ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan berkah sehingga Pedoman
Teknis dengan judul “REVITALISASI SMK DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI LULUSAN
UNTUK BERADAPTASI DI DUNIA INDUSTRI” berhasil disusun. Pedoman teknis ini
merupakan bagian dari penelitian NSPK sebagai kerjasama Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dengan Universitas Negeri Surabaya dalam rangka meningkatkan mutu
lulusan SMK di Indonesia.
Dalam kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. M. Bakrun, M.M, selaku Direktur Pembinaan SMK
2. Chrismi Widjajanti, S.E., M.B.A., selaku Kepala Sub-Direktorat Program dan Evaluasi
3. Prof. Dr. H. Nurhasan, M.Kes., selaku Rektor Universitas Negeri Surabaya
4. Dr. Sujarwanto, M.Pd., selaku Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama
5. Serta pihak-pihak lain yang belum bisa penulis sebutkan kesemuanya.
Penulis menyadari bahwa Pedoman Teknis ini masih memiliki banyak sekali
kekurangan di dalamnya, sehingga dalam kesempatan kali ini juga penulis bermaksud
untuk meminta saran dan masukan dari semua pihak. Penulis juga berharap agar PEdoman
Teknis ini bisa bermanfaat bagi rekan-rekan dan para pembaca.
iii
DAFTAR ISI
Daftar Gambar...................................................................................................................... vi
Pendahuluan ......................................................................................................................... 1
A. Kualitas Pembelajaran................................................................................................ 7
BAB II Keselarasan Kurikulum SMK dengan kebutuhan pengguna lulusan (link and match)
............................................................................................................................................. 13
BAB III Peningkatan jumlah dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK
............................................................................................................................................. 30
BAB V Peningkatan akses sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK ............................. 236
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
Rancangan paket program revitalisasi 5000 SMK pada kawasan pertumbuhan ekonomi
tahun 2020-2024 ini disusun dengan “pendekatan baru” untuk menghadapi tantangan
masa depan.
Selama ini program revitalisasi SMK yang dijalankan hanya menggunakan “Single
Treatment” atau 1 (satu) kegiatan saja seperti pembangunan Ruang Praktik Siswa (RPS)
saja; atau pengadaan peralatan praktik saja; atau pelatihan beberapa guru saja sehingga
permasalahaan revitalisasi yang dihadapi di sekolah tidak tuntas terselesaikan.
Oleh karena itu untuk tahun 2020-2024, program revitalisasi SMK menggunakan
pendekatan baru “Multiple Treatments” yang dinamakan “Paket Program Revitalisasi
SMK”. Istilah “Paket” tersebut bermakna bahwa setiap lokus yang menjadi target
revitalisasi akan diimplementasikan lebih dari satu komponen kegiatan yang nantinya
direncanakan pada SDP (School Development Plan) masing-masing sekolah. Sehingga
setiap sekolah akan memiliki treatment yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
Akhirnya permasalahan revitalisasi pada sekolah tersebut tuntas selesai.
Beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh SMK serta yang mendasari adanya
revitalisasi ini antara lain:
Tujuan paket program revitalisasi SMK tahun 2020-2024 adalah penataan dan
pengondisian ulang (re-design) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara utuh, tuntas dan
menyeluruh mulai dari pembelajaran, lingkungan, fasilitas, kemitraan DUDI dan
manajemen sekolah untuk meningkatkan kompetensi lulusan sehingga mampu
meningkatkan keterserapan lulusan SMK di dunia kerja maupun berwirausaha.
1. Sektor pariwisata
2. Sektor pertanian
3. Sektor industri kreatif
4. Sektor manufaktur
5. Sektor energi pertambangan
6. Sektor kemaritiman
Kebutuhan guru produktif pada 5000 SMK paket program revitalisasi SMK 2020-2024
terlihat Tabel 1.
Satuan biaya per paket program/tahun revitalisasi SMK tahun 2020-2024 dapat dilihat
pada Tabel 2.
3
Tabel 2. Satuan biaya per paket program/tahun revitalisasi SMK tahun 2020-2024
(dalam juta rupiah)
Catatan: Setiap sekolah yang mendapatkan bantuan harus menyusun SDP (School
Development Plan) sesuai pagu yang sudah ditentukan
Total kebutuhan biaya paket program revitalisasi SMK tahun 2020-2024 dapat dilihat pada
Tabel 14.
4
Tabel 1.3. Total kebutuhan biaya paket program revitalisasi SMK tahun 2020-2024
Catatan:
Model penuntasan pembiayaan menggunakan pendekatan “double intervention” dimana
setiap sekolah sasaran revitalisasi akan diintervensi selama 2 (dua) tahun secara berturut-
turut. Kemudian setelahnya diharapkan mampu mandiri menjadi Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) untuk SMK Negeri sehingga total kebutuhan pembiayaan menjadi 112
Trilyun.
5
BAB I
PETA JALAN DAN PENGEMBANGAN SMK
Tujuan SMK adalah menghasilkan lulusan yang siap bekerja sesuai bidang keahliannya.
Tujuan SMK ini sesuai dengan definisi Unesco (2005) yang menyatakan, “Technical and
Vocational Education and Training (TVET) is concern with the acquisition of knowledge and
skills for the word of work.” (Pendidikan Teknikal dan Vokasional dan Pelatihan adalah
berkenaan dengan penyiapan pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki dunia
kerja.”
