Kami menyambut baik dan mengucapkan selamat atas tersusunnya Buku Profil
Perkembangan Kependudukan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2019. Buku Profil
Perkembangan Kependudukan ini berisi gambaran kondisi, perkembangan dan prospek
kependudukan yang di dalamnya memuat gambaran umum daerah, perkembangan
kependudukan dan kepemilikan dokumen kependudukan. Buku ini merupakan amanat dari
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Profil
Perkembangan Kependudukan yang dilaksanakan setiap tahun oleh Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Barat untuk skala kabupaten dan selanjutnya melalui
Bupati dilaporkan kepada Menteri Dalam Negeri.
Buku profil perkembangan kependudukan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2019 ini
disusun sebagai upaya pemanfaatan data Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
(SIAK) dalam rangka memenuhi kebutuhan data dan informasi perkembangan kependudukan
agar dapat dimanfaatkan untuk keperluan seperti : alokasi anggaran, pelayanan publik,
perencanaan pembangunan, pembangunan demokrasi, penegakan hukum dan pencegahan
kriminal baik dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang serta sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan pelayanan data kependudukan kepada masyarakat.
Harapan kami dengan adanya buku profil perkembangan kependudukan
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2019 ini semoga dapat memenuhi dan membantu perencanaan
pembangunan berwawasan kependudukan agar dapat lebih terarah dan tepat sasaran. Akhir
kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terlaksananya penyusunan buku Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2019.
Meulaboh, Juli 2019
H. RAMLI. MS
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga penyusunan buku Profil
Perkembangan Kependudukan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2019 dapat diselesaikan. Buku
ini disusun dalam rangka menindaklanjuti Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun
2010 tentang Pedoman Penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan, adapun ruang
lingkup yang dibahas dalam buku ini adalah membahas tentang perkembangan kependudukan
dibidang kuantitas penduduk, kualitas penduduk dan mobilitas penduduk serta kepemilikan
dokumen kependudukan di Kabupaten Aceh Barat selama tahun 2018.
Informasi perkembangan kependudukan merupakan informasi strategis dan
sangat dibutuhkan untuk perencanaan kebijakan pembangunan berwawasan kependudukan
dan berkelanjutan. Pembangunan berwawasan kependudukan bermakna pembangunan yang
disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada. Buku profil perkembangan
kependudukan ini disusun dan dianalisis secara sederhana agar pengguna data dapat
memahami kondisi perkembangan kependudukan yang ada di Kabupaten Aceh Barat.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan data-data pendukung dalam penyusunan buku ini, khususnya kerjasama terkait
data non-registrasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat dan Dinas Pendidikan
Kabupaten Aceh Barat. Semoga buku profil perkembangan kependudukan Kabupaten Aceh
Barat ini bermanfaat dan dapat memenuhi kebutuhan semua pihak, baik pemerintah pusat,
dan daerah, dunia usaha, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun
masyarakat luas yang berkepentingan dalam mewujudkan pembangunan berwawasan
kependudukan di Kabupaten Aceh Barat.
MUHAMMAD YUSUF, SE
Pembina Tingkat I
NIP. 19640612 198603 1 012
DAFTAR ISI
Tabel 2.1.1. Luas Wilayah, Jumlah Mukim dan Gampong Tahun 2018 ................................... 9
Tabel 2.2.1. Laju Pertumbuhan Riil PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha ...................... 11
Tabel 2.4.1. Kawasan Lindung di Wilayah Kabupaten Aceh Barat ........................................ 16
Tabel 7.1.1. Cakupan Kepemilikan Kartu Keluarga (KK) Tahun 2018 .................................. 73
Tabel 7.2.1. Cakupan Kepemilikan KTP-Elektronik Tahun 2018........................................... 74
Tabel 7.3.1. Jumlah Kepemilikan Akta Kelahiran Semua Usia Tahun 2018 .......................... 76
Tabel 7.3.2. Jumlah Kepemilikan Akta Kelahiran Usia 0-18 Tahun 2018.............................. 77
Tabel 7.4.1. Kepemilikan Akta Kematian Menurut Jumlah Kematian Yang Dilaporkan ....... 79
Tabel 7.4.2. Jumlah Kepemilikan Akta Kematian menurut Kecamatan.................................. 80
Tabel 7.5.1. Kepemilikan Akta Perkawinan Menurut Agama/Kepercayaan........................... 81
Tabel 7.5.2. Kepemilikan Buku Nikah Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan .................... 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1.1. Grafik Perkembangan Angka Kelahiran Kasar Tahun 2016-2018 .................. 43
Gambar 5.4.1. Grafik Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2018 .............. 48
Gambar 5.5.1. Grafik Jumlah Penduduk Usia Sekolah Per Kecamatan Tahun 2018.............. 49
Gambar 5.8.1. Grafik Jumlah Penduduk menurut Agama Tahun 2018................................... 54
Gambar 5.9.1. Grafik APAK Laki-Laki dan Perempuan Tahun 2018 .................................... 56
Gambar 5.10.1. Grafik Angka Pengangguran Laki-Laki dan Perempuan Tahun 2018........... 57
Gambar 5.10.2. Grafik Karakteristik Pengangguran usia 15-64 Tahun 2018 ......................... 58
Gambar 6.1.1. Grafik Migrasi Penduduk Kab. Aceh Barat Tahun 2016-2018 ....................... 66
Gambar 6.4.1. Grafik Rata-Rata Migrasi Netto Kab. Aceh Barat Tahun 2017-2018.............. 70
1.3. Manfaat
Adapun manfaat yang akan diperoleh dalam penyusunan profil perkembangan
kependudukan ini adalah :
Dalam pembangunan sebagai dasar :
- Perumusan kebijakan kependudukan (kuantitas, kualitas & mobilitas penduduk);
- Perencanaan kependudukan (kuantitas, kualitas, dan mobilitas penduduk);
- Pertimbangan penetapan “ekonomi unggulan” daerah;
- Perencanaan tata ruang, penyediaan infrastruktur, dan pengembangan wilayah;
- Penentuan segmentasi dan prioritas program-program pembangunan.
Dalam pemerintahan untuk:
- Mengetahui besaran jumlah penduduk;
- Penentuan status wilayah administrasi;
- Penentuan alokasi anggaran;
- Mengetahui potensi pembayar pajak;
- Menentukan daftar pemilih;
- Pelayanan publik (pelayanan perizinan, pelayanan transportasi dan komunikasi,
pemberian identitas dan bukti diri, pelayanan sosial dasar lainnya)
1.4. Konsep dan Definisi
1. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, ciri utama,
pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi, kesejahteraan
yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan
penduduk tersebut (UU Nomor 10 Tahun 1992);
2. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban
dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran
Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan
serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor
lain (UU Nomor 24 Tahun 2013);
3. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi
Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang
dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil (UU Nomor
24 Tahun 2013);
4. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang
terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil
(UU Nomor 24 Tahun 2013);
5. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan atas
pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk rentan Administrasi
Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas
atau surat keterangan kependudukan (UU Nomor 24 Tahun 2013);
6. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan
perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh
keberhasilan pembangunan berkelanjutan (UU Nomor 52 Tahun 2009);
7. Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang
meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial,
ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan
kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya,
berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak (UU Nomor 52 Tahun 2009);
8. Kuantitas Penduduk adalah jumlah penduduk akibat dari perbedaan antara
jumlah penduduk yang lahir, mati dan pindah tempat tinggal (UU Nomor 10 Tahun
1992);
9. Mobilitas Penduduk adalah gerak keruangan penduduk dari daerah asal ke daerah
tujuan dalam batas waktu tertentu (UU Nomor 10 Tahun 1992)
10. Profil adalah grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal tertentu
(Sunaryo Urip, BPS)
11. Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang
dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana (UU Nomor 24 Tahun
2013);
12. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran,
kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak,
perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan (UU Nomor 23 Tahun
2006);
13. Nomor Induk Kependudukan (NIK) adalah nomor identitas penduduk yang
bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai
penduduk Indonesia (UU Nomor 23 Tahun 2006);
14. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan selanjutnya disebut SIAK adalah
sistem Informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan ditingkat
penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu kesatuan (UU Nomor 23 Tahun
2006);
15. Kartu Tanda Penduduk Elektronik, selanjutnya disingkat KTP-el, adalah Kartu
Tanda Penduduk yang dilengkapi cip yang merupakan identitas resmi penduduk
sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana (UU Nomor 24 Tahun
2013);
16. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga
kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya (UU Nomor 24 Tahun 2013);
17. Sumber Data adalah segala sesuatu tentang fakta yang sudah ditulis dalam bentuk
catatan atau rekam kedalam berbagai bentuk media oleh instansi/lembaga;
18. Rasio Jenis Kelamin adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis
kelamin antara banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan disuatu
daerah pada waktu tertentu;
20. Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR) adalah rata-rata jumlah
anak yang dilahirkan oleh seorang wanita sampai dengan masa reproduksinya;
21. Lahir Hidup adalah suatu kelahiran bayi tanpa memperhitungkan lamanya di
dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat
dilahirkan;
22. Penduduk Usia Kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun sampai dengan 64
tahun;
23. Angka Partisipasi Angkatan Kerja adalah proporsi angkatan kerja terhadap
penduduk usia kerja;
24. Pengangguran adalah orang yang termasuk angkatan kerja, namun pada saat
pendataan/survei atau sensus sedang tidak berkerja dan sedang mencari kerja;
25. Angka Pengangguran adalah proporsi jumlah pengangguran terhadap angkatan
kerja;
26. Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke bawah dan penduduk
berusia 64 tahun ke atas;
27. Lahir Mati adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling
sedikit 28 (dua puluh delapan) minggu pada saat dilahirkan tanpa menunjukkan
tanda-tanda kehidupan;
28. Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah banyaknya
kematian bayi usia kurang dari satu tahun (9-11 bulan) pada suatu periode per
1.000 kelahiran hidup pada pertengahan periode yang sama;
29. Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Rate (MMR) adalah banyaknya
kematian ibu pada waktu hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan per
100.000 kelahiran hidup, tanpa memandang lama dan tempat kelahiran yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya;
30. Peristiwa Penting Lainnya adalah peristiwa yang ditetapkan oleh Pengadilan
Negeri untuk dicatatkan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, antara
lain perubahan jenis kelamin;
1.5. Dasar Hukum
Beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penyusunan profil
perkembangan kependudukan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2018 sebagai berikut :
1. Undang-Undang RI Nomor 7 (Drt) Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah
Otonom Kabupaten-kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Sumatera Utara jo.
