MODUL 2
BAHAN DAN PENGUJIAN
BAHAN PERKERASAN KAKU
Modul 2 – Bahan dan Pengujian Bahan Perkeasan Kaku
KATA PENGANTAR
Diklat Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) merupakan salah satu upaya yang
dianggap strategis dalam peningkatan profesionalisme Aparatur Sipil Negara (ASN)
di Lingkungam Kementerian PUPR. Untuk mengefektifkan Diklat Perkerasan Kaku
(Rigid Pavement) selain ada tatap muka juga ada pembelajaran melalui
penggunaan modul sebagai bahan ajar yang akan membantu pembelajaran
peserta didik.
Modul Konsep Dasar Konstruksi Perkerasan Kaku ini dimaksudkan untuk
membekali peserta diklat tentang pengetahuan bahan-bahan campuran beton
untuk perkerasan kaku, dasar-dasar pengujian bahan campuran beton, dan
pengujian bahan campuran beton, diantaranya pengujian agregat, pengujian
semen, pengujian tulangan, dan pengujian bahan sealant.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun atas
tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan, maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan
bermanfaat bagi peningkatan profesionalisme Aparatur Sipil Negara (ASN) di
Lingkungam Kementerian PUPR.
Bandung, Desember 2017
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 1- Ukuran nominal dan kapasitas alat berat isi agregat .............................. 5
Tabel 2 - Ketentuan Gradasi Agregat ...................................................................... 7
Tabel 3 - Komposisi (%) dan kadar senyawa kimia semen Portland ..................... 12
Tabel 4 - Diameter ruji .......................................................................................... 21
Tabel 5 - Jenis dan spesifikasi bahan penutup yang umum digunakan untuk
perkerasan kaku ..................................................................................... 23
Tabel 6 - Persyaratan untuk agregat halus dan agregat kasar
(Spesifikasi Umum-Binamarga, 2010) .................................................... 27
Tabel 7 - Berat minimum contoh bahan uji .......................................................... 29
Tabel 8 - Persyaratan semen Portland (SNI 15-2049-2004) ................................. 68
Tabel 9 - Persyaratan fisis bahan tambahan untuk beton (SNI 03-2495-1991) ... 81
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap komponen bahan untuk perkerasan kaku, karakteristik bahan dan
bagaimana pengujian di laboratorium, diperlukan dalam pelaksanaan konstruksi
perkerasan kaku. Dasar-dasar pengujian yang dilakukan perlu dipahami apa
tujuannya, peralatan yang diperlukan, prosedur pengujian dan evaluasi dari hasil
pengujian di laboratorium.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul Bahan dan pengujian bahan untuk perkerasan kaku ini dimaksudkan untuk
membekali peserta diklat tentang pengetahuan bahan-bahan untuk perkerasan
kaku, dasar-dasar dan pengujian bahan diantaranya pengujian agregat, pengujian
semen, pengujian tulangan, dan pengujian bahan sealant.
Mata diklat ini disajikan melalui metode ceramah dan diskusi interaktif serta
demonstrasi pengujian bahan campuran beton. Keberhasilan peserta dinilai dari
kemampuannya dalam menjelaskan bahan untuk perkerasan kaku dan
menganalisis pengujian bahan perkerasan kaku melalui soal-soal latihan, tes lisan
dan tes tertulis.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar sebagai
berikut:
1. HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan akan mampu
menjelaskan dan menganalisis bahan dan pengujian bahan untuk perkerasan
kaku.
E. ESTIMASI WAKTU
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata diklat “Bahan dan Pengujian Bahan Perkerasan Kaku” adalah 8 (delapan) jam
pelajaran, @ 45 menit.
BAB 2
BAHAN DAN PENGUJIAN BAHAN CAMPURAN BETON
Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu:
a. Menjelaskan bahan campuran beton
b. Menjelaskan dasar-dasar pengujian campuran beton
c. Menganalisis pengujian bahan campuran beton
A. PENDAHULUAN
Secara umum bahan yang diperlukan untuk perkerasan kaku terdiri dari campuran
beton, tulangan, dan bahan pengisi sambungan (joint sealant). Sedangkan komponen
bahan untuk campuran beton terdiri atas semen, air, agregat halus dan agregat kasar
yang dicampur dengan perbandingan tertentu dan untuk menghasilkan kekuatan
tertentu pula. Disamping itu, untuk keperluan tertentu terkadang campuran beton
tersebut masih ditambahkan bahan tambah berupa zat-zat kimia tambahan (chemical
additive) dan mineral/material tambahan. Zat kimia tambahan tersebut biasanya
berupa serbuk atau cairan yang secara kimiawi langsung mempengaruhi kondisi
campuran beton. Sedangkan mineral/material tambahan berupa agregat yang
mempunyai karakteristik tertentu. Penambahan zat-zat kimia atau mineral tambahan
ini diharapkan dapat merubah performa dan sifat-sifat campuran beton sesuai dengan
kondisi dan tujuan yang diinginkan, serta dapat pula sebagai bahan pengganti
sebagian dari material utama penyusun beton.
Sesuai dengan judul modul diatas, maka pada modul ini diuraikan komponen bahan
untuk perkerasan kaku, karakteristik bahan dan bagaimana pengujian di laboratorium.
Pengujian yang akan diuraikan meliputi maksud, tujuan dan lingkup, peralatan, serta
persiapan dan pelaksanaan pengujian agregat, semen dan air sebagai bahan baku
Bahan untuk campuran beton terdiri atas semen, air, agregat halus, agregat kasar dan
bahan tambah jika diperlukan yang dicampur dengan perbandingan tertentu untuk
menghasilkan kekuatan yang diinginkan. Untuk perkerasan kaku persyaratan beton
harus mempunyai kuat tarik lentur sebesar 4,5 MPa.
Karakteristik dari masing-masing bahan campuran beton perlu diketahui karena akan
mempengaruhi kekuatan beton. Uraian dari komponen bahan tersebut diuraikan
pada bagian dibawah ini.
a. AGREGAT
Fungsi agregat dalam campuran beton ialah sebagai bahan pengisi, namun karena
proporsinya yang cukup besar yaitu sekitar 60% – 70 % dari berat campuran beton,
maka agregat ini menjadi bagian yang penting.
1) Jenis agregat
Berdasarkan beratnya, agregat dapat dibedakan atas agregat ringan, agregat normal
dan agregat berat.
Agregat normal bisa didapat dari hasil pecah batuan atau langsung dari sumber alam.
Berat jenis nya pada umumnya antara 2,5 – 2,7 atau berat isinya, tidak boleh kurang
dari 1,2 kg/ dm3 . Beton yang dibuat dari agregat normal disebut beton normal,
dimana berat isi beton tersebut antara 2200 – 2500 kg/m3, kuat tekannya antara 15 –
40 MPa.
Agregat ringan digunakan untuk beton yang diharapkan beratnya ringan dalam suatu
konstruksi yang mempertimbangkan berat sendirinya. Agregat ini paling banyak
digunakan pada beton pra cetak. Dalam pelaksanaan campuran beton dengan agregat
ringan ini, disarankan penakarannya dalam volume. Berat isi agregat ringan dari fraksi
kasarnya antara 350 – 880 kg/m3, sedang untuk fraksi halusnya antara 750 – 1200
kg/m3. Campuran kedua fraksi tersebut , berat isi maksimumnya tidak lebih dari 1400
kg/m3. Agregat ringan yang dipergunakan pada pekerjaan beton harus memenuhi
persyaratan mutu sesuai ASTM C-330 “ Specification for lightweight aggregates for
structural concrete”
Agregat berat ialah agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8 dan yang
termasuk jenis agregat inji ialah magnetik (Fe3 O4) , barites (Ba SO4) dan serbuk besi.
Berat beton yang dihasilkannya dapat mencapai 5 kali dari berat jenis bahannya, dan
biasanya digunakan untuk pelindung dari radiasi sinar X .
Ukuran agregat maksimum yang diijinkan dalam ASTM C – 29 adalah 6 in (150 mm).
Untuk menentukan berat isi agregat digunakan selinder dengan ukuran tertentu yang
disesuaikan dengan ukuran maksimum agregatnya, sebagai mana ditunjukkan pada
Tabel 1. Ukuran nominal ialah ukuran agregat maksimum dan volume alat ukurnya
tidak boleh lebih kecil dari 95% ukuran volume yang tertera pada tabel 1.
Butiran yang bulat akan mempunyai sifat konsolidasi yang baik, sehingga beton yang
dihasilkannya pun akan lebih baik, jika dibandingkan dengan butiran yang pipih. Selain
itu penggunaan pasta semen nya pun akan lebih ekonomis. Bentuk agregat ini lebih
berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton segar.
- Agregat bulat , kurang cocok untuk konstruksi yang memerlukan kekuatan tinggi,
karena ikatan antar agregat nya kurang dengan rongga udaranya minimum 33%
- Agregat bulat sebagian atau tidak teratur, rongga udara pada agregat dengan
bentuk ini lebih tinggi yaiyu antara 35% - 38%, sehingga kebutuhan pasta semen
lebih banyak lagi agar mudah dikerjakan. Ikatan agregat pada beton ini masih
kurang kuat, sehingga beton yang dihasilkannya pun belum cukup baik untuk
konstruksi yang memerlukan kekuatan beton yang tinggi.
- Agregat bersudut, rongga udara dari agregat ini cukup besar berkisar antara 38-
40%, yang mengakibatkan keperluan pastanya lebih banyak lagi agar mudah
dikerjakan.Agregat dengan bentuk seperti ini cocok untuk beton yang
memerlukan kekuatan tinggi, karena ikatan antar agregatnya cukup kuat. Agregat
dengan bentuk ini bisa digunakan untuk perkerasan jalan beton ( rigid pavement).
- Agregat lonjong, tidak baik untuk beton, karena akan banyak menimbulkan
rongga yang akhirnya kuat tekan dari beton ini rendah.
- Agregat pipih, tidak baik untuk campuran beton mutu tinggi
Agregat dapat dibedakan atas kasar, agak kasar, licin dan agak licin. Berdasarkan
pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan kedalam agregat sangat halus
(glassy), halus, granular, kasar, berkristal (crystalyne), berpori dan berlubang lubang.
Permukaan yang kasar akan memberikat ikatan yang lebih baik jika dibandingkan
denganagregat yang mempunyai permukaan yang licin. Secara umum permukaaan
agregat ini sangat mempengaruhi pada kemudahan pengerjaan, semakin licin
permukaan agregat semakin sulit beton untuk dikerjakan. Secara umum permukaan
agregat yang kasar, lebih disukai untuk pekerjaan beton.
Agregat berdasarkan ukurannya, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat kasar dan
agregat halus. Agregat kasar, ialah agregat yang semua butiranya tertahan saringan
berukuran 4,75 mm. Sedangkan agregat halus ialah agregat yang semua butirannya
lolos saringan dengan ukuran 4,75 mm.
