Anda di halaman 1dari 177

i|

MENYIAPKAN SPT

@2024 Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidik Vokasi


Bisnis dan Pariwisata, Direktorat Pendidikan Vokasi, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Pengarah
Sabli, S.H., M.H
Penanggung Jawab
Dr. Nana Halim, S.E., M.M
Dr. Nining Dwirosanti, S.Psi., M.Psi
Zulfikar, ST, MKKK
Penyusun
Nanang Rukmana, S.E., M.Si., Ak.
Editor
Nanang Rukmana, S.E., M.Si., Ak.
Layout
Dian Pratiwi, S.Pd

Diterbitkan oleh BBPPMPV Bisnis dan Pariwisata


Jln Raya Parung Km 22-23 Sawangan Depok 16516
https://bbppmpvbispar.kemdikbud.go.id/

ii | Modul Menyiapkan SPT


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena karunia dan rahmat-
Nya, maka Modul Menyiapkan SPT dapat diselesaikan. Modul Menyiapkan
SPT merupakan salah satu komponen pendukung Pelatihan Upskilling dan
Reskilling Berstandar Industri, yang menekankan pada pembelajaran
berbasis kompetensi.

Pembelajaran berbasis kompetensi dalam implementasinya perlu


dikondisikan, disiapkan dan diimplementasikan oleh setiap guru mata
pelajaran di SMK selaras dengan perkembangan di industri, agar kualitas
lulusan SMK benar-benar mampu menyiapkan dirinya untuk siap bekerja
pada bidang yang relevan. Modul Menyiapkan SPT merupakan buku
panduan dalam menyampaikan Materi Pelatihan yang berisi pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk mencapai kompetensi di unit
ini

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat


dalam penyusunan modul Menyiapkan SPT. Akhir kata, semoga modul ini
berguna bagi Bapak/Ibu guru, khususnya bagi peningkatan kualitas
pembelajaran di SMK. Modul ini sangat terbuka terhadap masukan dan
saran dari pembaca khususnya Bapak/Ibu guru demi peningkatan kualitas
modul ini.

Depok, Januari 2024


Kepala,

Sabli, S.H., M.H.


NIP.196405021993031002

Modul Menyiapkan SPT | iii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi

A. PENDAHULUAN .............................................................................1

B. PANDUAN PENGGUNAAN MODUL ...............................................1

C. SILABUS .........................................................................................3

D. PENGETAHUAN .............................................................................8

E. KETERAMPILAN DAN SIKAP KERJA ........................................147

a. Informasi Umum ..........................................................................147

b. Soal Praktik .................................................................................147

c. Penilaian Praktik .........................................................................153

F. LAMPIRAN ..................................................................................157

1. Kamus Istilah ...............................................................................157

2. Referensi .....................................................................................158

3. Unit Kompetensi ..........................................................................161

iv | Modul Menyiapkan SPT


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Alun dalam Sistem Self Asessment ..............................8


Gambar 2. Skema Perhitungan PPh Pasal 21 .........................................17
Gambar 3. Skema Perhitungan PPh Pasal 21 .........................................24
Gambar 4. Skema Tarif Honorarium dari APBN/APBD ............................31
Gambar 5. Contoh Pengisian Bukti Pemotongan Pasal 21 Tidak Final ....35
Gambar 6.................................................................................................35
Gambar 7. Contoh Pengisian Bukti Pemotongan 1721-A1.......................36
Gambar 8. Contoh Pengisian SSP PPh Pasal 21 ....................................44
Gambar 9. Hubungan PPh Pasal 21 dan PPh Orang Pribadi...................50
Gambar 10. Pengisian SPT 1770 SS .......................................................71
Gambar 11. Contoh Pengisian SPT 1770-SS ..........................................72
Gambar 12. SPT Tahunan 1721-A1 Rolly ................................................76
Gambar 13. SPT Tahunan 1721-A1 Fatimah ...........................................77
Gambar 14. Contoh Pengisian SPT 1770-S Induk atas nama Rolly .........79
Gambar 15. Contoh Pengisian SPT 1770-S Lampiran 1 atas nama Rolly80
Gambar 16. Contoh Pengisian SPT 1770-S Lampiran 2 atas nama Rolly82
Gambar 17. Contoh Pengisian SPT 1770 Induk Kasus Risqon ................90
Gambar 18. Contoh Pengisian SPT 1770 I halaman 1 Kasus Risqon ......91
Gambar 19. Contoh Pengisian SPT 1770 I halaman 2 Kasus Risqon ......92
Gambar 20. Contoh Pengisian SPT 1770 II Kasus Risqon ......................93
Gambar 21. Contoh Pengisian SPT 1770 III Kasus Risqon .....................94
Gambar 22. Contoh Pengisian SPT 1770 IV Kasus Risqon .....................95
Gambar 23. Bagan Pengenaan Tarif PPh Badan ....................................99
Gambar 24. Contoh Pengisian SPT 1771 Induk hal 1 ............................116
Gambar 25. Contoh Pengisian SPT 1771 Induk hal 2 ............................117
Gambar 26. Contoh Pengisian SPT 1771 I (Lampiran 1) .......................118
Gambar 27. Contoh Pengisian SPT 1771 II (Lampiran 2) ......................119
Gambar 28. Contoh Pengisian SPT 1771 III (Lampiran 3) .....................120
Gambar 29. Contoh Pengisian SPT 1771 IV (Lampiran 4) .....................121
Gambar 30. Contoh Pengisian SPT 1771 V (Lampiran 5) ......................122
Gambar 31. Contoh Pengisian SPT 1771 VI (Lampiran 6) .....................124
Gambar 32. Contoh Pengisian Faktur Pajak ..........................................133

Modul Menyiapkan SPT | v


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Batas Akhir Pembayaran dan Pelaporan Pajak ..........................10


Tabel 2. Sanksi Administrasi Keterlambatan Pelaporan SPT ...................12
Tabel 3. Besaran PTKP Tahun 2023 .......................................................15
Tabel 4. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17 ..............................................15
Tabel 5. Daftar Kode Akun Pajak .............................................................38
Tabel 6. Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan Harta Berwujud ................55
Tabel 7. Deskripsi Formulir SPT 1770S ...................................................73
Tabel 8. Deskripsi Formulir SPT 1770 .....................................................84
Tabel 9. Contoh Rekonsiliasi Fiskal .......................................................106
Tabel 10. Deskripsi Formulir SPT Tahunan PPh Badan ........................110

vi | Modul Menyiapkan SPT


Modul Menyiapkan SPT | vii
A. PENDAHULUAN
Tuntutan pembelajaran berbasis kompetensi menjadi sangat penting
dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
kompeten, sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja. Selaras dengan
tuntutan tersebut, maka dibutuhkan mekanisme pelatihan yang lebih
praktis, aplikatif, serta dapat menarik dilaksanakan sehingga memotivasi
para peserta dalam melaksanakan pelatihan yang diberikan. Seiring
dengan mudahnya teknologi digunakan, maka materi pelatihan dapat
disajikan dengan berbagai media pembelajaran sehingga dapat diakses
secara offline dan online.

Modul pelatihan merupakan buku panduan dalam menyampaikan Materi


Pelatihan yang berisi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan
untuk mencapai kompetensi di unit ini.

B. PANDUAN PENGGUNAAN MODUL


Beberapa ketentuan panduan penggunaan materi yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Modul ini dapat dijadikan rujukan untuk pelaksanaan PBK dengan
penggunaannya dapat dikembangkan dan dikontekstualisasikan
sesuai dengan kebutuhan, materi ini terdiri dari:
a. Pengetahuan
b. Keterampilan dan Sikap Kerja
c. Evaluasi
d. Lampiran:
1) Kamus istilah
2) Daftar referensi
3) Unit kompetensi
4) Daftar penyusun

Modul Menyiapkan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) 1


2. Slide powerpoint dan video merupakan kelengkapan yang dapat
dijadikan referensi bagi para widyaiswara.
3. Peran widyaiswara terkait dengan penggunaan modul, antara lain:
a. Widyaiswara dapat menggunakan modul ini yang dilengkapi
dengan referensi sumber lainnya seperti buku, video, file
presentasi dan lain-lain sehingga diharapkan modul ini dapat
diimplementasikan sesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing Lembaga pelatihan.
b. Proses pembelajaran dapat disampaikan dengan menggunakan
berbagai sumber yang menguatkan peserta pelatihan, baik
melalui tahapan persiapan, pelaksanaan di kelas, praktek,
melakukan investigasi, menganalisis, mendiskusikan, tugas
kelompok, presentasi, serta menonton video.
c. Keseluruhan materi yang tersedia sebagai referensi dalam buku
ini dapat menjadi bahan dan gagasan untuk dikembangkan oleh
widyaiswara dalam memperkaya materi pelatihan yang akan
dilaksanakan.
4. Evaluasi pencapaian kompetensi peserta dapat dilaksanakan
sesuai dengan proses penilaian berupa soal tertulis, wawancara,
instruksi demonstrasi dan/atau standard produk yang dipersiapkan
oleh widyaiswara
5. Referensi merupakan referensi yang menjadi acuan dalam
penyusunan buku panduan pelatihan ini.
6. Lampiran merupakan bagian yang berisikan lembar kerja serta
bahan yang dapat digunakan sebagai berkas kelengkapan
pelatihan.

2 | Modul Menyiapkan SPT


C. SILABUS

Unit Kompetensi : Menyiapkan SPT


Kode Unit : M.692000.019.02
Perkiraan Waktu : 33 JP
Bentuk : Luring/Daring
Capaian Unit Kompetensi :

ELEMEN KRITERIA UNJUK INDIKATOR KETERAMPILAN


PENGETAHUAN DURASI
KOMPETENSI KERJA UNJUK KERJA DAN SIKAP
1. Menyiapkan 1. Subjek dan objek Dihasilkannya Penjelasan tentang: 1. Menyajikan 3 JP
dokumen pemungutan dan Dokumen transaksi
a. Subjek dan
transaksi pemotongan PPh pemungutan dan pemungutan dan
objek
pemungutan dan diidentifikasi pemotongan pemotongan dalam
pemungutan
pemotongan 2. Transaksi pemungutan formulir pajak yang
dan
Pajak dan pemotongan sesuai
pemotongan
Penghasilan disajikan dalam formulir
PPh
(PPh) pajak yang sesuai
b. Formulir
3. Dokumen pemungutan
dan pemotongan pemungutan
dan
diotorisasi oleh yang
pemotongan
berwenang
PPh

Modul Menyiapkan SPT | 3


ELEMEN KRITERIA UNJUK INDIKATOR KETERAMPILAN
PENGETAHUAN DURASI
KOMPETENSI KERJA UNJUK KERJA DAN SIKAP
c. Otorisasi
dokumen
pemungutan
dan
pemotongan
PPh
2. Menyiapkan 2.1 Pemotongan dan Dihasilkannya SPT Penjelasan tentang : 1. Mengidentifikasi dan 9 JP
SPT Masa pemungutan PPh Masa dan SSP menghitung kembali
1. Tata cara
Pajak Pasal 21 yang belum PPh Pasal 21 Pemotongan dan
pemotongan,
Penghasilan atau telah dilaporkan pemungutan PPh
diidentifikasi dan pemungutan Pasal 21 yang belum
pasal 21.
dilakukan perhitungan PPh atau telah dilaporkan
kembali disiapkan 2. Waktu 2. Menyajikan SPT
2.2 SPT Masa PPh Pasal Pembayaran Masa PPh Pasal 21
21 disajikan sesuai PPh Pasal 21 sesuai peraturan dan
peraturan dan 3. Waktu perundang-
perundang-undangan Pelaporan PPh undangan yang
yang berlaku Pasal 21 berlaku
2.3 Surat setoran pajak 3. Mengisi Surat
4. Pengarsipan
diisi dan dibayar tepat setoran pajak sesuai
Dokumen dan
waktu peraturan yang
SPT Masa PPh
2.4 SPT Masa PPh Pasal berlaku
Pasal 21
21 disampaikan tepat
waktu

4 | Modul Menyiapkan SPT


ELEMEN KRITERIA UNJUK INDIKATOR KETERAMPILAN
PENGETAHUAN DURASI
KOMPETENSI KERJA UNJUK KERJA DAN SIKAP
2.5 Dokumen dan SPT
Masa PPh Pasal 21
diarsip
3. Menyiapkan SPT 3.1. Laporan peredaran Dihasilkannya Penjelasan tentang : 1. Menyiapkan 6 JP
Tahunan PPh bruto atau laporan SPT Tahunan dan laporan peredaran
1. Laporan
Wajib Pajak keuangan disiapkan SSP PPh Wajib bruto atau laporan
peredaran
Orang Pribadi. 3.2. Bukti penghasilan Pajak Orang keuangan
bruto
dari modal dan Pribadi 2. Mengidentifikasi
2. Waktu
penghasilan lain bukti penghasilan
Pembayaran
diidentifikasi dari modal dan
PPh Orang
3.3. Bukti pemotongan penghasilan lain
PPh diidentifikasi Pribadi 3. Mengidentifikasi
3.4. Pajak penghasilan 3. Waktu bukti pemotongan
yang kurang bayar Pelaporan PPh
disetor tepat waktu PPh Orang 4. Menyetor pajak
3.5. SPT Tahunan PPh Pribadi penghasilan yang
disajikan dan 4. Pengarsipan kurang bayar
disampaikan tepat Dokumen tepat waktu
waktu dan SPT 5. Menyajikan dan
Tahunan menyampaikan
PPh Orang SPT Tahunan PPh
Pribadi tepat waktu
4. Menyiapkan SPT 4.1. Laporan keuangan Dihasilkannya Penjelasan tentang : 1. Menyiapkan 9 JP
disiapkan Laporan keuangan

Modul Menyiapkan SPT | 5


ELEMEN KRITERIA UNJUK INDIKATOR KETERAMPILAN
PENGETAHUAN DURASI
KOMPETENSI KERJA UNJUK KERJA DAN SIKAP
Tahunan PPh 4.2. Penjelasan atas SPT Tahunan dan 1. Laporan 2. Mengidentifikasi
Wajib Pajak laporan keuangan SSP PPh Wajib keuangan penjelasan atas
Badan sebagai dasar Pajak Badan 2. Penyesuaian laporan keuangan
penyesuaian fiskal fiskal sebagai dasar
didentifikasi penyesuaian fiskal
3. Waktu
4.3. Bukti pemotongan 3. Mengidentifikasi
Pembayaran
PPh diidentifikasi Bukti pemotongan
PPh Badan
4.4. Pajak penghasilan PPh
4. Waktu
yang kurang bayar 4. Menyetor Pajak
disetor tepat waktu Pelaporan penghasilan yang
PPh Badan
4.5. SPT Tahunan PPh kurang bayar tepat
disajikan dan 5. Pengarsipan waktu
disampaikan tepat Dokumen 5. Menyajikan dan
waktu dan SPT ampaikan SPT
Tahunan Tahunan PPh tepat
PPh Badan waktu
5. Menyiapkan SPT 5.1. Dokumen sumber Dihasilkannya Penjelasan tentang : 1. Dokumen sumber 6 JP
Masa Pajak yang valid disiapkan SPT Masa dan yang valid
1. Dokumen
Pertambahan 5.2. SPT Masa PPN dan SSP PPN dan disiapkan
sumber PPN
Nilai (PPN) dan PPn-BM baik PPn-BM 2. SPT Masa PPN
2. Mekanisme
Pajak Penjualan mekanisme umum dan PPn-BM baik
pemungutan
atas Barang maupun mekanisme mekanisme umum
khusus disajikan PPN
Mewah (PPn- maupun
sesuai dengan 3. Pelaporan
BM) mekanisme

6 | Modul Menyiapkan SPT


ELEMEN KRITERIA UNJUK INDIKATOR KETERAMPILAN
PENGETAHUAN DURASI
KOMPETENSI KERJA UNJUK KERJA DAN SIKAP
peraturan dan PPN khusus disajikan
perundang- 4. Penyetoran sesuai dengan
undangan yang PPN peraturan dan
berlaku perundang-
5.3. Surat setoran diisi undangan yang
dan dibayar tepat berlaku
waktu 3. Surat setoran diisi
5.4. SPT Masa dan dibayar tepat
disampaikan tepat waktu
waktu 4. SPT Masa
disampaikan tepat
waktu
Asesmen

Modul Menyiapkan SPT | 7


D. PENGETAHUAN
1. Menyiapkan dokumen transaksi pemungutan dan pemotongan
Pajak Penghasilan (PPh)
a. Mekanisme Penghitungan, Pembayaran dan Pelaporan Pajak
Setiap Wajib Pajak baik itu orang pribadi maupun badan harus memenuhi
kewajiban perpajakannya berupa menghitung, membayar dan
melaporkan pajaknya. Dalam sistem perpajakan di Indonesia,
mekanisme pemenuhan kewajiban perpajakan menggunakan sistem self
assessment. Pada prinsipnya sistem self assessment merupakan
mekanisme pemenuhan kewajiban perpajakan yang menuntut
wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan pajak yang
terutang sendiri sesuai ketentuan.
Secara skematis pemenuhan kewajiban perpajakan dalam sistem self
assessment adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Alun dalam Sistem Self Asessment


Sumber: Dok. Pribadi

1) Menghitung Pajak Terutang


Rumus untuk menghitung pajak terutang adalah Dasar
Pengenaan Pajak (DPP) dikalikan dengan tarif pajak. Maka untuk

8 | Modul Menyiapkan SPT


dapat menghitung pajak pertama harus menetapkan dasar
pengenaan pajaknya dan tarif pajak yang digunakan. Dasar
Pengenaan Pajak dan tarif pajak berbeda-beda tergantung obyek
pajaknya. Sehingga untuk dapat menghitung pajak kita harus
memahami obyek pajaknya terlebih dahulu.
2) Membayar Pajak
Membayar sendiri pajak yang terutang dapat dilakukan dengan
cara :
• Pembayaran angsuran setiap bulan (PPh Pasal 25)
• Pembayaran PPh Pasal 29 setelah akhir tahun;
• Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain.
• Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang
ditunjuk pemerintah
• Pembayaran Pajak-pajak lainnya
Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah
maupun swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak (SSP) atau dengan cara lain melalui pembayaran
pajak secara elektronik (e-payment).
3) Melaporkan Pajak
Pelaporan pajak disampaikan ke KPP atau KP4 dimana Wajib
Pajak terdaftar menggunakan Surat Pembertitahuan (SPT) yang
dapat disampaikan secara elektronik maupun secara langsung.
SPT mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi Wajib Pajak di
dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu Surat
Pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau
pelunasan pajak baik yang dilakukan Wajib Pajak sendiri maupun
melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan
oleh pihak ke-3, melaporkan harta dan kewajiban, dan
pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan
dan pemungutan pajak yang telah dilakukan.

Modul Menyiapkan SPT | 9


SPT dapat dibedakan sebagai berikut :
a. SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukan
pelaporan atas pembayaran pajak bulanan. Ada beberapa SPT
Masa :
• PPh Pasal 21
• PPh Pasal 22
• PPh Pasal 23,
• PPh Pasal 25,
• PPh Pasal 26,
• PPN dan PPnBM,
• Pemungut PPN
b. SPT Tahunan, yaitu SPT yang digunakan untuk pelaporan
tahunan. Ada beberapa jenis SPT Tahunan :
• Badan
• Orang Pribadi

Saat ini beberapa SPT sudah dapat disampaikan secara


elektronik (on-line) melalui aplikasi e-SPT dan e-filing. Batas
waktu pelaporan SPT adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Batas Akhir Pembayaran dan Pelaporan Pajak

Batas Waktu Batas Waktu


No Jenis SPT
Pembayaran Pelaporan
SPT Masa
1 PPh Pasal 21/26 Tgl. 10 bulan berikut paling lama 20
(dua puluh) hari
setelah akhir Masa
Pajak

2 PPN & PPnBM 1 hari setelah 7 hari setelah


oleh Bea Cukai dipungut pembayaran

10 | Modul Menyiapkan SPT


Batas Waktu Batas Waktu
No Jenis SPT
Pembayaran Pelaporan
3 PPN dan PPnBM paling lama akhir paling lama akhir
– PKP Masa Pajak Masa Pajak
berikutnya berikutnya

4 PPN dan PPnBM Tgl. 17 bulan berikut Tgl. 14 bulan


– Bendaharawan berikut

5 PPN & PPnBM - Tgl. 15 bulan berikut paling lama 20


Pemungut Non (dua puluh) hari
Bendaharawan setelah akhir Masa
Pajak

SPT Tahunan

1 PPh - Orang Tgl. 25 bulan ketiga paling lama 3


Pribadi(OP) setelah berakhirnya (tiga) bulan
tahun atau bagian setelah akhir
tahun pajak Tahun Pajak

2 PPh – Badan Tgl. 25 bulan ketiga paling lama 4


setelah berakhirnya (empat) bulan
tahun atau bagian setelah akhir
tahun pajak Tahun Pajak

Modul Menyiapkan SPT | 11


Keterlambatan pelaporan SPT dikenakan sanksi administrasi sebagai
berikut (Pasal 7 UU KUP):

Tabel 2. Sanksi Administrasi Keterlambatan Pelaporan SPT

Jenis SPT Sanksi Denda

SPT Masa PPh pasal 21 Rp 100.000,00

SPT tahunan PPh Orang Pribadi Rp 100.000,00

SPT tahunan PPh Badan Rp 1.000.000,00

SPT Masa PPN Rp 500.000,00

2. Menyiapkan SPT Masa Pajak Penghasilan pasal 21


A. Objek pemungutan dan pemotongan PPh pasal 21
Objek Pajak berarti sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk menghitung
pajak terutang. Obyek PPh Pasal 21 meliputi:

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur


b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur
c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan
d. Uang tebusan pensiun, uang pesangon, uang tabungan hari tua atau
jaminan hari tua
e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan
bentuk apapun
f. Gaji, gaji kehormatan dan tunjangan-tunjangan yang terkait dengan gaji

Pembayaran kepada orang pribadi Wajib Pajak Dalam Negeri yang tidak
dipotong PPh Pasal 21 adalah :

a. Pembayaran klaim asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan,


asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi
beasiswa

12 | Modul Menyiapkan SPT


b. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan kecuali diberikan
bukan oleh wajib pajak atau wajib pajak yang dikenakan PPh Final dan
yang dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan khusus
c. Iuran pensiun dan iuran jaminan hari tua
d. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang diberikan oleh
pemerintah
e. Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung pemberi kerja
f. Zakat yang diterima orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat.

Pemotong PPh Pasal 21 adalah :

a. Pemberi kerja
b. Bendaharawan Pemerintah
c. Dana Pensiun, PT. Taspen, PT. Jamsostek
d. Badan yang membayar honorarium untuk tenaga ahli
e. Perusahaan, badan, dan penyelenggara kegiatan

B. Menentukan Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 21


Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap adalah
penghasilan neto. Untuk menentukan penghasilan neto adalah penghasilan
bruto dikurangi pengurang penghasilan bruto. Terdapat 3 macam
pengurang penghasilan bruto pegawai tetap yang diperbolehkan yaitu
Biaya Jabatan/Biaya Pensiun, luran Pensiun dan PTKP.

1. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun


Biaya Jabatan: diberikan untuk karyawan tetap yang masih aktif bekerja.
Sedangkan biaya pensiun adalah sebagaimana biaya jabatan yang
diberikan kepada mantan karyawan/pensiunan bulanan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 521/KMK.04/1998,


biaya jabatan adalah sebesar 5% x penghasilan bruto atau maksimal Rp
500.000/bulan atau 6.000.000,-/tahun,

Modul Menyiapkan SPT | 13


Biaya pensiun (perlakuan sama dengan biaya jabatan), perbedaannya
adalah: maksimal Perbulan 1/3 dari biaya jabatan yaitu sebesar Rp
200.000,-/bulan atau maksimal pertahun 1/3 dari biaya jabatan yaitu
sebesar Rp 2.400.000,-/tahun

2. Iuran Pensiun
luran pensiun yang dibayar sendiri (bila ada) boleh menjadi pengurang
penghasilan dalam menghitung PPh 21 (pasal 6 ayat (1) huruf c UU
PPh). Termasuk dalam pengertian iuran pensiun adalah iuran Jaminan
Hari Tua yang dibayar sendiri. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
14 Tahun 1993 iuran Jaminan Hari Tua yang dibayar sendiri sebesar 2%
dari gaji sebulan

3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


PTKP ditentukan oleh keadaaan pada awal tahun yaitu keadaan per 1
Januari. Bila orang asing menjadi WPDN pada tahun berjalan, maka
PTKPnya ditentukan pada keadaan awal bulan dia menjadi WPDN. Nilai
PTKP berdasarkan Status karyawan, Tidak Kawin (TK) atau Kawin (K)

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi orang pribadi mulai 1


Januari 2016 (sesuai Keputusan Menteri Keuangan PMK
101/PMK.010/2016)
Rp 54.000.000,00 untuk diri WP Orang Pribadi
Rp 4.500.000,00 tambahan untuk WP Kawin
Rp 54.000.000,00 tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung
Rp 4.500.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah,
semenda dalam garis keturunan lurus, maksimal 3 orang

14 | Modul Menyiapkan SPT


Berikut daftar besaran PTKP dalam setahun, sebulan dan sehari:

Tabel 3. Besaran PTKP Tahun 2023

Status Jumlah PTKP (Rp)


Setahun Sebulan Sehari
TK/0 54,000,000,00 4.500.000,00 150.000,00
TK/1 58.500.000,00 4.875.000,00 162.500,00
TK/2 63.000.000,00 5.250.000,00 175.000,00
TK/3 67.500.000,00 5.625.000,00 187.500,00
K/0 58.500.000,00 4.875.000,00 162.500,00
K/1 63.000.000,00 5.250.000,00 175.000,00
K/2 67.500.000,00 5.625.000,00 187.500,00
K/3 72.000.000,00 6.000.000,00 200.000,00
K/I/0 112.500.000,00 9.375.000,00 312.500,00
K/I/1 117.000.000,00 9.750.000,00 325.000,00
K/I/2 121.500.000,00 10.125.000,00 337.500,00
K/I/3 126.000.000,00 10.500.000,00 350.000,00

Sedangkan tarif umum PPh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang
mulai berlaku sejak 1 Januari 2022 sesuai UU nomor 7 tahun 2021
tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan adalah:

Tabel 4. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Rp 0 dengan Rp 60.000.000,00 5%
Lebih dari Rp 60.00.000,00 s.d. Rp 15 %
250.000.000,00
Lebih dari Rp 250.000.000,00 s.d. Rp 25 %
500.000.000,00

Modul Menyiapkan SPT | 15


Lebih dari Rp 500.000.000,00 s.d. Rp 30 %
5.000.000.000,00
Di atas Rp 5.000.000.000,00 35 %
Tarif Deviden 10%
Tidak memiliki NPWP 20% lebih tinggi dari
yang seharusnya
Tidak mempunyai NPWP untuk yang dipungut 100% lebih tinggi dari
/potong yang seharusnya
Pembayaran Fiskal untuk yang punya NPWP Gratis

Untuk membantu cara menghitung PPh Pasal 21 terutang maka dapat


menggunakan formula di bawah ini, namun sebelumnya perlu dipahami
singkatan-singkatan yang ada pada formula tersebut :

PB : Penghasilan bruto, total semua penghasilan yang


diterima
BJ : Biaya jabatan, 5% dari penghasilan bruto tetapi
maksimal Rp 500.000,00 per bulan
BP : Biaya pensiun, 5% dari pensiunan tetapi maksimal
Rp 200.000 per bulan.
IP : Iuran pensiun, sesuai yang dibayarkan ke Dana
Pensiun.
Tarif Pasal 17 : Tarif progresif berdasarkan Pasal 17 UU No. 7
tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan

Secara skematis perhitungan PPh pasal 21 dapat digambarkan sebagai


berikut:

16 | Modul Menyiapkan SPT


Gambar 2. Skema Perhitungan PPh Pasal 21
Sumber: Dok. Pribadi

1. Penghasilan Teratur yang diterima oleh Pegawai Tetap


a. Untuk menghitung PPh pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih
dahulu dicari penghasilan netto sebulan yang diperoleh dengan cara
mengurangi penghasilan bruto dengan biaya jabatan, iuran pensiun, iuran
Jaminan Hari Tua yang dibayar oleh pegawai kemudian disetahunkan.
b. Untuk memperoleh penghasilan netto setahun, penghasilan netto sebulan
dikalikan 12.
• Dalam hal pegawai tetap yang kewajiban pajak subyektifnya sebagai WP
dalam negeri sudah sejak awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah bulan
Januari atau berhenti bekerja dalam tahun berjalan, maka penghasilan
netto setahun dihitung dengan mengalikan penghasilan netto sebulan
dengan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan mulai bekerja
sampai dengan bulan Desember.

Modul Menyiapkan SPT | 17


• Penghasilan netto setahun tersebut dikurangi dengan PTKP untuk
memperoleh Penghasilan Kena Pajak, kemudian dihitung PPh pasal 21
setahun.
• Untuk memperoleh PPh pasal 21 sebulan, jumlah PPh pasal 21 setahun
atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada point 1 dibagi 12.
• Untuk memperoleh jumlah PPh pasal 21 sebulan atas penghasilan
sebagaimana dimaksud point 2, jumlah PPh pasal 21 setahun dibagi
dengan banyaknya bulan pegawai yang bersangkutan bekerja.
c. Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan atas masa
gaji sebulan, maka untuk penghitungan PPh pasal 21 jumlah penghasilan
tersebut harus terlebih dahulu dijadikan penghasilan bulanan dengan
mempergunakan faktor perkalian :
1. Gaji untuk masa seminggu dikalikan dengan 4

2. Gaji untuk masa sehari dikalikan dengan 26

• Selanjutnya dilakukan penghitungan PPh pasal 21 sebulan dengan


cara seperti dalam huruf b di atas.
• PPh pasal 21 di atas penghasilan seminggu dihitung berdasarkan PPh
pasal 21 sebulan dalam point 2 dibagi 4, sedangkan PPh pasal 21 atas
penghasilan sehari dihitung berdasarkan PPh pasal 21 sebulan dalam
point 2 dibagi 26.
d. Jika kepada pegawai di samping dibayar gaji bulanan juga dibayar kenaikan
gaji yang berlaku surut (rapel), misalnya 5 bulan, maka penghitungan PPh
pasal 21 atas rapel tersebut sebagai berikut :
• Rapel dibagi dengan banyaknya bulan perolehan rapel (dalam hal ini 5
bulan).
• Hasil pembagian rapel tersebut ditambahkan pada gaji setiap bulan
sebelum adanya kenaikan gaji, yang sudah dikenakan pemotongan PPh
pasal 21.
• PPh pasal 21 atas gaji untuk bulan-bulan setelah ada kenaikan, dihitung
kembali atas dasar gaji baru setelah ada kenaikan.

18 | Modul Menyiapkan SPT


• PPh pasal 21 terutang atas tambahan gaji untuk bulan-bulan dimaksud
adalah selisih antara jumlah pajak yang dihitung berdasarkan point 3
dikurangi jumlah pajak yang telah dipotong berdasarkan point 2.
e. Apabila kepada pegawai disamping dibayar gaji yang didasarkan masa gaji
kurang dari satu bulan juga dibayar gaji lain mengenai masa yang lebih
lama dari satu bulan (rapel) seperti tersebut dalam huruf d, maka cara
penghitungan PPh pasal 21 adalah sesuai dengan yang telah ditetapkan
dalam angka 4 dengan memperhatikan ketentuan dalam huruf c.
f. Pemotongan PPh pasal 21 atas uang lembur dan penghasilan lain yang
sejenis yang diterima atau diperoleh pegawai bersamaan gaji bulanannya,
yaitu dengan menggabungkan dengan gaji bulanannya.
g. Penghitungan PPh pasal 21 atas uang pensiun bulanan yang diterima atau
diperoleh penerima pensiun pada tahun pertama pensiun adalah sebagai
berikut :
• Terlebih dahulu dihitung penghasilan netto sebulan yang diperoleh
dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun
kemudian dikalikan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan
menerima pensiun sampai dengan bulan Desember
• Penghasilan netto yang disetahunkan tersebut ditambah dengan
penghasilan netto dalam tahun yang bersangkutan yang diterima atau
diperoleh dari pemberi kerja sebelum pegawai yang bersangkutan
pensiun sesuai dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh
pasal 21 sebelum pensiun
• Untukmenghitung PKP, jumlah penghasilan pada point 2 tersebut
dikurangi dengan PTKP dan selanjutnya dihitung PPh pasal 21 atas PKP
tersebut.
• PPh pasal 21 atas uang pensiun dalam tahun yang bersangkutan dihitung
dengan cara mengurangi PPh pasal 21 dalam point 3 dengan PPh pasal
21 yang terutang dari pemberi kerja sebelum pegawai yang bersangkutan
pensiun sesuai dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh
pasal 21 sebelum pensiun.