Undang-undang nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat
Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan
Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;
2. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Perkawinan;
3. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
4. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
5. Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga;
6. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang
Undang RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2010 tentang Pedoman
Penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2017 tentang Unit Pelaksana
Teknis Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota;
9. Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 3 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan
10. Instruksi Gubernur Aceh Nomor 06 tahun 2018 tentang Pembentukan Petugas
Registrasi Gampong/Atau Nama Lainnya Yang dibiayai Melalui Alokasi Dana
Desa di Aceh;
11. Peraturan Bupati Aceh Barat Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
12. Peraturan Bupati Aceh Barat Nomor 88 Tahun 2016 tentang Pedoman Penetapan
Besaran, Pengelolaan dan Penggunaan Dana Desa bagi Gampong dalam
Kabupaten Aceh Barat Tahun Anggaran 2017;
13. Peraturan Bupati Aceh Barat Nomor 26 Tahun 2017 tentang Standar Operasional
Prosedur Pengurusan Akta Kelahiran dan Akta Kematian melalui Penggunaan
Dana Desa Pada Gampong Dalam Kabupaten Aceh Barat;
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN ACEH BARAT
Kabupaten Aceh Barat. Secara geografis, Kabupaten Aceh Barat terletak antara 04o06’
- 04o47’ Lintang Utara dan 95o52’ - 96o30’ Bujur Timur.
Kabupaten Aceh Barat memiliki batas wilayah di sebelah utara adalah
Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Tengah; di sebelah
selatan yaitu Samudera Hindia dan Kabupaten Nagan Raya; di sebelah timur yakni
Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya; serta yang membatasi sebelah
barat yaitu Samudera Hindia dan Kabupaten Aceh Jaya.
Dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat, Kecamatan Samatiga
merupakan kecamatan yang memiliki kemukiman terbanyak yaitu 6 (enam) mukim.
Jumlah gampong (kampung) terbanyak terdapat di Kecamatan Kaway XVI dan Woyla
dengan masing-masing jumlah gampong sebanyak 43 gampong. Kecamatan terluas
adalah Sungai Mas yang menempati 26,70% wilayah Aceh Barat. Daerah ini sebagian
besar masih berupa hutan, sedangkan kecamatan terkecil adalah Johan Pahlawan yang
merupakan ibukota Kabupaten Aceh Barat. Luas kecamatan ini hanya 44,91 Km² atau
hanya 2% dari luas Kabupaten Aceh Barat.
Jika melihat dari luas wilayah per kecamatan, maka terdapat tiga kecamatan
terluas yaitu Kecamatan Sungai Mas (26%), Kecamatan Kaway XVI (17%) dan
Kecamatan Pante Ceureumen (17%). Selain itu, di tiga kecamatan tersebut masih
banyak terdapat lahan tidur yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan
dan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Adapun luas wilayah menurut kecamatan dan
peta batas wilayah administrasi Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel 2.1.1.
dan gambar-2.1.1. berikut.
Tabel 2.1.1.
Luas Wilayah, Jumlah Mukim dan Gampong menurut Kecamatan
di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2018
Gambar 2.1.1.
Peta Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Aceh Barat
2.2. Gambaran Ekonomi Daerah
Kinerja perekonomian Aceh mencerminkan kondisi yang semakin membaik.
Selama tiga tahun terakhir, kondisi ekonomi Aceh tanpa memperhitungkan migas
mencapai pertumbuhan positif. Meski masih di bawah capaian nasional, ekonomi Aceh
tanpa migas pada tahun 2014 tumbuh sebesar 1,65 persen. Secara bersamaan, kinerja
ekonomi Aceh dengan migas juga menunjukkan pertumbuhan yang optimis selama
tahun 2011-2014 yaitu dari 4,38 persen pada tahun 2011, lalu naik menjadi 4,95 persen
pada tahun 2012 dan berlanjut sampai dengan tahun 2014 mencapai sebesar 4,13
persen, sedangkan 2015 mencapai 4,34 persen. Struktur PDRB Aceh ADHB pada tahun
2014 (dengan migas) menunjukkan bahwa dua sektor yang merupakan leading sektor
bagi perekonomian Aceh ialah sektor pertanian yang mencapai 26,92 persen dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 14,75 persen. Sektor dengan kontribusi
terbesar ketiga dalam struktur perekonomian Aceh ialah sektor pertambangan dan
penggalian yang mencapai 10,71 persen.
Berdasarkan harga konstan 2010, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh
Barat mengalami fluktuasi. Pertumbuhan terendah terjadi di tahun 2012 sebesar 0,56
persen dengan nilai PDRB sebesar 4,59 persen dan pertumbuhan tertinggi terjadi dari
tahun 2013 dan tahun 2015 masing-masing sebesar 3,90 dan 4,24 persen dengan nilai
mencapai 4,77 dan 5,14 triliun rupiah. Pada Tahun 2016, PDRB konstan wilayah ini
menyentuh angka 5,32 triliun rupiah dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,35
persen.
Gambar 2.2.1
Nilai PDRB (Rp. Trilyun) dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012-2016
5,14 5,32
4,77 4,93
4,59
4,24
3,90
3,36 3,35
0,56
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,71 3,83 4,71 3,34 7,80
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,40 5,72 5,81 7,15 10,84
Tabel 2.4.1.
Kawasan Lindung di Wilayah Kabupaten Aceh Barat
No. Kawasan Lokasi Arah Pengembangan Penekanan
Pada bab ini akan diuraikan mengenai jumlah penduduk yang dilihat dari
jumlah penduduk di setiap kecamatan selama periode 3 (tiga) tahun terakhir yaitu
jumlah penduduk tahun 2016, 2017 dan 2018. Dimana pada tahun-tahun tersebut terjadi
banyak perubahan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Barat
sebagai dampak adanya program pembangunan. Pada dekade tujuh puluhan hampir
setiap daerah pertumbuhan penduduk yang tinggi serta masalah tidak meratanya
penduduk disetiap daerah. Terutama antara lain daerah pedesaan dan perkotaan.
Masalah jumlah penduduk perlu diperhatikan karena penduduk sebagai sumber daya
ekonomi, selain itu sebagai modal dasar pembangunan, juga merupakan objek bagi
pembangunan.
Secara demografis, jumlah penduduk tahun 2018 di Kabupaten Aceh Barat
sebanyak 194.712 jiwa yang terdiri dari 98.749 laki-laki dan 95.963 perempuan.
Dengan rasio jenis kelamin 103 persen, artinya penduduk laki- laki lebih besar 3 persen
dibanding perempuan. Jika dilihat dari komposisi penduduk, penduduk terbanyak
berada di Kecamatan Johan Pahlawan yang menjadi ibukota Kabupaten Aceh Barat,
yaitu 62.561 jiwa dan penduduk terkecil berada di Kecamatan Sungai Mas sebesar
4.195 jiwa. Adapun perkembangan jumlah penduduk kabupaten Aceh Barat
berdasarkan kecamatan tahun 2016-2018 dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut :
Gambar 4.1.1.
