Anda di halaman 1dari 23

ANGGARAN DASAR

DHARMA WANITA PERSATUAN

ANGGARAN DASAR ANGGARAN DASAR


(Lama) (Hasil Munas III)
1 2
PEMBUKAAN PEMBUKAAN

Kami, istri pegawai negeri sipil, menyadari sepenuhnya kewajiban kami Kami, istri Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN), menyadari sepenuhnya
untuk menyukseskan tujuan nasional, yaitu muwujudkan masyarakat adil sebagai bagian dari komponen bangsa Indonesia, berkewajiban untuk
dan makmur secara merata serta berkeseimbangan antara material dan menyukseskan tujuan nasional yaitu muwujudkan masyarakat adil dan
spiritual. makmur secara merata serta berkeseimbangan antara material dan
spiritual.

Kewajiban tersebut akan berhasil jika para istri pegawai negeri sipil mau Kewajiban tersebut akan berhasil jika para istri pegawai ASN mau dan
dan mampu meningkatkan kualitas sumber daya yang dimiliki dalam mampu meningkatkan kualitas sumber daya yang dimiliki dalam
menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan, baik pada era reformasi menghadapi tuntutan dan tantangan serta perubahan diberbagai bidang
yang sedang terjadi di Negara kita maupun dalam menghadapi era kehidupan di Negara kita maupun dalam menghadapi era globalisasi
globalisasi pada Abad XXI. Abad XXI.

Tuntutan reformasi dan kehidupan globalisasi Abad XXI mensyaratkan Menghadapi tuntutan dan tantangan serta perubahan kehidupan
adanya tata kehidupan yang menghormati dan melindungi hak asasi sebagaimana tersebut diatas, mengharuskan adanya tata kehidupan
manusia, demokratis, keterbukaan, serta tegaknya supremasi hukum. Hal yang menghormati dan melindungi hak asasi manusia, demokratis,
tersebut merupakan ciri kehidupan masyarakat madani yang akan keterbukaan, serta tegaknya supremasi hukum, sebagai ciri kehidupan
mendorong terwujudnya tujuan nasional. masyarakat madani yang akan mendorong terwujudnya tujuan nasional.

1
Sejalan dengan tuntutan dan perubahan kehidupan tersebut, kami, istri Sejalan dengan tuntutan dan perubahan kehidupan tersebut, kami istri
pegawai negeri sipil, yang terhimpun dalam satu wadah bernama pegawai ASN, yang terhimpun dalam satu wadah bernama Dharma
Dharma Wanita Persatuan, menyatakan bahwa organisasi ini netral Wanita Persatuan, menyatakan bahwa organisasi ini netral secara politis,
secara politis, demokratis, dan mandiri dalam menentukan visi, misi, dan demokratis dan mandiri dalam menentukan visi, misi dan kebijakan
kebijaksanaan organisasi, dengan tujuan meningkatkan kualits sumber organisasi, dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia
daya manusia dan kesejahteraan anggota serta memelihara persatuan dan kesejahteraan anggota serta memelihara persatuan dan kesatuan
dan kesatuan bangsa. bangsa.

Dengan mempertimbangkan dinamika perkembangan organisasi, dalam Dengan mempertimbangkan dinamika perkembangan organisasi, dalam
Musyawarah Nasional II pada tanggal 7, 8, dan 9 Bulan Desember Tahun Musyawarah Nasional III pada tanggal 10 dan 11 Bulan Desember Tahun
2009, Dharma Wanita Persatuan bersepakat untuk menyempurnakan 2014, Dharma Wanita Persatuan bersepakat untuk menyempurnakan
Anggaran Dasar hasil musyawarah Nasional I Dharma Wanita Tahun Angaran Dasar hasil Musyawarah Nasional II Dharma Wanita Persatuan
2004, yang disusun sebagai berikut. Tahun 2009, yang disusun sebagai berikut.

BAB I BAB I
NAMA, WAKTU, SIFAT, DAN KEDUDUKAN ORGANISASI NAMA, WAKTU, SIFAT, DAN KEDUDUKAN ORGANISASI

Pasal 1 Pasal 1
Organisasi ini bernama Dharma Wanita Persatuan yang disingkat DWP. Organisasi ini bernama Dharma Wanita Persatuan yang disingkat DWP.

Pasal 2 Pasal 2
Dharma Wanita Persatuan ditetapkan pada Munas Luar Biasa Dharma Dharma Wanita Persatuan ditetapkan pada Munas Luar Biasa Dharma
Wanita, tanggal 7 Desember 1999, di Jakarta, untuk jangka waktu yang Wanita, tanggal 7 Desember 1999, di Jakarta, untuk jangka waktu yang
tidak ditentukan. tidak ditentukan.