Modul Menyiapkan SPT | 19


• PPh pasal 21 atas uang pensiun bulanan adalah sebesar PPh pasal 21
seperti tersebut dalam point 4 dibagi dengan banyaknya bulan
sebagaimana dimaksud dalam point 1.
h. Penghitungan PPh pasal 21 atas uang pensiun bulanan untuk tahun kedua
dan selanjutnya adalah sebagai berikut :
• Terlebih dahulu dihitung penghasilan netto sebulan yang diperoleh dengan
cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun.
• Selanjutnya PPh pasal 21 dihitung dengan cara seperti tersebut dalam
huruf b point 1, 3 dan 4.

Sehingga formula rumus untuk menghitung PPh atas penghasilan teratur


adalah sebagai berikut :

(PB – (BJ + IP) – PTKP) x Tarif Pasal 17

Contoh :

Pada tahun 2023, Sugeng bekerja pada PT. Anugrah dengan memperoleh
gaji sebulan Rp 7.500.000,00 dan membayar iuran pensiun Rp 250.000,00.
Ia menikah dengan 2 orang anak.

Perhitungan PPh Pasal 21-nya :

Gaji sebulan : Rp 7.500.000,00

Pengurang :

1. Biaya jabatan = Rp 375.000,00

2. Iuran pensiun = Rp 250.000,00 +

Rp 625.000,00 -

Penghasilan netto sebulan Rp 6.875.000,00

20 | Modul Menyiapkan SPT


Penghasilan netto setahun

12 x Rp 6.875.000,00 Rp 82.500.000,00

PTKP (K/2) Rp 67.500.000,00–

Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 15.000.000,00

PPh Pasal 21 terutang setahun

5% x Rp 15.000.000,00 Rp 750.000,00

PPh pasal 21 sebulan = Rp 750.000 : 12 Rp 62.500,00

2. Penghitungan PPh pasal 21 atas Penghasilan Tidak Teratur :

Apabila kepada para pegawai tetap diberikan jasa produksi, tantiem,


gratifikasi, bonus premi, tunjangan hari raya, dan penghasilan lain
semacam itu yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali
setahun, maka PPh pasal 21 dihitung dan dipotong dengan cara sebagai
berikut :
• Dihitung PPh pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan
ditambah dengan penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi
dan sebagainya.
• Dihitung PPh pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa
tantiem, dan jasa produksi dan sebagainya.
• Selisih antara PPh pasal 21 menurut penghitungan point 1 dan point 2
adalah PPh pasal 21 atas penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa
produksi, dan sebagainya.
Dalam hal penerima penghasilan. tersebut dalam angka 1 adalah mantan
pegawai, maka PPh pasal 21 dihitung dengan cara menerapkan tarif pasal
17 UU No.7 tahun 1983 tentang PPh sebagaimana telah diubah terakhir
dengan UU No. 17 tahun 2021 atas jumlah penghasilan bruto.

Modul Menyiapkan SPT | 21


Untuk perusahaan yang masuk program JAMSOSTEK, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja, premi Jaminan Kematian, dan premi Jaminan
Pemeliharaan Kecelakaan yang dibayar oleh pemberi kerja merupakan
penghasilan bagi pegawai. Ketentuan ini diberlakukan juga bagi premi
asuransi kesehatan, kecelakaan kerja, jiwa dwiguna, dan asuransi
beasiswa yang dibayar oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada
perusahaan asuransi lainnya. Dalam menghitung PPh pasal 21, premi
tersebut digabungkan dengan penghasilan bruto yang dibayar oleh pemberi
kerja kepada pegawai.
Atas penarikan dana dari Dana pensiun, Lembaga Keuangan oleh peserta
program pensiun dipotong PPh pasal 21 oleh Dana Pensiun Lembaga
Keuangan yang bersangkutan dari jumlah bruto yang dibayarkan tanpa
memperhatikan penghasilan lainnya dari peserta yang bersangkutan.

Sehingga formula rumus untuk menghitung PPh atas penghasilan tidak


teratur adalah sebagai berikut :

(PB – (BJ + IP) – PTKP) x Tarif Pasal 17

Contoh :

Pada tahun 2019, Widodo (tidak kawin) bekerja pada PT. Nusantara
dengan memperoleh gaji Rp 5.000.000,00 sebulan. Dalam tahun yang
bersangkutan Widodo menerima bonus Rp 10.000.000,00. Setiap bulan
Widodo membayar iuran pensiun sebesar Rp 60.000,00

Penghitungan PPh Pasal 21 sebagai berikut :

a. PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus


Gaji setahun 12 x Rp 5.000.000,00 Rp 60.000.000,00

22 | Modul Menyiapkan SPT


Bonus Rp 10.000.000,00

Penghasilan bruto setahun Rp 70.000.000,00

Pengurang :

Biaya jabatan Rp 3.500.000,00

Iuran pensiun 12 x Rp 60.000 Rp 720.000,00

Rp 4.220.000,00

Penghasilan netto setahun Rp 65.780.000,00

PTKP setahun (TK/-) Rp 54,000,000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp 11.780.000,00

PPh Pasal 21 atas gaji & bonus

5% x Rp 11.780.000,00 Rp 589.000,00

b. PPh Pasal 21 atas gaji


Gaji setahun 12 x Rp 5.000.000,00 Rp 60.000.000,00

Pengurang:

Biaya jabatan 5% x Rp 60.000.000 Rp 3.000.000,00

Iuran pensiun 12 x Rp 60.000 Rp 720.000,00

Rp 3.720.000,00

Penghasilan netto setahun Rp 56.280.000,00

PTKP setahun (TK/-) Rp 54.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp 2.280.000,00

PPh Pasal 21 atas gaji

5% x Rp 2.280.000,00 Rp 114.000,00

Modul Menyiapkan SPT | 23


c. PPh Pasal 21 atas bonus = PPh atas gaji & bonus – PPh atas gaji
= Rp 589.000,00 - Rp 114.000,00

= Rp 475.000,00

Secara skema penghitungan PPh pasal 21 untuk penghasilan berupa upah


harian, mingguan, satuan, borongan dan uang saku harian dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Skema Perhitungan PPh Pasal 21


Sumber: Dok.Pribadi

3. Upah yang Diterima oleh Tenaga Harian Lepas di atas Rp.450.000/hari


tetapi tidak lebih dari Rp. 4.500.000/bulan

(PB – Rp. 450.000) x 5%

Contoh :

24 | Modul Menyiapkan SPT


Paijo seorang petugas instalasi jaringan telepon bekerja selama bulan
Januari 2023 dibayar harian sebesar Rp 500.000 per hari. Maka besarnya
PPh terutang atas penghasilan tersebut adalah:

Penghasilan bruto = Rp 500.000,00

PKP (500.000 – 450.000) = Rp 50.000,00

PPh terutang (5% x Rp 50.000) = Rp 5.000,00

Penghasilan bersih = Rp 495.000,00

Jika Paijo bekerja selama 10 hari. Maka besarnya PPh terutang atas
penghasilan tersebut adalah :

Upah sampai hari ke-10 (500.000 x10) = Rp 5.000.000,00

PTKP 10 hari =10 x (54.000.000:360) = Rp 1.500.000,00

Upah terutang pajak (PKP) = Rp 3.500.000,00

PPh terutang 10 hari (5% x 3.500.000) = Rp 175.000,00

PPh yg telah dipotong (9 x Rp 5.000) = Rp 45.000,00

PPh kurang dipotong untuk 9 hari = Rp 130.000,00

4. Upah yang Diterima oleh Tenaga Harian Lepas tidak lebih dari Rp.
450.000/hari namun lebih dari Rp. 4.500.000/bulan

(PB – PTKP sebenarnya) x 5%

Paitem seorang mandor bangunan pada Januari 2020 bekerja dengan


dibayar harian sebesar Rp 400.000,00 per hari. Karena jumlah penghasilan
bruto sehari kurang dari Rp 450.000,00 maka penghasilannya tidak
dikenakan pajak, namun jika ia bekerja selama 15 hari maka

Modul Menyiapkan SPT | 25


penghasilannya melebihi Rp 4.500.000,00 maka harus dikenakan pajak
dengan perhitungan sebagai berikut:

Upah sampai hari ke 15 (15 x 400.000,00) = Rp 6.000.000,00

PTKP 15 hari = 15 x (54.000.000:360) = Rp 2.250.000,00

Upah terutang pajak (PKP) = Rp 3.750.000,00

PPh terutang 15 hari (5% x 3.750.000) = Rp 187.500,00

5. Rabat/Komisi Penjualan yang diterima oleh Distributor MLM/Direct


Selling dan kegiatan sejenis (dihitung per bulan)

(PB – PTKP) x Tarif Pasal 17

Contoh : Pada bulan Januari 2023 Andi (K/-) seorang distributor MLM PT.
Nu Skin menerima komisi penjualan sebesar Rp 5.000.000 Maka PPh yang
harus dipotong sebagai berikut :

Penghasilan Bruto Januari 2023 = Rp 5.000.000

PTKP (K/-) bulan Januari 2023 = Rp 4.875.000

Penghasilan Kena Pajak = Rp 125.000

PPh Terutang :

5 % x 125.000 = Rp 6.250

Penghasilan bersih Andi = Rp 4.993.750

26 | Modul Menyiapkan SPT


6. Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi, Bonus yang diterima Mantan
Pegawai

PB x Tarif Pasal 17

Contoh : Anita seorang mantan pegawai PT. Nusantara menerima bonus


sebesar Rp 50.000.000 Maka PPh yang harus dipotong sebagai berikut :

Penghasilan Bruto = Rp 50.000.000

PPh Terutang :

5 % x 50.000.000 = Rp 2.500.000

Penghasilan bersih Anita = Rp 47.500.000

7. Honorarium yang diterima Dewan Komisaris/Pengawas yang bukan


pegawai tetap pada perusahaan yang sama

PB x Tarif Pasal 17

Contoh: Darsono sebagai komisaris PT. Adila menerima honorarium


sebesar Rp 60.000.000,00. Maka PPh yang harus dipotong sebagai berikut:

Penghasilan Bruto = Rp
60.000.000

PPh Terutang:

5 % x 50.000.000 = Rp 2.500.000

15 % x 10.000.000 = Rp 1.500.000

Jumlah PPh terutang = Rp 4.000.000

Penghasilan bersih Darsono = Rp 56.000.000

Modul Menyiapkan SPT | 27


1. Uang Pensiun Bulanan yang diterima pensiunan
((PB – BP) – PTKP) x Tarif Pasal 17

Contoh Sutedjo (K/2) seorang pensiunan pada tahun 2023 menerima uang
pensiun sebesar Rp 6.500.000,00 per bulan. Maka PPh yang dipotong
setiap bulan adalah sebagai berikut :

Perhitungan PPh Pasal 21-nya :

Pensiunan sebulan : Rp 6.500.000,00

Pengurang :

Biaya pensiun (5% x 6.500.000) Rp 325.000,00

Penghasilan netto sebulan Rp 6.175.000,00

Penghasilan netto setahun

12 x Rp 6.175.000,00 Rp 74.100.000,00

PTKP (K/2) Rp 67.500.000,00 –

Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 6.600.000,00

PPh Pasal 21 terutang setahun

5% x Rp 6.600.000,00 Rp 330.000,00

PPh pasal 21 sebulan = Rp 330.000 : 12 Rp 27.500,00

2. Penarikan dana pada Dana Pensiun oleh Pensiunan


PB x Tarif Pasal 17

Contoh Abdilah seorang pegawai PT. ABC menerima gaji Rp 5.000.000,00


sebulan. PT ABC mengikuti program pensiun untuk pegawainya sebesar

28 | Modul Menyiapkan SPT


Rp. 200.000,00 sebulan. Abdilah pun membayar iuran pensiun serupa pada
lembaga pensiun yang berbeda sebesar Rp 400.000,00 sebulan. Pada
bulan Januari 2023 Abdilah memerlukan biaya untuk perbaikan rumah
sehingga Abdilah mengambil dana pensiun yang telah dibayarnya sendiri
sebesar Rp 30.000.000,00. Kemudian pada bulan Februari 2023 menarik
lagi dana sebesar Rp 35.000.000,00 untuk keperluan biaya kuliah anaknya.

PPh pasal 21 terutang :

a. Atas penarikan dana sebesar Rp 30.000.000

5% x Rp 30.000.000 = Rp 1.500.000,00

b. Atas penarikan dana sebesar Rp 35.000.000

5% x Rp 20.000.000 = Rp 1.000.000,00

15% x Rp 15.000.000 = Rp 2.250.000,00

Total PPh yang dipotong = Rp 4.750.000,00

3. Honorarium dan Pembayaran Lain yang diterima oleh Tenaga Ahli


(Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris, Penilai, dan
Aktuaris) sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan
kegiatan

PB x 50% x Tarif Pasal 17

Misalnya Hasan seorang akuntan mendapat honor atas jasa mengaudit


laporan keuangan PT. Hasna sebesar Rp 60.000.000,00. Atas pembayaran
honor ini PT. Hasna harus memotong PPh sebesar Rp 1.500.000,00
((60.000.000 x 50%) x5%). Sehingga honor yang diberikan pada Hasan
sebesar Rp 58.500.000 (60.000.000-1.500.000)

Modul Menyiapkan SPT | 29


4. Honorarium yang diterima oleh Pegawai Tidak Tetap, Pemagang,
Calon Pegawai

(PB – PTKP) x Tarif Pasal 17

Misalnya Karman seorang sopir perusahaan dengan status pegawai tidak


tetap setiap bulan menerima honor sesuai dengan jumlah hari kerja. Pada
bulan Maret 2023 Karman bekerja selama 20 hari dengan honor Rp
250.000 per hari. Maka PPh yang dipotong pada bulan Maret adalah
sebagai berikut:

Honor Maret Rp 250.000 x 20 hr = Rp 5.000.000

Penghasilan Neto setahun = Rp 60.000.000

PTKP setahun (TK/-) = Rp 54.000.000

Penghasilan Kena Pajak = Rp 6.000.000

Pajak Terutang setahun (5% x 6.000.000) = Rp 300.000

Pajak terutang sebulan (Rp 300.000/12) = Rp 25.000

5. Honorarium dan pembayaran lain yang diterima oleh Tenaga Lepas


(Seniman, Olahragawan, Penceramah, Pemberi Jasa, Pengelola
Proyek, Peserta Perlombaan, PDL Asuransi, dll)

PB x Tarif Pasal 17

Contoh: Sumanto seorang penceramah memberikan ceramah pada


lokakarya dan menerima honorarium Rp 2.500.000,00.

30 | Modul Menyiapkan SPT


PPh pasal 21 terutang = 5% x Rp 2.500.000 = Rp 125.000,00

6. Honorarium yang bersumber dari APBN atau APBD yang diterima PNS
Sesuai PP 80/2010 tentang Pajak Penghasilan bagi Pejabat Negara,
Pegawai Negeri Sipil, anggota ABRI, dan Para Pensiunan atas Penghasilan
yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah,
skema perhitungan PPh pasal 21 atas honorarium yang diterima PNS yang
dananya bersumber dari APBN atau APBD sebagai berikut:

Gambar 4. Skema Tarif Honorarium dari APBN/APBD


Sumber: Dok. Pribadi

a. Honorarium yang dananya bersumber dari APBN atau APBD yang diterima
PNS golongan I dan II atau Tamtama & Bintara (tidak dipotong pajak)
Contoh :
SMKN 7 Tangerang membayar honorarium pengetikan bahan ajar kepada
Sutejo (staff TU/Gol. IIc) sebesar Rp 100.000,00
Tidak dipotong pajak

Modul Menyiapkan SPT | 31


b. Honorarium yang dananya bersumber dari APBN atau APBD yang diterima
PNS golongan III atau Perwira Pertama (dipotong pajak final 5%)
Contoh :
SMKN 7 Tangerang membayar honorarium penyusunan bahan ajar kepada
Sulasdi (guru/Gol. IIIc) sebesar Rp 500.000,00
Honorarium Rp 500.000,00
PPh Terutang (5% x 500.000,00) Rp 25.000,00
Honorarium yang diterimakan Rp 475.000,00

c. Honorarium yang dananya bersumber dari APBN atau APBD yang diterima
PNS golongan IV atau Perwira Menengah & Tinggi (dipotong pajak final
15%)
Contoh :

SMKN 7 Tangerang membayar honorarium mengajar tambahan kepada


Novi (guru/Gol. IVa) sebesar Rp 500.000,00

Honorarium Rp 500.000,00

PPh Terutang (15% x 500.000,00) Rp 75.000,00

Honorarium yang diterimakan Rp 425.000,00

1. Mekanisme Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan


Pemotong pajak wajib memberikan Bukti pemotongan PPh pasal 21 baik
diminta ataupun tidak pada saat dilakukan pemotongan kepada orang
pribadi yang bukan pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun,
penerima jaminan hari tua, penerima uang pesangon, dan penerima
dana pensiun. Pemotong pajak wajib memberikan Bukti pemotongan
PPh pasal 21 kepada pegawai tetap termasuk penerima pensiun
bulanan, dengan menggunakan formulir yang ditentukan oleh Dirjen
Pajak.

32 | Modul Menyiapkan SPT


a. Pengisian bukti pemotongan
Cara pengisian bukti pemotongan:

1. Pilih formulir bukti pemotongan yang sesuai


2. Isi nomor bukti pemotongan
3. Isi identitas pihak yang dipotong PPh pasal 21 meliputi nama,
NPWP serta alamat
4. Pada kolom jumlah penghasilan bruto isikan jumlah penghasilan
bruto sesuai dengan jenis penghasilan yang dikenakan pajak
5. Jika pihak yang dipotong tidak memiliki NPWP checklist pada
kotak di kolom tarif lebih tinggi 20% (tidak ber NPWP) sesuai
dengan jenis penghasilan yang dikenakan pajak
6. Pada kolom Tarif, isikan prosentase tarif sesuai dengan tarif pajak
yang belaku. Jika pihak PPh yang dipotong tidak memiliki NPWP
isikan tarif 20% lebih tinggi dari yang seharusnya
7. Isikan PPh yang terutang dengan mengalikan jumlah kolom (3)
dengan kolom (6) pada baris yang sesuai
8. Jumlahkan kolom PPh yang terutang dan isi jumlah terbilangnya
9. Tulis tempat dan tanggal pemotongan
10. Isi identitas pemotong meliputi NPWP dan nama
11. Isi nama, cap dan tanda tangan bukti pemotongan

Berikut contoh pengisian bukti pemotongan PPh Pasal 21:

Modul Menyiapkan SPT | 33


BUKTI PEMOTONGAN PAJAK
FORMULIR 1721 - VI
PENGHASILAN PASAL 21 (TIDAK FINAL)
Lembar 1 : Untuk Penerima Penghasilan

KEMENTERIAN KEUANGAN RI
ATAU PASAL 26 Lembar 2 : Untung Pemotong

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK NOMOR : H.01 1 . 3 - 7 - 2023 - 00000212

A. IDENTITAS PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG


1. NPWP : A.01 02.198.132.9 - 412 - 000 2. NIK / NO. PASPOR : A.02

3. NAMA : A.03 Anik Yuliawati

4. ALAMAT : A.04 Jl. Kenangan 23 Serua, Depok

5. WAJIB PAJAK LUAR NEGERI : A.05 YA 6. KODE NEGARA DOMISILI


: A.05

B. PPh PASAL 21 YANG DIPOTONG

TARIF LEBIH
JUMLAH DASAR PENGENAAN
TINGGI 20% TARIF PPh DIPOTONG
KODE OBJEK PAJAK PENGHASILAN BRUTO PAJAK
(TIDAK BER- (1%) (Rp)
(Rp) (Rp)
NPWP)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

21 - 100 - 01 10.000.000 5.000.000 5% 250.000

C. IDENTITAS PEMOTONG

C.01
1. NPWP : 02.198.132.9 - 412 - 000 3. TANGGAL & TANDA TANGAN

C.02 C.03
2. NAMA : PT. Ritra - 7 - 2020
[dd - mm - yyyy]

KODE OBJEK PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (TIDAK FINAL) ATAU PASAL 26


PPh PASAL 21 TIDAK FINAL
1 21 - 100 - 03 Upah Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas
2 21 - 100 - 04 Imbalan kepada Distributor Multi Level Marketing (MLM)
3 21 - 100 - 05 Imbalan kepada Petugas Dinas Luar Asuransi
4 21 - 100 - 06 Imbalan kepada Penjaja Barang Dagangan
5 21 - 100 - 07 Imbalan kepada Tenaga Ahli
6 21 - 100 - 08 Imbalan kepada Bukan Pegawai yang Menerima Penghasilan yang Bersifat Berkesinambungan
7 21 - 100 - 09 Imbalan kepada Bukan Pegawai yang Menerima Penghasilan yang Tidak Bersifat Berkesinambungan
8 21 - 100 - 10 Honorarium arau Imbalan kepada Anggota Dewan Kemisaris atau Dewan Pengawas yang tidak Merangkap sebagai Pegawai Tetap
9 21 - 100 - 11 Jasa Produksi, Tantiem, Bonus atau Imbalan kepada Mantan Pegawai
10 21 - 100 - 12 Penarikan Dana Pensiun oleh Pegawai
11 21 - 100 - 13 Imbalan kepada Peserta Kegiatan
12 21 - 100 - 99 Objek PPh Pasal 21 Tidak Final Lainnya

PPh PASAL 21 TIDAK FINAL


1 27 - 100 - 99 Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan, hadiah dan penghargaan, pensiun dan pembayaran berkala lainnya yang
dipotong PPh Pasal 26

34 | Modul Menyiapkan SPT


Gambar 5. Contoh Pengisian Bukti Pemotongan Pasal 21 Tidak Final
Gambar 6. Sumber: Dok. Pribadi

Khusus pada setiap bulan Desember Pemotong Pajak harus mengisi


Formulir 1721-A1 atau 1721-A2 untuk masing-masing karyawannya.
Formulir 1721-A1 digunakan untuk pegawai swasta, sedangkan Formulir
1721-A2 untuk Pegawai Negeri Sipil, Tentara Nasional Indonesia/Polisi
Republik Indonesia, Pejabat Negara dan Pensiunannya.

Formulir 1721-A1 atau 1721-A2 merupakan bukti pemotongan PPh pasal


21 atas penghasilan karyawan selama setahun. Formulir ini harus diberikan
kepada karyawan yang bersangkutan sebagai lampiran saat karyawan
melaporkan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi. Formulir 1721-A1 atau 1721-
A2 diserahkan kepada masing-masing karyawan maksimal satu bulan
setelah tahun pajak berakhir.

Modul Menyiapkan SPT | 35


DAFTAR BIAYA PAJAK PENGHASILAN
BUKTI PEMOTONGAN
PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP ATAU PENERIMA FORMULIR 1721 - A1
PENSIUN ATAU TUNJANGAN HARI TUA/ JAMINAN Lembar 1 : Untuk Penerima Penghasilan
Lembar 2 : Untung Pemotong
HARI TUA BERKALA
MASA PEROLEHAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PENGHASILAN [mm - mm]
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
NOMOR : H.01 1 . 1 - 12 - 2019 - 00000121 H.02 01 - 12

NPWP
PEMOTONG : H.03 02.198.132.9 - 412 - 000
NAMA
PEMOTONG : H.04 PT. Ritra

A. IDENTITAS PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG

1 NPWP : A.01 24.375.228.4 - 412 - 000 6 STATUS / JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA UNTUK PTKP
2 NIK/NO : K/ TK/ 0 A.08 HB/ A.09
A.07
PASPOR A.02 3667406010610004
3 NAMA : A.03 Hastuti 7 NAMA JABATAN : Penata III/D
A.10
4 ALAMAT : 8 KARYAWAN ASING : YA
A.04 Jl. Taringgul 372 Pengasinan A.11

9 KODE NEGARA DOMISILI :


A.12
5 JENIS KELAMIN : A.05 LAKI-LAKI A.06 PEREMPUAN
X

B. RINCIAN PENGHASILAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21


URAIAN JUMLAH (Rp)
KODE OBJEK PAJAK : 21-100-01 21-100-02

PENGHASILAN BRUTO

1. GAJI/PENSIUAN ATAU THT/JHT 72.000.000


2. TUNJANGAN PPh -
3. TUNJANGAN LAINNY A. UANG LEMBUR DAN SEBAGAINY A 12.000.000
4. HONORARIUM DAN IMBALAN LAIN SEJENISNY A -
5. PREMI ASURANSI Y ANG DIBAY ARKAN PEMBERI KERJA 6.000.000
6. PENERIMAAN DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN LAINNY A Y ANG DIKENAKAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21

7. TANTIEM, BONUS, GRATIFIKASI, JASA PRODUKSI DAN THR 15.000.000


8. JUMLAH PENGHASILAN BRUTO (1 S.D. 7) 105.000.000
PENGURANGAN

9. BIAY A JABATAN/BIAY A PENSIUN 5.250.000


10. IURAN PENSIUN ATAU IURAN THT/JHT 6.000.000
11. JUMLAH PENGURANGAN ( 9 S.D. 10) 11.250.000
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21

12. JUMLAH PENGHASILAN NETTO (8 - 11) 93.750.000


13. PENGHASILAN NETO MASA PAJAK SEBELUMNY A -
14. JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 (SETAHUN/DISETAHUNKAN) 93.750.000
15. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) 54.000.000
16. PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN/DISETAHUNKAN (14 - 15) 39.750.000
17. PPh PASAL 21 ATAS PENGJASILAN KENA PAJAK SETAHUN/DISETAHUNKAN 39.750.000
18. PPh PASAL 21 Y ANG TELAH DIPOTONG MASA PAJAK SEBELUMNY A -
19. PPh PASAL 21 TERUTANG 1.987.500
20. PPh PASAL 21 DAN PPh PASAL 26 Y ANG TELAH DIPOTONG DAN DILUNAS 1.987.500

C. IDENTITAS PEMOTONG

Mila
1. NPWP : C.01 24.375.228.4 - 412 - 000 3. TANGGAL & TANDA TANGAN

2. NAMA : C.02 PT. Ritra C.03


31 - 12 - 2019
[dd - mm - yyyy]

Gambar 7. Contoh Pengisian Bukti Pemotongan 1721-A1


Sumber: Dok. Pribadi

36 | Modul Menyiapkan SPT


2. Pengisian Surat Setoran Pajak (SSP)
Penyetoran PPh pasal 21 dilakukan dengan menggunakan SSP ke
Kantor pos atau Bank persepsi selambat-lambatnya tanggal 10 bulan
takwim berikutnya. SSP dibuat dalam rangkap lima yaitu:

1. Lembar 1 untuk arsip Wajib Pajak


2. Lembar 2 untuk KPP melalui KPKN
3. Lembar 3 untuk dilaporkan oleh WP ke KPP
4. Lembar 4 untuk Bank Persepsi/Kantor Pos dan Giro

NPWP, Nama WP dan Alamat

Diisi sesuai dengan:

1. NPWP diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP yang dimiliki
Wajib Pajak.
2. Nama WP diisi dengan Nama Wajib Pajak.
3. Alamat diisi sesuai dengan alamat yang tercantum dalam Surat
Keterangan Terdaftar (SKT).

Catatan : Bagi WP yang belum memiliki NPWP

1. NPWP diisi:
a. Untuk WP berbentuk Badan Usaha diisi dengan 01.000.000.0-
XXX.000
b. Untuk WP Orang Pribadi diisi dengan 04.000.000.0-XXX.000
2. XXX diisi dengan Nomor Kode KPP Domisili pembayar pajak.

Modul Menyiapkan SPT | 37


3. Nama dan Alamat diisi dengan lengkap sesuai dengan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau identitas lainnya yang sah.

Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran

1. Kode Akun Pajak diisi dengan angka Kode Akun Pajak untuk setiap
jenis pajak yang akan dibayar atau disetor.
2. Kode Jenis Setoran (KJS) diisi dengan angka dalam kolom “Kode
Jenis Setoran” untuk setiap jenis pajak yang akan dibayar atau
disetor sesuai dengan penjelasan dalam kolom “Keterangan”.
3. Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran dapat dilihat pada Peraturan
Direktur Jenderal nomor Pajak PER-30/PJ/2015 tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
38/PJ/2009 tentang Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak dan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2010 dan SE-
54/PJ/2010 serta pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-24/PJ/2013
4. Kedua kode tersebut harus diisi dengan benar dan lengkap agar
kewajiban perpajakan yang telah dibayar dapat diadministrasikan
dengan tepat.

Berikut daftar kode akun pajak:

Tabel 5. Daftar Kode Akun Pajak

Kode Akun
Jenis Pajak
Pajak
411121 PPh Pasal 21
411122 PPh Pasal 22

38 | Modul Menyiapkan SPT


411123 PPh Pasal 22 Impor
411124 PPh Pasal 23
411125 PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi
411126 PPh Pasal 25/29 Badan
411127 PPh Pasal 26
411128 PPh Final
411129 PPh Non Migas Lainnya
411131 Fiskal Luar Negeri
411111 PPh Minyak Bumi
411112 PPh Gas Alam
411119 PPh Migas Lainnya
411211 PPN Dalam Negeri
411212 PPN Impor
411219 PPN Lainnya
411221 PPnBM Dalam Negeri
411222 PPnBM Impor
411229 PPnBM Lainnya
411611 Bea Meterai
411612 Penjualan Benda Meterai
411613 Pajak Penjualan Batubara
411619 Pajak Tidak Langsung Lainnya
411621 Bunga/Denda Penagihan PPh
411313 Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Perkebunan
411314 Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Perhutanan
411315 Untuk Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor
Pertambangan Untuk Pertambangan Mineral Dan
Batubara
411316 Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Pertambangan
Untuk Pertambangan Minyak Bumi Dan Gas Bumi
411317 Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Pertambangan
Untuk Pertambangan Panas Bumi
411319 Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Lainnya

Modul Menyiapkan SPT | 39


Uraian Pembayaran (untuk SSP Standar)

Diisi sesuai dengan uraian dalam kolom “Jenis Setoran” yang


berkenaan dengan Kode MAP dan Kode Jenis Setoran pada

Khusus PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas transaksi Pengalihan Hak atas
Tanah dan Bangunan, dilengkapi dengan nama pembeli dan lokasi
objek pajak.Khusus PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Persewaan Tanah
dan Bangunan yang disetor oleh yang menyewakan, dilengkapi
dengan nama penyewa dan lokasi objek sewa.

Masa Pajak

Diisi dengan memberi tanda silang pada salah satu kolom bulan untuk
masa pajak yang dibayar atau disetor. Pembayaran atau setoran
untuk lebih dari satu masa pajak dilakukan dengan menggunakan satu
SSP untuk setiap masa pajak.

Tahun Pajak

Diisi tahun terutangnya pajak.

40 | Modul Menyiapkan SPT


Nomor Ketetapan

Diisi nomor ketetapan yang tercantum pada surat ketetapan pajak


(SKPKB, SKPKBT) atau Surat Tagihan Pajak (STP) hanya apabila
SSP digunakan untuk membayar atau menyetor pajak yang kurang
dibayar/disetor berdasarkan surat ketetapan pajak atau STP.