Ada lima karakteristik pendidikan kejuruan sebagai berikut. (1) mempersiapkan siswa
untuk bekerja secara lebih efisien; (2) memberikan pelatihan khusus dalam hal keteram-
pilan dan pengetahuan yang berguna untuk setiap pekerjaan tertentu; (3) diberikan bagi
mereka yang bersiap-siap untuk model pekerjaan tertentu atau telah bekerja di urusan
tersebut; (4) menggunakan pengalaman sebagai metode utama. Pengalaman dalam
melakukan suatu pekerjaan untuk mengembangkan keterampilan dan dalam memikirkan
kinerja dalam suatu pekerjaan, sehingga mendapatkan pemahaman dan inisiatif penuh
dalam memecahkan masalah-masalah pekerjaan; dan (5) merupakan dasar dari konsep
psikologi bahwa benak (mind) merupakan suatu mesin pembentuk kebiasaan yang
diajarkan melalui kebiasaan praktik dari tindakan dan pemikiran untuk mencapai tujuan
yang diminati oleh pembelajar.
Ada tujuh karakteristik pendidikan kejuruan, yaitu: (1) memiliki sifat, (2) justifikasi, (3)
pengalaman belajar, (4) kriteria keberhasilan, (5) kepekaan, (6) bengkel kerja, dan (7) kerja
sama.
Perbedaan Karakteristik Pendidikan Kejuruan dengan Pendidikan Umum Faktor
Pembeda Pendidikan Umum Pendidikan Kejuruan Tujuan pengendal ian Mempersiapkan
siswa untuk hidup secara lebih cerdas sebagai warga negara dan memahami serta
menikmati hidupnya Mempersiapkan siswa untuk bekerja secara lebih efisien Materi yang
diajarkan Memberikan pelatihan mengenai informasi umum yang diperlukan sebagai latar
belakang untuk kehidupan dan pelatihan dalam perangkat-perangkat umum pembelajaran
6
yang diperlukan siswa untuk bekal belajar lebih lanjut mengenai kehidupan. Memberikan
pelatihan khusus dalam hal keterampilan dan pengetahuan yang berguna untuk setiap
pekerjaan tertentu Kelompok yang dilayani. Melayani semua orang selama periode wajib
belajar sampai SMA (usia 16- 17 tahun), terlepas dari minat dan rencana yang bersifat
kejuruan. Diberikan bagi mereka yang bersiap-siap untuk jenis pekerjaan tertentu atau
telah bekerja di bidang tersebut. 17 Faktor Pembeda Pendidikan Umum Pendidikan
Metode Kejuruan pengajaran dan pembelajaran Sangat menekankan pada apa yang dapat
disebut metode membaca dan mengingat kembali (reciting). Membaca untuk
mendapatkan informasi dan reciting untuk menafsirkan serta menyimpannya di dalam
ingatan.
Menggunakan pengalaman sebagai metode utama. Pengalaman dalam melakukan
suatu pekerjaan untuk mengembangkan keterampilan dan dalam memikirkan kinerja
dalam suatu pekerjaan, sehingga mendapatkan pemahaman dan inisiatif penuh dalam
memecahkan masalah-masalah pekerjaan. Psikologi fundamental Secara umum, muatan
dan metode dalam pendidikan umum muncul saat pendidik mengacu pada konsep
psikologi umum mengenai kemampuan mental umum yang diyakini dapat berkembang
baik dengan menguasai materimateri tradisional yang disusun dan diajarkan sebagai
disiplin ilmu formal. Merupakan dasar dari konsep psikologi bahwa benak (mind)
merupakan suatu mesin pembentuk kebiasaan yang diajarkan melalui kebiasaan praktik
dari tindakan dan pemikiran untuk mencapai tujuan yang diminati oleh pembelajar.
Adapun poin-poin yang diperlukan untuk ada di dalam peta jalan ini antara lain:
Kualitas Pembelajaran, Tata Kelola Lembaga, Guru dan Tenaga Pendidik, Kebekerjaan
Lulusan.
A. Kualitas Pembelajaran
1. Pengelolaan Kelembagaan
Disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai oleh lembaga
2. Disparitas kualitas lembaga
Membentuk lembaga yang mengoptimalkan potensi local
3. Percepatan Akreditasi dan Lisensi Sertifikasi
Dalam rangka membentuk lembaga yang akuntabel
D. Kebekerjaan Lulusan
9
e. berfungsi sebagai pusat pelatihan kerja bagi siapa saja yang membutuhkannya dan
yang dapat untung darinya, terutama para pengganggur/pencari kerja atau mereka
yang ingin meningkatkan keterampilannya. Untuk itu, harus memiliki program-
program keterampilan jangka pendek (short training) yang bervariasi/ beragam
sesuai dengan kebutuhan para penganggur atau siapa saja yang membutuhkannya
dalam rangka meningkatkan keterampilan kejuruannya.
f. berfungsi sebagai community college yang menyelenggarakan kursus-kursus
pendek keterampilan kejuruan/vokasi dan menyelenggarakan Diploma 1, Diploma
2, dan Diploma 3 sebagai transit untuk melanjutkan ke perguruan Tinggi (berfungsi
sebagai transfer education, career education, and continuing education). Mengingat
community college merupakan kewenangan perguruan tinggi, maka
penyelenggaraan community college harus dilakukan melalui kerjasama dengan
perguruan tinggi lokal terutama dengan daya manusia (pendidik program diploma
dan politeknik atau polibisnis (sharing). SMK harus menyediakan sumber) dan
sarana dan prasarana untuk mendukung pembelajaran, sedang perguruan tinggi
menyediakan program-programnya (kurikulumnya) dan pengeluaran ijasahnya.
Mengingat sumber daya manusia dan sumber daya selebihnya adalah milik, maka
perhitungan biaya kerja sama antara SMK dengan perguruan tinggi harus disepakati,
yaitu siapa membiayai berapa banyak dan untuk apa.
g. berfungsi sebagai pusat pelatihan kewirausahaan (pusat pelatihan
wirausahawan/pengusaha) bagi siapa saja yang ingin memulai/belajar
ulang/mengembangkan usahanya, baik usaha mikro, kecil maupun menengah.