Pasal 3 Pasal 3
(1) Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi kemasyarakatan yang (1) Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi kemasyarakatan yang
menghimpun dan membina istri pegawai negeri sipil dengan kegiatan menghimpun dan membina istri pegawai ASN dengan kegiatan
dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya. pendidikan, ekonomi dan sosial budaya.
(2) Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi mandiri yang tidak (2) Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi mandiri yang tidak
terikat pada partai politik mana pun. terikat pada partai politik mana pun.
2
Pasal 4 Pasal 4
Organisasi Dharma Wanita Persatuan berpusat di ibukota Negara Organisasi Dharma Wanita persatuan berpusat di ibu kota Negara
Republik Indonesia. Republik Indonesia

BAB II BAB II
ASAS DAN TUJUAN ASAS DAN TUJUAN

Pasal 5 Pasal 5
Asas organisasi Dharma Wanita Persatuan adalah Pancasila. Asas organisasi Dharma Wanita Persatuan adalah Pancasila

Pasal 6 Pasal 6
Tujuan organisasi Dharma Wanita Persatuan adalah terwujudnya Tujuan organisasi Dharma Wanita Persatuan adalah terwujudnya
kesejahteraan anggota dan keluarganya pada khususnya serta kesejahteraan anggota dan keluarganya pada khususnya serta
masyarakat pada umumnya melalui peningkatan kualitas sumber daya masyarakat pada umumnya melalui peningkatan kualitas sumber daya
anggota, untuk mendukung tercapainya tujuan nasional berdasarkan anggota, untuk mendukung tercapainya tujuan nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang‐Undang Dasar 1945. Pancasila dan Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

BAB III BAB III


TUGAS POKOK DAN FUNGSI TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Pasal 7 Pasal 7
Tugas pokok Dharma Wanita Persatuan adalah Tugas pokok Dharma Wanita Persatuan adalah
(a) melakukan pembinaan mental dan spiritual anggota agar menjadi (a) melakukan pembinaan mental dan spiritual anggota agar menjadi
manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berkepribadian, serta berbudi pekerti luhur, berkepribadian, serta berbudi pekerti yang luhur,

(b) membina anggota dalam memperkukuh rasa Persatuan dan (b) membina anggota dalam memperkukuh rasa persatuan dan
kesatuan, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, menjalin kesatuan, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, menjalin
hubungan kerja sama dengan berbagai pihak, serta meningkatkan hubungan kerja sama dengan berbagai pihak, serta meningkatkan
kepedulian sosial. kepedulian sosial.

3
Pasal 8 Pasal 8
Dharma Wanita Persatuan berfungsi sebagai wadah pembinaan, Dharma Wanita Persatuan berfungsi sebagai wadah pembinaan,
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan yang berkaitan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan Tugas Pokok Organisasi sebagaimana dimaksud dengan pelaksanaan Tugas Pokok Organisasi sebagaimana dimaksud
pada Pasal 7. pada Pasal 7.

BAB IV BAB IV
KEANGGOTAAN KEANGGOTAAN

Pasal 9 Pasal 9
(1) Anggota Dharma Wanita Persatuan adalah (1) Anggota Dharma Wanita Persatuan adalah
(a) istri pegawai negeri sipil (PNS); (a) istri pegawai ASN
(b) istri pejabat negara bidang pemerintahan; (b) istri pejabat negara bidang pemerintahan;
(c) istri pensiunan dan janda PNS; (c) istri pensiunan pegawai ASN dan janda pegawai ASN;
(d) istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Badan (d) istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), yang belum berstatus persero; (BUMD), yang belum berstatus persero;
(e) istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Badan (e) istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), yang sudah berstatus persero; (BUMD), yang sudah berstatus persero, yang menyatakan diri
bersedia menjadi anggota
(f) istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Badan (f) Istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Perguruan
Hukum Milik Negara (BHMN); Tinggi Negara Badan Hukum (PTNBH);
(g) istri kepala Perwakilan Republik Indonesia (RI) di luar negeri; (g) istri kepala Perwakilan Republik Indonesia (RI) di luar negeri;
(h) istri perangkat pemerintahan kelurahan atau nama lain yang (h) istri perangkat pemerintahan desa atau nama lain yang sederajat;
sederajat; (i) istri anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), istri purnawirawan
(i) istri anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), istri purnawirawan TNI, istri Polisi Republik Indonesia (Polri), dan istri purnawirawan
TNI, istri Polisi Republik Indonesia (Polri), dan istri purnawirawan Polri yang suaminya ditugasi dalam lingkungan instansi
Polri yang suaminya ditugasi dalam lingkungan instansi pemerintah sipil;
pemerintah sipil; (j) pegawai ASN Perempuan dan Pensiunan pegawai ASN
(j) PNS perempuan dan pensiunan PNS perempuan. Perempuan yang menyatakan diri bersedia menjadi anggota.
4
(2) Keanggotaan Dharma Wanita Persatuan terdiri dari (2) Keanggotaan Dharma Wanita Persatuan terdiri dari
(a) anggota biasa; (a) anggota biasa;
(b) anggota luar biasa; (b) anggota luar biasa;
(c) anggota kehormatan. (c) anggota kehormatan.

BAB V BAB V
ORGANISASI DAN UNSUR PELAKSANA ORGANISASI DAN UNSUR PELAKSANA
Bagian Pertama Bagian Kesatu
Organisasi Organisasi

Pasal 10 Pasal 10
Organisasi Dharma Wanita Persatuan terdiri dari Susunan Organisasi Dharma Wanita Persatuan terdiri dari
(a) DWP Pusat; (a) DWP Pusat;
(b) DWP Instansi Pemerintah Pusat; (b) DWP Instansi Pemerintah Pusat;
(c) DWP Provinsi; (c) DWP Provinsi;
(d) DWP Kabupaten/DWP Kota; (d) DWP Kabupaten/DWP Kota;
(e) DWP Kecamatan/nama lain yang sederajat; (e) DWP Kecamatan/nama lain yang sederajat;
(f) DWP Kelurahan/nama lain yang sederajat. (f) DWP Kelurahan/nama lain yang sederajat.

Bagian Kedua Perwakilan Pemerintah RI di luar negeri dan dalam negeri.


