Anda di halaman 1dari 2

Secara formal Banjarmasin dianggap berdiri 473 tahun yang lalu tepatnya 24 September 1526

ketika Pangeran Samudera menyatakan dirinya memeluk agama Islam dan berganti nama
menjadi Sultan Suriansyah.

Penataan Permukiman

 Penataan pemukiman di bantaran sungai dengan mempertahankan pola massa


bangunan seperti yang ada tetapi dengan penghentian pembangunan baru ke arah
sungai dan penghentian pertumbuhan permukiman baru pada sisi bantaran sungai.
 Pemindahan pemukim liar dari bangunan ilegal dan berumur kurang dari 50
tahun di tepi sungai ke model permukiman lanting dengan konstruksi
pengapungnya diperbaharui sesuai dengan teknologi baru.
 Tampilan bangunan diperbaiki dengan arah orientasi bangunan ke sungai. Bagi
bangunan yang terletak di bantaran sungai mempunyai dua arah orientasi yaitu ke
sungai dan ke daratan.
 Ruang terbuka hijau diletakkan diantara massa bangunan dan di depan bangunan
tradisional asli untuk memberi tampilan yang baik dari arah sungai serta
menonjolkan unsur heritage kawasan berupa bangunan bangunan tradisional asli
dan kuno. Ruang terbuka juga difungsikan sebagai tempat berinteraksi warga dan
sebagai dermaga publik.

Penataan dan Pengndalian Lingkungan

 Sanitasi lingkungan, terutama dampaknya terhadap kualitas sungai diperbaiki


dengan cara mempertahankan pola sanitasi lama menggunakan batang atau rakit
tetapi dengan sistem pengolahan yang telah dikembangkan yaitu sistem perpipaan
dengan septictank komunal.
 Ekosistem sungai dijaga dengan cara mengendalikan sedimentasi sungai dan
menjaga kebersihan sungai. Pengendalian ini dengan perbaikan lingkungan tepi
sungai berupa penanaman kembali vegetasi khas pinggir sungai, penelitian
kualitas air sungai secara berkala, perbaikan sistem persampahan serta
penyadaran pentingnya kebersihan sungai terhadap masyarakat. Pengendalian
sampah kiriman dilakukan dengan melakukan pembersihan berkala terhadap
sampah dan penerapan Perda Sampah serta Undang-undang Lingkungan Hidup
yang ketat terhadap masyarakat.

Rute Tourism

 Kampung Seberang Masjid pada hakikatnya terkenal dengan 2 potensi kampungnya :


produksi kain sasirangan & kampung warung
 Untuk memaksimalkan potensi wisata, dibuatlah upaya pengembangan dan penataan
jalur biru. Seperti pada gambar, Kampung Seberang Masjid menjadi salah satu
destinasi wisata air. Untuk itu kapal yang baru datang akan berlabuh pada segmen 2.
Wisatawan akan disambut dengan dermaga serta area publik berupa gazebo.
 Perjalanan dilanjutkan denga jalur darat. Wisataan dapat memilih zona mana yang
akan mereka kunjungi terlebih dahulu. Aabila ingin melihat dan mencoba membuat
kain sasirangan ataupun hanya membeli produk kain maka diarahkan ke segmen 1
terlebih dahulu. Sedangkan apabila ingin wisata kuliner, maka diarahkan ke segmen 2
terlebih dahulu

Improve Human Resources

 Banyaknya potensi di Kampung Seberang Masjid menjadi kurang optimal dengan


rendahnya partisipasi masyarakat khususnya generasi muda dalam
mempertahankan keberlangsungan potensi yang ada.
 Perlu adanya program pemberdayaan masyarakat untuk menarik minat generasi
muda khususnya dengan program dengan tahapan sebagai berikut:

Evaluasi dan Keberlanjutan


Persiapan Implementasi
controlling program

Pada tahap implementasi terdapat beberapa kegiatan, yaitu:

Sosialisasi Program

Pengukuran pemahaman
masyarakat terkait potensi
wisata
Sudah paham Sudah paham

Pemantapan dengan Sosialisasi lebih


diskusi lanjut

Penyusunan visi bersama dalam


pengembangan kampung

Pembinaan sumber daya


masyarakat

Kolaborasi dengan Edukasi tentang


kampung produksi sejenis sosioekonomi heritage, dll Pelatihan teknis
dan dinas terkait (untuk wawasan)

Siap turun lapangan

Tahap selanjutnya dilanjutkan dengan menciptakan event tahunan untuk branding(contoh : Culinary Festival, Banjarnese Heritage ...., dll)
diikuti dengan controlling dan evaluasi

Anda mungkin juga menyukai