Kegiatan Belajar 1
Harga: Pengertian dan Penetapannya
Harga merupakan salah satu variabel bauran pemasaran, selain produk, distribusi, dan
promosi, yang juga mempunyai peranan sangat penting bagi pemasar untuk menjangkau pasar
sasaran atau untuk menarik pembeli. Harga bermakna sesuatu bagi konsumen dan bermakna
sesuatu yang lain bagi penjual.
Kita akan melihat bahwa kekompleksan dan pentingnya penetapan harga ini memerlukan
suatu pendekatan yang sistematis, yang melibatkan penetapan tujuan dan pengembangan suatu
struktur penetapan harga yang tepat.
Harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam pertukaran untuk mendapatkan
barang atau jasa (McDaniel, et al., 2008, h. 538). Dengan kata lain, harga itu merupakan apa
yang dibayarkan konsumen untuk mendapatkan sesuatu.
1. Harga mempengaruhi apakah pembelian akan dilakukan oleh konsumen dan jika terjadi,
berapa jumlah produk yang akan dibeli.
2. Harga mempengaruhi apakah pemasaran produk akan menghasilkan keuntungan.
Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya harga, tidak hanya yang terkait dengan
kondisi internal perusahaan tetapi juga faktor di luar perusahaan.
Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Kondisi Perekonomian
Tingkat harga yang berlaku sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian. Pada periode
resesi misalnya, harga berada pada suatu tingkat yang rendah.
3. Elastisitas Permintaan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan pasar.
Sebenarnya sifat permintaan pasar ini tidak hanya mempengaruhi penentuan harganya
tetapi juga mempengaruhi volume yang dapat dijual. Untuk beberapa jenis barang, harga
dan volume penjualan ini berbanding terbalik; artinya jika terjadi kenaikan harga maka
penjualan akan menurun dan sebaliknya. Ada tiga sifat permintaan, yaitu:
a. Inelastis
Jika permintaan itu bersifat inelastis maka perubahan harga akan mengakibatkan
perubahan yang lebih kecil pada volume penjualannya.
b. Elastis
Apabila permintaan itu bersifat elastis maka perubahan harga akan menyebabkan
terjadinya perubahan volume penjualan dalam perbandingan yang lebih
c. Unitary elasticity
Apabila permintaan itu bersifat unitary elasticity maka perubahan harga akan
menyebabkan perubahan jumlah yang dijual dalam proporsi yang sama.
4. Persaingan
Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada.
Barang-barang dari hasil pertanian misalnya, dijual dalam keadaan persaingan murni (pure
competition). Banyaknya penjual dan pembeli ini akan mempersulit penjual perorangan
untuk menjual dengan harga lebih tinggi kepada pembeli yang lain. Selain persaingan
murni, ada pula jenis persaingan lainnya, seperti ini :
a. Persaingan tidak sempurna.
Untuk barang-barang yang dihasilkan dari pabrik (barang-barang manufaktur) dengan
merek tertentu kadang-kadang mengalami kesulitan dalam pemasarannya.
b. Oligopoli.
Dalam keadaan oligopoli beberapa penjual menguasai pasar, sehingga harga yang
ditetapkan dapat lebih tinggi dari pada kalau dalam persaingan sempurna. Akan lebih
mudah bagi penjual yang berjumlah sedikit ini untuk mengadakan kesepakatan harga
supaya memiliki kekuatan tawar-menawar yang lebih besar untuk menghadapi
konsumen.
c. Monopoli
Dalam keadaan monopoli jumlah penjual yang ada di pasar hanya satu, sehingga
penentuan harga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:
1) permintaan barang bersangkutan,
2) harga barang-barang substitusi atau barang pengganti, dan
3) peraturan harga dari pemerintah.
d. Persaingan monopolistik.
Persaingan monopolistik terjadi apabila ada banyak perusahaan yang bersaing, tetapi
ada sebagian kecil yang mengadakan kesepakatan untuk menguasai pasar. Mereka
adalah sekelompok perusahaan-perusahaan besar.
5. Biaya
Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat
menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. Dan sebaliknya.
6. Tujuan Perusahaan
Tujuan-tujuan yang hendak dicapai tersebut, antara lain:
a. laba maksimum,
b. volume penjualan tertentu,
c. penguasaan pasar atau pangsa pasar tertentu, dan
d. kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu tertentu.
7. Pengawasan Pemerintah
Pengawasan pemerintah juga merupakan faktor penting dalam penentuan harga.
