Anda di halaman 1dari 8

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berkembangnya dunia usaha atau bisnis merupakan dampak dari perubahan


global yang menyebabkan organisasi yang berjalan harus memperhatikan
perubahan yang terjadi. Menurut Prihadi (2013) fleksibilitas keuangan adalah
kondisi di mana perusahaan mempunyai kelenturan dalam menghadapi situasi
tidak terduga dalam pendanaannya. Jumlah utang yang sudah sangat besar akan
mengurangi kelenturan dalam memperoleh pinjaman lagi. Perusahaan dikatakan
mempunyai fleksibilitas keuangan yaitu jika perusahaan dapat memenuhi seluruh
kewajibannya berupa bunga dan pokok pinjaman kepada kreditor.
Boom komoditas pada era 2000-an menghasilkan keuntungan untuk
perusahaan-perusahaan yang bergerak di dalam bidang komoditas seperti
batubara. Kenaikan harga komoditas sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan
ekonomi di negara-negara berkembang. Namun pada awal tahun 2011-2015 harga
komoditas tersebut mengalami rebound tajam. Kendati begitu, penurunan
aktivitas ekonomi global telah menurunkan permintaan akan komoditas andalan
indonesia tersebut, sehingga menyebabkan penurunan harga batubara yang
dimulai dari awal tahun 2011 (Indonesia Investment 2016). Penurunan harga batu
bara yang dihimpun berdasarkan Australian Thermal Coal disajikan pada Gambar
1.

160
130,12
140
Harga (USD/ton)

120 103,25
90,60
100 75,14
80 61,62
60
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015
Tahun

Sumber: Index Mundi (2016)


Gambar 1 Harga batubara berdasarkan Australian Thermal Coal periode tahun
2011-2015
Berdasarkan Gambar 1 harga batubara tahun 2011-2015 mengalami tren
menurun. Penurunan batubara terjadi menyusul ekspansi produksi shale gas oleh
Amerika Serikat. Shale gas adalah gas alam yang diperoleh dari serpihan batu
shale atau terbentuknya gas bumi (Falianti 2015). Kelebihan pasokan mendorong
harga batubara turun ke level terendah dalam tiga tahun terakhir. Pada saat yang
sama, negara-negara pengekspor utama (terutama Australia dan Indonesia, tetapi
juga Kolombia, Rusia pada tingkat lebih rendah dan Afrika Selatan) melakukan
ekspansi yang signifikan dalam kapasitas pertambangan. Meskipun pertumbuhan
Tiongkok dan India serta demam sementara batubara di Eropa, pasar tidak bisa
menyerap begitu banyak batubara. Pada 2013, hujan pemogokan dan gangguan
2

lain berdampak pada eksportir utama – terutama Kolombia. Namun, peristiwa


tersebut menyebabkan sedikit (jikapun ada) reaksi harga. Secara keseluruhan, ada
terlalu banyak batubara di pasar. Hal ini juga menunjukkan kelebihan pasokan
pasar (IEA 2013 Medium Term Coal Market Report dalam Fiyanto 2014).
Meningkatnya kampanye energi bersih internasional, membuat banyak
negara mulai mengurangi pemakaian batubara sebagai sumber energi pembangkit
listrik negaranya, di tengah pasokan batubara yang melimpah, negara-negara di
dunia ramai-ramai berkomitmen mengurangi konsumsi batubara. Kesepakatan
yang tertuang dalam Conference of Parties (COP) 21 atau Konferensi Perubahan
Iklim di Paris pada Desember 2015, semakin menekan harga batubara dunia.
Konferensi tersebut, salah satunya menyepakati upaya mengurangi pemanasan
suhu bumi agar tidak lebih dari 2 (dua) derajat celcius, caranya adalah dengan
mengurangi pemakaian sumber bahan bakar fosil seperti batubara. Komitmen
negara-negara dalam COP 21 memang akan berdampak dalam jangka panjang
(Bintang 2016).
Ekonomi Tiongkok sebagai salah satu negara pengimpor batubara terbesar,
mengalami penurunan pada tahun 2015 merupakan penurunan terendah selama 25
tahun terakhir. Seperti yang disajikan pada Gambar 2.