Gradasi ialah pembagian berdasarkan ukuran butir, pembagian ukuran butir ini dapat
dibedakan atas 3 jenis pembagian butir (gradasi), yaitu gradasi menerus (continous
grading), gradasi senjang (gap grading) dan gradasi seragam (uniform grading).
Ukuran saringan yang digunakan untuk mengetahui gradasi agregat untuk beton
diperlihatkan pada Tabel 2.
Kasar Gabungan
Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran
Standar nominal nominal nominal nominal nominal nominal
Inci (in)
(mm) Halus maksimum maksimum maksimum maksimum maksimum maksimum
1½ in ¾ in 3/8 in 1 ½ in ¾ in 3/8 in
(40 mm) (20 mm) (10 mm) (40 mm) (20 mm) (10 mm)
2 50,0 100 - - 100 - -
1½ 37,5 85 – 100 100 - 95 – 100 100 -
¾ 20,0 0 – 25 85 – 100 - 45 – 80 95 – 100 -
½ 14,0 – 0 – 70 100 - - 100
3/8 10,0 100 0–5 0 – 25 85 – 100 - - 95 – 100
3/16 5,0 89 – 100 0–5 0 – 25 25 – 50 35 – 55 30 – 65
No.8 2,36 60 – 100 0–5 - - 20 – 50
No.16 1,18 30 – 100 - - 15 – 40
No.30 600m 15 – 100 8 – 30 10 – 35 10 – 30
No.50 300 m 5 – 70 - - 5 – 15
No.100 150 m 0 – 15 0 – 8* 0 – 8* 0 – 8*
2) Kekuatan agregat
Kekuatan agregat merupakan hal yang penting, karena kekuatan beton tidak lebih
tinggi dari kekuatan agregat yang digunakannya. Sepanjang kekuatan agregat lebih
tinggi dari kekuatan betonnya, maka agregat tersebut masih aman untuk digunakan
pada campuran beton.
Butiran yang lemah perlu dibatasi nilai minimunnya jika ketahanan terhadap abrasi
yang tinggi diperlukan. Modulus elastisitas agregat akan memberikan kontribusi
terhadap modulus elastisitas beton, sehingga modulus agregat ini perlu diketahui.
Kekuatan agregat dapat diuji dengan menggunakan alat Los Anggeles Test, dimana
agregat dimasukkan dalam selinder baja yang diberi bola- bola besi, dan selinder baja
tersebut selanjutnya diputar dengan kecepatan putaran 30-33 rpm. Bila perbandingan
agregat yang pecah (agregat lolos ayakan berukuran 1,7 mm) pada jumlah putaran ke
100 dan pada putaran ke 500 sudah lebih besar dari 27% maka agregat lunaknya
dianggap sudah terlalu banyak.
Penyerapan air
Penyerapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh agregat
pada kondisi kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry), kondisi ini
merupakan kebasahan agregat yang sama dengan kebasahan agregat dalam
beton, sehingga tidak akan menambah ataupun mengurangi air dari pastanya.
Umumnya keadaan di lapangan lebih banyak mendekati kadar air SSD dari
pada kondisi kering oven.
Resapan efektif ialah kadar air yang diperlukan dari keadan kering udara
menjadi ke keadaan SSD.
Kadar air
Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
agregat terhadap berat agregat itu sendiri. Kadar air agregat ini bermacam
macam, ada kadar air kering oven, kadar air kering udara, kadar air kering
permukaan jenuh (SSD), kadar air dalam keadaan basah, dimana agregat
banyak mengandung air, yang akan menyebabkan penambahan kadar air
pada campuran beton.
ii. Berat jenis dan daya serap agregat
Berat jenis agregat digunakan untuk menghitung volume campuran yang diisi oleh
agregat, sehingga berat jenis agregat ini akan menentukan berat jenis dari beton.
Semakin tinggi nilai berat jenis agregat, maka semakin rendah pula daya serap agregat
terhadap air.
Semakin besar nilai modulus kehalusan butir, berarti semakin besar ukuran
agregatnya. Modulus kehalusan agregat halus umumnya berkisar antara 1,5 – 3,8 dan
kerikil mempunyai nilai sekitar 5-8. Agregat campuran biasanya mempunyai nilai
modulus kehalusan antara 5 – 6.
vii. Kekekalan
Kekekalan agregat diuji dengan menggunakan bahan larutan kimia dengan melihat
reaksinya pada agregat.
b. SEMEN
Semen Portland adalah material halus yang terdiri dari bahan-bahan campuran
utama seperti kapur, silica, alumina, besi, dan gypsum. Semen disebut juga bahan
pengikat hidrolis karena jika semen berhubungan dengan air akan menjadi bahan
campuran yang aktif secara kimiawi. Dalam campuran beton, pasta yang dibentuk dari
campuran semen dengan air kemudian akan mengeras, dan dalam keadaan mengikat
agregat maka akan dihasilkan beton yang keras dan kuat. Semen yang digunakan
untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi
teknik yang diberikan. Oleh karena itu, walaupun komposisi semen dalam beton
hanya sekitar 10%, tapi karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan
semen menjadi sangat penting
Dalam pembuatan semen Portland ada dua cara produksi yang dipergunakan, yaitu
proses kering dan proses basah. Pada proses kering bahan-bahan dihancurkan,
dikeringkan dan kemudian dimasukkan ke dalam gilingan yang diperlengkapi bola
penggiling yang akan menjadikannya sebagai serbuk untuk dibakar dalam kondisi
kering. Pada proses basah, pertama-tama bahan-bahan dihancurkan kemudian
digiling dalam gilingan pencuci sampai bentuknya seperti bubur. Bahan yang
berbentuk bubur ini selanjutnya masuk ke dalam tangki. Pengujian dan koreksi bubur
bahan dilakukan terhadap komposisi kimia dengan mengubah kandungan kapur dan
kandungan tanah liat. Selanjutnya bubur bahan dipompa ke dapur pembakaran.
Setelah proses pembakaran dan pendinginan bubur bahan maka akan dihasilkan
Konsep Dasar Konstruksi Perkerasan Kaku 10
Modul 2 – Bahan dan Pengujian Bahan Perkeasan Kaku
semen yang telah beku. Semen yang telah beku ini kemudian digiling hingga mencapai
kehalusan yang diinginkan.
1) Komposisi Kimia
Secara garis besar ada empat senyawa kimia utama yang menyusun semen Portland,
yaitu Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C3S, Dikalsium Silikat
(2CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C2S, Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) yang
disingkat menjadi C3A, dan Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO.Al2O3.Fe2O3) yang
disingkat menjadi C4AF. Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang saling mengikat
ketika menjadi klinker. Komposisi C3S dan C2S mengambil bagian 70 – 80% dari berat
semen dan merupakan bagian yang paling dominan terhadap sifat semen.
Hampir dua pertiga bagian semen terbentuk dari zat kapur yang proporsinya
berperanan penting terhadap sifat-sifat semen. Zat kapur yang berlebihan kurang baik
untuk semen karena akan menyebabkan terjadinya disintegrasi semen setelah adanya
pengikatan. Kadar kapur yang tinggi tetapi tidak berlebihan cenderung
memperlambat pengikatan tetapi menghasilkan kekuatan awal yang tinggi.
Untuk mendapatkan semen yang memiliki sifat tahan sulfat, prinsip dasar yang
dipakai adalah berapa banyak kandungan C3A–nya. Semen yang tahan sulfat harus
memiliki kandungan C3A tidak lebih dari 5%. Semen yang kandungan C3A-nya tinggi,
jika terkena sulfat yang ada dalam air atau tanah maka akan mengeluarkan C3A yang
bereaksi dengan sulfat dan mengambang sehingga mengakibatkan retak-retak pada
beton.
Komposisi (%) dan kadar senyawa kimia semen Portland dapat dilihat pada tabel 3.
2) Hidrasi
Ketika semen dicampur dengan air, maka akan timbul reaksi kimia antara unsur-unsur
dalam semen dengan air. Pada tingkat awal sejumlah kecil ”retarder” (gyps) cepat
terlarut dan dapat berpengaruh terhadap reaksi-reaksi kimia lain yang sedang mulai.
Reaksi-reaksi ini menghasilkan bermacam-macam senyawa kimia yang menyebabkan
ikatan dan pengerasan.
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air,
dinyatakan dalam kalori/gam. Jumlah panas yang terjadi bergantung pada jenis
semen yang dipakai dan kehalusan butir semen. Dalam pelaksanaan, perkembangan
panas ini dapat mengakibatkan masalah yakni timbulnya retakan pada saat
pendinginan. Panas hidrasi naik sesuai dengan nilai temperatur pada saat hidrasi
terjadi. Untuk semen biasa, panas hidrasi bervariasi mulai 37 kalori/gram pada
temperatur sekitar 5oC hingga 80 kalori/gram pada temperatur 40oC.
Dari uraian di atas nampak bahwa adanya perbedaan persentasi senyawa kimia akan
menjadi sebab terjadinya perbedaan sifat semen. Kandungan senyawa yang terdapat
dalam semen akan membentuk karakter dan jenis semen. Oleh karenanya semen
Portland dibedakan ke dalam beberapa tipe, yaitu Tipe I, Tipe II, Tipe III, Tipe IV, dan
Tipe V.
Semen Tipe I (ordinary Portland cement) adalah semen yang paling umum digunakan
untuk konstruksi beton, tidak terekspos terhadap sulfat dalam tanah atau dalam air.
Penggunaan semen tipe ini tidak memerlukan persyaratan khusus seperti tipe-tipe
semen lainnya.
Semen Tipe II (Modified cement) adalah semen yang dalam penggunaannya adalah
untuk beton yang memerlukan ketahanan terhadap sulfat kadar sedang. Panas hidrasi
yang terjadi adalah sedang.
Semen Tipe III (Rapid-hardening Portland cement) adalah semen yang dalam
penggunaannya adalah untuk beton yang memerlukan kekuatan awal yang lebih
tinggi, sehingga cocok dipakai bilamana pembukaan acuan/cetakan beton dikehendaki
dapat dilakukan lebih awal. Sedangkan untuk pekerjaan beton massa atau beton
dengan penampang struktural besar, tipe semen ini tidak boleh digunakan karena
akan terjadi laju perkembangan panas yang tinggi.
Semen Tipe IV (Low-heat Portland cement) adalah semen Portland yang dalam
penggunaannya adalah untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah, seperti
pembetonan untuk dam gravitasi.
Semen Tipe V (Sulphate-resisting cement) adalah semen yang memiliki sifat ketahanan
terhadap sulfat kadar tinggi.
Semen portland pozollan adalah campuran semen portland dan bahan-bahan yang
bersifat pozollan seperti terak tanur tinggi dan hasil residu pembangkit listrik tenaga
uap. Kandungan pozollan dalam semen portland pozollan adalah antar 15 – 40%.
Semen jenis ini biasanya digunakan untuk beton yang diekspos terhadap sulfat dan
mutunya harus memenuhi spesifikasi ASTM C 595 yaitu ”Specification for Blend
Hydraulic Cement”.