Jumlah Pembayaran

Diisi dengan angka jumlah pajak yang dibayar atau disetor dalam
rupiah penuh. Pembayaran pajak dengan menggunakan mata uang
Dollar Amerika Serikat (bagi WP yang diwajibkan melakukan
pembayaran pajak dalam mata uang Dollar Amerika Serikat), diisi
secara lengkap sampai dengan sen.

Terbilang (untuk SSP Standar)

Diisi jumlah pajak yang dibayar atau disetor dengan huruf latin dan
menggunakan bahasa Indonesia.

Diterima oleh Kantor Penerima Pembayaran (untuk SSP Standar)

Diisi tanggal penerimaan pembayaran atau setoran oleh Kantor


Penerima Pembayaran (Bank Persepsi/Devisa Persepsi atau PT. Pos

Modul Menyiapkan SPT | 41


Indonesia), tanda tangan, dan nama jelas petugas penerima
pembayaran atau setoran, serta cap/stempel Kantor Penerima
Pembayaran.

Wajib Pajak/Penyetor (untuk SSP Standar)

Diisi tempat dan tanggal pembayaran atau penyetoran, tanda tangan,


dan nama jelas Wajib Pajak/Penyetor serta stempel usaha.

Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran (untuk SSP


Standar)

Diisi Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan atau Nomor


Transaksi Bank (NTB) atau Nomor Transaksi Pos (NTP) hanya oleh
Kantor Penerima Pembayaran yang telah mengadakan kerja sama
Modul Penerimaan Negara (MPN) dengan Direktorat Jenderal Pajak .

42 | Modul Menyiapkan SPT


Berikut contoh pengisian Surat Setoran Pajak PPh Pasal 21:

Modul Menyiapkan SPT | 43


SURAT SETORAN PAJAK
DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. LEMBAR 1
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK (SSP) Untuk Arsip Wajib Pajak

NPWP : 0 2 1 9 8 1 3 2 9 4 1 2 0 0 0
Diisi sesuai dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimiliki

NAMA WP : PT. Ritra

ALAMAT WP : Jl. Pasadena 22 Bojongsari Baru, Depok


………….……………………...……………………………………….…………………………………………………………………………………………….
NOP :
Diisi sesuai dengan Nomor Objek Pajak

ALAMAT OP : ………….……………………...……………………………………….…………………………………………………………………………………………….
………….……………………...……………………………………….…………………………………………………………………………………………….
Uraian Pembayaran :
Kode Akun Pajak Kode Jenis Setoran
PPh Pasal 21 Juli 2020
4 1 1 1 2 1 1 0 0 ……………………………………………...…………………..……………………………………………………
……………………………………………...…………………..……………………………………………………
Masa Pajak
Tahun Pajak
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2 0 2 0
Beri tanda silang (x) pada kolom bulan, sesuai dengan pembayaran untuk masa yang berkenaan Diisi Tahun terutangnya Pajak

Nomor Ketetapan : / / / /
Diisi sesuai Nomor Ketetapan : STP, SKPKB, SKPKBT

Jumlah Pembayaran : Rp. 236.364,- Diisi dengan rupiah penuh


Terbilang : Dua ratus tiga puluh enam ribu tiga ratus enam puluh empat rupiah
………………………………………………….…….……………...………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………….…….……………...………………………………………………………………………………………………………………………………..

Diterima oleh Kantor Penerima Pembayaran Wajib Pajak/Penyetor


Tanggal …………………………………………… Depok , Tanggal 8 Agustus 2020

ila
Cap dan tanda tangan Cap dan tanda tangan

cap cap & tanda

M
penerima
tangan wajib
setoran pajak
pajak

Nama Jelas : ……………………………………. Nama Jelas : Mila Melilea

" Terima kasih Telah Membayar Pajak - Pajak Untuk Pembangunan Bangsa "
Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran

F.2.0.32.01

Gambar 8. Contoh Pengisian SSP PPh Pasal 21


Sumber: Dok. Pribadi

44 | Modul Menyiapkan SPT


1. Mekanisme Pembayaran Pajak :
a. Membayar sendiri pajak yang terutang :
• Pembayaran angsuran setiap bulan (PPh Pasal 25)
Wajib Pajak diwajibkan untuk mengangsur pajak yang akan terutang
pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran pajak setiap
bulan.
• Pembayaran PPh Pasal 29 setelah akhir tahun;
Pembayaran PPh Pasal 29 yaitu pelunasan pajak penghasilan yang
dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak pada akhir tahun pajak apabila pajak
terutang untuk suatu tahun pajak lebih besar dari jumlah total pajak yang
dibayar sendiri dan pajak yang dipotong atau dipungut pihak lain
sebagai kredit pajak yang
b. Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (Pemberi penghasilan,
Pemberi kerja atau Pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan oleh
pemerintah) pada PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, 22, dan
23, serta PPh Pasal 26.
c. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk
pemerintah
d. Pembayaran Pajak-pajak lainnya
• Pembayaran PBB yaitu pelunasan berdasarkan Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang (SPPT).
• Pembayaran BPHTB yaitu pelunasan pajak atas perolehan hak atas
tanah dan bangunan.
• Pembayaran Bea Meterai yaitu pelunasan pajak atas dokumen yang
dapat dilakukan dengan cara menggunakan benda meterai berupa
meterai tempel atau kertas bermeterai atau dengan cara lain seperti
menggunakan mesin teraan.

Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun


swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)

Modul Menyiapkan SPT | 45


atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara elektronik (e-
payment).

46 | Modul Menyiapkan SPT


SPT adalah Surat yg oleh WP digunakan untuk melaporkan Penghitungan
dan atau Pembayaran Pajak, Objek Pajak dan atau bukan Objek Pajak
dan atau Harta dan Kewajiban untuk satu masa pajak atau untuk suatu
tahun pajak atau bagian tahun pajak (Pasal 1 Angka 11, 12, 13 UU KUP)
Fungsi SPT PPh sesuai Penjelasan Pasal 3 Ayat (1) UU KUP adalah
sebagai sarana untuk:

a. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah


pajak yang sebenarnya terutang;

b. Melaporkan tentang:

▪ Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan


sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain
dalam suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;

▪ Penghasilan yang merupakan Objek dan bukan Objek Pajak;

▪ Harta dan Kewajiban;

▪ Pembayaran dari pemotong /pemungut tentang pemotongan atau


pemungutan dalam satu Masa Pajak.

Sesuai Pasal 4 UU KUP, pengisian SPT harus benar, lengkap, jelas dan
ditandatangani oleh Pengurus/Direksi atau kuasa khusus (untuk WP
Badan) dan yang bersangkutan atau kuasa khusus (untuk WP Orang
Pribadi). Bagi WP yang wajib pembukuan, dilengkapi dengan laporan
keuangan (neraca, laba rugi, dan keterangan lainnya).

Pasal 3 ayat (1), (1a) UU KUP jo KMK No. 196/PMK.03/2007 tentang Tata
cara penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing
dan satuan mata uang selain rupiah serta kewajiban penyampaian surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan SPT harus
diisi dengan:

❑ Dalam Bahasa Indonesia


❑ Huruf latin

Modul Menyiapkan SPT | 47


❑ Mengunakan angka arab
❑ Satuan mata uang rupiah (Kecuali WP yang telah mendapatkan
izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang lain selain
rupiah, yaitu dalam masa US $)
Sesuai Kepmenkeu No. 82/KMK.03/2003 tentang perubahan atas
keputusan menteri keuangan nomor 536/KMK.04/2000 tentang tata cara
penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan SPT dinyatakan tidak
lengkap (spt tidak memenuhi ketentuan) jika:

1. Nama dan NPWP tidak dicantumkan dalam SPT;


2. Elemen SPT induk dan lampiran tidak/kurang lengkap diisi;
3. SPT tidak ditandatangani WP atau ditandatangani kuasa WP, tetapi
tidak dilampiri dengan surat kuasa khusus;
4. SPT tidak atau kurang dilampiri dengan lampiran yang dipersyaratkan;
atau
5. SPT kurang bayar tetapi tidak dilampiri dengan SSP
SPT dianggap tidak disampaikan apabila tidak memenuhi ketentuan
formal

Teknik Pengisian SPT

• Gunakan format SPT yang sesuai


• Lakukan perhitungan pajak terlebih dahulu (di luar kertas SPT)
• Bayarlah pajak jika berdasarkan perhitungan terdapat pajak kurang
bayar
• Isilah SPT mulai dari lampiran
• Isilah SPT dengan lengkap
• Cantumkan semua lampiran yang dibutuhkan
• Tanda tangani SPT yang telah diisi
• Periksa kembali SPT sebelum disampaikan
• Masukkan SPT sebelum batas akhir pelaporan

48 | Modul Menyiapkan SPT


Secara teknis pengisian SPT PPh Pasal 21 Masa :
1. Siapkan data yang dibutuhkan :
a. Identitas pemotong PPh Pasal 21
• Nama Pemotong (Perusahaan atau bendaharawan)
• NPWP
• Alamat
• Tanggal penyetoran pajak yang telah dipotong untuk masa
pajak yang dilaporkan (tanggal SSP PPh pasal 21)
b. Daftar Gaji
c. Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dan atau Pasal 26
d. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dan atau Pasal 26
e. SSP
2. Isilah SPT sesuai Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dan
atau Pasal 26
3. Isilah jumlah rupiah tanpa nilai desimalnya
4. Kertas SPT tidak boleh dilipat atau kusut
Setiap Pemotong pajak wajib mengisi, menandatangani, dan
menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak
tempat pemotong terdaftar atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.
Sejak tahun pajak 2009 (sejak berlakunya UU 36/2008) maka
kewajiban untuk melaporkan SPT tahunan PPh Pasal 21 (formulir
SPT 1721) tidak berlaku lagi.

Modul Menyiapkan SPT | 49


Bacalah Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-16/PJ/2016
tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan
Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan
Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang
Pribadi untuk memudahkan mempelajari Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21.

Gambar 9. Hubungan PPh Pasal 21 dan PPh Orang Pribadi


Sumber: Dok. Pribadi

Contoh:

PT Adila dengan NPWP 04.003.096.0.641.000 yang beralamat di Jl.


Pamularsih 36 Semarang, pada bulan April 2020 PT Adila memungut dan
memotong PPh pasal 21 atas pembayaran gaji dan honorarium karyawan
maupun bukan karyawan yang menerima penghasilan dari PT Adila.
Jumlah pemotongan/ pemungutan PPh pasal 21 pada bulan April 2020
yang dikumpulkan PT. Adila sebesar Rp 830.208,00. Maka PT. Adila harus

50 | Modul Menyiapkan SPT


menyetorkan PPh 21 yang dipotongnya sebelum tanggal 10 Mei 2020. Jika
pada tanggal 8 Mei 2020 PT Adila mau menyetorkan pajaknya maka SSP
yang harus di buat dapat dilihat pada

Untuk dapat mengisi SPT Masa PPh Pasal 21 dengan baik maka perlu
disiapkan data yang mendukung untuk pengisian SPT tersebut seperti :

1. Data perusahaan (nama, alamat, NPWP perusahaan)


2. Daftar gaji
3. Daftar bukti Pemotongan PPh pasal 21
4. Surat setoran pajak

3. Menyiapkan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi


Objek pemungutan dan pemotongan PPh Orang Pribadi
Subjek pajak berarti pihak-pihak yang dituju oleh Undang-undang
untuk dikenakan pajak. Pajak Penghasilan dikenakan terhadap
penghasilan yang diterima atau diperoleh Subjek Pajak dalam Tahun
Pajak. Subjek Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan Orang Pribadi
adalah:
1. Orang pribadi, yang terdiri dari:
• Subjek Pajak Dalam Negeri, orang pribadi yang bertempat
tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam 12
bulan atau berniat tinggal di Indonesia
• Subjek Pajak Luar Negeri yaitu orang pribadi yang bertempat
tinggal atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam 12 bulan atau berniat tinggal di Indonesia
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak, yaitu ahli waris. Merupakan subjek
pajak pengganti menggantikan ahli waris.
Tidak termasuk Subjek Pajak :

Modul Menyiapkan SPT | 51


a. Pejabat-pejabat perwakilan diplomat dan konsulat dan pejabat
lain yang diperbantukan dengan syarat bukan WNI dan tidak
menerima penghasilan dari Indonesia
b. Pejabat organisasi Internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menkeu dengan syarat bukan WNI dan tidak
menjalankan usaha di Indonesia.
Objek Pajak berarti sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk
menghitung pajak terutang. Objek Pajak PPh adalah Penghasilan,
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak, dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dikelompokkan menjadi :

1. Penghasilan dari pekerjaan


2. Penghasilan dari usaha atau kegiatan
3. Penghasilan dari modal (investasi)
4. Penghasilan lain-lain seperti pembebasan utang, hadiah, selisih
kurs dan lainnya
Dari segi cara pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima
Wajib Pajak orang pribadi dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Penghasilan yang merupakan Obyek Pajak yang dipotong PPh


Final (Pasal 4 ayat 2)
2. Penghasilan yang merupakan Obyek Pajak PPh yang tidak
bersifat Final (Pasal 4 ayat 1)
3. Penghasilan yang bukan merupakan Obyek Pajak (Pasal 4 ayat 3)
Penghasilan Kena Pajak

Menurut Pasal 6 UU PPh, besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib


pajak Dalam Negeri dan BUT ditentukan berdasarkan penghasilan bruto
dikurangi dengan :

52 | Modul Menyiapkan SPT


a. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
berupa : biaya pembelian bahan, upah, gaji, bunga, sewa, royalty,
biaya perjalanan, pengelolaan limbah, premi asuransi, biaya
administrasi dan pajak kecuali PPh.
b. Penyusutan dan amortisasi
c. Iuran kepada Dana Pensiun yang disyahkan oleh Menkeu
d. Kerugian penjualan/pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau untuk mendapatkan, menagih, memelihara
penghasilan
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia
g. Beasiswa, magang dan pelatihan
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat :
1. telah dibebankan sebagai biaya dalam Laporan Laba-rugi
komersial
2. telah diserahkan ke Pengadilan Negeri atau BUPLN atau ada
perjanjian tertulis antara Kreditur dan Debitur mengenai
penghapusan Utang.
3. telah dipublikasikan dalam penerbitan umum/khusus
4. WP menyerahkan daftar piutang yang tak tertagih kepada dirjen
pajak

Menurut Pasal 9 UU PPh, untuk menentukan besarnya PKP WPDN dan


BUT tidak boleh dikurangkan dengan :
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti
deviden perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan
pembagian SHU koperasi
b. Biaya untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, dan
anggota

Modul Menyiapkan SPT | 53


c. Pembentukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih
untuk usaha Bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan
usaha asuransi dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha
pertambangan yang ketentuannya ditetapkan Menkeu
d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, bea siswa
yang dibayar WP orang pribadi kecuali jika dibayar pemberi kerja dan
premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi pegawai
e. Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian/imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menkeu
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau kepada pihak lain yang mempunyai
hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan dan warisan,
kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh
WP orang pribadi pemeluk agama Islam atau WP Badan DN yang
dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada Badan amil Zakat atau
Lembaga Amil Zakat yang disahkan oleh Pemerintah.
h. Pajak Penghasilan
i. Biaya untuk pribadi WP atau orang yang menjadi tanggungannya
j. Gaji kepada anggota persekutuan, firma, perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan Undang-
undang Perpajakan
Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak boleh
dibebankan sekaligus melainkan harus disusutkan atau diamortisasi.

54 | Modul Menyiapkan SPT


Penyusutan
1. Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian,
penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah
yang berstatus : HM, HGB, HGU, dan Hak Pakai yang dimiliki dan
digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dilakukan dalam
bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah
ditentukan bagi harta tersebut.
2. Penyusutan tersebut pada no.1, untuk selain bangunan dapat juga
dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat,
yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa
buku dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus,
dengan syarat dilakukan dengan taat azas.
3. Penyusutan dimulai pada bulan dilakukan pengeluaran, kecuali
untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya
dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut.
4. Dengan persetujuan DJP diperkenankan melakukan penyusutan
mulai pada bulan harta tersebut digunakan atau pada bulan harta
tersebut mulai menghasilkan.
5. Apabila WP melakukan penilaian kembali aset, maka dasar
penyusutan adalah setelah dilakukan penilaian kembali aset.
6. Masa manfaat dan tarif penyusutannya

Tabel 6. Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan Harta Berwujud


Kelompok Masa Tarif Penyusutan

Harta Berwujud Manfaat Garis Lurus Saldo


Menurun

1. Bukan Bangunan :
Kelompok 1
4 Tahun 25% 50%

Modul Menyiapkan SPT | 55


Kelompok 2 8 Tahun 12,5% 25%

Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,5%

Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%

2. Bangunan :
Permanen
20 Tahun 5% -
Tidak Permanen
10 Tahun 10% -

7. Menyimpang dari ketentuan no.1 yaitu penyusutan dalam


bagian sama besar, ketentuan penyusutan harta berwujud
yang dimiliki dan digunakan dalam usaha tertentu ditetapkan
dengan Keputusan Menkeu
8. Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta seperti
dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 huruf d atau karena penarikan
harta oleh sebab lain (kebakaran, kerusakan) maka jumlah
nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian
dan jumlah harga jual atau penggantian asuransi yang
diterima dibukukan sebagai penghasilan pada tahun
terjadinya penarikan harta.
9. Apabila penggantian asuransi baru dapat diketahui dengan
pasti di masa kemudian, maka dengan persetujuan DJP
kerugian tersebut dibukukan sebagai beban masa kemudian.
10. Apabila terjadi pengalihan harta sesuai pasal 4 ayat 3 huruf
a-b yaitu hibah, sumbangan dan warisan yang berupa harta
berwujud, maka jumlah sisa buku harta tersebut tidak boleh
dibebankan sebagai kerugian bagi yang mengalihkan
11. Kelompok harta berwujud dan masa manfaat ditetapkan oleh
Menkeu.

56 | Modul Menyiapkan SPT


C. CARA PENGHITUNGAN
Cara penghitungan pajak orang pribadi dapat dilakukan dengan
2 cara yaitu :
1. Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
2. Menggunakan Penghitungan secara umum

Norma Penghitungan Penghasilan


Norma Penghitungan Penghasilan diterapkan untuk :
• Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, yang peredaran atau
penghasilan brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp
4.800.000.000,00. Besarnya batasan peredaran bruto dapat
diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan.
• Wajib Pajak yang bersangkutan wajib memberitahukan
kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu tiga bulan
pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.
• Wajib Pajak yang bersangkutan wajib menyelenggarakan
pencatatan sebagai pengganti tidak menyelenggarakan
kewajiban pembukuan.
• Apabila Wajib Pajak tidak memberitahukan kepada Direktur
Jenderal Pajak, maka dianggap memilih menyelenggarakan
kewajiban pembukuan.
• Apabila ternyata Wajib Pajak tidak atau tidak sepenuhnya
menyelenggarakan kewajiban pencatatan atau pembukuan
atau tidak memperlihatkan pencatatan atau pembukuan atau

Modul Menyiapkan SPT | 57


bukti-bukti pendukungnya, maka penghasilan netonya dihitung
berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau
cara lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.

Penghitungan secara umum

PPh Terutang = (Penghasilan Neto- PTKP) x Tarif Pajak

Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dilakukan dengan cara


pembulatan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh

Penghitungan PPh akhir tahun (Pasal 29) dilakukan dengan


mengurangkan PPh terutang dengan kredit pajak yang telah
dibayar oleh wajib pajak dalam tahun berjalan, baik melalui
pembayaran sendiri maupun melalui pemotongan/pemungutan
pihak lain. Kredit pajak PPh meliputi :

a. yang dibayar sendiri


• angsuran PPh pasal 25
• STP (pokoknya saja)
• Fiskal luar negeri
• PPh pengalihan hak atas tanah/bangunan (untuk badan)
untuk orang pribadi bersifat final
b. Pemotongan/pemungutan oleh pihak lain
• PPh pasal 21 lewat bukti potong PPh Pasal 21 atau form
1721-A1 atau form 1721-A2
• PPh pasal 22 lewat bukti potong PPh Pasal 22 atau
dokumen lainnya
• PPh pasal 23 lewat bukti potong PPh Pasal 23

58 | Modul Menyiapkan SPT


• PPh pasal 24 lewat perhitungan :

Maksimum PPh 24 yang dapat dikreditkan = Penghasilan di LN x


PPh Terutang
Pengh. Kena Pajak
Contoh :
dr. Syarifuddin bekerja sebagai dokter pada Rumah Sakit Pemda
di Depok, selain itu istrinya Syarifah memiliki usaha toko pakaian.
Rincian Penerimaan selama tahun 2023 adalah sebagai berikut :
• Penghasilan netto gaji dokter di RS Depok Rp
120.000.000,00
• Peredaran usaha toko pakaian ny. Syarifah Rp
43.200.000,00
• Keuntungan penjualan mobil Rp
13.800.000,00
Jumlah Rp
87.000.000,00
Penghitungan pajak untuk usaha toko pakaian menggunakan
norma penghitungan penghasilan sebesar 20%
dr Syarifuddin memiliki daftar keluarga yang menjadi tanggungan
sebagai berikut :
Nama Tgl. Lahir Hubungan Keluarga Pekerjaan

Syarifah 11 Agustus 1966 Istri Wirausaha

Iswati 19 Pebruari 1991 Anak kandung Mahasiswa

Modul Menyiapkan SPT | 59


Budiman 05 September 1993 Anak angkat Mahasiswa

Wandi 01 Januari 2000 Anak tiri Pelajar

Bp. Joko 30 Desember 1952 Bapak mertua. -

Erna 29 Maret 1993 Keponakan Pelajar

Pambudi 15 Pebruari 1996 Adik Ipar Pelajar

Dari daftar keluarga di atas terlihat bahwa status keluarga dr.


Syarifuddin adalah K/I/3 karena dr. Syarifuddin sudah menikah,
istrinya adalah wirausaha serta memiliki keluarga yang dapat
ditanggung sebanyak 4 orang (anak kandung, anak angkat anak
tiri dan mertua). Tapi karena maksimal tanggungan adalah 3
orang maka statusnya adalah K/I/3.

Dengan demikian PPh terutang dr. Syarifuddin dihitung sebagai


berikut :

• Penghasilan netto gaji dokter di RS Depok Rp


90.000.000,00
• Peredaran usaha toko pakaian ny. SYarifah
20% x Rp 43.200.000,00 Rp
8.640.000,00

• Keuntungan penjualan mobil Rp


13.800.000,00
• Penghasilan neto Rp
142.440.000,00
• PTKP (K/I/3) Rp
126.000.000,00
• Penghasilan Kena Pajak Rp
16.440.000,00

60 | Modul Menyiapkan SPT


• PPh terutang : 5% x Rp 16.440.000,00 = Rp
822.000,00
Pada dasarnya terdapat tiga mekanisme perhitungan PPh OP yang
dibedakan berdasarkan jumlah penghasilan dan penggunaan metode
pencatatan atau pembukuan yang dilakukan, yaitu:

1. Mekanisme Umum
Bagi orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan, perhitungan
pajaknya dilakukan dengan menggunakan mekanisme perhitungan
biasa sesuai ketentuan tarif pada UU PPh Pasal 17.
2. PPh Final PP 23 tahun 2018
Bagi orang pribadi yang tidak menyelenggarakan pembukuan, maka
akan dikenakan PPh yang bersifat final sesuai dengan tarif dan
ketentuan yang ditetapkan pada PP 23 tahun 2018.
1. Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)
Bagi orang pribadi yang tidak menyelenggarakan pembukuan, namun
mengajukan pemberitahuan kepada DJP untuk menggunakan NPPN,
maka perhitungan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu
menetapkan jumlah penghasilan neto berdasarkan ketentuan norma
yang ditetapkan pada PER-17/PJ/2015, kemudian pajak dihitung
berdasarkan tarif pada UU PPh Pasal 17.

Perhitungan dan Tarif

Dalam menghitung besarnya PPh terutang, Wajib Pajak Orang Pribadi


harus terlebih dahulu mengetahui besarnya penghasilan neto yang
dapat dihitung melalui pembukuan atau pencatatan. Pemilihan
menggunakan pembukuan atau pencatatan ini berpengaruh terhadap
penetapan tarif pajak yang digunakan untuk menghitung besarnya
PPh terutang. Wajib pajak dapat melihat penjelasan berikut terkait
ketentuan perhitungan dan tarif PPh Orang Pribadi.

Modul Menyiapkan SPT | 61


Perhitungan bagi PPh OP dapat dilakukan dalam tiga metode, yaitu
Mekanisme Umum, PPh Final (PP 23 Tahun 2018), dan Norma
Perhitungan Penghasilan Neto (NPPN).

Mekanisme Umum

Mekanisme umum ini berlaku bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang
menjalankan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas serta
melaksanakan pembukuan. Berdasarkan ketentuan umum
perpajakan, pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan
biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau
jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa
neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
Ketentuan perhitungan pada mekanisme umum dijelaskan lebih lanjut
melalui tabel berikut:

Ketentuan Perhitungan Proses perhitungan pajak terutang dengan


mekanisme umum dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Penghasilan Bruto xxx

-/- Biaya-biaya (xxx)

Penghasilan Neto Komersial xxx

+/- Penyesuaian Fiskal:

-/- Koreksi negatif (xxx)

+/+ Koreksi positif xxx

Penghasilan Neto Fiskal xxx

-/- Kompensasi Kerugian (xxx)

-/- Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) (xxx)

62 | Modul Menyiapkan SPT


Penghasilan Kena Pajak (PKP) xxx

x/x Tarif Pajak xxx x

PPh Terutang xxx

-/- Kredit Pajak (xxx)

PPh Kurang (Lebih) Bayar xxx

Penyesuaian Fiskal Penyesuaian fiskal adalah penyesuaian yang


harus dilakukan sebelum menghitung PPh OP bagi wajib pajak yang
menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena
pajak. Hal ini bertujuan untuk menyesuaikan jumlah penghasilan
dalam pembukuan menjadi penghasilan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Penyesuaian Fiskal Positif


Penyesuaian ini akan menyebabkan penambahan penghasilan kena
pajak dan PPh terutang. Contoh penyesuaian fiskal positif antara lain:
a. Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi.
b. Premi Asuransi yang dibayarkan oleh Wajib Pajak.
c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diberikan.
d. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan terkait
pekerjaan yang dilakukan.
e. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan.
f. Pajak penghasilan.
g. Gaji yang dibayarkan kepada pemilik.
h. Sanksi penyusutan/amortisasi komersial diatas
penyusutan/amortisasi fiskal.

Modul Menyiapkan SPT | 63


i. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final dan
penghasilan yang tidak termasuk Objek Pajak.

Penyesuaian Fiskal Negatif


Penyesuaian ini akan menyebabkan pengurangan penghasilan kena
pajak dan PPh terutang. Contoh penyesuaian fiskal negatif antara
lain:
a. Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final dan Penghasilan
yang bukan merupakan objek pajak.
b. Selisih penyusutan/amortisasi komersial di bawah
penyusutan/amortisasi fiskal. Tarif Pajak Bagi Orang Pribadi
yang memilih menggunakan pembukuan dikenakan tarif Pasal
17 UU PPh yang berlaku progresif

Kredit Pajak
Kredit Pajak merupakan pajak yang telah dibayarkan kepada pihak
lain, sehingga dapat diperlakukan sebagai pengurang dari jumlah
pajak terutang dalam tahun pajak yang bersangkutan. Kredit Pajak
tidak berlaku untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat
final. Kredit pajak dapat berupa PPh yang dibayar sendiri maupun
PPh yang dipungut atau dibayar di luar negeri oleh wajib pajak dalam
negeri. Artinya, pajak yang telah dilunasi dalam tahun berjalan, baik
yang dibayar sendiri oleh wajib pajak maupun yang dipotong serta
dipungut oleh pihak lain dapat dikreditkan terhadap pajak yang
terutang pada akhir tahun pajak. Berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 164/KMK.03/2002 bahwa
Kredit Pajak PPh meliputi beberapa jenis yaitu :

● Kredit Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

64 | Modul Menyiapkan SPT


● Kredit Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22

● Kredit Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23

● Kredit Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 24

● Kredit Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25

● Kredit Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 yang bersifat tidak final

● Kredit Pajak Dibayar di Muka Lainnya

PPh Kurang/Lebih Bayar

Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak lebih besar
dibandingkan kredit pajaknya, maka nilai kekurangan pembayaran
tersebut dikenal dengan istilah PPh Kurang Bayar (PPh Pasal 29).
Nilai kekurangan inilah yang harus dibayarkan oleh wajib pajak ke
kas negara sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan.

Sebaliknya, apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak


ternyata lebih kecil dibandingkan kredit pajaknya, setelah dilakukan
pemeriksaan, maka kelebihan tersebut dikenal dengan istilah PPh
Lebih Bayar (PPh Pasal 28A)Kelebihan pembayaran pajak tersebut
dapat dilaporkan ke Kantor Pajak dan akan dianggap sebagai
permohonan dari Wajib Pajak untuk meminta pengembalian
kelebihan pajak (restitusi) atau atas kelebihan pembayaran pajak
tersebut wajib pajak dapat memilih untuk dikompensasikan ke masa
pajak berikutnya.

PPh Final (PP 23 Tahun 2018)

Konsep perhitungan ini merupakan ketentuan yang ditetapkan


Direktorat Jenderal Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang
memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp. 4,8 M dalam satu tahun
Pajak dan hanya menyelenggarakan pencatatan. Berdasarkan
Ketentuan Umum Perpajakan (KUP), pencatatan yaitu pengumpulan

Modul Menyiapkan SPT | 65


data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang. Ketentuan PP 23 Tahun
2018 ini ditetapkan bagi Wajib Pajak dengan jangka waktu sebagai
berikut:

● Wajib Pajak Orang Pribadi dengan jangka waktu 7 tahun.

● Wajib Pajak Badan berbentuk perseroan terbatas dalam jangka


waktu 3 tahun.

● Koperasi, Persekutuan Komanditer atau Firma dengan jangka


waktu 4 tahun. Setelah melewati jangka waktu yang telah ditetapkan
tersebut, maka Wajib Pajak diharuskan untuk menyelenggarakan
sistem pembukuan sebagai dasar perhitungan pajaknya. Pada
tanggal 1 Juli 2018, pemerintah resmi mengesahkan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 tahun 2018. Disahkannya PP 23 tahun 2018
tersebut resmi mengganti dan mencabut PP 46 tahun 2013.
Perubahan ini terkait dengan tarif yang akan dikenakan. Sebelumnya,
pada PP 46 tahun 2013 tarif PPh Final sebesar 1%, saat ini berubah
menjadi 0,5%. Berdasarkan PP 23 tahun 2018, wajib pajak yang
dikecualikan dari pengenaan tarif PPh Final terbaru adalah sebagai
berikut: ● Wajib Pajak yang memilih untuk dikenai Pajak Penghasilan
tarif Pasal 17 ayat (1a), pasal 17 ayat (2a), atau Pasal 31E Undang-
Undang Pajak Penghasilan.

● Wajib Pajak berbentuk Bentuk Usaha Tetap (BUT).

● Wajib Pajak Badan berbentuk persekutuan komanditer atau firma


yang dibentuk oleh beberapa Wajib Pajak Orang Pribadi yang
memiliki keahlian khusus menyerahkan jasa sejenis dengan jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas.

66 | Modul Menyiapkan SPT


● Wajib Pajak Badan yang memperoleh fasilitas Pajak Penghasilan
berdasarkan Pasal 31A Undang-Undang Pajak Penghasilan atau
Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010.

Ketentuan Perhitungan Proses perhitungan pajak terutang atas


penghasilan yang dikenakan tarif PPh Final PP 23 dapat
diilustrasikan sebagai berikut: PPh Final PP 23 = Tarif Pajak x
Peredaran Bruto Tiap Bulan Tarif Pajak Tarif PPh Final adalah
sebesar 0.5% berdasarkan PP 23 Tahun 2008. Perhitungan dengan
tarif PP 23 hanya diberlakukan bagi perusahaan dengan peredaran
bruto tidak melebihi Rp 4,8 miliar. Jumlah tersebut diperhitungkan
berdasarkan peredaran bruto tahun pajak sebelumnya, termasuk dari
usaha cabang, dan tidak termasuk penghasilan bruto dari:

● Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.

● Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.

● Usaha yang atas penghasilannya telah dikenai pajak penghasilan


yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan tersendiri, misalnya usaha jasa konstruksi.

● Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.

Norma Perhitungan Penghasilan Neto (NPPN) Konsep perhitungan


ini merupakan ketentuan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak untuk menentukan jumlah penghasilan neto bagi wajib pajak
yang tidak menyelenggarakan pembukuan. Pengusaha yang
menggunakan norma penghitungan dikenakan pajak menggunakan
tarif UU PPh Pasal 17. Norma Penghitungan Penghasilan Neto ini
bisa digunakan oleh Wajib Pajak yang:

- Peredaran usaha bruto kurang dari Rp. 4,8 Milyar dalam satu tahun.

- Hanya melakukan pencatatan (tidak melakukan pembukuan).

Modul Menyiapkan SPT | 67


- Menyampaikan Surat Pemberitahuan kepada DJP untuk
menggunakan NPPN sebagai metode perhitungan PPh OP.

Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan Norma Penghitungan


Penghasilan Neto wajib memberitahukan kepada Direktur Jenderal
Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak awal Tahun Pajak yang
bersangkutan. Wajib Pajak Orang pribadi yang tidak memberitahukan
kepada Direktur Jenderal Pajak dianggap memilih
menyelenggarakan pembukuan. Norma Penghitungan sangat
membantu Wajib Pajak yang belum mampu menyelenggarakan
pembukuan untuk menghitung penghasilan neto. Jenis Pekerjaan
Bebas yang dalam menghitung Pajak Penghasilan dapat
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto adalah
sebagai berikut :

1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari


pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai,
dan aktuaris.
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari.
3. Olahragawan.
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator.
5. Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
6. Agen iklan.
7. Pengawas atau pengelola proyek.
8. Perantara.
9. Petugas penjaja barang dagangan.
10. Agen asuransi.

68 | Modul Menyiapkan SPT


11. Distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel
marketing) atau penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan
sejenis lainnya.

Ketentuan Perhitungan Penghasilan neto dihitung dengan cara


penghasilan bruto dikalikan dengan norma penghitungan
penghasilan neto sesuai dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-
17/PJ/2015 tentang Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN).

Penghasilan Bruto xxx

x/x NPPN xxx x

Penghasilan Neto Fiskal xxx

-/- PTKP (xxx)

Penghasilan Kena Pajak (PKP) xxx

x/x Tarif Pajak xxx x

PPh Terutang xxx

-/- Kredit Pajak (xxx)

PPh Kurang (Lebih) Bayar xxx

Tarif Pajak Tarif Pasal 17 UU PPh berlaku progresif berdasarkan


jumlah penghasilan yang terima, semakin banyak jumlah
penghasilan, maka tarif pajak yang dikenakan semakin tinggi.

Pembayaran PPh Orang Pribadi

1. Mekanisme Umum dan NPPN


Pembayaran pajak terutang bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang
menggunakan Mekanisme Umum atau NPPN, dilakukan setelah
mengetahui nominal pajak kurang bayar di akhir periode. Batas waktu

Modul Menyiapkan SPT | 69


pembayaran/penyetoran PPh Orang Pribadi adalah sebelum SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi disampaikan, yaitu sebelum tanggal 31
Maret periode berikutnya.
2. PP 23 tahun 2018
Pembayaran pajak terutang bagi Wajib Pajak OP yang menggunakan
PP 23 tahun 2018, dilakukan per bulan dengan mengacu pada nilai
omset usaha (peredaran bruto) setiap bulan. Pembayaran nominal
pajak final ini dilakukan maksimal tanggal 10 bulan berikutnya.

Wajib Pajak dapat membayar pajak penghasilan yang terutang


menggunakan aplikasi e-Billing dengan cara membuat ID billing terlebih
dahulu, lalu membayarnya melalui Bank Persepsi (ATM, teller bank, internet
banking) yang telah disetujui oleh Kementerian Keuangan. Setelah
melakukan pembayaran, Anda akan memperoleh Nomor Transaksi
Penerimaan Negara (NTPN) sebagai bukti pembayaran yang nantinya
digunakan untuk laporan pajak kepada kantor pajak.

3. Mekanisme Pelaporan
Ada 3 (tiga) jenis SPT untuk orang pribadi yaitu :
1. SPT 1770SS
2. SPT 1770S
3. SPT 1770

1. SPT 1770SS
SPT 1770S digunakan untuk WP Pribadi yang mempunyai
penghasilan yang mempunyai penghasilan dari satu pemberi
kerja dengan penghasilan bruto tidak melebihi Rp. 60.000.000,00
setahun. Dalam SPT ini hanya terdiri dari satu lembar berupa
data Wajib Pajak dan jumlah kekayaan dan kewajiban WP pada
akhir tahun.

70 | Modul Menyiapkan SPT


Contoh Pengisian SPT PPh Orang Pribadi (Form 1770-SS)
Data WP :
Azfa Staff PT. Albarani mempunyai NPWP 24.018.765.9-
411.000 beralamat di Pamulang Indah 32 Kota Tangerang
Selatan
Data Penghasilan tahun 2023 :
- Gaji Pokok Rp
30.000.000
- Premi Asuransi (JKK,JKM) Rp
240.000
- JHT dibayar pemberi kerja (3,7%) Rp
1.110.000
- Iuran Pensiun dibayar pemberi kerja Rp
600.000
- Iuran JHT dipotong dari Gaji (2%) (Rp
600.000)
- Iuran Pensiun dipotong dari gaji (Rp
300.000)
- PPh 21 telah dipotong PT. Albarani Rp
807.200
Daftar harta dan kewajiban yang dimiliki pada akhir tahun :
- Motor Suzuki Rp 12.000.000
- Pinjaman FIF Oto finance Rp 5.000.000
Diminta mengisi SPT Tahunan PPh Orang Pribadi atas Nama Azfa
TAHUN PAJAK

tahun 2023
FORMULIR

SPT TAHUNAN
1770 SS PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DEPARTEMEN KEUANGAN RI YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI SATU PEMBERI KERJA
2 0 1 2
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DENGAN PENGHASILAN BRUTO TIDAK MELEBIHI Rp.60 JUTA
SETAHUN

PERHATIAN • BACA DAHULU PETUNJUK PENGISIAN PADA HALAMAN INI • BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

• LAMPIRKAN FOTO COPY FORMULIR 1721-A1 atau 1721-A2* • ISI DENGAN HURUF CETAK/ DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
IDENTITAS

NPWP : 2 4 3 7 0 1 8 5 1 4 1 2 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : A Z F A

PEKERJAAN : K A R Y A W A N KLU : 9 9 0 0 0 0

NO. TELEPON : 0 2 1 - 7 4 3 1 4 5 2 NO. FAKS : 0 2 1 - 7 4 3 1 2 5 3

PERUBAHAN DATA : LAMPIRAN TERSENDIRI x TIDAK ADA

12.000.000
JUMLAH KESELURUHAN HARTA YANG DIMILIKI PADA AKHIR TAHUN ………………………….. ➢ Rp.

5.000.000
JUMLAH KESELURUHAN KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN …………………………… ➢ Rp. Modul Menyiapkan SPT | 71
PERNYATAAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan TANDA TANGAN
perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa yang telah saya beritahukan diatas beserta lampiran-
Gambar 11. Contoh Pengisian SPT 1770-SS

2. SPT 1770S
SPT 1770S digunakan untuk WP Pribadi yang mempunyai
penghasilan:
• dari satu atau lebih pemberi kerja

72 | Modul Menyiapkan SPT


• dalam negeri lainnya
• yang dikenakan pph final dan/atau bersifat final

Tabel 7. Deskripsi Formulir SPT 1770S


No Kode Formulir Nama Formulir Keterangan
1 1770 S SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Induk SPT
Orang Pribadi
2 1770 S-I • Penghasilan Neto Dalam Negeri Lampiran I
Lainnya
• Penghasilan yang Tidak
Termasuk Objek Pajak Daftar
Pemotongan/Pemungutan PPh
oleh Pihak Lain dan PPh yang
Ditanggung Pemerintah
3 . 1770 S-II • Penghasilan yang Dikenakan Lampiran II
PPh Final dan/atau Bersifat Final
• Daftar Harta pada Akhir Tahun
• Daftar Kewajiban/Utang pada
Akhir Tahun

Contoh Pengisian SPT PPh Orang Pribadi (1770-S)

Modul Menyiapkan SPT | 73


Rolly salah satu Manager di PT Albarani mempunyai NPWP
07.807.754.2-259.000 dengan alamat Jl. Turunan 771 Cipete
Jakarta Selatan. Data Penghasilan Rolly tahun 2023 :

- Gaji Pokok Rp 120.000.000

- Premi Asuransi (JKK,JKM) Rp 960.000

- JHT dibayar pemberi kerja (3,7%) Rp 4.440.000

- Iuran Pensiun dibayar pemberi kerja Rp 2.400.000

- Iuran JHT dipotong dari Gaji (2%) (Rp 2.400.000)

- Iuran Pensiun dipotong dari gaji (Rp 1.200.000)

- PPh 21 telah dipotong PT Albarani Rp 14.166.000

Istrinya (Fatimah) bekerja sebagai sekretaris di PT Prayoga


dengan penghasilan sbb :

- Gaji Pokok Rp 60.000.000

- Tunjangan PPh Rp 4.148.600

- Premi Asuransi (JKK,JKM) Rp 534.000

- JHT dibayar pemberi kerja (3,7%) Rp 2.220.000

- Iuran Pensiun dibayar pemberi kerja Rp -

- Iuran JHT dipotong dari Gaji (2%) (Rp 1.200.000)

- Iuran Pensiun dipotong dari gaji Rp -

- PPh 21 telah dipotong PT Prayoga Rp 4.148.600

74 | Modul Menyiapkan SPT


Selain itu pada tahun 2023 Rolly memperoleh penghasilan lain
sbb:
Jumlah Bruto PPh telah dipotong

- Pendapatan Sewa Tanah & Bangunan Rp 60.000.000

Rp 6.000.000

- Pendapatan Bunga Deposito Rp 500.000

Rp 100.000

Daftar harta yang dimiliki pada akhir tahun :

- Tanah dan Bangunan (dari warisan) Rp 200.000.000

- Deposito di Bank BNI Rp 10.000.000

Diminta mengisi SPT Tahunan PPh Orang Pribadi atas nama


Rolly

Pada gambar berikut disajikan bukti potong SPT 1721-A1 atas


nama Rolly dan Istrinya (Fatimah) tahun 2023 dari perusahaan
tempat dia bekerja. Sedangkan pengisian SPT 1770-Snya dapat
dilihat pada gambar 22 sampai dengan gambar 23

Modul Menyiapkan SPT | 75


TAHUN TAKWIM
1.
LAMPIRAN I - A Lembar 1 untuk KPP

1721 - A1 2.

FORMULIR
Lembar 2 untuk Pemotong Pajak
3. Lembar 3 untuk Pegaw ai
SPT TAHUNAN PPH PASAL 21
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHASILAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 PEGAWAI TETAP ATAU

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


PENERIMA PENSIUN ATAU TUNJANGAN HARI TUA / TABUNGAN HARI TUA (THT) /
JAMINAN HARI TUA (JHT) 2 0 1 2
NOMOR URUT : 0 1 2
NPWP PEMOTONG PAJAK : 0 2 1 9 8 1 3 2 9 4 1 2 0 0 0
NAMA PEMOTONG PAJAK : P T Y A N I S H O D Z A
ALAMAT PEMOTONG PAJAK : J L R A Y A B O J O N G S A R I 1 3 4
NAMA PEGAWAI ATAU PENERIMA PENSIUN/THT/JHT : R O L L Y
NPWP PEGAWAI ATAU PENERIMA PENSIUN/THT/JHT : 4 7 9 1 9 4 1 7 7 4 1 2 0 0 0
ALAMAT PEGAWAI ATAU PENERIMA PENSIUN/THT/JHT : J L P E N G A S I N A N 2 7 D E P O K
STATUS, JENIS KELAMIN DAN KARYAWAN ASING : X KAWIN TIDAK KAWIN X LAKI-LAKI PEREMPUAN KARYAWAN ASING

JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA UNTUK PTKP : K/ 0 TK/ HB/

JABATAN : MANAGER MASA PEROLEHAN PENGHASILAN: 0 1 S.D 1 2

A. RINCIAN PENGHASILAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 SEBAGAI BERIKUT : RUPIAH


• PENGHASILAN BRUTO :
1. GAJI / PENSIUN ATAU THT / JHT 1 120.000.000

2. TUNJANGAN PPh 2 -

3. TUNJANGAN LAINNYA, UANG LEMBUR, DAN SEBAGAINYA 3 -

4. HONORARIUM DAN IMBALAN LAIN SEJENISNYA 4 -

5. PREMI ASURANSI YANG DIBAYAR PEMBERI KERJA 5 960.000


PENERIMAAN DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN LAINNYA YANG DIKENAKAN
6. 6
PEMOTONGAN PPh PASAL 21
7. JUMLAH (1 s.d. 6) 7 120.960.000

8. TANTIEM, BONUS, GRATIFIKASI, JASA PRODUKSI, DAN THR 8 10.000.000

9. JUMLAH PENGHASILAN BRUTO (7 + 8) 9 130.960.000

• PENGURANGAN :
10. BIAYA JABATAN / BIAYA PENSIUN ATAS PENGHASILAN PADA ANGKA 7 10 6.000.000

11. BIAYA JABATAN / BIAYA PENSIUN ATAS PENGHASILAN PADA ANGKA 8 11 -

12. IURAN PENSIUN ATAU IURAN THT/ JHT 12 3.600.000

13. JUMLAH PENGURANGAN (10 + 11 + 12) 13 9.600.000


• PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 :
14. JUMLAH PENGHASILAN NETO (9 - 13) 14 121.360.000

15. PENGHASILAN NETO MASA SEBELUMNYA 15 -

16. JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 (SETAHUN/DISETAHUNKAN) 16 121.360.000

17. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) 17 17.160.000

18. PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN / DISETAHUNKAN (16 - 17) 18 104.200.000

19. PPh PASAL 21 ATAS PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN / DISETAHUNKAN 19 10.630.000

20. PPh PASAL 21 YANG TELAH DIPOTONG MASA SEBELUMNYA 20 -

21. PPh PASAL 21 TERUTANG 21 10.630.000

22. PPh PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH 22 -

23. PPh PASAL 21 YANG HARUS DIPOTONG (21 - 22) 23 10.630.000

24. PPh PASAL 21 DAN PPh PASAL 26 YANG TELAH DIPOTONG DAN DILUNASI 24 10.630.000

25. JUMLAH PPh PASAL 21 :


X a. YANG KURANG DIPOTONG (23 - 24)
25 NIHIL
b. YANG LEBIH DIPOTONG (24 - 23)
26. JUMLAH TERSEBUT PADA ANGKA 25 TELAH
a. DIPOTONG DARI PEMBAYARAN GAJI BULAN TAHUN
26
b. DIPERHITUNGKAN DENGAN PPh PASAL 21 BULAN TAHUN

B. TANDA TANGAN DAN CAP PERUSAHAAN Depok 1 0 0 1 2 0 1 3

(tempat) TGL BLN THN


X PEMOTONG PAJAK KUASA
TANDA TANGAN DAN CAP PERUSAHAAN

NAMA LENGKAP W A L D A N

dan
NPWP 5 8 1 6 2 1 0 4 2 4 1 1 0 0 1
Wal

JIKA FORM ULIR INI TIDAK M ENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI
D.1.1.32.48

Gambar 12. SPT Tahunan 1721-A1 Rolly


Sumber: Dok. Pribadi

76 | Modul Menyiapkan SPT


TAHUN TAKWIM
1.
LAMPIRAN I - A Lembar 1 untuk KPP

1721 - A1 2.

FORMULIR
Lembar 2 untuk Pemotong Pajak
3. Lembar 3 untuk Pegaw ai
SPT TAHUNAN PPH PASAL 21
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHASILAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 PEGAWAI TETAP ATAU

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


PENERIMA PENSIUN ATAU TUNJANGAN HARI TUA / TABUNGAN HARI TUA (THT) /
JAMINAN HARI TUA (JHT) 2 0 1 2
NOMOR URUT : 0 1 9
NPWP PEMOTONG PAJAK : 0 2 4 3 8 9 1 8 1 0 1 7 0 0 0
NAMA PEMOTONG PAJAK : P T P R A Y O G A
ALAMAT PEMOTONG PAJAK : J L P E J A T E N R A Y A 3 8
NAMA PEGAWAI ATAU PENERIMA PENSIUN/THT/JHT : F A T I M A H
NPWP PEGAWAI ATAU PENERIMA PENSIUN/THT/JHT : 4 7 9 1 9 4 1 7 7 4 1 2 0 0 1
ALAMAT PEGAWAI ATAU PENERIMA PENSIUN/THT/JHT : J L P E N G A S I N A N 2 7 D E P O K
STATUS, JENIS KELAMIN DAN KARYAWAN ASING : X KAWIN TIDAK KAWIN X LAKI-LAKI PEREMPUAN KARYAWAN ASING

JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA UNTUK PTKP : K/ TK/ 0 HB/

JABATAN : SEKRETARIS MASA PEROLEHAN PENGHASILAN: 0 1 S.D 1 2

A. RINCIAN PENGHASILAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 SEBAGAI BERIKUT : RUPIAH


• PENGHASILAN BRUTO :
1. GAJI / PENSIUN ATAU THT / JHT 1 60.000.000

2. TUNJANGAN PPh 2 4.800.000

3. TUNJANGAN LAINNYA, UANG LEMBUR, DAN SEBAGAINYA 3 -

4. HONORARIUM DAN IMBALAN LAIN SEJENISNYA 4 -

5. PREMI ASURANSI YANG DIBAYAR PEMBERI KERJA 5 560.000


PENERIMAAN DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN LAINNYA YANG DIKENAKAN
6. 6
PEMOTONGAN PPh PASAL 21

7. JUMLAH (1 s.d. 6) 7 65.360.000

8. TANTIEM, BONUS, GRATIFIKASI, JASA PRODUKSI, DAN THR 8 15.000.000

9. JUMLAH PENGHASILAN BRUTO (7 + 8) 9 80.360.000

• PENGURANGAN :
10. BIAYA JABATAN / BIAYA PENSIUN ATAS PENGHASILAN PADA ANGKA 7 10 3.268.000

11. BIAYA JABATAN / BIAYA PENSIUN ATAS PENGHASILAN PADA ANGKA 8 11 750.000

12. IURAN PENSIUN ATAU IURAN THT/ JHT 12 1.200.000

13. JUMLAH PENGURANGAN (10 + 11 + 12) 13 5.218.000


• PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 :
14. JUMLAH PENGHASILAN NETO (9 - 13) 14 75.142.000

15. PENGHASILAN NETO MASA SEBELUMNYA 15 -

16. JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 (SETAHUN/DISETAHUNKAN) 16 75.142.000

17. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) 17 15.840.000

18. PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN / DISETAHUNKAN (16 - 17) 18 59.302.000

19. PPh PASAL 21 ATAS PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN / DISETAHUNKAN 19 3.895.300

20. PPh PASAL 21 YANG TELAH DIPOTONG MASA SEBELUMNYA 20 -

21. PPh PASAL 21 TERUTANG 21 3.895.300

22. PPh PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH 22 -

23. PPh PASAL 21 YANG HARUS DIPOTONG (21 - 22) 23 3.895.300

24. PPh PASAL 21 DAN PPh PASAL 26 YANG TELAH DIPOTONG DAN DILUNASI 24 3.895.300

25. JUMLAH PPh PASAL 21 :


X a. YANG KURANG DIPOTONG (23 - 24)
25 NIHIL
b. YANG LEBIH DIPOTONG (24 - 23)
26. JUMLAH TERSEBUT PADA ANGKA 25 TELAH
a. DIPOTONG DARI PEMBAYARAN GAJI BULAN TAHUN
26
b. DIPERHITUNGKAN DENGAN PPh PASAL 21 BULAN TAHUN

B. TANDA TANGAN DAN CAP PERUSAHAAN Jakarta 1 1 0 1 2 0 1 3

(tempat) TGL BLN THN


X PEMOTONG PAJAK KUASA
TANDA TANGAN DAN CAP PERUSAHAAN

NAMA LENGKAP S Y A K I R

kir
NPWP 0 9 6 9 9 9 2 4 2 4 1 2 0 0 0
Sya

JIKA FORM ULIR INI TIDAK M ENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI
D.1.1.32.48

Gambar 13. SPT Tahunan 1721-A1 Fatimah

Modul Menyiapkan SPT | 77


Sumber: Dok. Pribadi

78 | Modul Menyiapkan SPT


SPT TAHUNAN

TAHUN PAJAK
1770 S

FORMULIR
PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
MEMPUNYAI PENGHASILAN :
2 0 1 2
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • DALAM NEGERI LAINNYA SPT PEMBETULAN KE - …
• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
PERHATIAN • SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PET UNJUK PENGISIAN • ISI DENGAN HURUF CET AK /DIKET IK DENGAN T INT A HIT AM
• BERI T ANDA "X" PADA (KOT AK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 4 7 9 1 9 4 1 7 7 4 1 2 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : R O L L Y


IDENTITAS

PEKERJAAN : K A R Y A W A N KLU : 9 9 0 0 0 0

NO. TELEPON : 0 2 1 - 7 4 3 1 1 1 2 NO. FAKS : -

PERUBAHAN DATA : LAMPIRAN TERSENDIRI X TIDAK ADA

*) Pengisian kolom-kolom y ang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 3) RUPIAH *)
1 PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN …….
……………………………………………..
1 121.360.000
[Diisi akumulasi jumlah penghasilan neto pada setiap Formulir 1721-A1 dan/atau 1721-A2 angka 14 yang dilampirkan atau Bukti Potong Lain]
A. PENGHASILAN NETO

2 PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA …………………………………………………………………………………………….


………… 2 -
[Diisi sesuai dengan Formulir 1770 S-I Jumlah Bagian A ]

3 PENGHASILAN NETO LUAR NEGERI ………………………………………………………………………………………………………………………….


3
[Apabila memiliki penghasilan dari luar negeri agar diisi dari Lampiran Tersendiri, lihat buku petunjuk]

4 JUMLAH PENGHASILAN NETO (1+2+3) ………………………………………………………………………………………


4 121.360.000

5 ZAKAT/SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG SIFATNYA WAJIB ……………………………………………………………………………


5

6 JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH PENGURANGAN ZAKAT /SUMBANGAN KEAGAMAAN ……………….. 6 121.360.000
YANG SIFATNYA WAJIB (4-5)
B.PENGHASILAN
KENA PAJAK

7 PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TK/ K/ K/I/ 0 PH/ HB/ 7 31.680.000

8 PENGHASILAN KENA PAJAK (6-7) 8


……………………………………………………………………………………………. 89.680.000
C. PPh TERUTANG

9 PPh TERUTANG (TARIF PASAL 17 UU PPh x ANGKA 8) ……………………………………………………………………


9 8.452.000

10 PENGEMBALIAN / PENGURANGAN PPh PASAL 24 YANG TELAH DIKREDITKAN ………………………………………


10

11 JUMLAH PPh TERUTANG (9+10) ……………………………………………………………………………………………


11 8.452.000

12 PPh YANG DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK LAIN/DITANGGUNG PEMERINTAH DAN/ATAU KREDIT PAJAK LUAR 12 10.630.000
NEGERI DAN/ATAU TERUTANG DI LUAR NEGERI [Diisi dari Formulir 1770 S-I Jumlah Bagian C Kolom (7)]

13 a. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI


(11-12) ……………………………………………………..13 (2.178.000)
D. KREDIT PAJAK

b. X PPh YANG LEBIH DIPOTONG/DIPUNGUT

14 PPh YANG DIBAYAR SENDIRI a. PPh PASAL 25 ……………………………………………………………………


………………………………………………………………………
14a

b. STP PPh Pasal 25 (Hanya Pokok Pajak) ………………………………………………………


14b

c. FISKAL LUAR NEGERI …………………………………………………………….


14c

15 JUMLAH KREDIT PAJAK (14a + 14b + 14c) ………………………………………………………………………. 15 -

TGL LUNAS
E. PPh KURANG/LEBIH

16 a. PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh PASAL 29)


(13-15) 16
BAYAR

b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh PASAL 28 A) TGL BLN THN

17 PERMOHONAN : PPh Lebih Bayar pada 16b mohon a. DIRESTITUSIKAN DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17 C (WP PATUH)

b. x DIPERHITUNGKAN DENGAN UTANG DIKEMBALIKAN DENGAN SKKPP PASAL 17 D (WP TERTENTU)


PAJAK
PAJAK BERIKUTNYA
F. ANGSURAN PPh
PASAL 25 TAHUN

……………………………………………………………………………………………………………………..
18 ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA SEBESAR 18

DIHITUNG BERDASARKAN
a. 1/12 x JUMLAH PADA ANGKA 13
b. PENGHITUNGAN DALAM LAMPIRAN TERSENDIRI
Perhitungan PPh Terutang Bagi Wajib Pajak Kawin Pisah Harta dan/atau
G. LAMPIRAN

a. X Fotokopi Formulir 1721-A1 atau 1721-A2 atau Bukti Potong PPh Pasal 21 d. Mempunyai NPWP Sendiri
b. X Surat Setoran Pajak Lembar Ke-3 PPh Pasal 29 e. …………………………………………………………..

c. Surat Kuasa Khusus (Bila dikuasakan)

PERNYATAAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan TANDA TANGAN
perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa yang telah beritahukan diatas beserta lampiran-
lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.

X WAJIB PAJAK KUASA TANGGAL 2 2 0 2 2 0 1 3

y
Roll
TGL BLN THN

NAMA LENGKAP : R O L L Y

NPW P : 4 7 9 1 9 4 1 7 7 4 1 2 0 0 0

F.1.1.32.18

Gambar 14. Contoh Pengisian SPT 1770-S Induk atas nama Rolly
Sumber: Dok. Pribadi

Modul Menyiapkan SPT | 79


LAMPIRAN - I

TAHUN PAJAK
FORMULIR
1770 S - I SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

KEMENTERIAN KEUANGAN RI


PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA
PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
2 0 1 2
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh
YANG DITANGGUNG PEMERINTAH

NPWP : 4 7 9 1 9 4 1 7 7 4 1 2 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : R O L L Y

BAGIAN A : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA


(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL)

JUMLAH PENGHASILAN
NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1. BUNGA -

2. ROYALTI -

3. SEWA -

4. PENGHARGAAN DAN HADIAH -

5. KEUNTUNGAN DARI PENJUALAN/PENGALIHAN HARTA -

6. PENGHASILAN LAINNYA -

JUMLAH BAGIAN A JBA -

Pindahkan Jumlah Bagian A ke Formulir Induk 1770 S Bagian A


angka (2)

BAGIAN B : PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

JUMLAH PENGHASILAN
NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1. BANTUAN / SuUMBANGAN / HIBAH

2. WARISAN 200.000.000

3. BAGIAN LABA ANGGOTA PERSEROAN KOMANDITER TIDAK ATAS SAHAM,


PERSEKUTUAN, PERKUMPULAN, FIRMAN, KONGSI

4. KLAIM ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWIGUNA, BEASISWA

5. BEASISWA DALAM NEGERI

6. PENGHASILAN LAINNYA YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

JUMLAH BAGIAN B JBB 200.000.000

BAGIAN C : DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG PEMERINTAH

NAMA PEMOTONG/ NPWP PEMOTONG/ BUKTI PEMOTONGAN/ JENIS PAJAK : JUMLAH PPh YANG
NO PEMUNGUTAN PPh PASAL 21/
PEMUNGUT PAJAK PEMUNGUT PAJAK DIPOTONG / DIPUNGUT
NOMOR TANGGAL 22/23/24/26/DTP*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. PT. YANISHODZA 02.198.132.9-412.000 012 10/01/2013 21 10.630.000

2.

3.

4.