Pengawasan pemerintah tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk penentuan harga
maksimum, minimum atau harga tertentu (gabah, jasa angkutan, bahan bakar minyak,
bunga pinjaman), diskriminasi harga (iuran listrik), serta praktek-praktek lain yang
mendorong atau mencegah usaha usaha ke arah monopoli seperti pengenaan pajak yang
tinggi atau pembebasan pajak sama sekali.
Ada beberapa keputusan menyangkut penentuan harga, termasuk harga tertentu yang
dibebankan kepada masing-masing produk atau jasa yang dipasarkan. Akan tetapi, harga itu juga
dapat ditentukan oleh pembeli yang membeli produk atau jasa perusahaan.
Perusahaan juga harus mengambil keputusan tentang perlu atau tidaknya memberikan
potongan untuk pembayaran yang lebih awal dilakukan oleh konsumen.
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛
𝑥 100
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟𝑖
Dalam persaingan dapat pula ditentukan bahwa pesaing tidak hanya berasal dari industri
yang sama, tetapi dapat berasal dari industri lain, terutama perusahaan-perusahaan yang
menghasilkan produk substitusi. Dalam hal ini, pangsa pasarnya dihitung dalam industri
substitusi tersebut.
𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂
𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐉𝐮𝐚𝐥
(𝟏 − % 𝑴𝒂𝒓𝒌 𝑼𝒑)
Untuk mendapatkan harga jual yang sama, mark-up yang ditentukan atas dasar biaya
tidak sama besarnya dengan mark-up yang didasarkan pada harga jual. Dalam hal ini,
mark-up yang didasarkan pada harga jual berada lebih rendah. Untuk memperoleh
salah satu mark-up ini dapatlah ditentukan lebih dulu mark-up lainnya.
𝑴𝑼𝑪
𝐌𝐔𝐒𝐏
(𝟏 + 𝑴𝑼𝑪)
Atau
𝑴𝑼𝑺𝑷
𝐌𝐔𝐂
(𝟏 − 𝑴𝑼𝑺𝑷)
Kotler dan Keller (2006) mengatakan bahwa salah satu alasan menggunakan mark-up
pricing adalah karena kurangnya ketidakpastian pada biaya permintaan. Mark-up
pricing ini juga fleksibel dan dapat mendukung tindakan perusahaan untuk
memaksimumkan laba.
Sebagai contoh, jika harga produk X sebesar Rp 4.214,00 ternyata cukup tinggi
dan hanya terjual sebanyak 50.000 unit, maka pengembalian pada investasinya
merosot menjadi 5,1%. Jadi, penurunan hasil produksi sebesar 20% (dari 100.000
unit) menyebabkan penurunan pada pengembalian investasi sebesar 64%.
Perhitungannya adalah sebagai berikut.
TBE = BIT
(Rp) 𝐵𝑉
1−
𝑃
Dan
𝐵𝑇𝑇
TBE =
𝐻−𝐵𝑉𝑅
(unit)
Masalah yang mungkin dianggap paling serius dalam penetapan harga break-even ini
adalah masalah kurangnya permintaan. Penentuan harga yang optimal sangat
dipengaruhi oleh hubungan antara harga jual eceran dengan jumlah produk X yang
akan dibeli oleh konsumen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ini
antara lain:
a) pesaing
b) pengalaman dalam penetapan harga
c) kondisi produk yang ditawarkan.
Q = 4.000 - 40 P
Di mana:
Q = Kuantitas produk yang diharapkan dapat terjual
P = tingkat harga tertentu
Dari persamaan di muka dapatlah diketahui bahwa di situ tidak akan ada produk Y rang
terjual jika harga yang ditetapkan adalah sebesar Rp 100,00 atau lebih dan apabila harga
yang ditetapkan adalah Rp 100.00 maka perrmintaannya akan mencapai 4000 unit (dalam
kenyataannya, mungkin dengan harga Rp 0,00 jumlah yang diminta lebih dari 4.000 unit).
Dalam hal ini, harga optimal dapat ditentukan dengan memilih satu tujuan penetapan harga
serta mengumpulkan data biaya tamhahan.
Ada beberapa tujuan penetapan harga yang dapat dipilih oleh pemasar, yaitu:
a. Memaksimumkan laba.
b. Memaksimumkan pendapatan/penjualan
c. Memaksimumkan volume unitnya.