4) Sifat Fisik
Sifat-sifat fisik semen meliputi kehalusan butir, konsistensi, waktu pengikatan,
perubahan volume, kekuatan.
Kehalusan butir semen berpengaruh terhadap laju proses hidrasi dan perkembangan
kekuatan beton. Waktu pengikatan (setting time) akan lebih lama jika butir semen
lebih kasar. Dalam hal kehalusan butir semen, British Standard (BS) dan juga ASTM
memberi sebutan permukaan spesifik (specific surface) yang dinyatakan dalam m2/kg.
Jika permukaan penampang semen lebih besar akan terjadi bidang kontak yang besar
dengan air. Jika butiran semen semakin halus, proses hidrasi semakin cepat dan
kekuatan awal tinggi.
Konsep Dasar Konstruksi Perkerasan Kaku 14
Modul 2 – Bahan dan Pengujian Bahan Perkeasan Kaku
Butiran semen yang halus, di satu sisi dapat mengurangi terjadinya air campuran naik
ke permukaan (bleeding), tetapi di sisi lain cenderung terjadi susut yang lebih banyak
dan berakibat pada retak susut.
Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung dari
mulai bereaksi dengan air hingga pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan.
Terdapat dua jenis waktu ikat, yaitu 1) waktu ikat awal (initial setting time) dan 2)
waktu ikat akhir (final setting time).
Waktu ikat awal terhitung dari mulai semen kontak dengan air hingga terjadi hidrasi,
sedangkan waktu ikat akhir yaitu waktu antara terbentuknya pasta hingga pasta
mengeras. Waktu ikat awal sangat penting untuk mengontrol pekerjaan beton.
d) Kekuatan
Pengujian kekuatan semen didasarkan pada kekuatan campuran mortar
(semen+pasir). Jenis-jenis pengujian kekuatan yang biasa dilakukan yaitu uji kuat
tekan (compression), dan uji kuat tarik lentur (flexure).
c. AIR
Pada pembuatan beton, air diperlukan untuk beberapa fungsi, yaitu untuk berproses
kimiawi dengan semen, untuk membasahi agregat, dan untuk memberikan
kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang dapat diminum pada umumnya dapat
digunakan untuk campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang
berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula atau bahan kimia lainnya, bila dipakai
dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah
sifat-sifat beton yang dihasilkan.
Perbandingan air dengan semen merupakan faktor penting dalam mencapai kekuatan
beton. Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah
proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses
hidrasi tidak selesai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton.
Air yang digunakan untuk campuran beton dapat berupa air tawar (dari sungai, danau,
kolam, dan lainnya), air laut maupun air limbah, asalkan memenuhi syarat mutu yang
telah ditetapkan yaitu SNI 7974-2013 Spesifikasi air pencampur beton.
d. BAHAN TAMBAH
Dalam praktek sering terjadi dikehendaki beton yang dikerjakan mempunyai sifat
tertentu sesuai dengan kebutuhan. Adanya keperluan membongkar/melepas cetakan
lebih awal akan membutuhkan beton yang mempunyai sifat lebih cepat mengeras dan
mencapai kekuatan awal lebih tinggi. Temperatur yang tinggi, atau waktu
pengangkutan adukan beton yang cukup lama harus didukung oleh adukan beton
yang waktu pengikatannya bisa diperlambat. Untuk memperoleh beton dengan sifat-
sifat tertentu diperlukan bahan yang dapat mengubah sifat alami beton. Jenis bahan
tambah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jenis bahan tambah yang bersifat kimiawi
(chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral (additive).
Bahan tambah kimiawi (admixture) adalah bahan berupa bubukan atau cairan selain
air, agregat, dan semen yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada saat atau
selama pencampuran berlangsung. Fungsi bahan tambah jenis ini adalah untuk
mengubah sifat-sifat beton agar menjadi lebih cocok untuk kondisi atau pekerjaan
tertentu.
Bahan tambah mineral (additive) merupakan bahan tambah yang dimaksudkan untuk
memperbaiki kinerja beton dan biasanya dapat digunakan untuk menggantikan
sebagian bahan semen, seperti pozzolan, fly ash, slag, dan silica fume.
Akan tetapi harus menjadi perhatian bahwa kesalahan dalam dosis dan cara
pemakaian bahan tambah dapat merugikan terhadap kualitas beton. Untuk itu
diperlukan tindakan kehati-hatian dalam menggunakan bahan tambah dengan cara
mengikuti petunjuk pemakaiannya.
berubah. Dari pencapaian tingkat pemadatan yang lebih baik, dapat juga memberi
pengaruh positif terhadap kemungkinan untuk mengurangi kadar semen.
Sampai seberapa jauh pengurangan kadar air dengan penggunaan bahan tambah ini
bergantung pada karakteristik campurannya. Tetapi, umumnya air bisa dikurangi 5 –
10% dengan pencapaian kenaikan kekuatan hingga 10%.
b) Tipe Retarding
Bahan tambah retarding admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
menghambat waktu pengikatan. Dalam praktek, kegunaannya untuk menunda waktu
pengikatan misalnya karena kondisi cuaca yang panas, atau mengatasi waktu
pengangkutan adukan beton yang cukup lama, atau untuk pekerjaan beton dalam
jumlah besar, atau menyediakan waktu yang cukup untuk pemadatan.
c) Tipe Accelerating
Bahan tambah accelerating admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
mempercepat pengikatan dan pencapaian kekuatan awal beton yang lebih tinggi.
Bahan kimia yang paling terkenal untuk bahan tambah ini adalah kalsium klorida.
Bahan kimia lainnya adalah senyawa garam seperti klorida, bromide, karbonat, silikat,
dan terkadang tri-etanolamin.
Tetapi perlu diingat bahwa kalsium klorida dapat beresiko terhadap korosi baja
tulangan, dan mengurangi ketahanan beton terhadap agresi sulfat. Oleh karena itu
penggunaan bahan tambah tipe accelerating yang mengandung kalsium klorida lebih
cocok untuk beton yang tanpa tulangan dan untuk kondisi yang tidak beresiko karena
sulfat, sedangkan untuk beton bertulang sebaiknya dipilih bahan tambah yang non-
kalsium klorida.
Akan tetapi apakah korosi akan terjadi atau tidak, sangat bergantung pada kualitas
beton yang dihasilkan dan lingkungan yang mempengaruhinya. Dapat dikatakan
bahwa korosi tidak akan berlangsung bila tidak dibantu oleh oksigen. Untuk
menghindari terjadinya korosi, maka disarankan :
b) Slag
Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi. Slag adalah produk non-metal
yang merupakan material berbentuk halus, granular hasil pembakaran yang kemudian
c) Silica fume
Silica fume adalah material pozolan yang halus dengan komposisi silika lebih banyak
yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa silikon. Penggunaan silica fume dalam
campuran beton biasa dimaksudkan untuk menghasilkan beton dengan kekuatan
tekan tinggi (fc’ 50 – 70 MPa pada 28 hari). Penggunaan silica fume bisa sampai 30%
dengan faktor air-semen 0,34 – 0,28 dengan atau tanpa superplasticiser.
2. TULANGAN
Tujuan utama penulangan untuk :
Jumlah tulangan yang diperlukan dipengaruhi oleh jarak sambungan susut, sedangkan
dalam hal beton bertulang menerus, diperlukan jumlah tulangan yang cukup untuk
mengurangi sambungan susut.
Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu
baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton sirip.
Batang pengikat (tie bars) dipasang pada sambungan memanjang dengan fungsi untuk
mengikat dua buah pelat yang berdampingan tidak saling memisah sehingga
penyaluran beban antara kedua buah pelat dapat terjaga. Batang pengikat dipasang
juga pada sambungan memanjang antara pelat untuk lajur lalu-lintas dengan pelat
untuk bahu.
Batang baja pengikat merupakan batang baja ulir mutu BJTU 24 diameter 16 mm.
Jarak antar batang pengikat yang digunakan 75 cm. Batang baja pengikat dihitung
dengan persamaan berikut:
At = 204 x b x h
l = (38,3 x Ø) +75
Tabel 5 - Jenis dan spesifikasi bahan penutup yang umum digunakan untuk perkerasan
kaku
Bahan penutup termoplastik adalah bahan penutup berbasis aspal yang secara tipikal
menjadi keras pada saat didinginkan dan menjadi lembek pada saat dipanaskan,
umumnya tanpa mengalami perubahan komposisi kimia. Bahan penutup termoplastik
tersebut mempunyai variasi elastisitas dan sifat-sifat termal, serta akan mengalami
pelapukan pada tingkat temperatur tertentu. Bahan penutup termoplastik umumnya
dipasang setelah dipanaskan (pemasangan cara panas).
karet dengan modulus rendah. Pada umumnya bahan aspal karet mutu tinggi harus
memenuhi ASTM D6690.
Bahan penutup bersifat termoseting secara tipikal terdiri dari satu atau dua
komponen bahan yang memantap melalui pelepasan pelarut atau mengeras melalui
reaksi kimia. Ada berbagai jenis bahan penutup termoseting, contohnya polisulfida,
poliuretan, dan silikon. Dari jenis-jenis tersebut, silikon merupakan jenis yang paling
banyak digunakan dan telah menunjukkan kinerja jangka panjang yang baik. Bahan
penutup silikon merupakan bahan penutup dipasang dalam keadaan dingin yang
mempunyai sifat elastisitas yang baik dan ketahanan yang tinggi terhadap pelapukan.
Bahan penutup ini mempunyai lekatan kuat dan modulus yang rendah maka pada saat
dipasang lebih encer dari bahan penutup termoplastik. Kinerja bahan penutup silikon
sangat tergantung pada kebersihan sambungan dan efektivitas pengerjaan seperti
bahan penutup yang terdiri dari dua komponen bahan harus dicampur dengan
homogen dan pemasangan bahan penutup harus memperhatikan sifat bahan tersebut
apakah dapat merata sendiri atau tidak dapat merata sendiri.
Bahan penutup silikon tersedia dalam bentuk yang dapat merata sendiri dan yang
tidak dapat merata sendiri. Pemasangan bahan penutup silikon yang tidak dapat
merata sendiri memerlukan pengerjaan dengan alat, yaitu untuk menekan bahan
penutup ke dinding sambungan dan untuk membentuk permukaan lekukan yang
seragam. Bahan penutup silikon yang dapat merata sendiri dapat dipasang hanya
dengan cara menuangkan saja karena bahan tersebut dapat mengalir secara bebas
untuk mengisi reservoir sambungan tanpa pengerjaan dengan alat. Bahan penutup
silikon harus memenuhi persyaratan ASTM D 5893.
Batang penyokong
sambungan mempunyai lebar yang besar sehingga batang penyokong tidak dapat
berfungsi sebagai penyekat yang benar-benar kedap, sambungan tersebut harus
disekat dengan batang penyokong yang lebih besar, seperti terlihat pada Gambar 3.
