Anda di halaman 1dari 14

Penetapan Harga Produk

Nama Kelompok:
1. I G A A Wiratna Ningrat Utama (05)
2. Komang Devia Ningsih (18)
3. Ni Komang Sasmita Agustini(20)
4. Ni Putu Ayu Agika Wulan Dewi(26)
5. Ni Putu Fennyliawati(30)
6. Ni Putu Puspita Indah Pratama (33)
Penetapan harga produk
Menjalankan sebuah bisnis jual-beli tidak akan terlepas dari
permasalahan harga. Harga memegang peranan penting
dalam terjadinya kesepakatan jual-beli dari produsen ke
tangan konsumen. Melalui penetapan harga, akan terlihat
posisi kelayakan produk dari nilai ekonomisnya. Karena
permasalahan ini, perusahaan biasanyan mengadakan
penetapan harga yang disepakati sebelum barang beredar di
pasaran.
A. Pengertian dan fungsi harga
Pengertian Harga adalah nilai uang yang harus
dibayarkan oleh konsumen kepada penjual atas barang
atau jasa yang dibelinya. Dengan kata lain, harga adalah
nilai suatu barang yang ditentukan oleh penjual.

Ada juga yang mengatakan definisi harga adalah


sejumlah uang yang dibebankan kepada konsumen
untuk mendapatkan manfaat dari suatu produk (barang/
jasa) yang dibeli dari penjual atau produsen.

Penggunaan istilah “harga” umumnya dipakai dalam


kegiatan jual-beli suatu produk, baik itu barang maupun
jasa. Harga jual ditentukan oleh penjual dan mengambil
keuntungan dari harga tersebut, sedangkan konsumen
mendapatkan kebutuhannya dengan membayar produk
tersebut dengan harga yang ditentukan.
Fungsi harga
Sesuai dengan pengertian harga yang dijelaskan, berikut
ini adalah beberapa fungsi harga secara umum:

1. Menjadi acuan dalam memperhitungkan nilai jual


suatu barang atau jasa.
2. Untuk membantu aktivitas transaksi, dimana harga
yang sudah terbentuk akan mempermudah proses
jual-beli.
3. Penetapan harga yang tepat akan memberikan
keuntungan bagi penjual atau produsen.
4. Menjadi salah satu acuan bagi konsumen dalam
menilai kualitas suatu barang atau jasa.
5. Membantu konsumen dalam pengambilan keputusan
berkaitan dengan manfaat produk dan daya beli
konsumen.

B. Faktor – faktor yang mempengaruhi penetapan harga


1. Faktor-faktor Intern

a. Sasaran Pemasaran
Sasaran-sasaran yang umum bertahan hidup dengan
menetapkan harga terendah selama harga penjualan
masih dapat menutup biaya variabel dan sebagian biaya
tetap sehingga perusahaan masih tetap survival. Sasaran
kedua memaksimumkan laba jangka pendek dimana
perusahaan lebih menitikberatkan pada kemampuan
keuangan yang ada. Sasaran ketiga kepemimpinan
market share dengan menetapkan harga yang serendah
mungkin, untuk menjadi lebih unggul dalam market-
share. Dan sasaran terakhir adalah kepemimpinan mutu
produk dimana perusahaan menetapkan harga yang
tinggi untuk menutup biaya pengendalian mutu produk.

b. Strategi Marketing-Mix
Keputusan mengenai harga harus dikoordinasikan
dengan keputusan-keputusan mengenai desain produk,
distribusi dan promosi. Disini harga merupakan faktor
kunci penentuan posisi produk di pasar, desain produk,
dan berapa besarnya biaya yang diperlukan, selain itu
juga menentukan ciri-ciri produk yang akan ditawarkan.

c. Biaya
Perusahaan menetapkan suatu harga yang dapat
menutup semua biaya untuk memproduksi,
mendistribusi dan menjual produk tersebut, termasuk
suatu tingkat laba yang wajar atas segala upayanya serta
resiko yang dihadapinya.

d. Pertimbangan Organisasi
Manajemen harus menetapkan siapa di dalam
organisasi yang bersangkutan yang bertanggung jawab
atas penetapan harga. Mereka yang juga turut
mempengaruhi penetapan harga ialah manajer
penjualan, manajer produksi, manajer keuangan dan
akuntan serta para wiraniaga.