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Berdasarkan Kecamatan Tahun 2016-2018
194.712
191.530
188.553
Kaway XVI
11%
Samatiga Woyla
8% 7%
Arongan
Lambalek
6% Bubon
3%
Sungai Mas
2%
Jika dilihat dari tabel dan gambar di atas, komposisi penduduk terbanyak
masih berada di Kecamatan Johan Pahlawan yaitu sebesar 62.561 jiwa. Diikuti oleh
Kecamatan Meureubo dan Kaway XVI sebesar 28.939 dan 20.985 jiwa. Penduduk
terkecil masih berada di Kecamatan Sungai Mas sebanyak 6.563 jiwa dan Woyla Timur
sebesar 5.103 jiwa. Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Aceh Barat sudah
dapat memetakan gambaran dan kondisi persebaran penduduk di masing-masing
kecamatan. Dari grafik tersebut terlihat bahwa persebaran penduduk tidak merata,
penduduk Kabupaten Aceh Barat secara mayoritas berada di Kecamatan Johan
Pahlawan. Hal tersebut bila dibiarkan begitu saja akan menyebabkan disparitas yang
tinggi baik dari segi kecemburuan sosial maupun dalam hal pemerataan pembangunan.
Dari tabel di atas dapat dilihat laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Aceh
Barat paling besar terjadi pada tahun 2016 sebesar 2,13 persen. Pertumbuhan penduduk
dalam konteks peningkatan jumlah penduduk sebagai salah satu sumber daya ekonomi
yang konstruktif memiliki arti bahwa satu pihak sumber daya manusia dipandang
sebagai modal kekuatan, namun dilain pihak dapat merupakan hambatan terhadap
keberhasilan pembangunan nasional, khususnya dilihat dari segi pembangunan
ekonomi sebagai modal atau potensi, apabila lapangan pekerjaan tersedia cukup.
Tabel 4.3.1.
Luas dan Kepadatan Penduduk berdasarkan Kecamatan
di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016-2018
Luas Wilayah Kepadatan Penduduk per Km²
No Kecamatan
(Km²) 2016 2017 2018
1 Johan Pahlawan 44,91 1.327 1.350 1.393
2 Samatiga 140,69 107 108 111
3 Bubon 129,58 50,5 51,1 52,3
4 Arongan Lambalek 130,06 87,3 89 90,3
5 Woyla 249,04 49,7 51,2 54,2
6 Woyla Barat 123,54 65,4 65,4 62,8
7 Woyla Timur 132,06 40,3 40,1 38,6
8 Kaway XVI 510,18 39,6 40,1 41,1
9 Meureubo 112,87 257 258 256
10 Pante Ceureumen 490,25 20,2 21,4 22,2
11 Panton Reu 83,04 83,7 83,3 79
12 Sungai Mas 781,73 5,2 5,3 5,3
Jumlah Total 2.927,95 63,89 65,41 66,50
Sumber : Disdukcapil Kab. Aceh Barat, 2018. (diolah)
Dari tabel 4.3.1. diatas dapat dilihat bahwa tingkat kepadatan penduduk yang
menempati urutan pertama adalah Kecamatan Johan Pahlawan. Dengan luas wilayah
yang hanya 2% (44,91 Km²,) dari luas Kabupaten Aceh Barat pada Tahun 2018, namun
kepadatan penduduknya mencapai angka 1.393 jiwa tiap kilo meter perseginya.
Sementara itu, luas wilayah Kecamatan Meureubo dan Samatiga yang tidak terlalu
besar (masing-masing sebesar 112,87 Km² dan 140,69 Km²) menyebabkan tingkat
kepadatan penduduknya menempati urutan kedua dan ketiga tertinggi di Aceh Barat
yaitu berada di kisaran angka 256 dan 111 jiwa tiap kilo meter perseginya.
Kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Sungai Mas yang tiap
kilometer perseginya hanya dihuni oleh 5 jiwa. Tingkat kepadatan ini pun tidak berubah
secara signifikan tiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada pertambahan
penduduk yang berarti disini. Selain karena faktor daerah tertinggal dan terpencil,
tingginya angka kelahiran juga diimbangi dengan besarnya tingkat kematian. Angka
migrasi masuk disini pun hampir tidak ada.
Gambar 4.4.1.
Grafik Ketergantungan Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Menurut Kelompok Usia dan Kecamatan Tahun 2018
Panton Reu
Woyla Timur
Woyla Barat
Meureubo
Pante Ceureumen
Arongan Lambalek Umur Tua (65+)
Bubon
Umur Produktif (15-64)
Samatiga
Umur Muda (0-14)
Woyla
Sungai Mas
Kaway XVI
Johan Pahlawan
Gambar 4.5.1.
Piramida Penduduk Kabupaten Aceh Barat Berdasarkan
Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2018
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
15.000 10.000 5.000 0 5.000 10.000 15.000
Laki-Laki Perempuan
Tabel 4.7.1.
Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2017
Jumlah Penduduk
Sex
Kecamatan Laki-laki Perempuan Total Keterangan
Ratio
(♂) (♀) (♂+♀)
Johan Pahlawan 30.644 30.007 60.651 102 Dalam 100 ♀ ada 102 ♂
Kaway XVI 10.374 10.103 20.477 103 Dalam 100 ♀ ada 103 ♂
Sungai Mas 2.134 2.025 4.159 105 Dalam 100 ♀ ada 105 ♂
Woyla 6.425 6.346 12.771 101 Dalam 100 ♀ ada 101 ♂
Samatiga 7.810 7.484 15.294 104 Dalam 100 ♀ ada 104 ♂
Bubon 3.375 3.247 6.622 104 Dalam 100 ♀ ada 104 ♂
Arongan Lambalek 6.000 5.584 11.584 107 Dalam 100 ♀ ada 107 ♂
Pante Ceureumen 5.407 5.128 10.535 105 Dalam 100 ♀ ada 105 ♂
Meureubo 14.921 14.206 29.127 105 Dalam 100 ♀ ada 105 ♂
Woyla Barat 4.082 4.000 8.082 102 Dalam 100 ♀ ada 102 ♂
Woyla Timur 2.687 2.620 5.307 103 Dalam 100 ♀ ada 103 ♂
Panton Reu 3.498 3.423 6.921 102 Dalam 100 ♀ ada 102 ♂
Jumlah 97.357 94.173 191.530 103 Dalam 100 ♀ ada 103 ♂
Sumber : Data Konsolidasi Bersih (DKB) Semester-2 Tahun 2017. (diolah)
Tabel 4.7.2.
Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2018
Jumlah Penduduk
Sex
Kecamatan Laki-laki Perempuan Total Keterangan
Ratio
(♂) (♀) (♂+♀)
Johan Pahlawan 31.521 31.040 62.561 102 Dalam 100 ♀ ada 102 ♂
Kaway XVI 10.602 10.383 20.985 102 Dalam 100 ♀ ada 102 ♂
Sungai Mas 2.154 2.041 4.195 106 Dalam 100 ♀ ada 106 ♂
Woyla 6.812 6.691 13.503 102 Dalam 100 ♀ ada 102 ♂
Samatiga 7.959 7.704 15.663 103 Dalam 100 ♀ ada 103 ♂
Bubon 3.434 3.351 6.785 102 Dalam 100 ♀ ada 102 ♂
Arongan Lambalek 6.038 5.712 11.750 106 Dalam 100 ♀ ada 106 ♂
Pante Ceureumen 5.557 5.347 10.904 104 Dalam 100 ♀ ada 104 ♂
Meureubo 14.795 14.144 28.939 105 Dalam 100 ♀ ada 105 ♂
Woyla Barat 3.933 3.828 7.761 103 Dalam 100 ♀ ada 103 ♂
Woyla Timur 2.609 2.494 5.103 105 Dalam 100 ♀ ada 105 ♂
Panton Reu 3.335 3.228 6.563 103 Dalam 100 ♀ ada 103 ♂
Jumlah 98.749 95.963 194.712 103 Dalam 100 ♀ ada 103 ♂
Sumber : Data Konsolidasi Bersih (DKB) Semester-2 Tahun 2018. (diolah)
Gambar 4.7.1.
