Anda di halaman 1dari 105

EFEKTIVITAS UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEMADAM

KEBAKARAN JAMBI BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA

JAMBI NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN

ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PEMADAM KEBAKARAN

Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
dalam Hukum Tata Negara
pada Fakultas Syariah

Oleh:

GUSRIZAL BUANTARA
NIM. SPI 152207

PEMBIMBING.

ZULQARNAIN, S.Ag., M.Hum., Ph.D


MASBURIYAH,S.Ag., M.Fil.I

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1440 H / 2019 M
i
ii
iii
MOTTO

َ ‫ص َّلى هللاُ ع َْل ٍْ ِه َو‬


‫سلَ ْم قَا َل َم ْه‬ ِ ‫ع ْىهُ ا َ َّن َرسُو َل‬
َ ‫اِلل‬ َ ُ‫س ِم َع اَبُا هُ َز ٌ َْزةَ َر ِص ًَ هللا‬ َ ‫سلَ َمتَ ْب ُه‬
َ ُ‫ع ْب ِد الزَّ ْح َم ِه اَوَّه‬ َ ‫أَبُو‬

‫صى ا َ ِمٍ ِْزي فَقَ ْد‬ َ ‫ٍزي َفقَ ْد أ َ َطا‬


َ ‫عىًِ َو َم ْه‬
َ ‫ع‬ ِ ‫ع أ َ ِم‬
َ ‫صى هللاَ َو َم ْه أ َ َطا‬ َ ‫صاوًِ فَقَ ْد‬
َ ‫ع‬ َ ‫عىًِ َفقَ ْذ ا َ َطا‬
َ ‫ع هللاَ َو َم ْه‬
َ ‫ع‬ َ ‫ا َطا‬

‫متفق علٍه‬. ًِ‫صاو‬


َ ‫ع‬
َ

Dari Abu HUrairah ra. Ia berkata, telah bersabda Rasulullah saw : “ orang yang

taat kepadaku maka sesungguhnya dia taat kepada Allah dan siapa yang ingkar

kepadaku maka sesungguhnya dia engkar kepada Allah, orang yang patuh kepada

pemimpin, maka sesungguhnya dia patuh kepadaku, dan orang yang engkar

kepada pemimpinnya, sesungguhnya dia engkar kepadaku

(HR. Mutaffakum‟alaih)

iv
Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana


efektivitas Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Kota Jambi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang sesuai dengan
objek penelitian yang dikaji melalui pendekatan kualitatif. Kemudian disajikan
dalam bentuk deskriptif. Oleh karena itu Pengumpulan data ini, Penulis
menggunakan metode yang sifatnya deskriptif-analisis. Teknik pengumpulan
datanya dilakukan dengan wawancara, pengamatan, dan juga dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Efektivitas Unit Pelaksana
Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Kota Jambi sejauh ini belum berjalan
dengan baik dan lancar, Karena hanya 3 pasal yang mengatur substansi dari unit
unit pelaksana teknis dan tidak secara detail. Keseluruhan 3 pasal tersebut lebih
normatif, kemudian pelimpahan kewenangannya yang selanjutnya dilimpahkan
kepada herarki peraturan pelaksana yaitu peraturan walikota. Faktor pendukung:
tersedianya landasan hukum penyelenggaraan penanganan bencana dengan
terbitnya Perda No. 4 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Pemadam Kebakaran dari uraian pasal 7 ayat 3 yang mengatur
mengenai jabatan dan kewenangan yaitu untuk unit pelaksana teknis dipimpin
oleh kepala Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Dinas. Pasal 9 ayat 2 mengatur tentang Ketentuan mengenai tugas
pokok dan fungsi Bagian, Pada pasal 10 mengatur mengenai kewajiban dalam
menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi
secara vertikal dan horizontal baik dilingkungan masing-masing maupun antar
suatu organisasi sesuai dengan tugas masing-masing.
Upaya dan solusi dalam mengatasi hambatan pelaksana teknis dinas
pemadam kebakaran Kota Jambi dibentuknya Dinas Pemadam Kebakaran dan
Penyelamatan Kota Jambi berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2016
terbaru berikut kewenangan yang dimilikinya

Kata Kunci : Efektifitas, UPTD Pemadam Kebakaran dan Perda

v
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamiin dengan rahmat Allah SWT Skripsi ini saya

persembahkan kepada orang-orang yang telah memberikan Do’anya, cinta,

kasih, perhatian serta motivasi kepada saya dalam menuntut ilmu.

Kedua orang tua tercinta :

Terimakasih untuk semua yang ayah dan ibu berikan selama ini, harapan

besarku semoga skripsi ini mejadi hadiah indah bagi Ayah dan Ibu hingga saya

dapat membahagiakan kalian berdua dunia dan akhirat

Saudara-saudariku Serta Kakek dan Nenek tersyang :

Sahabat Seperjuangan Jurusan Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah UIN

STS Jambi :

Serta yang selama ini selalu menemani saya yakni saudari juga selalu

mendoakan serta memberikan semangat kepada saya.

Dosen pembimbing I : Zulqarnain, S.Ag., M.Hum., Ph.D

Pembimbing II : Masburiyah,S.Ag., M.Fil.I

Kajur HTN Jurusan Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah UIN STS Jambi :

Abdul Razah, S. HI., M.IS

dan

sekjur HTN Jurusan Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah UIN STS Jambi :

Ulya Fuhaida, S. Hum, M.SI

Almamaterku tercinta UIN STS Jambi, tempat penulis menimba ilmu.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat penulis

selesaikan. Skripsi ini berjudul “Efektivitas Unit Pelaksana Teknis Dinas

Pemadam Kebakaran Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi

Nomor 04 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

Dinas Pemadam Kebakaran” dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari

masih banyak terdapat kekurangan dan kehilafan.

Sholawat beserta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan

nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari kebodohan

menuju alam yang terang benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti

yang dirasakan sekarang ini, sehingga manusia bisa merasakan kenikmatan hidup

dengan ilmu.

Pembuatan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana (S1) Hukum Tata Negara pada Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Dalam kesempatan ini

tak lupa pula penulis menghaturkan terimakasih kepada para Dosen khususnya

Dosen Fakultas Syariah, dan berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan

dan pengajaran selama penulis menjadi mahasiswa terutama :

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, Ph.D, selaku Rektor UIN STS Jambi.

2. Bapak Dr. A. A Mifta, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS

Jambi.

vii
viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. ii
PENGESAHAN ...................................................................................... iii
MOTTO................................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................... . 5

C. Batasan Masalah.............................................................. 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................... 6

E. Kerangka Teori................................................................ 8

F. Tinjauan Pustaka ............................................................. 18

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 22

B. Pendekatan Penelitian ..................................................... 22

C. Jenis dan Sumber Data .................................................... 23

D. Unit Analisa Data ............................................................ 25

E. Instrumen Pengumpulan Data ......................................... 26

F. Teknik Analisa Data ........................................................ 27

G. Sistematika Penulisan ...................................................... 29

ix
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Selayang Pandang Pemadam Kebakaran Kota Jambi ..... 31

B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Pemadam

Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi ..................... 34

C. Visi dan Misi ................................................................... 68

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Kota

Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi

No. 04 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi

dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran................... 75

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Teknis

Dinas Pemadam Kebakaran Jambi Berdasarkan Peraturan

Daerah Kota Jambi No. 04 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas

Pemadam Kebakaran ....................................................... 81

C. Upaya dan solusi dalam mengatasi hambatan Pelaksana

teknis dinas pemadam kebakaran Kota Jambi ........... 84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................... 87

B. Saran................................................................................ 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

x
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemadam kebakaran yang di berbagai kota di Indonesia, pada dasarnya

memiliki kesamaan perogram-program yang telah mapan dari berbagai kota

yang ada di Eropa dan Amerika Serikat. Dinas Pemadam Kebakaran yang ada

di setiap kota menempatkan pemadam kebakaran pada Dinas Pekerjaan

Umum Tata Ruang Kota dan ada yang berdiri sendiri tanpa menggabungkan

diri dengan badan lainnya. Penanganan kebakaran masih menghadapi

berbagai kendala, baik yang bersifat kebijakan instruksi, peraturan perundang-

undangan, mekanisme operasional dan kelengkapan peralatanya, sebagaimana

dimaksud dalam peraturan menteri Dalam Negeri No. 62 Tahun 2008 tentang

standar pelayanan minimal bidang pemerintahan Dalam Negeri di

Kabupaten/kota1.

Kinerja dan kewenangan Institusi pemadam kebakaran (IPK) masih

belum optimal menyangkut sumber daya manusia (SDM), peralatan dan

fasilitas pendukungnya. Termasuk kurangnya jumlah pos-pos pemadam

kebakaran yang mempengaruhi waktu tanggap dan bobot serangan guna

memberikan pelayanan yang yang baik terhadap publik. Sementara itu

tuntutan akan tindakan penyelamat (rescue) terhadap kebakaran semakin

1
Agung Rizky Ariyo Putro, Peran dan Fungsi Pemadam Kebakaran Berdasarkan Pasal
21 Ayat 2 Peraturan Bupati No.20 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan
Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Sanngau. Universitas
Tanjung Pura, Tahun 2012, hlm.14
2

meningkat seiring dengan meningkatnya kejadian kebakaran. Partisipasi

masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran masih relatif

rendah atau kurang diberdayakan. Upaya penanganan kebakaran selama ini

lebih banyak ditekankan kepada aspek penanggulangan, sedangkan aspek

pencegahan kurang mendapat perhatian.

Berdasarkan fungsi dan peran dari subbidag pegendalian kebakaran

yang telah disebutkan diatas adalah melakukan pencegahan dan

penanggulangan bahaya kebakaran khususnya di kota jambi. Hingga saat ini

kinerja dari pemadam kebakaran tersebut belum memberikan pelayanan yang

efektif dan memuaskan masyarakat. Karena, melihat dari fakta di lapangan,

aspek penanggulangan lebih ditekankan daripada pencegahan. Walaupun

demikian, penanggulangan akan bahaya kebakaran masih kurang dari harapan.

Berbagai hal yang kurang mendukung dan perlu diperbaiki, dikaitkan

dengan efektivitas penanganan terhadap bahaya kebakaran, hal tersebut

seperti sistem proteksi kebakaran masih bertumpu pada sistem aktif yang

hanya mengandalkan dari kemampuan pihak pemadam kebakaran, sedangkan

sistem pasif seperti pemakaian bahan dan konstruksi tahan api kurang

diperhatikan, infrastruktur kota seperti sumber air untuk pemadaman, hidrant,

jalan lingkungan dan sistem komunikasi belum sepenuhnya mendukung

terhadap operasi pemadam kebakaran yang efektif. Dengan keterbatasan itu,

pemadam kebakaran dituntut mampu untuk mencakupi dan menjangkau

wilayah disekitar Jambi yang luas bahkan menempuh medan yang sulit

dijangkau serta upaya preventif dalam pencagahan kebakaran masih minim


3

dilakukan oleh pihak intansi terkait seperti halnya adanya program

penyuluhan akan bahaya kebakaran ditiap-tiap kecamatan dan daerah rawan

bencana kebakaran seperti dipasar atau kawasan padat penduduk dengan

maksud supaya tanggap akan adanya bencana kebakaran. Dalam hal tersebut,

fungsi dari pemadam kebakaran sendiri belumlah berjalan efektif, karena

masih cendrung mengedepankan aspek penanggulangan daripada pencegahan.

Dalam kaitannya dengan hal itu, haruslah kedua aspek tersebut berjalan

seiringan.

Bila terjadi kebakaran, terkadang masyarakat setempat terlampau


lambat untuk menginformasikan kepada petugas pemadam kebakaaran
sehingga ketika petugas pemadam kebakaran tiba dilokasi kebakaran, api
justru sudah membesar dan bahkan hampir memusnahkan rumah. Dalam hal
inilah peran serta masyarakat dirasa kurang mendukung dalam upaya
penanggulangan bencana kebakaran karena akan sulit untuk mendeteksi
bencana kebakaran bila tidak ada laporan dari warga masyarakat setempat.
Mengkaji persoalan efektivitas unit pelaksana teknis dinas pemadam

kebakaran Jambi yang diatur berdasarkan Peraturan Daerah No. 04 Tahun

2007 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja dinas pemadam

kebakaran. Dalam peraturan daerah ini yang mengatur tentang unit pelaksana

teksnis dinas pemadam kebakaran terdapat pada pasal 7 ayat (3), pasal 9 ayat (2)

dan pasal 10:

Pasal 7 ayat (3) Unit Pelaksana Teknis dipimpin oleh kepala Unit
Pelaksana Teknis yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Kepala Dinas.2

2
Pasal 7 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran
4

Pasal 9 ayat (2) Ketentuan mengenai tugas pokok dan fungsi Bagian,
Bidang, serta uraian tugas Sub Bagian dan seksi-seksi serta Unit Pelaksana
Teknis diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.3

Pasal 10 dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Dinas, Kepala Bagian,


Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi dan Kepala UPT wajib
menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan
simplikasi secara vertikal dan horizontal baik dilingkungan masing-masing
maupun antar suatu organisasi sesuai dengan tugas masing-masing.4

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasi Operasional Pemadam


Kebakaran Kota Jambi :
Menurut saya pasal yang mengatur tentang Unit pelaksana teknis ada pada
pasal 7 ayat (3), pasal 9 ayat (2) dan pasal 10. Mengenai pasal tersebut
sudah kita laksanakan dengan cukup baik, tetapi ada beberapa kekurangan
dalam hal koordinasi antara kepala dinas dan Kepala Seksi dan Kepala
Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi dan Kepala
UPT yang kurang dilaksanakan yaitu prinsip-prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi dan simplikasi secara vertikal dan horizontal baik
dilingkungan masing-masing maupun antar suatu organisasi sesuai dengan
tugas masing-masing. Sehingga materi yang mengatur dalam pasal 10
peraturan daerah ini seharusnya perlu dipertegas dengan memberikan
sanksi ketika tidak melaksanakan koordinasi 5

Pada RENSTRA 2014 – 2018 juga sejalan dengan kinerja pelayanan Dinas

Pemadam Kebakaran Kota Jambi yaitu mengatur mengenai kinerja unit pelaksana

teknis 3 poin sebagai berikut: Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) (1) Pada

dinas dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas (UPTD); (2) UPTD sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dibentuk untuk melaksanakan tugas teknis operasional

dan/atau teknis penunjang; (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan dan

rincian tugas UPTD diatur dengan Peraturan Walikota.6

3
Pasal 9 ayat (2) Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran
4
Pasal 10 Peraturan Daerah No. 04 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran
5
Wawancara dengan Jafrizal Selaku Kasi Operasional Pemadam Kebakaran Kota Jambi,
Pada 28 Januari 2019.
6
RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi, hal. 26
5

Hasil wawancara dari Kasi Rencana Operasi Yuli Sapari, SE,


mengatakan bahwa seharusnya perda No. 04 tahun 2007 mengatur tentang
perubahan yakni lembaga yang berdiri sendiri dengan perubahan menjadi
badan penanggulangan bencana daerah (BPD) Damkar Kota Jambi
menjadi satu bidang dengan BPBD.7

Jadi terdapat kekurangan dari Perda No. 04 Tahun 2007 tentang

pembentukan organisasi dan tata kerja dinas pemadam kebakaran. Serta

kejadian unit pelaksana teknis pemadam kebakaran, dari hasil wawancara

diatas perda tersebut masih perlu dilakukan revisi untuk melakukan

pembaharuan hukum, oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian lebih dalam

mengenai penelitian ini.

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik

untuk menyusun skripsi tentang institusi pemadam kebakaran dengan judul

“Efektivitas Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Kota Jambi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis jelaskan

sebelumnya, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana Efektivitas Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran

Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007

7
Wawancara dengan Yuli Sapari, SE Selaku Kasi Rencana Operasi dan penyelamat
Pemadam Kebakaran Kota Jambi, Pada 28 Januari 2019.
6

tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam

Kebakaran ?

2. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Kinerja Pelaksanaan Teknis

Dinas Pemadam Kebakaran Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota

Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Pemadam Kebakaran ?

3. Bagaimana upaya dan solusi dalam mengatasi hambatan pelaksana

teknis dinas pemadam kebakaran Kota Jambi ?

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari adanya perluasan masalah yang dibahas menyebabkan

pembahasan ini menjadi tidak konsisten dengan rumusan masalah yang telah

penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan batasan masalah ini hanya

membahas mengenai pelaksana teknis dinas pemadam kebakaran Jambi

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi No. 04 Tahun 2007 tentang

pembentukan organisasi dan tata kerja dinas pemadam kebakaran.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

Dengan adanya semua perumusan masalah di atas, diharapkan adanya suatu

kejelasan yang dapat dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi ini. Tujuan yang

ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui bagaimana pelaksana teknis tentang Dinas Pemadam

Kebakaran Jambi berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi No. 4

Tahun 2007
7

b. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembentukan

organisasi dan tata kerja Dinas Pemadam Kebakaran di dalam Peraturan

Daerah Kota Jambi No. 4 Tahun 2007

c. Mengetahui upaya dan solusi dalam mengatasi hambatan pelaksana

teknis dinas pemadam kebakaran Jambi

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

a) Hasil Penelitian ini diharapkan dapat di gunakan sebagai salah satu

referensi bagi pengembangan Ilmu Hukum Tata Negara.

b) Bagi pihak yang terkait dengan penelitian ini dapat mengembangkan

cara merumuskan peraturan daerah agar lebih efektif dalam pelaksanaan

pembentukan organisasi dan tata kerja dinas pemadam kebakaran di

Jambi.

c) Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu

pengalaman efektivitas unit pelaksana teknis Dinas Pemadam

Kebakaran Jambi berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi No 04

Tahun 2007 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja dinas

pemadam kebakaran

b. Kegunaan Praktis

a) Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata

Satu (S1) di di Fakultas Syari‟ah, Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Siafuddin Jambi.


8

b) Sebagai sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi

dan praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya

yang akan bermamfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian

yang lain.

E. Kerangka Teori

1. Teori Validitas dan Efektivitas Hukum

Hans Kelsen mempersyaratkan hubungan timbal balik antara unsur

validitas dan keefektifan dari suatu kaidah hukum. Menurutnya, sebelum berlaku

secara efektif, suatu norma hukum harus terlebih dahulu valid, karena jika suatu

kaidah hukum tidak valid, maka hakim misalnya tidak akan menerapkan hukum

tersebut, sehingga kaidah hukum tersebut tidak pernah efektif berlaku. Tetapi

sebaliknya adlah benar juga bahwa keefektifan merupakan syarat mutlak bagi

sebuah kaidah hukum yang valid. Karenanya, jika suatu masa karena perubahan

masyarakat, suatu kaidah hukum yang semulanya valid dan efektif berlaku,

kemudian menjadi tidak efektif lagi, maka kaidah hukum tersebut juga kemudian

menjadi tidak lagi valid.8

Meskipun negara berdiri sesungguhnya adalah untuk kepentingan

masyarakat yang mendirikannya. Artinya birokrat sesungguhnya haruslah

memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Pelayanan adalah setiap

kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan

menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu peroduk secara

8
Munir Fuady, Teori-Teori Besar (Grand Theory: Teori Validitas dan Efektivitas Hukum,
Jakarta; Kencana, 2014 hlm. 116
9

fisik9. Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam

interaksi lansung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan

menyediakan kepuasan pelanggan10. Sementara dalam kamus Bahasa Indonesia

dijelaskan pelayanan sebagai hal, cara, atau hasil pekerjaan melayani. sedangkan

melayani adalah menyuguhi (orang) dengan makanan atau minuman menyediakan

keperluan orang, mengiyakan, menerima, menggunakan11.

Sementara itu kata publik berasal dari Bahasa Inggris public yang berarti

umum, masyarakat negara. Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi bahasa

Indonesia baku, pengrtiannya adalah orang banyak 12. Sementara itu Ilmu kencana

mendifinisikan publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan

berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik nilai-nilai

norma yang ada. Oleh karena itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang

memiliki kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan

menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara

fisik13.

Pengertian pelayanan publik secara tegas dirumuskan dalam pasal 1 angka

(1) UU No 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik, pelayanan publik adalah

kegiatan atau rengkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan

9
Sampara Lukman, Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta : STIA LAN Press, 2000,
hlm. 8
10
Ibid, hlm.6
11
J. Sbadodo dan Sultan Muhammad Zain , Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2001, hlm. 781-782
12
Ibid, hlm. 1095
13
Lijian Poltak Sinambela, Reformasi Pelayanan Publik, Teori, Kebijakan Implementasi,
Bandung: Bumi Akiara, 2006, hlm. 5
10

sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan

penduduk atas barang, jasa dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik. Dengan demlikian, pelayanan publik adalah

pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara,

dalam hal ini negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan

agar dapat meningkatkan kesejahteraan serta kepuasan masyarakat. Pada

hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah (birokrat) haruslah dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat. Kebutuhan ini harus dipahami bukanlah kebutuhan secara

individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhya diharapkan oleh

masyarakat.

Secara teoritis, tujuan dari pelayanan publik pada dasarnya adalah

memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu di tuntut kualitas

pelayanan prima yang tercermin dari:

a. Transparansi, yakni pelayanan yaang bersifat terbuka, mudah, dan dapat

diakses oleh semua pihak yang membutuhkan serta disediakan secara

memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan

pemberi dan penerima dengan tetap berpegang pada prinsip efesiensi dan

efektivitas.
11

d. Partisipasif, yakni pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat

dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,

kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan hak, yakni pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat

dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golonga, status dan lain-lain.

f. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan

aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik14.

2. Pemadam Kebakaran

Pemadam kebakaran juga merupakan bagian dari penyelenggaraan

pelayanan publik dimana dalam setiap tugasnya selalu berhubungan dengan

masyarakat maupun intansi pemerintah lainnya. Sebagai bagian dari pelayanan

publik, pemadam kebakaran mengacu pada UU nomor 25 tahun 2009 tentang

pelayanan publik.

Dalam menjalankan fungsinya hukum memerlukan berbagai perangkat

agar memiliki kinerja yang baik. Salah satu kinerja hukum yang membedakan

dengan kaidah lainnya adalah bahwa hukum memiliki kaidah yang bersifat

memaksa. Artinya apabila azas kaidah hukum dituangkan kedalam sebuah

peraturan perundang-undangan, maka setiap orang diharuskan untuk

melaksanakannya.

3. Peran dan Fungsi Sub Bidang Pemadam Kebakaran

Dalam negara hukum modern, tugas kewenangan pemerintah tidak hanya

menjaga ketertiban dan keamanan, tetapi juga mengupayakan kesejahteraan

14
Ahmad Sudrik Sudrajat dan Juniarso Sudrajat, Hukum Administrasi negara dan
Kebijakan Pelayanan Publik, Bandung: Nuansa 2010, hlm. 20
12

umum. Munculnya konsep itu membawa konsekuensi terhadap peranan dalam

pelaksanaan terhadap masyarakatnya lebih dominan.

Untuk melaksanakan fungsi pemerintah, kekuasaan dan kewenangan

sangatlah penting. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata

„wewenang‟ memiliki arti;

a. Hak dan kekuasaan untuk bertindak, kewenangan

b. Kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung

jawab kepada orang lain

c. Fungsi yang boleh dilaksanakan15.

Sedangkan „kewenangan‟ memiliki arti;

a. Hak berwenang

b. Hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu16.

Selain itu, „kekuasaan dalam KBBI memiliki arti‟;

a. Kuasa (untuk mengurus, memerintah dan sebagainya)

b. Kemampuan kesanggupan Daerah (tempat dan sebagainya) yang dikuasai

c. Kemampuan orang atau golongan, untuk menguasai orang atau golongan lain

berdasarkan kewibawaan, wewenang, kharisma atau kekuasaan fisik

d. Fungsi menciptakan dan memantapkan kedamaian, keadilan serta mencegah

dan menindak ketidak damaian atau ketidakadilan17.

Sedangkan Soerjono menguraikan beda antara kekuasaan dan wewenang

bahwa “setiap kemampuan untuk memengaruhi pihak lain dapat disamakan

kekuasaan, sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau
15
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet I edisi III, Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 1272
16
Ibid,.
17
Ibid, hlm. 809
13

sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari

masyarakat”18.

Kewenangan atau wewenang adalah suatu istilah yang biasa digunakan

dalam lapangan hukum publik. Namun sesungguhnya terdapat perbedaan diantara

keduanya. Kewenangan adalah yang disebut “kekuasaan normal”, kekuasaan yang

berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh undang-undang legislatif dari

kekuasaan eklusif atau administratif. Karena, merupakan kekuasaan dari

segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan

atau urusan pemerintah yang tertentu yang bulat. Sedangkan wewenang hanya

mengenai suatu bagian tertentu saja dari kewenangan. Kewenangan (autohorith)

adalah hak untuk memberi pemerintah, dan kekuasaan meminta dipatuhi. Adapun

tugas pokok pemadam kebakaran terdiri dari;

1) Pencegahan Kebakaran

Fungsi manajemen dalam pencegahan kebakaran adalah pada pemberian

pelayanan untuk mengantisipasi ancaman bahaya kebakaran dalam bentuk :

a. Pencegahan dalam arti penyiagaan keadaan bangunan dan lingkungan

terhadap bahaya kebakaran

b. Pencegahan dalam arti penyiagaan unit kerja penanggulangan kebakaran

pemadam kebakaran

2) Pemadam Kebakaran

18
Seorjono Soekanto, Pokok-Pokok Psikologi Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003, hlm. 91-92
14

Fungsi manajemen dalam pemadam kebakaran adalah pemberian

pelayanan secara tepat, akurat dan efesien mulai dari informasi kebakaran

diterima sampai api padam.

1. Perlindungan Jiwa, harta benda dari kebakaran dari bencana lain

Fungsi manajemen dalam penyelamatan adalah pemberian pelayanan

adalah untuk memperkecil korban dan kerugian harta benda akibat kebakaran dan

bencana lainnya

2. Pembinaan Masyarakat

Melakukan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat dalam ragka

meningkatkan partisipasi dan kepedulian masyarakat dalam mengatasi ancaman

bahaya kebakaran.

3) Penilaian Kinerja

Kinerja (performance) pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak

dilakukan oleh karyawan. Kinerja karyawan menurut Mathis dan Jackson (2006)

yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen kuantitas dari hasil,

kualitas dari hasil, ketepatan waktu dari hasil, kehadiran (disiplin kerja),

kemampuan bekerja-sama19.

Sedangkan menurut The Dictionary of Human Resourcesand Personnel

Management (2006) menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah suatu

pengukuran kualitas pekerjaan seseorang karyawan dalam menyelesaikan

tugasnya. Mathis dan Jackson (2006) secara komprehensif menjelaskan sistem

19
Tulus Pinta Raja Situmeang dkk, Strategi Peningkatan Kinerja Aparatur Sipil Negara
Pada Dinas Kebersihan Pertamanan Dan Pemadam Kebakaran Pemerintah Kabupaten Tapanuli
Tengah, Jurnal Ilmiah, research sains vol.-3 No. I Februari 2017, hlm. 3-4
15

manajemen kinerja adalah usaha untuk mengidentifikasi, mengukur, mendorong,

meningkatkan, mengevaluasi, dan memberi penghargaan terhadap karyawan 20.

Sementara, pengertian kinerja khusus untuk Aparatur Sipil Negara

dirumuskan oleh Silalahi (2011) bahwa kinerja PNS adalah prestasi kerja atau

hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh orang yang telah

diserahi tugas dalam suatu jabatan dalam negeri dalam rangka mencapai tujuan

organisasi dan memberikan kontribusi pada rakyat.

4) Mempengaruhi Penilaian Kinerja

Mangkunegara (dalam Silalahi, 2011) mengemukakan faktor yang

mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi

(motivation).

a. Faktor Kemampuan (Ability)

b. Faktor Motivasi (Motivation)

Lebih lanjut Mangkunegara (dalam Silalahi, 2011) mengemukakan faktor

penentu prestasi kerja adalah faktor individu yakni secara psikologis, individu

yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi

psikis (rohani) dan juga fisiknya (jasmani). Dengan adanya integritas tinggi antara

fungsi psikis dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang

baik.

Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk

mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam

20
Ibid,.
16

melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan

organisasi.

Selanjutnya adalah Faktor Lingkungan Organisasi adalah uraian jabatan

yang jelas, otoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi

kerja yang efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis,

peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai. Sekalipun, jika faktor

lingkungan organisasi kurang menunjang, maka bagi individu yang memiliki

tingkat kecerdasan pikiran memadai dengan tingkat kecerdasan emosi yang baik,

sebenarnya ia tetap dapat berprestasi dalam bekerja. Hal ini bagi individu tersebut,

lingkungan organisasi itu dapat diubah bahkan dapat diciptakan oleh dirinya serta

merupakan pemacu (motivator), tantangan bagi dirinya dalam berprestasi di

organisasi.

5) Keterampilan

Keterampilan Kerja menurut Hasibuan (dalam Yanuardi, 2013) merupakan

kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas yang ditugaskan kepadanya.

Keterampilan disini mencakup keterampilan teknikal, keterampilan personal dan

keterampilan konseptual, seperti kecakapan untuk memanfaatkan kesempatan,

kecermatan, menggunakan sumberdaya yang dimiliki perusahaan dalam mencapai

tujuan. Dalam aplikasinya, keterampilan terbagi2 (dua), yakni keterampilan lunak

dan keterampilan nyata.

6) Fasilitas Kerja

Fasilitas kerja adalah sarana pendukung dalam aktivitas perusahaan

berbentuk fisik, dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, memiliki


17

jangka waktu kegunaan yang relatif permanen dan memberikan manfaat untuk

masa yang akan datang. Fasilitas kerja sangatlah penting bagi perusahaan, karena

dapat menunjang kinerja karyawan, seperti dalam penyelesaian pekerjaan.

Berdasarkan definisi Fasilitas Kerja di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

fasilitas kerja adalah salah satu sarana pendukung untuk menciptakan motivasi

kerja terhadap kinerja pegawai.

Fasilitas kerja merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan

efektivitas di perusahaan. Fungsi peralatan memberikan kemudahan dalam

melakukan suatu pekerjaan, agar tercapai efektivitas kerja. Tidak dapat disangkal

lagi, bahwa fasilitas berupa peralatan kerja sangat diperlukan dalam membina

prosedur dan tata kerja Perusahaan, mempermudah pekerjaan, menghemat waktu,

tenaga dan pikiran manusia dalam melaksanakan tugas–tugas rutin dan insidentil

yang harus dihadapi dalam menyelesaikan berbagai macam tugas kantor.

Menurut Hartanto (dalam Jamil, 2013) karakteristik dari sarana pendukung

dalam proses aktivitas perusahaan adalah :

a. Mempunyai bentuk fisik

b. Dipakai atau digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan

c. Mempunyai jangka waktu kegunaan relatif permanen lebih dari satu periode

akuntansi atau lebih dari satu bulan.

d. Memberikan manfaat dimasa yang akan datang

Fasilitas kerja merupakan salah satu pendorong untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan dengan efisien. Perkembangan teknologi yang semakin maju menuntut

manusia untuk bertindak cepat dalam melakukan sebuah pekerjaan, oleh sebab itu
18

setiap fasilitas kantor yang disediakan harus dapat dikuasai oleh pegawai.Peranan

fasilitas sangat dibutuhkan untuk memperlancar proses pekerjaan pegawai dalam

mengerjakan seluruh pekerjaan kantor21.