2. Faktor-faktor Ekstern

a. Pasar dan Permintaan


Sebelum menetapkan harga, pemasar harus memahami
hubungan antara harga dan permintaan terhadap
produk atau jasa itu. Persepsi konsumen mengenai
harga dan nilai dimana konsumen lah yang akan
menentukan tepat tidaknya harga sebuah produk.
Ketika menetapkan harga, perusahaan harus
memperhatikan pula persepsi konsumen terhadap
harga, bagaimana persepsi tersebut mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen dan juga penetapan
harga dalam berbagai jenis pasar.

b. Biaya, Harga dan Tawaran Pesaing


Seorang konsumen yang mempertimbangkan akan
membeli sebuah produk, akan mengevaluasi harga
produk yang satu dengan produk sejenis lainnya, dan
membandingkan kualitas produk-produk itu. Oleh
karena itu perusahaan dalam memetapkan harga juga
harus mengetahui harga dan mutu yang ditawarkan
masing-masing perusahaan pesaing.

c. Faktor-faktor Eksternal Lainnya


Faktor-faktor lain itu, pertama kondisi ekonomi seperti
inflasi, boom, resesi, serta tingkat bunga,
mempengaruhi keputusan mengenai harga karena
faktor-faktor tersebut mempengaruhi biaya produksi
sebuah produk dan persepsi konsumen terhadap harga
serta nilai produk itu. Kedua penjual-ulang, perusahaan
harus menetapkan harga yang dapat memberikan laba
yang wajar kepada penjual-ulang, meningkatkan
dukungan mereka, dan membantu mereka untuk
menjual produk secara efektif. Ketiga adalah
pemerintah, dimana pemasar perlu mengetahui harga
dan menjamin bahwa kebijakan mereka dalam
penetapan harga tidak melanggar Undang-Undang.

C. Kebijaksanaan dan metode penetapan harga


tiga cara kebijaksanaan dalam menetapkan harga
sebagai berikut:

1. Penetapan Harga di atas Harga Saingan.


Dalam hal ini, harus terjamin terlebih dulu bahwa
terhadap barang ini terdapat suatu'”Consumer’s
Surplus” di pasaran. Pengusaha harus selalu menjamin
suatu barang yang lebih tinggi mutunya dan
macam/bentuknya lebih menarik dari pada barang-
barang lain yang sejenis yang beredar di pasaran.
Penetapan Harga di bawah Harga Saingan.

Kebijaksanaan ini biasanya dilakukan oleh kebanyakan


para pedagang eceran, terutama yang tergabung dalam
suatu Toko Serba Ragam (Departemen Store). Memang
adakalanya suatu barang dijual di bawah harga pokok.
Kesanggupan menderita rugi untuk barang yang dijual di
bawah harga pokok itu, dengan maksud untuk menarik
para konsumen, agar mereka membeli barang-barang
lain yang tersedia di tokonya itu.

2. Penetapan Harga Mengikuti Harga Saingan.


Dengan kebijaksanaan ini pengusaha bermaksud dapat
mempertahankan jumlah pelanggan, dengan maksud
agar mereka tidak pindah sebagai pembeli ke toko-toko
yang lain. Dengan kebijaksanaan penetapan harga
mengikuti/sesuai dengan harga pasaran umum,
diharapkan para pelanggan tidak akan kecewa, dan akan
tetap menjadi pelanggannya.

3. One Price Policy


Kebijaksanaan harga ini ditentukan untuk barang-barang
sejenis dan sekualitas yang dijual dengan harga yang
sama kepada setiap pembeli atau golongan pembeli.
4. Variable Price Policy
Kebijaksanaan dalam menetapkan perbedaan harga jual
ini ter¬utama diadakan terhadap berbagai golongan
konsumen tertentu, tergantung pula misalnya pada
perbedaan kedudukan sosial konsumen, tingkat
kehidupan-nya, perbedaan daerah konsumen dan lain
sebagainya.