Grafik Perkembangan Rasio Jenis Kelamin Penduduk
Kabupaten Aceh Barat Menurut Kecamatan Tahun 2017 s.d 2018
108
107
106
105
104
103
102
101 2017
100 2018
99
98
Dari tabel 4.7.1. dan 4.7.2. serta gambar diatas terlihat bahwa rasio jenis
kelamin penduduk Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2017-2018 hanya mengalami
sedikit penurunan bahkan cenderung stagnan pada kedua tahun tersebut yaitu jumlah
rasio jenis kelamin penduduk sebesar 103-104. Hal ini bermakna bahwa dalam 100
orang perempuan di Kabupaten Aceh Barat terdapat 103 orang penduduk laki-laki.
Sementara itu, rasio jenis kelamin penduduk per kecamatan terbanyak dari masing-
masing tahun (2017-2018) terdapat di Kecamatan Arongan Lambalek (106) dan
Kecamatan Sungai Mas (105).
4.8. Proforsi Penduduk Menurut Status Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang Undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1). Mengenai sahnya suatu perkawinan,
undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menjelaskan bahwa
perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaan nya itu (pasal 2 ayat 1). Kemudian, tiap-tiap perkawinan dicatat
menurut perundang-undangan dengan dihadiri oleh pegawai pencatatan nikah (pasal 2).
Pencatatan perkawinan memiliki manfaat bagi negara antara lain untuk
penelitian sosial dan demografis tentang pola pembentukan keluarga, ukuran keluarga
dan sebagainya. Selain itu, manfaat lainnya adalah untuk penelitian keturunan, silsilah
keluarga dan untuk penataan program keluarga berencana (KB), kebutuhan pangan
keluarga, kesehatan, perencanaan pembangunan dan sebagainya. Jelasnya
manfaat/kegunaan bagi pemerintah dapat disimpulkan ialah untuk menentukan status
dan kedudukan hukum seseorang serta menunjang tertib administrasi kependudukan
dan pemerintahan.
Dalam hal ini, konsep perkawinan difokuskan pada keadaan dimana
seseorang laki-laki dan perempuan hidup bersama dalam jangka waktu yang lama
secara sah (de jure) maupun tanpa pengesahan perkawinan (de facto). Indikator
perkawinan ini berguna bagi penentu kebijakan dalam mengembangkan program-
program pembangunan keluarga dan upaya-upaya peningkatan kualitas keluarga dan
perencanaan keluarga berencana/pembangunan keluarga.
Rata-rata usia kawin pertama dari penduduk suatu daerah mencerminkan
keadaan sosial ekonomi dari daerah tersebut. Perempuan dan laki-laki yang kawin
muda biasanya tidak banyak mempunyai alternatif kegiatan lain sehingga mereka
menikah pada usia muda dan meninggalkan bangku sekolah. Untuk memperoleh rata-
rata usia kawin pertama yang lebih cermat, para demografer mengembangkan rata-rata
usia kawin dari data tentang proforsi penduduk yang masih lajang menurut umur.
Estimasi rata-rata usia kawin pertama dengan cara ini disebut singulate mean age at
marriage (SMAM). Adapun proforsi penduduk menurut status perkawinan tahun 2018
dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:
Tabel 4.8.1.
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Menurut Status Perkawinan dan Kecamatan Tahun 2018
Status Kawin
Jumlah
Kecamatan Belum Cerai Cerai
Kawin Penduduk
Kawin Hidup Mati
Johan Pahlawan 32.248 27.292 526 2.495 62.561
Kaway XVI 9.916 9.904 195 970 20.985
Sungai Mas 1.925 2.072 26 172 4.195
Woyla 6.182 6.696 174 451 13.503
Samatiga 7.302 7.427 102 832 15.663
Bubon 3.228 3.218 44 295 6.785
Arongan Lambalek 5.674 5.472 112 492 11.750
Pante Ceureumen 5.107 5.284 92 421 10.904
Meureubo 14.573 13.084 235 1.047 28.939
Woyla Barat 3.528 3.820 75 338 7.761
Woyla Timur 2.367 2.460 59 217 5.103
Panton Reu 3.103 3.128 36 296 6.563
Jumlah 95.153 89.857 1.676 8.026 194.712
Sumber: Data Konsolidasi Bersih (DKB) Semester-2 Tahun 2018.
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Bila dilihat dari gambar 4.7.1. dan 4.7.2. di atas terlihat jelas bahwa
penduduk Kabupaten Aceh Barat dengan jenis kelamin laki-laki secara mayoritas
memang masih berstatus belum kawin (53%), sedangkan 45% penduduk laki-laki telah
berstatus kawin. Namun yang menarik perhatian adalah laki-laki dengan status cerai
hidup maupun cerai mati, jumlahnya bila digabungkan hanya 1,2% dari total populasi
laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki di Kabupaten Aceh Barat hanya sedikit
yang berstatus “duda” dan sebagian besar tetap dengan status kawin meskipun berada
dalam kelompok umur 50-75 tahun ke atas.
Fenomena ini tentu berbanding terbalik dengan status perkawinan
perempuan di Kabupaten Aceh Barat. Pada tahun 2018 terlihat bahwa angka cerai
hidup dan cerai mati perempuan berjumlah 8,1% dan secara konsisten perempuan
dengan status “janda” ini memilih untuk setia dan tidak menikah lagi terutama pada
rentang usia 25-75 tahun ke atas. Dengan demikian, hasil analisa ini tentu dapat
menjadi masukan bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Barat dalam mencegah pernikahan
dini serta mencari solusi dalam rangka meminimalisir angka perceraian hidup yang
terbilang cukup tinggi dan didominasi oleh perempuan di Kabupaten Aceh Barat.
4.9. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Darah
Golongan darah adalah suatu ciri khusus dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan juga protein pada permukaan sel darah merah. Hal
tersebut berarti bahwa golongan darah ditentukan oleh jumlah zat yang kemudian
disebut antigen yang terkandung di dalam sel darah merah itu sendiri. Menggolongkan
darah sendiri jelas sangat penting bagi kehidupan manusia. Mengetahui golongan darah
menjadi hal yang sangat penting di saat seseorang membutuhkan transfusi darah.
Selain itu golongan darah juga bermanfaat bagi kesehatan untuk
mengetahui risiko penyakit tertentu serta mencegah penyakit tersebut menyerang
seseorang. Dengan adanya data penduduk menurut golongan darah memudahkan bagi
pihak pelayanan kesehatan dalam mencari golongan darah yang sesuai dengan pasien.
Pendataan golongan darah sangat dibutuhkan oleh masyarakat, terlebih lagi ketika ada
seseorang yang membutuhkan donor darah dalam jangka waktu tertentu. Adapun
jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat menurut golongan darah dan Kecamatan
seperti tertera pada tabel dan gambar grafik dibawah ini, yaitu :
Tabel 4.9.1.
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Menurut Golongan Darah dan Kecamatan Tahun 2018
Golongan Darah
Kecamatan Tidak Jumlah
A B AB O A+ B+ AB+ O+ A- B- AB- O-
Tahu
Johan Pahlawan 2.007 2.675 952 5.674 31 31 25 23 6 9 26 45 51.057 62.561
Kaway XVI 157 194 62 427 3 6 - 8 - - 1 9 20.118 20.985
Sungai Mas 14 26 12 38 - - - - - - - 3 4.102 4.195
Woyla 66 70 25 150 1 2 - - - - 1 3 13.185 13.503
Samatiga 172 258 80 461 1 - 1 2 - 1 - 3 14.684 15.663
Bubon 26 42 12 83 - - - - 1 - 1 2 6.618 6.785
Arongan Lambalek 55 43 25 133 - 1 2 1 - - - 3 11.487 11.750
Pante Ceureumen 73 66 27 123 - 1 - 2 - - - 2 10.610 10.904
Meureubo 473 545 215 1.167 10 5 4 5 2 2 3 22 26.486 28.939
Woyla Barat 26 34 14 77 1 1 2 - - - 2 5 7.599 7.761
Woyla Timur 19 25 12 48 1 - - 1 - - - 3 4.994 5.103
Panton Reu 25 25 13 47 - 1 - - 1 - - 1 6.450 6.563
Jumlah 3.113 4.003 1.449 8.428 48 48 34 42 10 12 34 101 177.390 194.712
Sumber: Data Konsolidasi Bersih (DKB) Semester-2 Tahun 2018
Gambar 4.9.1.
Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Menurut Golongan Darah Tahun 2018
177.390
Tabel 4.10.1.