Unsur Pelaksana

Pasal 11
(1) Unsur pelaksana DWP Pusat adalah
(a) DWP Instansi Pemerintah Pusat;
(b) DWP Provinsi.

(2) Unsur pelaksana DWP Instansi Pemerintah Pusat adalah DWP pada
setiap unit kerja masing‐masing.

(3) Unsur pelaksana DWP Departemen Luar Negeri meliputi DWP

5
Bagian
Kedua
Unsur
Pelaksana

Pas
al
11
(1) Unsur pelaksana DWP Pusat
adalah
(a) DWP Instansi Pemerintah Pusat
(b) DWP Provinsi

(2) Unsur pelaksana DWP Instansi Pemerintah Pusat adalah DWP


pada setiap unit kerja masing‐masing.

(3) Unsur pelaksana DWP Kementerian Luar Negeri adalah


DWP perwakilan Pemerintah RI di luar negeri dan
dalam negeri

6
(4) Unsur pelaksana DWP Provinsi adalah (4) Unsur pelaksana DWP Provinsi adalah
(a) DWP Instansi Vertikal Pemerintah Pusat di Provinsi; (a) DWP Instansi Vertikal Pemerintah Pusat di Provinsi;
(b) DWP Instansi Pemerintah Provinsi; (b) DWP Instansi Pemerintah Provinsi;
(c) DWP Kabupaten/DWP Kota. (c) DWP Kabupaten/DWP Kota.

(5) Unsur pelaksana DWP Kabupaten/DWP Kota adalah (5) Unsur pelaksana DWP Kabupaten/DWP Kota adalah
(a) DWP Instansi Vertikal Pemerintah Pusat di kabupaten/DWP (a) DWP Instansi Vertikal Pemerintah Pusat di kabupaten/DWP
Instansi Pemerintah Pusat di kota; Instansi Pemerintah Pusat di kota;
(b) DWP Instansi Pemerintah Provinsi di kabupaten/instansi (b) DWP Instansi Pemerintah Provinsi di kabupaten/instansi
pemerintah provinsi di kota; pemerintah provinsi di kota;
(c) DWP Instansi Pemerintah kabupaten/DWP instansi pemerintah (c) DWP Instansi Pemerintah kabupaten/DWP instansi pemerintah
kota; kota;
(d) DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat. (d) DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat.

(6) Unsur pelakana DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat (6) Unsur pelakana DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat
adalah adalah
(a) DWP instansi pemerintah kecamatan/nama lain yang sederajat; (a) DWP instansi pemerintah kecamatan/nama lain yang sederajat;
(b) DWP Kelurahan atau nama lain yang sederajat. (b) DWP Kelurahan atau nama lain yang sederajat.

BAB VI BAB VI
KEPENGURUSAN KEPENGURUSAN

Bagian Pertama Bagian Kesatu


Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat

Pasal 12 Pasal 12
Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah pengurus pada tingkat Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah pengurus pada tingkat
nasional. nasional.

7
Pasal 13 Pasal 13
(1) Susunan pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat terdiri dari (1) Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat terdiri dari
(a) ketua umum, (a) ketua umum,
(b) beberapa orang ketua, (b) ketua,
(c) sekretaris jenderal, (c) sekretaris jenderal,
(d) tiga orang ketua bidang, dan (d) ketua bidang, dan
(e) tiga orang wakil ketua bidang. (e) anggota bidang

(2) Ketua umum dipilih oleh unsur pelaksana DWP Pusat dari calon yang (2) Ketua umum dipilih oleh unsur pelaksana DWP Pusat dari calon
diusulkan oleh unsur pelaksana DWP Pusat dan/atau calon dari yang diusulkan oleh unsur pelaksana DWP Pusat dan calon dari
Pengurus DWP Pusat yang ditetapkan dalam Munas; Pengurus DWP Pusat yang ditetapkan dalam Munas;

(3) Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat sebagaimana dimaksud (3) Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat sebagaimana dimaksud
Ayat (1) Huruf (b), Huruf (c), Huruf (d) dan Huruf (e) dipilih dari Ayat (1) Huruf (b), Huruf (c), Huruf (d) dan Huruf (e) dipilih dari
utusan Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat dan pengurus Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat dan
ditetapkan oleh ketua umum. ditetapkan oleh ketua umum.

(4) Sekretaris jenderal memimpin sekretariat jenderal yang membawahi (4) Sekretaris jenderal memimpin sekretariat jenderal yang membawahi
(a) Bagian Organisasi, (a) Bagian Organisasi,
(b) Bagian Administrasi Umum, (b) Bagian Administrasi Umum,
(c) Bagian Keuangan, dan (c) Bagian Keuangan, dan
(d) Bagian Humas dan Informasi. (d) Bagian Humas dan Informasi.

(5) Ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Huruf d Pasal 13 (5) Ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Huruf d Pasal 13
ini terdiri dari ini terdiri dari
(a) Ketua Bidang Pendidikan, (a) Ketua Bidang Pendidikan,
(b) Ketua Bidang Ekonomi, dan (b) Ketua Bidang Ekonomi, dan
(c) Ketua Bidang Sosial Budaya. (c) Ketua Bidang Sosial Budaya.