Sebagai entrepreneurship center, SMK Negeri 1 Baureno, Bojonegoro harus
menguasai cara-cara berusaha yang berbasis ilmu ekonomi yaitu what to produce,
how to produce, and for whom. SMK harus mampu mengajarkan manajemen
produksi, manajemen pemasaran, manajemen sumber daya manusia, manajemen
peralatan dan perbekalan, manajemen keuangan, akuntansi, dan inti manajemen.
Lebih rincinya, SMK harus menyelenggarakan pelatihan wirausahawan yang
mencakup dua belas fungsi baku perusahaan, yaitu: produksi, perencanaan
produksi, riset dan pengembangan produksi, transaksi, perebutan pelanggan,
perencanaan pemasaran, riset pasar dan pemasaran, manajemen personalia,
10
manajemen keuangan, manajemen peralatan dan perlengkapan serta perbekalan,
manajemen akuntansi, dan inti manajemen,
h. berfungsi sebagai tempat pelatihan praktik bagi SMK-SMK lain, baik untuk guru-
gurunya maupun siswa-siswanya. Dulu pernah ada Balai Latihan Pendidikan Teknik
(BLPT) yang berfungsi semacam ini, tetapi pudar karena pengelolaan yang tidak
efektif dan inefisien. Model seperti BLPT ini dapat difungsikan lagi melalui SMK
karena model BLPT ini sangat efisien dengan diterapkannya resource sharing dan
penggunaan fasilitas secara maksimal,
i. berfungsi sebagai pusat produksi (production center) khususnya produk-produk
yang berbasis keunggulan lokal yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain dan
bahkan negara-negara lain. Produk-produk unggulan lokal dapat dipasarkan ke
daerah-daerah lain dan bahkan ke manca negara karena produk-produk ini memiliki
daya saing komparatif tinggi karena keunikan dan keistimewaannya yang tidak
dimiliki oleh daerah-daerah lain dan negara-negara lain. Tantangan utama yang
dihadapi oleh SMK sebagai production center adalah pemasaran karena sekolah-
sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak diperbolehkan menjual produk-
produknya ke publik, layaknya seperti perusahaan. Jalan keluar yang rasional adalah
dengan menjadikan SMK sebagai Badan Layanan Umum (BLU) atau bekerja sama
dengan perusahaan-perusahaan di sekitarnya dalam kepemilikan lisensi terbatas
untuk memproduksi dan memasarkan barang/jasa dari hasil kerja sama,
j. mengingat ketersediaan kemampuan sumber daya manusia (guru) dan kelengkapan
fasilitas yang dimiliki oleh SMK. Maka, SMK harus berfungsi sebagai Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP) yang melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja dan Tempat
Uji Kompetensi (TUK) sebagai kepanjangan tangan dari Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP) yang dibentuk melalui Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004.
Tentu saja pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja dan uji kompetensi didasarkan
atas peraturan perundang-undangan. Untuk menjalankan fungsi tersebut, SMK
harus bekerja sama dengan BNSP,
k. berfungsi sebagai pusat informasi pasar kerja/bursa kerja khusus (BKK) yang
diupayakan melalui kerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
setempat. Jika fungsi ini dijalankan dengan baik, maka transisi dari SMK ke dunia
11
kerja akan lancar sehingga mampu mengurangi masa tunggu kerja atau mengurangi
lama pengangguran. Untuk itu, bersama-sama dengan Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi setempat, SMK harus membangun sistem informasi pasar kerja yang
mutakhir dan akurat. Agar fungsi BKK benar-benar dapat memperlancar transisi
peserta didik SMK ke dunia kerja, maka guru bimbingan dan konseling kejuruan
dituntut untuk mencari informasi lowongan pekerjaan yang meliputi jenis pekerjaan
dan persyaratan untuk melamarnya dan ini harus diinformasikan ke siswa-siswa
SMK yang hampir lulus atau bahkan diajarkan sejak dini agar siswa-siswa
menyiapkan dirinya sejak dini untuk memasuki dunia kerja.
l. mengingat keseterdiaan sumber daya manusia dan fasilitasnya, SMK harus
berfungsi sebagai pusat penyiapan calon-calon tenaga kerja internasional (TKI) agar
terampil, luwes, melek teknologi, mampu berbahasa asing, dan mampu bergaul
dengan keragaman budaya lintas bangsa. Untuk itu, SMK dituntut untuk memiliki
wawasan global, terutama wawasan tentang tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
negara-negara lain serta persyaratan-persyaratan untuk memasukinya.
12
BAB II
KESELARASAN KURIKULUM SMK DENGAN KEBUTUHAN PENGGUNA
LULUSAN (LINK AND MATCH)
Link and match merupakan kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia yang dikembangkan untuk meningkatkan relevansi Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dengan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha serta dunia industri
khususnya.
Berdasarkan konsep keselarasan sebagaimana telah diuraikan di atas, prinsip utama
keselarasan pendidikan kejuruan yaitu adanya keterkaitan atau kesepadanan (link and
match) antara pendidikan dengan DU/DI. Relevansi keduanya mampu meningkatkan
kompetensi lulusan SMK sehingga mereka mampu bekerja sesuai dengan tuntutan
industri. Terkait dengan kesesuaian peogram pendidikan dengan dunia kerja.
Proses membangun partnership antara sekolah dengan dunia bisnis/industri
mencakup empat aspek yaitu: 1) membuat mekanisme pembelajaran di SMK yang
didukung oleh pemerintah dan bimbingan dari industri, 2) mempromosikan kerjasama
sekolah dan industri dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kejuruan, 3)
mendorong industri dan perusahaan membantu SMK, dan mendorong SMK terlibat dalam
pelatihan calon tenaga kerja dan teknisi di perusahaan. Selanjutnya, dalam bidang
pengembangan fasilitas pendidikan kejuruan secara merata, kebijakan SMK yaitu
menyediakan sarana prasarana SMK sehingga mampu meningkatkan kualitas layanan
pendidikan di SMK sesuai kebutuhan daerah dan melaksanakan sertifikasi bagi siswa.