Jumlah Penyandang Cacat Kabupaten Aceh Barat
Menurut Jenis Kecacatan dan Kecamatan Tahun 2018
Jenis Penyandang Cacat
Kecamatan Cacat Cacat Cacat Cacat Jumlah
Cacat Cacat
Netra Rungu Mental Fisik &
Fisik Lainnya
/Buta /Wicara /Jiwa Mental
Johan Pahlawan 11 2 2 8 3 2 28
Kaway XVI 66 - 1 1 - - 68
Sungai Mas 3 2 1 - - 2 8
Woyla 16 4 - 1 - - 21
Samatiga 11 - 1 1 2 - 15
Bubon 13 2 - - 1 - 16
Arongan Lambalek 18 1 - 1 1 1 22
Pante Ceureumen 8 - 2 - - 1 11
Meureubo 7 5 - 2 - - 14
Woyla Barat 3 - 3 - 1 - 7
Woyla Timur 7 - - - - 1 8
Panton Reu 4 - 1 - - - 5
Jumlah 167 16 11 14 8 7 223
Sumber : Data Konsolidasi Bersih (DKB) Semester-2 Tahun 2018.
Gambar 4.10.1.
Grafik Jumlah Penyandang Cacat Kabupaten Aceh Barat
Menurut Jenis Kecacatan dan Kecamatan Tahun 2018
70
60
50
40
30
20
10
0
Laki-Laki Perempuan
Dari tabel dan gambar diatas terlihat bahwa kepala keluarga laki-laki
umumnya memiliki pasangan/istri yaitu dari 45.857 Kepala Keluarga laki-laki yang
mempunyai istri sebanyak 42.593 orang, sedangkan dari 10.114 kepala keluarga
perempuan hanya 19 orang saja yang masih bersuami. Hal ini menunjukkan bahwa
kepala keluarga perempuan umumnya berstatus sendiri baik mereka yang belum pernah
kawin maupun mereka yang berstatus cerai hidup maupun cerai mati.
Perempuan berstatus kepala keluarga perlu mendapat perhatian lebih karena
pada umumnya keluarga yang dipimpin oleh kepala keluarga perempuan mempunyai
tingkat kesejahteraan lebih rendah dibandingkan keluarga yang dikepalai oleh laki-laki.
Adapun proporsi anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah yang berstatus
menantu, cucu, orang tua, mertua dan famili lain menunjukkan proporsi yang rendah
yaitu sekitar 3%. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga luas (extended family) di
Kabupaten Aceh Barat jumlahnya tidak besar.
Pada saat sekarang ini sudah muncul adanya keluarga yang terdiri dari 3
generasi, yaitu generasi orang tua, anak dan menantu/cucu atau yang biasa disebut
dengan sandwiches family, dimana pasangan suami istri harus menanggung orang
tua/mertua dan anak-anak mereka sendiri. Bila diperhatikan dari tabel diatas terlihat
bahwa jumlah SHDK yang berstatus anak rata-rata di Kabupaten Aceh Barat berjumlah
45,9 atau rata-rata dalam suatu keluarga terdapat 4-5 orang anak. Namun, jika dibagi
per kepala keluarga (KK) masing memiliki anak berjumlah 1,5 atau rata-rata 1-2 orang
saja. Tentu ini merupakan kabar gembira bagi program Keluarga Berencana (KB).
BAB V
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN BIDANG
KUALITAS PENDUDUK
Gambar 5.1.1.
Grafik Perkembangan Angka Kelahiran Kasar Kabupaten Aceh Barat
Menurut Kecamatan Tahun 2016 s.d. 2018
2500
2000
1500
1000
500
Angka kematian bayi (AKB) adalah kematian yang terjadi antara saat
setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Atau didefinisikan
sebagai jumlah kematian bayi berusia dibawah 1 tahun pada 1000 kelahiran hidup
dalam tahun tertentu. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi, secara garis
besar dari sisi penyebabnya kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neo-natal adalah
kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang
tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian bayi post neo-natal adalah kematian
bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang terkait dengan pengaruh lingkungan luar. AKB
digunakan sebagai indikator yang menggambarkan tingkat pelayanan kesehatan ibu dan
anak. Sejalan dengan itu, permasalahan yang sering terjadi karena kelahiran bayi
berkaitan erat dengan pemutakhiran data yang memerlukan sumber data yang akurat
dengan demikian hasil data tersebut dapat merepresentasikan data jumlah penduduk.
Tinggi rendahnya tingkat kematian penduduk di suatu daerah akan
mempengaruhi pertumbuhan penduduk di daerah tersebut, tetapi juga merupakan
cerminan dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan penduduk di daerah tersebut,
sehingga indikator kematian penting dalam merencanakan berbagai kebijakan dibidang
kesehatan maupun untuk mengevaluasi program kegiatan pembangunan yang telah
dilakukan.
Sementara itu, untuk tahun 2018 angka kematian bayi sebanyak 43 jiwa
atau 1,37% dari total kelahiran hidup sebesar 3.142 jiwa. Angka kematian bayi tersebut
sedikit menurun dibanding pada tahun sebelumnya, penyebab kematian bayi pada
umumnya disebabkan oleh lahir mati atau kematian janin dalam kandungan (KJDK).
Selain itu, ada juga bayi usia 0-11 bulan yang mengalami kematian disebabkan karena
pemberian pisang dan nasi. Adapun jumlah kematian bayi tahun 2018 sebagai berikut :
Tabel 5.3.1.
Jumlah Kematian Bayi di Kabupaten Aceh Barat
Menurut Kecamatan Tahun 2018
Jumlah Jumlah Bayi
Kecamatan %
Kematian Bayi yang Lahir
Johan Pahlawan 14 1.130 1,24
Kaway XVI 5 339 1,47
Sungai Mas 0 50 0
Woyla 3 191 1,57
Samatiga 3 243 1,23
Bubon 2 87 2,30
Arongan Lambalek 4 149 2,68
Pante Ceureumen 2 128 1,56
Meureubo 8 557 1,44
Woyla Barat 0 125 0
Woyla Timur 0 56 0
Panton Reu 2 87 2,3
Total 43 3.142 1,37
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, 2019.
Jumlah kematian bayi terbesar pada umumnya berada di Kecamatan Johan
Pahlawan dan Meureubo (22 jiwa). Fakta ini sangat ironis mengingat kedua kecamatan
tersebut masih berada di daerah perkotaan dengan tingkat pendidikan rata-rata
penduduk terbilang cukup baik. Hal ini harus menjadi perhatian serius pemerintah dan
orang tua sehingga angka kematian bayi di tahun mendatang dapat berkurang.
Total 39.089 25.417 43.283 27.137 46.092 5.573 7.708 413 194.712
Sumber: Data Konsolidasi Bersih (DKB) Semester-2 Tahun 2018.
Gambar 5.4.1.
Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2018
50000
40000
30000
0
5.573 7.708
Tidak/ Belum
Belum Tamat Tamat Tamat Tamat 413
Sekolah SD SD SLTP SLTA Tamat Tamat
D2/D3 D4/S1 Pasca
Sarjana
(S2/S3)
9.000
8.000
7.000
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
-
Dari Tabel dan Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia
Sekolah Dasar/Sederajat (7-12 tahun) tertinggi berada di Kecamatan Johan Pahlawan
sebesar 8.177 jiwa, dan Kecamatan Meureubo sebesar 2.184 jiwa. Adapun yang
terendah berada di Kecamatan Sungai Mas sebesar 464 jiwa dan Kecamatan Woyla
Timur sebesar 527 jiwa. Selanjutnya usia sekolah SLTP/Sederajat tertinggi berada di
Kecamatan Johan Pahlawan sebesar 3.156 jiwa, dan yang terendah berada di
Kecamatan Sungai Mas 200 jiwa dan Kecamatan Woyla Timur sebesar 212 jiwa.
Sementara itu, penduduk usia sekolah SLTA/Sederajat tertinggi tetap berada di
Kecamatan Johan Pahlawan sebesar 2.948 jiwa, dan yang paling terendah berada di
Kecamatan Sungai Mas sebesar 219 jiwa.
Manusia diberi kelebihan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk memelihara,
melestarikan, mengambil manfaat, menggal dan mengolah kekayaan alam ini untuk
terwujudnya kesejahteraan dan kedamaian serta kemajuan dalam menjalankan hidup.
Pencapaian ini dilandasi karena manusia memiliki standar hidup yang kuat dan stabil
(aturan agama) serta buka aturan yang labil dan berubah-ubah (aturan manusia). Orang
yang telah memahami dan menghayati benar agama akan memiliki motivasi dan
semangat hidup yang tinggi sehingga tidak akan malas, putus asa, berpangku tangan
melainkan menjalani dan menghadapi tugas yang diemban kepadanya dengan penuh
semangat dan tulus ikhlas.