8
Pasal 14 Pasal 14
Tugas dan wewenang pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah Tugas dan wewenang pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah
(a) menetapkan kebijaksanaan umum organisasi sesuai dengan anggaran (a) menetapkan kebijakan umum organisasi sesuai dengan anggaran
dasar, anggaran rumah tangga, Keputusan Musyawarah Nasional, dan dasar, anggaran rumah tangga, Keputusan Musyawarah Nasional dan
Rapat Kerja Nasional; Keputusan Rapat Kerja Nasional;
(b) mengesahkan organisasi Dharma Wanita Persatuan Instansi (b) mengesahkan organisasi Dharma Wanita Persatuan Instansi
Pemerintah Pusat dan Dharma Wanita Persatuan Provinsi; Pemerintah Pusat dan Dharma Wanita Persatuan Provinsi;
(c) mengesahkan susunan pengurus dan/atau Ketua Dharma Wanita (c) mengesahkan Ketua Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah
Persatuan Instansi Pemerintah Pusat dan Dharma Wanita Persatuan Pusat dan Ketua Dharma Wanita Persatuan Provinsi;
Provinsi; (d) mengesahkan pengurus Dharma Wanita Persatuan Instansi
Pemerintah Pusat dan pengurus Dharma Wanita Persatuan Provinsi;
(d) melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Dharma Wanita (e) melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Dharma Wanita
Persatuan oleh Ketua Umum. Persatuan oleh Ketua Umum.

Bagian Kedua Bagian Kedua

Pengurus Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat, Provinsi, Pengurus Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan/Nama Lain yang Sederajat dan Kabupaten/Kota, Kecamatan/Nama Lain yang Sederajat,
Kelurahan/Nama Lain yang Sederajat Kelurahan, Desa atau Nama Lain yang Sederajat.

Pasal 15 Pasal 15
(1) Susunan pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, (1) Pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP
DWP Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan/nama lain yang Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan disebut dengan nama lain
sederajat dan DWP Kelurahan/nama lain yang sederajat terdiri dari yang sederajat ,DWP Kelurahan atau dengannama lain yang
(a) ketua, sederajat terdiri dari
(b) wakil ketua, (a) ketua,
(c) sekretaris, (b) wakil ketua,
(d) bendahara, dan (c) sekretaris,
(e) 3 (tiga) orang ketua bidang. (d) bendahara,
(e) ketua bidang dan
(f) anggota bidang
9
(2) Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dipilih dari dan oleh anggota (2) Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dicalonkan dan dipilih dari
dalam rapat anggota. anggota/pengurus yang mempunyai integritas, kapabilitas dan
aksepbilitas untuk kemajuan dan kelangsungan organisasi, oleh
anggota dalam rapat anggota.

(3) Ketua DWP Provinsi dipilih dari utusan unsur Pelaksana DWP Provinsi (3) Ketua DWP Provinsi dicalonkan dan dipilih dari utusan unsur
dan atau calon yang diusulkan oleh DWP Provinsi yang ditetapkan pelaksana DWP Provinsi dan dari pengurus DWP Provinsi yang
dalam Musyawarah Provinsi mempunyai integritas, kapabilitas dan aksepbilitas untuk kemajuan
dan kelangsungan organisasi oleh anggota dalam Musyawarah
Provinsi

(4) Ketua DWP Kabupaten/DWP Kota dipilih dari utusan unsur pelaksana (4) Ketua DWP Kabupaten/DWP Kota dicalonkan dan dipilih dari utusan
DWP Kabupaten/DWP Kota dan/atau calon yang diusulkan oleh DWP unsur pelaksana DWP Kabupaten/DWP Kota dan dari pengurus DWP
Kabupaten/DWP Kota yang ditetapkan dalam Musyawarah Kabupaten/DWP Kota yang mempunyai integritas, kapabilitas dan
Kabupaten/Kota. aksepbilitas untuk kemajuan dan kelangsungan organisasi oleh
anggota dalam musyawarah Kabupaten/Kota.

(5) Ketua DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat dipilih dari dan (5) Ketua DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat dicalonkan dan
oleh anggota dalam rapat anggota. dipilih dari anggota/pengurus DWP Kecamatan yang mempunyai
integritas, kapabilitas dan aksepbilitas untuk kemajuan dan
kelangsungan organisasi oleh anggota dalam rapat anggota.

(6) Ketua DWP Kelurahan atau nama lain yang sederajat dipilih dari dan (6) Ketua DWP Kelurahan, atau nama lain yang sederajat dicalonkan dan
oleh anggota dalam rapat anggota. dipilih dari anggota/pengurus DWP Kelurahan yang mempunyai
integritas, kapabilitas dan aksepbilitas untuk kemajuan dan
kelangsungan organisasi oleh anggota dalam rapat anggota.

10
Pasal 16 Pasal 16
Tugas Pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP Tugas Pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP
Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan/nama lain yang sederajat, dan Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan/nama lain yang sederajat, dan
DWP Kelurahan/nama lain yang sederajat adalah DWP Kelurahan, atau yang disebut dengan nama lain adalah :
(a) menetapkan kebijaksanaan organisasi pada lingkungan masing‐
masing, sesuai dengan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, (a) menetapkan kebijakan organisasi pada lingkungan masing‐masing,
Keputusan Musyawarah Nasional, dan kebijaksanaan pemimpin sesuai dengan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, Keputusan
organisasi satu tingkat diatasnya; Musyawarah Nasional dan kebijaksanaan pemimpin organisasi satu
tingkat diatasnya;
(b) mengesahkan organisasi, mengesahkan ketua DWP dan
(b) menetapkan dan melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan mengesahkan pengurus DWP satu tingkat di bawahnya;
situasi dan kondisi; (c) menetapkan dan melaksanakan program kerja dan kegiatan sesuai
(c) mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan dan hasil program kerja dengan situasi dan kondisi
kepada pengurus DWP satu tingkat di atasnya; (d) mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan dan hasil program kerja
(d) mengesahkan organisasi, pengurus, dan/atau ketua DWP satu tingkat kepada pengurus DWP satu tingkat di atasnya;
di bawahnya.

