Anda di halaman 1dari 5

RESUME JURNAL

Mortalitas pemfigoid bulosa di singapur : faktor resiko dan penyebab


kematian pada 359 pasien di Pusat Kulit Nasional

Abstrak
Latar Belakang : Pemfigoid bulosa adalah penyakit autoimun yang paling umum
dan diperantarai oleh penyakit bula subepidermal. Penelitian ini bertujuan untuk
melaporkan tingkat kematian pada pemfigoid bulosa selama 3 tahun dan faktor
risiko serta penyebab kematian pada pasien pemfigoid bulosa di Singapur.
Metode : Penelitian ini di design kohort retrospektif dari semua pasien yang baru
di diagnosis pemfigoid bulosa. Dari tanggal 1 april 2004 – 31 desember 2009 di
pusat kulit nasional. Data demografi dan klinis penyakit penyerta serta pengobatan
dicatat.
Hasil : Dari total pasien memiliki resiko kematian 2,74 kali lebih tinggi di
bandingkan usia dan jenis kelamin sesuai dengan populasi umum. Penyakit
Parkinson, jantung dan penyakit ginjal kronik berhubungan dengan peningkatan
kematian. Sedangkan kombinasi pengobatan kortikosteroid dengan dosis rendah
sampai sedang dan doksisiklin atau nikotinamid memiliki resiko kematian yang
lebih rendah. Secara keseluruhan infeksi adalah penyebab kematian yang paling
umum, dengan penyebab utama kematian adalah pneumonia, penyakit jantung dan
stroke.

Kesimpulan : Pengobatan kortikosteroid yang dikombinasikan dengan dosis


rendah sampai sedang tampak mengurangi resiko kematian pada pasien pemfigoid
bulosa.
Pemfigoid bulosa merupakan penyakit bula autoimun yang paling sering
ditemukan di singapur dengan estimasi insiden 7,6 per satu juta orang per tahun
dengan predileksi terjadi pada orang tua. Rata-rata usia yang dijumpai adalah 77
tahun. Semakin meningkatnya usia, insiden pemfigoid bulosa akan meningkat
juga.
Berdasarkan jumlah total pasien yang diteliti, 187 orang (52,1%)
diantaranya adalah perempuan dan 172 orang (47,9%) adalah laki-laki. Usia rata-

15
16

rata pada pasien yang telah di diagnosa pemfigoid bulosa adalah 77 tahun dengan
rentang 27-100. Dari jumlah total pasien distribusi etnik yang didapatkan orang
yang beretnik cina adalah 300 orang (83,6%), 27 orang (7,5%) melayu, 32 orang
(8,9%) india. Mayoritas dari seluruh pasien tersebut yang mengalami pemfigoid
bulosa generalisata.
Pasien yang mendapatkan pengobatan sistemik seperti kortikosteroid
adalah 88 %, doksisiklin atau nikotinamik 5,9%, dapsone 13,9 % dan azathioprine
3,9 % termasuk 37,6 % diantaranya mendapatkan terapi kortikosteroid yang
dikombinasikan dengan dosis rendah sampai sedang yaitu ≤ 0,5 mg/kgbb/hari.
Usia dan jenis kelamin berkaitan erat dengan kematian pemfigoid bulosa.
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki dengan usia
diatas 77 tahun dengan ras melayu dan mendapatkan terapi kortikosteroid tanpa
dikombinasikan memiliki resiko mortalitas yang lebih tinggi.
Berdarkan penelitian ini dadaptkan faktor-faktor yang berkaitan dengan
mortalitas pemfigoid bulosa diantaranya :
1) Letak Demografis
Usia dan ras memiliki dampak yang signifikan terhadap resiko
kematian pada kejadian pemfigoid bulosa.
2) Klinis
Pasien dengan pemfigoid bulosa disertai riwayat penyakit lain dan
pernah dirawat jalan berhubungan dengan tingkat kematian pada
pemfigoid bulosa. Pasien yang dirawat inap dan terdapat keterbatasan
fisik memiliki resiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pasien yang hanya dirawat jalan.
3) Penyakit penyerta
Penyakit gagal jantung memiliki hubungan yang signifikan dengan
tingginya angka kematian pada pemfigoid bulosa. Pada penyakit saraf
seperti stroke, demensia dan Parkinson memiliki hubungan terhadap
peningkatan angka kematian. Selain itu penyakit ginjal kronik
memiliki hubungan dengan tingkat mortalitas yang tinggi.
17