5. Discount Price Policy


Kebijaksanaan harga yang di-tetapkan di sini mempunyai
maksud memberikan potongan harga kepada para
pelanggan. Terutama untuk barang-barang tertentu
yang masih memerlukan dorongan dalam penjualannya.

6. Odd Price Policy


Penetapan harga ini maksud-nya dengan mengadakan
selisih harga sedikit di bawah angka (harga) yang bulat.
Umpamanya harga salah satu jenis sepatu BATA Rp
50,000 diubah menjadi Rp 49,950. Memang kebi-
jaksanaan ini biasanya dilakukan oleh Perusahaan
sepatu Bate, dengan memasang harga produk
sepatunya Rp 2.499,00 untuk jenis tertentu Rp 9.950,00
untuk jenis yang lain dan sebagainya. Pertimbangan
psikologis dalam penentuan harga di sini maksudnya
tiada lain untuk menarik perhatian dan mengikuti dalam
pikiran para konsumen, seakan-akan dengan selisih
harga yang sedikit itu terasa lebih murah.

7. Resale Price Policy


Dalam hubungan ini produsen menetapkan harga
eceran tertinggi bagi barang yang diproduksinya dan
tidak boleh diubah oleh para pedagang eceran. Dengan
demikian diharapkan para pelanggan akan mentaati
harga pasti itu. Kebijaksanaan yang diambil seperti ini
serupa dengan suatu kebijaksanaan harga yang
ditentukan oleh Pemerintah dalam menetapkan harga
barang tertentu dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).

Metode penetapan harga


1. Berdasarkan psikologi konsumen
Strategi Penentuan Harga Yang Mempengaruhi
Psikologis Konsumen

a. Prestige Pricing / Harga Prestis


Strategi harga Prestige Price adalah menetapkan harga
yang tinggi demi membentuk image kualitas produk
yang tinggi yang umumnya dipakai untuk produk
shopping dan specialty. Contoh : roll royce, rolex, guess,
gianni versace, prada, vertu, dan lain sebagainya.
b. Odd Pricing / Harga Ganjil
Strategi harga odd price adalah menetapkan harga yang
ganjil atau sedikit di bawah harga yang telah ditentukan
dengan tujuan secara psikologis pembeli akan mengira
produk yang akan dibeli lebih murah. Contoh : Barang
yang tadinya dihargai Rp.100.000,- diubah menjadi
Rp.99.990,- dimana konsumen mungkin akan melihat
Rp.99.990 jauh lebih murah daripada Rp.100.000,-.

c. Multiple-Unit Pricing / Harga Rabat


Strategi harga multiple unit price adalah memberikan
potongan harga tertentu apabila konsumen membeli
produk dalam jumlah yang banyak. Contoh : Jika harga
sebuah sebungkus indomie goreng pedas adalah Rp.
1.500,- maka konsumen cukup membayar Rp. 1.000,-
perbungkus jika membeli satu dus isi 40 bungkus
indomie.

d. Price Lining / Harga Lini


Strategi harga lining pricing adalah memberikan cakupan
harga yang berbeda pada lini produk yang beda.
Contoh : bioskop grup 21 memberikan harga standar
untuk konsumen bioskop jenis standard dan
mengenakan harga yang lebih mahal pada konsumen
bioskop 21 jenis premier.

e. Leader Pricing / Pemimpin Harga


Strategi harga leader price adalah menetapkan harga
lebih rendah daripada harga pasar / harga normal untuk
meningkatkan omset penjualan / pembeli. Contoh :
Biasanya ritel jenis hipermarket memberikan promosi
harga yang lebih murah daripada harga normal.

