NASIONAL PROVINSI
KOTA
1 Tanah Laut 60,34 1.826,63 1.886,97
Gambar 1.54
Persentase Jenis Permukaan Jalan di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2018
Lainnya; 4.33
Tanah; 10.23
Kerikil; 25.72
Di aspal; 59.73
Gambar 1.55
Persentase Kondisi Jalan di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2018
Baik; 39.71
Rusak; 24.61
Sedang; 18.65
Gambar 1.56
Peta Sistem Transportasi Kawasan Pegunungan Meratus