Pasal 17 Pasal 17
(1) Masa bakti Ketua Umum adalah lima tahun, dari munas ke munas.

(2) Masa bakti Ketua Umum sebagaimana dimaksud Ayat (1) Pasal 17 ini
sebanyak‐banyaknya dua kali masa bakti.

(1) Masa bakti pengurus pada semua tingkat kepengurusan adalah lima (3) Masa bakti pengurus pada semua tingkat kepengurusan adalah lima
tahun, dari munas ke munas. tahun, dari munas ke munas

(2) Jika dalam kurun waktu masa bakti pengurus sebagaimana dimaksud (4) Jika dalam kurun waktu masa bakti Ketua Umum berhalangan tetap,
dalam Ayat (1) Pasal 17 ini, karena satu dan lain hal tidak dapat dilakukan penggantian Ketua Umum antarwaktu yang dipilih dari
melaksanakan tugasnya, dilakukan penggantian pengurus antarwaktu. salah satu Ketua melalui rapat pengurus DWP Pusat dengan
persetujuan tertulis dari Ketua Unsur Pelaksana DWP Pusat.
11
(3) Jika dalam kurun waktu masa bakti Ketua Umum berhalangan tetap, (5) jika dalam kurun waktu masa bakti pengurus sebagaimana
dilakukan penggantian Ketua Umum antarwaktu yang dipilih dari salah dimaksud dalam Ayat (3) Pasal 17 ini, karena satu dan lain hal
satu Ketua melalui rapat pengurus DWP Pusat dengan persetujuan tidak dapat melaksanakan tugasnya, dilakukan penggantian
tertulis dari DWP Instansi Pemerintah Pusat dan pengurus DWP pengurus antarwaktu.
Provinsi.

Bagian Ketiga Bagian Ketiga


Wilayah Kerja Wilayah Kerja

Pasal 18 Pasal 18
(1) Wilayah kerja pengurus DWP Pusat meliputi seluruh wilayah Negara (1) Wilayah kerja pengurus DWP Pusat meliputi seluruh wilayah Negara
Republik Indonesia. Republik Indonesia.

(2) Wilayah kerja pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat meliputi (2) Wilayah kerja pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat meliputi
instansi masing‐masing yang berada di tingkat pusat. instansi masing‐masing yang berada di tingkat pusat.

(3) Wilayah kerja pengurus DWP Departemen Luar Negeri meliputi (3) Wilayah kerja pengurus DWP Kementerian Luar Negeri meliputi
instansi Departemen Luar Negeri yang berada di pusat dan perwakilan instansi Kementerian Luar Negeri yang berada di pusat dan Kedutaan
Republik Indonesia di luar negeri. Besar Republik Indonesia.

(4) Wilayah kerja pengurus DWP Provinsi meliputi wilayah provinsi. (4) Wilayah kerja pengurus DWP Provinsi meliputi wilayah provinsi.

(5) Wilayah kerja pengurus DWP Kabupaten/DWP Kota meliputi wilayah (5) Wilayah kerja pengurus DWP Kabupaten/DWP Kota meliputi wilayah
kabupaten/kota. kabupaten/kota.

(6) Wilayah kerja pengurus DWP Kecamatan/nama lain yang sederajat (6) Wilayah kerja pengurus DWP Kecamatan/nama lain yang sederajat
meliputi wilayah kecamatan/nama lain yang sederajat. meliputi wilayah kecamatan/nama lain yang sederajat.

(7) Wilayah kerja pengurus DWP Kelurahan/nama lain yang sederajat (7) Wilayah kerja pengurus DWP Kelurahan disebut dengan nama lain
meliputi wilayah kelurahan/nama lain yang sederajat. meliputi wilayah kelurahan disebut dengan nama lain yang
sederajat.

12
BAB VII BAB VII
PELINDUNG, PENASIHAT UTAMA, DEWAN PENASIHAT, DAN PENASIHAT PELINDUNG, PENASIHAT UTAMA, DEWAN KEHORMATAN, DEWAN
PENASIHAT, DAN PENASIHAT

Bagian Pertama Bagian Kesatu

Pasal 19 Pelindung dan penasehat


(1) Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia adalah Pelindung DWP
utama

Pasal 19
(1) Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia adalah Pelindung
DWP

(2) Istri Presiden adalah Penasihat Utama DWP. (2) Istri presiden republik indoneisia dan istri wakil presidenrepublik
(3) Istri Wakil Presiden adalah Wakil Penasiha Utama DWP. indonesia adalah Penasihat Utama DWP

Bagian Kedua Bagian Kedua

Pasal 20
Mantan Ketua Umum Dharma Wanita dan Mantan Ketua Umum
Dharma Wanita Persatuan adalah Dewan Kehormatan.

Pasal 20 (f) Istri menteri.


(1) Dewan Penasihat DWP terdiri dari
(a) Istri Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);
(b) Istri Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
(c) Istri Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD);
(d) Istri Ketua Badan Pemeriksa Keuangan(BPK);
(e) Istri Ketua Mahkamah Agung (MA);

13
Pasal 21 (c) istri Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD);
(1) Dewan Penasihat DWP Pusat terdiri dari (d) istri Ketua Badan Pemeriksa Keuangan(BPK);
(a) istri Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR); (e) istri Ketua Mahkamah Agung (MA);
(b) istri Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR); (f) istri menteri.