Semangat dan motivasi sangat diperlukan dalam kehidupan dengan
berlandaskan agama, sebab hanya orang-orang yang memiliki motivasi tinggi yang
dapat menjalankan dengan baik. Sebaliknya orang yang tidak menjalankan agama
dengan baik tidak memiliki semangat dan motivasi, hidupnya cenderung akan
bermalas-malasan, cepat putus asa, rendah diri dan tidak pedulu dengan masa
depannya. Agama memberikan aturan-aturan manusia dalam berbagai bentuk
hubungan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan (habblu minnallah) dan hubungan
manusia dengan sesama manusia (habblu minnanaas). Kedua hubungan tersebut
dimanifestasikan dalam sikap yang serasi dalam ketundukan dan ketaatan baik kepada
Allah SWT, antar sesama manusia dan terhadap dirinya sendiri.
Pada pasal 29 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 telah dinyatakan adanya kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Bahwasanya setiap orang bebas memeluk agama dan kepercayaannya
masing-masing serta dijamin oleh negara dalam menjalankan ibadah menurut
agamanya. Berhak atas kebebasan berkeyakinan kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap sesuai dengan hati nuraninya.
Dari 6 (enam) agama yang telah diakui di Negara Republik Indonesia, pada
tanggal 18 Oktober 2016 melalui putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor:
97/PUU-XIV/2016 akhirnya negara mengakui adanya agama Penghayat Kepercayaan
Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tindak lanjut dari Putusan MK tersebut lahirlah
Permendagri Nomor 118 Tahun 2017 tentang blangko Kartu Keluarga (KK), Register
dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil. Adapun rincian jumlah penduduk menurut agama
tahun 2018 sebagai berikut:
Tabel 5.8.1.
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Menurut Agama dan Kecamatan Tahun 2018
Agama/Kepercayaan
Jumlah
Kecamatan Kristen Kristen Konghu Keperca
Islam Hindu Budha Penduduk
Protestan Katolik chu yaan
Johan Pahlawan 61.562 273 55 - 671 - - 62.561
Kaway XVI 20.969 15 1 - - - - 20.985
Sungai Mas 4.195 - - - - - - 4.195
Woyla 13.503 - - - - - - 13.503
Samatiga 15.653 9 1 - - - - 15.663
Bubon 6.785 - - - - - - 6.785
Arongan Lambalek 11.749 1 - - - - - 11.750
Pante Ceureumen 10.904 - - - - - - 10.904
Meureubo 28.797 103 3 - 36 - - 28.939
Woyla Barat 7.761 - - - - - - 7.761
Woyla Timur 5.103 - - - - - - 5.103
Panton Reu 6.562 - - 1 - - - 6.563
Total 193.543 401 60 1 707 - - 194.712
Sumber: Data Konsolidasi Bersih (DKB) Semester-2 Tahun 2018.
Gambar 5.8.1.
Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Menurut Agama dan Kecamatan Tahun 2018
70.000
60.000
50.000
40.000 Budha
30.000 Hindu
20.000 Kristen Katolik
10.000 Kristen Protestan
- Islam
Jika dilihat dari tabel di atas secara umum angka partisipasi angkatan kerja
(APAK) di Kabupaten Aceh Barat tahun 2018 jumlahnya masih sama seperti tahun
sebelumnya yaitu sebesar 45,6. Dari tabel di atas terlihat Kecamatan Woyla Timur
mempuyai nilai APAK tertinggi yakni sebesar 51,3 dan APAK terendah terdapat di
Kecamatan Panton Reu sebesar 41,1. Sedangkan APAK menurut kelompok umur di
Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2018 terlihat bahwa penduduk yang berusia 20-24
tahun memiliki APAK yang terendah (7) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 5.9.1.
Grafik Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK)
Laki-Laki dan Perempuan Menurut Kelompok Umur Tahun 2018
70
60 64 65 66
63 62 63
58
50
40
30
28
20
10
12
0 7
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64
APAK
Bubon; 5,4
Pante Woyla; 4,0
Ceureumen;
6,5 Samatiga; 3,7
Arongan
Lambalek; 4,7
Dari tabel dan gambar diatas terlihat bahwa secara keseluruhan tingkat
pengangguran di Kabupaten Aceh Barat mencapai angka 5,33 persen. Sedangkan angka
pengangguran tertinggi mencapai 9,67 persen terdapat di Kecamatan Sungai Mas dan
yang terendah mencapai 3,47 persen terdapat di Kecamatan Woyla Timur. Sementara
itu, diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat yang berstatus
pengangguran (usia 15-64 tahun) sebesar 3.226 Jiwa pada tahun 2018. Adapun
karakteristik pengangguran menurut umur, pendidikan terakhir yang ditempuh serta
status hubungan dalam keluarga dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini :
Tabel 5.10.2.
Karakteristik Pengangguran Laki-Laki dan Perempuan
Usia 15-64 Tahun Menurut Pendidikan Tahun 2018
Laki-laki Perempuan Total (Jiwa)
Pendidikan
∑ % ∑ % ∑ %
Tidak/Belum Sekolah 853 51,4 658 42,4 1.511 47,1
Tidak Tamat SD/Sederajat 242 14,6 236 15,2 478 14,9
Tamat SD/Sederajat 201 12,1 230 14,8 431 13,4
SLTP/Sederajat 108 6,5 143 9,2 251 7,8
SLTA/Sederajat 188 11,3 212 13,7 400 12,5
Diploma I/II 3 0,2 13 0,8 16 0,5
Akademi/Diploma III/Sarmud 6 0,4 20 1,3 26 0,8
Diploma IV/Strata I 57 3,4 38 2,5 95 3,0
Strata II 1 0,1 1 0,1 2 0,1
Strata III 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Jumlah 1.659 100 1.551 100 3.210 100
Sumber : Data Konsolidasi Bersih (DKB) Semester-2 Tahun 2018 (diolah).
Gambar 5.10.2.
Grafik Karakteristik Pengangguran Laki-Laki dan Perempuan
Usia 15-64 Tahun Menurut Pendidikan Tahun 2018
Gambar 6.1.1.
Grafik Migrasi Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2016-2018
8,04
8,11 8,08
7,61
7,01
6,88
2016
2017
2018
Tabel 6.2.1.
Migrasi Masuk Penduduk Ke Kabupaten Aceh Barat
Berdasarkan Kecamatan Yang Dituju Tahun 2018
Kecamatan Yang Pindah Antar Pindah Antar Jumlah Migran
Dituju Kabupaten Provinsi Masuk
Johan Pahlawan 910 332 1.242
Kaway XVI 279 84 363
Sungai Mas 44 1 45
Woyla 111 33 144
Samatiga 142 38 180
Bubon 63 13 76
Arongan Lambalek 113 10 123
Pante Ceureumen 110 25 135
Meureubo 484 194 678
Woyla Barat 84 9 93
Woyla Timur 45 0 45
Panton Reu 24 9 33
Jumlah 2.409 748 3.157
Sumber: Dinas Dukcapil Kab. Aceh Barat/SIAK (diolah), 2018.
Tabel 6.2.2.
Migrasi Masuk Penduduk Ke Kabupaten Aceh Barat
Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2018
Penduduk Masuk Jumlah Migrasi Masuk
Kecamatan
Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Rata-rata
Johan Pahlawan 627 615 1.242 62.561 10,02 9,83 9,93
Kaway XVI 190 173 363 20.985 9,05 8,24 8,65
Sungai Mas 23 22 45 4.195 5,48 5,24 5,36
Woyla 69 75 144 13.503 5,11 5,55 5,33
Samatiga 103 77 180 15.663 6,58 4,92 5,75
Bubon 41 35 76 6.785 6,04 5,16 5,60
Arongan Lambalek 63 60 123 11.750 5,36 5,11 5,23
Pante Ceureumen 65 70 135 10.904 5,96 6,42 6,19
Meureubo 375 303 678 28.939 12,96 10,47 11,71
Woyla Barat 42 51 93 7.761 5,41 6,57 5,99
Woyla Timur 24 21 45 5.103 4,70 4,12 4,41
Panton Reu 13 20 33 6.563 1,98 3,05 2,51
Jumlah 1.635 1.522 3.157 194.712 8,40 7,82 8,11
Sumber: Dinas Dukcapil Kab. Aceh Barat/SIAK (diolah), 2019.
Migrasi keluar yang terjadi selama tahun 2018 di Kabupaten Aceh Barat
mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, yaitu rata-rata sebesar 8,08 per
1000 orang penduduk (8,60 untuk laki-laki dan 7,56 untuk perempuan). Jumlah migran
yang keluar terbesar terdapat di Kecamatan Meureubo yang terjadi pada tahun 2018
sebesar 12,63 per 1000 orang (14,58 untuk laki-laki dan 10,68 untuk perempuan).