F. Tinjauan Pustaka

Terdapat penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang

peneliti lakukan, yaitu;

Pertama, penelitian ini dilakukan oleh Tulus Raja Situmeang, Harmein

Nasution, & Suwito dari jurnalnya yang berjudul “Strategi Peningkatan Kinerja

Aparatur Sipil Negara Pada Dinas Kebersihan Pertamanan & Pemadam

Kebakaran Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah”. Penelitian ini mengkaji

kinerja PNS khususnya dalam menyelenggarakan pelayanan publik di Unit

Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara di Pematangsiantar

serta untuk melihat fenomena seperti apa yang terjadi ditengah-tengah lingkungan

kerja PNS. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif.22

Kesimpulan yang diperoleh bahwa PNS yang berada di Unit Pelaksana

Teknis Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara di Pematang siantar telah

melakukan kerjanya dengan baik sehingga menghasilkan kinerja yang maksimal

pula. Mayoritas masyarakat yang pernah mempergunakan layanan jasa di Unit

Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara di Pematang siantar

mengaku telah mendapatkan pelayanan yang memuaskan. Responsivitas,

responbilitas, akuntabilitas, kualitas layanan, ketepatan waktu dalam melakukan

21
Ibid, hlm. 8
22
Ibid.,
19

pekerjaan, kebenaran hasil pekerjaan dan produktivitas PNS dinilai telah

maksimal dilakukan PNS dalam melakukan tugasnya. 23

Kedua, dari penelitian ini dilakukan oleh Agung Rizky Ariyo Putro dari

skripsinya yang berjudul “Peran dan Fungsi Pemadam Kebakaran Berdasarkan

Pasal 21 Ayat 2 Peraturan Bupati No.20 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pemadam Kebakaran

Kabupaten Sanngau”. Universitas Tanjung Pura, Tahun 2012. Dalam penelitian

ini, penulis menggunakan metode penelitian hukum sosiologis (sosio legal-

research) dengan pendekatan deskriptif analitis yaitu dengan menggambarkan

keadaan yang sebenarnya terjadi pada saat penelitian dilakukan. Kemudian

menganalisis fakta dan data tersebut untuk memperoleh kesimpulan terakhir 24.

Kesimpulan Penelitian ini bahwa dalam kenyataannya, tugas dan subbidang

pengendalian kebakaran Kabupaten Sanggau dirasa begitu berat jika melihat dari

substansinya yang hanya diletakkan dalam subbidang pada bagian Badan

Lingkungan hidup, kebersihan dan pemadam kebakaran. Sehingga menyulitkan

pemadam kebakaran dalam kelangsungan kelancaran operasi atau kinerjanya.25

Ketiga, dari penelitian Yayan Rudianto dari jurnalnya yang berjudul

“Implementasi Kebijakan Penyusuanan Penetapan Standar Pelayanan Minimal

Pada dinas Kebersihan, Pertamanan, & Pemadam Kebakaran Kabupaten Bekasi.”

Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan. Data yang ada yang

berkaitan dengan penetapan dan penyusunan standar pelayanan minimal, terutama

23
Ibid, hal. 8-9.
24
Agung Rizky Ariyo Putro, Peran dan Fungsi Pemadam Kebakaran Berdasarkan Pasal
21 Ayat 2 Peraturan Bupati No.20 Tahun 2008..., hlm. 22
25
Ibid, hal. 74.
20

data sekunder yang terdapat di lingkungan Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan

Pemadam Kebakaran penulis survei. Kegiatan survei ini dilakukan setelah

masalah penelitian dipilih.26

Terdapat dua fungsi Penyelenggaraan pemerintahan yakni fungsi

pengaturan (regulation) dan fungsi pelayanan (services). Kedua fungsi ini masih

belum konsisten dijalankan pemerintah daerah. Peraturan yang dibuat berbeda

dengan peraturan di atasnya, padahal pemerintah daerah bisa langsung

mengimplentasikan dalam bentuk program, atau melalui formulasi kebijakan

derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan

Standar Pelayanan Minimal, Bab VI Pelaporan, Pasal 16, (1) Bupati/Walikota

menyusun dan menyampaikan laporan umum tahunan kinerja penerapan dan

pencapaian SPM kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur. Namun dalam

pelaksanaan masih terdapat perbedaan bidang tugas dan SKPD yang harus

mempersiapkan penyusunan laporan tersebut, salah satunya adalah antara Dinas

Kebersihan, Pertamanan, dan Pemadam Kebakaran dengan Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten Bekasi.27

Penyelenggaraan pelayanan publik yang seharusnya berkualitas, oleh

sebab kesalahan memaknai kebijakan publik juga terpengaruh. Kinerja pelayanan

publik Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemadam Kebakaran tidak bisa

digambarkan secara utuh karena sebagian pekerjaan yang harus dilaporkan telah

menjadi tugas Dinas Pekerjaan Umum. Keterkaitan dua fungsi ini sangat kuat.
26
Yayan Rudianto, Implementasi Kebijakan Penyusuanan Penetapan Standar Pelayanan..
hal. 54
27
Ibid, hal. 78
21

Tugas pemerintah daerah adalah menjalankannya secara konsisten agar formulasi

kebijakan publik sesuai dengan kehendak publik dan penyelenggaraan pelayanan

publik yang berkualitas dapat tercapai.28

Adapun yang membedakan penelitian yang dilakukan oleh penelitian

terdahulu yaitu penelitian terdahulu lebih terfokus: Pertama oleh Tulus Raja

Situmeang, Harmein Nasution, & Suwito, penelitian ini mengkaji kinerja PNS

khususnya dalam menyelenggarakan pelayanan publik di Unit Pelaksana Teknis

Dinas Pendapatan Provinsi SumateraUtara di Pematangsiantar serta untuk melihat

fenomena seperti apa yang terjadi ditengah-tengah lingkungan kerja PNS. Kedua

oleh Agung Rizky Ariyo Putro, fokus kepada efektivitas peran dan fungsi

pemadam kebakaran berdasarkan Pasal 21 Ayat 2 Peraturan Bupati Nomor 20

Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Lingkungan

Hidup, Kebersihan Dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Sanggau. Ketiga,

penelitian oleh Yayan Rudianto, dengan fokus pada Implementasi Kebijakan

Penyusuanan Penetapan Standar Pelayanan Minimal Pada dinas Kebersihan,

Pertamanan, & Pemadam Kebakaran Kabupaten Bekasi.

28
Ibid, hal. 79
22

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Jambi.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian 01 Februari s.d 01 Agustus 2019.

B. Pendekatan Penelitian

Penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan yang

bersifat yuridis normatif dari tataran dogmatik dan teori hukum. Hal ini

dimaksudkan untuk mempelajari kaidah atau asas-asas hukum yang

berhubungan langsung dengan efektivitas unit pelaksana teknis dinas pemadam

kebakaran Jambi berdasarkan peraturan daerah Kota Jambi Nomor 04 tahun

2007 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja dinas pemadam kebakaran.

Untuk memperoleh gambaran tentang objek yang diteliti, serta dalam

usaha untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang telah dijabarkan

sebelumnya, maka dalam penelitian ini akan di sajikan dalam bentuk deskriptif

analitis. Secara deskriptif akan dibahas mengenai objek yang akan diteliti,

dalam hal ini mengenai efektivitas unit pelaksana teknis dinas pemadam

kebakaran Jambi berdasarkan peraturan daerah Kota Jambi Nomor 04 tahun

2007 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja dinas pemadam kebakaran.

Maka kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini


23

adalah dengan mempergunakan asas-asas hukum yang ada dan melakukan

sinkronisasi terhadap peraturan perundangan-undangan yang terkait terhadap

permasalahan peneliti.

C. Jenis dan Sumber Data

Penelitian yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah Jenis


penelitian lapangan ( field research) studi lapangan adalah pengamatan secara
langsung dilapangan yang dilandasi pengalaman dan pengetahuan teoritis
untuk menggali dan mengumpulkan data di Unit Pelaksana Teknis Inas
Pemadam Kebakaran Kota Jambi. Menggunakan juga penelitian hukum
normatif yang bersandar pada ketentuan peraturan perundang-undangan.29
Jenis penelitian ini, diambil sesuai dengan objek penelitian yang dikaji
melalui pendekatan kualitatif. Kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif.
Oleh karena itu Pengumpulan data ini, Penulis menggunakan metode yang
sifatnya deskriptif-analisis. Yang dimaksud dengan deskriptif adalah
menggambarkan karakteristik dan fenomena yang terdapat dalam Unit
Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Jambi Berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Jambi No. 04 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran. Dengan kata lain karakter dan
fenomena yang diuji ialah Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran
Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran,
mengenai Efektivitasnya. Adapun analisis disini adalah analisis dalam
pengertian Fundamentalis, yakni meneliti Landasan yang melatar belakangi
Efektivitas Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Jambi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi No. 04 Tahun 2007 tersebut.

29
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hlm. 43
24

1. Sumber Data
Dalam penelitian ini, penulis akan memperoleh data dari tiga sumber
yaitu :
a. Data Primer
Data Primer merupakan bahan hukum yang bersifat otoratif, artinya
mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-
undangan (PERDA), catatan resmi atau risalah dalam pembuatan peraturan
daerah. Bahan hukum primer yang digunakan adalah Peraturan Daerah No. 04
Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam
Kebakaran”. Data yang berkaitan dengan fokus penelitian dan merupakan hasil
dari pengumpulan peneliti sendiri selama berada dilokasi penelitian. Data-data
tersebut merupakan bahan analisis utama yang digunakan dalam penelitian ini
yang berupa hasil wawancara dan pengamatan pada Unit Pelaksana Teknis
Dinas Pemadam Kebakaran Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi
Nomor 04 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pemadam Kebakaran”.
b. Sekunder dan Tertier
Data Sekunder merupakan bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis

dan digunakan sebagai informasi pendukung dalam analisis data primer. Data

Sekunder juga adalah data penunjang yang diperoleh melalui pengumpulan data

dari hasil observasi dari penulis, serta dari studi pustaka. Dapat dikatakan data

sekunder karena dalam penelitian ini diperoleh dari teknik data ini terhadap

berbagai literatur kepustakaan, publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks,

kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum tentang permasalahan penelitian yaitu:

Efektivitas unit pelaksana teknis Dinas Pemadam Kebakaran Jambi Berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Jambi No. 04 Tahun 2007 tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran. Studi pustaka ini
25

dimaksudkan dapat menjadi dasar penyusunan desain penelitian, kerangka

pemikiran atau proses penulisan.

Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Adapun

jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Primer Data yang penulis ambil dari informasi dilapangan melalui

observasi dan wawancara dilokasi penelitian, data primer yang dimaksud 7

orang dari pihak Dinas Damkar Kota Jambi yang terkait dengan Penelitian

Ini.

b. Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data30. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah segala

data yang tidak berasal dari sumber data primer yang dapat memberikan dan

melengkapi serta mendukung informasi terkait dengan obyek penelitian baik

yang berbentuk buku, karya tulis, dan tulisan maupun artikel yang

berhubungan dengan objek penelitian.

D. Unit Analisis Data

Unit analisis dalam penulisan skripsi ini perlu dicantumkan apabila

penelitian tersebut adalah penelitian lapangan yang tidak memerlukan populasi

dan sampel. Unit analisis dapat berupa organisasi, baik itu organisasi pemerintah

maupun organisasi swasta atau sekelompok orang. 31

Unit analisis data dalam penulisan skripsi ini adalah organisasi di dinas

pemadam kebakaran Jambi yaitu unit pelaksana teknis dinas pemadam kebakaran

Jambi. Penetapan unit analisis ini didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Jambi
30
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, hlm. 18.
31
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Fakultas Syari‟ah IAIN STS Jambi,
2012), hlm. 62.
26

No. 04 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas

Pemadam Kebakaran.

Penelitian yang dilakukan tidak menggunakan populasi dan sampel,

namun hanya menggunakan dokumen-dokumen dari masyarakat dan pihak terkait

dan informasi-informasi yang berasal dari masyarakat atau pihak pelaksana

teknis dinas pemadam kebakaran Kota Jambi Informasi yang didapat melalui

wawancara dari narasumber jadi keseluruhan informannya berjumlah 3 orang

E. Instrumen Pengumpulan Data

Pada tahap ini tiga macam metode yang digunakan dalam

mengumpulkan data, yaitu:

a. Observasi Partisipan

Observasi Partisipan yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan pengamatan langsung dilapangan dengan objek yang diteliti.

Observasi yang digunakan adalah Observasi Partisipan karena pengamatan

dilakukan langsung, ikut terlibat dan mencatat langsung terhadap objek

penelitian. Observasi yang peneliti lakukan yaitu dengan mengamati

kegiatan-kegiatan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Kota

Jambi.

b. Wawancara (interview).

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data atau

wawancara mendalam (indept interview) untuk mendapatkan informasi

mengenai Efektivitas unit pelaksana teknis Dinas Pemadam Kebakaran Jambi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi No. 04 Tahun 2007 tentang


27

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran, peneliti

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Dalam

penelitian ini, informan yang diwawancarai adalah:

1) Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Jambi

2) Kasi Rencana Operasi dan penyelamat Pemadam Kebakaran Jambi

3) Kasi Operasional dan penyelamat Pemadam Kebakaran Jambi

c. Studi dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk menghimpun berbagai data sekunder yang

memuat informasi tertentu yang bersumber dari dokumen-dokumen yaitu :

berupa data foto dan laporan Tahunan kejadian kebakaran di Kota Jambi dan

Dokumen lainya yang tertulis yang berkaitan dengan kinerja Unit Pelaksana

Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota

Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

Dinas Pemadam Kebakaran”.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang penulis gunakan analisis kualitatif, pendekatan isi

(Content Analisis), yang menekankan pada pengambilan kesimpulan dan analisa

yang bersifat deskriptif-deduktif. Seluruh data diperoleh akan diklasifikasikan dari

bentuk yang bersifat umum, kemudian dikaji dan diteliti selanjutnya ditarik
28

kesimpulan yang mampu memberikan gambaran spesifik dan relevan mengenai

data tersebut.32

Menurut Bogdan sebagaimana di kutip oleh Sugiyono analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain.33 Sehingga mudah dipahami

dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Aktivitas analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan mengambil

kesimpulan lalu diverifikasi.

a. Reduksi Data

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan.

b. Penyajian Data

Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah data display atau

menyajikan data Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, tetapi yang

paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif dan di dalam skripsi ini

peneliti menggunakan teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan dengan

mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya masing-masing. Data yang

telah didapatkan dari hasil wawancara, dari sumber tulisan maupun dari sumber

pustaka. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teks yang bersifat naratif.

32
Bambang Sunggono, metodologi penelitian hukum, jakarta: Raja Grafido Persada, 2005,
hal. 125
33
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 90.
29

c. Kesimpulan/Verifikasi

Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. 34 Kesimpulan dalam

penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya

kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti.

Dari ketiga metode analisis data di atas penulis menyimpulkan bahwa,

ketiga metode ini yang meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan akan

penulis lakukan setelah semua data telah diperoleh melalui wawancara catatan

lapangan, dan juga memudahkan penulis di dalam mengetahui dan menarik

kesimpulan dari Efektivitas Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran

Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran, serta Faktor

Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Teknis Dinas Pemadam Kebakaran

Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan pemahaman secara runtut, pembahasan dalam

penulisan skripsi ini akan disistematisasi sebagai berikut:

34
Ibid, hlm. 252.
30

Pembahasan diawali dengan BAB I, Pendahuluan, mencakup Latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan

Penelitian, Kerangka Teori dan Tinjauan Pustaka.

BAB II dipaparkan, Metode Penelitian yang mencakup: Tempat dan

Waktu Peneltian, pendekatan Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Instrumen

Pengumpulan Data, Teknik Analisi Data, dan Sistematika Penulisan

BAB III dipaparkan tentang gambaran umum mengenai lokasi penelitian:

Demografi Uumum dan Historis Dinas Pemadam Kebakaran Jambi, Visi dan

Misi, Sarana dan Prasarana Dinas Pemadam Kebakaran Jambi.