Pengambilan contoh dan pengujian merupakan dua hal yang sangat penting dalam
fungsi pengendalian mutu. Data dari pengujian ini merupakan alat untuk menilai
kualitas produksi apakah memenuhi syarat atau tidak. Dengan alasan ini,
pengambilan contoh dan prosedur pengujian harus dilakukan dengan hati-hati dan
benar.
Salah satu kesalahan yang besar dalam menguji material adalah kegagalan untuk
mengambil contoh yang mewakili. Apabila contoh yang dikirim ke laboratorium tidak
mewakili kondisi bahan yang sebenarnya, maka hasil pengujian akan sia-sia, bahkan
apabila digunakan, mungkin menyesatkan. Oleh karena itu, pengambilan contoh harus
dilakukan dengan prosedur standar, baik Standar Nasional Indonesia (SNI) maupun
AASHTO atau ASTM atau standar internasional yang lain.
Pengujian kualitas untuk pekerjaan campuran beton secara umum dapat dipisahkan
menjadi 3 kelompok, yaitu :
Pengujian kualitas bahan baku
Pengujian kualitas bahan campuran
Pengujian kualitas bahan jadi atau terpasang
E. PENGUJIAN AGREGAT
Agregat terdiri dari 70 sampai 80% dari total volume beton keras (Folliard dan smith
2003). Agregat yang digunakan dalam campuran beton terdiri dari agregat halus dan
agregat kasar. Fungsi agregat dalam campuran beton adalah sebagai bahan pengisi,
memberikan nilai ekonomis, memberikan kekuatan dan keawetan, serta memberikan
stabilitas dan kekakuan terhadap beton keras. Dengan demikian, agregat mempunyai
dampak yang besar pada perilaku beton, maka perlu diketahui karakteristiknya
dengan metoda pengujian agregat yang tepat untuk megevaluasi agregat dalam
perkerasan beton.
Dalam Spesifikasi Umum Binamarga 2010, Bahan agregat untuk perkerasan beton
harus memenuhi persyaratan seperti pada Tabel 1. Agregat untuk persyaratan beton
harus memenuhi kekerasan, durabilitas, kebersihan, dan batasan jumlah kandungan
partikel lonjong atau pipih serta kandungan material lain yang dapat merugikan
terhadap kekuatan, durabilitas maupun besi tulangan. Lihat Tabel 7.
Ketentuan
Sifat-sifat Metode Uji
Agregat Halus Agregat Kasar
Berat isi lepas SNI 03-4804-1998 Min 1.200 kg/m3 Min 1.200 kg/m3
Penyerapan air SNI 1969 : 2008 Maks. 5 % Maks. 2,5 %
Berat jenis SNI 1969 : 2008 Min. 2,5 Min. 2,1
Keausan agregat dengan
SNI 2417 : 2008 - 40 %
mesin Los Angeles
Bentuk partikelpipih dan Masing-masing
ASTM D-4791 -
lonjong rasio 3:1 maks. 25%
Bidang Pecah (2 atau lebih) ASTM D-5821 - Min. 80%
Kekekalan bentuk agregat
10% - natrium 12% - natrium
terhadap natrium sulfat SNI 3407 : 2008
15% - magnesium 18% - magnesium
atau magnesium sulfat
Gumpalan lempung dan
SNI 03-4141-1996 3% 2%
partikel yang mudah pecah
5% kondisi umum,
Bahan yang lolos saringan 3% kondisi
SNI 03-4142-1996 1%
no. 200 permukaan
terabrasi
Contoh bahan agregat yang hendak diuji harus menggambarkan bahan yang sama
dengan yang disimpan di tempat penimbunan agregat atau pada kemasan yang sudah
siap dikirim, serta diambil pada saat yang bersamaan juga. Teknik atau cara
pengambilan contoh bahan uji berpengaruh besar terhadap ketelitian hasil pengujian.
Dalam hal pengambilan contoh uji agregat dimaksudkan untuk mendapatkan contoh
yang dapat mewakili kondisi sebenarnya, sehingga dapat dihindari faktor-faktor
terlalu sedikitnya contoh dibandingkan stok bahan yang akan digunakan,
ketidakseragaman mutu bahan di quarry, faktor peralatan produksi, dan kesalahan
penanganan bahan di lapangan.
Untuk mendapatkan hasil pengujian agregat dengan ketelitian yang baik, dalam
mengambil contoh bahan harus diperhatikan ketentuan jumlah minimum dan cara
pengambilan sebagai berikut :
Bila keadaan memungkinkan, sekurang-kurangnya sepuluh bagian harus
diambil dari tempat-tempat yang berlainan dari keseluruhan bahan. Seluruh
bagian itu harus dipersatukan agar membentuk contoh bahan uji utama untuk
dikirim ke laboratorium. Jumlah yang dikirim ke laboratorium tidak boleh
kurang dari yang tercantum pada Tabel 10.
Pengambilan contoh bahan uji yang terbaik ialah dilakukan ketika agregat
sedang dimuat ke dalam atau sedang dibongkar dari suatu kendaraan, maupun
ketika bahan-bahan ini sedang dituang dari suatu ban berjalan.
Perlu juga diperhatikan cara-cara penanganan yang benar dan yang salah,
karena apabila contoh bahan diambil dari agregat itu salah akan berpengaruh
terhadap mutu contoh uji.
sekop Pelat penahan baja Sendok agregat dan wadah yang cukup kokoh
pembagi contoh untuk menghindari
kontaminasi
6. Prosedur:
a. Pengambilan contoh dari sumber agregat potensial
Contoh agregat potensial, yang diambil dari sumber alam potensial, seperti : sisi
sungai, dataran, gunung, dll.
Secara garis besar sebagai berikut :
1. Tentukan lapisan kedalaman (strata) yang akan diambil contoh agregat
2. Lakukan pengupasan permukaan hingga bersih dan gali ukuran (0,8 x 0,6) m.
3. Pada kedalaman yang ditentukan, lakukan pengukuran agregat nominal dengan
saringan.
4. Ambil contoh agregat sesuai dengan jumlah berat minimum yang disyaratkan
Contoh batuan massive yang diambil dari sumber alam potensial, seperti : dataran,
gunung, dll. Secara garis besar sebagai berikut :
1. Tentukan lapisan kedalaman (strata) yang akan diambil contoh agregat
2. Lakukan pengupasan permukaan hingga bersih dan buang batuan massive yang
lapuk dipermukaan
3. Pada kedalaman yang ditentukan, ambil batuan massive dengan ukuran
minimum (150 x 150 x 100) m
4. Ambil contoh batuan sesuai dengan jumlah berat minimum yang disyaratkan
5. Beri tanda pada batuan sesuai posisi aslinya (atas, bawah)
Contoh agregat dari pengangkutan, yang diambil pada truk, kereta api, kapal, atau
lainnya. Secara garis besar sebagai berikut :
1. Ukur nominal agregat dengan saringan, serta tentukan jumlah berat contoh
agregat yang diperlukan
2. Masukkan pelat baja pemisah kedalam agregat pada nomor pengangkutan dan
kwadran yang sesuai, serta keluarkan agregat yang berada diatas posisi yang akan
diambil
3. Ambil contoh agregat dari strata yang ditentukan
Contoh agregat hamparan lapangan, yang diambil pada hamparan yang dihampar
dari truk, kereta api, kapal, atau lainnya. Secara garis besar sebagai berikut :
1. Lakukan penggalian dengan ukuran (0,8 x 0,8) m
2. Pada kedalaman yang ditentukan, lakukan pengukuran agregat nominal dengan
saringan
7 Pelaporan data hasil pengujian yang telah dilakukan dengan sebenarnya sesuai
dengan standar yang digunakan dengan memuat minimal hal-hal
berikut ini:
Lokasi suplai material
Perkiraan jumlah persediaan material
Jumlah dan karakteristik timbunan
Jarak tempuh dari lokasi pengambilan ke lokasi kerja
Jenis dan karakteristik jalan yang akan dilewati untuk
pengangkutan
Detail dan lokasi dari setiap material yang diwakili oleh contoh.
Sketsa situasi, lokasi dan lapisan dari timbunan agregat yang
diambil.
8. Perhatian a. Agregat harus dikirim di dalam kantung atau wadah lainnya yang
dibuat sedemikian rupa untuk menghindari hilang atau
terkontaminasinya contoh, atau kerusakan isi wadah akibat
penanganan saat pengiriman.
b. Wadah untuk pengiriman contoh agregat harus diberikan
identifikasi tersendiri yang sesuai dan melekat erat sehingga
petugas pengambilan di lapangan, penanganan di laboratorium,
dan laporan pengujian dapat terfasilitasi.
c. Apabila contoh yang dikirim ke laboratorium tidak mewakili kondisi
bahan yang sebenarnya, maka hasil pengujian akan sia-sia, bahkan
apabila digunakan, mungkin menyesatkan.
Penyiapan benda uji dari contoh agregat yang telah diambil dari lapangan dapat
dilakukan dengan salah satu dari 3 metode, yaitu :
1. Metode pembagi contoh dengan menggunakan alat spliter
2. Metode perempatan (quatering),
3. Metode pembentukan gundukan mini
Pemilihan metode:
1. Metode spliter, digunakan untuk :
a. Agregat kasar;
b. Agregat halus yang lebih kering dari permukaan jenuhnya;
c. Pembagian pendahuluan agregat halus basah yang jumlahnya cukup
banyak; pembagian dilakukan menggunakan spliter yang mempunyai
ukuran lubang besar yaitu 37,5 mm sampai mendapatkan contoh paling
sedikit 5 kg, selanjutnya contoh yang diperoleh dikeringkan dan dibagi
menggunakan spliter yang berukuran sesuai dengan ukuran agregat
halus.
2. Metode perempatan, digunakan untuk :
a. Agregat kasar;
b. Agregat halus yang lebih basah dari keadaan kering permukaan jenuh.
c. Metode spliter meruipakan pilihan terbaik dalam penyiapan contoh benda uji,
meskipun metode perempatan dapat juga digunakan.
3. Metode gundukan mini, digunakan untuk :
a. Agregat halus dalam kondisi basah.
b. Sebagai lanjutan dari metode spliter atau perempatan untuk
mendapatkan jumlah benda uji tertentu.
6 Prosedur:
a. Metode pembagi contoh dengan menggunakan alat spliter
1. Siapkan spliter yang mempunyai ukuran lubang kira-kira 1,5 kali ukuran butir
agregat terbesar
2. Masukkan contoh agregat secukupnya ke dalam nampan pemasok dan ratakan
4. Ulangi kembali pada salah satu bagian agregat tersebut, tuangkan pada splitter,
sampai diperoleh jumlah benda uji yang dibutuhkan.