4) Obat sistemik
Pasien pemfigoid bulosa yang mendapat terapi kortikosteroid yang
dikombinasikan dengan agen alternative lainnya seperti doksisiklin
atau nikotinamide secara signikan dapat mengurangi angka kematian
dibandingkan dengan pasien yang hanya mendapat terapi dari
kelompok agen alternatif.
5) Penyebab kematian
Dari 164 pasien yang didiagnosa dengan pemfigoid bulosa meninggal
pada tahun ketiga. Infeksi merupakan penyebab yang paling sering
menyebabkan kematian (59,8%), pneumonia (42,7%), infeksi saluran
kemih atau pyelonephritis (85%), infeksi kulit dan jaringan (3%) dan
septikemia (3%).
18

TELAH KRITIS JURNAL PROGNOSIS


JUDUL : RESIKO TERJADINYA KECACATAN SEBELUM DAN SETELAH
TERAPI POLIFARMAKA PADA LEPRA MULTIBASILAR
Penulis: Anil Kumar, Anita Girdhar, Bhavneswar Kumar Girdhar
1. Apakah penelitian  Penelitian ini di lakukan secara cohort
dilakukan secara cohort ? retrospektif
→ Ya  Data dermografis dan informasi klinis
yang di identifikasi didapatkan dari
catatan historis, berupa diagnosa,
usia,ras, kategori pengobatan dan
penyakit penyerta
2. Apakah semua keluaran  Penyajian distribusi variabel dilakukan
(outcome) di laporkan ? secara deskriptif .
→ Ya  Dari data ini disajikan dengan lengkap
dan mendetail seperti terlihat pada table
1.
 Untuk segi analisis data, pada
penelitian ini disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik data sehingga dapat
menginformasi data yang di analisis.
3. Apakah lokasi studi  Penelitian ini dilakukan dengan
menyerupai lokasi anda mengambil data di negara singapur,
bekerja atau tidak ? yang memiliki variasi ras yang sesuai
→Ya dengan di Indonesia terkait dengan
peningkatan mortalitas pada pemfigoid
bulosa
4. Apakah hasil yang diukur  Data mengenai individu yang
dapat dikembangkan dan terdiagnosa pemfigoid bulosa selama 5
digunakan ? tahun terakhir dalam periode 2004-
→Ya 2009 dikumpulkan berdasarkan catatan
historis di pusat kulit nasional,
singapur.
19

5. Apakah penilaiannya  Pada penelitian ini tidak dijelaskan cara


dilakukan secara “blind” penegakkan diagnosa dan spesifik
(buta) klinis yang melakukan pemeriksaan.
→ Tidak tahu Sehingga tidak dapat diketahui bahwa
penilaian yang dilakukan secara “blind”
(buta) atau tidak.
6. Apakah semua subjektif di  Pada studi ini, dipaparkan bahwa
perhitungkan dalam faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kesimpulan ? tingkat kematian pada penderita
→ Ya pemfigoid bulosa adalah usia, jenis
kelamin, ras, penyakit penyerta dan
kategori terapi. Data demografisme dari
penderita pemfigoid bulosa yang
berusia diatas 77 tahun ras asia dengan
penyakit penyerta memiliki tingkat
kematian yang lebih tinggi. Sedangkan
pasien yang mendapatkan terapi
kortikosteroid yang dikombinasikan
dapat menurunkan tingkat kematian
pada pemfigoid bulosa.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil kritis jurnal didapatkan dari 6 pertanyaan memiliki
jawaban “Iya” sebanyak 5 pertanyaan, “Tidak” sebanyak 0 pertanyaan, Tidak tahu
sebanyak 1 pertanyaan sehingga dapat disimpulkan bahwa jurnal dengan judul
“MORTALITAS PEMFIGOID BULOSA DI SINGAPURA : FAKTOR RESIKO
DAN PENYEBAB KEMATIAN PADA 359 PASIEN DI PUSAT KULIT
NASIONAL” ini layak dibaca dan layak untuk diadaptasikan sebagai penelitian
lanjutan di RSUDZA.

Anda mungkin juga menyukai