BAB IV merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu pemaparan tentang

pembahasan dan hasil penelitian yaitu Efektivitas Unit Pelaksana Teknis Dinas

Pemadam Kebakaran Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04

Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam

Kebakaran, serta Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Teknis Dinas

Pemadam Kebakaran Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04

Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam

Kebakaran.

BAB V penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran, serta

dilengkapi dengan Daftar Pustaka, Lampiran dan Curriculum Vitae


31

BAB III

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Selayang Pandang Pemadam Kebakaran Kota Jambi

Dasar Pembentukkan Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam

Kebakaran Kota Jambi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun

2007 tentang Penanggulangan Bencana. Selanjutnya diatur dengan Permendagri

No. 46 tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja BPBD. Tujuan di

bentuknya Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Kota Jambi

adalah :

1. Memberikan perlindungan kepada masayarakat dari ancaman bencana

2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.

3. Menjamin terselenggaranya penanggulang bencana secara terencana,

terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh.

4. Menghargai budaya lokal.

5. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan kedermawanan

6. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

Kota Jambi merupakan daerah yang sangat rentan terhadap bencana

diantaranya Kebakaran, Banjir dan Angin Puting Beliung. Dari berbagai macam

bencana yang pernah terjadi dan pengalaman penanggulangan bencana masih

terkesan kurang optimal aparat pemerintah dilihat dari segi fasilitas maupun

personil yang tersedia serta kurang pemahaman masyarakat terhadap bencana.


32

Oleh karena itu perlu disusun pemahaman dan langkah yang sama secara

terencana, terpadu, terkoordinir, cepat dan tepat dalam penanggulangan bencana. 35

1. Visi dan Misi

1) Visi

“Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Kota Jambi

yang Siaga, Tanggap dan Berdaya terhadap Bencana”

Makna pernyataan Visi BPB dan Damkar Kota Jambi di atas adalah :

a. BPB dan Damkar Kota Jambi adalah Institusi pemangku kepentingan

Penyelenggaraan atas Penanggulangan Bencana di wilayah Kota Jambi.

b. Siaga adalah BPB dan Damkar Kota Jambi selalu mempersiapkan diri

pra bencana baik personil maupun sarana dan prasarananya.

c. Tanggap artinya BPB dan Damkar Kota Jambi yang memiliki kecepatan

dan ketepatan dalam memberikan pelayanan penanggulangan bencana.

d. Berdaya artinya BPB dan Damkar Kota Jambi mempunyai kekuatan,

kemampuan, kecepatan, dan ketangguhan dalam menanggulangi

bencana.

e. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

baik oleh faktor alam dan faktor non alam maupun faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

35
Sambutan Kepala BPB dan DAMKAR Kota di akses Rabu, 10 Juli 2019 di
Jambihttps://bpb-damkar.jambikota.go.id/index.php/sambutan-kepala-badan
33

2) Misi

a. Memberikan pelayanan prima dalam bidang pencegahan,

penanggulangan dan penyelamatan korban bencana.

b. Meningkatkan kwalitas dan kuantitas SDM aparatur dan personil

satuan tugas.

c. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat, swasta dan Instansi

Pemerintah dalam bidang pencegahan, penanggulangan,

penyelamatan dan Rekondisi korban bencana.

Meningkatkan penyediaan bahan logistik, sarana dan prasarana

kebencanaan.

Membangun Sistem Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana yang

terencana, terkoordinasi, menyeluruh dan berkelanjutan.36

36
Visi dan misi BPB dan Damkar Kota Jambi di akses Rabu, 10 Juli 2019 di
Jambihttps://bpb-damkar.jambikota.go.id/index.php/sambutan-kepala-badan
34

B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Pemadam Kebakaran dan

Penyelamatan Kota Jambi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 14 Tahun 2016 tentang

Pembentukkan dan Susunan Perangkat Daerah. Dinas Pemadam Kebakaran dan

Penyelamatan Kota Jambi merupakan perangkat daerah sebagai unsur pendukung

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Susunan organisasi

badan, terdiri dari: Susunan Organisasi terdiri atas37 :

a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat, membawahi :

1) Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan ;

2) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian ;

c. Bidan Pencegahan dan Peran Serta Masyarakat terdiri atas :

1) Seksi Pencegahan ;

2) Seksi Pendidikan dan Pelatihan ;

3) Seksi Peran Serta Masyarakat.

d. Bidang Sarana, terdiri atas :

1) Seksi Pengadaan;

2) Seksi Pergudangan dan Pendistribusian ;

3) Seksi Pengendalian Sarana.

e. Bidang Operasi dan Penyelamatan, terdiri atas :

1) Seksi Rencana Operasional ;

37
Renstra 2014-2018 Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi, hal. 7
35

2) Seksi Operasional dan Penyelamatan ;

3) Seksi Investigasi dan Sistem Proteksi Kebakaran Kota.

f. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Secara lengkap Struktur Organisasi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan

Kota Jambi, disajikan pada Gambar 2.1. berikut ini :38

Gambar II.1 Struktur Organisasi Dinas Pemadam Kebakaran dan

Penyelamatan Kota Jambi

Kepala

Sekretariat
Kelompok
Jabatan
Fungsional
Sub Bag Sub bagian umum
perencanan dan kepegawaian

Bidang pencegahan Bidang operasi


dan peran serta Bidang Sarana kebakaran dan
masyarakat penyelamatan

Seksi Kepegawaian Seksi Pengadaan Seksi rencana


operasi

Seksi pergudangan
Seksi Pendidikan Seksi operasional
dan distribusi
dan Latihan dan penyelamatan

Seksi Peran Serta Seksi pengendalian Seksi Investigasi


Masyarakat sarana dan sistem proteksi
kebakaran kota

UPTB

Sumber : Dokumen RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi

38
Ibid, hal.8
36

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi mempunyai tugas

pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang penanggulangan

bencana dan pemadam kebakaran serta tugas pembantuan. Dalam melaksanakan

tugas tersebut di atas, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi

mempunyai fungsi 39:

a. perumusan kebijakan teknis di bidang pencegahan, penanggulangan dan

penyelamatan pemadam kebakaran dan bencana lainnya;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

pencegahan, penanggulangan dan penyelamatan pemadam kebakaran dan

bencana lainnya;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup bidang

pencegahan, penanggulangan dan penyelamatan pemadam kebakaran dan

bencana lainnya;

d. penyelenggaraan pendataan, pemetaan, pencegahan, pengawasan,

pengendalian, penanggulangan dan penyelamatan di bidang pemadam

kebakaran dan bencana lainnya;

e. pemberian rekomendasi kelaikan bangunan terhadap antisipasi ancaman

bencana kebakaran dan bencana lainnya;

f. pengkoordinasian hubungan kerjasama dengan instansi pemerintah, swasta

dan masyarakat untuk kepentingan pelaksanaan tugas;

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan

39
Ibid,.
37

fungsinya.40

Berdasarkan penjelasan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2016, Dinas

Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi mempunyai fungsi

koordinasi, komando dan pelaksana dalam penanggulangan bencana. Dalam

fungsi koordinasi, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan melakukan

koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah lainnya, instansi vertikal yang

ada di daerah, lembaga usaha, dan/atau pihak lain yang diperlukan pada tahap pra

bencana dan pasca bencana. Pada fungsi komando, Dinas Pemadam Kebakaran

dan Penyelamatan Kota Jambi melaksanakan penanggulangan bencana dengan

pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik dari Satuan Kerja Perangkat

Daerah lainnya, instansi vertikal yang ada di daerah serta langkah-langkah lain

yang diperlukan dalam rangka penanganan darurat bencana. Sedangkan pada

fungsi pelaksana, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi

melaksanakan penanggulangan bencana secara terkoordinasi dan terintegrasi

dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah lainnya di daerah, instansi vertikal yang

ada di daerah dengan memperhatikan kebijakan penyelenggaraan penanggulangan

bencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain fungsi dimaksud,

secara khusus di Kota Jambi penanganan pemadaman kebakaran menjadi salah

satu fungsi yang ada di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi

yang semula fungsi ini berada pada SKPD Dinas Pemadam Kebakaran Kota

Jambi.41

40
Ibid, hal. 9
41
Ibid, hal. 9-10
38

Adapun tugas pokok dan fungsi dari organisasi Dinas Pemadam Kebakaran dan

Penyelamatan Kota Jambi adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Walikota dalam memimpin,

mengkoordinasikan dan mengendalikan kebijakan Dinas Pemadam Kebakaran

dan Penyelamatan Kota Jambi. Terintegrasi yang meliputi prabencana, saat

tanggap darurat dan pasca bencana. Dalam melaksanakan tugasnya mempunyai

fungsi :

a. Pengkoordinasian penyelenggaraan penanggulangan bencana dan Pemadam

Kebakaran;

b. Pengkomandoan penyelenggaraan penanggulangan bencana dan Pemadam

Kebakaran;

c. Pelaksana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana dan Pemadam

Kebakaran.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Dinas dibantu oleh :

1) Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas membantu dan bertanggungjawab kepada

Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas kesektretariatan yang meliputi ;

a. Urusan umum dan kepegawaian, keuangan dan perencanaan; dan

b. Tugas lain yang duberikan oleh kepala dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretariat mempunyai

fungsi :
39

a. Penyusunan rencana kegiatan dan standar operasional prosedur dinas

sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

b. penyelenggaraan, pembinaan ketatausahaan dan kepegawaian;

c. penyelenggaraan dan pengelolaan Inventarisasi barang;

d. penyelenggaraan dan pengelolaan administrasi keuangan;

e. penghimpunan bahan pelaksanaan program rencana kerja dari bidang-

bidang guna penyusunan laporan tahunan;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan

bidang tugasnya.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud, sekretariat

dipimpin oleh seorang sekretaris dan dibantu oleh :

a) Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan

Mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam melaksanakan penyusunan

program dibidang pemadam kebakaran dan penyelamatan, dengan rincian tugas

sebagai berikut :

a. menyusun rencana kerja dan standar operasional prosedur sub bagian

perencanaan dan keuangan.

b. menghimpun bahan dan menyusun rencana strategis dinas;

c. menghimpun bahan dan menyusun rencana kerja dan anggaran (RKA) dan

dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) dinas oleh unit kerja dinas pemadam

kebakaran dan penyelamatan ;

d. melakukan pengawasan melekat, budaya kerja dan laporan kinerja baik

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP) dan laporan akuntabilitas


40

kinerja instansi pemerintah (LAKIP) sebagai bahan pertanggungjawaban dan

masukan bagi pemerintah daerah;

e. melakukan konsultasi pelaksanaan kegiatan dengan unit/instansi atau lembaga

terkait untuk mendapatkan masukan dalam kelancaran pelaksanaan tugas;

f. merencanakan dan melaksanakan pengelolaan pusat komando operasi

penanggulangan dan penyelamatan bencana kebakaran;

g. mengoordinasikan penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan

dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) sekretariat;

h. melaksanakan ketatausahaan dan laporan keuangan;

i. menyelenggarakan pembukuan, perbendaharaan dan kas baik APBN, APBD

provinsi dan APBD kota jambi;

j. menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan dan melaporkan

penerimaan retribusi edinas pemadam kebakaran dan penyelamatan;

k. merencanakan kebutuhan biaya penyelenggaraan operasional dinas;

l. menerima dan meneliti kelengkapan serta memproses surat permintaan

pembayaran (SPP) yang diajukan oleh bendahara;

m. menerima dan meneliti/menguji kelengkapan persyaratan tagihan pengeluaran

belanja;

n. menghimpun bahan dan menyusun bahan pertanggungjawaban keuangan

dinas;

o. merencanakan kebutuhan biaya penyenggaraan, konsultasi, perjalanan dinas

dalam dan luar negeri;


41

p. membuat laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan serta pelaksanaan

tugas kedinasan lainnya sesuai dengan tupoksi untuk dipergunakan sebagai

bahan masukan pemerintah daerah;

q. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang

tugasnya.

b) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Sub Bagian Umum dan kepegawaian mempunyai tugas membantu

Sekretaris dalam melaksanakan urusan umum dan kepegawaian, dengan rincian

tugas sebagai berikut :

a. menyusun rencana kerja dan standar operasional prosedur sub bagian umum

dan kepegawaian;

b. melaksanakan ketatausahaan, kepegawaian, kearsipan, perlengkapan kantor

dan kerumahtanggaan dinas untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas;

c. menyusun, meneliti dan meregistrasi keputusan kepala dinas;

d. menyiapkan dan menyusun rancangan keputusan Walikota Jambi;

e. menyusun analisis jabatan, analisis beban kerja, peta jabatan dan uraian tugas

terhadap seluruh jabatan pada dinas pemadam kebakaran dan penyelamatan;

f. menyusun standar operasional prosedur pada dinas pemadam kebakaran dan

penyelamatan;

g. melaksanakan adiministrasi dan surat menyurat kedinasan serta operasional

kendaraan dinas;

h. menyelenggarakan pembukuan dan pelaporan barang-barang inventaris baik

aset milik daerah/pusat;


42

i. menyiapkan rencana kebutuhan, pengembangan aparatur dan mutasi pegawai

di lingkungan dinas pemadam kebakaran dan penyelamatan;

j. memberikan layanan informasi/humas dan protokol kepada masyarakat/pihak

terkait secara transparan atau akurat;

k. menempatkan satuan tugas, pengemudi, teknisi/mekanik untuk operasional

pencegahan dan penanggulangan serta penyelamatan bencana kebakaran dan

bencana lainnya;

l. membuat laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan. melaksanakan

tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

2) Bidan Pencegahan dan Peran Serta Masyarakat

a. Bidang pencegahan dan peran serta masyarakat berkedudukan sebagai

unsur pembantu kepala dinas dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi

sesuai dengan bidangnya;

b. Bidang pencegahan dan pean serta masyarakat dipimpin oleh kepala

bidang yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala

dinas melaui sekretaris;

c. Kepala bidang pencegahan dan peran serta masyarakat mempunyai tugas

membantu kepala dinas dalam melaksanakan tugas dibidang pencegahan

dan peran serta masyarakat yang meliputi :

d. Pendataan, pemetaan, pemeriksaan, pencegahan, pengawasan, diklat,

penyuluhan dan peragaan; dan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan

bidang tugasnya.
43

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Bidan Pencegahan dan Peran

Serta Masyarakat mempunyai tugas antara lain :

a. penyusunan rencana kerja dan standar opersional prosedur bidang

pencegahan dan peran serta masyarakat;

b. pembagian tugas, memberi petunjuk teknis, memeriksa hasil kerja

bawahan agar tercapai efektivitas pelaksanaan tugas;

c. pengkoordinasian dan melaksanakan kebijakan bidang pencegahan dan

peran serta masyarakat meliputi pendataan, pemetaan, pemeriksaan,

pengawasan dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman

bahaya untuk mengurangi dan menghilangkan resiko bahaya kebakaran

dan bencana lainnya;

d. pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencegahan pada tahap

kebakaran dan bencana lainnya;

e. pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi dan lembaga terkait dalam

rangka pencegahan pada kebakaran dan bencana lainnya;

f. penyusunan standar teknis pencegahan, penanggulangan dan penyelamatan

dari bencana kebakaran dan bencana lainnya;

g. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran,

kepedulian, kemampuan dan peran serta masyarakat dalam menghadapi

bencana kebakaran dan bencana lainnya;

h. pemantauan, mengevaluasi dan analisis laporan tentang pelaksanaan

kebijakan di bidang pencegahan dan peran serta masyarakat pada pra

kebakaran dan prabencana lainnya;


44

i. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan

bidang tugasnya.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud, Bidang

Pencegahan, Kesiapsiagaan Kebakaran dibantu oleh :

(1) Seksi Pencegahan

Seksi Pencegahan mempunyai tugas membantu Kepala Bidang

Pencegahan dan peran serta masyarakat dalam urusan pencegahan, dengan rincian

tugas sebagai berikut :

a. menyusun rencana kegiatan dan standar operasional prosedur seksi

pencegahan;

b. menyusun bahan kebijakan teknis upaya pencegahan kebakaran dan

bencana lainnya;

c. melaksanakan kegiatan pencegahan kebakaran dan bencana lainnya

meliputi pendataan, pemetaan, pengawasan dan pengenalan terhadap

sumber bahaya atau ancaman bencana kebakaran dan bencana lainnya

untuk mengurangi dan menghilangkan resiko bahaya kebakaran dan resiko

bahaya bencana lainnya;

d. menyiapkan bahan pertimbangan terhadap perancangan keselamatan

kebakaran bangunan gedung serta pengangkutan dan pergudangan bahan

berbahaya;

e. memberikan peringatan dini kepada masyarakat tentang kemungkinan

terjadinya bencana kebakaran dan bencana lainnya pada suatu tempat

secara langsung atau melalui media cetak maupun elektronik;


45

f. melaksanakan pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencegahan dan

mitigasi pada tahap prakebakaran dan prabencana lainnya;

g. Melaksanakan hubungan kerja dengan instansi dan lembaga terkait di

bidang pencegahan dan mitigasi pada prakebakaran dan prabencana

lainnya;

h. menyusun standar teknis pencegahan dan mitigasi kebakaran dan bencana

lainnya berdasarkan pedoman yang telah ditetapkan untuk pedoman

pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran dan bencana lainnya;

i. memantau, mengevaluasi dan analisis laporan tentang pelaksanaan

pencegahan dan mitigasi kebakaran pada prakebakaran dan prabencana

lainnya;

j. membuat laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan;

k. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan baik sesuai

dengan bidang tugasnya.