5.
dst

JUMLAH BAGIAN C JBC 10.630.000

Pindahkan Jumlah Bagian C ke Formulir Induk


Catatan : 1770 S Bagian D angka (12)
*) - DTP : Ditanggung Pemerintah
- Kolom (6) diisi dengan pilihan PPh Pasal 21/22/23/24/26/DTP (Contoh : ditulis 21, 22, 23, 24, 26, DTP)
- Jika terdapat kredit pajak PPh Pasal 24, maka jumlah yang diisi adalah maksimum yang dapat dikreditkan sesuai lampiran tersendiri
(lihat buku petunjuk tentang Lampiran I Bagian C dan Induk SPT angka 3)

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- 1 dari 1 halaman Lampiran-I

Gambar 15. Contoh Pengisian SPT 1770-S Lampiran 1 atas nama Rolly
Sumber: Dok. Pribadi

80 | Modul Menyiapkan SPT


Modul Menyiapkan SPT | 81
LAMPIRAN - II
1770 S - II

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

FORMULIR
2 0 1 2
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • HARTA PADA AKHIR TAHUN

• KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN

• DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA

NPWP : 4 7 9 1 9 4 1 7 7 4 1 2 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : R O L L Y

BAGIAN A : PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL


DASAR PENGENAAN PAJAK/
NO. SUMBER/JENIS PENGHASILAN PPh TERUTANG
PENGHASILAN BRUTO
(Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3)
BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN, DISKONTO SBI, SURAT
1
BERHARGA NEGARA 500.000 100.000
BUNGA/DISKONTO OBLIGASI YANG DILAPORKAN
2
PERDAGANGANNYA DI BURSA EFEK

3 PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK

4 HADIAH UNDIAN

PESANGON, TUNJANGAN HARI TUA DAN TEBUSAN PENSIUN


5
YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS

6 HONORARIUM ATAS BEBAN APBN/APBD

7 PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

8 SEWA ATAS TANAH DAN/ATAU BANGGUNAN


60.000.000 6.000.000
BANGUNAN YANG DITERIMA DALAM RANGKA BANGUN GUNA
9
SERAH
BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI
10
KEPADA ANGGOTA KOPERASI

11 PENGHASILAN DARI TRANSAKSI DERIVATIF

12 DIVIDEN

13 PENGHASILAN ISTRI DARI SATU PEMBERI KERJA


80.360.000 3.895.300
PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL
14
DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
JUMLAH BAGIAN A JBA
9.995.300

BAGIAN B : HARTA PADA AKHIR TAHUN

TAHUN HARGA PEROLEHAN


NO. JENIS HARTA KETERANGAN
PEROLEHAN (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Rumah Luas 90M2 Jl. Turunan 71C Jakarta 2007 200.000.000 NPOP : 11.71.030.032.008.0167.0

2 Deposito (Bank Muamalat) 2011 10.000.000

3 Sepeda Motor Honda Supra X 2008 12.000.000 BPKB No:DPK/1027

5
dst

JUMLAH BAGIAN B JBB


222.000.000

BAGIAN C : KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN

NAMA ALAMAT TAHUN


NO. JUMLAH
PEMBERI PINJAMAN PEMBERI PINJAMAN PEMINJAMAN
(1) (2) (3) (4) (5)

5
dst

JUMLAH BAGIAN C JBC 0

BAGIAN D : DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA

NO. NAMA TANGGAL LAHIR HUBUNGAN KELUARGA PEKERJAAN

(1) (2) (3) (4) (5)


1

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- 1 dari 1 halaman Lampiran-II

Gambar 16. Contoh Pengisian SPT 1770-S Lampiran 2 atas nama Rolly
Sumber: Dok. Pribadi

82 | Modul Menyiapkan SPT


LAMPIRAN - II

TAHUN PAJAK
1770 S - II
FORMULIR
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DEPARTEMEN KEUANGAN RI • PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
2 0 1 2
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • DAFTAR HARTA PADA AKHIR TAHUN
• DAFTAR KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN

NPWP : 0 7 8 0 7 7 5 4 2 2 5 9 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : R O L L Y

BAGIAN A : PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

DASAR PENGENAAN PAJAK/ PPh TERUTANG


NO. SUMBER/JENIS PENGHASILAN
PENGHASILAN BRUTO (Rupiah)
(1) (2) (3) (4)
1 Bunga Deposito, Tabungan dan Diskonto SBI
500.000 100.000

2 Bunga/Diskonto Obligasi yang Dilaporkan


Perdagangannya di Bursa Efek -

3 Penjualan Saham di Bursa Efek


-

4 Hadiah Undian
-
5 Pesangon, Tunjangan Hari Tua dan Tebusan Pensiun
yang Dibayar Sekaligus -

6 Honorarium atas Beban APBN/APBD

7 Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

8 Sewa atas Tanah dan/atau Bangunan 60.000.000 6.000.000

9 Bangunan yang Diterima Dalam Rangka Bangun


Guna Serah
10 Penghasilan yang Dikenakan Pajak Bersifat Final :

10a Penghasilan Isteri dari Satu Pemberi Kerja 69.682.600 4.148.600

10b Penghasilan Anak dari Pekerjaan

11 Penghasilan Lain yang dikenakan Pajak Final dan/


atau Bersifat Final
JUMLAH BAGIAN A JBA 10.248.600

BAGIAN B : DAFTAR HARTA PADA AKHIR TAHUN

TAHUN HARGA PEROLEHAN


NO. JENIS HARTA KETERANGAN
PEROLEHAN (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Rumah, Luas 100 M2 Jl Turunan 771, Jakarta 2007 200.000.000 NPOP : 11.71.030.032.008.0166.0

2 Deposito (Bank BNI) 2005 10.000.000

dst
210.000.000
JUMLAH BAGIAN B JBB

BAGIAN C : DAFTAR KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN

NAMA ALAMAT TAHUN


NO. JUMLAH
PEMBERI PINJAMAN PEMBERI PINJAMAN PEMINJAMAN
(1) (2) (3) (4) (5)

6
dst

JUMLAH BAGIAN C JBC -

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- 1 dari 1 halaman Lampiran-II
D.1.1.32.53

Modul Menyiapkan SPT | 83


SPT 1770
SPT 1770 digunakan untuk WP Pribadi yang mempunyai
penghasilan :
• dari usaha/pekerjaan bebas yang menyelenggarakan
pembukuan atau norma penghitungan penghasilan neto
• dari satu atau lebih pemberi kerja
• yang dikenakan PPh final dan/atau bersifat final
• dari penghasilan lain

Tabel 8. Deskripsi Formulir SPT 1770

No Kode Formulir Nama Formulir Keterangan


1 1770 SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Induk SPT
Orang Pribadi
2 1770-I halaman • Penghitungan Penghasilan Neto Lampiran I
1 Dalam Negeri dari Usaha
dan/atau Pekerjaan Bebas bagi
Wajib Pajak yang Menggunakan
Pembukuan
• Penghitungan Penghasilan Neto
1770-I halaman Dalam Negeri yang
2 menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto
• Penghasilan Dalam Negeri
Lainnya
3 1770-II Daftar Pemotongan / Pemungutan Lampiran II
Pph Oleh Pihak Lain, PPh Yang
Dibayar / Dipotong Di Luar
Negeri dan PPh Ditanggung
Pemerintah

84 | Modul Menyiapkan SPT


4 1770-III • Penghasilan Yang Dikenakan Lampiran III
Pajak Final dan/atau Bersifat
Final dan Penghasilan
Pengusaha Tertentu
• Penghasilan yang Tidak
Termasuk Objek Pajak
• Penghasilan Isteri yang
Dikenakan Pajak Secara
Terpisah
5 1770-IV • Daftar Harta Pada Akhir Tahun Lampiran IV
• Daftar Kewajiban/Utang Pada
Akhir Tahun

Contoh Kasus SPT 1770:


Tuan Risqon seorang pengusaha perdagangan tekstil (KLU 513310),
tinggal di Jl Flamboyan Blok G No.122, Kelurahan Meruya,
Kembangan, Jakarta Barat 11620 telpon (021) 5858302 dengan
NPWP 04.557.602.3.305-000. Data anggota keluarga yang menjadi
tanggungan Risqon awal tahun 2023 sebagai berikut :

Hubungan
No Nama Tgl. Lahir Keterangan
Keluarga
1 Yunita 22 Juni 1993 Istri Ibu rumah tangga
2 Lita 11 Juni 2006 Adik kandung SMA
SMP, tgl 5 Nopember
3 Nita 23 Juli 2009 Anak kandung
2012 meninggal dunia
4 Didik 15 Mei 2005 Keponakan SMA

Modul Menyiapkan SPT | 85


Dari hasil pembukuan usahanya yang tidak diaudit diketahui

NO JENIS HARTA TAHUN HARGA KETERANGAN


PEROLEHAN PEROLEHAN
(Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Rumah Luas x m2 Jl. VeteranNo. 6, 2000 80.000.000 NOP:
Solo 11.71.030.032.008.0165.0
2 Rumah Luas x m2Jl. Casablanca 20, 2003 100.000.000 NOP:
Jakarta 11.78.030.003.003.0124.0
3 Mobil (Toyota, 1990) 2004 60.000.000 BPKB No: H-133421
4 Mobil (BMW, 2000) 2005 250.000.000 BPKB No: H-623441
5 Deposito (Bank Bali) 2003 50.000.000
6 Deposito (BNI) 2003 50.000.000
Jumlah Bagian A JBA 590.000.000
penghasilannya adalah sebagai berikut :

Penjualan 579.000.000,00
Harga Pokok Penjualan 280.000.000,00
Laba Kotor 299.000.000,00
Biaya adm. & umum : 109.000.000,00
Gaji, upah & sejenisnya 42.000.000,00
Listrik, air & telpon kantor 10.700.000,00
Listrik, air & telpon rumah 1.800.000,00
Penyusutan 29.000.000,00
Pajak Penghasilan 12.000.000,00
Pajak Bumi dan 1.600.000,00
Bangunan (PBB)
Sumbangan perayaan 6.000.000,00
HUT RI ke-72
Pemeliharaan rumah 5.900.000,00
pribadi
Laba Usaha 190.000.000,00
Pendapatan jasa giro 5.000.000,00

86 | Modul Menyiapkan SPT


Laba bersih sebelum pajak 195.000.000,00

Penjelasan biaya administrasi dan umum :

Biaya penyusutan komersial Rp 29.000.000,00 terdiri dari :

• Mobil Pick up (kelompok 2) dibeli tahun 2002 seharga Rp


90.000.000,00. Penyusutan komersial dengan garis lurus selama
10 tahun tanpa nilai sisa
• Seperangkat peralatan toko (kelompok 2) dibeli tahun 2017 seharga
Rp 50.000.000,00 Penyusutan komersial dengan garis lurus selama
5 tahun tanpa nilai sisa
• Bangunan permanen selesai dibangun tahun 2018 seharga Rp
200.000.000,00 Penyusutan komersial dengan garis lurus selama
20 tahun tanpa nilai sisa
Untuk perhitungan pajak Tuan Risqon menggunakan metode garis
lurus

Pajak penghasilan merupakan hasil rekapan 12 lembar SSP PPh


pasal 25 selama tahun 2023 sebesar Rp 12.000.000,00. Disamping
itu selama tahun 2023 terdapat 12 SSP PPN senilai Rp
49.500.000,00.

Penghasilan di luar usaha

Tuan Risqon memperoleh penghasilan jasa giro rekening usahanya,


jasa giro sebelum pajak dari Bank BNI cabang Senayan Jakarta
dalam tahun 2023 sebesar Rp 5.000.000,00

Pada bulan Desember 2023 Risqon mendapat warisan dari orang


tuanya berupa tanah 500m2 senilai Rp 80.000.000,00 di daerah
Parung.

Modul Menyiapkan SPT | 87


Daftar Harta

Jenis
N harta Thn Harga Keterangan
o Perolehan Perolehan
Rekening
1 giro bank 2021 50.000.000,00 Usaha
BNI
Bangunan
2 rumah 2018 200.000.000,00 Jl. Flamboyan
122
Bangunan
3 Usaha 2018 200.000.000,00 Jl. Flamboyan
123
Mobil
4 pick up 2022 90.000.000,00 Usaha
Peralatan
5 toko 2021 50.000.000,00 Usaha
Inventaris
6 toko 2019 50.000.000,00 Usaha
Inventaris
7 rumah 2019 50.000.000,00 Pribadi
Tangga
Tanah
8 2023 80.000.000,00 Warisan di
Parung
Jumlah 770.000.000,00

Daftar Kewajiban

Nama
N & alamat Thn Jumlah (Rp) Keterangan
pemberi
o pinjaman Pinjaman
Bank
1 Mandiri 2021 100.000.000,00 Pribadi
Utang
2 PPN 2023 8.400.000,00 Usaha
Jumlah 108.400.000,00

Berdasarkan data di atas, Anda diminta untuk :

88 | Modul Menyiapkan SPT


1. Menyusun Laporan Keuangan Fiskal tahun 2023
2. Menghitung Penghasilan Kena Pajak, PPh Terutang, PPh
Kurang atau Lebih bayar Tuan Risqon tahun 2023
3. Mengisi SSP PPh pasal 29 (MAP 411125), jika kurang bayar
SSP dibuat tanggal 20 Februari 2024
4. Mengisi SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi untuk Tuan
Risqon. SPT tahunan dibuat sendiri oleh Tuan Risqon dan
disampaikan ke KPP tanggal 21 Februari 2024

Modul Menyiapkan SPT | 89


FORMULIR
1770 SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 1 2

TAHUN PAJAK
MEMPUNYAI PENGHASILAN :
• DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN
NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
0 1 1 2 s.d 1 2 1 2
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA BL TH BL TH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL NORMA x PEMBUKUAN
• DARI PENGHASILAN LAIN
SPT PEMBETULAN KE - ……….
PERHATIAN
• SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 0 4 5 5 7 6 0 2 3 3 0 5 0 0 0
IDENTITAS

NAMA WAJIB PAJAK : R I S Q O N

JENIS USAHA/PEKERJAAN BEBAS : P E R D A G A N G A N KLU : 5 1 3 3 1 0

NO. TELEPON/FAKSIMILI : 0 2 1 5 8 5 8 3 0 2 /

PERUBAHAN DATA : LAMPIRAN TERSENDIRI X TIDAK ADA

*) Pengisian kolom-kolom y ang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 3) RUPIAH *)
1. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
1 220.400.000
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 1 Jumlah Bagian A atau Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian B Kolom 5]
A. PENGHASILAN NETO

2. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN


2 -
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian C Kolom 5]
3. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA
3 -
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian D Kolom 3]
4 4. PENGHASILAN NETO LUAR NEGERI
[Apabila memiliki penghasilan dari luar negeri agar diisi dari Lampiran Tersendiri, lihat buku petunjuk]
4

5. JUMLAH PENGHASILAN NETO (1 + 2 + 3 + 4)


5 220.400.000
…………………………………………………………………………………………………………………………..
6. ZAKAT / SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG BERSIFAT WAJIB
6

7. JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH PENGURANGAN ZAKAT /SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG


7 220.400.000
SIFATNYA WAJIB ( 5- 6)

8. KOMPENSASI KERUGIAN
8
B. PENGHASILAN
KENA PAJAK

9. JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH KOMPENSASI KERUGIAN (7 - 8)


9 220.400.000

10. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK


TK/ K/ 2 K/I/ PH/ HB/ 10 19.800.000

11. PENGHASILAN KENA PAJAK (9 -10)


11 200.600.000

12. PPh TERUTANG (TARIF PASAL 17 UU PPh X ANGKA 11)


12 25.090.000
TERUTANG
C. PPh

13. PENGEMBALIAN/PENGURANGAN PPh PASAL 24 YANG TELAH DIKREDITKAN


13

14. JUMLAH PPh TERUTANG ( 12 + 13)


14 25.090.000

15. PPh YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR
15 -
NEGERI DAN PPh DITANGGUNG PEMERINTAH [Diisi dari formulir 1770 -II Jumlah Bagian A Kolom 7]
16. a. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI
(14-15) 16 25.090.000
D. KREDIT PAJAK

b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG/DIPUNGUT

17. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI a. PPh PASAL 25 BULANAN


a

b. STP PPh PASAL 25 (HANYA POKOK PAJAK)


b 12.000.000

c. FISKAL LUAR NEGERI


c

18. JUMLAH KREDIT PAJAK (a+b+c)


18 12.000.000
E. PPh KURANG/ LEBIH

19. a. X PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh PASAL 29) TGL 2 7 0 1 1 3


(16-18) LUNAS 19 13.090.000
b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh PASAL 28 A) tgl bln thn
BAYAR

20. PERMOHONAN : PPh Lebih Bayar pada 19.b mohon DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17 C (WP
a. DIRESTITUSIKAN c. PATUH)
DIPERHITUNGKAN DENGAN DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17 D (WP
b. UTANG PAJAK
d. TERTENTU
PASAL 25 TAHUN PAJAK

21. ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA DIHITUNG SEBESAR


F. ANGSURAN PPh

21 2.090.833
BERIKUTNYA

DIHITUNG BERDASARKAN :

a. X 1/12 X JUMLAH PADA ANGKA 16 c. PERHITUNGAN DALAM LAMPIRAN TERSENDIRI

b. PERHITUNGAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU

SELAIN FORMULIR 1770 - I SAMPAI DENGAN 1770 - IV (BAIK Y ANG DIISI MAUPUN Y ANG TIDAK DIISI) HARUS DILAMPIRKAN PULA :

a. SURAT KUASA KHUSUS (BILA DIKUASAKAN) g. PERHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA
G. LAMPIRAN

b. X SSP LEMBAR KE-3 PPh PASAL 29 h. FOTOKOPI TANDA BUKTI PEMBAYARAN FISKAL LUAR NEGERI (TBPFLN)

PERHITUNGAN PPh TERUTANG BAGI WAJIB PAJAK KAWIN PISAH HARTA


c. X NERACA DAN LAP. LABA RUGI / REKAPITALISASI BULANAN PEREDARAN BRUTO DAN BIAYA i. DAN/ATAU MEMPUNYAI NPWP SENDIRI
DAFTAR JUMLAH PENGHASILAN DAN PEMBAYARAN PPh PASAL 25 (KHUSUS
d. PERHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL j. UNTUK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU)
BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN OLEH PIHAK LAIN/DITANGGUNG PEMERINTAH DAN YANG
e. DIBAYAR/DIPOTONG DI LUAR NEGERI
k. ......................................................................................................................................

f. FOTOKOPI FORMULIR 1721-A1 DAN/ATAU 1721-A2 (............LEMBAR) l. .........................................................................................


PERNYATAAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya TANDA TANGAN
menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.

X WAJIB PAJAK KUASA TANGGAL: 0 1 - 0 3 - 2 0 1 3

on
Risq
NAMA LENGKAP : R I S Q O N

NPWP : 0 4 5 5 7 6 0 2 3 3 0 5 0 0 0

F.1.1.32.16

Gambar 17. Contoh Pengisian SPT 1770 Induk Kasus Risqon


Sumber: Dok. Pribadi

90 | Modul Menyiapkan SPT


HALAMAN 1 LAMPIRAN - I
2 0 1 2

FORMULIR

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 - I PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA 0 1 1 2 s.d 1 2 1 2
KEMENTERIAN KEUANGAN RI DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG BL TH BL TH

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK MENGGUNAKAN PEMBUKUAN NORMA X PEMBUKUAN

PERHATIAN:
• SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 0 4 5 5 7 6 0 2 3 3 0 5 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : R I S Q O N

BAGIAN A: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN PEMBUKUAN)

PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN : X TIDAK DIAUDIT

NAMA AKUNTAN PUBLIK :

:
NPWP AKUNTAN PUBLIK

NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

:
NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK
:
NAMA KONSULTAN PAJAK
:
NPWP KONSULTAN PAJAK

:
NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK
:
NPWP KANTOR KONSULTAN PAJAK

RUPIAH
1. PENGHASILAN DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BERDASARKAN
LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL :
a. PEREDARAN USAHA 1a 584.000.000

b. HARGA POKOK PENJUALAN 1b 280.000.000

c. LABA/RUGI BRUTO USAHA (1a - 1b) 1c 304.000.000

d. BIAYA USAHA 1d 109.000.000

e. PENGHASILAN NETO (1c - 1d) 1e 195.000.000

2. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF


a. BIAYA YANG DIBEBANKAN/DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI WAJIB PAJAK ATAU
2a 5.900.000
ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA
b. PREMI ASURANSI KESEHATAN, ASURANSI KECELAKAAN, ASURANSI JIWA, ASURANSI
2b
DWIGUNA, DAN ASURANSI BEASISWA YANG DIBAYAR OLEH WAJIB PAJAK
c. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YANG
2c
DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA ATAU KENIKMATAN
d. JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA PIHAK YANG MEMPUNYAI
HUBUNGAN ISTIMEWA SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN YANG DILAKUKAN 2d

e. HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN 2e 6.000.000

f. PAJAK PENGHASILAN
2f 12.000.000

g. GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA PEMILIK / ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA 2g

h. SANKSI ADMINISTRASI 2h

i. SELISIH PENYUSUTAN/AMORTISASI KOMERSIAL DIATAS PENYUSUTAN/ AMORTISASI


2i 1.500.000
FISKAL
j. BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG
2j
DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
k. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA 2k

l. JUMLAH (2a s.d. 2k)


2l 25.400.000

3. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF:


a. PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK
3a
OBJEK PAJAK TETAPI TERMASUK DALAM PEREDARAN USAHA
b. SELISIH PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH PENYUSUTAN AMORTISASI
3b
FISKAL
c. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA 3c

d. JUMLAH (3a s.d. 3c) 3d -

4 JUMLAH BAGIAN A (1e + 2l - 3d) 4 220.400.000

Pindahkan Jumlah Bagian A (angka 4) ke Formulir 1770 Angka 1

Gambar 18. Contoh Pengisian SPT 1770 I halaman 1 Kasus Risqon


Sumber: Dok. Pribadi

Modul Menyiapkan SPT | 91


HALAMAN 2 LAMPIRAN - I

FORMULIR
2 0 1 2

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 - I PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI YANG MENGGUNAKAN
•NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO 0 1 1 2 s.d 1 2 1 2
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN BL TH BL TH

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA NORMA X PEMBUKUAN

PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 0 4 5 5 7 6 0 2 3 3 0 5 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : R I S Q O N

BAGIAN B: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO )

PEREDARAN USAHA NORMA PENGHASILAN NETO


NO. JENIS USAHA
(Rupiah) (%) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)

1 DAGANG -

2 INDUSTRI -

3 JASA -

4 PEKERJAAN BEBAS -

5 USAHA LAINNYA -

JUMLAH BAGIAN B - JBB -

Pindahkan Jumlah Bagian B Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 1


BAGIAN C : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN
(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh BERSIFAT FINAL)
PENGURANGAN PENGHASILAN
NAMA DAN NPWP PENGHASILAN BRUTO PENGHASILAN NETO
NO. BRUTO/BIAYA
PEMBERI KERJA (Rupiah) (Rupiah)
(Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)

JUMLAH BAGIAN C JBC -


Pindahkan Jumlah Bagian C Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 2

BAGIAN D : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA


(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh BERSIFAT FINAL)

JUMLAH PENGHASILAN NETO


NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1 BUNGA

2 ROYALTI

3 SEWA

4 PENGHARGAAN DAN HADIAH

5 KEUNTUNGAN DARI PENJUALAN / PENGALIHAN HARTA

6 PENGHASILAN LAINNYA

JUMLAH BAGIAN D JBD -

Pindahkan Jumlah Bagian D ke Formulir 1770 Angka 3

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI

Gambar 19. Contoh Pengisian SPT 1770 I halaman 2 Kasus Risqon


Sumber: Dok. Pribadi

92 | Modul Menyiapkan SPT


LAMPIRAN - II
2 0 1 2

FORMULIR

TAHUN PAJAK
1770 - II SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, 0 1 1 2 s.d 1 2 1 2

KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PPh YANG DIBAYAR/DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN BL TH BL TH
PPh DITANGGUNG PEMERINTAH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK NORMA X PEMBUKUAN

PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 0 4 5 5 7 6 0 2 3 3 0 5 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : R I S Q O N

BAGIAN A : DAFTAR PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN PPh
DITANGGUNG PEMERINTAH

NAMA NPWP BUKTI JUMLAH PPh YANG DIPOTONG /


JENIS PAJAK : PPh PASAL
NO PEMOTONG/PEMUNGUT PEMOTONG/PEMUNGUT PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN DIPUNGUT
21/ 22/23/24/26/DTP *)
PAJAK PAJAK (Rupiah)
NOMOR TANGGAL
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

10

11

12

13

14

15
dst

JUMLAH BAGIAN A JBA -

Pindahkan Jumlah Bagian A Kolom 7 ke Formulir 1770 Angka 15

*) - DTP = PPh Ditanggung Pemerintah


- Kolom (6) diisi dengan pilihan sebagai berikut : 21 / 22 / 23 / 24 /26/ DTP (Contoh : ditulis 21, 22, 23, 24, 26, DTP)
- Jika terdapat kredit pajak PPh Pasal 24, maka jumlah yang diisi adalah maksimum yang dapat dikreditkan sesuai lampiran tersendiri
(lihat buku petunjuk tentang Lampiran II Bagian A dan Induk SPT angka 4)

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke - 1 dari 1 halaman Lampiran-II

Gambar 20. Contoh Pengisian SPT 1770 II Kasus Risqon


Sumber: Dok. Pribadi

Modul Menyiapkan SPT | 93


LAMPIRAN - III
2 0 1 2

FORMULIR
1770 - III

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI


PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT
0 1 1 2 s.d 1 2 1 2
FINAL
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK BL TH BL TH

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • PENGHASILAN ISTERI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH NORMA X PEMBUKUAN

PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 0 4 5 5 7 6 0 2 3 3 0 5 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : R I S Q O N

BAGIAN A : PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

DASAR PENGENAAN PPh TERUTANG


NO JENIS PENGHASILAN
PAJAK/PENGHASILAN BRUTO (Rupiah)
(1) (2) (3) (4)

BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN DAN DISKONTO SBI, SURAT


1.
BERHARGA NEGARA
5.000.000 1.000.000

BUNGA / DISKONTO OBLIGASI YANG DILAPORKAN


2. PERDAGANGANNYA DI BURSA EFEK

3. PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK

4. HADIAH UNDIAN

PESANGON, TUNJANGAN HARI TUA DAN TEBUSAN


5.
PENSIUN YANG DIBAYAR SEKALIGUS

6. HONORARIUM ATAS BEBAN APBN / APBD

7. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

BANGUNAN YANG DITERIMA DALAM RANGKA BANGUNAN


8. GUNA SERAH

9. SEWA ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

10. USAHA JASA KONSTRUKSI

11. PENYALUR / DEALER / AGEN PRODUK BBM

BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI


12.
KEPADA ANGGOTA KOPERASI

13. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI DERIVATIF

14. DIVIDEN

15. PENGHASILAN ISTRI DARI SATU PEMBERI KERJA

PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL


16. DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

17. JUMLAH (1 s.d. 16) 1.000.000

BAGIAN B : PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK


PENGHASILAN BRUTO
NO SUMBER / JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1. BANTUAN / SUMBANGAN / HIBAH

2. WARISAN 80.000.000

BAGIAN LABA ANGGOTA PERSEROAN KOMANDITER TIDAK ATAS SAHAM, PERSEKUTUAN,


3.
PERKUMPULAN, FIRMA, KONGSI

4. KLAIM ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWIGUNA, BEASISWA

5. BEASISWA DALAM NEGERI

6. PENGHASILAN LAIN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

JUMLAH BAGIAN B JBB 80.000.000

BAGIAN C : PENGHASILAN ISTERI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH


(Rupiah)

PENGHASILAN NETO ISTERI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH

Gambar 21. Contoh Pengisian SPT 1770 III Kasus Risqon


Sumber: Dok. Pribadi

94 | Modul Menyiapkan SPT


FORMULIR
LAMPIRAN - IV
2 0 1 2

TAHUN PAJAK
1770 - IV SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

• HARTA PADA AKHIR TAHUN 0 1 1 2 s.d 1 2 1 2


KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN
BL TH BL TH

• DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA NORMA X PEMBUKUAN

PERHATIAN
• SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 0 4 5 5 7 6 0 2 3 3 0 5 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : R I S Q O N

BAGIAN A : HARTA PADA AKHIR TAHUN

HARGA PEROLEHAN
NO. JENIS HARTA TAHUN PEROLEHAN KETERANGAN
(Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Rekening Giro Bank BNI

2 Rumah luas 100m2 NOP. 11.71.030.032.008.0154.0

3 Ruko 80M2 NOP. 11.78.030.032.008.0123.0

4 Mobil Pick up BPKB No:TKN/104

5 Peralatan Toko

6 Inventaris Toko

7 Peralatan Rumah

8 Tanah NOP. 11.71.030.032.008.0100.0

9
10
dst
JUMLAH BAGIAN A JBA

BAGIAN B : KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN

TAHUN JUMLAH
NO. NAMA PEMBERI PINJAMAN ALAMAT PEMBERI PINJAMAN
PEMINJAMAN (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Bank Mandiri Jl. Meruya Raya 32 Jakarta 2010 100.000.000

9
10
dst
JUMLAH BAGIAN B JBB 100.000.000

BAGIAN C : DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA

NO. NAMA ANGGOTA KELUARGA TANGGAL LAHIR HUBUNGAN KELUARGA PEKERJAAN

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Yunita 22 Juni 1982 Istri Ibu Rumah Tangga

2 Lita 11 Juni 1995 Adik Kandung Pelajar SMA

3 Nita 23 Juli 1998 Anak Kandung Pelajar SMP

4
5
dst

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- 1 dari 1 halaman Lampiran-IV

Gambar 22. Contoh Pengisian SPT 1770 IV Kasus Risqon


Sumber: Dok. Pribadi

Modul Menyiapkan SPT | 95


4. Menyiapkan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan
2. Objek PPh Badan
Subjek dari Wajib Pajak PPh Badan yaitu:
1. Subjek Pajak Badan Dalam Negeri
yaitu badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah.
2. Subjek Pajak Badan Luar Negeri
yaitu badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.
Objek Pajak berarti sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk
menghitung pajak terutang. Objek Pajak PPh adalah Penghasilan, yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Objek Pajak Badan dalam negeri adalah semua penghasilan yang


diterima atau diperoleh oleh badan tersebut dengan prinsip WWI (World
Wide Income), yang diterima baik dari dalam maupun luar negeri. Hal
ini diatur dalam Pasal 4 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak
Penghasilan.

Tidak semua penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak


adalah Objek PPh. Pasal 4 ayat (3) UU No. 17 Tahun 2000 mengatur
penghasilan yang tidak menjadi objek pajak, antara lain:

1. Bantuan, sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil


zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan para penerima zakat yang berhak

2. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai


Wajib Pajak Dalam Negeri, koperasi, BUMN, atau BUMD dari

96 | Modul Menyiapkan SPT


penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat:

a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;

b. Bagi PT, BUMN, dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan


saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25%
dari jumlah yang disetor dan harus mempunyai usaha efektif di luar
kepemilikan saham tersebut.

3. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana


selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian
ijin usaha.

4. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan


jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

Selanjutnya PP yang dimaksud adalah PP No. 130 Tahun 2000 tanggal


15 Desember 2000 yang mengatur bahwa yang dapat dibebaskan dari
PPh adalah utang debitur kecil, yaitu utang usaha yang jumlahnya tidak
lebih dari 350 juta rupiah, termasuk:

f. KUKESRA (Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera)


g. KUT (Kredit Usaha Tani)
h. KPRSS (Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana)
i. KUK (Kredit Usaha Kecil)
j. Kredit lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan BI dalam
rangka mengembangkan usaha kecil dan koperasi (yang
merupakan jumlah kumulatif dari satu atau beberapa bank
kreditur)

3. Menentukan Dasar Pengenaan Pajak PPh Badan


Pajak penghasilan badan dikenakan atas penghasilan kena pajak yang
diterima oleh Wajib Pajak Badan setelah dilakukan koreksi fiskal.

Modul Menyiapkan SPT | 97


MENGHITUNG PPh BADAN TERUTANG
2. Cara Penghitungan
Pada dasar cara penghitungan PPh Badan sama dengan PPh Orang
Pribadi yang mempunyai usaha hanya untuk pengurangnya tidak ada
PTKP dan zakat yang dibayar. Dalam penghitungan PPh Badan tidak
menggunakan norma penghitungan penghasilan, hanya
menggunakan perhitungan umum sesuai dengan formula perhitungan
sebagai berikut :

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Penghasilan Kena Pajak


Tarif pajak PPh badan sesuai pasal 17 UU PPh adalah :
• Tarif PPh Badan dan BUT adalah 25%
• Bagi Perseroan terbuka dalam negeri dimana 40% saham yang
disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan syarat lainnya
berdasarkan PP dapat memperoleh tarif 5% lebih rendah
• Peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 Pengurangan
50% dari yang seharusnya
• Peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 dan memenuhi
PP 46 tahun 2013 meliputi usaha dagang, industri, dan jasa, seperti
misalnya toko/kios/los kelontong, pakaian, elektronik, bengkel,
penjahit, warung/rumah makan, salon, dan usaha lainnya dikenakan
PPh final 1% dari jumlah peredaran bruto (omset) per bulan
• Mulai 1 Juli 2018 berlaku PP 23 tahun 2018 yang menggantikan PP
46 tahun 2013 dimana diberlakukan tarif 0,5% dari dari jumlah
peredaran bruto (omset) per bulan. PP 23 tahun 2018 juga mengatur
ketentuan tarif PPh final 0,5 persen memiliki jangka waktu pengenaan,
yakni 7 tahun bagi WP Orang Pribadi; 4 tahun bagi WP Badan
berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, dan firma; serta 3 tahun
untuk perseroan terbatas. Adapun hitungan omzet yang jadi acuan
dikenakan tarif PPh final 0,5 persen adalah omzet per bulan. Jika
dalam perjalanannya omzet WP melebihi Rp 4,8 miliar, maka tarif

98 | Modul Menyiapkan SPT


yang sama 0,5 persen tetap dikenakan sampai dengan akhir tahun
pajak WP tersebut selesai

25% dari PKP


Omset > Rp 50 Milyar
(pasal 17)

Fasilitas Pengurang 50% dari


Omset >4,8 Milyar tapi < tarif pasal 17
Tarif PPh Badan
Rp 50 Milyar
(pasal 31 E)

PPh Final 1% dari omset


(PP 46/2013)
Omset ≤Rp 4,8 Milyar
PPh Final 0,5% dari omset
(PP 23/2018)

Gambar 23. Bagan Pengenaan Tarif PPh Badan


Sumber: Dok. Pribadi

Contoh:

1. PT. Hasna pada tahun 2022 mempunyai pendapatan


(omzet) sebesar Rp 1.000.000.000,00. Biaya-biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk operasional perusahaan
sebesar Rp 250.000.000,00. Karena peredaran
bruto/omzetnya di bawah Rp 4.800.000.000,00 maka
mendapat pengurangan pajak sebesar 50% dari yang
seharusnya. Maka perhitungan PPh terutangnya adalah
sebagai berikut:
Peredaran Usaha Rp 1.000.000.000,00

Biaya-biaya (operasional, dll.) Rp 250.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak/PKP Rp 750.000.000,00

PPh terutang:

25 % x 50% Rp 750.000.000,00 Rp 93.750.000,00

Modul Menyiapkan SPT | 99


2. PT Yasmin pada tahun 2022 mempunyai pendapatan
sebesar Rp 48.000.000.000,00. dan biaya-biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk operasional perusahaan
sebesar Rp 30.000.000.000,00 maka pola
perhitungannya akan berubah. Karena omsetnya masih di
bawah Rp 50.000.000.000,00 maka masih mendapatkan
fasilitas pengurangan pajak sebesar 50%, namun dengan
pola perhitungan sebagai berikut :

untuk penghasilan kena pajak atas penghasilan sampai


dengan Rp 4.800.000.000,00 mendapat fasilitas
pengurangan pajak sebesar 50% dari yang seharusnya,
sedangkan sisanya menggunakan tarif pajak normal.
Maka perhitungan PPh terutangnya adalah sebagai
berikut:

Peredaran Usaha Rp 48.000.000.000,00

Biaya-biaya (operasional, dll.) Rp 30.000.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak/PKP Rp 18.000.000.000,00

PKP dengan fasilitas

(4.800.000.000/48.000.000.000) x 18.000.000.000 = Rp
1.800.000.000

PPh terutang atas PKP dg Fasilitas

25% x 50% x Rp 1.800.000.000 = Rp 225.000.000

PKP tanpa fasilitas

(18.000.000.000-1.800.000.000)=Rp 16.200.000.000

PPh terutang atas PKP tanpa Fasilitas

100 | Modul Menyiapkan SPT


25% x Rp 16.200.000.000 = Rp 4.050.000.000

PPh terutang = Rp 4.275.000.000

2. PT. Nisrina pada tahun 2022 mempunyai pendapatan


(omzet) sebesar Rp 100.000.000.000,00. Biaya-biaya
yang dikeluarkan perusahaan untuk operasional
perusahaan sebesar Rp 75.000.000.000,00. Karena
peredaran bruto/omzetnya di atas Rp 50.000.000.000
maka seluruh perhitungannya menggunakan tarif normal
sebagai berikut:
Peredaran Usaha Rp 100.000.000.000,00
Biaya-biaya (operasional, dll.) Rp 75.000.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak/PKP Rp 25.000.000.000,00
PPh terutang:
25 % x Rp 25.000.000.000,00 Rp 6.250.000.000,00
Namun untuk menghitung Pendapatan dan beban/biaya
untuk ternyata dapat terjadi perbedaan menurut
akuntansi umum dengan menurut pajak (fiskal). Untuk itu
perlu dipahami perbedaan beban/biaya dan pendapatan
menurut akuntansi dan fiskal. Sehingga untuk
menghitung PPh dengan melakukan koreksi fiskal
terlebih dahulu terhadap laporan keuangan perusahaan.