Dalam peningkatan mutu, kebijakan yang diambil yakni meningkatkan kualitas guru
kejuruan melalui 1) pelatihan "guru dengan kompetensi ganda”, 2) memberlakukan
peraturan keharusan praktik pengalaman kerja (prakerin) bagi guru SMK, dan 3)
mendampingi SMK dalam penyempurnaan sistem kepegawaian di sekolah sehingga dapat
mempekerjakan instruktur ahli yang berpengalaman kerja agar bisa mengajar di SMK
sebagai guru tamu paruh waktu.
13
Sinkronisasi kurikulum dapat tercapai manakala kerjasama antara pihak industri
dengan pihak sekolah dapat terjalin dengan baik dan intensif. Sinkronisasi kurikulum
bertujuan agar kompetensi dan keterampilan dalam kurikulum sesuai dengan tuntutan
kompetensi yang dipersyaratkan dalam pekerjaan yang ada di industri. Dengan demikian,
ketika siswa melaksanakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN)/Praktek Kerja Lapangan
(PKL) mereka tidak asing dengan situasi yang ada di industri. Selain kejasama dengan
industri, keselarasan pendidikan SMK dengan politeknik juga menjadi fokus pembangunan
pendidikan. Kerangka kerja penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja terfokus pada
pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 yaitu peningkatan akses dan mutu pendidikan
20 menengah umum dan keselarasan pendidikan kejuruan.
Dalam penyelenggaraan pendidikan SMK, keselarasan diarahkan pada peningkatan
kerjasama dengan industri, program afirmasi, dan job matching bagi lulusan SMK.
Komponen-komponen yang perlu dilakukan yaitu peningkatan kompetensi lulusan SMK,
Information and Communication Technology (ICT), bahasa asing, kewirausahaan, dan
membangun kerjasama antara sekolah dan dunia bisnis. Pelaksanaan pembelajaran di SMK
dan pelatihan kejuruan akan berhasil dengan baik jika didukung oleh kerjasama antara
sekolah dan DU/DI. DU/DI diharapkan secara terus-menerus membantu untuk melatih
siswa SMK melakukan praktik industri agar mampu menjadi calon tenaga kerja terampil
dan berkualitas. Pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi siswa calon lulusan
SMK harus sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan industri. Keselarasan pendidikan
dan DU/DI memerlukan pengembangan dan penguatan komponen-komponen
pendukung, antara lain: pendidikan.
Keberhasilan Uji Kompetensi Keahlian ditandai dengan penerimaan sertifikat
kompetensi. Bagi pendidikan vokasi, sertifikat kompetensi lebih penting, mengingat pada
era perdagangan bebas, termasuk MEA, satu-satunya kriteria yang masuk ke dunia kerja
adalah sertifikat kompetensi berstandar regional ASEAN atau internasional. Isu utama
keselarasan dalam penilaian hasil belajar yaitu kendala siswa SMK untuk memperoleh
sertifikat kompetensi untuk bersaing dan berebut kesempatan kerja di dalam negeri dan
peluang masuk ke dunia kerja luar negeri. 2. Keselarasan SMK dan DU/DI Dalam
penyelenggaraan pendidikan SMK, keselarasan diarahkan pada peningkatan kerjasama
dengan industri, program afirmasi, dan job matching bagi lulusan SMK. Komponen-
14
komponen yang perlu dilakukan yaitu peningkatan kompetensi lulusan SMK, Information
and Communication Technology (ICT), bahasa asing, kewirausahaan, dan membangun
kerjasama antara sekolah dan dunia bisnis. Pelaksanaan pembelajaran di SMK dan
pelatihan kejuruan akan berhasil dengan baik jika didukung oleh kerjasama antara sekolah
dan DU/DI. DU/DI diharapkan secara terus-menerus membantu untuk melatih siswa SMK
melakukan praktik industri agar mampu menjadi calon tenaga kerja terampil dan
berkualitas. Pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi siswa calon lulusan SMK
harus sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan industri.
Keselarasan pendidikan dan DU/DI memerlukan pengembangan dan penguatan
komponenkomponen pendukung , antara lain: a. Pengembangan fasilitas pendidikan
kejuruan secara merata 1) Menyediakan sarana prasarana SMK sehingga mampu
meningkatkan kualitas layanan pendidikan di SMK sesuai kebutuhan daerah; 2)
Mengembangkan SMK sebagai Tempat Uji Kompetensi (TUK) dan pelaksana sertifikasi bagi
siswa SMK dan masyarakat. b. Meningkatkan kualitas guru kejuruan 1) Melatih guru
dengan kompetensi ganda (double competence) 2) Memberlakukan peraturan keharusan
praktik pengalaman kerja bagi guru SMK, dan 3) Mendampingi SMK dalam
penyempurnaan sistem kepegawaian di sekolah sehingga dapat mempekerjakan guru ahli
yang berpengalaman kerja agar bisa mengajar SMK sebagai guru tamu paruh waktu (Arah
Kebijakan Direktorat Pembinaan SMK tahun 2015). Keselarasan pendidikan dan pelatihan
harus sesuai dengan kebutuhan nyata industri agar produktifitas kerja karyawan
meningkat dan berkualitas. Sebaliknya, jika tidak relevan dengan kebutuhan DU/DI,
kegiatan pendidikan dan pelatihan berarti tidak sesuai (mismatch) dengan kebutuhan
DU/DI dan hasil yang dicapai akan berdampak pada tidak efisien dan tidak efektifnya
program tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keselarasan pendidikan
dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan DU/DI akan menghasilkan SDM yang bermutu dan
memiliki kompetensi/ keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan DU/DI.
Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill,
dan pendidikan berkarakter, sehingga siswa dituntut untuk mampu memahami bahan ajar
(materi) dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan proaktif dalam
berdiskusi dan melakukan presentasi serta memiliki sopan santun (etika) dan disiplin
tinggi. Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
15
diimplementasikan sejak 2006. Dalam Kurikulum 2013, mata pelajaran wajib diikuti oleh
seluruh peserta didik pada semua jenis, satuan, dan jenjang pendidikan. Khusus untuk
SMK, struktur kurikulum dikelompokkan dalam tiga kelompok mata pelajaran; A, B, dan C.
Kelompok mapel A mengenai Nasionalisme; Kelompok B mengenai Wawasan Kebangsaan;
dan Kelompok C mengenai Peminatan Kejuruan. Kelompok mata pelajaran C dibagi atas
C1, C2, dan C3. Kelompok mapel C1 meliputi dasar bidang keahlian; Kelompok 25 B.
Kurikulum SMK Pada penelitian ini, kurikulum SMK yang dikaji yaitu Kurikulum 2013.
Pengertian Kurikulum 2013 sebagaimana dikemukakan Ade Mulyadi (2014) adalah
kurikulum yang menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar yang
akan menjadi pondasi pada tingkat berikutnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 butir 19, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Depdiknas, 2003).
Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan
pendidikan berkarakter, sehingga siswa dituntut untuk mampu memahami bahan ajar
(materi) dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan proaktif dalam
berdiskusi dan melakukan presentasi serta memiliki sopan santun (etika) dan disiplin
tinggi. Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
diimplementasikan sejak 2006. Dalam Kurikulum 2013, mata pelajaran wajib diikuti oleh
seluruh peserta didik pada semua jenis, satuan, dan jenjang pendidikan.
Khusus untuk SMK, struktur kurikulum dikelompokkan dalam tiga kelompok mata
pelajaran; A, B, dan C. Kelompok mapel A mengenai Nasionalisme; Kelompok B mengenai
Wawasan Kebangsaan; dan Kelompok C mengenai Peminatan Kejuruan. Kelompok mata
pelajaran C dibagi atas C1, C2, dan C3. Kelompok mapel C1 meliputi dasar bidang keahlian;
Kelompok mapel C2 meliputi dasar program keahlian; dan Kelopok mapel C3 meliputi
kompetensi keahlian (Dir. PSMK, 2015). Keselarasan kurikulum SMK dengan kompetensi
yang dibutuhkan dunia kerja dalam penelitian ini meliputi keluasan dan kedalaman
kompetensi yang diajarkan SMK dibandingkan dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia
kerja berdasarkan skema sertifikasi KKNI level II yang telah ditetapkan oleh BNSP dan
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Isu keluasan mencakup perbedaan jenis-jenis
16
kompetensi yang diperlukan oleh dunia kerja dan jenis kompetensi yang selama ini
diajarkan oleh SMK. Isu kedalaman kompetensi mencakup tingkat kompetensi yang
diperlukan oleh dunia kerja dan tingkat kedalaman kompetensi yang selama ini
dikembangkan di SMK. Keselarasan pembelajaran dengan keluasan dan kedalaman
kompetensi yang diharapkan terdiri atas tiga komponen, yakni keselarasan pada tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian hasil kegiatan belajar mengajar.
SMK menjadi bermakna apabila secara pragmatis dapat mendidik manusia yang dapat
hidup sesuai dengan zamannya, maka kurikulum SMK harus:
a. Dikembangkan menghadapi persaingan di sektor industri dan jasa dengan
mengandalkan kemampuan teknologi. Kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM)
merupakan faktor yang paling krusial. Oleh karena itu dipandang perlu untuk
memprioritaskan peningkatan kemampuan SDM dengan memperhatikan dua hal
yaitu : a) Sumber daya manusia yang mampu menghasilkan komoditas bermutu sesuai
dengan referensi konsumen dengan harga yang kompetitif dan 2) Sumber daya
manusia yang mampu memenuhi kualitas yang dibutuhkan oleh pasar kerja yang
setara dengan standar kompetensi yang berlaku secara nasional dan internasional.
b. Dikembangkan pembelajaran tematik dalam satu program keahlian yaitu
pembelajaran terpadu yang memakai tema untuk mengkaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman yang bermakna.
c. School Partnership dengan Dunia Usaha dan Industri baik dalam dan luar Negeri
(magang DUDI minimal 6 bulan)
d. Proses pembelajaran ke Differentiated Instruction (Diferensiasi Pembelajaran),
Dengan menerapkan model tersebut maka perbedaan dan keberagaman setiap
individu di kelas dilihat dari tingkat kesiapan, ketertarikan dan gaya belajar akan bisa
terakomodasi sehingga berdampak adanya peningkatan terhadap pemahamaan,
motivasi dalam belajar, dan juga interaksi antarpeserta didik di kelas. Hal ini
diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik, sehingga tercapai
kesejahteraan pada diri peserta didik (wellbeing-student).
e. sebagai wahana untuk membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan guna
menjalani dan mengatasi masalah kehidupan pada hari esok maupun masa depan
yang selalu berubah.
17
A. Bantuan Pemerintah dalam Link and Match
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam link and match ini sendiri pada dasarnya telah
diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Nomor 5 Tahun 2020. Bantuan
pemerintah fasilitasi kemitraan dan penyelarasan sekolah menengah kejuruan dengan
dunia usaha dan dunia industri dilatarbelakangi oleh keadaan berikut ini. Membangun
pemahaman yang sama dalam menilai standar mutu kompetensi kebutuhan DUDI yang
disiapkan oleh SMK, merupakan kendaraan untuk mewujudkan adanya penyelarasan
antara SMK dengan DUDI. Dengan begitu, kemitraan yang terjalin akan berkelanjutan baik
dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum, penyelenggaraan pembelajaran,
pelaksanaan praktik kerja lapangan, hingga pada proses perekrutan lulusan.