(2) Seksi Pendidikan dan Pelatihan

Mempunyai tugas membantu Kepala Bidan Pencegahan dan Peran Serta

Masyarakat dalam melaksanakan urusan pendidikan dan pelatihan, dengan rincian

tugas sebagai berikut :

a. menyusun rencana kegiatan dan standar operasional prosedur Seksi

Pendidikan dan Pelatihan;

b. melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan serta pembinaan personil

pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana lainnya dilingkungan

dinas;
46

c. melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan pencegahan,

penanggulangan dan penyelamatan pemadam kebakaran dan bencana lainnya

untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian, kemampuan, dan kesiapsiagaan

personil, masyarakat, instansi pemerintah/swasta serta kalangan dunia usaha

dalam menghadapi bencana kebakaran dan bencana lainnya;

d. menyusun standar teknis kediklatan berdasarkan pedoman yang telah

ditetapkan untuk diklat pencegahan dan penanggulangan pemadam kebakaran

dan bencana lainnya;

e. memantau, mengevaluasi dan analisis laporan tentang pelaksanaan

pendidikan dan pelatihan;

f. membuat laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan,

g. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang

tugasnya.

(3) Seksi Peran Serta Masyarakat (PERTAMAS)

Mempunyai tugas membantu kepala bidang pencegahan dan peran serta

Masyarakat dalam melaksanakan urusan pembinaan dan pengembangan peran

serta masyarakat dalam pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana

lainnya, dengan rincian tugas sebagai berikut;

a. menyusun rencana kegiatan dan standar operasional prosedur seksi peran

serta masyarakat;

b. menyusun bahan kebijakan teknis pengelolaan informasi dan publikasi

pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana lainnya;


47

c. melaksanakan kegiatan pelayanan dan pelaksanaan tindak lanjut

pengaduan masyarakat;

d. melaksanakan publikasi kegiatan dinas dan mengelola website dinas;

e. melaksanakan kegiatan peningkatan ketahanan masyarakat lingkungan

terhadap bahaya kebakaran dan bencana lainnya;

f. memfasilitasi pembentukan, pembinaan dan pengembangan sitem

keselamatan kebakaran dan bencana lainnya yang berbasis lingkungan

(SKKL);

g. melaksanakan kegiatan penyuluhan pencegahan dan pemadaman

kebakaran serta penanggulangan bencana lainnya;

h. melaksanakan kegiatan penyediaan, pembinaan dan pendayagunaan serta

pendokumentasian kegiatan korps music;

i. membuat laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan,

j. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai

bidang tugasnya.

3) Bidang Sarana42

1) Bidang sarana berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala dinas dalam

penyelenggaraan tugas dan fungsinya;

2) Bidang sarana dipimpin oleh kepala bidang yang berada dibawah dan

bertanggungjawab kepada kepala dinas melalui sekretaris;

3) Kepala bidang sarana mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam

melaksanakan tugas dibidang sarana yang meliputi :

42
Ibid, hal. 18
48

a. koordinasi perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan ditribusi;

b. pengendalian sarana pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana;

dan

c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan

bidang tugasnya.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Bidang Sarana mempunyai fungsi :

a. penyusunan rencana dan program kerja serta standar opersional prosedur

di bidang sarana;

b. penyusunan bahan standarisasi sarana pemadaman kebakaran dan

penanggulangan bencana lainnya;

b. penyusunan rencana kebutuhan dan pengadaan sarana pemadaman

kebakaran dan penanggulangan bencana lainnya;

c. pengkoordinasi hubungan kerja dengan instansi dan lembaga terkait serta

pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik;

d. penyimpanan, pencatatan/pembukuan dan penyaluran sarana pemadaman

kebakaran dan penanggulangan bencana lainnya;

e. pelaksanaan kegiatan pengendalian penggunaan sarana pemadaman

kebakaran dan penanggulangan bencana lainnya;

f. pemberian data dan informasi mengenai ketersedian dan kondisi sarana

pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana lainnya;

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan

bidang tugasnya.
49

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud, Bidang

Sarana dibantu oleh :

1) Seksi Pengadaan

Seksi Pengadaan mempunyai tugas membantu kepala bidang sarana dalam

urusan kegiatan proses pengadaan sarana pemadaman kebakaran dan

penanggulangan bencana, dengan rincian tugas sebagai berikut :

a. menyusun rencana kegiatan dan standar operasional prosedur seksi

pengadaan;

b. merencanakan kebutuhan sarana pemadaman kebakaran dan penanggulangan

bencana lainnya antara lain bahan pemadam, bahan bakar minyak, pelumas,

suku cadang kendaraan operasional dan peralatan teknis operasional;

c. melaksanakan kegiatan pengadaan dan/atau proses pengadaan kebutuhan

sarana pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana lainnya antara

lain bahan pemadam, bahan bakar minyak, pelumas, suku cadang kendaraan

operasional dan peralatan teknis operasional;

d. membuat laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan;

e. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang

tugasnya..

2) Seksi Pergudangan dan Distribusi

Seksi Pergudangan dan Pendistribusian mempunyai tugas membantu

kepala bidang sarana dalam urusan penyimpanan dan penyaluran sarana

pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana, dengan rincian tugas

sebagai berikut:
50

a. menyusun rencana kegiatan dan standar operasional prosedur seksi

pergudangan dan distribusi;

b. menyusun pedoman/petunjuk teknis/petunjuk pelaksanaan kegiatan

penyimpanan dan penyaluran sarana pemadaman kebakaran dan

penanggulangan bencana lainnya;

c. melaksanakan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran sarana

pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana lainnya antara lain

bahan pemadam, bahan bakar minyak, pelumas, suku cadang kendaraan

operasional dan peralatan teknis operasional;

d. melaksanakan kegiatan pencatatan, penataan dan pemeliharaan terhadap

persediaan barang-barang dalam gudang;

e. menginformasikan ketersediaan dan kondisi bahan pemadam, peralatan

teknis operasional kepada atasan pada saat operasi pemadaman kebakaran

dan penanggulangan bencana lainnya dalam gudang;

f. menyiapkan bantuan logistik untuk operasi pemadaman kebakaran dan

penanggulangan bencana lainnya;

b. membuat laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan;

c. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan seuai dengan bidang

tugasnya.

3) Seksi Pengendalian Sarana

Seksi pengendalian sarana mempunyai tugas membantu kepala bidang

sarana dalam urusan pengendalian sarana pemadaman kebakaran dan

penanggulangan bencana lainnya, dengan rincian tugas sebagai berikut:


51

a. menyusun rencana kegiatan dan standar operasional prosedur seksi

pengendalian sarana;

b. menyusun pedoman/petunjuk teknis/petunjuk pelaksanaan kegiatan

pengendalian sarana pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana

lainnya;

c. menginventaris sarana peralatan dan kendaraan operasional pemadaman

kebakaran dan bencana lainnya yang rusak atau tidak layak pakai/jalan;

d. melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan perawatan sarana peralatan dan

kendaraan dinas operasional pemadaman kebakaran dan penanggulangan

bencana lainnya;

e. menghimpun, mencatat dan mengusulkan mutasi dan penghapusan sarana

pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana kepada kepala dinas

melalui sekretariat;

f. menghimpun data usulan perbaikan terhadap kendaraan operasional

pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana lainnya;

g. mengembangkan bengkel teknik dan pembinaan mekanik;

h. membuat laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan;

i. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang

tugasnya.

4) Bidang Operasi dan Penyelamatan

(1) Bidang operasi dan penyelamatan berkedudukan sebagai unsur pembantu

kepala dinas dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi sesuai dengan bidangnya;
52

(2) Bidang operasi dan penyelamatan dipimpin oleh kepala bidang yang berada

dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala dinas melalui sekretaris;

(3) Kepala bidang operasi dan penyelamatan mempunyai tugas membantu kepala

dinas didalam bidang operasi dan penyelamatan meliputi :

a. pengendalian operasi pemadaman kebakaran dan pelaksanaan penyelamatan

jiwa; dan

b. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan

bidang tugasnya.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Bidang Operasi dan Penyelamatan

mempunyai fungsi :

a. penyusunan rencana dan program kerja serta standar operasional prosedur

di bidang operasi dan penyelamatan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

b. penyusunan pedoman pengendalian operasi penanggulangan kebakaran

dan pelaksanaan penyelamatan;

c. penyiapan dukungan operasi pemadaman kebakaran dan penanggulangan

bencana lainnya;

d. pemberian bantuan penyelamatan jiwa dari bencana kebakaran dan

bencana lainnya;

e. pengelolaan sistem informasi manajemen kebakaran dan bencana lainnya;

f. penyajian data dan informasi dalam rangka kegiatan operasi pemadaman

kebakaran dan penanggulangan bencana lainnya;

g. pemberian informasi dan saran tindak, taktik dan strategi operasi

pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana lainnya;


53

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan

bidang tugasnya.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud, Bidang Operasi

dan Penyelamatan dibantu oleh:

(1) Seksi Rencana Operasional

Seksi Rencana Operasional mempunyai tugas membantu kepala bidang

operasi dan penyelamatan dalam penyusunan rencana operasi, dengan rincian

tugas sebagai berikut:

a. menyusun rencana kegiatan dan standar operasional prosedur seksi rencana

operasi;

b. menyusun bahan pembuatan rencana operasi pemadaman kebakaran dan

bencana lainnya;

c. melaksanakan pengelolaan pusat komando operasi pemadaman kebakaran

dan penyelamatan serta bencana lainnya;

d. mengevaluasi rencana operasi pemadam kebakaran dan bencana lainnya;

e. melaksanakan kegiatan pemantauan kesiapan peralatan dan keterampilan

personil untuk menjamin kesiapan operasi;

f. melaksanakan kegiatan latihan gabungan operasi pemadaman kebakaran dan

penanggulangan bencana lainnya;

g. membuat laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan;

h. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan seuai dengan bidang

tugasnya.
54

(2) Seksi Operasional dan Penyelamatan

Seksi Operasional dan Penyelamatan mempunyai tugas membantu kepala

bidang operasi dan penyelamatan dalam urusan pengendalian operasi pemadaman

kebakaran dan penyelamatan, dengan rincian tugas sebagai berikut:

a. menyusun rencana kegiatan dan standar operasional prosedur seksi opersional

dan penyelamatan;

b. menyusun bahan kebijakan teknis pelaksanaan pengendalian operasi

pemadaman kebakaran dan penyelamatan serta bencana lainnya;

c. melaksanakan kegiatan evaluasi pelaksanan operasi pemadaman kebakaran

dan penyelamatan serta bencana lainnya;

d. mengatur dan mengendalikan jalur komunikasi operasi pemadaman

kebakaran dan penyelamatan serta bencana lainnya;

e. melaksanakan pengelolaan sistem informasi manajemen kebakaran dan

bencana lainnya;

f. melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pelaksanaan

pemadaman kebakaran, bencana lainnya dan penyelamatan satuan kerja

perangkat daerah (SKPD), unit kerja perangkat daerah (UKPD) dan/atau

instansi pemerintah/swasta/masyarakat;

g. memberikan informasi dan saran tindak, taktik, dan strategi operasi kepada

kepala dinas pada saat operasi pemadaman kebakaran dan penanggulangan

bencana;

h. membuat laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan;


55

i. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan seuai dengan bidang

tugasnya.

(3) Seksi Investigasi dan Sistem Proteksi Kebakaran Kota

Seksi Investigai dan Sistem Proteksi Kebakaran Kota mempunyai tugas

membantu kepala bidang operasi dan penyelamatan dalam urusan investigasi dan

system proteksi kebakaran kota, dengan rincian tugas sebagai berikut:

a. menyusun rencana kegiatan dan standar operasinal prosedur seksi investigasi

dan sistem proteksi kebakaran kota;

b. melaksanakan investigasi dengan instansi terkait atas kejadian kebakaran dan

bencana lainnya;

c. melaksanakan inventarisasi atas kerugian dan korban jiwa yang ditimbulkan

akibat kejadian kebakaran dan bencana lainnya;

d. melaksanakan kegiatan pengawasan terhadap penerapan persyaratan

keselamatan kebakaran pada bangunan gedung dalam masa konstruksi;

e. melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan uji coba terhadap persyaratan

pencegahan kebakaran pada bangunan gedung baru, penyimpanan dan

penggunaan serta pengangkutan bahan berbahaya sebelum digunakan;

f. menyiapkan pemberian rekomendasi sebagai bahan penerbitan sertifikat laik

fungsi untuk bangunan gedung baru atau sertifikat keselamatan kebakaran

untuk bangunan gedung lama;

g. menyiapkan pemberian persetujuan sebagai bahan penerbitan izin laik pakai

kendaraan angkutan bahan berbahaya;


56

h. melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan verifikasi terhadap hasil

pemeriksaan pengkaji teknis bangunan gedung;

i. melaksanakan kegiatan pengawasan dan pemeriksaan sewaktu-waktu

terhadap kondisi kesiapan keselamatan kebakaran pada bangunan gedung dan

penyimpanan, penggunaan serta pengangkutan bahan berbahaya;

j. melaksanakan investigasi dan pemeriksaan hydrant kota dan hydrant gedung

serta sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung;

k. membuat laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan;

l. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan seuai dengan bidang

tugasnya.

5) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

a. Pada dinas dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas (UPTD);

b. UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk untuk melaksanakan

tugas teknis operasional dan/atau teknis penunjang;

c. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan dan rincian tugas UPTD

diatur dengan Peraturan Walikota.

6) Kelompok Jabatan Fungsional

Pada badan dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB). Yang

memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :

a. Kelompok jabatan fungsional berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala

dinas dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya.


57

b.Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dikoordinir oleh seorang

tenaga fungsional senior selaku ketua kelompok yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada kepala dinas.

c. Tenaga fungsional senior sebagaimana dimaksud berdasarkan kepangkatan.

d. Jumlah tenaga fungsional berdasarkan kebutuhan, beban kerja dan

kemampuan keuangan daerah.

e. Tenaga fungsional dalam menyelenggarakan tugasnya diatur dengan Peraturan

Walikota.