5. Simpan Simpan hasil pembagian ke dalam wadah sesuai yang telah disiapkan
2. Tekan puncak kerucut dengan sekop secara hati-hati hingga terbentuk kerucut
terpancung dengan ketebalan dan diameter yang seragam
3. Bagi kerucut terpancung dengan sekop menjadi 4 bagian yang sama, ambil 2
bagian yang bersilangan dengan sekop sampai seluruh material terbawa
4. Ulangi pembagian tersebut sampai didapat jumlah benda uji yang dibutuhkan
3. Ambil contoh paling sedikit lima tempat secara acak pada gundukan mini
tersebut dengan menggunakan sendok atau sekop kecil, sampai mendapatkan
jumlah yang diinginkan
4). Hasil pembagian masukkan kedalam wadah sesuai yang telah disiapkan
sebagaimana ditentukan dalam penentuan jumlah benda uji
Analisis saringan (sieve analysis) adalah suatu proses membagi contoh (sample)
agregat ke dalam fraksi-fraksii berdasarkan ukuran partikel. Analisis saringan
dimaksudkan untuk menentukan gradasi atau penyebaran butir agregat. Dari hasil
analisis saringan juga dapat diketahui kesesuaian atau ketidak-sesuaian gradasi
dengan spesifikasi. Untuk mendapatkan campuran beton yang baik, salah satu syarat
yang harus dipenuhi adalah gradasi. Gradasi agregat tidak berpengaruh secara
langsung terhadap kekuatan beton, tetapi berpengaruh langsung tehadap konsistensi,
keseragaman, dan pencapaian kepadatan maksimum adukan beton.
Besarnya ukuran agregat maksimum dapat diketahui dari hasil analisis saringan
agregat, yaitu pada nomor saringan yang masih meloloskan 100% agregat sebelum
nomor saringan yang di atasnya terdapat bagian agregat yang tertahan. Bila ukuran
partikel agregat lebih besar, luas permukaan bidang kontak dengan pasta akan lebih
kecil sehingga kebutuhan air campuran menjadi berkurang. Jadi untuk suatu
workability dan jumlah semen yang telah ditetapkan, nilai faktor air-semen dapat
dikurangi sehingga memberi keuntungan terhadap kekuatan. Akan tetapi, luas
permukaan yang semakin kecil dapat mengurangi kekuatan lekatan antara permukaan
agregat dengan pasta.
3. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas dan Saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama + 15 menit
4. Timbang dan hitunglah prosentase berat benda uji yang tertahan pada masing-
masing saringan terhadap berat total benda uji.
Contoh:
6 Prosedur
1. Siapkan benda uji yang lewat saringan No. 4 (4,75 mm) yang diperoleh dari alat pemisah
contoh atau cara perempat (quartering) sebanyak 1000 gram.
2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± _5)°C, sampai berat tetap
(0,1 %); dinginkan pada suhu ruang, Kemudian rendam dalam air selama (24 ±
4) jam
3. Buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan agregat
diatas talam, Keringkan di udara panas dengan cara membalik-balikan benda uji;
lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh.
5. setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh masukkan 500 gram benda uji ke
dalam piknometer, kemudian Masukkan air suling sampai mencapai 90% isi
piknometer, selama pemasukan sesekali putar piknometer sambil di guncang sampai
tidak terlihat gelembung udara di dalamnya, untuk mempercepat proses, dapat
digunakan vacuum pump, tetapi jaga jangan sampai ada air/agregat yang ikut terhisap.
Tambahkan air suling sampai mencapai tanda batas pada piknometer, timbang
piknometer berisi agregat dan air tersebut (Bt).
6. Tambahkan air suling sampai mencapai tanda batas pada piknometer, timbang
piknometer berisi agregat dan air tersebut (Bt)
7. Keluarkan benda uji dari dalam piknometer, keringkan dalam oven sampai berat tetap,
kemudian dinginkan dalam desikator, setelah dingin timbang berat benda uji (Bk).
8. Timbang berat piknometer yang berisi air sampai tanda batas pada piknometer (B),
kemudian ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25° C).
9. Perhitungan:
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat halus diberikan dalam persamaan,
sebagai berikut :
Berat jenis curah = Bk
B 500 Bt
500
Berat jenis jenuh kering permukaan = B 500 Bt
Bk
Berat jenis semu = B Bk Bt
500 Bk 100%
Penyerapan =
Bk
dimana : Bk = berat benda uji kering oven, dalam gram
B = berat piknometer berisi air, dalam gram
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air, dalam gram
500 = berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh, dalam gram
Bk
Berat jenis (Bulk) =
B 500 Bt 2,55 2,54 2,53
500
Berat jenis kering permukaan jenuh =
B 500 Bt 2,55 2,54 2,56
Bk
Berat jenis semu (Apparent) = B Bk Bt 2,61 2,63 2,62
500 Bk 100%
Penyerapan (Absorption) = Bk 1,39 1,35 1,32
Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat terhadap Larutan Natrium Sulfat dan
Magnesium Sulfat
1 Acuan SNI 3407:2008, Metode pengujian sifat kekekalan bentuk agregat
terhadap larutan natrium sulfat dan magnesium sulfat
2 Maksud sebagai acuan dan pegangan dalam menguji sifat kekekalan agregat
terhadap proses pelarutan dalam larutan natrium sulfat atau
magnesium sulfat
3 Tujuan untuk mengetahui nilai ketangguhan/kekekalan agregat terhadap
proses pelarutan, disintegrasi oleh perendaman didalam larutan
natrium atau magnesium sulfat
4 Ruang lingkup Mencakup peralatan, persiapan benda uji, dan cara pengujian sifat
kekekalan agregat terhadap larutan natrium sulfat atau magnesium
sulfat
5 Peralatan
2. Rendam benda uji dengan bahan pelarut (natrium sulfat atau magnesium sulfat) yang
sudah disiapkan menggunakan wadah tertutup selama 16 sampai 18 jam dengan tinggi
larutan 1 cm diatas benda uji;
3. Angkat benda uji, biarkan meniris selama (15 ± 5) menit, (Gambar 5.). Kemudian
keringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)oC sampai berat tetap (berat benda uji
dianggap tetap apabila setelah 4 jam kehilangan beratnya tidak lebih dari 0,19 gram);
Dinginkan sampai suhu ruang. Kemudian lakukan pekerjaan perendaman dan ulangi
siklus pengeringan hingga 5 x
4. Cuci masing-masing fraksi hingga bersih dengan larutan BaCl2 atau air panas ber-suhu
antara 40oC sampai 50oC, sehingga larutan atau air jernih. Hindari terjadinya goncangan
yang mengakibatkan butiran-butiran benda uji pecah pada waktu melakukan pencucian
5. keringkan dan dinginkan, selanjutnya diayak dengan saringan sesuai dengan ketentuan
masing-masing fraksi, Timbang butiran-butiran yang tertahan dan yang lewat saringan
masing-masing fraksi.
6. Perhitungkan butiran yang terselip pada lubang ayakan sebagai butiran menembus
lubang ayakan
7. Perhitungan:
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 47
Modul 2 – Bahan dan Pengujian Bahan Perkeasan Kaku
A B
C 100%
A
4 Ruang lingkup mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian
jumlah agregat yang lolos aringan no. 200 (0,075 mm)
5 Peralatan
2. Timbang wadah tanpa dan dengan benda uji, untuk mendapatkan berat benda uji,
masukkan benda uji ke dalam wadah dan tambahkan air hingga seluruh benda uji
terendam
3. Aduk benda uji atau goyang-goyang wadah sehingga butir-butir halus terpisah dari
butir-butir kasar dan butir-butir halus melayang dalam air, Tuangkan air dan benda uji
ke dalam saringan yang telah disusun (saringan no. 16 yang dibawahnya dipasang
saringan no. 200)
4. Kembalikan benda uji ke dalam wadah, tambahkan air dan goyang-goyang; kemudian
tuangkan air dan benda uji ke dalam saringan, Lakukan hal di atas sampai air pencuci
agregat benar-benar jernih
5. Masukkan sisa contoh yang tertahan pada saringan no. 16 dan no. 200 ke dalam wadah
dan keringkan dalam oven pada suhu (110+5)0C sampai beratnya tetap
6. Perhitungan
Hitung persen bahan agregat yang lolos saringan no. 200, dengan rumus :
- Berat kering benda uji awal : W3 = W1 – W2
- Berat kering benda uji sesudah pencucian : W5 = W4 – W2
- Bahan lolos saringan no. 200 : W6 = {(W3-W5) / W3} x 100 %
dimana : W1 = Berat kering benda uji + wadah [gram]
W2 = Berat wadah [gram]
W3 = Berat kering benda uji awal [gram]
W4 = Berat kering benda uji sesudah pencucian + wadah [gram]
W5 = Berat kering benda uji sesudah pencucian [gram]
Keberadaan lempung, tanah liat, dan abu batu dalam agregat harus dibatasi
kandungan maksimumnya. Bahan-bahan ini tidak dapat menyatu dengan semen
sehingga menghalangi lekatan antara semen dengan agregat dan akibatnya kekuatan
beton akan berkurang. Untuk mengetahui keneradaan lempung maka dilakukan
pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat.
Gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat alam adalah
butir-butir agregat yang mudah pecah dengan cara ditekan di antara Ibu jari dan jari
telunjuk, setelah agregat tersebut direndam dalam air suling selama (24 ± 4) jam;
3 Peralatan
a. Saringan terdiri dari
No. 20 (0,85 mm),
No.16 (1,18 mm),
No. 8 (2,36 mm),
No. 4 (4,75 mm),
3/8" (9,50 mm),
3/4" (19,00 mm),
11/ 2" (38,10 mm);
b. Wadah tahan karat yang
c. Timbangan, ketelitian ±
0,1% dari berat benda uji;
d. Oven
4 Prosedur
8. Benda uji adalah agregat dalam kondisi kering oven dan harus sudah terlebih dahulu
melalui pengujian, sesuai dengan SNI 03 4142-1963, tentang pengujian jumlah bahan
dalam agregat yang lolos saringan No. 200 (0,075 mm)
9. Timbang wadah tanpa benda uji, timbang benda uji dan masukkan ke dalam wadah,
lalu diratakan dalam bentuk tipis pada dasar wadah
10. Masukkan air suling ke dalam wadah, sehingga benda uji cukup terendam danbiarkan
selama (24 ± 4) jam, Pecahkan butir-butir yang mudah dipecah dengan jari-jari, hingga
menjadi halus. Cara memecahnya adalah dengan cara menekan butiran antara ibu jari
dan jari telunjuk, kuku jari tidak digunakan untuk memecah butiran
Pisahkan benda uji yang sudah pecah dari sisa benda uji yang masih utuh dengan
penyaringan basah di atas saringan dengan ukuran sesuai Tabel Ukuran saringan untuk
penyaringan basah
11. Keluarkan butir-butir yang tertahan pada saringan dengan hati-hati dan keringkan
dalam oven pada suhu (110±5)°C sampai mencapai berat tetap dan timbang sampai
ketelitian ± 0,1 %
12. Perhitungan
(𝑊 − 𝑅)
𝑃= 𝑥 100%
𝑊
Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat terhadap Larutan Natrium Sulfat dan
Magnesium Sulfat
1 Acuan SNI 1970 : 2008, Metode pengujian berat jenis dan
penyerapan air agregat kasar
2 Maksud sebagai pegangan dan acuan dalam pengujian untuk
menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan
jenuh, berat jenis semu, dan angka penyerapan daripada
agregat kasar
3 Tujuan untuk mendapatkan angka untuk berat jenis curah, berat jenis
permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan air pada
agregat kasar.