16,00
Pertumbuhan GDPC

14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
1990

1992

2002

2013

2015
1991

1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2000
2001

2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

2014

Tahun

Sumber : World Bank (2016)


Gambar 2 Produk domestik bruto Tiongkok Tahun 1990-2015

Penurunan ekonomi Tiongkok disebabkan transisi dari ekonomi berbasis


investasi. Keajaiban ekonomi Tiongkok didorong oleh produksi bahan baku
seperti baja, semen, kaca dan bahan kimia untuk investasi infrastruktur skala
besar. Menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi negara itu yang pesat datang
dengan biaya sosial dan lingkungan yang sangat besar, pembuat kebijakan
Tiongkok telah mulai merancang sebuah transisi dimana negara tersebut menjauhi
pendorong ekonomi berbasis investasi yang biasa menuju perekonomian yang
lebih didorong oleh konsumsi domestik. Salah satu langkah pertama mereka
adalah dengan mengurangi kelebihan kapasitas produksi bahan baku yang sangat
besar. Penutupan kelebihan kapasitas industri yang tak terelakkan akan
menurunkan permintaan batubara termal dan kokas (Fiyanto 2014).
Penurunan ekonomi Tiongkok berdampak kepada permintaan komoditas
batubara. Kejadian tersebut bersamaan dengan menurunnya ekspor komoditas
batubara Indonesia, yang disajikan pada Tabel 1.
33

Tabel 1 Ekspor batubara Indonesia menurut negara tujuan utama periode tahun
2011-2015
(ribu ton)
Negara 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah %
Tiongkok 104.143,4 115.702,1 130.393,4 99.280,3 28.000,0 477.519,2 28,21
India 74.723,2 96.076,0 118.288,5 136.352,1 52.000,0 477.439,8 28,20
Japan 35.364,0 35.518,3 37.711,5 35.584,6 15.000,3 159.178,7 9,40
Korea selatan 39.598,2 37.899,1 36.273,3 35.631,5 9.000,2 158.402,3 9,36
Taiwan 27.131,8 29.105,2 28.323,3 27.271,8 7.000,2 118.832,3 7,02
Thailand 13.293,9 14.676,0 14.365,0 16.241,5 6.000,0 64.576,4 3,81
Malaysia 17.337,5 16.138,0 17.128,9 14.494,0 4.000,9 69.099,3 4,08
Hongkong 11.868,2 11.984,8 12.964,3 12.581,6 4.000,6 53.399,5 3,15
Filipina 10.989,7 11.636,2 14.508,8 15.021,3 7.000,3 59.156,3 3,49
Itali 5.080,8 4.082,8 3.016,6 3.516,3 2.000,1 17.696,6 1,05
Lain-lain 13.867,4 11.488,7 11.351,6 12.263,4 0,0 48.971,1 2,89
Jumlah 353.398,1 372.818,5 424.325,2 408.238,4 134.002,6 1.692.782,8 100,66
Sumber: BPS (2017)

Tabel 1 menunjukan secara umum ekspor batubara Indonesia kepada


negara-negara tujuan utama mengalami penurunan pada tahun 2015. Penurunan
terbesar terjadi pada negara Tiongkok, India, dan Korea Selatan dengan jumlah
penurunan masing-masing sebesar 71.280.000,3 ton, 84.352.000,1 ton, dan
26.631.000,3 ton. Penurunan impor tahun 2015 terjadi kepada negara Cina dan
India, yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Negara-negara pengimpor batubara (Ton)
Negara 2011 2012 2013 2014 2015
Tiongkok 146,4 301,0 327,2 291,6 204,1
Japan 121,5 184,0 195,6 188,1 191,6
Korea 96,9 126,0 126,5 131,0 135,1
India 86,4 160,0 188,8 237,6 221,8
Chinese Taipei 62,5 65,0 66,0 65,8 65,8
German 32,5 45,0 54,3 53,8 55,5
Inggris 27,1 44,0 49,4 41,8 25,5
Rusia 23,8 31,0 29,4 26,8 26,3
Lain-lain 267,6 86,0 350,8 372,4 398,0
Jumlah 864,7 1042,0 1388,0 1408,9 1323,7
Sumber: International Energy Agency (2011)

Tabel 2 menunjukan penurunan impor batubara pada negara Tiongkok,


India, Inggris, dan Rusia pada tahun 2014-2015. Penurunan impor batubara
disebabkan oleh kebijakan Tiongkok memangkas produksi dan konsumsi batubara
yang berdampak pada polusi udara yang tinggi. Polusi berasal dari industri yang
menggunakan bahan dasar energi batubara. Selama dua tahun terakhir, polusi
udara telah menjadi isu sosial dan politik yang besar. Tingkat asap di kota-kota
besar Tiongkok mencapai rekor pada Januari 2013, dengan tingkat PM 2,5 (polusi
partikulat kecil berukuran diameter 2,5 mikrometer) di Beijing mencapai setinggi
4

886 mikrogram per meter kubik. Ini adalah lebih dari 30 kali tingkat yang aman
menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 25 mikrogram per meter kubik
(Fiyanto 2014)
Pada saat yang sama terjadi tren penurunan Earning Before Interest and Tax
(EBIT) perusahaan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun
2011-2015, Menurut Hery (2015) EBIT atau laba operasional bertujuan untuk
mengukur fundamental operasi perusahaan dan dihitung sebagai selisih antara
laba kotor dengan beban operasional. Laba operasional ini menggambarkan
bagaimana aktivitas operasi perusahan telah dijalankan dan dikelola secara baik
dan efisien. Penurunan EBIT perusahaan batubara disajikan pada Gambar 3.

Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah (2017)


Gambar 3 Earning before interest and tax dan sales perusahaan batubara yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015
Gambar 3 secara umum tren EBIT perusahaan batubara cenderung
mengalami penurunan pada tahun 2011-2015 meskipun pada beberapa perusahaan
EBIT cenderung berfluktuasi. Penurunan terbesar dialami oleh PT Adaro Energy
Tbk (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Penurunan dan
fluktuasi EBIT disebabkan oleh penurunan dan fluktuasi sales batubara, seperti
disajikan pada Gambar 3 secara umum sales perusahaan batubara mengalami
fluktuasi dari tahun 2011-2015. Peningkatan sales paling tinggi terjadi pada tahun
2013, namun terdapat beberapa perusahaan mengalami penurunan ditahun 2014
dan 2015, meskipun ada perusahaan yang mengalami kenaikan.
Fleksibilitas keuangan adalah kemampuan perusahan untuk memobilisasi
sumber daya keuangan dalam menghadapi kejadian yang tidak terduga,
mengantisipasi, dan mengatasi kondisi di masa yang akan datang demi
kelangsungan bisnis. Dalam rangka menghadapi suatu kejadian yang tidak terduga
suatu perusahaan akan membutuhkan dana tambahan yang akan digunakan untuk
menutupi kerugian pada tahun sebelumnya maupun untuk berinvestasi atau untuk
mengembangkan usahanya. Menurut Damodaran (2017) salah satu sumber
pendanaan perusahaan yang dapat digunakan untuk membiayai suatu perusahaan
adalah hutang. Penggunaan hutang terutama hutang jangka panjang yang sangat
besar tentu akan memudahkan perusahaan batubara dalam membiayai segala
kebutuhan usahanya yang memerlukan dana sangat besar dan waktu yang cukup
lama untuk memperoleh hasil dari usahanya tersebut. Akan tetapi, perusahaan
5

batubara harus menanggung risiko finansial yang semakin tinggi jika


dibandingkan dengan perusahaan non batubara yang memiliki hutang jangka
panjang lebih kecil. Hal ini dikarenakan beban bunga serta angsuran pokok
pinjaman yang harus ditanggung oleh perusahaan batubara akan semakin
meningkat. Sebagai konsekuensinya, kemungkinan perusahaan batubara
mengalami kebangkrutan tentu akan semakin besar (Fatoni et al. 2013).
Fleksibilitas keuangan sangat erat kaitannya dengan liabilitas karena
industri batubara merupakan industri yang membutuhkan modal besar, oleh
karena itu jika hanya menggunakan modal internal mungkin tidak akan cukup.
Perusahaan batubara harus menggunakan alternatif sumber pendanaan lain.
Alternatif sumber pendanaan lain bisa berupa pendanaan eksternal dengan cara
berhutang. Gambaran hutang perusahaan batubara yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2011-2015 disajikan pada Gambar 4.

Debt to Asset Ratio (DAR)


3,00
2,50
2,00
1,50
0,91
1,00 0,70
0,52
0,50 0,37 0,31

0,00
ADRO PTBA ITMG BYAN DOID

Sumber: Bursa Efek Indonesia (2017)


Gambar 4 Rata-rata debt to asset ratio perusahaan batubara yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015
Gambar 4 rata-rata Debt to Asset Ratio (DAR) perusahaan batubara yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015 sangat bervariasi.
Variasi rasio hutang terhadap aset pada perusahaan batubara menunjukan bahwa
masing-masing perusahaan memiliki pertimbangan tertentu yang menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh perusahaan demi mencapai
kelangsungan bisnis perusahaan. Perusahaan yang berhutang harus mempunyai
perhatian yang serius terhadap hutangnya karena perusahaan yang berhutang
harus bisa memenuhi kewajibannya pada periode yang akan datang. Jika
perusahaan gagal memenuhi kewajibannya kepada pihak yang memberikan
pinjaman akan menyebabkan perusahaan tidak memiliki fleksibilitas keuangan,
jika tidak ditangani secara serius maka akan berdampak fatal yang dapat
menyebabkan kebangkrutan pada perusahaan. Masalah yang terkait dengan
kebangkrutan cenderung muncul apabila perusahaan menggunakan lebih banyak
hutang dalam komposisi struktur modalnya (Brigham dan Houston 2010).
Menurut Pranowo (2010) Debt Service Coverage Ratio (DSCR) yaitu
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar hutang,
baik pokok pinjaman maupun pembayaran bunganya. Perusahaan dengan nilai
6

DSCR lebih kecil dari 1.20 tidak memiliki fleksibilitas keuangan (Ruster 1996).
Gambaran kemampuan perusahaan batubara dalam memenuhi kewajibannya yang
dinilai dengan menggunakan DSCR disajikan pada Gambar 5.