1. Kondisi Umum Pegawai

Jumlah personil di Badan Penangulangan Bencana dan Pemadam

Kebakaran Kota Jambi sebanyak 216 orang yang terdiri 91 orang PNS dan 125

orang pegawai honor. Dari jumlah personil sebanyak 91 orang tersebut, 17 orang

adalah pejabat struktural, 36 orang pelaksana administrasi dan 38 orang anggota

pemadam kebakaran. Selain pegawai juga terdapat relawan satuan tugas

penanggulangan bencana yang berjumlah 130 orang. Untuk selengkapnya dapat

dilihat tabel berikut :

Tabel II.1. Jumlah Pegawai BPBD dan Pemadam kebakaran Kota Jambi 43

NO Pegawai Jumlah (orang) %

1. PNS 91 41.18

2. Kontrak/ Honor 130 58.82

Jumlah 221 100

Sumber : Dokumen RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi

43
Ibid, hal. 27
58

a. Jumlah Pegawai yang Menduduki Jabatan dan Staf

Dari 216 orang PNS yang ada di Badan Penanggulangan Bencana dan

Pemadam Kebakaran Kota Jambi, pengisian formasi jabatan struktural di Badan

Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran sebanyak 17 orang, meliputi :

1 orang pejabat Eselon II, 5 orang pejabat Eselon III dan 11 orang pejabat Eselon

IV. Selengkapnya dapat dilihat tabel dibawah ini.

Tabel II.2. Jumlah pegawai yang menduduki Jabatan dan Staf 44

NO Jabatan/Staf Jumlah (orang) %

1 Eselon II 1 0,60

2 Eselon III 5 3,04

3 Eselon IV 11 6,73

4 Staf Administrasi 37 22,56

5 Petugas Pemadam Kebakaran 135 67,07

Jumlah 185 100

Sumber : Dokumen RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi

b. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan/ Pangkat

Bilamana dilihat dari golongan/pangkat, dari 216 pegawai yang ada, golongan IV

sebanyak 6 orang (6,59 %), golongan III sebanyak 32 orang (35,16 %), golongan

II sebanyak 52 orang (57,14 %), dan golongan I sebanyak 1 orang (1,10 %).

Selengkapnya dapat dilihat tabel berikut.

44
Ibid, hal. 28
59

Tabel II.3. Jumlah pegawai Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan


Kota Jambi berdasarkan Pangkat/Golongan 45
NO Pangkat/Golongan Jumlah (orang) %

1 Pembina Utama Muda (IV/c) 1 1.10

2 Pembina Tingkat I (IV/b) 2 2.20

3 Pembina (IV/a) 3 3.30

4 Penata Tk I (III/d) 11 12.09

5 Penata (III/c) 4 4.40

6 Penata Muda Tk I (III/b) 13 14.29

7 Penata Muda (III/a) 4 4.40

8 Pengatur Tk. I (II/d) 4 4.40

9 Pengatur (II/c) 16 17.58

10 Pengatur Muda Tk. I (II/b) 29 31.87

11 Pegatur Muda (II/a) 3 3.30

12 Juru Tk. I (I/d) 1 1.10

Jumlah 91 100

Sumber : Dokumen RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi

c. Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan

Apabila dilihat dari tingkat Pendidikan pegawai Dinas Pemadam

Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi yang ada, maka status pendidikan

dengan SLTA/SMK lebih mendominasi yaitu sebesar 57,14 %, sedangkan yang

paling rendah yaitu tingkat SMP dan SD sebesar 2,20 %.Selengkapnya dapat

dilihat tabel dibawah ini.

45
Ibid,.
60

Tabel II.4. Jumlah pegawai Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan


Kota Jambi berdasarkan Pendidikan tahun 2016.46
NO Pangkat/Golongan Jumlah (orang) %

1 Starata - 2 (S2) 6 6.59

2 Starata - 1 (S1) 28 30.77

3 Sarjana Muda (D1/D2) 3 3 .30

4 SLTA/SMK 52 57.14

5 SLTP 0 0.00

6 SD 2 2.20

Jumlah 91 100

Sumber : Dokumen RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi

d. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kesarjanaan

Apabila dilihat dari jenis kesarjanaan/disiplin ilmu, terdapat 6,59 % pegawai

dengan tingkat strata-2 dengan 2 jenis disiplin ilmu, sedangkan strata-1 sebesar

30,77 % yang terdiri dari 5 jenis disiplin ilmu. Selengkapnya dapat dilihat tabel

berikut.

Tabel II.5. Jumlah Pegawai Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan


Kota Jambi berdasarkan Jenis Kesarjanaan
No Kesarjanaan/ Disiplin Ilmu Jumlah (orang)

A. MAGISTER

1. Ilmu Administrasi -

2. Magister Scient 1

3. Magister Ekonomi 2

46
Ibid,.hal. 29
61

4. Magister Profesional

B. SARJANA

1. Ilmu Hukum -

2. Kesejahteraan Sosial 1

3. Ekonomi 12

4. Teknik Mesin 1

5. Manajemen 22

C. SARJANA MUDA

1. Administrasi -

D. KEJURUAN 20

E. UMUM (SLTA, SLTP, SD) 32

JUMLAH 91

Sumber : Dokumen RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi

Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan klasifikasi kedisiplinan

ilmu, pegawai yang ada di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota

Jambi belum ada yang secara khusus memiliki disiplin ilmu tentang kebencanaan.

2. Kondisi Umum Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang kerlancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas

Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi telah tersedia Sarana dan

Prasarana seperti yang terlihat pada table-tabel berikut ini :


62

Tabel II.6 Sarana Pos Pelayanan Pemadam Kebakaran, Fire Truck dan

Jumlah Personil Satuan Tugas Siaga Tahun 2016 47

No Lokasi Posyankar Fasilitas Pendukung Keterangan

Armada Total Satgas Satgas Siaga

1 Markas 7 Unit 93 Orang 31 4 FT Baik,


Komando
Damkar Orang/Hari 1 Rusak,

1 Supply

2 Posyankar 1 Unit 17 Orang 5 1 FT Baik


Jambi Orang/Hari
Selatan

3 Posyankar 1 Unit 17 Orang 31 1 FT Baik


Jambi Kota Orang/Hari
Seberang

4 Posyankar 1 Unit 17 Orang 5 1 FT Baik


Jambi Orang/Hari
Timur

5 Posyankar 1 Unit 17 Orang 5 1 FT Baik


Kota Baru Orang/Hari

6 Posyankar - Unit - Orang -Orang/Hari Pondasi dan


Pelayangan Lantai

Sumber : Dokumen RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi

47
Ibid, hal. 31
63

Tabel II.7 Mobil Operasional Utama Pemadaman Kebakaran Kota Jambi


Tahun 201648
No Kendaraan Operasional Merk Jumlah Keterangan

1 Mobil Tangga/ Hydrolic -

2 Mobil Resque Ford 1 Unit Bantuan


BNPB Tahun
2014

3 Mobil Pompa/ Fire Truck Isuzu 1 Unit Keluaran


Tahun 1977

4 Fire Truck 10.000 Liter Fuso 1 Unit Keluaran


Tahun 1978/
Rusak Berat

5 Fire Truck 10.000 Liter Isuzu 1 Unit Keluaran


Tahun 1983/
Rusak Berat

6 Fire Truck 5.000 Liter Mercy 1 Unit Keluaran


1971 Tahun 1995/
Rusak Berat

7 Fire Truck 5.000 Liter Mercy 1 Unit Keluaran


Tahun 1996

8 Fire Truck 10.000 Liter Mitsubishi 1 Unit Keluaran


Fuso Tahun 2003
190/PS

9 Fire Truck 5.000 Liter Mitsubishi 2 Unit Keluaran


Fuso Tahun 2004
190/PS

10 Fire Truck 10.000 Liter Mitsubishi 1 Unit Keluaran


Fuso Tahun 2006

11 Fire Truck 5.000 Liter Isuzu 1 Unit Hibah


Provinsi
Tahun 2011
12 Fire Truck 3.000 Liter Isuzu 1 Unit Keluaran

48
Ibid, hal. 31
64

Tahun 2012

Hino 3 Unit Pengadaan


Dutro Tahun 2014

13 Fire Truck 3.000 Liter Hino 1 Unit Pengadaan


Dutro Tahun 2014

14 Gerobak Motor VIAR 1 Unit Pengadaan


Pemadam Tahun 2016

15 Fire Truck 4.000 Liter Hino 1 Unit Pengadaan


Doble Tahun 2016
Kabin

TOTAL 16 unit

Sumber : Dokumen RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi

Tabel II. 8 Kendaraan Pendukung Operasional Pemadaman Kebakaran


Tahun 201649
Kendaraan Pendukung
No Operasional Merk Jumlah Keterangan

1 Mobil Komando Isuzu 1 Unit Keluaran


Fanther Tahun 2006

2 Mobil Patroli Toyota 1 Unit Keluaran


Kijang Tahun 2006

3 Sekretaris Kijang 1 Unit Keluaran


Inova Tahun 2008

4 Mobil Komando Dobel 1 Unit Keluaran


Cabin Tahun
5 Mobil Angkut Pasukan Isuzu 1 Unit Keluaran
ELF/Mini Tahun 2007
Bus
6 Speed Boat Jhonson 1 Unit 25 K/HP
(Rusak)
7 Escortee / Motor Happy 2 Unit Keluaran
Motor Tahun 2008

49
Ibid, hal. 32
65

Patroli

8 Mobil Kaban Mitshubishi Keluaran


Strada 1 Unit Tahun 2013
Triton
9 Mobil Dapur Umum Isuzu 1 Unit Bantuan
BNPB 2016
10 Mobil Dalmas Isuzu 1 Unit Tahun 2012

11 Sepeda Motor Dinas Honda 2 Unit Keluaran


Star Tahun 1994
12 Sepeda Motor Dinas Yamaha 5 Unit Keluaran
MX Tahun 2013
13 Sepeda Motor Dinas Yamaha 5 Unit Pengadaan
MX Tahun 2016
14 Perahu Karet Colombus 1 Unit Hibah
Provinsi 2012
15 Perahu Karet Colombus 2 Unit Pengadaan
2016
16 Perahu Karet Colombus 2 Unit Bantuan
BNPB 2016
17 Mesin Tempel Perahu Suzuki 1 Unit 25 PK
(Pengadaan
2016)
18 Mobil double cabin Mitsubishi 1 Unit Keluaran
tahun 2013
19 Mobil Logistik Mitsubishi 1 Unit Keluaran
PS Tahun 2013
20 Chinsaw Kayu 0 2 Unit Pengadaan
Tahun 2013
21 Pemecah Beton 0 2 Unit Pengadaan
Tahun 2013
22 Pemotong Besi 0 2 Unit Pengadaan
Tahun 2013
23 Mobil Dapur Umum Hino Dutro 1 Unit Bantuan
BNPB Tahun
2016
24 Motor Trill Kawasaki 4 Unit Bantuan
BNPB Tahun
2016
66

25 Chinsaw 0 2 Unit Bantuan


BNPB Tahun
2016
26 Gengset 0 2 Unit Bantuan
BNPB Tahun
2016
27 Senter 0 5 Unit Bantuan
BNPB Tahun
2016
Sumber : Dokumen RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi

Tabel II.9 Sarana Pompa Pemadaman Kebakaran Tahun 2016 50

No Kendaraan Pendukung Merk Jumlah Keterangan


Operasional

1 Pompa Fortabel Tohatso 2 Unit Tahun 2004

2 Ploto Pump Waterous 3 Unit Keluaran Tahun

2007

3 Pompa Fortable Waterous 1 Unit Pengadaan Tahun

2016

Total 6 Unit

Sumber : Dokumen RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi

Tabel. II.10 Sarana Proteksi Diri Personil Pemadaman Kebakaran dan

Pendukung Lainnya

No Jenis Peralatan Jumlah Keterangan

1 Breathing apparatus 7 unit

2 Baju tahan api 7 unit

3 Baju tahan Panas 60 unit

4 Helmet Pasukan 60 buah

50
Ibid, hal. 34
67

5 Sepatu pengaman Boots 60 buah

6 Kapak Personil 15 pasang

7 Peralatan Outbond 1 Set

8 Tangga rool 2 buah

9 Bimatic Protecta Resque 2 buah

10 Jaket Tahan Panas 25 buah

11 Pesawat Righ/HT Pesawat 3 buah/ 42 buah

Righ/HT

12 Pesawat telepon No.113 dan 41171 2 buah

Sumber : Dokumen RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi

Tabel II. 11 Sarana Peralatan Perbengkelan Damkar 2016 51

No Jenis Type Banyaknya Ket

1 Refilling Fire 1 rool


Extinguisher + termo
2 Rapper Ropes 3 tabung

3 APK jinjing 1 buah

4 Kunci pipa 1 buah

5 Kunci Inggris 1 set

6 Kunci ring 1 set

7 Kunci Pas 1 Unit

8 Tool box 2 step 1 Unit

9 Kompresor 1 Unit

10 Mesin Las 3 Unit

51
Ibid, hal. 35
68

11 Dongkrak 2 Unit

12 Stang stell 1 Unit

13 Cas Aki 1 Unit

14 Las Listrik 1 Unit

15 Bor Mesin 1 Unit

Sumber : Dokumen RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi

Tabel. II. 12 Persediaan Peralatan Pendukung Operasional Damkar 201652


NO JENIS JUMLAH KETERANGAN

1 Selang Rubber 2,5” 43 buah

2 Selang Rubbers 1,5” 32 buah

3 Selang Rubbers 6” 1 buah

4 Nozzle Poam 2 buah

5 Nozzle Spray 2,5” 8 buah

6 Nozzle Lancip 2,5” 16 buah

7 Nozzle Lancip 1,5” 15 buah

Sumber : Dokumen RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi

C. Visi dan Misi

Visi dan Misi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi

Visi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana suatu

organisasi harus dibawa berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis, antisipatif,

inovatif dan produktif. Visi dapat membantu organisasi mendefinisikan

bagaimana pelayanan harus dilaksanakan. Sedangkan menurut Undang-undang

Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

52
Ibid,.
69

(SPPN), visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada

akhir periode perencanaan. Dengan memperhatikan visi dan misi Kota Jambi yang

dirumuskan sebagai berikut53 :

Visi Pembangunan Kota Jambi Lima Tahun Ke depan adalah :

“Terwujudnya Kota Jambi sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa Berbasis

Masyarakat yang Berakhlak dan Berbudaya” Sedangkan Misi Pembangunan Kota

Jambi adalah :

1) Membangun Infrastruktur Perkotaan yang Merata dan Berwawasan

Lingkungan,

2) Meningkatkan Perekonomian Kota Berbasis Potensi Lokal Menuju

Kemandirian daerah;

3) Mewujudkan Masyarakat Kota yang berakhlak, berbudaya dan berdaya saing;

4) Mewujudkan Pemerintahan yang Propesional dan Bersih (Clean

Governance);

5) Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat dalam Bingkai Kearifan

Lokal.

70 Maka, dalam penyelenggaraan Tugas pokok dan Fungsi dari Dinas

Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi perlu lebih diarahkan pada

efisiensi dan efektifitas yang menuntut adanya perubahan budaya kerja yang

berorientasi kepada pencapaian hasil, serta pertanggungjawaban berdasarkan nilai

akuntabilitas. Untuk mencapai hal tersebut perlu dinyatakan visi dan misi dari

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi.

53
Ibid, hal. 69
70

Visi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi Dalam

rangka mendukung Visi Kota Jambi dan sesuai Undang-undang Nomor 24 Tahun

2007 tentang Penanggulangan Bencana serta Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun

2016 tentang Pembentukan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota

Jambi maka Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi

menetapkan :

1. Visi

Makna pernyataan Visi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan

Kota Jambi di atas adalah :

1) Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi adalah Institusi

pemangku kepentingan Penyelenggaraan atas Penanggulangan Bencana di

wilayah Kota Jambi.

2) Siaga adalah Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi

selalu mempersiapkan diri pra bencana baik personil maupun sarana dan

prasarananya.

3) Tanggap artinya Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi

yang memiliki kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pelayanan

penanggulangan bencana.

4) Berdaya artinya Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi

mempunyai kekuatan, kemampuan, kecepatan, dan ketangguhan dalam

menanggulangi bencana.

5) Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik


71

oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi yang Siaga,

Tanggap dan Berdaya terhadap Bencana” faktor alam dan faktor non alam

maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis.

2. Misi

Misi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi adalah

sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sebagai

penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi diharapkan seluruh

anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dan

mengenal keberadaan dan peran instansi pemerintah dalam penyelenggaraan

pemerintahan. Misi suatu instansi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan

fungsi. Misi juga terkait dengan kewenangan yang dimiliki oleh instansi

pemerintah. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), misi adalah rumusan umum

mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

1) Memberikan pelayanan prima dalam bidang pencegahan, penanggulangan

dan penyelamatan korban bencana.

2) Meningkatkan kwalitas dan kuantitas SDM aparatur dan personil satuan

tugas.

3) Meningkatkan Peran Serta Masyarakat, swasta dan Instansi Pemerintah dalam

bidang pencegahan, penanggulangan, penyelamatan dan Rekondisi korban

bencana
72

4) Meningkatkan penyediaan bahan logistik, sarana dan prasarana kebencanaan.

5) Membangun Sistem Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana yang

terencana, terkoordinasi, menyeluruh dan berkelanjutan.

3. Strategi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi.

Strategi yang digunakan dalam mencapai Visi dan Misi Dinas Pemadam

Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi adalah dengan Strategi Peningkatan

Peran Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi dalam

Pengembangan Tata Ruang dan Tata Bangunan, Peningkatan SDM Aparatur,

Penyediaan Logistik dan Sarana Prasarana Bencana serta Peningkatan Peran Serta

Masyarakat di Bidang Pencegahan, Penangulangan dan Penyelamatan korban

bencana. Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan Pelayanan kepada Masyarakat

Kota Jambi serta meningkatkan peran serta masyarakat yang berdasarkan kondisi

dan potensi serta kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat Kota Jambi.

4. Faktor Kunci Keberhasilan

Analisis dilakukan dengan pendekatan SWOT menghasilkan faktor-faktor

kunci keberhasilan yang akan sangat menentukan pencapaian tujuan dan sasaran.

Faktor-faktor kunci keberhasilan yang ter identifikasi adalah sebagai berikut :

1) Peran Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan dalam Koordinasi

perizinan Pembangunan Gedung (IMB), Izin Penggunaan Bangunan dan Izin

Lokasi (Rekomendisi Ke ruangan).

2) Adanya potensi Sumber Daya Manusia (Aparatur) yang memadai.

3) Adanya Sarana dan Prasarana yang memadai.


73

4) Tersedianya Aspek legalitas mengenai Gedung serta Peraturan yang memadai

di Bidang Pencegahan dan Penanggulang Bahaya Kebakaran.

5) Adanya koordinasi dari Instansi terkait tentang penanggulangan korban

bencana dan rekondisi korban bencana.

5. Tujuan

Penetapan tujuan didasarkan kepada pernyataan misi yang sudah

dirumuskan dengan mempertimbangkan faktor-faktor kunci keberhasilan seperti

yang diuraikan diatas. Berdasarkan hal tersebut tujuan yang ingin dicapai oleh

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi adalah sebagai berikut:

1) Peningkatan kapasitas kelembagaan Dinas Pemadam Kebakaran dan

Penyelamatan selaras dengan perkembangan pembangunan kota dan

masyarakat sesuai ketentuan yang berlaku.

2) Peningkatan Kualitas SDM aparatur yang mampu memenuhi standar

pelayanan minimal dibidang penanggulangan kebakaran (respon time 15

menit ke TKK) dan peningkatan Kapasitas cakupan pelayanan kebakaran.

3) Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam bidang Pencegahan,

Penanggulangan dan Penyelamatan dari Bencana pada Lingkungan terkecil

satuan masyarakat (RT/RW/Kelurahan).

4) Peningkatan kuantitas dan kualitas Sarana dan Prasarana Dinas Pemadam

Kebakaran dan Penyelamatan selaras dengan perkembangan kapasitas

kelembagaan sejalan dengan Pertumbuhan pembangunan kota jambi secara

keseluruhan.
74

5) Terbangunnya Sistem koordinasi antar instansi dalam rangka Pencegahan

Terhadap terjadinya bencana dan optimalisasi penyelenggaraan

Penanggulangan dan Pemulihan akibat Bencana

6. Sasaran

Sasaran dalam Rencana Strategis Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan

Kota Jambi, terkait erat dengan kebijaksanaan Pemerintah Daerah Kota Jambi.

Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1) Terwujudnya Keterpaduan Pembangunan Kota Jambi , Lingkungan,

Perumahan, bangunan Gedung Publik service yang aman dan nyaman

sesuai dengan Undang-Undang dan Peraturan yang berlaku.

2) Terwujudnya Pos Pelayanan Kebakaran dan UPT Dinas Pemadam

Kebakaran dan Penyelamatan di setiap Kecamatan serta terwujudnya

peningkatan Sarana dan Prasarana yang efektif dan efisien (Wilayah

Manajemen Kebakaran).

3) Terwujudnya Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup perkotaan melalui

sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif pada gedung serta peran serta

masyarakat

4) Terwujudnya Standarisasi Kompetensi SDM Aparatur yang memiliki

Sertifikat Keahlian Pemadam Kebakaran dan Keahlian Teknis Bencana.

5) Terbangunnya sistem pencegahan terhadap bencana

6) Optimalnya penyelenggaraan penanggulangan dan pemulihan akibat

bencana secara terencana, terkoordinir, terarah dan berkelanjutan.54

54
Ibid, hal. 69-73
75

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Efektivitas Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Kota Jambi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007

tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam

Kebakaran

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Walikota Jambi, Menimbang : a.

bahwa dengan semakin meningkatnya pembangunan gedung dan bangunan,

pertokoan dan pemukiman penduduk yang merupakan konsekuensi logis

ditetapkannya Kota Jambi sebagai pusat pemerintahan provinsi, perdagangan dan

jasa; b. bahwa meningkatnya pembangunan gedung dan bangunan, pertokoan dan

pemukiman penduduk sekaligus berpotensi terjadinya bahaya kebakaran yang

dapat menimbulkan kerugian harta benda dan jiwa, untuk itu perlu ada upaya

pencegahan, penanggulangan dan penyelamatan secara terencana dengan

organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;55

Poin c. bahwa keberadaan kantor pemadam kebakaran sebagaimana yang

diatur dalam Pasal 13, Pasal 14 dan Pasal 15 Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor

4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota

Jambi tidak sesuai lagi dengan kebutuhan, sehingga perlu diganti; Poin d. bahwa

berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan

55
Konsideran Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran
76

huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah Kota Jambi tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran Kota Jambi;56

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1956 tentang

Pembentukan Daerah Otonomi Kota Besar dalam Lingkungan Daerah Propinsi

Sumatera Tengah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor

20); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55 Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169 Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3890) ;

Pada poin 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

125, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang

telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara

56
Ibid.,
77

Republik Indonesia Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4548);

Pada angka 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952) ; 6. Peraturan Pemerintah

Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam

Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor

197, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4018); sebagaimana

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2002 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4194);

Poin 7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman

Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4262 ) ; 8.

Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan

Organisasi Lembaga Teknis Kota Jambi (Lembaran daerah Kota Jambi Tahun

2001 Nomor 7); Dengan Persetujuan Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kota Jambi Dan Walikota Jambi. Memutuskan dan Menetapkan: Peraturan

Daerah Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam

Kebakaran.
78

Pada materi Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran yang

mengatur tentang Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Jambi:

Pada pasal 7 ayat 3 Unit Pelaksana Teknis dipimpin oleh kepala


Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Dinas.57

Pasal 9 ayat 2 Ketentuan mengenai tugas pokok dan fungsi Bagian,


Bidang, serta uraian tugas Sub Bagian dan seksi-seksi serta Unit Pelaksana
Teknis diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.58

Pasal 10 Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Dinas, Kepala


Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi dan Kepala
UPT wajib menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi
dan simplikasi secara vertikal dan horizontal baik dilingkungan masing-
masing maupun antar suatu organisasi sesuai dengan tugas masing-
masing.59

Setelah penulis melihat, menelaah dari isi perda No. 04 Tahun 2007 dapat

dianalisis bahwa perda tersebut kurang efektif dalam mengatur Unit pelaksana

Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Kota Jambi berdasarkan Peraturan Daerah

Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Pemadam Kebakaran. Karena hanya 3 pasal yang mengatur substansi

dari unit pelaksana teknis, kemudian dalam pasal 10 yang menjadi permasalahan

adalah kurangnya koordinasi secara vertikal dan horizontal baik dilingkungan

masing-masing maupun antar suatu organisasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasi Operasional dan Penyelamatan

Pemadam Kebakaran Kota Jambi :

57
Pasal 7 ayat 3 Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran
58
Pasal 9 ayat 2 Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran
59
Pasal 10 Perda No. 05 Tahun 2007
79

Menurut saya ada beberapa kekurangan dalam hal koordinasi


antara kepala dinas dan Kepala Seksi dan Kepala Bagian, Kepala Bidang,
Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi dan Kepala UPT yang tidak
melaksanakan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan
simplikasi secara vertikal dan horizontal baik dilingkungan masing-masing
maupun antar suatu organisasi sesuai dengan tugas masing-masing.60

Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa perda No. 4 Tahun 2007

pada pasal 10 tidak efektif lagi keberlakuannya karena menurut penulis pada pasal

tersebut tidak sejalan dengan pelaksanaan dilapangan. Penulis juga kutip dari

LAKIP 2017 Damkar Kota Jambi. Selanjutnya pelaksanaanya lebih diatur

kewenangannya dalam peraturan walikota sebagai peraturan pelaksana dari

kelanjutan Perda No. 04 Tahun 2007. Artinya rumusan materi tentang Unit

Pelaksana Teknis diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Pada RENSTRA

2014 – 2018 dapat juga dilihat dari kinerja pelayanan Dinas Pemadam Kebakaran

Kota Jambi hanya diatur mengenai kinerja unit pelaksana teknis sebagai berikut :

Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) (1) Pada dinas dapat dibentuk unit

pelaksana teknis dinas (UPTD); (2) UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibentuk untuk melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau teknis penunjang;

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan dan rincian tugas UPTD diatur

dengan Peraturan Walikota.61

Hasil wawancara dari Kasi Rencana Operasi Yuli Sapari, SE,


mengatakan bahwa seharusnya perda No. 04 tahun 2007 mengatur tentang
perubahan yakni lembaga yang berdiri sendiri menjadi badan
penanggulangan bencana daerah (BPBD) Damkar Kota Jambi menjadi
satu bidang dengan BPBD.62

60
Wawancara dengan Indra Jafrizal, ST Selaku Kasi Operasional dan penyelamat
Pemadam Kebakaran Kota Jambi, Pada 28 Januari 2019.
61
RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi, hal. 26
62
Wawancara dengan Yuli Sapari, SE Selaku Kasi Rencana Operasi dan penyelamat
Pemadam Kebakaran Kota Jambi, Pada 28 Januari 2019.
80

Jadi menurut hasil wawancara perlu dilakukan perubahan dan penambahan

materi yang mengatur tentang Badan Penangguangan Bencana Daerah (BPBD).

Agar sarana dan prasarana unit pelaksana teknis dapat terpenuhi, misalnya ada

alokasi anggaran dari pusat sehingga kinerja UPTD Damkar Jambi dapat

terlaksana dengan baik.

Menurut Teori Validitas dan Efektivitas Hukum Hans Kelsen

mempersyaratkan hubungan timbal balik antara unsur validitas dan keefektifan

dari suatu kaidah hukum. Menurutnya, sebelum berlaku secara efektif, suatu

norma hukum harus terlebih dahulu valid, karena jika suatu kaidah hukum tidak

valid, maka hakim misalnya tidak akan menerapkan hukum tersebut, sehingga

kaidah hukum tersebut tidak pernah efektif berlaku. Tetapi sebaliknya adalah

benar juga bahwa keefektifan merupakan syarat mutlak bagi sebuah kaidah

hukum yang valid. Karenanya, jika suatu masa karena perubahan masyarakat,

suatu kaidah hukum yang semulanya valid dan efektif berlaku, kemudian menjadi

tidak efektif lagi, maka kaidah hukum tersebut juga kemudian menjadi tidak lagi

valid.63

Menurut penulis Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran, tidak efektif

lagi karena sudah tidak valid dengan digantikan perda yang baru yaitu Perda No.

14 Tahun 2016 Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Jadi menurut

teori validitas dan efektivitas hukum Hans Kelsen mempersyaratkan hubungan

timbal balik antara unsur validitas dan keefektifan dari suatu kaidah hukum.

63
Munir Fuady, Teori-Teori Besar (Grand Theory: Teori Validitas dan Efektivitas
Hukum, Jakarta; Kencana, 2014 hlm. 116
81

karena kaidah hukum Perda No. 4 Tahun 2007 tidak valid, sudah digantikan

dengan perda yang baru sehingga kaidah hukum tersebut tidak lagi efektif

berlaku.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Teknis Dinas

Pemadam Kebakaran Kota Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota

Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Pemadam Kebakaran

Faktor pendukung menurut penulis tersedianya landasan hukum

penyelenggaraan penanganan bencana dengan terbitnya Perda No. 4 Tahun 2007

tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran dari

uraian pasal 7 ayat 3 yang mengatur mengenai jabatan dan kewenangan yaitu

untuk unit pelaksana teknis dipimpin oleh kepala Unit Pelaksana Teknis yang

berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Pasal 9 ayat 2

mengatur tentang Ketentuan mengenai tugas pokok dan fungsi Bagian, Pada pasal

10 mengatur mengenai kewajiban dalam menerapkan prinsip-prinsip koordinasi,

integrasi, sinkronisasi dan simplikasi secara vertikal dan horizontal baik

dilingkungan masing-masing maupun antar suatu organisasi sesuai dengan tugas

masing-masing.64

Hasil wawancara dari Kasi Rencana Operasi Yuli Sapari, SE,


mengatakan bahwa Damkar mempunyai faktor pendukung dalam
melaksanakan tugasnya yaitu tiga tahap kerja yang pertama tahap
pencegahan, tahap operasional dan tahap rehabilitasi. Tahap pencegahan
meliputi penyiapan prasarana dan sarana yang terdiri dari sarana fisik dan
non fisik. Sarana non fisik berupa skill, knowledge dan attitude, (diklatnya,

64
Pasal 7, 9 dan 10 Peraturan Daerah Kota Jambi No. 04 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran
82

manajemen perekrutan dan lain-lain). Sarana fisik berupa pengadaan


armada, kantor, pos, safety dan lain-lain.65

Adapun faktor penghambat dalam Pelaksanaan Teknis Dinas Pemadam

Kebakaran Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun

2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran

yang penulis mengacu pada Renstra RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan

Penyelamatan Kota Jambi yaitu selama Periode 2014 – 2016, muncul beberapa

tantangan dalam kerangka pelaksanaan tugas dan fungsi Badan, yang

dikelompokkan dari sudut pandang ketatalaksanaan, sumber daya manusia dan

anggaran.66

Hasil wawancara dari Kasi Rencana Operasi Yuli Sapari, SE,


mengatakan bahwa yang menjadi salah satu faktor penghambat
Pelaksanaan Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Kota Jambi faktor
pertama adalah budaya masyarakat secara umum, ketika terjadi kebakaran
masyarakat menjadikan tontonan, kemudian kemacetan lalulintas dan
kurangnya kesadaran masyarakat, artinya ketika api sudah besar baru
ditelpon damkar. Seharusnya api sebelum membesar padamkan dulu
apinya baru keluarkan barangnya, jangan terbalik, keluarkan barang dulu
baru padamkan.
Faktor kedua yang menjadi penghambat Pelaksanaan Teknis Dinas
Pemadam Kebakaran Kota Jambi adalah dari sisi anggaran. Dalam hal
birokrasi ruang gerak utama PTD ada pada anggaran, anggaran yang ada
sekarang 7,7 sedangkan dibutuhkan berkisar 10 M jadi kendala juga di
anggarannya. Contohnya untuk tahun 2019 sudah mengalami 108 kasus
kebakaran seharusnya ditopang oleh SDM yang baik, tetapi karena
anggaran minim berimbas juga kepada SDMnya. Karena seharusnya di
anggarkan untuk didiklatkan di pusat pendidikan dan pelatihan pemadam
kebakaran di Jakarta, karena minim anggaran terpaksa di tunda. Kemudian
dalam sisi kuantitas ada aturan standar pelayanan minimum, minimal 2
kelurahan di backup 1 pos, sementara di kota Jambi cuma ada 5 pos,
sedangkan idealnya 1 kecamatan minimal 3 pos, saat ini 2 kecamatan 1
hanya ada 1 pos. jadi masih banyak kekurangan.67