4 Ruang lingkup Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara
pengujian berat jenis dan penyerapan pada tanah jenis agregat
kasar, yaitu yang tertahan saringan No. 4 (4,75 mm)
5 Peralatan
Keranjang kawat, tempat air, Keranjang kawat oven Alat pemisah contoh
timbangan, saringan
6 Prosedur
1. Siapkan benda uji yang tertahan saringan no. 4 (4,75) mm yang diperoleh dari alat
pemisah contoh atau cara perempat sebanyak kira-kira 5 kg
2. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada
permukaan, Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C sampai berat
tetap. Bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton
dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu
dilakukan pengeringan dengan oven.
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang dengan
ketelitian 0,5 gram (=Bk)
4. Rendam benda uji dalam air pada suhu ruang selama 24 ± 4 jam. Keluarkan benda
uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada permukaan hilang,
untuk butiran yang besar pengeringan halus satu persatu. Timbang benda uji kering
permukaan jenuh (=Bj)
5. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluar -kan
udara yang tersekap, tentukan beratnya di dalam air (=Ba) dan ukur suhu air untuk
penyesuaian perhitungan pada suhu standar (25°C)
6. Perhitungan:
Bk
Berat jenis semu (apparent specific grafity) =
Bk Ba
Penyerapan = Bj Bk
.100%
Bk
dimana :
A B Rata-rata
Berat benda uji kering oven Bk 1215,25 1195,10 …………
Berat benda uji kering permukaan jenuh Bj 1232,10 1211,20 ………
Berat benda uji didalam air Ba 749,86 140,69 …………
A B Rata-rata
Berat jenis (Bulk) = Bk
2,52 2,54 2,53
Bj Ba
2. Cuci dan keringkan agregat pada temperatur 110C ± 5C sampai berat tetap. Pisah-
pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan cara penyaringan dan
lakukan penimbangan
3. Gabungkan kembali fraksi-fraksi agregat sesuai grading yang dikehendaki sesuai pada
daftar gradasi dan berat benda uji. Timbang berat contoh dengan ketelitian mendekati
1 gram. (=a)
4. Pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan dengan salah
satu dari 7 macam gradasi (A, B, C, D, E ,G), Benda uji dan bola baja dimasukkan ke
dalam mesin abrasi. Putar mesin dengan kecepatan 30 s/d 33 rpm dengan jumlah
putaran gradasi A, B, C, dan gradasi D adalah 500 putaran, serta untuk gradasi E, F, dan
gradasi G adalah 1000 putaran
5. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin dan saring dengan saringan
No.12 (1,70 mm). Kemudian yang tertahan di atasnya dicuci bersih
6. Selanjutnya dikeringkan dalam oven pada temperatur 110C ± 5C dan Timbang bahan
tertahan saringan no. 12 dengan ketelitian 1 gram. (=b)
7. Perhitungan:
Untuk menghitung hasil pengujian, gunakan rumus berikut:
ab
Keausan X 100% . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1)
a
dimana :
a = berat benda uji semula, dinyatakan dalam gram;
b = berat benda uji tertahan saringan No.12 (1,70 mm), dinyatakan dalam gram.
a b a b
100% 100%
keausan I = a = 16,8 %; Keausan II = a = 17,6%
Keausan rata-rata = 17 %
Butiran agregat berbentuk pipih, adalah butiran agregat yang mempunyai rasio lebar
terhadap tebal lebih besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.
Pengujian ini dilakukan untuk masing-masing ukuran butiran agregat dan
kelompokkan dalan salah satu dari kelompok agregat, yaitu :
(a). Kelompok agregat pipih,
(b). Kelompok agregat lonjong,
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 59
Modul 2 – Bahan dan Pengujian Bahan Perkeasan Kaku
6 Posedur
1. Pengambilan contoh agregat harus sesuai dengan SNI 03-6889-2002 dan penyiapan
benda uji dari contoh agregat dengan SNI 03-6717-2002.
2. Siapkan benda uji agregat kasar dalam keadaan kering dengan berat masing-masing
disesuaikan dengan ukuran nominal maksimum agregat tersebut
Benda uji untuk masing2 ukuran nominal maksimum
Ukuran nominal Berat Ukuran nominal Berat
maksimum mm (inci) minimum maksimum mm (inci) minimum
Benda uji Benda uji
(kg) (kg)
9,5 (3/6) 1 75,0 (3) 60
12,5 (1/2) 2 90,0 3 ½) 100
19,0 (3/4) 5 100,0 (4) 150
25,0 (1) 10 112,0 (4 ½) 200
37,5 (1 ½) 15 125,0 (5) 300
50,5 (2) 20 150,0 (6) 500
63,0 (2 ½) 35
Bukaan
besar
Bukaan
kecil
- Atur bukaan yang besar sesuai dengan lebarnya butiran. Butiran adalah pipih, jika
ketebalannya dapat ditempatkan dalam bukaan yang lebih kecil
7. Perhitungan
Hitung persentase kepipihan dan kelonjongan dalam % terdekat untuk masing-masing
ukuran saringan yang lebih besar dari 9,5 mm (3/8 inci)
Atau :
Jumlah butiran yang pipih dan lonjong
% butiran pipih dan lonjong = X 100
Jumlah total butiran
Angularitas agregat kasar adalah persentase dari berat partikel agregat lebih besar
dari 4,75 mm (No.4) dengan satu atau lebih bidang pecah.
Angularitas merupakan suatu pengukuran penentuan jumlah agregat berbidang pecah
4 Ruang lingkup Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pemeriksaan
jumlah agregat kasar berbidang pecah
5 Peralatan
6 Prosedur
1. Siapkan benda uji agregat yang tertahan saringan No.4 (4.76 mm) yang telah dicuci.
Contoh tersebut harus dalam keadaan kering oven.
2. Pisahkan agregat diatas saringan 4,75 mm dan singkirkan agregat lolos saringan 4,75
mm, kemudian ditimbang (=B=berat total benda uji yang tertahan saringan 4,75 mm)
3. Seleksi agregat pecah yang terdapat pada benda uji, timbang agregat yang mempunyai
bidang pecah) (=A)
4. Perhitungan
Angularitas agregat kasar dihitung dengan persamaan :
A
Angularitas x100%
B
Dimana :
A = Berat agregat yang mempunyai bidang pecah
B = Berat total benda uji yang tertahan saringan 4,75 mm
a. Timbangan
b. Batang penusuk dan mistar perata
c. Alat penakar berbentuk silinder terbuat dari logam
d. Sekop atau sendok
5 Prosedur
1. Contoh uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. jumlah mendekati 125% - 200% dari jumlah yang akan diuji
b. kering oven atau kering permukaan
b. Cara ketuk:
Isi agregat dalam penakar dalam tiga tahap sesuai dengan cara tusuk,
Padatkan untuk setiap lapisan dengan cara mengetuk-ngetukkan alas penakar
secara bergantian di atas lantai yang rata sebanyak 50 kali. Ratakan
permukaan agregat dengan batang perata sampai rata. Tentukan berat
penakar dan isinya sama seperti cara tusuk. Catat beratnya sampai ketelitian
0,05 kg.
c. Kondisi gembur
Kondisi gembur dengan cara sekop atau sendok. Isi penakar dengan agregat
memakai sekop atau sendok secara berlebihan dan hindarkan terjadinya
pemisahan dan butir agregat. Ratakan permukaan dengan batang perata dan
tentukan berat penakar dan isinya, dan berat penakar sendiri.
3. Perhitungan
a. Agregat dalam keadaan kering oven dihitung menurut rumus berikut :
M = (G −T) / V atau M = (G – T) x F
M = Berat isi agregat dalam kondisi kering oven, dalam kg/m3;
G = Berat agregat dan penakar, dalam kg;
T = Berat Penakar, Kg;
V = Volume penakar, dalam m3;
F = Faktor penakar, dalam m
MSSD = Berat isi agregat dalam kondisi kering permukaan, dalam kg/m3;
M = Berat isi dalam kondisi kering oven, dalam kg/m3;
A = Absorpsi, dalam %
SATUA
BERAT ISI PADAT I II III
N
BERAT CONTOH + TEMPAT kg 6,760 6,765 6,757
BERAT TEMPAT kg 2,735 2,735 2,735
BERAT CONTOH kg 4,025 4,030 4,022
VOLUME TEMPAT liter 2,832 2,832 2,832
BERAT ISI CONTOH kg/liter 1,421 1,423 1,420
BERAT ISI RATA - RATA kg/liter 1,421
F. PENGUJIAN SEMEN
Semen Portland adalah material halus yang terdiri dari bahan-bahan campuran
utama seperti kapur, silica, alumina, besi, dan gypsum. Semen disebut juga bahan
pengikat hidrolis karena jika semen berhubungan dengan air akan menjadi bahan
campuran yang aktif secara kimiawi. Dalam campuran beton, pasta yang dibentuk dari
campuran semen dengan air kemudian akan mengeras, dan dalam keadaan mengikat
agregat maka akan dihasilkan beton yang keras dan kuat. Semen yang digunakan
untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi
teknik yang diberikan. Oleh karena itu, walaupun komposisi semen dalam beton
hanya sekitar 10%, tapi karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan
semen menjadi sangat penting. Terlepas dari tipe semen yang digunakan, para
pelaksana harus hati-hati mengevaluasi sifat dari semen dalam konteks fisik untuk
jangka panjang dan stabilitas kimianya serta efeknya pada durabilitas.
Jenis semen yang digunakan untuk campuran beton yang disyaratkan dalam
Spesifikasi Umum 2010 untuk perkerasan jalan beton semen, harus jenis semen
Portland (tipe I, II, III, IV dan V), dan yang paling umum digunakan dalam konstruksi
perkerasan jalan adalah semen tipe I atau Ordinary Portland Cement (OPC), yang
memenuhi SNI 15-2049-2004 tentang semen Portland, ditunjukkan pada tabel 2.
Sifat kimia dari semen sangat penting untuk diketahui, karena hampir dua pertiga
bagian semen terbentuk dari zat kapur yang proporsinya berperanan penting
terhadap sifat-sifat semen. Zat kapur yang berlebihan kurang baik untuk semen
karena akan menyebabkan terjadinya disintegrasi semen setelah adanya pengikatan.
