Anda di halaman 1dari 5

TOKOH SENI RUPAWAN INDONESIA

Affandi Koesoema Sosok Affandi Koesoema adalah maestro seni lukis di Indonesia. Lebih dari 2000 lukisan sudah ia kerjakan.
Lukisan-lukisannya merupakan ekspresi perjuangan, revolusi, derita hidup, dan potret rakyat kecil. Pelukis Affandi lahir pada 1907
di Cirebon. Ayahnya adalah pegawai pabrik gula. Saat muda, ia bersekolah di Algemeene Middelbare School (AMS) Jakarta dan
tinggal di rumah keluarga pelukis Yudhokusumo. Kesenangannya menggambar kian terasah di Jakarta. Ia belajar secara otodidak
dengan serius. Berbeda dengan pelukis-pelukis pada masanya yang kerap menggambar pemandangan dengan gaya Mooi Indie
(Hindia molek), yang menggambarkan Hindia penuh dengan keindahan alam, Affandi menempuh jalan berbeda. Sebagaimana
dinyatakan Suhatno dalam Dr. H. Affandi: Karya dan Pengabdiannya (1985), Affandi melukis sesuai isi hatinya. Ia ingin menjajal
seni rupa yang serius, menggali makna di balik goresan kuas. Sebagai pengorbanan, hasil lukisannya kerap tak laku saat itu. Untuk
menyambung hidup, ia jadi guru, pembuat papan nama toko, tukang cat, pelukis reklame, hingga portir di bioskop. Kendati
demikian, seiring berjalannya waktu, lukisan Affandi kian matang dan menjadi ciri khas tersendiri. Ia menjadi sosok penting dalam
dunia seni rupa di Indonesia. Bahkan, selepas kemerdekaan, Affandi diminta untuk membuat poster propaganda "Bung ayo
Bung!" yang merupakan agitasi revolusi paling ikonik di Indonesia.
Abdullah Suriosubroto Abdullah Suriosubroto adalah salah seorang pelukis generasi awal Indonesia di
abad ke-20. Sebenarnya, ia kuliah kedokteran di Batavia, namun ketika melanjutkan kuliah ke Belanda, ia
malah menekuni seni rupa, bukan kedokteran. Untung saja, pilihan menekuni dunia lukis adalah opsi yang
tepat. Abdullah Suriosubroto menjadi sangat ahli di bidang seni rupa, serta memiliki aliran lukis Mooi Indie
tersendiri. Jika karyanya diperhatikan lagi, gaya lukisan Mooi Indie-nya mirip dengan naturalisme.
Barli Sasmitawinata Pada 1930-an, Barli bekerja sebagai ilustrator di Balai Pustaka. Ia juga pernah menjadi
ilustrator untuk koran yang terbit di Bandung. Kemudian, Barli Sasmitawinata berkesempatan melanjutkan
sekolah ke Paris pada 1950-an. Sebelum pulang ke Indonesia, ia sempat bekerja di majalah De Moderne
Boekhandel di Amsterdam dan majalah Der Lichtenbogen di Recklinghausen, Jerman. Sekembalinya ke Indonesia,
Barli mendirikan Sanggar Rangga Gempol di Dago, Bandung. Teknik lukisannya adalah realisme yang ia pelajari di
studio Jos Pluimentz milik pelukis asal Belgia yang tinggal di Bandung.
5. Djoko Pekik Seniman mantan tahanan politik, Djoko Pekik adalah perupa kelas dunia dari
Indonesia. Pasca serangan G30/S PKI, Djoko Pekik sempat ditahan karena dianggap berafiliasi
dengan Lekra. Gaya lukisan Djoko Pekik sangat ekspresif dan penuh dengan emosi. Saking
populernya, ia bahkan pernah mengikuti pameran di Amerika Serikat pada 1989, serta satu
lukisannya pernah dihargai sebesar Rp1 miliar.

Anda mungkin juga menyukai