(2) Dewan Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal 20 ini (2) Dewan Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal 20 ini
mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan, baik diminta mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan, baik
maupun tidak diminta, kepada pengurus DWP Pusat. diminta maupun tidak diminta, kepada pengurus DWP Pusat.

14
Bagian Ketiga Bagian Ketiga
Penasihat Penasihat

Pasal 21 Pasal 22
(1) Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua BPK, Ketua MA, Ketua DPD, menteri, (1) Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua BPK, Ketua MA, Ketua DPD, menteri,
ketua/kepala lembaga pemerintah nonkementerian, kepala ketua/kepala lembaga pemerintah nonkementerian, kepala
perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, Sekretaris Jenderal MPR, perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, Sekretaris Jenderal
Sekretaris Jenderal DPR, Sekretaris Jenderal BPK, Sekretaris Jenderal MPR, Sekretaris Jenderal DPR, Sekretaris Jenderal BPK, Sekretaris
MA, gubernur, wakil gubernur, bupati/walikota, wakil bupati/wakil Jenderal MA, gubernur, wakil gubernur, bupati/walikota, wakil
walikota, camat, lurah, pemimpin BUMN, dan pemimpin BUMD yang bupati/wakil walikota, camat, lurah, pemimpin BUMN dan pemimpin
belum dan yang sudah berstatus persero serta Pemimpin Badan BUMD yang belum dan yang sudah berstatus persero serta
Hukum Milik Negara (BHMN) adalah Penasihat DWP instansi Pemimpin Perguruan Tinggi Badan Hukum (PTBH) adalah Penasihat
pemerintah yang bersangkutan. DWP instansi pemerintah yang bersangkutan.

(2) Sekretaris Daerah Provinsi dan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota (2) Sekretaris Daerah Provinsi dan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota
masing‐masing adalah Penasihat DWP Provinsi dan DWP masing‐masing adalah Penasihat DWP Provinsi dan DWP
Kabupaten/Kota juga merupakan Penasihat DWP Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota juga merupakan Penasihat DWP Sekretariat Daerah
yang bersangkutan. yang bersangkutan.

(3) Istri Ketua MPR, istri Ketua DPR, istri Ketua DPD, istri Ketua BPK, istri (3) Istri Ketua MPR, istri Ketua DPR, istri Ketua DPD, istri Ketua BPK,
Ketua MA, istri menteri, istri gubernur, istri wakil gubernur, istri istri Ketua MA, istri menteri, istri gubernur, istri wakil gubernur,
bupati/istri walikota, dan istri wakil bupati/istri wakil walikota, adalah istri bupati/istri walikota, dan istri wakil bupati/istri wakil walikota,
Penasihat DWP instansi pemerintah yang bersangkutan. adalah Penasihat DWP instansi pemerintah yang bersangkutan.

(4) Pemimpin unit kerja, instansi pemerintah pusat, provinsi, (4) Pemimpin unit kerja, instansi pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan atau nama lain yang sederajat dan kabupaten/kota, kecamatan atau nama lain yang sederajat dan
kelurahan atau nama lain yang sederajat, adalah penasihat DWP kelurahan, atau nama lain yang sederajat, adalah penasihat DWP
instansi pemerintah yang bersangkutan. instansi pemerintah yang bersangkutan.

15
Tugas dan Tanggung Jawab Penasihat Tugas dan Tanggung Jawab Penasihat

Pasal 22 Pasal 23
Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 mempunyai tugas dan Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mempunyai tugas dan
tanggung jawab tanggung jawab
(a) mengayomi serta memberi saran dan pertimbangan untuk kemajuan (a) mengayomi serta memberi saran dan pertimbangan untuk kemajuan
organisasi; organisasi;
(b) memberi masukan dan arahan pada program organisasi; (b) memberi masukan dan arahan pada program organisasi;
(c) berperan serta dalam membangun citra organisasi yang positif. (c) berperan serta dalam membangun citra organisasi yang positif.

BAB VIII BAB VIII


MUSYAWARAH DAN RAPAT MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 23 Pasal 24
(1) Musyawarah Dharma Wanita Persatuan diselenggarakan pada tingkat (1) Musyawarah Dharma Wanita Persatuan diselenggarakan pada
nasional dan daerah. tingkat nasional dan daerah.

(2) Musyawarah Nasional adalah forum tertinggi organisasi yang (2) Musyawarah Nasional adalah forum tertinggi organisasi yang
berwenang berwenang
(a) menetapkan dan/atau mengubah anggaran dasar, (a) menetapkan dan/atau mengubah anggaran dasar,
(b) menetapkan program kerja, (b) menetapkan program kerja,
(c) mengevaluasi laporan pertanggung jawaban ketua umum, (c) mengevaluasi laporan pertanggung jawaban ketua umum,
(d) memilih dan menetapkan ketua umum, dan (d) memilih dan menetapkan ketua umum, dan
(e) menetapkan keputusan lainnya. (e) menetapkan keputusan lainnya.

(3) Musyawarah nasional sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal 23 (3) Musyawarah Nasional sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal
ini dilaksanakan dalam lima tahun sekali. 23 ini dilaksanakan dalam lima tahun sekali.