Biaya Fiskal
Biaya yang tidak diakui secara fiskal adalah :
1. Biaya-biaya sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat
(1) UU PPh.
2. Biaya tersebut dikeluarkan untuk 3M (mendapatkan,
menagih, dan memelihara) penghasilan yang bukan
Objek Pajak.

Modul Menyiapkan SPT | 101


3. Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan yang bersifat final.
4. Biaya yang biasa diterapkan di luar praktik akuntansi
yang sehat (kondisi tidak wajar).
5. Biaya yang tidak dapat dibuktikan pengeluarannya
(antara lain tidak menggunakan bukti, daftar nominatif,
dan tanpa dokumen).
6. Pajak Masukan yang memenuhi kriteria :
a. Faktur Pajak atas perolehan BKP/JKP termasuk
Faktur Pajak cacat, kecuali dapat dibuktikan
bahwa atas Pajak Masukan tersebut benar-benar
telah dibayar oleh PKP.
b. Faktur Pajak yang dibuat atas perolehan BKP/JKP
yang berkaitan dengan Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
7. Biaya untuk 3M penghasilan yang dikenakan pajak
berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
dan Norma Penghitungan Khusus.
8. Kerugian dari harta atau utang yang dimiliki dan tidak
dipergunakan untuk 3M Objek Pajak.
9. PPh ditanggung pemberi kerja, tidak termasuk dividen
sepanjang PPh tersebut ditambahkan dalam
penghitungan dasar untuk pemotongan pajak.
Apabila terdapat biaya-biaya yang digunakan secara
bersama-sama baik untuk mendapatkan penghasilan yang
merupakan objek pajak, penghasilan yang dikenakan PPh
Final maupun penghasilan yang bukan merupakan objek
pajak (Joint Cost), maka besarnya biaya yang dapat
dikurangkan dihitung berdasarkan proporsi jumlah
pendapatan yang merupakan objek pajak dengan jumlah
pendapatan yang dikenakan PPh final dan penghasilan yang
bukan objek pajak.

102 | Modul Menyiapkan SPT


Biaya yang Tidak Boleh Dikurangkan
Pada dasarnya semua biaya boleh menjadi pengurang
penghasilan dalam menghitung PPh terutang, kecuali biaya
yang diatur dalam pasal 9 UU PPh. Biaya-biaya tersebut
secara rinci adalah :
a. pengeluaran untuk pemegang saham atau pihak yang
memiliki hubungan istimewa beserta orang-orang yang
menjadi tanggungannya..
b. pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali
cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan
sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk
usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk
usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-
syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
c. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang
dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai
penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan.
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan
kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai secara bersama-sama di tempat
usaha atau pekerjaan, serta penggantian atau imbalan
dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu
dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
e. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan
warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)

Modul Menyiapkan SPT | 103


huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas penghasilan yang
nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi
pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak Badan dalam
negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada
Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.
f. Pajak Penghasilan; Yang dimaksudkan dengan Pajak
Penghasilan dalam ketentuan ini adalah Pajak
Penghasilan yang terutang oleh Wajib Pajak yang
bersangkutan.
g. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma,
atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi
atas saham;
h. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan
serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan
dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.

Rekonsiliasi Fiskal
Kalau kita menggunakan pembukuan komersial untuk
menghitung pajak terutang, harus dilakukan rekonsiliasi
fiskal. Hal ini karena terdapat beberapa perbedaan
pengakuan pendapatan dan biaya antara Standar Akuntansi
Keuangan dengan Undang-Undang Pajak. Secara ringkas
dilakukan rekonsiliasi fiskal dalam hal:
a. Wajib Pajak memiliki penghasilan yang dikenakan PPh
Final (Pasal 4 ayat (2) UU PPh)
Apabila Wajib Pajak memiliki penghasilan yang dikenakan
PPh Final, maka penghasilan tersebut harus direkonsiliasi
(dikeluarkan dari penghitungan PPh terutang pada akhir
tahun) karena atas penghasilan tersebut telah dikenakan

104 | Modul Menyiapkan SPT


PPh Final, sehingga kewajiban pembayaran pajaknya
sudah selesai.
b. Wajib Pajak memiliki penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak {Pasal 4 ayat (3) UU PPh}
Apabila Wajib Pajak memiliki penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak, maka penghasilan tersebut harus
juga direkonsiliasi karena WP tidak perlu membayar PPh
atas penghasilan tersebut.
c. Wajib Pajak mengeluarkan biaya-biaya yang tidak boleh
menjadi pengurang penghasilan/ Non Deductible
Expense (Pasal 9 UU PPh). Apabila Wajib Pajak
mengeluarkan biaya yang tidak boleh menjadi pengurang
penghasilan, maka biaya tersebut tidak bisa
diperhitungkan dalam menghitung PPh terhutang pada
akhir tahun (direkonsiliasi).
d. Wajib Pajak mengeluarkan biaya yang boleh menjadi
pengurang tetapi metode pengakuan biaya tersebut harus
sesuai dengan ketentuan fiskal. Contoh untuk menilai
persediaan barang dagangan metode yang diperkenankan
adalah FIFO dan rata-rata dengan mendasarkan diri pada
historical cost (harga perolehan) persediaan tersebut.
Metode yang lain seperti LIFO tidak diperkenankan.
e. WP mengeluarkan biaya-biaya yang dikeluarkan
bersama-sama untuk mendapatkan pendapatan yang
telah dikenakan PPh Final atau pendapatan yang bukan
objek pajak serta pendapatan yang yang dikenakan PPh
Non Final (Joint Cost).
Contoh format Rekonsiliasi fiskal pada tabel berikut ini :

Modul Menyiapkan SPT | 105


Tabel 9. Contoh Rekonsiliasi Fiskal
LAPORAN KEUANGAN REKONSILIASI LAPORAN
KOMERSIAL REF POSITIF KEUANGAN
(NEGATIF) FISKAL
Peredaran
Usaha:
Tidak Final 300.000.00 300.000.000
0
Final 100.000.00 (100.000.0 -
0 00)
Biaya Usaha 200.000.00 50.000.000 150.000.000
(Deductible 0
Expense)
Laba Operasi 200.000.00 (50.000.00 150.000.000
0 0)
Penghasilan -
bunga, jasa giro 10.000.000 10.000.000
(final)
Laba Bersih 210.000.00 (60.000.00 150.000.000
0 0)

Sehingga PPh terutangnya adalah :

Penghasilan kena pajak Rp 150.000.000,00

PPh terutang :

25% x 50% Rp 150.000.000,00 = Rp 18.750.000,00

106 | Modul Menyiapkan SPT


Kompensasi Kerugian

Jika Wajib Pajak badan yang menggunakan pembukuan mengalami


kerugian dalam tahun-tahun sebelumnya, maka kerugian fiskalnya
dapat dikompensasi selama 5 (lima) tahun sejak dialaminya
kerugian {Pasal 6 ayat (2) UU PPh}.

Kompensasi kerugian hanya diperbolehkan diisi oleh Wajib Pajak


yang menyelenggarakan pembukuan. Kompensasi yang boleh
diisikan adalah jumlah kerugian fiskal yang telah terjadi untuk tahun
pajak 5 (lima) tahun.

Jika pengeluaran-pengeluaran yang diperbolehkan secara fiskal


terdapat kerugian fiskal, maka kerugian tersebut dapat
dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal selama
5 (lima) tahun berturut-turut di mulai sejak tahun berikutnya sesudah
tahun didapatkannya kerugian tersebut.

Contoh :

PT ABC dalam 2022 laba Rp. 45.000.000,00. Data laba rugi


periode sebelumnya sebagai berikut :

Tahun 2016, rugi fiskal = (Rp. 75.000.000,00)

Tahun 2017, rugi fiskal = (Rp. 40.000.000,00)

Tahun 2018, rugi fiskal = (Rp. 30.000.000,00)

Tahun 2019, laba fiskal = Rp. 10.000.000,00

Tahun 2020, laba fiskal = Rp. 20.000.000,00

Tahun 2021, laba fiskal = Rp. 30.000.000,00

Modul Menyiapkan SPT | 107


Kompensasi kerugian sebagai berikut :

Rugi fiskal tahun 2016 = (Rp 75.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2019 = Rp 10.000.000.00 (th ke-3 komp. rugi


2016)

Sisa rugi fiskal tahun 2016 = (Rp 65.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2020 = Rp 20.000.000.00 (th ke-4 komp. rugi


2016)

Sisa rugi fiskal tahun 2016= (Rp 45.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2020 = Rp 30.000.000.00 (th ke-5 komp. rugi


2016)

Sisa rugi fiskal tahun 2016 =(Rp 15.000.000,00) tdk bisa


dikompensasikan lagi

Laba fiskal tahun 2022 = Rp 45.000.000,00

Rugi fiskal tahun 2017 = (Rp 40.000.000.00) (th ke-5 komp.


rugi 2017) = Rp 5.000.000,00

Rugi fiskal tahun 2018 = (Rp 30.000.000.00) (th ke-4 komp.


rugi 2018)

Sisa rugi fiskal tahun 2018 = (Rp 25.000.000,00) (dpt


digunakan untuk th 2023)

Sisa rugi fiskal tahun 2017 tidak bisa lagi dikompensasikan di tahun
2023 karena sudah lewat 5 tahun.

MELAKUKAN PEMBAYARAN ATAU PENYETORAN PAJAK PPh


BADAN
Mekanisme Pembayaran Pajak :
a. Membayar sendiri pajak yang terutang :

108 | Modul Menyiapkan SPT


• Pembayaran angsuran setiap bulan (PPh Pasal 25)
Wajib Pajak diwajibkan untuk mengangsur pajak yang akan terutang
pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran pajak setiap
bulan.
• Pembayaran PPh Pasal 29 setelah akhir tahun;
Pembayaran PPh Pasal 29 yaitu pelunasan pajak penghasilan yang
dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak pada akhir tahun pajak apabila pajak
terutang untuk suatu tahun pajak lebih besar dari jumlah total pajak yang
dibayar sendiri dan pajak yang dipotong atau dipungut pihak lain
sebagai kredit pajak yang
b. Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (Pemberi
penghasilan, Pemberi kerja atau Pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan
oleh pemerintah) pada PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, 22,
dan 23, serta PPh Pasal 26.
c. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk
pemerintah
d. Pembayaran Pajak-pajak lainnya
• Pembayaran PBB yaitu pelunasan berdasarkan Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang (SPPT).
• Pembayaran BPHTB yaitu pelunasan pajak atas perolehan hak atas
tanah dan bangunan.
• Pembayaran Bea Meterai yaitu pelunasan pajak atas dokumen yang
dapat dilakukan dengan cara menggunakan benda meterai berupa
meterai tempel atau kertas bermeterai atau dengan cara lain seperti
menggunakan mesin teraan.

Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun


swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)
atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara elektronik (e-
payment).

Modul Menyiapkan SPT | 109


PENGISIAN SPT PPh BADAN
1. Pengisian SPT Tahunan
Formulir SPT Tahunan PPh badan terdiri dari beberapa bagian seperti
terlihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Deskripsi Formulir SPT Tahunan PPh Badan

No Kode Nama Formulir Keterangan


Formulir
1 1771 SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Induk SPT
Badan
2 1771-I Penghitungan Penghasilan Neto Lampiran I
Fiskal
3 1771-II Perincian Harga Pokok Penjualan, Lampiran II
Biaya Usaha Lainnya dan Biaya
dari Luar Usaha
4 1771-III Kredit Pajak Dalam Negeri Lampiran III
5 1771-IV PPh Final dan Penghasilan yang Lampiran IV
Tidak Termasuk Objek Pajak
6 1771-V • Daftar Pemegang Lampiran V
Saham/Pemilik Modal dan
Jumlah Dividen yang Dibagikan
• Daftar Susunan Pengurus dan
Komisaris
7 1771-VI • Daftar Penyertaan Modal pada Lampiran VI
Perusahaan Afiliasi
• Daftar Pinjaman (Utang) dari
Pemegang Saham dan/atau
Perusahaan Afiliasi

110 | Modul Menyiapkan SPT


• Daftar Pinjaman (Piutang)
kepada Pemegang Saham
dan/atau Perusahaan Afiliasi
8 Lampiran • Transkrip Kutipan Elemen- • Lampiran
Khusus Elemen dari Laporan Keuangan Khusus 8a-1 /
8a-2 / 8a-3 /
8a-4 / 8a-5 /
8a-6 / 8a-7 /
• Daftar Penyusutan dan 8a-8)
Amortisasi Fiskal • Lampiran
• Perhitungan Kompensasi Khusus 1a
Kerugian Fiskal • Lampiran
Khusus 2a

Contoh Kasus Pengisian SPT Badan Tahunan

PT. HIDAYAT dengan NPWP 02.438.918.1-017.000 beralamat


di Jl. Jatipadang 234 Pasar Minggu, Jakarta Timur telp. 021-
8765532 bergerak di bidang perdagangan pengolahan kayu.
Pada tahun 2022 mengeluarkan laporan keuangan sebagai
berikut :

PT. HIDAYAT
Laporan Laba Rugi Tahun 2022

PENDAPATAN USAHA Rp 10.000.000.000

BEBAN USAHA :

- Karyawan Rp 567.000.000
- Penyusutan Rp 139.000.000
- Operasi dan Pemeliharaan Rp 6.475.000.000

Modul Menyiapkan SPT | 111


- Umum & Administrasi Rp 325.000.000
- Pemasaran Rp 1.100.000.000
Jumlah Beban Usaha Rp 8.606.000.000

LABA USAHA Rp 1.394.000.000

PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN :

- Penghasilan Bunga Rp 75.000.000


- Beban Bunga (Rp 180.000.000)

Jumlah Penghasilan (Beban) Lain-lain (Rp 105.000.000)

LABA SEBELUM PAJAK Rp 1.289.000.000

Keterangan yang berkaitan dengan pajak adalah sebagai


berikut :

a. Dalam beban karyawan terdapat pemberian makan siang


untuk sebagian karyawan sebesar Rp 50.000.000,00 dan
sumbangan pernikahan 3 orang karyawan sebesar Rp
15.000.000,00
b. Dalam beban pemasaran terdapat sumbangan untuk
fasilitas pendidikan di Kalimantan sebesar Rp
85.000.000,00
c. Dalam beban umum & administrasi terdapat pembayaran
angsuran PPh pasal 25 sebesar Rp 100.000.000,00 dan
PBB gedung kantor sebesar Rp 5.000.000,00

112 | Modul Menyiapkan SPT


d. Beban Bunga merupakan beban bunga atas pinjaman
sebesar Rp 2.000.000.000 dan Penghasilan bunga berasal
dari Deposito sebesar Rp 1.000.000.000
e. Data penyusutan aset tetap tahun 2022 adalah sebagai
berikut :

Nama
o Aset Th Masa Harga Nilai Residu Beban
Perolehan Manfaat Perolehan Penyusutan
Bangunan
1 Apr 2013 15 th 800.000.000 50.000.000 50.000.000
Kantor
Truk2 Jan 2021 10 th 600.000.000 100.000.000 50.000.000
Speed
3 Jan 2020 5 th 200.000.000 40.000.000 32.000.000
boat
Jigs 4
(pisau Jul 2020 5 th 40.000.000 5.000.000 7.000.000
potong)
.
Jumlah 139.000.000

Untuk perhitungan pajak semua aset tetap perusahaan disusutkan


dengan metode penyusutan saldo menurun

Diminta :

1. Hitunglah beban penyusutan menurut pajak


2. Buatlah laporan keuangan fiskal
3. Hitunglah PPh terutang
4. Hitunglah PPh kurang /lebih bayar
5. Isilah SPT PPh Badan tahun 2022

1. a. Beban Penyusutan Bangunan Kantor (Permanen)


= Rp 800.000.000,00 x 5% = Rp 40.000.000,00
b. Beban Penyusutan Truk (Kelompok 2)

Tahun 2018 = Rp 600.000.000,00 x 25% = Rp 150.000.000,00

Tahun 2019 = Rp 450.000.000,00 x 25% = Rp 112.500.000,00

Modul Menyiapkan SPT | 113


c. Beban Penyusutan Speed Boat (Kelompok 2)

Tahun 2017 = Rp 200.000.000,00 x 25% = Rp 50.000.000,00

Tahun 2018 = Rp 150.000.000,00 x 25% = Rp 37.500.000,00

Tahun 2019 = Rp 112.500.000,00 x 25% = Rp 28.125.000,00

d. Beban Penyusutan Jigs (Kelompok 1)

Tahun 2017 = Rp 40.000.000,00 x 50% x 6/12 = Rp 10.000.000,00

Tahun 2018 = Rp 30.000.000,00 x 50% = Rp 15.000.000,00

Tahun 2019 = Rp 15.000.000,00 x 50% = Rp 7.500.000,00

Laporan Keuangan Fiskal

PT. HIDAYAT
Laporan Laba Rugi
Per 1 Januari 2017 s.d 31 Desember 2022
Keterangan Komersial Koreksi Fiskal
Pendapatan 10.000.000.000 10.000.000.000
Beban :
Karyawan 567.000.000 (65.000.000) 502.000.000
Penyusutan 139.000.000 49.125.000 188.125.000
Operasi & 6.475.000.000 - 6.475.000.000
Pemeliharaan
Umum & Administrasi 325.000.000 (100.000.000) 225.000.000
Pemasaran 1.100.000.000 - 1.100.000.000
Jumlah Beban 8.606.000.000 8.490.125.000
Laba usaha 1.394.000.000 1.509.875.000
Pendapatan bunga 75.000.000 (75.000.000) 0
Beban bunga (180.000.000) 90.000.000 (90.000.000)
Laba Sebelum Pajak 1.289.000.000 1.419.875.000

• PPh terutang
PKP dengan fasilitas

114 | Modul Menyiapkan SPT


(4.800.000.000/10.000.000.000)x 1.419.875.000 = Rp 681.540.000
PPh terutang atas PKP dg Fasilitas
25% x 50% x Rp 681.540.000 = Rp 85.192.500

PKP tanpa fasilitas


(1.419.875.000-681.540.000) = Rp 738.335.000
PPh terutang atas PKP tanpa Fasilitas
25% x Rp 738.335.000 = Rp 184.583.750

PPh terutang (Rp 85.192.500 + Rp 184.583.750) = Rp 269.776.250

PPh kurang /lebih bayar


PPh terutang = Rp 269.776.250

PPh yang telah dibayar :

- Melalui angsuran (PPh pasal 25) = Rp 100.000.000

PPh kurang bayar = Rp 169.776.250

Modul Menyiapkan SPT | 115


SPT TAHUNAN TAHUN PAJAK

FORMULIR
1771 PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
PERHATIAN : • SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN 2 0 1 2
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM SPT PEMBETULAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI KE- …

NPWP : 0 2 4 3 8 9 1 8 1 0 1 7 0 0 0

P T H I D A Y A T
IDENTITAS

NAMA WAJIB PAJAK :

JENIS USAHA : P E R D A G A N G A N KLU :

NO. TELEPON : 0 2 1 - 8 7 6 5 5 3 2 NO. FAKS : -

PERIODE PEMBUKUAN : 0 1 1 2 s.d. 1 2 1 2

NEGARA DOMISILI KANTOR PUSAT (khusus BUT) :

PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN X TIDAK DIAUDIT


NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

N P W P KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

NAMA AKUNTAN PUBLIK :

N P W P AKUNTAN PUBLIK :

NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK :

N P W P KANTOR KONSULTAN PAJAK :

NAMA KONSULTAN PAJAK :

N P W P KONSULTAN PAJAK :

*) Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 3) RUPIAH *)
(1) (2) (3)
1. PENGHASILAN NETO FISKAL
A. PENGHASILAN KENA

1 1.419.875.000
(Diisi dari Formulir 1771-I Nomor 8 Kolom 3) ………………………
PAJAK

2. KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL


2
(Diisi dari Lampiran Khusus 2A Jumlah Kolom 8) …………………

3 1.419.875.000
3. PENGHASILAN KENA PAJAK (1-2) ……...…..……………………….

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT)

a. Tarif PPh Ps. 17 Ayat (1) Huruf b X Angka 3 …………..


B. PPh TERUTANG

b. Tarif PPh Ps. 17 ayat (2b) X Angka 3 ………………….. 4 269.776.250


c. X Tarif PPh Ps. 31E ayat (1)
(Lihat Buku Petunjuk)

5. PENGEMBALIAN / PENGURANGAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI


5
(PPh Ps. 24) YANG TELAH DIPERHITUNGKAN TAHUN LALU …….

6 269.776.250
6. JUMLAH PPh TERUTANG (4 + 5) …..…………………………………

7
7. PPh DITANGGUNG PEMERINTAH (Proyek Bantuan Luar Negeri) …

8. a. KREDIT PAJAK DALAM NEGERI


8a -
(Diisi dari Formulir 1771-III Jumlah Kolom 5) ……….…………..

b. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI


8b
(Diisi dari Lampiran Khusus 7A Jumlah Kolom 7) ……….…….
C. KREDIT PAJAK

8c -
c. JUMLAH ( 8a + 8b ) ……...……………..….………………………..

9. a. X PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI


(6 – 7 – 8c)… 9 269.776.250
b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG / DIPUNGUT

10. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI


10a 100.000.000
a. PPh Ps. 25 BULANAN ….……..………………..………………….

10b
b. STP PPh Ps. 25 (Hanya Pokok Pajak) …….….…..……….….…

10c
c. PPh Ps. 25 AYAT (8) / FISKAL LUAR NEGERI ….….……………

10d 100.000.000
d. JUMLAH (10a + 10b + 10c) …...…………………...………………
D. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR

11. a. X PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh Ps. 29)


(9 – 10d) …... 11 169.776.250
b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh Ps. 28A)

12. PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 11.a DISETOR TANGGAL ……… 0 3 0 4 2 0 1 3

13. PPh YANG LEBIH DIBAYAR PADA ANGKA 11.b MOHON : TGL BLN THN

a. DIRESTITUSIKAN b. DIPERHITUNGKAN DENGAN UTANG PAJAK


Khusus Restitusi untuk Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu : Pengembalian Pendahuluan (Pasal 17C atau Pasal 17D UU KUP)

F.1.1.32.14

Gambar 24. Contoh Pengisian SPT 1771 Induk hal 1


Sumber: Dok. Pribadi

116 | Modul Menyiapkan SPT


Formulir 1771 Halaman 2
RUPIAH
(1) (2) (3)

14. a. PENGHASILAN YANG MENJADI DASAR


14a 1.419.875.000
PENGHITUNGAN ANGSURAN ………..…………………………
Ø

E. ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN BERJALAN


b. KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL:
14b
(Diisi dari Lampiran Khusus 2A Jumlah Kolom 9) .……………
Ø

14c 1.419.875.000
c. PENGHASILAN KENA PAJAK (14a – 14b) …..…………………………………….…………………..………..
Ø

PPh YANG TERUTANG


d. 14d 269.776.250
(Tarif PPh dari Bagian B Nomor 4 X 14c) …………………..…………………..………………
Ø

e. KREDIT PAJAK TAHUN PAJAK YANG LALU ATAS


PENGHASILAN YANG TERMASUK DALAM ANGKA 14a
14e
YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN …..……..………...…..……..………………..
Ø

14f 269.776.250
f. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI (14d – 14e) ………………………………………………..………..
Ø

14g 22.481.354
g. PPh PASAL 25 : (1/12 X 14f) ………..…….…………………………………………………..………….
Ø
PENGHASILAN BUKAN
F. PPH FINAL DAN

OBJEK PAJAK

15 a. PPh FINAL :
15a 15.000.000
(Diisi dari Formulir 1771-IV Jumlah Bagian A Kolom 5) …….

b. PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK :


PENGHASILAN BRUTO
15b -
(Diisi dari Formulir 1771-IV Jumlah Bagian B Kolom 3) …..…
HUBUNGAN ISTIMEWA
TRANSAKSI DALAM

16 a. Ada Transaksi Dalam Hubungan Istimew a dan/atau Transaksi dengan Pihak yang Merupakan Penduduk Negara Tax Haven Country.
G. PERNYATAAN

(Wajib melampirkan Lampiran Khusus 3A, 3A-1, dan 3A-2 Buku Petunjuk Pengisian SPT)*

b. X Tidak Ada Transaksi Dalam Hubungan Istimew a dan/atau Transaksi dengan Pihak yang Merupakan Penduduk Negara Tax Haven Country.

17 SELAIN LAMPIRAN-LAMPIRAN 1771-I, 1771-II, 1771-III, 1771-IV, 1771-V, DAN 1771-VI


BERSAMA INI DILAMPIRKAN PULA :
a. X SURAT SETORAN PAJAK LEMBAR KE-3 PPh PASAL 29

b. X LAPORAN KEUANGAN

c. X TRANSKRIP KUTIPAN ELEMEN-ELEMEN DARI LAPORAN KEUANGAN (Lampiran Khusus 8A-1 / 8A-2 / 8A-3 / 8A-4 / 8A-5 / 8A-6)*

d. X DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL (Lampiran Khusus 1A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*

e. PERHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL (Lampiran Khusus 2A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*

f. DAFTAR FASILITAS PENANAMAN MODAL (Lampiran Khusus 4A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*
H. LAMPIRAN

g. DAFTAR CABANG UTAMA PERUSAHAAN (Lampiran Khusus 5A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*

h. SURAT SETORAN PAJAK LEMBAR KE-3 PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus bagi BUT)

i. PERHITUNGAN PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus BUT) (Lampiran Khusus 6A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*

j. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (Lampiran Khusus 7A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*

k. SURAT KUASA KHUSUS (Bila dikuasakan)

l. __________________________________________________________________________

m. __________________________________________________________________________

n. __________________________________________________________________________

* Wajib Pajak dapat langsung mengunduh dari situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat http://w w w .pajak.go.id. Atau mengambil di KPP/KP2KP terdekat.
PERNYATAAN

Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi - sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.

a. X WAJIB PAJAK b. KUASA c. Jakarta, d. 0 5 0 4 2 0 1 3


(Tempat) tgl b ln thn

TANDA TANGAN DAN CAP PERUSAHAAN :

anto
Sum
NAMA LENGKAP
PENGURUS / KUASA : e. S U M A N T O

NPWP : f. 0 9 8 1 3 3 7 6 2 4 1 2 0 0 0

F.1.1.32.14

Gambar 25. Contoh Pengisian SPT 1771 Induk hal 2


Sumber: Dok. Pribadi

Modul Menyiapkan SPT | 117


LAMPIRAN - I

TAHUN PAJAK
FORMULIR
1771 - I SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI 2 0 1 2
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO FISKAL

0 2 4 3 8 9 1 8 1 0 1 7 0 0 0
IDENTITAS

NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK : P T H I D A Y A T

PERIODE PEMBUKUAN : 0 1 1 2 s.d. 1 2 1 2

NO URAIAN RUPIAH
(1) (2) (3)
1. PENGHASILAN NETO KOMERSIAL DALAM NEGERI :

1a 10.000.000.000
a. PEREDARAN USAHA …………..……………………………...…………...…………...…………...……………...…...………………………….
Ø

1b 6.475.000.000
b. HARGA POKOK PENJUALAN …………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...…….
Ø

1c 2.131.000.000
c. BIAYA USAHA LAINNYA .…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...……
Ø

1d 1.394.000.000
d. PENGHASILAN NETO DARI USAHA ( 1a - 1b - 1c ) ..…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...….
Ø

1e 75.000.000
e. PENGHASILAN DARI LUAR USAHA .…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...………………….
Ø

1f 180.000.000
f. BIAYA DARI LUAR USAHA .…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...……
Ø

1g (105.000.000)
g. PENGHASILAN NETO DARI LUAR USAHA ( 1e - 1f )..…….………….....…………...…...………..…….....…....…………...……….
Ø

1h 1.289.000.000
h. JUMLAH ( 1d + 1g ) : .…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...……………….
Ø
2. PENGHASILAN NETO KOMERSIAL LUAR NEGERI
2
(Diisi dari Lampiran Khusus 7A Kolom 4) .…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...………………….
Ø

3 1.289.000.000
3. JUMLAH PENGHASILAN NETO KOMERSIAL (1h + 2) …………………...…………………...…………………...………………….…………...………
Ø

4. PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL


4
DAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK ..…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...…….
Ø

5. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF :


a. BIAYA YANG DIBEBANKAN / DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN
5a
PEMEGANG SAHAM, SEKUTU, ATAU ANGGOTA. ..…………...………….....…………...………….....…………...……………………………
Ø

5b
b. PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN ..…………...………….....…………...………….....…………...……………..
Ø
c. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN PEKERJAAN ATAU
5c 50.000.000
JASA DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN ..…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………
Ø

d. JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA


PEMEGANG SAHAM / PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA
5d
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ..…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...……………..
Ø

5e 15.000.000
e. HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN ..…………...………….....…………...………….....…………...………..
Ø

5f 100.000.000
f. PAJAK PENGHASILAN ..…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...……..
Ø
g. GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA ANGGOTA PERSEKUTUAN, FIRMA
5g
ATAU CV YANG MODALNYA TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM ..…………...………….....…………...………….....…………...………………
Ø

5h
h. SANKSI ADMINISTRASI ..…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...…….
Ø

5i -
i. SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI ATAS PENYUSUTAN FISKAL ..…………...………….....…………...………….....……………
Ø

5j
j. SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI ATAS AMORTISASI FISKAL ..…………...………….....…………...………….....…………...…..
Ø

5k
k. BIAYA YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA ..…………...………….....…………...………….....…………...………….....………..
Ø

5l 15.000.000
l. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA ..…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...………
Ø

5m 180.000.000
m. JUMLAH 5a s.d. 5l : ..…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...…………..
Ø

6. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF :


6a 49.125.000
a. SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI BAWAH PENYUSUTAN FISKAL ..…………...………….....…………...……………..………..
Ø

6b
b. SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH AMORTISASI FISKAL ..…………...………….....…………...………….....…………….
Ø

6c
c. PENGHASILAN YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA ..…………...………….....…………...………….....…………...……………
Ø

6d
d. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA ..…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...…….
Ø

6e 49.125.000
e. JUMLAH 6a s.d. 6d ..…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...………………..
Ø

7. FASILITAS PENANAMAN MODAL BERUPA PENGURANGAN PENGHASILAN NETO:


7b
TAHUN KE - 7a (Diisi dari Lampiran Khusus 4A Angka 5b) ..…………...………….…………...………………...………….....…………...…….
Ø

8. PENGHASILAN NETO FISKAL (3 - 4 + 5m - 6e - 7b) ..…………...…………............ 8 1.419.875.000

CATATAN : Pindahkan jumlah Angka 8 ke Formulir 1771 Huruf A Angka 1.