Penyelarasan kebutuhan standar kompetensi menjadi aspek penting ketika kemajuan
teknologi di industri terjadi lebih cepat ketimbang di dunia pendidikan. Maka dari itu,
untuk menjaga agar SMK tetap adaptif dengan perubahan yang terjadi, pola kemitraan
berkelanjutan merupakan pilihan utama untuk menjembatani adanya kesenjangan yang
menjadi akar masalah link and match antara SMK dengan DUDI.
Pelaksanaan penyelarasan standar kompetensi tersebut menjadi tujuan utama bagi
Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan dengan DUDI, Direktorat Jenderal Pendidikan
Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam pemberian Bantuan Pemerintah
Fasilitasi Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri dengan SMK Tahun
2020 ini. Bantuan Pemerintah ini akan diberikan secara selektif kepada SMK yang secara
aktif menjalin kemitraan dengan DUDI, baik DUDI yang sedang merintis dan/atau telah
menjadi pasangan bagi SMK tersebut.
Tujuan bantuan pemerintah fasilitasi kemitraan dan penyelarasan sekolah menengah
kejuruan dengan dunia usaha dan dunia industri untuk memberikan dukungan
pembiayaan program link and match/’pernikahan’ antara SMK dengan DUDI. Kegiatan
yang terkait dengan ‘pernikahan’ antara SMK dengan DUDI antara lain:
1. Pengembangan kerja sama SMK dengan DUDI;
2. Penyelarasan kurikulum berbasis Industri (termasuk penerapan project based
learning);
3. Pelaksanaan pembelajaran dengan kurikulum berbasis Industri (termasuk
penerapan project based learning);
18
4. Pelaksanaan pembelajaran dengan menghadirkan Guru Industri di sekolah;
5. Penyusunan kebutuhan standar sarana dan prasarana berbasis Industri;
6. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) siswa di Industri;
7. Proses penyerapan lulusan di Industri.
19
3. Dana diberikan secara utuh dan tidak diperkenankan melakukan pemotongan
dengan alasan apapun serta oleh pihak manapun;
4. Bantuan pemerintah ini digunakan untuk membiayai pekerjaan sesuai Rencana
Penggunaan Dana (RPD) yang telah disetujui oleh Direktorat Kemitraan dan
Penyelarasan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri;
5. Jangka waktu penggunaan dana selambat-lambatnya 31 Desember 2020;
6. Bantuan pemerintah ini harus dikelola secara transparan, efisien, dan efektif serta
dapat dipertanggungjawabkan baik secara fisik, administrasi, maupun keuangan;
7. Bantuan pemerintah ini dapat diimplementasikan untuk mendukung program
strategis Direktorat Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan dengan Dunia Usaha
dan Dunia Industri melalui afirmasi bagi SMK pelaksana program.
1. Organisasi
20
2. Tugas dan Tanggung Jawab
a. Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri,
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
1) Menyiapkan dokumen yang berkaitan dengan Bantuan Pemerintah Fasilitasi
Kemitraan dan Penyelarasan SMK dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri;
2) Melaksanakan sosialisasi pemberian bantuan;
3) Melakukan seleksi dan verifikasi calon penerima dana bantuan berdasarkan data
pada aplikasi Takola SMK;
4) Menetapkan penerima dana bantuan berdasarkan data pada aplikasi Takola SMK;
5) Melaksanakan bimbingan teknis dan/atau diskusi kelompok terpumpun dan
menandatangani surat perjanjian pemberian bantuan;
6) Mengatur tata cara penyaluran dana;
7) Melaksanakan supervisi pelaksanaan kegiatan Bantuan Pemerintah Fasilitasi
Kemitraan dan Penyelarasan SMK dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri;
8) Menerima laporan hasil pelaksanaan kegiatan dari SMK penerima bantuan; dan
9) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
21
3) Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program Bantuan
Pemerintah Fasilitasi Kemitraan dan Penyelarasan SMK dengan Dunia Usaha dan
Dunia Industri sesuai dengan kewenangan;
4) Memberikan solusi permasalahan yang terjadi di lapangan;
5) Menerima dan menyetujui laporan pelaksanaan kegiatan Bantuan Pemerintah
Fasilitasi Kemitraan dan Penyelarasan SMK dengan Dunia Usaha dan Dunia
Industri dari sekolah/institusi;
6) Melakukan pencatatan serah terima aset bagi SMK Negeri dan dan dan
mengetahui serah terima aset hasil Bantuan Pemerintah Fasilitasi Kemitraan dan
Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri dengan SMK Tahun 2020 dari
Kepala Sekolah ke Yayasan bagi SMK Swasta (jika ada);
d. SMK
1) Melakukan verifikasi data ke dalam aplikasi TAKOLA SMK;
2) Mengunggah dokumen persyaratan penerima bantuan ke dalam aplikasi TAKOLA
SMK;
3) Mengisi dan mengirimkan instrumen kelengkapan data pelaksanaan program
bantuan sesuai dengan persyaratan melalui TAKOLA;
4) Menandatangani surat perjanjian dengan Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan
Dunia Usaha dan Dunia Industri bagi SMK yang ditetapkan sebagai penerima
bantuan;
5) Menandatangani Pakta Integritas bagi SMK yang ditetapkan sebagai penerima
bantuan;
6) Menandatangani Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) bagi SMK
yang ditetapkan sebagai penerima bantuan;
7) Melaksanakan kegiatan sesuai rencana penggunaan dana dan luaran yang telah
disetujui dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan peraturan perundangan;
8) Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan persyaratan
bantuan melalui aplikasi Takola SMK;
9) Menandatangani Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTJB) sebagai
bagian dari laporan;
22
10) Melakukan serah terima aset kepada Dinas Pendidikan Provinsi bagi SMK Negeri
dan serah terima aset kepada Yayasan bagi SMK Swasta sesuai dengan peraturan
perundangan (jika ada); dan
11) Menyetorkan sisa dana bantuan yang tidak dipergunakan atau sisa dana yang
tidak dapat terserap sampai dengan waktu berakhirnya perjanjian (31 Desember
2020) ke kas negara.
a. Persyaratan Penerima
Penerima bantuan adalah SMK yang telah teregistrasi dalam Data Pokok Pendidikan
(DAPODIK), dengan ketentuan sebagai berikut:
1) SMK yang sudah melakukan verifikasi data melalui aplikasi TAKOLA SMK.