(4) Musyawarah Daerah terdiri dari (b) musyawarah kabupaten/kota


(a) musyawarah provinsi dan

16
(4) Musyawarah Daerah terdiri dari
(a) musyawarah provinsi dan
(b) musyawarah kabupaten/kota

17
(5) Musyawarah Daerah berkewajiban menyampaikan hasil Musyawarah (5) Musyawarah Daerah berkewajiban menyampaikan hasil
Nasional dan berwenang untuk Munas dan berwenang untuk
(a) menetapkan program kerja; (a) menetapkan dan mengesahkan program kerja;
(b) mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Ketua DWP yang (b) mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Ketua DWP yang
bersangkutan; bersangkutan;
(c) memilih dan menetapkan Ketua DWP Provinsi/DWP (c) memilih dan menetapkan Ketua DWP Provinsi/DWP
Kabupaten/DWP Kota; Kabupaten/DWP Kota;
(d) menetapkan keputusan lainnya. (d) menetapkan keputusan lainnya.

(6) Musyawarah daerah sebagaimana dimaksud dalam Ayat (4) Pasal 23 (6) Musyawarah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Ayat (4) Pasal 23
ini dilaksanakan dalam 5 (lima) tahun sekali. ini dilaksanakan dalam lima tahun sekali.

(7) Dalam hal terjadi keadaan yang dinilai berpengaruh besar terhadap (7) Dalam hal terjadi keadaan yang dinilai berpengaruh besar terhadap
kelangsungan hidup organisasi, dapat diselenggarakan Musyawarah kelangsungan hidup organisasi, dapat diselenggarakan Musyawarah
Nasional Luar Biasa atas dasar persetujuan lebih dari separuh jumlah Nasional Luar Biasa atas dasar persetujuan lebih dari separuh jumlah
unsur pelaksana DWP Pusat, yaitu DWP Instansi Pemerintah Pusat dan unsur pelaksana DWP Pusat.
DWP Provinsi.

Pasal 24 Pasal 25
(1) Rapat Dharma Wanita Persatuan terdiri dari (1) Rapat Dharma Wanita Persatuan terdiri dari
(a) rapat anggota, (a) rapat anggota,
(b) rapat kerja, (b) rapat kerja,
(c) rapat pengurus dan (c) rapat pengurus dan
(d) rapat koordinasi (d) rapat koordinasi

(2) Rapat anggota adalah pertemuan antara pengurus dan para anggota (2) Rapat anggota adalah pertemuan antara pengurus dan para anggota
yang berkewajiban menyampaikan hasil Munas/Musda dan yang berkewajiban menyampaikan hasil Munas/Musda dan
berwenang untuk berwenang untuk
(a) menetapkan program kerja; (a) menetapkan dan mengesahkan program kerja;
(b) mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Ketua Dharma Wanita (b) mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Ketua DWP
Persatuan yang bersangkutan; yang bersangkutan;dan

18
(c) memilih dan menetapkan Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat (c) memilih dan menetapkan Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat
dan Ketua DWP unit kerja di lingkungannya; dan Ketua DWP unsur pelaksana di lingkungannya;
(d) memilih dan menetapkan ketua DWP instansi pemerintah provinsi (d) memilih dan menetapkan ketua DWP instansi pemerintah
dan ketua DWP instansi pemerintah kabupaten/kota; provinsi dan ketua DWP instansi pemerintah kabupaten/kota;
(e) menetapkan keputusan lainnya. (e) menetapkan keputusan lainnya.

(3) Rapat kerja diselenggarakan untuk membahas, mengoordinasikan, (3) Rapat kerja diselenggarakan untuk membahas, mengoordinasikan,
serta mengintensifkan pelaksanaan program kerja dan kegiatan sesuai serta mengintensifkan pelaksanaan program kerja dan kegiatan
dengan kebijaksanaan organisasi yang telah ditetapkan. sesuai dengan kebijakan organisasi yang telah ditetapkan.

(4) Rapat pengurus adalah pertemuan periodik antara ketua dan anggota (4) Rapat pengurus adalah pertemuan periodik antara ketua dan
pengurus untuk membahas dan mengambil putusan tentang masalah anggota pengurus untuk membahas dan mengambil putusan
organisasi dan kegiatan dalam lingkungannya. tentang masalah organisasi dan kegiatan dalam lingkungannya.

(5) Rapat Koordinasi adalah pertemuan antara pengurus dan dewan (5) Rapat Koordinasi adalah pertemuan antara pengurus dan dewan
penasihat/penasihat serta pihak lain pada semua tingkat penasihat/penasihat serta pihak lain pada semua tingkat
kepengurusan kepengurusan

BAB IX BAB IX
ATRIBUT ORGANISASI ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 25 Pasal 26
(1) Atribut Dharma Wanita Persatuan terdiri dari lambang, vandel, (1) Atribut DWP terdiri dari lambang, vandel, bendera, papan nama,
bendera olah raga, papan nama, lencana, himne, mars, dan pakaian lencana, himne, mars, dan pakaian seragam.
seragam.
(2) Ketentuan tentang atribut sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) ,
(2) Ketentuan tentang atribut sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diatur lebih lanjut dalam anggaran rumah tangga.
diatur lebih lanjut dalam anggaran rumah tangga.

19
BAB X BAB X
KEUANGAN KEUANGAN

Pasal 26 Pasal 27
(1) Keuangan organisasi DWP diperoleh dari (1) Keuangan organisasi DWP diperoleh dari
(a) iuran anggota, (a) iuran anggota,
(b) bantuan pemerintah,
(b) sumbangan lain yang tidak mengikat, dan (c) sumbangan lain yang tidak mengikat dan
(c) usaha lain yang sah. (d) usaha lain yang sah.