D.1.1.32.31

Gambar 26. Contoh Pengisian SPT 1771 I (Lampiran 1)


Sumber: Dok. Pribadi

118 | Modul Menyiapkan SPT


LAMPIRAN - II

TAHUN PAJAK
FORMULIR

1771 - II SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN


KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PERINCIAN HARGA POKOK PENJUALAN, BIAYA USAHA LAINNYA DAN BIAYA DARI LUAR USAHA SECARA KOMERSIAL
2 0 1 2
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
IDENTITAS

0 2 4 3 8 9 1 8 1 0 1 7 0 0 0 P T H I D A Y A T
NPW P : NAMA WAJIB PAJAK :

0 1 1 2 s.d. 1 2 1 2
PERIODE PEMBUKUAN :

HARGA POKOK PENJUALAN BIAYA USAHA LAINNYA BIAYA DARI LUAR USAHA JUMLAH
NO. PERINCIAN
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (3) + (4) + (5)

1. PEMBELIAN BAHAN/BARANG DAGANGAN 6.475.000.000 - - 6.475.000.000

GAJI, UPAH, BONUS, GRATIFIKASI,


2. HONORARIUM, THR, DSB - 567.000.000 - 567.000.000

3. BIAYA TRANSPORTASI - - - -

4. BIAYA PENYUSUTAN DAN AMORTISASI - 139.000.000 - 139.000.000

5. BIAYA SEWA - - - -

6. BIAYA BUNGA PINJAMAN - - 180.000.000 180.000.000

7. BIAYA SEHUBUNGAN DENGAN JASA - - - -

8. BIAYA PIUTANG TAK TERTAGIH - - - -

9. BIAYA ROYALTI - - - -

10. BIAYA PEMASARAN/PROMOSI - 1.100.000.000 - 1.100.000.000

11. BIAYA LAINNYA - - 325.000.000 325.000.000

12. PERSEDIAAN AWAL - - - -

13. PERSEDIAAN AKHIR (-/-) - - - -

14 JUMLAH 1 S.D. 12 DIKURANGI 13 6.475.000.000 1.806.000.000 505.000.000 8.786.000.000

Catatan :
• Nomor 1 untuk Perusahaan Dagang diisi pembelian barang dagangan, untuk perusahaan industri diisi pembelian bahan baku, bahan penolong dan barang jadi.
• Nomor 7 termasuk management fee, technical assistance fee, dan jasa lainnya
• Nomor 11 diisi dengan total biaya yang tidak tertampung dalam perincian 1 s.d. 10.
• Nomor 12 dan 13 untuk perusahaan dagang diisi total persediaan awal dan akhir barang dagangan, untuk perusahaan industri diisi total persediaan
awal/akhir bahan baku/bahan penolong ditambah barang setengah jadi ditambah barang jadi.

D.1.1.32.54

Gambar 27. Contoh Pengisian SPT 1771 II (Lampiran 2)


Sumber: Dok. Pribadi

Modul Menyiapkan SPT | 119


LAMPIRAN - III
1771 - III

TAHUN PAJAK
FORMULIR

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN


KEMENTERIAN KEUANGAN RI 2 0 1 2
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KREDIT PAJAK DALAM NEGERI
IDENTITAS

0 2 4 3 8 9 1 8 1 0 1 7 0 0 0 P T H I D A Y A T
NPW P : NAMA WAJIB PAJAK :

0 1 1 2 s.d. 1 2 1 2
PERIODE PEMBUKUAN :

NAMA DAN NPWP OBJEK PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN/SSP/SSPCP
NO. PEMOTONG / PEMUNGUT PAJAK JENIS PENGHASILAN / YANG DIPOTONG / DIPUNGUT
(Rupiah) NOMOR TANGGAL
TRANSAKSI (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.
dst

JUMLAH JML - -

Catatan :
• Diisi dengan rincian per Bukti Pemotongan / Pemungutan Pajak.
• Pindahkan hasil penjumlahan PPh Pasal 22, PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 Kolom (5) ke Formulir 1771 Huruf C Angka 8.a.

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- 1 dari 1 halaman Lampiran-III

D.1.1.32.32

Gambar 28. Contoh Pengisian SPT 1771 III (Lampiran 3)


Sumber: Dok. Pribadi

120 | Modul Menyiapkan SPT


LAMPIRAN - IV

TAHUN PAJAK
FORMULIR
1771 - IV SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI 2 0 1 2
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

0 2 4 3 8 9 1 8 1 0 1 7 0 0 0
IDENTITAS

NPWP :

P T H I D A Y A T
NAMA WAJIB PAJAK :

0 1 1 2 s.d. 1 2 1 2
PERIODE PEMBUKUAN :

BAGIAN A : PPh FINAL


DASAR PENGENAAN PAJAK TARIF PPh TERUTANG
NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah) (%) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)

1. BUNGA DEPOSITO / TABUNGAN, 75.000.000 20% 15.000.000


DAN DISKONTO SBI / SBN

2. BUNGA / DISKONTO OBLIGASI


YANG DIPERDAGANGKAN / DILAPORKAN
PERDAGANGANNYA DI BURSA EFEK

3. PENGHASILAN PENJUALAN SAHAM


YANG DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK

4. PENGHASILAN PENJUALAN SAHAM


MILIK PERUSAHAAN MODAL VENTURA
PENGHASILAN USAHA PENYALUR / DEALER
5
/ AGEN PRODUK BBM

6. PENGHASILAN PENGALIHAN HAK ATAS


TANAH / BANGUNAN

7. PENGHASILAN PERSEWAAN ATAS


TANAH / BANGUNAN
IMBALAN JASA KONSTRUKSI :
a. PELAKSANA KONSTRUKSI

8.
b. PERENCANA KONSTRUKSI

c. PENGAWAS KONSTRUKSI

9. PERWAKILAN DAGANG ASING

10. PELAYARAN / PENERBANGAN ASING

11. PELAYARAN DALAM NEGERI

12. PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP

TRANSAKSI DERIVATIF YANG


13
DIPERDAGANGKAN DI BUSA

14.
dst ……………………………………………………………

JUMLAH BAGIAN A JBA 15.000.000

Pindahkan ke Formulir 1771 huruf F angka 15 butir a

BAGIAN B : PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK


PENGHASILAN BRUTO
NO JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1. BANTUAN / SUMBANGAN

2. HIBAH

3. DIVIDEN / BAGIAN LABA DARI PENYERTAAN MODAL


PADA BADAN USAHA DI INDONESIA (Pasal 4 Ayat (3) Huruf f UU PPh)

4. IURAN DAN PENGHASILAN TERTENTU YANG DITERIMA DANA PENSIUN

BAGIAN LABA YANG DITERIMA PERUSAHAAN MODAL VENTURA


5.
DARI BADAN PASANGAN USAHA
SISA LEBIH YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH BADAN ATAU LEMBAGA
NIRLABA YANG BERGERAK DALAM BIDANG PENDIDIKAN DAN/ATAU
BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, YANG TELAH TERDAFTAR
6. PADA INSTANSI YANG MEMBIDANGINYA, YANG DITANAMKAN KEMBALI
DALAM BENTUK SARANA DAN PRASARANA KEGIATAN PENDIDIKAN
DAN/ATAU PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (Pasal 4 Ayat (3) Huruf m UU
PPh)

7.
dst. …………………………………………………….……………………………….

JUMLAH BAGIAN B JBB -

Pindahkan ke Formulir 1771 huruf F angka 15 butir b

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- 1 dari 1 halaman Lampiran-IV

D.1.1.32.34

Gambar 29. Contoh Pengisian SPT 1771 IV (Lampiran 4)


Sumber: Dok. Pribadi

Modul Menyiapkan SPT | 121


LAMPIRAN - V

FORMULIR

TAHUN PAJAK
1771 - V SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
2 0 1 2
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DAFTAR PEMEGANG SAHAM/PEMILIK MODAL DAN JUMLAH DIVIDEN YANG DIBAGIKAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • DAFTAR SUSUNAN PENGURUS DAN KOMISARIS

0 2 4 3 8 9 1 8 1 0 1 7 0 0 0
IDENTITAS

NPWP :

P T H I D A Y A T
NAMA WAJIB PAJAK :

0 1 1 2 s.d. 1 2 1 2
PERIODE PEMBUKUAN :

BAGIAN A : DAFTAR PEMEGANG SAHAM / PEMILIK MODAL DAN JUMLAH DIVIDEN YANG DIBAGIKAN
JUMLAH MODAL DISETOR DIVIDEN
NO NAMA DAN ALAMAT NPWP
(Rupiah) % (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

dst

JUMLAH BAGIAN A JBA 100%

BAGIAN B : DAFTAR SUSUNAN PENGURUS DAN KOMISARIS

NO NAMA DAN ALAMAT NPWP J AB AT AN

(1) (2) (3) (4)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

dst

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- 1 dari 1 halaman Lampiran-V
D.1.1.32.35

Gambar 30. Contoh Pengisian SPT 1771 V (Lampiran 5)


Sumber: Dok. Pribadi

122 | Modul Menyiapkan SPT


Modul Menyiapkan SPT | 123
LAMPIRAN - VI

TAHUN PAJAK
FORMULIR 1771 - VI SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
2 0 1 2
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DAFTAR PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN AFILIASI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • DAFTAR UTANG DARI PEMEGANG SAHAM DAN/ATAU PERUSAHAAN AFILIASI
• DAFTAR PIUTANG KEPADA PEMEGANG SAHAM DAN/ATAU PERUSAHAAN AFILIASI

0 2 4 3 8 9 1 8 1 0 1 7 0 0 0
IDENTITAS

NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK :


P T H I D A Y A T

0 1 1 2 s.d. 1 2 1 2
PERIODE PEMBUKUAN :

BAGIAN A : DAFTAR PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN AFILIASI


JUMLAH PENYERTAAN MODAL
NO NAMA DAN ALAMAT NPW P
(Rupiah) %
(1) (2) (3) (4) (5)

1.

2.

3.

4.

5.

dst

JUMLAH JBA -
BAGIAN B : DAFTAR UTANG DARI PEMEGANG SAHAM DAN/ATAU PERUSAHAAN AFILIASI
JUMLAH PINJAMAN BUNGA/TH
NO NAMA NPW P TAHUN
(Rupiah) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

10.

11.

12.

dst

BAGIAN C : DAFTAR PIUTANG KEPADA PEMEGANG SAHAM DAN/ATAU PERUSAHAAN AFILIASI


JUMLAH PINJAMAN BUNGA/TH
NO NAMA NPW P TAHUN
(Rupiah) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

10.

11.

12.

dst

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- 1 dari 1 halaman Lampiran-VI

D.1.1.32.36

Gambar 31. Contoh Pengisian SPT 1771 VI (Lampiran 6)


Sumber: Dok. Pribadi

124 | Modul Menyiapkan SPT


5. Menyiapkan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM)
1. Objek pemungutan dan pemotongan PPN
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas:
a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha;
b. impor Barang Kena Pajak;
c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean;
f. ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak;
g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha
Kena Pajak; dan
h. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Sedangkan PPnBM adalah pajak yang dikenakan atas barang kena


pajak yang tergolong mewah. Pengusaha yang melakukan
kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) meliputi baik Pengusaha yang
telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak maupun
Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi Pengusaha
Kena Pajak tetapi belum dikukuhkan.

2. Menentukan Dasar Pengenaan Pajak


Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk
menghitung pajak yang terutang, yaitu : Jumlah Harga Jual,

Modul Menyiapkan SPT | 125


Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai lain yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
1. Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena
Pajak, tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak.
2. Penggantian adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan
JKP, tidak termasuk pajak yang dipungut dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak.
3. Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan
bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan
ketentuan Kepabeanan untuk impor BKP, tidak termasuk PPN yang
dipungut.
4. Nilai ekspor adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.
5. Nilai lain adalah jumlah yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan
Pajak dengan Keputusan Menteri Keuangan, yaitu :
a. Untuk pemakaian sendiri BKP dan atau JKP adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
b. Untuk pemberian cuma-cuma BKP dan atau JKP adalah Harga Jual
atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
c. Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan
Harga Jual rata-rata;
d. Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul
film;
e. Untuk persediaan BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan, adalah Harga Pasar yang wajar;
f. Untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
sepanjang PPN atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan
dapat dikreditkan, adalah harga pasar wajar;

126 | Modul Menyiapkan SPT


g. Untuk kendaraan bermotor bekas adalah 10% dari Harga Jual.
h. Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah
10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.
i. Untuk jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah tagihan atau
jumlah yang seharusnya ditagih;
j. Untuk jasa anjak piutang adalah 5% dari jumlah seluruh imbalan yang
diterima berupa service charge, provisi, dan diskon;
k. Untuk penyerahan BKP dan atau JKP dari Pusat ke cabang atau
sebaliknya dan penyerahan BKP dan atau JKP antar cabang adalah
Harga Jual atau Penggantian setelah dikurang laba kotor.
l. Untuk penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru
lelang adalah Harga Lelang.

3. Dokumen Sumber PPN


Menurut Mardiasmo (2015:310) Faktur pajak adalah bukti pungutan yang
dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP atau
penyerahan JKP. Sedangkan menurut Waluyo (2014: 319) Faktur pajak
adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak
karena penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Kena Pajak atau
bukti pungutan pajak karena impor Barang Kena Pajak digunakan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Faktur pajak dibuat pada:


1) Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
Pajak;
2) Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran
terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum
penyerahan Jasa Kena Pajak;
3) Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian
tahap pekerjaan; atau
4) Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

Modul Menyiapkan SPT | 127


Dokumen-dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan
Faktur Pajak. Ketentuan dimaksud diperlukan antara lain karena:

1) Faktur penjualan yang digunakan pengusaha telah dikenal masyarakat luas


dan memenuhi persyaratan administratif sebagai Faktur Pajak: kuitansi
pembayaran telepom dan tiket pesawat udara.
2) Adanya bukti pungutan pajak itu harus ada Faktur Pajak, sedangkan pihak
yang seharusnya membuat Faktur Pajak yaitu pihak yang menyerahkan
BKP atau JKP berada di luar Daerah Pabean, sebagai contoh dalam hal
pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean, Surat Setoran Pajak dapat
diterapkan sebagai Faktur Pajak; dan
3) Terdapat dokumen tertentu yang digunakan dalam hal impor atau ekspor
BKP berwujud.
Kelompok Faktur Pajak
1) Faktur Pajak: Faktur Pajak yang dapat digunakan sebagai bukti pungutan
pajak sebagai sarana untuk mengkreditkan Pajak Masukan.
2) Faktur Pajak Gabungan: Faktur Pajak yang meliputi seluruh penyerahan
BKP atau penyerahan JKP yang terjadi selama satu bulan kalender kepada
pembeli yang sama atau penerima JKP yang sama.
3) Faktur Pajak Khusus

4. Tarif Pajak dan Cara Menghitung PPN dan PPnBM


PPN dan PPnBM yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif
Pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak
Tarif PPN dan PPnBM
1. Tarif PPN adalah 10%, per 1 April 2022 menjadi 11% dan paling
lambat per 1 Januari 2025 diberlakukan tarif 12%
2. Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% dan paling tinggi 200%
3. Tarif PPN dan PPnBM atas ekpor BKP/JKP adalah 0%

PPN yang terutang = Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak

128 | Modul Menyiapkan SPT


Contoh Cara Menghitung PPN dan PPnBM
a. Pengusaha Kena Pajak A menjual tunai Barang Kena Pajak dengan
Harga Jual Rp25.000.000,00.
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% x Rp25.000.000,00 =
Rp2.500.000,00

Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan


Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak A.

b. Pengusaha Kena Pajak B melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak


dengan memperoleh Penggantian Rp20.000.000,00.
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% x Rp20.000.000,00 =
Rp2.000.000,00.

Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan


Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak B.

c. Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean


dengan Nilai Impor Rp15.000.000,00.
Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai = 10% x Rp15.000.000,00 = Rp1.500.000,00.

d. Pengusaha Kena Pajak D melakukan ekspor Barang Kena Pajak dengan


Nilai Ekspor Rp10.000.000,00.
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 0% x Rp10.000.000,00 =
Rp0,00.

Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp0,00 tersebut merupakan Pajak


Keluaran.

Saat terutangnya PPN

Modul Menyiapkan SPT | 129


Pemungutan PPN pada dasarnya menganut prinsip akrual, dimana
terutangnya pajak terjadi pada saat penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
atau pada saat penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) atau pada saat impor
BKP, meskipun atas penyerahan tersebut belum diterima pembayarannya.
Apabila pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP atau JKP, maka
terutangnya pajak terjadi pada saat penerimaan pembayaran.
Secara lebih rinci saat terutangnya pajak sebagai berikut :
1. Terutangnya pajak atas penyerahan BKP berwujud yang merupakan
barang bergerak terjadi pada saat BKP diserahkan secara langsung
kepada pembeli atau pihak ketiga, atau kepada juru kirim atau
pengusaha jasa angkutan.
2. Terutangnya pajak atas penyerahan BKP berwujud yang merupakan
barang tidak bergerak terjadi pada saat penyerahan hak untuk
menggunakan atau menguasai BKP tersebut kepada pembeli.
3. Terutangnya pajak atas penyerahan BKP tidak berwujud, pada saat yang
terjadi lebih dahulu dari peristiwa-peristiwa di bawah ini :
a. saat harga penyerahan BKP tidak berwujud dinyatakan sebagai
piutang oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).
b. saat harga penyerahan BKP tidak berwujud ditagih oleh PKP.
c. saat harga penyerahan BKP tidak berwujud diterima pembayarannya,
baik sebagian atau seluruhnya oleh PKP.
d. saat ditandatanganinya kontrak atau perjanjian oleh Pengusaha Kena
Pajak dalam hal saat-saat sebagaimana dimaksud dalam huruf a
sampai huruf c tidak diketahui.
4. Terutangnya pajak atas penyerahan JKP, terjadi pada saat mulai
tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik
sebagian atau seluruhnya.
5. Terutangnya pajak atas impor BKP, terjadi pada saat BKP tersebut
dimasukkan ke dalam Daerah Pabean.
6. Terutangnya pajak atas ekspor BKP, terjadi pada saat BKP tersebut
dikeluarkan dari Daerah Pabean.

130 | Modul Menyiapkan SPT


7. Terutangnya pajak atas aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan dan atas persediaan BKP, yang masih tersisa pada
saat pembubaran perusahaan, terjadi pada:
a. saat ditandatanganinya akte pembubaran; atau
b. saat diketahuinya bahwa perusahaan nyata-nyata sudah tidak
melakukan kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan
hasil pemeriksaan; atau
c. saat diketahuinya bahwa perusahaan telah bubar berdasarkan data
atau dokumen yang ada.
8. Terutangnya pajak atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP
dari luar Daerah Pabean adalah saat orang pribadi atau badan
tersebut mulai memanfaatkan BKP tidak berwujud atau JKP di dalam
Daerah Pabean.
Dengan mengetahui saat terutangnya pajak maka bagian Pembukuan
dapat melakukan pencatatan dengan benar sesuai waktu terjadinya

Faktur Pajak

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau
penyerahan Jasa Kena Pajak, atau bukti pungutan pajak karena impor
Barang Kena Pajak yang digunakan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Faktur Pajak yang dibuat oleh PKP dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bentuk dan ukuran Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan PKP.
b. Menggunakan Kode Faktur Pajak yang diberikan oleh Kepala KPP
kepada Wajib Pajak yang telah dikukuhkan sebagai PKP.
c. Faktur Pajak paling sedikit harus memuat :
1. Nama, alamat, NPWP, yang menyerahkan BKP atau JKP;
2. Nama, alamat, NPWP pembeli BKP atau penerima JKP;
3. Jenis Barang atau Jasa, Jumlah Harga Jual atau Penggantian dan
Potongan Harga;
4. PPN yang dipungut;

Modul Menyiapkan SPT | 131


5. PPnBM yang dipungut;
6. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak;
7. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
d. Faktur Pajak paling sedikit dibuat rangkap dua yaitu :
- Lembar ke-1 : Untuk Pembeli BKP atau Penerima JKP sebagai bukti
Pajak Masukan.
- Lembar ke-2 : Untuk PKP yang menerbitkan Faktur Pajak sebagai bukti
Pajak Keluaran.
Dalam hal Faktur Pajak dibuat lebih dari rangkap dua , maka harus
dinyatakan secara jelas penggunaannya dalam lembar Faktur Pajak
yang bersangkutan.
e. Dalam hal rincian BKP atau JKP yang diserahkan tidak dapat ditampung
dalam satu Faktur Pajak, maka PKP dapat membuat lebih dari satu
Faktur Pajak yang masing-masing diisi secara lengkap.
f. Faktur Penjualan yang memuat keterangan dan yang pengisiannya
sesuai dengan ketentuan pada huruf c di atas dapat dipersamakan
sebagai Faktur Pajak.
g. Faktur Pajak yang cacat, atau rusak, atau salah dalam pengisian, atau
penulisan, atau yang hilang, PKP yang menerbitkan Faktur Pajak
tersebut dapat membuat Faktur Pajak Pengganti.

Contoh pengisian Faktur Pajak dapat dilihat pada gambar berikut ini :

132 | Modul Menyiapkan SPT


Lembar ke-1: Untuk Pembeli BKP atau Penerima
JKP sebagai bukti Pajak Masukan.

FAKTUR PAJAK STANDAR

030.000
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : -12.00002068
Pengusaha Kena Pajak
Nama : PT. NUSANTARA
Alamat : Jl. Bahagia 892 Ciputat, Tangerang Selatan
NPWP : 04.003.099.0.641.000
Tanggal Pengukuhan PKP : 2 Desember 2006

Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak


Nama : PT SAMUDERA KENCANA
Alamat : Jl. Alam Asri C2/15 Pamulang Timur, Kota Tangerang Selatan
NPWP : 04.003.096.0.641.000
No. Nama Barang Kena Pajak/ Harga Jual/Penggantian/Uang
Urut Jasa Kena Pajak Muka/Termijn
(Rp)

1 1 unit Laptop Lenovo L421 5,000,000

Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termijn *) 5,000,000


Dikurangi Potongan Harga
Dikurangi Uang Muka yang telah diterima
Dasar Pengenaan Pajak 5,000,000
PPN= 10% x Dasar Pengenaan Pajak 500,000

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah


Tarif DPP PPn BM
…….. % Rp. ……………… Rp. ……………… Jakarta, 1 Desember 2012
…….. % Rp. ……………… Rp. ………………

Andika
…….. % Rp. ……………… Rp. ………………
…….. % Rp. ……………… Rp. ………………
Jumlah Rp. ………………
Andika
Direktur
*) Coret yang tidak perlu

Gambar 32. Contoh Pengisian Faktur Pajak


Sumber: Dok. Pribadi

Dokumen Tertentu yang Ditetapkan Sebagai Faktur Pajak


Dokumen tertentu dapat diperlakukan sebagai Faktur Pajak sehingga
dapat dikreditkan sebagai pajak Masukan, memuat sekurang-kurangnya :
1. Identitas yang berwenang menerbitkan dokumen;
2. Nama dan alamat penerima dokumen;

Modul Menyiapkan SPT | 133


3. NPWP dalam hal penerima dokumen adalah sebagai Wajib Pajak
dalam negeri;
4. Jumlah satuan barang apabila ada;
5. Dasar Pengenaan Pajak;
6. Jumlah Pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor

Dokumen-dokumen tersebut meliputi :


1. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang dilampiri Surat Setoran Pajak
(SSP) dan bukti pungutan pajak oleh Direktorat Bea dan Cukai untuk
impor BKP;
2. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah difiat muat dan
dilampiri invoice;
3. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dikeluarkan
Bulog/Dolog untuk penyaluran tepung terigu;
4. Faktur Nota Bon Penyerahan (FNBP) yang dikeluarkan Pertamina
untuk penyerahan BBM dan bukan BBM
5. Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa
telekomunikasi
6. Tiket, Tagihan Surat Muat Udara (Airway Bill) atau Delivery Bill yang
dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri
7. Surat Setoran Pajak (SSP) untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan
BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean
8. Nota Penjualan Jasa yang dibuat untuk penyerahan jasa kepelabuhan.
9. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik

Saat Pembuatan Faktur Pajak


Sesuai pasal 13 ayat 1A, Faktur Pajak harus dibuat paling lambat:
• Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
Pajak;
• Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran
terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP;

134 | Modul Menyiapkan SPT


• Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan;
• Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

Faktur Pajak Gabungan yang merupakan Faktur Pajak harus dibuat paling
lambat pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP dan
atau JKP.

Modul Menyiapkan SPT | 135


Penghitungan PPN
1. Pedagang Eceran yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto; dapat menggunakan Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan untuk
menghitung besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan cara
sebagai berikut :
▪ Pajak Keluaran (PK) = Nilai Peredaran Bruto dan atau Penerimaan Bruto
yang terutang PPN pada masa pajak yang bersangkutan (tidak termasuk
PPN) x Tarif PPN 10%
▪ Pajak Masukan (PM) yang dapat dikreditkan adalah :
 untuk penyerahan BKP oleh Pedagang Eceran dengan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto adalah 80% x Pajak Keluaran.
 Untuk penyerahan BKP oleh PKP selain Pedagang Eceran adalah 70%
x Pajak Keluaran
 Untuk penyerahan JKP adalah 40% x Pajak Keluaran
Contoh :
Nilai Peredaran Bruto BKP masa Juli 2012 (tidak termasuk PPN) sebesar
Rp 40.000.000,00
PK 10% x Rp 40.000.000 = Rp 4.000.000,00
PM yang dapat dikreditkan 80% x Rp 4.000.000 = Rp 3.200.000,00
PPN yang terhutang = Rp 800.000,00
PKP wajib membuat catatan nilai peredaran bruto dan atau penerimaan
bruto yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak
2. Pedagang Eceran selain yang menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto wajib menggunakan mekanisme pengkreditan Pajak
Masukan terhadap Pajak Keluaran Undang-undang PPN.

Tata Cara Pelaporan SPT Masa PPN


a. SPT Masa PPN Formulir 1111
SPT ini terdiri dari 7 bagian yaitu:
1) Formulir induk: yang memuat jumlah penyerahan barang dan jasa,
penghitungan PPN kurang bayar dan lebih bayar, PPN terutang atas

136 | Modul Menyiapkan SPT


kegiatan membangun sendiri, pembayaran kembali pajak masukan
bagi PKP gagal berproduksi, pajak penjualan atas barang mewah,
kelengkapan SPT dan pernyataan.
2) Formulir 1111 AB: Rekapitulasi penyerahan dan perolehan
3) Formulir 1111 A1: Daftar ekspor BKP berwujud, BKP tidak
berwwujud, dan/atau JKP.
4) Formulir 1111 A2: Daftar pajak keluaran atas penyerahan dalam
negeri dengan faktur pajak.
5) Formulir 1111 B1: Daftar pajak masukan yang dapat dikreditkan atas
impor BKP dan pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah
pabean.
6) Formulir 1111 B2: Daftar pajak masukan yang dapat dikreditkan atas
perolehan BKP/JKP dalam negeri.
7) Formulir 1111 B3: Daftar pajak masukan yang tidak dapat
dikreditkan atau yang mendapat fasilitas.

b. SPT Masa PPn Formulir 1111 DM


Formulir SPT Masa PPN 1111 DM adalah formulir yang digunakan
untuk melaporkan objek PPN dan PPN terutang atas Penyerahan
Barang dan atau Jasa oleh :
1) PKP yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan
Pajak Masukan (omzet tidak lebih dari Rp.1.800.000.000,- dalam
satu tahun pajak).
2) PKP Pedagang Eceran Emas
3) PKP Pedagang Eceran Sepeda Motor Bekas
SPT ini terdiri dari 3 bagian yaitu:
1) Formulir induk: Daftar yang memuat jumlah penyerahan barang dan
jasa, penghitungan PPN kurang bayar dan lebih bayar, PPN
terutang atas kegiatan membangun sendiri, pajak penjualan atas
barang mewah, kelengkapan SPT dan pernyataan.

Modul Menyiapkan SPT | 137


2) Formulir 1111 A DM: Daftar Pajak Keluaran atas penyerahan dalam
negeri dengan Faktur.
3) Formulir 1111 R DM : Daftar pengembalian BKP dan JKP oleh PKP
yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak
Masukan.

c. Formulir SPT Masa PPN 1107 PUT adalah formulir yang digunakan
untuk melaporkan objek PPN dan PPN terutang atas Pengadaan
Barang dan atau Jasa yang dilakukan oleh Pemungut PPN antara lain
oleh :
1) Bendahara Pemerintah (Bendahara Pengeluaran)
2) Bendahara Bos
3) Bendahara Lain yang melakukan pemungutan PPN
4) Badan Lain yang ditunjuk sebagai pemungut PPN
Formulir SPT Masa PPN Put terdiri dari :
1) Formulir 1107 PUT (Induk SPT Masa PPN 1107 Put)
2) Formulir 1107 PUT 1 (Lampiran 1 – Daftar PPN dan PPn BM Yang
Dipungut Oleh Bendaharawan Pemerintah)
3) Formulir 1107 PUT 2 (Lampiran 2 – Daftar PPN dan PPn BM Yang
Dipungut Oleh selain Bendaharawan Pemerintah)

Cara pengisian SPT masa PPN

Cara Pengsian SPT masa PPN dan PPN BM sebagai berikut:

1) Isi data pada formulir induk berupa isian nama PKP, Masa, NPWP, dan
pembetulan ke-,
2) Isilah dari lampiran-lampiran terlebih dahulu (dimulai dari formulir 1111
B3, B2, B1, 111 A2, A1, AB, kemudian Induk.

Saat Pelaporan PPN/PPnBM

138 | Modul Menyiapkan SPT


1. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan
dalam SPT Masa dan disampaikan kepada KPP setempat paling lama
akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
2. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP
yang telah dilunasi segera dilaporkan ke KPP yang menerbitkan.
3. PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh :
a. Bendaharawan Pemerintah, harus dilaporkan paling lambat 14 hari
setelah masa pajak berakhir
b. Pemungut PPN selain Bendaharawan Pemerintah, harus dilaporkan
paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.
c. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memungut PPN/PPnBM atas
Impor, harus dilaporkan secara mingguan selambat-lambatnya 7 hari
setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir.
4. PPN dari penyerahan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN dan
PPnBM dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa
dan disampaikan ke KPP setempat paling lambat 20 hari setelah masa
pajak berakhir.
Apabila tanggal jatuh tempo pelaporan jatuh pada hari libur, maka
pelaporan harus dilaksanakan pada hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo.