2. Berdasarkan Biaya
Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya
Dalam metode ini faktor penentu harga yang utama
adalah aspek penawaran atau biaya bukan aspek
permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya
produksi dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah
tertentu sehingga dapat menutupi biaya-biaya langsung,
biaya overhead, dan laba. Metode penetapan harga
berbasis biaya terdiri dari:
a. Standard Markup Pricing
Merupakan penetapan harga yang ditentukan dengan
jalan menambahkan persentase (markup) tertentu dari
biaya pada semua item dalam suatu kelas produk.
Persentase markup besarnya bervariasi tergantung pada
jenis produk yang dijual.
Biasanya produk yang tingkat perputarannya tinggi
dikenakan markup yang lebih kecil daripada produk
yang tingkat perputarannya rendah.

b. Cost Plus Persentage of Cost Pricing


Merupakan penetapan harga yang ditentukan dengan
jalan menambahkan persentase tertentu terhadap biaya
produksi atau kontruksi. Metode ini seringkali digunakan
untuk menentukan harga satu item atau hanya
beberapa item. Sebagai contoh, Misalnya suatu
perusahaan arsitektur menetapkan tarif sebesar 15%
dari biaya konstruksi sebuah rumah. Jadi, bila biaya
konstruksi sebuah rumah senilai Rp 100 juta dan fee
arsitek sebesar 15% dari biaya konstruksi (Rp 15 juta),
maka harga akhirnya sebesar Rp 115 juta.

c. Cost Plust Fixed Fee Pricing


Metode ini banyak diterapkan dalam produk-produk
yang sifatnya sangat teknikal, seperti mobil, pesawat,
atau satelit. Dalam strategi ini, pemasok atau produsen
akan mendapat ganti atas semua biaya yang
dikeluarkan, seberapapun besarnya. Tetapi produsen
atau pemasok tersebut hanya memperoleh fee tertentu
sebagai laba yang besarnya tergantung pada biaya final
proyek tersebut yang disepakati bersama.

3. Berdasarkan Persaingan
Salah satu metode penetapan harga yang akan
dijabarkan adalah penetapan harga berdasarkan
persaingan. Competitive price merupakan metode
penetapan harga dengan menggunakan harga
pesaing. Metode penetapan harga berbsis persaingan
terdiri dari :
a. Customary pricing
Yaitu metode penetapan harga yang dilakukan dengan
berpegang teguh pada tingkat harga tradisional dimana
perusahaan berusaha tidak mengubah harga diluar
batas yang diterima dengan menyesuaikan ukuran dan
isi produk guna mempertahankan harga. Misalnya pada
produk makanan ringan.

b. Above, At, or Below Market Pricing


Yaitu metode penetapan harga dimana perusahaan
secara cermat memilih penetapan harga yang berada di
atas, sama, atau dibawah harga pasar. Above-market
pricing menetapkan harga lebih tinggi dari pada harga
pasar, biasanya digunakan pada perusahaan yang
memiliki reputasi atau yang memproduksi barang
prestise. Dalam market pricing harga diterapkan sebesar
harga pasar yang biasanya dikaitkan dengan harga
pesaing. Contoh perusahaan yang menerapkannya
diantaranya Revlon dan produsen kemeja Arrow.
Sementara itu below-market pricing yang menerapkan
harga dibawah harga pasar, biasanya banyak diterapkan
oleh produsen-produsen produk generik.

c. Loss leader Pricing


Yaitu metode yang menjual suatu produk di bawah
harga biayanya.Tujannyabukan untuk meningkatkan
penjualan produk yang bersangkutan, tetapi menarik
konsumen danmembeli produk lainnya, khususnya
produk yang ber-markup cukup tinggi. Jadi suatu produk
dijadikan semacam pancingan agar produk lainnya juga
laku.

d. Sealed Bid Pricing


Yaitu metode yang menggunakan sistem penawaran
harga dan biasanya melibatkan agen pembelian. Jadi,
bila ada perusahaan atau lembaga yang ingin membeli
suatu produk, maka yang bersangkutan menggunakan
jasa agen pembelian untuk menyampaikan spesifikasi
produk yang dibutuhkan kepada para calon produsen.
Setiap calon produsen diminta menyampaikan harga
penawaranya untuk produk yang dibutuhkan. Harga
penawaran tersebut diajukan dalam jangka waktu
tertentu, kemudian diadakan semacam lelang.

Anda mungkin juga menyukai