Harga (Rp)
1) Memaksimumkan Laba
Tujuan penetapan harga yang dapat digunakan adalah rnemaksimumkan laba jangka
pendek. Tujuan ini biasanya diangeap tidak realistis. dan dapat dilakukan jika
produknya mempunyai siklus kehidupan yang pendek. Jika biaya tetap diperkirakan
sebesar RP 15.000,00 dan biaya variabel Y tersebut adalah RP 20.00 unit, maka
biaya total (C) bagi perusahaan itu adalah:
C= 15.OOO + 20 Q
Di mana:
C = biaya total
Q = jumlah unit yang diproduksi untuk dijual
Karena laba dapat diperoleh dari pendapatan dengan biayanya, maka kita perlu
mencari suatu persamaan yang menunjukkan pendapatan total fungsi harga-
Persamaan ini dapat diperoleh di mana penghasilan sama dengan barga dikalikan
kuantitasnya (kuantitas yang dijual). Dengan memasukkan persamaan ( l ) maka
fungsi pendapatan itu menjadi sebagai berikut:
R= PQ
R= P (4000 – 40 P)
R= 4.OOO P- 40P2
Di mana:
R = pendapatan total
P = harga per unit
Q = jumlah unil yang diproduksi untuk dijual,
Jadi, sekarang sudah ada persarnaan untuk permintaan, biaya, dan pendapatan.
Dalam hal ini dapatlah ditentukan persamaan labanya (K) sebagai txrikut:
K = R -C
K = (4.000 P-40P2) – (15.000 + 20 Q)
K = 4.000-40 P2 – 15.000- 20 (4.000 – 40
K= - 95.OOO + 4.800 P - 40P2
Dengan persamaan ini dapat diperoleh laba rnaksimum sebesar Rp 49.000,00 pada
harga jual per unit Rp 60,00 (lihat Gambar 7.10.) dengan perhitungan sehagai txrikut:
K = 4.800 P -40 p2
= - 95.000 4 (4.800 x 60) - (40 x 3.600)
= - 95.000 4 288.000 - 144000
= Rp 49.OOO,OO
Q = 4.000 – 40 P
= 4.000 - (40 x 60)
= 1.600 unit
Gambar 7.10
Kurva Pendapatan dan Laba Untuk Prodük Y
2) Memaksimumkan Pendapatan
Tujuan lain sebagai alternatif dalam penetapan harga bagi produsen produk Y adalah
berusaha maksimumkan rendapatan Tingkar pendapatan ini dipengaruhi oleh factor-
faktor, seperti
a) pemisahan manajeræn dari pemiliknya;
b) sistem penggajian,
c) berbagai macam risiko yang mungkin dihadapi
Pada Garnbar 7.10 dapat diketahui bahwa laba nuksimum (Rp dapat dicapai pada:
a) Penjualan = Rp96.000.00
b) Harga jual = Rp 60,00 per unit.
c) Jumlah produk Y yang djual 1.600 unit.
Kurva penjualan menunjukkan tingkatan tertinggi (Rp 100.000,00) bilamana:
Di sini, harga jual unit turun Rp 10,00 mengakibatkan pendapatan meningkat sebesar
4,2%, sedangkan laba berkurang 8,2%. pada umumnya maksimisasi penjualan atau
pendapatan ini dilakukan bilamana:
a) dasar penilaiannya adalah hasil penjualan, bukan laba:
b) sulit memperkirakan permintaan:
c) ingin bersaing dengan menentukan harga lebih rendah sena penjualan maksimum.
Pada seksi berikut ini dibahs tentang tentang bagaimana sensitivitas harga dapat
diestimasi dan dipakai untuk menentukan harga barang serta jasa.
1) Elastisitas Harga
Sensitivitas konsumcn tcrhadap harga dapat diukur dengan membagi antara
persentase Frubahan jumlah unit yang dijual dengan persentase perubahan harganya
(lihat Gambar 7.11 Perbandmganfrasio im disebut elasrisiras harga. dan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Di mana:
E = elastisitas harga
Q = perubahan kuantitas dalam permintaan
P = perubahan harga
Q1 = kuantitas yang diminta mula-mula
P1 = harga mula-mula
Q/Q1 = persentase perubahan jumlah unit yang dijual/diminta.
P/P1 = persentase perubahan harga.
Sebuah pendekatan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan teori
keputusan. Teknik tersebut mengharuskan manajer pemasaran untuk menentukan tingkat harga
yang layak.