Kadar kapur yang tinggi tetapi tidak berlebihan cenderung memperlambat pengikatan
tetapi menghasilkan kekuatan awal yang tinggi. Silika membentuk sekitar seperlima,
sedangkan alumina hanya sekitar seperduabelas bagian dalam semen. Silika dalam
kadar tinggi, yang biasanya disertai alumina dengan kadar rendah, menghasilkan
ikatan semen secara lambat dengan kekuatan tinggi dan meningkatkan ketahanan
terhadap agresi kimia Tapi bilamana terjadi keadaan yang sebaliknya, kadar alumina
tinggi dan kadar silika rendah, semen mengikat dengan cepat dan kekuatannya tinggi.
Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung dari
mulai bereaksi dengan air hingga pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan.
Terdapat dua jenis waktu ikat, yaitu:
a. waktu ikat awal (initial setting time), terhitung dari mulai semen kontak dengan
air hingga terjadi hidrasi. Waktu ikat awal sangat penting untuk mengontrol
pekerjaan beton.
b. waktu ikat akhir (final setting time), waktu antara terbentuknya pasta hingga
pasta mengeras
Perubahan volume pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang
menyatakan kemampuan untuk mengembang dan kemampuan untuk
mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi.
Pengujian kekuatan semen didasarkan pada kekuatan campuran mortar
(semen+pasir). Jenis-jenis pengujian kekuatan yang biasa dilakukan yaitu uji kuat tarik
langsung (direct tension), uji kuat tekan (compression), dan uji kuat tarik lentur
(flexural strength).
4 Prosedur
1. Contoh uji, Semen Portland sebanyak + 50 gram
2. Masukkan benda uji semen ke dalam saringan No. 100 yang terletak di atas saringan
No. 200 dan dipasang pan di bawahnya. Goyangkan saringan sedemikian rupa secara
perlahan-lahan, sehingga bagian benda uji yang tertahan kelihatan bebas dari
partikel-partikel halus
3. Tutuplah saringan dan lepaskan pan, ketok saringan perlahan-lahan dengan tangkai
kuas sampai abu yang menempel terlepas dari saringan Bersihkan sisi bagian bawah
saringan dengan kuas, kosongkan dan bersihkan pan, kemudian pasang kembali.
4. Ambil tutup saringan dengan hati-hati, apabila ada partikel pada tutup saringan,
kembalikan ke dalam saringan, lalu lanjutkan penyaringan dengan cara menggoyang-
goyangkan saringan secara perlahan selama 9 menit.
7. Perhitungan:
a. Botol Le Chatelier
b. Termometer
c. Corong, pipet, kertas
tissue, wadah
d. Timbangan dengan
ketelitian 0,1% dari berat
contoh
e. Kerosin bebas air atau
Naptha dengan BJ 62 API
f. Alat bantu lainnya
4 Prosedur
1. Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah semen portland (PC) sebanyak +
64 g.
2. Isi botol le chatelier dengan kerosin atau naptha sampai skala antara 0 – 1, keringkan
bagian dalam botol di atas permukaan cairan
a. Masukkan botol yang beirisi cairan ke dalam bak air, biarkan sampai diperoleh suhu
yang konstan. Kemudian baca skala pada botol (V1)
b. Masukkan benda uji semen ke dalam botol sedikit-demi sedikit, jaga agar agar tidak
ada benda uji yang menempel pada dinding botol di atas permukaan cairan. Setelah
semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara perlahan-lahan
sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan.
c. Masukkan kembali botol ke dalam bak air, biarkan sampai diperoleh suhu konstan.
Kemudian baca skala pada botol (V2)
d. Perhitungan
Berat semen
Berat jenis semen = xd
( V2 – V1 )
dimana :
V1 : Pembacaan pada skala pertama
V2 : Pembacaan pada skala kedua
d : Berat jenis air
5 Prosedur
1. Contoh uji, semen Portland sebanyak 300 gram dan air suling
2. Masukkan air pencampur berupa air suling dan semen ke dalam mangkok pengaduk
lalu diamkan selama 30 detik. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah
(140+ 5 rpm) selama 30 detik
5. Ratakan kelebihan pasta pada permukaan cincin, letakkan pelat kaca di atasnya,
balikkan cincin lalu ratakan kembali permukaan atasnya. Letakkan cincin di bawah
jarum besar Vicat dan kontakkan jarum tepat di atas permukaan pasta. Longgarkan
baut pengikat jarum besar vicat dan biarkan jarum turun secara bebas dan catat
penurunan yang diperoleh setelah waktu penurunan 30 detik.
6. Ulangi pengujian konsistensi dari langkah awal, sampai diperoleh penurunan sebesar
10 + 1 mm setelah 30 detik.
7. Perhitungan
Berat Air
Konsistensi = x 100
Berat benda uji
Berat Air
Bahan
Berat Air yg Penurunan
Berat tambahan
yg ditambahkan Jarum
No. Semen (thd berat KET
ditambahkan (thd berat selama 30”
(gram) semen)
(mL) semen) (mm)
(%)
(%)
1 300 - 84 28 40
2 300 - 72 24 4
3 300 - 78 26 16
4 300 - 75 25 7
5 300 - 76,5 25,5 10
Waktu pengikatan awal adalah jangka waktu dari mulainya pengukuran pasta pada
kondisi normal sampai pasta kehilangan sebagian sifat plastis.
4 Prosedur
1. Contoh uji: semen Portland sebanyak 300 gram, air suling
2. Masukkan air pencampur berupa air suling dan semen ke dalam mangkok pengaduk
lalu diamkan selama 30 detik. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah
(140+ 5 rpm) selama 30 detik. Hentikan pengadukan selama 15 detik, sementara itu
bersihkan pasta yang menempel di pinggir mangkuk
4. Pegang bola pasta dengan satu tangan, masukkan ke dalam cincin konik yang
terletak di atas permukaan pelat kaca melalui lubang besar cincin hingga terisi
penuh. Ratakan kelebihan pasta pada permukaan cincin, letakkan pelat kaca di
atasnya, balikkan cincin lalu ratakan kembali permukaan atasnya.
5. Letakkan cincin konik yang berisi pasta tersebut di dalam suatu moist cabinet
selama 30 menit, letakkan thermometer beton di atas permukaan pasta
6. Keluarkan cincin dari dalam moist cabinet, lepaskan thermometer can catat
suhunya, letakkan cincin di bawah jarum kecil Vicat dan kontakkan jarum tepat di
atas permukaan pasta. Longgarkan baut pengikat jarum besar vicat dan biarkan
jarum turun secara bebas dan catat penurunan yang diperoleh setelah waktu
penurunan 30 detik
8. Perhitungan
Grafik Waktu Pengikatan Semen Portland
60
Penurunan (mm) 50
40
30
20 2
10
5
0
45 60 75 90 105 120 135
Waktu Penurunan (m enit)
3. 75 37
4. 90 34
5. 105 28
6. 120 24
7. 135 20
8. 150 16
9. 165 11
10. 180 6
11. 195 4
12. 210 0
13.
14.
15.
2. PENGUJIAN AIR
Pada pembuatan beton, air diperlukan untuk beberapa fungsi, yaitu untuk berproses
kimiawi dengan semen, untuk membasahi agregat, dan untuk memberikan
kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang dapat diminum pada umumnya dapat
digunakan untuk campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang
berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula atau bahan kimia lainnya, bila dipakai
dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah
sifat-sifat beton yang dihasilkan.
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa,
gula atau organik. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan
dalam SNI 03-6817-2002 tentang Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam
beton. Apabila timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan karena
sesuatu sebab pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus
diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir standar
dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air murni hasil sulingan.
Air yang diusulkan dapat digunakan apabila kuat tekan mortar dengan air tersebut
pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari mempunyai kuat tekan
minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk periode umur yang
sama. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan.
- minimum - - - - - - -
- maksimum 60mnt 210mnt 60 mnt 210mnt 60 mnt 60mnt 210mnt
lebih lebih lambat lebih lebih lebih lebih lebih
cepat dan cepa lamba cepat cepat dan lamba
juga 90 t t juga 90 t
mnt lbh mnt Ibh
lambat 1 lambat
3. Kuat tekan, minimum thd pembanding (%): )
1 hari - - - - - 140 125
3 hari 110 90 12 110 125 125 125
5
7 hari 110 90 10 110 110 115 115
28 hari 110 90 0
10 110 110 110 110
6 bulan 100 90 0
9 100 100 100 100
1 tahun 100 90 0
9 100 100 100 100
1 0
4. Kuat lentur, minimum thd pembanding (%): )
1) Angka-angka yang tercantum merupakan perbandingan (%) antara beton yang memakai bahan kimia
tambahan dengan beton pembanding.
2) Apabila perubahan panjang dari pembanding umur 14 hari > 0,030 % digunakan 5 a apabila perubahan
panjang dari pembanding pada umur 14 hari > 0,030 % digunakan 5 b.
G. PENGUJIAN TULANGAN
Tulangan yang digunakan pada perkerasan kaku terdiri dari baja tulangan beton
polos dan baja tulangan beton sirip. Adapun pengujian tulangan yang dilakukan
meliputi :
3 Ruang lingkup jenis, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat
penandaan, syarat lulus uji
4 Peralatan
Jangka sorong
5 Prosedur:
1. Cara pengambilan sampel :
a. Uji mekanis
- Batang uji tarik dan lengkung harus lurus dan kulit canai tidak boleh
dikerjakan (dihilangkan)
- Jumlah batang uji, Uji tarik dan lengkung dilakukan masing-masing 1(satu) kali
percobaan dari masing- masing potongan contoh uji
- Uji tarik dilakukan sesuai SNI 07-0408-1989, Cara uji tarik untuk logam,
dengan batang uji sesuai SNI 07-0371-1998, Batang uji tarik untuk bahan
logam (batang uji tarik no. 2 untuk diameter < 25 mm dan batang uji tarik
no. 3 untuk diameter ≥25 mm). untuk menghitung batas ulur dan kuat tarik
baja tulangan beton polos dan sirip digunakan nilai luas penampang yang
dihitung dari diameter nominal contoh uji
- Uji lengkung dilakukan dilakukan sesuai SNI 07-0410-1989, Cara uji lengkung
tekan
1 Unit alat pengujian nilai penetrasi lengkap, mencakup : pemegang jarum (47,5 ±
0,05) gram, pemberat (50 ± 0,05) gram atau (100 ± 0,05) gram masing2 untuk
pengukuran penetrasi beban 100 gr dan 200 gram.
Cawan contoh atau gelas berbentuk silinder dasar rata
Bak perendam
Tempat air kecil untuk merendam contoh
Termometer.