2) Telah merintis kerjasama dengan DUDI yang dibuktikan dengan MoU dan/atau
surat menyurat antara SMK dengan DUDI.
3) Memiliki kompetensi keahlian yang sesuai dengan bidang bisnis utama DUDI serta
diprioritaskan DUDI pasangannya yang berkomitmen dalam pengembangan
kurikulum berbasis industri dan penyerapan lulusan, serta telah memiliki fasilitas
training center dan/atau pusat pelatihan.
4) Memiliki DUDI pasangan yang tergabung dalam asosiasi industri lebih
diprioritaskan.
5) Bagi SMK swasta, pemegang jabatan pembina, pengurus dan pengawas yayasan
tidak boleh merangkap sebagai Kepala Sekolah.
23
b. Mekanisme Penetapan Bantuan Pemerintah
1) Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan dengan Dunia Usaha dan Dunia,
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Industri melakukan seleksi dan menetapkan SMK calon penerima bantuan;
2) Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri
menyampaikan Undangan Bimbingan Teknis ke dinas pendidikan provinsi dengan
tembusan kepada SMK calon penerima bantuan;
3) SMK calon penerima bantuan wajib menyampaikan dokumen persyaratan
sebagai penerima bantuan;
4) Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri
menetapkan SMK penerima bantuan dengan surat keputusan setelah dinyatakan
memenuhi persyaratan;
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang bertanggungjawab di bidang Bantuan
Pemerintah ini menetapkan Surat Keputusan tentang lembaga yang menjadi Penerima
Bantuan dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada Direktorat Kemitraan
Dan Penyelarasan Dengan Dunia Usaha Dan Dunia Industri, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Kemudian SK PPK tersebut disampaikan kepada Dinas Pendidikan Provinsi
untuk kepentingan pengurusan, pengawasan, dan pembinaan dalam pelaksanaan program
bantuan pemerintah ini.
5) Kepala SMK dan Pejabat Pembuat Komitmen menandatangani Surat Perjanjian
Pemberian Bantuan.
d. Bimbingan Teknis
Kegiatan bimbingan teknis meliputi:
1) Pembahasan materi pokok, yaitu :
a. Penyampaian kebijakan Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan dengan Dunia
Usaha dan Dunia Industri, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
b. Strategi implementasi program bantuan pemerintah fasilitasi kemitraan dan
penyelarasan dengan DUDI;
c. Pedoman perencanaan dan pelaksanaan kegiatan;
d. Pedoman penyusunan laporan dan pertanggungjawaban keuangan.
2) Pemeriksaan kelengkapan dokumen/persyaratan sebagai calon penerima
bantuan.
3) Penyusunan Rencana Penggunaan Dana dan Rincian Anggaran Biaya.
4) Penandatanganan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan.
5) Penandatanganan Pakta Integritas.
6) Penandatanganan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
25
g. Ketentuan Pemanfaatan Bantuan Pemerintah
Dana bantuan digunakan oleh SMK yang melaksanakan fasilitasi kemitraan dan
penyelarasan SMK dengan DUDI, meliputi kegiatan antara lain:
a. Melakukan koordinasi, kerja sama networking, dan konsultasi dengan
Dunia kerja dan instansi terkait;
b. Penyusunan rencana program bersama dengan industri/institusi mitra;
c. Penyelarasan kurikulum berbasis Industri (termasuk penerapan project based
learning);
d. Pelaksanaan pembelajaran dengan kurikulum berbasis Industri (termasuk
penerapan project based learning);
e. Pelaksanaan pembelajaran dengan menghadirkan Guru Industri di sekolah;
f. Penyusunan kebutuhan standar sarana dan prasarana berbasis Industri;
g. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) bagi siswa di Industri;
h. Proses penyerapan lulusan di Industri.
Dana bantuan ini digunakan sesuai dengan Rencana Penggunaan Dana dan target
luaran yang telah disetujui oleh Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan dengan Dunia
Usaha dan Dunia Industri, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Metode pengadaan dan standar biaya kegiatan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Setiap penggunaan dana bantuan harus dapat dipertanggungjawabkan dan didukung
oleh bukti fisik, administrasi, dan keuangan. Sekolah melaporkan dan
mempertanggungjawabkan hasil kegiatan dan target luaran kepada Direktorat Kemitraan
dan Penyelarasan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Direktorat Jenderal Pendidikan
Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan tembusan kepada Dinas
Pendidikan Provinsi dengan mengacu pada Pedoman Penyusunan Pelaporan dan
Pertanggungjawaban Keuangan. Dana bantuan yang diterima harus selesai
dipertanggungjawabkan sampai 31 Desember 2020. Apabila terjadi penyimpangan
terhadap penggunaan dana bantuan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah
dan akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan. Apabila sampai pada batas waktu
yang ditentukan 31 Desember 2020 masih terdapat sisa dana bantuan yang belum
26
dipergunakan/terserap, sekolah wajib menyetorkannya ke kas negara sesuai ketentuan
yang berlaku.
Penggunaan dana bantuan berpedoman pada ketentuan pengadaan barang/jasa
pemerintah dan ketentuan perpajakan yang berlaku. Penyalahgunaan bantuan
pemerintah yang dapat merugikan negara dan/atau satuan pendidikan akan dikenakan
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
h. Pelaporan
Laporan pelaksanaan bantuan pemerintah harus menggunakan aplikasi TAKOLA SMK
untuk memberikan data dan informasi lengkap dan jelas mengenai proses pelaksanaan
pemanfaatan dana bantuan dari awal pelaksanaan sampai pekerjaan dinyatakan selesai
dan telah diserahterimakan. Dalam hal terdapat barang hasil pengadaan yang menjadi aset
maka dicatatkan sebagai aset daerah/yayasan.