(2) Keuangan organisasi DWP diverifikasi setiap tahun. (2) Keuangan organisasi DWP diverifikasi setiap tahun.

BAB XI BAB XI
PEMBUBARAN ORGANISASI PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 27 Pasal 28
(1) Pembubaran organisasi DWP ditetapkan dengan Keputusan (1) Pembubaran organisasi DWP ditetapkan dengan Keputusan
Musyawarah Nasional yang secara khusus diselenggarakan untuk itu Musyawarah Nasional Luar Biasa yang secara khusus
setelah Pemimpin DWP Pusat melakukan konsultasi dengan diselenggarakan untuk itu setelah Pemimpin DWP Pusat melakukan
Pelindung, Penasihat Utama, dan Dewan Penasihat serta konsultasi dengan Pelindung, Penasihat Utama, Dewan Kehormatan
memperhatikan usul dari Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dan dan Dewan Penasihat serta memperhatikan usul dari Ketua Unsur
Ketua DWP Provinsi. Pelaksana DWP Pusat.

(2) Dalam hal organisasi DWP dibubarkan, status kekayaan organisasi (2) Dalam hal organisasi DWP dibubarkan, status kekayaan organisasi
ditetapkan dan diatur lebih lanjut oleh setiap pengurus DWP pada ditetapkan dan diatur lebih lanjut oleh setiap pengurus DWP pada
semua tingkatan serta memperhatikan kebijaksanaan yang ditetapkan semua tingkatan serta memperhatikan kebijakan yang ditetapkan
oleh DWP Pusat. oleh DWP Pusat.

(3) Pembubaran organisasi pada unsur pelaksana dapat dilakukan jika (3) Pembubaran organisasi pada unsur pelaksana dapat dilakukan jika
organisasi kedinasan dibubarkan dan organisasi kedinasan dilikuidasi. organisasi kedinasan dibubarkan dan organisasi kedinasan
dilikuidasi.
20
(4) Dalam hal organisasi unsur pelaksana dibubarkan, status kekayaan (4) Dalam hal organisasi unsur pelaksana dibubarkan, status kekayaan
organisasi ditetapkan lebih lanjut oleh pengurus DWP yang organisasi ditetapkan lebih lanjut oleh pengurus DWP yang
bersangkutan dengan berdasarkan hasil musyawarah para anggota bersangkutan dengan berdasarkan hasil musyawarah para anggota
dan memperhatikan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pengurus dan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan oleh pengurus DWP
DWP satu tingkat di atasnya. satu tingkat di atasnya.

BAB XII BAB XII


TINDAK LANJUT MUSYAWARAH NASIONAL TINDAK LANJUT MUSYAWARAH NASIONAL

Pasal 28 Pasal 29
(1) Pengurus pada semua tingkatan telah melaksanakan rapat anggota, (1) Pengurus pada semua tingkatan telah melaksanakan rapat anggota,
musyawarah provinsi dan musyawarah kabupaten/kota paling lama musyawarah provinsi dan musyawarah kabupaten/kota paling lama
tiga bulan sejak putusan Musyawarah Nasional ditetapkan. tiga bulan sejak putusan Musyawarah Nasional ditetapkan.

(2) Kepengurusan Dharma Wanita Persatuan pada semua tingkatan telah (2) Kepengurusan Dharma Wanita Persatuan pada semua tingkatan
disahkan selambat‐lambatnya 3 (tiga) bulan sejak putusan telah disahkan selambat‐lambatnya tiga bulan sejak putusan
Musyawarah Nasional ditetapkan. Musyawarah Nasional ditetapkan.

(3) Kepengurusan yang belum sempat melaksanakan serah terima jabatan (3) Kepengurusan yang belum sempat melaksanakan serah terima
pada akhir tahun berjalan tetap harus membuat dan mengesahkan jabatan pada akhir tahun berjalan tetap harus membuat dan
program kerja satu tahun kedepan terhitung tanggal 1 Januari s.d. 31 mengesahkan program kerja satu tahun kedepan terhitung tanggal 1
Desember. Januari s.d. 31 Desember.
BAB XIII BAB XIII
LAIN‐LAIN LAIN‐LAIN

Pasal 29 Pasal 30
(1) Hal‐hal yang belum diatur dalam anggaran dasar ini akan diatur (1) Hal‐hal yang belum diatur dalam anggaran dasar ini akan diatur lebih
lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga Dharma Wanita lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga Dharma Wanita Persatuan.
Persatuan.

(2) Anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) Pasal 29 ini ditetapkan oleh pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat.
21
(2) Anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) Pasal
29 ini ditetapkan oleh pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat.

22
BAB XIV PENUTUP BAB XIV PENUTUP

Pasal 30 Pasal 31
Dengan penyempurnaan Anggaran Dasar Dharma Wanita Persatuan ini, Dengan penyempurnaan Anggaran Dasar Dharma Wanita Persatuan ini,
Anggaran Dasar Hasil Munas I Tahun 2004 dinyatakan tidak berlaku lagi. Anggaran Dasar Hasil Munas II Tahun 2009 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Anggaran dasar hasil penyempurnaan Munas II Dharma Wanita Persatuan Anggaran dasar hasil penyempurnaan Munas III Dharma Wanita Persatuan
mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

23

Anda mungkin juga menyukai