Modul Menyiapkan SPT | 139


Evaluasi Teori
Jawablah pertanyaan/pernyataan di bawah ini dengan cara memilih
pilihan jawaban yang tepat dan menuliskan huruf a/b/c/d yang sesuai
dengan pilihan tersebut.
1. Biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto,
setinggi-tingginya sebesar …
A. Rp 300.000,00 sebulan
B. Rp 400.000,00 sebulan
C. Rp 500.000,00 sebulan
D. Rp 600.000,00 sebulan
2. Pada tahun 2023 Tuan Roli memiliki seorang istri yang tidak bekerja,
2 orang anak kandung dan 1 keponakan yang menjadi
tanggungannya. Maka besarnya PTKP Tuan Samsul adalah ...
A. Rp58.500.000,00
B. Rp63.000.000,00
C. Rp67.500.000,00
D. Rp72.000.000,00
3. Jika penghasilan kena pajak tahun 2023 Tuan Andi (TK/-) sebesar
Rp 50.000.000,00, maka PPh terutang pada tahun 2023 adalah …
A. Tidak kena pajak
B. Rp700.000,00
C. Rp2.370.000,00
D. Rp2.500.000,00
4. Pada tahun 2023 Tuan Roli memiliki seorang istri punya usaha salon
yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami, 2 orang

140 | Modul Menyiapkan SPT


anak kandung dan 1 keponakan yang menjadi tanggungannya.
Maka besarnya PTKP Tuan Samsul adalah ...
A. Rp67.500.000,00
B. Rp72.000.000,00
C. Rp121.500.000,00
D. Rp125.000.000,00
5. Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa
pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan,
merupakan …
A. PPh Pasal 4(2)
B. PPh Pasal 21
C. PPh Pasal 22
D. PPh Pasal 23
6. Berikut ini yang bukan Objek PPh pasal 21 adalah …
A. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik
berupa Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur
B. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun
secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
C. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
D. Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas,
berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah
borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;

7. PTKP tahun 2023 untuk wajib pajak dengan status (K/1) adalah …
A. Rp54.000.000,00
B. Rp58.500.000,00
C. Rp63.000.000,00
D. Rp67.500.000,00

Modul Menyiapkan SPT | 141


8. Tuan Marvel (ber-NPWP) pada tahun 2023 memperoleh
penghasilan kena pajak selama setahun sebesar Rp 160.000.000,00
dengan status (K/0), berapakah PPh Pasal 21 terutang selama
setahun ? …
A. Rp8.000.000,00
B. Rp18.000.000,00
C. Rp19.000.000,00
D. Rp24.000.000,00
9. DPP untuk menghitung PPh pasal 21 atas gaji karyawan adalah ..
A. Penghaslian bruto
B. Penghasilan Bruto dikurangi Biaya jabatan, Iuran Pensiun dan
PTKP
C. Penghasilan Bruto dikurangi PTKP
D. Penghasilan Bruto dikurangi Biaya Pensiun dan PTKP
10. Tuan Andaman (ber-NPWP) pada tahun 2023 mempunyai
penghasilan neto setahun sebesar Rp 60.000.000,00 dengan status
(K/3), berapakah PPh Pasal 21 terutang selama setahun …
A. Tidak kena pajak
B. Rp300.000,00
C. Rp3.000.000,00
D. Rp4.500.000,00
11. Biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto,
setinggi-tingginya sebesar …
A. Rp 300.000,00 sebulan
B. Rp 400.000,00 sebulan
C. Rp 500.000,00 sebulan
D. Rp 600.000,00 sebulan
12. Pada tahun 2023 Tuan Roli memiliki seorang istri yang tidak bekerja,
2 orang anak kandung dan 1 keponakan yang menjadi
tanggungannya. Maka besarnya PTKP Tuan Samsul adalah ...

142 | Modul Menyiapkan SPT


A. Rp58.500.000,00
B. Rp63.000.000,00
C. Rp67.500.000,00
D. Rp72.000.000,00
13. Jika penghasilan kena pajak tahun 2023 Tuan Andi (TK/-) sebesar
Rp 50.000.000,00, maka PPh terutang pada tahun 2023 adalah …
A. Tidak kena pajak
B. Rp700.000,00
C. Rp2.370.000,00
D. Rp2.500.000,00
14. Pada tahun 2023 Tuan Roli memiliki seorang istri punya usaha salon
yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami, 2 orang
anak kandung dan 1 keponakan yang menjadi tanggungannya.
Maka besarnya PTKP Tuan Samsul adalah …
A. Rp67.500.000,00
B. Rp72.000.000,00
C. Rp121.500.000,00
D. Rp125.000.000,00
15. Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa
pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan,
merupakan …
A. PPh Pasal 4(2)
B. PPh Pasal 21
C. PPh Pasal 22
D. PPh Pasal 23
16. Berikut ini yang bukan Objek PPh pasal 21 adalah …
A. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik
berupa Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur

Modul Menyiapkan SPT | 143


B. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun
secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
C. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
D. Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas,
berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah
borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;
17. Perbedaan beban penyusutan menurut akuntansi dan pajak
disebabkan perbedaan dalam ...
A. Metode, besaran nilai residu, masa manfaat
B. Metode, besaran nilai residu, harga perolehan
C. Metode, harga perolehan, masa manfaat
D. Harga perolehan, besaran nilai residu, masa manfaat
18. Jika menurut Laporan keuangan komersial beban penyusutan Rp
3.000.000,00 sedangkan menurut Laporan keuangan fiskal Rp
3.500.000,00 maka ...
A. Perlu dilakukan koreksi fiskal negatif sebesar Rp 500.000,00
B. Perlu dilakukan koreksi fiskal positif Rp 500.000,00
C. Perlu dilakukan koreksi fiskal negatif sebesar Rp 3.500.00
D. Perlu dilakukan koreksi fiskal positif Rp 3.500.000,00
19. Laporan Keuangan Komersial PT ABC pada tahun 2022
menunjukkan penghasilan Rp 60 milyar, beban Rp 52 milyar dan
Penghasilan kena Pajak Rp 10 milyar. Maka PPh terutang pada PT.
ABC tahun 2022 adalah ...
A. Rp 2,5 milyar
B. Rp 1,25 milyar
C. Rp 1 milyar
D. Rp 520 juta
20. Pada tahun 2022 PT. XYZ memiliki pendapatan sebesar Rp.
4.500.000.000,00 dan beban sebesar Rp 3.500.000.000,00. PT XYZ

144 | Modul Menyiapkan SPT


menggunakan PP 46 tahun 2013 sebagai perhitungan pajaknya,
maka besarnya PPh yang terutang pada tahun 2022 adalah ...
A. Rp 10.000.000,00
B. 45.000.000,00
C. Rp125.000.000,00
D. Rp250.000.000,00
21. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Badan menggunakan formulir …
A. 1111
B. 1107
C. 1770
D. 1771
22. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan
atas:
A. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
B. impor Barang Kena Pajak Berwujud
C. penjualan barang kena pajak berwujud
D. pembelian barang kena pajak berwujud
23. PKP “DEF” sebagai pabrika menyerahkan barang hasil produksinya
dengan harga Rp30.000.000,00. Barang tersebut merupakan BKP
yang tergolong mewah dengan tarif PPnBM sebesar 40%. Harga jual
setelah PPN dan PPn BM adalah …
A. Rp33.000.000,00
B. Rp42.000.000,00
C. Rp45.000.000,00
D. Rp46.200.000,00
24. PKP “XRS” membeli barang dagangan seharga Rp 10.000.000,00
(harga termasuk PPN). Maka pencatatan transaksi atas transaksi ini
adalah …
A. Persediaan Rp 9.090.909,00 (Debit)

PPN Rp 909.091,00 (Debit)

Modul Menyiapkan SPT | 145


Utang dagang Rp 10.000.000,00 (Kredit)

B. Persediaan Rp 10.000.000,00 (Debit)

Utang dagang Rp 10.000.000,00 (Kredit)

C. Persediaan Rp 10.000.000,00 (Debit)

PPN Rp 1.000.000,00 (Debit)

Utang dagang Rp 11.000.000,00 (Kredit)

D. Persediaan Rp 11.000.000,00 (Debit)

Utang dagang Rp 11.000.000,00 (Kredit)

25. Membeli 100 zak semen sebagai bahan baku pembuatan genteng
dari PT. Cakra dengan harga per zak Rp.70.000,00, berapakah PPN
yang harus dipungut PT. Cakra ? …
A. Rp70.000,00
B. Rp7.000,00
C. Rp700.000,00
D. Tidak kena pajak
26. Formulir yang digunakan untuk melaporkan PPN tahun 2021 adalah
....
A. 1111
B. 1770
C. 1771
D. 1107

146 | Modul Menyiapkan SPT


E. KETERAMPILAN DAN SIKAP KERJA

1. Lembar Instruksi Kerja (LIK)_1


a. Informasi Umum
Unit Kompetensi : Menyiapkan Surat Pemberitahuan
Kode Unit : M.692000.019.02
Nama LIK :
No. LIK : Bagian 1
Waktu :
Petunjuk:
1) Baca dan pelajari setiap langkah/instruksi kerja dibawah ini
dengan cermat sebelum melaksanakan praktik.
2) Laksanakan pekerjaan sesuai dengan urutan proses yang
sudah ditetapkan.
3) Seluruh proses kerja mengacu kepada SOP/WI/IK yang
dipersyaratkan.
4) Waktu pengerjaan seluruh skenario: 1menit
5) Kerjakan setiap
b. Soal Praktik
Skenario 1

Nama : ……………………..….

Instansi : ……………………..….

Kelompok : ……………………..….

Modul Menyiapkan SPT | 147


Lembar Kerja 1b
Mengisi SPT PPh Pasal 21
Diskusikan dalam kelompok berkaitan dengan topik Penghitungan dan
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dengan langkah-langkah
sebagai berikut :

1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok


2. Masing-masing kelompok mendiskusikan untuk membuat contoh kasus
perhitungan PPh pasal 21 berikut pengisian bukti pemotongannya :

Kelompok Kasus yang dibuat


1 Penghitungan PPh pasal 21 atas:
a. Penghasilan Teratur yang diterima oleh Pegawai Tetap;
b. Penghasilan Tidak Teratur yang diterima oleh Pegawai Tetap
Masing-masing dibuat bukti pemotongannya (form 1721-A1)
2 Penghitungan PPh pasal 21 atas:
a. Upah yang Diterima oleh Tenaga Harian Lepas di atas Rp.
450.000/hari tetapi tidak lebih dari Rp. 4.500.000/bulan;
b. Upah yang Diterima oleh Tenaga Harian Lepas tidak lebih dari Rp.
450.000/hari namun lebih dari Rp. 4.500.000/bulan
Masing-masing dibuatkan bukti pemotongannya
3 Penghitungan PPh pasal 21 atas:
a. Honorarium yang diterima PNS golongan II yang dananya
bersumber dari APBN/ APBD, dan non APBN/ APBD
b. Honorarium yang diterima PNS golongan III yang dananya
bersumber dari APBN/ APBD, dan non APBN/ APBD
c. Honorarium yang diterima PNS golongan IV yang dananya
bersumber dari APBN/ APBD, dan non APBN/ APBD
Masing-masing dibuatkan bukti pemotongannya
4 Penghitungan PPh pasal 21 atas:

148 | Modul Menyiapkan SPT


a. Uang Pensiun Bulanan yang diterima pensiunan;
b. Penarikan dana pada Dana Pensiun oleh Pensiunan
Masing-masing dibuatkan bukti pemotongannya
5 Penghitungan PPh pasal 21 atas :
a. Honorarium dan Pembayaran Lain yang diterima oleh Tenaga Ahli
(Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris, Penilai,
dan Aktuaris) sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa
dan kegiatan:
b. Honorarium yang diterima oleh Pegawai Tidak Tetap, Pemagang,
Calon Pegawai;
c. Honorarium dan pembayaran lain yang diterima oleh Tenaga Lepas
(Seniman, Olahragawan, Penceramah, Pemberi Jasa, Pengelola
Proyek, Peserta Perlombaan, PDL Asuransi, dll)
Masing-masing dibuatkan bukti pemotongannya

3. Dalam ilustrasi kasus harap disertakan tanggal pemotongan dan


identitas pemotong dan yang dipotong PPh pasal 21 minimal
meliputi nama, NPWP, dan alamat

Setelah menyelesaikan tugas 2.1., tiap kelompok melanjutkan dengan


mengisi SPT PPh pasal 21 sesuai dengan kasus dibahas pada tugas 2.1
dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Peserta masih dalam kelompok yang sama dengan pengelompokan


pada tugas 2.1.
2. Masing-masing kelompok mengisi SPT PPh Pasal 21 masa
berdasarkan bukti pemotongannya yang telah dibuat pada tugas 2.1.
3. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
4. Kelompok lain menanggapi presentasi kelompok penyaji dengan
mengajukan pertanyaan, tanggapan maupun sanggahan
5. Fasilitator memberikan penguatan terhadap hasil presentasi kelompok

Modul Menyiapkan SPT | 149


Langkah:
a. Memberikan saran tindak lanjut sesuai hasil rekomendasi.

Skenario 2
Langkah:
Diskusikan dalam kelompok berkaitan dengan topik
Penghitungan dan Pengisian SPT PPh Orang Pribadi dengan
langkah-langkah sebagai berikut :

1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok


2. Masing-masing kelompok mendiskusikan untuk membuat
contoh kasus Penghitungan dan Pengisian SPT PPh
Orang Pribadi mengacu kepada bukti pemotongan yang
telah dibuat pada tugas 1
3. Silakan boleh menambahkan penghasilan lainnya di luar
penghasilan yang telah dibuat bukti pemotongan pada poin
2
4. Buatlah perhitungan PPh Orang Pribadi atas transaksi poin
2 dan 3
5. Pilihlah SPT PPh Orang Pribadi yang sesuai dengan
transaksi yang saudara buat
6. Isilah SPT PPh Orang Pribadi tersebut dengan benar dan
lengkap
7. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
8. Kelompok lain menanggapi presentasi kelompok penyaji
dengan mengajukan pertanyaan, tanggapan maupun
sanggahan
9. Fasilitator memberikan penguatan terhadap hasil
presentasi kelompok
Skenario 3
Langkah:

150 | Modul Menyiapkan SPT


Setelah menyelesaikan tugas 2.2., masih dalam kelompok yang sama.
Setiap kelompok melanjutkan diskusi kelompok dengan membuat kasus
dari pemotong pajak yang sama, kasus yang dibuat adalah membuat
transaksi penjualan, pembelian, retur penjualan dan retur pembelian
dalam satu masa pajak (satu bulan). Ketentuan dalam pembuatan kasus
minimal harus mencantumkan 1 transaksi berikut :
a. Transaksi pembelian barang kena pajak tanpa potongan pembelian
b. Transaksi pembelian barang kena pajak dengan potongan
pembelian
c. Transaksi pembelian barang tidak kena pajak
d. Transaksi retur pembelian
e. Transaksi penjualan barang kena pajak tanpa potongan penjualan
f. Transaksi penjualan barang kena pajak dengan potongan
penjualan
g. Transaksi penjualan barang tidak kena pajak
h. Transaksi retur penjualan
Berdasarkan transaksi di atas buat rekapitulasi PPN Masukan dan PPN
Keluaran, hitung PPN kurang/lebih bayar, isi SSP (jika ada kurang
bayar) dan isi SPT Masa PPN

1. Setelah selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya


2. Kelompok lain menanggapi presentasi kelompok penyaji dengan
mengajukan pertanyaan, tanggapan maupun sanggahan
3. Fasilitator memberikan penguatan terhadap hasil presentasi
kelompok

Skenario 4
Langkah:
Diskusikan dalam kelompok berkaitan dengan topik
Penghitungan dan Pengisian SPT PPh Badan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :

Modul Menyiapkan SPT | 151


1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok (sesuai kelompok pada
tugas 3.1.)
2. Masing-masing kelompok mendiskusikan untuk membuat
contoh kasus Penghitungan dan Pengisian SPT PPh Badan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. membuat laporan keuangan berdasarkan transaksi pada
yang ada pada kasus 3.1.
b. berdasarkan laporan keuangan tersebut, lalu buatlah
koreksi fiskal
c. menghitung PPh badan terutang
d. mengisi SPT PPh badan
3. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
4. Kelompok lain menanggapi presentasi kelompok penyaji
dengan mengajukan pertanyaan, tanggapan maupun
sanggahan
5. Fasilitator memberikan penguatan terhadap hasil presentasi
kelompok

152 | Modul Menyiapkan SPT


2) Bahan Praktik
No. Nama Barang Spesifikasi Jumlah
1 Format BuktiSesuai peraturan sesuai dengan
Pemotongan/Pemungutan perpajakan yang berlaku, jumlah transaksi
sesuai dengan jumlah yang dibuat
transaksi yang dibuat
2 Format SPT 1721/ 1721S/ Sesuai peraturan 1
1721SS perpajakan yang berlaku
3 Format SPT 1770 Sesuai peraturan 1
perpajakan yang berlaku
4 Format SPT 1771 Sesuai peraturan 1
perpajakan yang berlaku
5 Format SPT 1111 Sesuai peraturan 1
perpajakan yang berlaku
6 Format SSP Sesuai peraturan 1
perpajakan yang berlaku
7 Format Faktur Pajak Sesuai peraturan sesuai dengan
perpajakan yang berlaku jumlah transaksi
yang dibuat

3) Peralatan Praktik
a) Komputer
b) Jaringan internet
c) ATK

c. Penilaian Praktik
1) Lembar Cek Observasi
ACUAN PENILAIAN
PROSEDUR/LANGKAH KERJA
PEMBANDING K BK
A. Menyiapkan dokumen transaksi pemungutan dan pemotongan Pajak
Penghasilan (PPh)

Modul Menyiapkan SPT | 153


1. Subjek dan objek pemungutan dan SKKNI 182/2013
pemotongan PPh diidentifikasi
2. Transaksi pemungutan dan pemotongan SKKNI 182/2013
disajikan dalam formulir pajak yang
sesuai
3. Dokumen pemungutan dan pemotongan SKKNI 182/2013
diotorisasi oleh yang berwenang
B. Menyiapkan SPT Masa Pajak Penghasilan pasal 21

1. Pemotongan dan pemungutan PPh SKKNI 182/2013


Pasal 21 yang belum atau telah
dilaporkan diidentifikasi dan dilakukan
perhitungan kembali disiapkan
2. SPT Masa PPh Pasal 21 disajikan SKKNI 182/2013
sesuai peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku
3. Surat setoran pajak diisi dan dibayar SKKNI 182/2013
tepat waktu
4. SPT Masa PPh Pasal 21 disampaikan SKKNI 182/2013
tepat waktu

5. Dokumen dan SPT Masa PPh Pasal 21 SKKNI 182/2013


diarsip

C. Menyiapkan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi

1. Laporan peredaran bruto atau laporan SKKNI 182/2013


keuangan disiapkan

2. Bukti penghasilan dari modal dan SKKNI 182/2013


penghasilan lain diidentifikasi

3. Bukti pemotongan PPh diidentifikasi SKKNI 182/2013

4. Pajak penghasilan yang kurang bayar SKKNI 182/2013


disetor tepat waktu

5. SPT Tahunan PPh disajikan dan SKKNI 182/2013


disampaikan tepat waktu

D. Menyiapkan SPT Tahunan PPh Orang Badan

154 | Modul Menyiapkan SPT


1. Laporan keuangan disiapkan SKKNI 182/2013

2. Penjelasan atas laporan keuangan SKKNI 182/2013


sebagai dasar penyesuaian fiskal
didentifikasi

3. Bukti pemotongan PPh diidentifikasi SKKNI 182/2013

4. Pajak penghasilan yang kurang bayar SKKNI 182/2013


disetor tepat waktu

5. SPT Tahunan PPh disajikan dan SKKNI 182/2013


disampaikan tepat waktu

E. Menyiapkan SPT Masa PPN


1. Dokumen sumber yang valid disiapkan SKKNI 182/2013

2. SPT Masa PPN dan PPn-BM baik SKKNI 182/2013


mekanisme umum maupun
mekanisme khusus disajikan sesuai
dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku
3. Surat setoran diisi dan dibayar tepat SKKNI 182/2013
waktu
4. SPT Masa disampaikan tepat waktu SKKNI 182/2013

2) Lembar Cek Hasil


STANDAR CEKLIS
No. ASPEK YANG DINILAI
KEBERTERIMAAN K BK
1. Orisinalitas dan rasionalitas Transaksi orisinal dan
transaksi yang dibuat rasional

2. Kebenaran dalam
mengidentifikasi peraturan perpajakan
penghitugan pemungutan yang berlaku
dan pemotongan PPh

Modul Menyiapkan SPT | 155


3. Kebenaran dalam
menyiapkan dan menyajikan
peraturan perpajakan
bukti pemotongan dan daftar
yang berlaku
rekapitulasi pemotongan dan
pemungutan PPh

4. Kebenaran dalam penyajian


SPT Masa dan Tahunan
peraturan perpajakan
pajak penghasilan dan SPT
yang berlaku
masa PPN dan PPN-BM
tepat waktu

5. Ketepatan mengarsipkan SPT,


lampiran-lampiran dan Rapi dan lengkap
dokumen pendukungnya

156 | Modul Menyiapkan SPT


F. LAMPIRAN

1. Kamus Istilah

Kredit pajak untuk Pajak : Pajak yang dibayar sendiri oleh wajib pajak ditambah
Penghasilan dengan pokok pajak yang terutang dalam surat
tagihan pajak karena pajak penghasilan dalam tahun
berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan
pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah dengan
pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di
luar negeri dikurangi dengan pengembalian
pedahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan dari
pajak yang terutang
Nomor Pokok Wajib Pajak : Nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.
Pajak yang terutang : pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam
masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian
tahun pajak menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Surat Pemberitahuan : surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan atau pembayaran
pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan
atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Surat Pemberitahuan Masa : Surat Pemberitahuan untuk suatu masa pajak.
Surat Pemberitahuan : surat pemberitahuan untuk masa tahun pajak atau
Tahunan bagian tahun pajak.
Surat Setor Pajak : Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke kas Negara melalui Kantor Pos atau bank
badan usaha milik Negara atau bank usaha milik
Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan.

Modul Menyiapkan SPT | 157


Wajib pajak : Orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak
tertentu.

2. Referensi
Direktorat Jenderal Pajak, 2021, Susunan Dalam Satu Naskah Undang-
Undang Perpajakan Edisi Perubahan UU Nomor 7 Tahun 2021-
Harmonisasi Peraturan Perpajakan, DJP Jakarta
https://news.ddtc.co.id/perbedaan-pemotongan-dan-pemungutan-pajak-
15784 diakses tanggal 02/05/2020 pukul 07.30

Ikatan Akuntan Indonesia, 2015, Modul Pelatihan Brevet AB Terpadu, IAI


Jakarta
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 182 Tahun 2013 tentang Penetapan Rancangan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Jasa Profesional,
Ilmiah, dan Teknis Golongan Pokok Jasa Hukum dan Akuntansi
Golongan Jasa Akuntansi, Pembukuan dan Pemeriksa; Konsultasi
Pajak Sub Golongan Jasa Akuntansi, Pembukuan dan Pemeriksa;
Konsultasi Pajak Kelompok Usaha Teknisi Akuntansi Menjadi
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 347 tahun 2014 tentang penetapan standar kompetensi
kerja nasional Indonesia kategori jasa profesional, ilmiah dan
teknis golongan pokok perpajakan bidang teknis pelaksanaan hak
dan kewajiban perpajakan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-14/PJ/2013 tentang
Bentuk, Isi, Tata Cara Pengisian dan Penyampaian Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal

158 | Modul Menyiapkan SPT


26 serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pasal 26
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-16/PJ/2016 tentang
Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan
Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-22/PJ/2017 tentang
Perubahan Keenam atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-38/PJ/2009 tentang Bentuk Formulir Surat Setoran
Pajak
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 250/PMK.03/2008
tentang Besarnya Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun yang Dapat
Dikurangkan dari Penghasilan Bruto Pegawai Tetap atau
Pensiunan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan
dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2010 tentang Tata Cara
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa
uang pesangon, uang manfaat pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan
Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 262/PMK.03/2010
tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi
Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota Polri, dan
Pensiunannya atas Penghasilan yang Menjadi Beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan
Tidak Kena Pajak

Modul Menyiapkan SPT | 159


Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
102/PMK.010/2016 tentang Penetapan Bagian Penghasilan
sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan
serta Pegawai Tidak Tetap lainnya yang tidak dikenakan
Pemotongan Pajak Penghasilan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 40/PMK.03/2017
tentang Tata Cara Pelaporan dan Penghitungan Pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai dari
Pemberi Kerja dengan Kriteria Tertentu
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 18/PMK.03/2021
Tentang Pelaksanaan UU Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta
Kerja di Bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Serta Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 82/PMK.03/2021
tentang Perubahan atas PMK No. 9/PMK.03/2021 tentang Insentif
Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus
Disease 2019
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2010 tentang
Tarif Pemotongan dan Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21
atas Penghasilan yang Menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta
Kerja

160 | Modul Menyiapkan SPT


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan
www.pajak.go.id

3. Unit Kompetensi

KODE UNIT : M.692000.019.02

JUDUL UNIT : Menyiapkan Surat Pemberitahuan Pajak

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan keterampilan,


pengetahuan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
penyajian surat pemberitahuan (SPT) masa pajak
penghasilan, SPT Tahunan pajak penghasilan, dan
SPT masa pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menyiapkan dokumen 1.1 Subjek dan objek pemungutan dan pemo


transaksi pemungutan tongan PPh diidentifikasi
dan pemotongan Pajak 1.2 Transaksi pemungutan dan pemotongan
Penghasilan (PPh) disajikan dalam formulir pajak yang sesuai
1.3 Dokumen pemungutan dan pemotongan
diotorisasi oleh yang berwenang

2. Menyiapkan SPT 2.1 Pemotongan dan pemungutan PPh Pasal


Tahunan Pajak 21
Penghasilan pasal 21 yang belum atau telah dilaporkan
diidentifikasi dan dilakukan perhitungan
kembali disiapkan

Modul Menyiapkan SPT | 161


2.2 SPT Tahunan PPh Pasal 21 disajikan
sesuai
peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku
2.3 Surat setoran pajak diisi dan dibayar tepat
waktu
2.4 SPT Tahunan PPh Pasal 21 disampaikan
tepat waktu
2.5 Dokumen dan SPT Tahunan PPh Pasal
21
Diarsip
3. Menyiapkan SPT 3.1 Laporan peredaran bruto atau laporan
Tahunan PPh Wajib keuangan disiapkan
Pajak Orang Pribadi. 3.2 Bukti penghasilan dari modal dan
penghasilan lain diidentifikasi
3.3 Bukti pemotongan PPh diidentifikasi
3.4 Pajak penghasilan yang kurang bayar
disetor
tepat waktu
3.5 SPT Tahunan PPh disajikan dan
disampaikan tepat waktu
4. Menyiapkan SPT 4.1 Laporan keuangan disiapkan
Tahunan PPh Wajib 4.2 Penjelasan atas laporan keuangan
Pajak Badan sebagai
dasar penyesuaian fiskal didentifikasi
4.3 Bukti pemotongan PPh diidentifikasi
4.4 Pajak penghasilan yang kurang bayar
disetor
tepat waktu
4.5 SPT Tahunan PPh disajikan dan

162 | Modul Menyiapkan SPT


disampaikan tepat waktu
5. Menyiapkan SPT Masa 5.1 Dokumen sumber yang valid disiapkan
pajak pertambahan 5.2 SPT Masa PPN dan PPn-BM baik
nilai (PPN) dan pajak mekanisme
penjualan atas barang umum maupun mekanisme khusus
mewah (PPn-BM). disajikan sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku
5.3 Surat setoran diisi dan dibayar tepat
waktu;
5.4 SPT Masa disampaikan tepat waktu
.

BATASAN VARIABEL

1. Konteks variabel

Unit ini berlaku untuk pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 4, 21, 22,

23, 24, 26, dan yang dibayar sendiri (PPh pasal 25); dokumen dan bukti

pemotongan atau pemungutan; daftar bukti pemotongan dan pemungutan;

Surat setoran pajak; surat pemberitahuan (SPT) Masa dan SPT Tahunan

untuk PPh Pasal 21; SPT Tahunan untuk wajib pajak orang pribadi yang

hanya mempunyai penghasilan dari perkerjaan; mempunyai penghasilan

dari usaha dan atau atau pekerjaan bebas yang menggunakan pencatatan;

atau pembukuan; SPT Tahunan PPh Badan baik jasa, industri atau

perdagangan, SPT masa PPN dan PPn-BM.

2. Peralatan dan perlengkapan untuk menyiapkan SPT pajak, mencakup


tidak

terbatas pada:

Modul Menyiapkan SPT | 163


2.1 Formulir dari kantor pajak;

2.2 Komputer dan printer;

2.3 Alat tulis kantor.

3. Peraturan untuk menyipakan SPT pajak

3.1 Undang-udang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana dirubah oleh Undang-undang Nomor 36 tahun 2008

3.2 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan

Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,

sebagaimana dirubah oleh Undang-undang Nomor 42 tahun 2009

3.3 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum

Perpajakan dan peraturan ikutannya

4. Norma dan standar untuk menyiapkan SPT pajak

4.1 Standar Akuntansi Keuangan

4.2 Standard Operating Procedure (SOP) perusahaan

PANDUAN PENILAIAN

1. Konteks Penilaian

1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek penilaian yang sangat

berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dalam

menyajikan dokumen transaksi pemungutan dan pemotongan Pajak

Penghasilan (PPh, menyajikan dokumen transaksi pemungutan dan

164 | Modul Menyiapkan SPT


pemotongan Pajak Penghasilan (PPh), menyajikan SPT Tahunan Pajak

Penghasilan pasal 21, menyajikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak

Orang Pribadi, menyajikan SPT Masa pajak pertambahan nilai (PPN)

dan pajak penjualan atas barang mewah (PPn-BM);

1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan/wawancara,

demonstrasi/praktik, dan simulasi di ruang workshop/bengkel

simulator atau ditempat kerja dan/atau di Tempat Uji Kompetensi.

2. Persyaratan kompetensi

Alat, bahan, dan tempat uji kompetensi(TUK) wajib terakreditasi dan

memenuhi standar dan kapasitas jumlah peserta. Unit kompetensi yang

harus dikuasi sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai

unit ini dan unit-unit kompetensi yang terkait:

M.692000.013.02 : Menyusun laporan keuangan.

3. Pengetahuan dan ketrampilan yang diprlukan:

3.1 Batasan penghasilan dan biaya menurut peraturan


perundangundangan pajak penghasilan;

3.2 Subjek dan objek pemungutan dan pemotongan PPh;

3.3 Tata cara pemotongan, pemungutan PPh, mekanisme PPN, dan


PPNBM;

3.4 Jenis-jenis SPT;

3.5 Tata cara penyesuaian fiskal;

3.6 Tata cara penyetoran pajak dan penyampaian SPT.

Modul Menyiapkan SPT | 165


3.7 Mengidentifikasi penghasilan;

3.8 Menghitung pajak penghasilan termasuk pemungutan dan

pemotongannya;

3.9 Melakukan mekanisme pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan

atas barang mewah;

3.10 Membuat dokumen pemungutan dan pemotongan PPh, dan daftar

rekapitulasinya;

3.11 Membuat faktur pajak;

3.12 Membuat surat setoran pajak;

3.13 Menyajikan SPT masa dan tahunan;

3.14 Mengarsip SPT beserta lampiran dan dokumen pendukungnya.

4. Sikap kerja yang diperlukan:

4.1 Ketelitian dan keakuratan;

4.2 Kerapian dan keterbacaan;

4.3 Tanggap terhadap kejanggalan yang terjadi.

5. Aspek Kritis

Aspek kritis yang perlu diperhatikan dalam kompetensi menyipkan SPT

pajak, meliputi:

5.1 Kebenaran dalam mengidentifikasi penghitugan pemungutan dan

pemotongan PPh;

166 | Modul Menyiapkan SPT


5.2 Kebenaran dalam menyiapkan dan menyajikan bukti pemotongan

dan daftar rekapitulasi pemotongan dan pemungutan PPh;

5.3 Kebenaran dalam penyajian SPT Masa dan Tahunan pajak

penghasilan dan SPT masa PPN dan PPN-BM tepat waktu;

5.4 Ketepatan dalam melakukan pengarsipan SPT, lampiran-lampiran

dan dokumen pendukungnya.

KUNCI JAWABAN
1. C
2. C
3. D
4. C
5. B
6. C
7. C
8. B
9. B
10. A
11. C
12. C
13. D
14. C
15. B
16. C
17. A
18. A
19. A
20. A
21. C
22. A
23. C
24. A
25. C

Modul Menyiapkan SPT | 167


26. A

168 | Modul Menyiapkan SPT


Modul Menyiapkan SPT | 169

Anda mungkin juga menyukai