Debt Service Coverage Ratio (DSCR)


6,00
5,01
5,00

4,00 3,53

3,00
1,85
2,00
1,22
1,00 0,50

0,00
ADRO PTBA ITMG BYAN DOID
Sumber: Bursa Efek Indonesia (2017)
Gambar 5 Rata-rata debt service coverage ratio perusahaan batubara yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015
Gambar 5 menunjukan nilai rata-rata DSCR pada perusahan batubara yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015 terdapat perusahaan
yang memiliki fleksibilitas keuangan dan tidak memiliki fleksibilitas keuangan.
Perusahaan yang memiliki fleksibilitas keuangan adalah PT Adaro Energy Tbk
(ADRO), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya
Megah Tbk (ITMG), dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Perusahaan yang
tidak memiliki fleksibilitas keuangan adalah PT Delta Dunia Propindo Tbk
(DOID). Oleh karena itu perlu diteliti kondisi fleksibilitas keuangan, faktor-faktor
eksternal dan internal perusahaan yang memengaruhi kinerja perusahan dan
dampaknya terhadap fleksibilitas keuangan perusahaan batubara.

Perumusan Masalah

Fleksibilitas keuangan adalah kemampuan perusahan untuk memobilisasi


sumber daya keuangan dalam menghadapi kejadian yang tidak terduga,
mengantisipasi, dan mengatasi kondisi di masa yang akan datang demi
kelangsungan bisnis. Fleksibilitas keuangan sangat erat kaitannya dengan hutang
pada batubara. Perusahaan batubara merupakan industri yang membutuhkan
modal besar dalam menjalankan operasi usahanya, untuk mendanai modal
tersebut mungkin tidak cukup bila mengandalkan dana dari internal perusahaan
saja, melainkan memerlukan sumber pendanaan eksternal salah satunya dengan
pinjaman (hutang). Perusahaan yang menggunakan sumber pendanaan eksternal
berupa hutang menimbulkan suatu kewajiban yang harus dipenuhi pada periode-
periode yang akan datang berupa pembayaran pokok pinjaman beserta bunganya,
apabila pembayaran tersebut tidak dapat dipenuhi maka perusahaan tidak
memiliki fleksibilitas keuangan.
7

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis:


1. Kondisi fleksibilitas keuangan perusahaan batubara.
2. Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja perusahaan batubara.
3. Dampak faktor eksternal dan internal terhadap fleksibilitas keuangan
perusahaan batubara.

Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat bagi beberapa pihak


yaitu:
1. Bagi pemerintah, hasil penelitian dapat menjadi acuan dan gambaran dalam
membuat kebijakan bagi industri batubara.
2. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat menjadi acuan dan gambaran dalam
penentuan strategi yang akan dilakukan dengan tetap menjaga fleksibilitas
keuangan.
3. Bagi akademis, hasil penelitian diharapkan bermafaat bagi penelitian
selanjutnya sebagai bahan acuan dan referensi untuk penelitian yang akan
datang.

Ruang Lingkup Penelitian

1. Fleksibilitas keuangan perusahaan batubara di nilai menggunakan Debt Service


Coverage Ratio (DSCR).
2. Perubahan faktor eksternal mencakup produk domestik bruto Tiongkok, harga
batubara internasional, harga batubara dalam negeri, nilai tukar rupiah terhadap
USD, dan Domestic Market Obligation (DMO).
3. Perubahan faktor internal mencakup harga pokok produksi, beban umum dan
administrasi, serta beban penjulan dan pemasaran.
4. Perusahaan yang diteliti sebanyak 5 (lima) perusahaan batubara dengan skala
total aset 10 triliun sampai 82 triliun yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode tahun 2011-2015.
5. Negara tujuan ekspor utama hanya memasukan negara Tiongkok.
6. Data produksi dan stok batubara tidak masuk dalam model penelitian karena
data tidak tersedia.

Kebaruan Penelitian

Kebaruan penelian adalah membangun Model Fleksibilitas Keuangan


Perusahaan Batubara dalam bentuk sistem persaman recursive, keterkaitan faktor-
faktor eksternal dan internal (variabel eksogen) yang memengaruhi kinerja
perusahaan dan fleksibilitas keuangan perusahaan batubara (variabel endogen)
sehingga dapat dilakukan analisis simulasi dampak perubahan faktor eksternal dan
internal terhadap fleksibilitas keuangan perusahaan.
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB

Anda mungkin juga menyukai