65
Wawancara Yuli Sapari, SE. Kasi Rencana Operasi Pemadam Kebakaran Kota Jambi,
Pada 28 Juni 2019.
66
RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi, hlm. 26
67
Wawancara dengan Yuli Sapari, SE, Kasi Rencana Operasi Pemadam Kebakaran Kota
Jambi, Pada 28 Juni 2019.
83

Dari sudut ketatalaksanaan organisasi, hambatan dan permasalahan yang

muncul antara lain sebagai berikut : 1. Kesulitan mengukur nilai kinerja dari

indikator tolak ukur yang ditetapkan. 2. Kesulitan menyediakan sumber data

informasi sebagai instrumen dalam mengukur pencapaian kinerja. 3. Tidak

optimalnya peran masing-masing pengemban Tupoksi dalam menciptakan dan

mencapai kinerja yang tepat sasaran. 68 Belum adanya koordinasi yang efektif baik

antar unit/institusi Pemerintah Pusat, antara Pemerintah Provinsi dengan

Pemerintah Kota, dan koordinasi antar pemangku kepentingan lainnya seperti

badan usaha swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM), perguruan tinggi,

organisasi kemasyarakatan, media massa dan masyarakat 69

Dalam sudut pandang sarana dan prasarana, hambatan dan permasalahan

yang muncul antara lain sebagai berikut : 1. Alokasi dan beban anggaran untuk

sarana dan prasarana kurang memperhatikan atau tidak sebanding dengan efek

kinerja yang ditimbulkan; 2. Alokasi distribusi anggaran untuk sarana prasarana

tidak berimbang dengan potensi kinerja dari program yang lain. 3. Tingkat

kecanggihan teknologi yang digunakan tidak berimbang dengan kemampuan

ketersediaan SDM yang kualifaid menanggani pengoperasian dan perawatannya. 70

Dalam sudut pandang kebijakan atau peraturan perundang-undangan

belum optimalnya Pelaksanaan Peraturan Walikota Jambi No 32 tahun 2014

tentang Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran serta

Pemberian Bantuan Korban Bencana Di Kota Jambi; 2. Belum memadainya

68
RENSTRA 2014-2018….., hlm. 44
69
Laporan Akuntanbilitas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi
(LAKIP 2017), hal. 50
70
Ibid., hal. 44-45
84

kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia; 3. Masih terbatasnya sarana dan

prasarana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana; 4. Belum optimalnya

koordinasi pelaksanaan penanggulangan bencana; 5. Masih tersebar dan belum

terbangun sistem informasi dan komunikasi kebencanaan secara terpadu dan

terintegrasi; 6. Belum tersosialisasikan secara luas paradigma baru PB. 7. Belum

tersedianya dana kontigensi untuk penanggulangan bencana.71

C. Upaya dan solusi dalam mengatasi hambatan pelaksana teknis dinas

pemadam kebakaran Kota Jambi

Dari hasil wawancara dari Kasi Rencana Operasi, Yuli Sapari, SE,
upaya dan solusi dalam mengatasi hambatan pelaksana teknis dinas
pemadam kebakaran Kota Jambi adalah membuat kebijakan baru
(payung hukum baru) dengan merevisi atau merumuskan aturan baru,
karena perda No. 04 tahun 2007 sudah tidak mampu mengikuti
perkembangan dan kebutuhan UPT Damkar Kota Jambi saat ini yang
semakin bertambah karena permintaan dan kebutuhan masyarakat yang
tidak hanya menangani persoalan kebakaran tetapi yang sifatnya lebih
dari itu, misalkan sifatnya bencana. Kasi Rencana Operasi Yuli Sapari,
SE, mengatakan bahwa seharusnya perda yang ada tidak hanya mengatur
secara normatif misalkan pada pasal Pada pasal 7 ayat 3 Unit Pelaksana
Teknis dipimpin oleh kepala Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah
dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.72 Kemudian dalam Pasal 9
ayat 2 Ketentuan mengenai tugas pokok dan fungsi Bagian, Bidang, serta
uraian tugas Sub Bagian dan seksi-seksi serta Unit Pelaksana Teknis diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.73 Pasal 10 Dalam melaksanakan
tugasnya, Kepala Dinas, Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub
Bagian, Kepala Seksi dan Kepala UPT wajib menerapkan prinsip-prinsip
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi secara vertikal dan
horizontal baik dilingkungan masing-masing maupun antar suatu
organisasi sesuai dengan tugas masing-masing. Tetapi seharusnya
menghadirkan perda baru yang mengatur tentang lembaga baru yaitu
lembaga yang berdiri sendiri yaitu badan penanggulangan bencana daerah
(BPBD) Kota Jambi menjadi satu bidang saja dengan Damkar, agar
bantuan operasional prasarana dan sarana bisa di lengkapi serta di bantu

71
Ibid., hal. 46
72
Pasal 7 ayat 3 Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran
73
Pasal 9 ayat 2 Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran
85

oleh pemerintah pusat melalui dana APBN karena persoalan kerja bukan
hanya penanganan kebakaran tetapi lebih persoalan nasional yaitu bencana
alam juga seperti banjir, ada hewan buas yang masuk di rumah warga dan
lain-lain .74

Selain hasil wawancara dilapangan, penulis juga mengkaji dokumen

RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi sebagai rujukan

kedua. Misalnya dalam upaya dan solusi dalam mengatasi hambatan

pelaksana teknis dinas pemadam kebakaran Kota Jambi penulis melihat dari

sisi peluang yang terdapat pada halaman 45 yang membahas tentang peluang

diantaranya:

Selama periode 2014 - 2016, ada beberapa peluang yang perlu

dimanfaatkan dalam rangka pengembangan Pelayanan Dinas Pemadam

Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi: 1. Tersedianya Anggaran

Pendanaan yang Relatif Konsisten; 2. Semakin berkembangnya teknologi

peralatan dan perlengkapan pemadam Kebakaran dan peralatan rescue; 3.

Adanya dukungan peraturan perundang-undangan yang mendukung

kewenangan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi dalam

rangka pelaksanaan tugas Pokok dan fungsinya; 4. Adanya rencana

penambahan jumlah tenaga kerja kontrak (TKK) 5. Adanya Potensi relawan di

daerah rawan bencana, dengan dibentuknya Kelurahan Sungai Putri sebagai

Kelurahan Tangguh. Ini menjadi awal membentuk Kelurahankelurahan

tangguh lainnya.

74
Wawancara dengan Yuli Sapari, SE, Kasi Rencana Operasi Pemadam Kebakaran Kota
Jambi, Pada 28 Juni 2019.
86

Terlepas dari besarnya tantangan yang dihadapi ada peluang yang

dapat dimanfaatkan, yaitu diterbitkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun

2007 tentang Penangulangan Bencana yang diikuti dengan terbitnya

Peraturan-peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri dan

Peraturan Kepala BNPB. Berdasarkan analisis terhadap permasalahan internal

maupun eksternal, dalam hal ini dengan menggunakan metode SWOT

Analisis. Dalam analisis SWOT Lingkungan internal meliputi Strength

(Kekuatan) dan Weaknesses (Kelemahan), sedangkan Lingkungan eksternal

meliputi Oppurtunity (Peluang) dan Threaths (Ancaman). Adapun Masing-

masing kondisi lingkungan internal dan eksternal antara lain sebagai berikut:

1. Lingkungan Internal Kekuatan (S) 1. Tersedianya Landasan hukum


penyelenggaraan penanganan bencana dengan terbitnya Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
2. Diterbitkannya aturan-aturan turunan dari Undang-undang Nomor 24 Tahun

2007 yang terdiri dari Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 22

Tahun 2008 Tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, serta

Peraturan-peraturan Kepala BNPB. 3. Dibentuknya Dinas Pemadam

Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 14 Tahun 2016 terbaru berikut kewenangan yang dimilikinya; 4.

Dimilikinya relawan satuan tugas penanggulangan bencana dan pemadam

kebakaran; 5. Adanya dukungan dana APBD Kota Jambi. 75

75
Ibid., hal. 45
87

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan di atas maka penulis dapat

menyimpulkan.

1. Efektivitas Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Kota Jambi

Berdasarkan pasal 7 ayat 3, Pasal 9 ayat 2 Pasal 10 Perda No. 04 Tahun 2007

perda tersebut tidak efektif dalam pelaksana Teknis Dinas Pemadam

Kebakaran Kota Jambi karena hanya 3 pasal yang mengatur substansi dari unit

Unit Pelaksana Teknis dan tidak secara detail serta keseluruhan pasal tersebut

lebih bersifat normatif, kemudian pelimpahan kewenangannya diatur lebih

lanjut dalam peraturan walikota. Menurut teori validitas dan efektivitas

hukum Hans Kelsen mempersyaratkan hubungan timbal balik antara unsur

validitas dan keefektifan dari suatu kaidah hukum. karena kaidah hukum Perda

No. 4 Tahun 2007 tidak valid, sudah digantikan dengan perda yang baru

sehingga kaidah hukum tersebut tidak lagi efektif berlaku.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Teknis Dinas Pemadam

Kebakaran Jambi adalah tersedianya landasan hukum dalam penyelenggaraan

penanganan bencana dengan terbitnya Perda No. 4 Tahun 2007 pada pasal 7

ayat 3 mengatur mengenai jabatan dan kewenangan, pasal 9 ayat 2 mengatur

tugas pokok dan fungsi badan, pasal 10 mengatur kewajiban dalam

menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi


88

secara vertikal dan horizontal baik dilingkungan masing-masing maupun antar

suatu organisasi sesuai dengan tugas masing-masing. Faktor penghambat:

Tidak optimalnya peran masing-masing pengemban Tupoksi dalam

menciptakan dan mencapai kinerja yang tepat sasaran. Belum adanya

koordinasi yang efektif baik antar unit/institusi Pemerintah Pusat, antara

Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kota, dan koordinasi antar pemangku

kepentingan lainnya seperti badan usaha swasta, lembaga swadaya masyarakat

(LSM), perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan, media massa dan

masyarakat, Alokasi dan beban anggaran untuk sarana dan prasarana

kurang/tidak sebanding dengan efek kinerja yang ditimbulkan, Tingkat

kecanggihan teknologi yang digunakan tidak berimbang dengan kemampuan

ketersediaan SDM yang kualifaid menangani pengoperasian dan perawatannya.

3. Upaya dan solusi dalam mengatasi hambatan pelaksana teknis dinas pemadam

kebakaran Kota Jambi diantaranya: Tersedianya Anggaran Pendanaan yang

Relatif Konsisten, Semakin berkembangnya teknologi peralatan dan

perlengkapan pemadam Kebakaran dan peralatan rescue;. Adanya dukungan

peraturan perundang-undangan yang mendukung kewenangan Dinas Pemadam

Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jambi dalam rangka pelaksanaan tugas

Pokok dan fungsinya (Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2016 terbaru berikut

kewenangan yang dimilikinya). Adanya rencana penambahan jumlah tenaga

kerja kontrak (TKK), Adanya Potensi relawan di daerah rawan bencana,

dengan dibentuknya Kelurahan Sungai Putri sebagai Kelurahan Tangguh. Ini

menjadi awal membentuk Kelurahan-kelurahan tangguh lainnya.


89

B. SARAN

1. Saran peneliti sebaiknya pemerintahan kota Jambi memperhatikan lebih detail

dan luas lagi kebijakan yang dibuat dalam perda untuk menunjang efektivitas

pelaksanaan Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Kota Jambi. Alangkah

baiknya peraturan yang sudah lama diganti dengan yang baru karena seiring

dengan meningkatnya kebutuhan dilapangan dan atas permintaan masyarakat

sendiri. Sehingga bisa menunjang prasarana dan sarana yang lengkap dalam

pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Kota Jambi.

2. Sosialisasi perda yang baru diperluas lagi untuk meningkatkan koordinasi

yang efektif baik antar unit/institusi Pemerintah Pusat, antara Pemerintah

Provinsi dengan Pemerintah Kota, dan koordinasi antar pemangku

kepentingan lainnya seperti badan usaha swasta, lembaga swadaya

masyarakat (LSM), perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan, media

massa dan masyarakat.

3. Harus ada konsep baru atau desain baru dalam melakukan pencegahan,

penyelamatan dipemukiman padat penduduk diantaranya: memberikan

pelatihan bagi seluruh masyarakat, pembentukan relawan yang selalu standby

di tempat dan menyediakan hidran air dibeberapa titik.


90

DAFTAR PUSTAKA

Agung Rizky Ariyo Putro, Peran dan Fungsi Pemadam Kebakaran Berdasarkan

Pasal 21 Ayat 2 Peraturan Bupati No.20 Tahun 2008 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan

Pemadam Kebakaran Kabupaten Sanngau. Universitas Tanjung Pura,

Tahun 2012

Ahmad Sudrik Sudrajat dan Juniarso Sudrajat, Hukum Administrasi negara dan

Kebijakan Pelayanan Publik, Bandung: Nuansa 2010

J. Sbadodo dan Sultan Muhammad Zain , Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 2001

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet I edisi III, Jakarta: Balai Pustaka

Konsideran Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran

Laporan Akuntanbilitas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota

Jambi, LAKIP, 2017.

Lijian Poltak Sinambela, Reformasi Pelayanan Publik, Teori, Kebijakan

Implementasi, Bandung: Bumi Akiara, 2006

RENSTRA 2014-2018 Disdamkar dan Penyelamatan Kota Jambi,

Sampara Lukman, Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta : STIA LAN Press,

2000

Seorjono Soekanto, Pokok-Pokok Psikologi Hukum, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2003

-------------------------, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986


91

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R& D, Bandung :

Alphabeta, 2014

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2005

Tulus Pinta Raja Situmeang dkk, Strategi Peningkatan Kinerja Aparatur Sipil

Negara Pada Dinas Kebersihan Pertamanan Dan Pemadam Kebakaran

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah, Jurnal Ilmiah, research sains

vol.-3 No. I Februari 2017

Yayan Rudianto, Implementasi Kebijakan Penyusuanan Penetapan Standar

Pelayanan Minimal Pada dinas Kebersihan, Pertamanan, & Pemadam

Kebakaran Kabupaten Bekasi. Jurnal AKP Vol.1 No.2 Agustus 2012

Wawancara dengan Jafrizal selaku Kasi Operasional Pemadam Kebakaran Kota.

Wawancara dengan Yuli Sapari selaku Kasi Perencanaan Pemadam Kebakaran

Kota
92

Lampiran

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : GUSRIZAL BUANTARA

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Pangkalan Jambu, 28 Agustus 1983

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat Lengkap : Jl. Lintas Timur RT. 05 Desa Sekernan

Kec. Sekernan Kab. Muaro Jambi

Hp : 085266018318

RIWAYAT PENDIDIKAN :

Paket C SMA Muaro Jambi Tamat Tahun 2009

Paket B SMPN Sengeti Tamat Tahun 2005

SDN 120.159/VI Rantau Panjang V Tamat Tahun 1995


93

Lampiran Dokumentasi

Wawancara dengan Indra Jafrizal, ST Selaku Kasi Operasional dan penyelamat Pemadam
Kebakaran Kota Jambi
94

Wawancara dengan Kasi Rencana Operasi dan Staff penyelamat Pemadam Kebakaran Kota
Jambi.

Anda mungkin juga menyukai