Pendapat
1. Pada kasus Bank Danamon dan Elnusa ini telah jelas di katakan bahwa
yang menderita kerugian hingga ratusan milyar adalah Bank Danamon. Dan
atas contoh kasus ini sebaiknya dilakukan suatu jalan tengah atau
pemecahan masalah agar kasus derivatif ini tidak terus merugikan salah
satu pihak yang bahkan bisa membawa kasus ini ke jalur hukum melainkan
kasus ini dapat cepat terselesaikan. Sebagai contoh kasus di atas ada
beberapa jalan tengah/pemecahan/bahkan penghindaran dari kasus derivatif
yang semustinya dilakukan terhadap kasus derivatif tersebut yang dapat
diambil kedua belah pihak yang berseteru untuk mengambil suatu jalan
tengah, untuk pemecahan atau jalan tengahnya dapat dilihat atau dibagi
menjadi beberapa pendapat dari pihak pihak yang bersangkutan dalam
kasus derivatif tersebut, antara lain:
a. Dari sisi kedua belah pihak yang bersengketa atau berseteru
b. Melakukan suatu negoisasi atas kontrak yang dibuat secara baik baik
dengan nasabah yang bersangkutan.
c. Dari sisi Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan
d. Dari segi kondisi keuangan secara global
e. Dari sisi Unit usaha syariah sendiri
f. Dari sisi asosiasi Bank Syariah Indonesia
g. Menurut saya sendiri, hal hal yang dapat dilakukan dalam hal kasus
derivatif :
Dibutukan aturan yang lebih tegas dari Bank Indonesia mengenai apa
yang boleh dan tidak boleh dijual perbankan syariah.
Nasabah harus lebih mengetahui tentang perbankan yang digunakan
dalam syariah,maka ia harus mengetahui hal hal apa yang boleh
dilakukan dalam bank syariah dan apa saja yang tidak.
Dari sisi manajemen bank ataupun pemasarannya tidak boleh hanya
mencari keuntungan dalam bekerja, melainkan harus menjujung tinggi
aturan aturan yang ada dalam bank yang diikuti.
Dari segi bank Danamon sendiri harus menjalankan prinsip sesuai
kaidahnya, tidak boleh hanya ingin mencapai kepuasan bagi Bank yang
akhirnya merugikan nasabah, karena uang yang dipakai dalam transaksi
tentu saja uang milik nasabah.
Diperlukannya keteguhan perbankan syariah untuk tetap menjalankan
bisnisnya dalam rambu-rambu syariah. Banyak faktor yang
mempengaruhi keteguhan dalam menjalankan bisnis berbasis syariah.
Apabila keimanan atau keyakinan tidak kuat, maka adanya iming-iming
terhadap keuntungan non ribawi di depan mata dapat meluluhlantahkan
bisnis berbasis syariah
Kesimpulan