Pengukur waktu, stop wacth
6 Prosedur
1. Persiapan benda uji
- Siapkan benda uji (aspal keras) sebanyak ± 100 gram
- Panaskan benda uji perlahan-lahan dan aduk, hingga cukup cair
- Tuang bahan uji ke kap penetrasi, diamkan hingga dingin, buat 2 benda uji
(duplo);
- Tutup benda uji dan diamkan pada suhu ruangh selama 1 – 1,5 jam (benda uji
kecil) atau 1,5 – 2 jam (benda uji besar)
2. Letakkan benda uji ke dalam tempat air kecil, berikutnya masukan tempat
air kecil berikut benda uji kedalam bak perendam bersuhu 25o C, selama 1 -
2 jam
4. Lepaskan pemegang jarum dan bersamaan itu jalankan stop watch selama
(5+0,1) detik. Putarlah arloji penetrometer dan baca serta catat angka
penetrasinya (bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat);
o
Contoh dipanaskan Mulai : pk. 08.20 Suhu oven : 110 C
o
Pemeriksaan penetrasi Mulai : pk. 11.30 Suhu alat : 25 C
Pada 250C selesai : pk. 11.50
Pemeriksaan penetrasi A B C D
pada 250C
I II I II I II I II
100 gram, 5 detik
Pengamatan 1 73 72
2 69 72
3 72 73
4 72 71
5 72 72
Rata-rata 71.6 72.0
I. RANGKUMAN
Bahan yang diperlukan untuk perkerasan kaku terdiri dari campuran beton, tulangan,
dan bahan pengisi sambungan (joint sealant). Sedangkan komponen bahan untuk
campuran beton terdiri atas semen, air, agregat halus dan agregat kasar yang
J. LATIHAN
Untuk lebih meningkatkan pemahaman materi, maka kerjakkan soal-soal latihan di
bawah ini !
1. Apa fungsi agregat dalam campuran beton?
2. Untuk mengetahui mutu dari agregat, pemeriksaan apa saja yang diperlukan
terhadap sifat-sifat fisisnya?
3. Sebutkan metode untuk penyiapan benda uji dari contoh agregat !
4. Sebutkan jenis-jenis semen yang anda ketahui beserta kegunaannya?
5. Apa yang disebut waktu ikat (setting time) pada semen? Sebutkan ada berapa
jenis waktu ikat pada semen dan jelaskan !
6. Sebutkan fungsi air dalam campuran beton !
7. Jelaskan persyaratan air untuk campuran beton !
8. Kenapa dalam campuran beton perlu digunakan bahan tambah (admixture) ?
9. Apa fungsi Tulangan dalam perkerasan kaku dan sebutkan bentuk tulangan yang
digunakan dalam perkerasan kaku?
10. Apa fungsi bahan sealant pada perkerasan kaku?
BAB 3
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dalam evaluasi kegiatan belajar, perlu dilakukan evaluasi kegiatan kediklatan, yaitu
evaluasi hasil pembelajaran modul ini dan isi materi pokok tersebut kepada para
peserta, pengajar maupun pengamat materi atau Narasumber, berupa soal/kuisioner
tertulis :
1. Untuk evaluasi bagi peserta, maka pengajar/widyaiswara melakukan evaluasi
berupa orientasi proses belajar dan tanya jawab maupun diskusi
perorangan/kelompok dan/atau membuat pertanyaan ujian yang terkait dengan
isi dari materi modul tersebut.
4. Evaluasi materi dan bahan tayang yang disampaikan pengajar kepada peserta,
dilakukan oleh peserta, pengajar/widyaiswara maupun pengamat
materi/Narasumber untuk pengkayaan materi.
Karakteristik dari masing-masing bahan campuran beton perlu diketahui karena akan
mempengaruhi kekuatan beton. Dengan mengetahui dasar-dasar pengujian di
laboratorium dari bahan untuk campuran beton seperti agregat, semen, air dan
bahan tambah serta tulangan dan bahan sealant dapat menentukan penerimaan atau
penolakan, baik bahan maupun hasil pekerjaan, maka pengujian harus dilakukan
sesuai dengan standar yang berlaku.
Karakteristik dari setiap material perkerasan kaku tersebut yang telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan melalui pengujian di laboratorium akan digunakan dalam
perencanaan campuran beton.
C. KUNCI JAWABAN
1. Apa fungsi agregat dalam campuran beton?
Jawab : Fungsi agregat dalam campuran beton adalah sebagai bahan pengisi,
memberikan nilai ekonomis, memberikan kekuatan dan keawetan, serta
memberikan stabilitas dan kekakuan terhadap beton keras.
2. Untuk mengetahui mutu dari agregat, pemeriksaan apa saja yang diperlukan
terhadap sifat-sifat fisisnya?
Jawab : Berat isi lepas; Penyerapan air; Berat jenis; Keausan agregat dengan
mesin Los Angeles; Bentuk partikel pipih dan lonjong; Bidang Pecah (2
atau lebih); Kekekalan bentuk agregat terhadap natrium sulfat atau
magnesium sulfat; Gumpalan lempung dan partikel yang mudah pecah;
Bahan yang lolos saringan no. 200; Gradasi agregat.
3. Sebutkan metode untuk penyiapan benda uji dari contoh agregat !
Jawab: Penyiapan benda uji dari contoh agregat yang telah diambil dari lapangan
dapat dilakukan dengan salah satu dari 3 metode, yaitu :
a. Metode pembagi contoh dengan menggunakan alat spliter
b. Metode perempatan (quatering),
c. Metode pembentukan gundukan mini
4. Sebutkan jenis-jenis semen beserta kegunaannya yang anda ketahui untuk
campuran beton pada perkerasan kaku?
Jawab: Jenis semen yang digunakan untuk campuran beton yang disyaratkan
dalam Spesifikasi Umum 2010 untuk perkerasan jalan beton semen, harus
jenis semen Portland (tipe I, II, III, IV dan V), dan yang paling umum
digunakan dalam konstruksi perkerasan jalan adalah semen tipe I atau
Ordinary Portland Cement (OPC), yang memenuhi SNI 15-2049-2004
tentang semen Portland.
Semen Tipe I (ordinary Portland cement) adalah semen yang paling
umum digunakan untuk konstruksi beton, tidak terekspos terhadap
sulfat dalam tanah atau dalam air. Penggunaan semen tipe ini tidak
memerlukan persyaratan khusus seperti tipe-tipe semen lainnya.
Konsep Dasar Konstruksi Perkerasan Kaku 92
Modul 2 – Bahan dan Pengujian Bahan Perkeasan Kaku
Jawab: Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras,
terhitung dari mulai bereaksi dengan air hingga pasta semen cukup kaku
untuk menahan tekanan.
Terdapat dua jenis waktu ikat, yaitu:
1) waktu ikat awal (initial setting time) dan
2) waktu ikat akhir (final setting time).
Waktu ikat awal terhitung dari mulai semen kontak dengan air hingga
terjadi hidrasi, sedangkan waktu ikat akhir yaitu waktu antara
terbentuknya pasta hingga pasta mengeras. Waktu ikat awal sangat
penting untuk mengontrol pekerjaan beton.
6. Sebutkan fungsi air dalam campuran beton !
Jawab: Pada pembuatan beton, air diperlukan untuk beberapa fungsi, yaitu
untuk berproses kimiawi dengan semen, untuk membasahi agregat, dan
untuk memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton
7. Jelaskan persyaratan air untuk campuran beton !
Jawab: Air yang dapat diminum pada umumnya dapat digunakan untuk
campuran beton. Air yang digunakan untuk campuran beton dapat
berupa air tawar (dari sungai, danau, kolam, dan lainnya), asalkan
memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan. Air yang mengandung
senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula
atau bahan kimia lainnya, bila digunakan dalam campuran beton akan
menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton
yang dihasilkan.
8. Kenapa dalam campuran beton perlu digunakan bahan tambah (admixture) ?
DAFTAR PUSTAKA
ASTM D-4791, “Standard Test Method for Flat Particles, Elongated Particles, or Flat
and Elongated Particles in Coarse Aggregate”
Folliard, K.J., and K.D. Smith, NCHRP Research Resultd Digest 281: “Aggregate Test for
Portland Cement Concrete Pavement: Review and Recommendation”,
National Cooperative Highway Research Program, Transportation
research board, Washington D.C, September 2003.
Murdock, L.J., & Brook K.M. (1986). “Bahan dan Praktek Beton”, Erlangga, Jakarta.
SNI 03-1968-1990, “Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan
Kasar, Badan Standar Nasional”, 1990
SNI 03-2495-1991, “Spesifikasi bahan tambahan untuk beton”, Badan Standar
Nasional, 1991
SNI 03-4141-1996, “Metode pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah
pecah dalam agregat”, Badan Standar Nasional, 1996
SNI 03-4142-1996, “Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos
saringan No.200 (0,075 mm”), Badan Standar Nasional, 1996
SNI 03-4804-1998, “Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara Dalam
Agregat”, Badan Standar Nasional, 1998
SNI 03-6717-2002, “Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat”, Badan
Standar Nasional, 2002
SNI 03-6817-2002, “Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton”,
Badan Standar Nasional, 2002
SNI 03-6826-2002, ”Metode Pengujian Konsistensi Normal Semen Portland dengan
Alat Vicat untuk Pekerjaan Sipil”, Badan Standar Nasional, 2002
SNI 03-6827-2002, ”Metode pengujian waktu ikat awal semen portland dengan
menggunakan alat vicat untuk pekerjaan sipil”, Badan Standar
Nasional, 2002
SNI 03-6889-2002, “Tata cara pengambilan contoh agregat”, Badan Standar Nasional,
2002
SNI 06-2456-1991, “Metode pengujian penetrasi bahan-bahan bitumen”, Badan
Standar Nasional, 1991
SNI 07-2052-2002, “Baja tulang beton”, Badan Standar Nasional, 2002
SNI 15-0302-2004, “Semen Portland Pozolan”, Badan Standar Nasional, 2004
GLOSARIUM
agregat halus
pasir alam sebagai hasil disintegrasi ’alami’ batuan atau pasir yang dihasilkan oleh
industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75 mm (No.4)
agregat kasar
kerikil sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ dari batuan atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75
mm (No.4) sampai 40 mm (No. 1½ inci)
berat jenis
perbandingan antara berat dari satuan volume dari suatu material terhadap berat
air dengan volume yang sama pada temperatur yang ditentukan. Nilai-nilainya
adalah tanpa dimensi
bahan tambahan
adalah suatu bahan berupa bubukan atau cairan, yang dibubuhkan kedalam
campuran beton selama pengadukan dalam jumlah tertentu untuk merubah
beberapa sifatnya;
Jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm)
banyaknya bahan yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) sesudah agregat
dicuci sampai air cucian menjadi jernih
mortar
suatu campuran yang terdiri dari semen, agregat halus dan air baik
dalam keadaandikeraskan ataupun tidak dikeraskan
pasta semen
campuran semen dan air baik yang dikeraskan atau tidak dikeraskan
penyerapan air
penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap ke dalam pori-pori,
tetapi belum termasuk air yang tertahan pada permukaan luar partikel, dinyatakan
sebagai persentase dari berat keringnya. Agregat dikatakan “kering” ketika telah
dijaga pada suatu seluruh temperatur (110±5)o C dalam rentang waktu yang cukup
untuk menghilangkan kandungan air yang ada (sampai beratnya tetap)
Semen porland
semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland
terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain
Suhu udara
suhu ruangan pada saat dilakukan pengujian