Selanjutnya migran yang keluar terbanyak kedua bila dirinci per kecamatan
dan jenis kelamin berada di Kecamatan Johan Pahlawan rata-rata sebesar 12,35 per
1000 orang (12,69 untuk laki-laki dan 12,0 untuk perempuan). Sementara itu, angka
migrasi keluar yang terkecil terjadi pada tahun 2018 terdapat di Kecamatan Sungai Mas
dengan rata-rata sebesar 2,86 per 1000 orang (3,34 untuk laki-laki dan 2,38 untuk
perempuan). Untuk lebih jelasnya mengenai angka migrasi keluar dari Kabupaten Aceh
Barat tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 6.3.1. sebagai berikut:
Tabel 6.3.1.
Migrasi Keluar Dari Kabupaten Aceh Barat
Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2018
Penduduk Keluar Jumlah Migrasi Keluar
Kecamatan
Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Rata-rata
Johan Pahlawan 794 751 1.545 62.561 12,69 12,00 12,35
Kaway XVI 118 109 227 20.985 5,62 5,19 5,41
Sungai Mas 14 10 24 4.195 3,34 2,38 2,86
Woyla 49 36 85 13.503 3,63 2,67 3,15
Samatiga 56 55 111 15.663 3,58 3,51 3,54
Bubon 31 20 51 6.785 4,57 2,95 3,76
Arongan Lambalek 58 57 115 11.750 4,94 4,85 4,89
Pante Ceureumen 54 28 82 10.904 4,95 2,57 3,76
Meureubo 422 309 731 28.939 14,58 10,68 12,63
Woyla Barat 46 51 97 7.761 5,93 6,57 6,25
Woyla Timur 13 17 30 5.103 2,55 3,33 2,94
Panton Reu 20 29 49 6.563 3,05 4,42 3,73
Jumlah 1.675 1.472 3.147 194.712 8,60 7,56 8,08
Sumber: Disdukcapil Kab. Aceh Barat/SIAK (diolah), 2019.
Angka migrasi netto yaitu selisih banyaknya migran masuk dan migran
keluar ke dan dari suatu kabupaten/kota per 1000 penduduk dalam satu tahun. Dalam
periode tahun 2018 selisih banyaknya migran masuk dan migran keluar yang terjadi di
Kabupaten Aceh Barat adalah sebesar 8,07 yang terdiri dari -0,21 migran laki-laki dan
0,26 migran perempuan. Ini berarti bahwa di Kabupaten Aceh Barat selama periode
tahun 2018 jumlah penduduk masuk lebih banyak daripada jumlah penduduk keluar.
Angka migrasi neto yang negatif bermakna bahwa jumlah penduduk yang
keluar lebih banyak daripada jumlah migran yang masuk, hal seperti terdapat hampir
diseluruh kecamatan dalam Kabupaten Aceh Barat. Hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa kecamatan-kecamatan yang memiliki angka negatif berarti kecamatan tersebut
kurang diminati oleh para pendatang dan kurang disenangi oleh penduduknya. Ini
menegaskan sekali lagi bahwa di Kabupaten Aceh Barat selama periode tahun 2018
jumlah penduduk yang masuk lebih banyak daripada jumlah penduduk yang keluar.
Adapun rincian jumlah migrasi netto per kecamatan dan jenis kelamin dari tahun 2018
dapat dilihat pada tabel 6.4.1. sebagai berikut:
Tabel 6.4.1.
Migrasi Netto Kabupaten Aceh Barat Berdasarkan
Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2018
Migrasi Masuk Migrasi Keluar Migrasi Masuk Netto
Jumlah
Kecamatan Laki- Perem Rata- Laki- Perem Rata- Laki- Perem Rata-
Penduduk
laki puan rata laki puan rata laki puan rata
Johan Pahlawan 10,02 9,83 9,93 12,69 12,00 12,35 62.561 -2,67 -2,17 9,73
Kaway XVI 9,05 8,24 8,65 5,62 5,19 5,41 20.985 3,43 3,05 8,39
Sungai Mas 5,48 5,24 5,36 3,34 2,38 2,86 4.195 2,15 2,86 4,68
Woyla 5,11 5,55 5,33 3,63 2,67 3,15 13.503 1,48 2,89 5,10
Samatiga 6,58 4,92 5,75 3,58 3,51 3,54 15.663 3,00 1,40 5,52
Bubon 6,04 5,16 5,60 4,57 2,95 3,76 6.785 1,47 2,21 5,05
Arongan Lambalek 5,36 5,11 5,23 4,94 4,85 4,89 11.750 0,43 0,26 4,82
Pante Ceureumen 5,96 6,42 6,19 4,95 2,57 3,76 10.904 1,01 3,85 5,85
Meureubo 12,96 10,47 11,71 14,58 10,68 12,63 28.939 -1,62 -0,21 11,28
Woyla Barat 5,41 6,57 5,99 5,93 6,57 6,25 7.761 -0,52 0,00 5,19
Woyla Timur 4,70 4,12 4,41 2,55 3,33 2,94 5.103 2,16 0,78 3,83
Panton Reu 1,98 3,05 2,51 3,05 4,42 3,73 6.563 -1,07 -1,37 1,95
Jumlah 8,40 7,82 8,11 8,60 7,56 8,08 194.712 -0,21 0,26 8,07
Sumber: Disdukcapil Kab. Aceh Barat/SIAK (diolah), 2019.
Gambar 6.4.1.
Grafik Rata-Rata Migrasi Netto Kabupaten Aceh Barat
Berdasarkan Kecamatan Tahun 2017-2018
Gambar 7.1.1.
Grafik Persentase Kepemilikan Kartu Keluarga Kabupaten Aceh Barat
Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2018
Panton Reu; Johan
Woyla Timur; 86,77 Pahlawan;
84,08 Kaway XVI;
95,49
87,03
Woyla Barat; Sungai
86,46 Mas;
79,16
Meureubo; Woyla; 84,72
89,04
Samatiga;
Arongan 85,26
Lambalek; Bubon; 81,75
91,30
Pante
Ceureumen;
89,29
Dari tabel di atas menggambarkan jumlah kepala keluarga pada tahun 2018
di Kabupaten Aceh Barat sebanyak 57.020 kepala keluarga, yang dikepalai laki-laki
sebanyak 46.906 jiwa dan yang dikepalai perempuan sebesar 10.114 jiwa. Sedangkan
cakupan kepemilikan kartu keluarga di Kabupaten Aceh Barat secara keseluruhan
meningkat dibanding pada tahun sebelumnya mencapai 89,47% yang terdiri dari 42.961
orang laki-laki dan 8.056 orang perempuan.
Gambar 7.3.1.
Grafik Persentase Kepemilikan Akta Kelahiran Penduduk
Kabupaten Aceh Barat Berdasarkan Kecamatan Tahun 2018
Johan Pahlawan;
Panton Reu; 86,83 90,65
Woyla Timur; Kaway XVI; 93,20
89,95
Woyla Barat; Sungai Mas;
87,40 91,63
80
80
54
60
40 37 45
17 9 22 31
20 25 17
1 1 9 -
- 5 1 7 - 1 4
2 2 6 2
Laki-laki Perempuan
7.5. Kepemilikan Akta Perkawinan
Akta perkawinan merupakan identitas atas penduduk yang berstatus kawin
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akta perkawinan memberikan
kekuatan hukum atas ikatan antara laki-laki dan perempuan dalam bentuk keluarga
dengan seluruh hak dan kewajiban yang melekat didalamnya. Perlu diketahui
kepemilikan akta perkawinan hanya untuk mereka yang beragama selain agama islam
atau non muslim. Disinilah dibutuhkan kerjasama dengan Kementerian Agama,
khususnya Kantor Urusan Agama (KUA) dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil, agar masyarakat yang beragama Islam dapat juga terdata telah memiliki buku
nikah. Adapun jumlah kepemilikan akta perkawinan menurut agama (non muslim)
dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut :
Tabel 7.5.1.
Kepemilikan Akta Perkawinan Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Menurut Agama dan Kepercayaan Tahun 2018
Akta Perkawinan Tercetak
Agama/Kepercayaan Perkawinan Yang Jumlah Akta
Dilaporkan Perkawinan
Kristen Protestan 61 61
Kristen Katolik 4 4
Hindu - -
Budha 87 87
Konghuchu - -
Kepercayaan Kepada Tuhan YME - -
Jumlah 152 152
Sumber : Dinas Dukcapil Kab. Aceh Barat/SIAK , 2018 (diolah).
Gambar 7.5.1.
Kepemilikan Akta Perkawinan Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Menurut Agama dan Kepercayaan Tahun 2018
100
80 61 87
60
40
20
4
0 0
0
Kristen 0
Kristen
Protestan Hindu
Katolik Budha
Konghuchu
Kepercayaan
Dari tabel dan gambar di atas terlihat bahwa animo penduduk non muslim
yang mengurus akta perkawinan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Aceh Barat masih sangat rendah. Hal ini masih dianggap wajar karena
jumlah penduduk non muslim di Kabupaten Aceh Barat hanya sebesar 1.138 jiwa atau
0,59 persen dari total jumlah penduduk.
Namun demikian, perlu adanya sosialisasi secara lebih masif kepada
penduduk non muslim atau pasangan tanpa akta kawin di Kabupaten Aceh Barat untuk
mengurus akta perkawinan pada Dinas Dukcapil Kabupaten Aceh Barat. Sementara itu,
bila dilihat kepemilikan akta nikah/buku nikah penduduk Kabupaten Aceh Barat untuk
semua agama yang bersumber dari kartu keluarga (KK) dengan status kawin tercatat
apabila sudah melampirkan buku nikah, dan status kawin belum tercatat apabila belum
melampirkan buku nikah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7.5.2.
Kepemilikan Buku Nikah Penduduk Kabupaten Aceh Barat
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2018
Kawin Tercatat Kawin Belum Tercatat
Kecamatan
Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-Laki Perempuan Jumlah
Johan Pahlawan 3.077 2.902 5.979 10.561 10.752 21.313
Kaway XVI 826 762 1.588 4.134 4.182 8.316
Sungai Mas 172 146 318 864 890 1.754
Woyla 550 475 1.025 2.753 2.918 5.671
Samatiga 695 631 1.326 3.020 3.081 6.101
Bubon 302 279 581 1.294 1.343 2.637
Arongan Lambalek 433 384 817 2.289 2.366 4.655
Pante Ceureumen 542 492 1.034 2.100 2.150 4.250
Meureubo 1.252 1.144 2.396 5.286 5.402 10.688
Woyla Barat 277 268 545 1.632 1.643 3.275
Woyla Timur 255 233 488 970 1.002 1.972
Panton Reu 252 229 481 1.308 1.339 2.647
Jumlah 8.633 7.945 16.578 36.211 37.068 73.279
Sumber : Dinas Dukcapil Kab. Aceh Barat/SIAK (diolah), 2018.
Dari tabel di atas terlihat bahwa masih banyak penduduk Kabupaten Aceh
Barat yang belum memiliki buku/akta nikah. Hal ini harus menjadi perhatian serius
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat bekerja sama dengan KUA sebagai lembaga penerbit
buku nikah bagi umat muslim. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan
mengadakan isbat nikah gratis bagi penduduk yang kurang mampu. Persoalan rendahnya
kepemilikan akta nikah ini bukan semata-mata akibat kesalahan dari masyarakat saja,
tapi karena adanya perubahan SIAK Versi 7.0 yang mewajibkan untuk input nomor buku
nikah dan tanggal perkawinan pada biodata WNI. Sehingga apabila penduduk tidak
melampirkan buku nikah, secara otomatis akan keluar status kawin belum tercatat.
BAB VIII
PENUTUP
8.1. Kesimpulan
Tantangan besar persoalan kependudukan di Kabupaten Aceh Barat di masa
depan adalah bagaimana mengoptimalkan bonus demografi. Dengan tren perubahan
komposisi penduduk menurut umur di masa lalu, diperkirakan Kabupaten Aceh Barat
akan mencapai puncak windows of opportunity tahun 2025. Sebagai fondasi utama dari
tujuan penyusunan buku profil perkembangan kependudukan adalah tersedianya data
dan informasi kependudukan yang memadai. Adapun kesimpulan dari seluruh pokok
pembahasan pada bab-bab sebelumnya antara lain sebagai berikut :
1. Kelompok usia 20-45 tahun di Kabupaten Aceh Barat tahun 2018 sebesar 40,4%.
Kelompok ini sering disebut sebagai kelompok usia produktif. Kelompok ini perlu
perhatian khusus di bidang pendidikan dan kesehatan untuk mengoptimalkan bonus
demografi pada tahun 2020. Di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) nantinya,
kelompok usia 20-45 tahun akan mencapai 43% dan perlu mendapat perhatian
khusus terkait kebutuhan lapangan pekerjaan, dan kecakapan bertahan hidup untuk
menciptakan pendapatan ekonomis bagi dirinya sendiri;
2. Persentase kepemilikan KTP-el pada tahun 2018 baru mencapai 87,90%, cakupan
kepemilikan KTP-el tersebut masih terbilang rendah dan perlu sosialisasi dan
kampanye sadar KTP-el agar dijadikan program prioritas. Karena data KTP-el
merupakan data yang sangat penting sebagai identitas tunggal dan basis data untuk
memperoleh layanan publik;
3. Cakupan kepemilikan akta kematian di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2018
masih sangat rendah yaitu hanya 378 lembar akta kematian tecetak dari 378 kasus
kematian yang dilaporkan. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya kesadaran
masyarakat dalam melaporkan peristiwa kematian. sehingga perlu upaya yang lebih
sistematis dan terfokus agar data kependudukan dapat ditingkatkan akurasinya;
4. Cakupan kepemilikan akta perkawinan/buku nikah penduduk di Kabupaten Aceh
Barat masih sangat rendah. Akan tetapi, rendahnya kepemilikan akta nikah ini
bukan semata-mata akibat kesalahan dari masyarakat yang tidak memiliki buku
nikah, tapi karena adanya perubahan SIAK Versi 7.3 yang mewajibkan untuk
menginput nomor buku nikah dan tanggal perkawinan pada biodata WNI. Sehingga
apabila penduduk tidak melampirkan buku nikah, secara otomatis akan keluar status
kawin belum tercatat.
8.2. Saran dan Rekomendasi
Sesuai dengan tujuan utama dari penyusunan buku profil perkembangan
kependudukan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2019, dan setelah menginventarisasi
permasalahan yang terjadi di lingkungan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Aceh Barat, maka berikut adalah beberapa rekomendasi dan saran tindak
lanjut yang dapat dilakukan oleh para pembuat kebijakan di Kabupaten Aceh Barat
sebagai berikut:
1. Dinas Dukcapil Aceh Barat sampai saat ini belum memiliki Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) yang seharusnya memberikan pelayanan administrasi
kependudukan yang terjangkau dan dekat dengan masyarakat, sebagaimana yang
telah diatur dalam Permendagri Nomor 120 Tahun 2017 tentang Unit Pelaksana
Teknis Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota.
2. Peningkatan kualitas ruang pelayanan untuk kenyamanan bagi masyarakat dan
meningkatkan citra positif Pemerintah Kabupaten Aceh Barat. Sarana kantor yang
memadai memberikan kesan profesional. Selain itu dibutuhkan penerapan sistem
antrean memakai nomor antrian elektronik dan menempatkan seorang petugas yang
membantu pemohon dalam hal mengurus jenis pelayanan yang dikehendaki;
3. Peningkatan kualitas pelayanan administrasi kependudukan yang modern. Dengan
pelayanan prima dan modern yang mengadopsi pelayanan swasta yang kompetitif,
diharapkan akan mendapatkan data kependudukan yang lebih akurat. Kemudahan
pelayanan akan membuat masyarakat mudah dalam memutakhirkan data
kependudukan mereka, sehingga tujuan “Dukcapil Go-Digital” akan terwujud.
4. Masih banyak penduduk Kabupaten Aceh Barat yang belum memiliki buku/akta
nikah. Hal ini harus menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Aceh Barat
yang dapat bekerja sama dengan KUA sebagai lembaga penerbit buku nikah bagi
umat muslim. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengadakan
isbat nikah gratis bagi penduduk yang kurang mampu melalui pemanfaatan dana
desa.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh Barat. 2018. Kabupaten Aceh Barat Dalam
Angka Tahun 2017. Meulaboh: BPS.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Barat. 2017. RPJM Kabupaten
Aceh Barat Tahun 2017-2022. Meulaboh.
Dadek, Teuku., Yuzar, Hendri., dkk. 2016. Komoditi Produk Jenis Usaha Unggulan
Kabupaten Aceh Barat. Meulaboh: Bappeda Aceh Barat.
De Jong, Gordon., Fawcett, James T. 1981, Motivation for Migration: An Assesment and
Value-Expectancy Research Model. New York: Pergamon Press Studies.
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat.2018. Data Pelayanan Kesehatan Bidang Kesehatan
Masyarakat. Meulaboh: Dinkes Aceh Barat
Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Barat. 2019. Indikator Pendidikan Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2018. Meulaboh: Dinas Pendidikan Aceh Barat
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil. 2019. Data Kependudukan
Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota Buku 1 Semester II 2018. Jakarta:
Kementerian Dalam Negeri RI.
Faturochman., Dwiyanto, Agus. 2000. Reorientasi Kebijakan Kependudukan. Yogyakarta:
Aditya Media.
Mantra, Ida Bagoes. 2012. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.