Laporan awal disampaikan setelah dana diterima di rekening sekolah berupa laporan
penerimaan dana bantuan yang dilampiri:
1. Format Informasi Bantuan;
2. Rencana pelaksanaan pekerjaan yang menggambarkan pelaksanaan
pekerjaan/kegiatan mulai dari persiapan sampai dengan serah terima pekerjaan.
Laporan akhir disusun berupa deskripsi pelaksanaan kegiatan dan luaran beserta
lampirannya. Format sistematika penulisan laporan akhir 100% disediakan dalam bentuk
softcopy di dalam aplikasi TAKOLA sedangkan laporan hardcopy asli 1 (satu) set disimpan
di sekolah masing-masing, dan 1 (satu) set asli di kirimkan ke Dinas Pendidikan Provinsi.
Laporan untuk Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri,
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
disampaikan melalui aplikasi takola dalam bentuk softcopy.
1. Sistem Pembelajaran
Program keahlian pada SMK disesuaikan dengan keuntungan industri. Program
keahlian dalam SMK ini dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh kurikulum yang baik
pula.
Kurikulum
27
Kurikulum pendidikan pada setiap program keahlian di SMK disusun berbasis
kompetensi mengacu pada SKKNI bidang Industri, standar internasional,
dan/atau standar khusus. Penyusunan kurikulum dilakukan dengan melibatkan asosiasi
industri, perusahaan industri, dan/atau perusahaan kawasan industri.
Guru Produktif dan Karyawan
SMK harus memiliki guru bidang studi produktif sesuai dengan kebutuhan program
keahlian. Dalam hal terpenuhinya kebutuhan guru tersebut, SMK dapat memanfaatkan
karyawan purnabakti dari perusahaan industri dan/atau perusahaan kawasan industri
yang memiliki kesesuaian kompetensi sebagai guru bidang studi produktif di SMK.
Karyawan purna bakti tersebut harus mendapat pelatihan untuk pelatih (training for
trainers) bidang kompetensi pedagogik. Pelatihan tersebut dapat difasilitasi oleh
Kementerian, Kementerian/Lembaga terkait, dan/atau Pemerintah Daerah. Peningkatan
kompetensi guru bidang studi produktif dapat dilakukan melalui pemagangan industri.
Pemagangan industri tersebut difasilitasi oleh perusahaan industri dan/atau perusahaan
kawasan industri.
Praktik Sertifikasi SMK
Dalam menunjang praktikum pembelajaran berbasis kompetensi, SMK dilengkapi
dengan teaching Factory, workshop, dan/atau laboratorium. SMK harus dilengkapi dengan
infrastruktur berupa SKKNI, LSP, TUK, dan asesor kompetensi. Pembangunan infrastruktur
kompetensi kompetensi tersebut dapat difasilitasi oleh Kementerian. SMK
menyelenggarakan sertifikasi kompetensi melalui uji kompetensi terhadap siswanya. Uji
kompetensi dilaksanakan oleh LSP di TUK yang dimiliki oleh SMK atau perusahaan industri
dan/atau perusahaan kawasan industri.
28
• Teaching Factory, workshop, dan/atau laboratorium sebagai tempat Praktik Kerja
Industri dan/atau pemagangan industri, dan
• Instruktur sebagai tenaga pembimbing
Perusahaan industri dan perusahaan kawasan industri memberikan sertifikat kepada
siswa dan guru. Bidang studi produktif yang telah menyelesaikan Praktik Kerja Industri
dan/atau pemagangan industri.
3. Insentif
Perusahaan industri dan/atau perusahaan kawasan industri yang melakukan
pembinaan dan pengembangan SMK dapat diberikan insentif. Pemberian insentif tersebut
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
29
BAB III
PENINGKATAN JUMLAH DAN KOMPETENSI BAGI PENDIDIK DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN SMK
30
Gambar 1. Ilustrasi korelasi antara capaian pembelajaran
Berdasarkan Gambar 1, secara umum semakin tinggi jenjang pendidikan tenaga kerja
berpeluang menghasilkan produk berteknologi tinggi yang added value-nya besar dan
memberikan sumbangan pada kemampuan kompetitif bangsa. Pendidikan tinggi vokasi
dalam hal ini sangat dituntut untuk dapat mengubah proporsi SDM berpendidikan tinggi
yang berkualitas menjadi mayoritas.
Lulusan pendidikan tinggi vokasi selain dituntut dapat bekerja dengan kompeten
namun harus juga dapat berperan sebagai “agen pejuang kedaulatan” yang memiliki
kemampuan entrepreneurial. Pada jenjang pendidikan tinggi vokasi lulusannya juga harus
menjadi “trend setter” dalam menjawab berbagai aspek tantangan bangsa.
Perluasan Mandat
Perguruan tinggi penyelenggara pendidikan tinggi vokasi sebagaiamana diatur dalam
permenristekdikti 44 tahun 2015, Pasal 59 dapat berbentuk universitas, institute, sekolah
tinggi, politeknik, dan akademi. Mandat dan tanggung jawab hak untuk menyelenggarakan
program pendidikan sampai pada jenjang S2 terapan dan S3 terapan bisa dilakukan oleh
31
universitas, institute, sekolah tinggi, politeknik. Dengan hak dan kewajiban baru ini,
pendidikan tinggi vokasi harus berkembang dari institusi yang berperan pada penyiapan
lulusan pada level 5 & 6 Kerangka Kuaifikasi Nasional Indonesia (KKNI), menjadi institusi
yang dapat menyelenggarakan program pendidikan sampai level 9 KKNI. Hal ini bukan
hanya akan mengubah perangkat operasionalnya, namun secara mendasar juga akan
mengubah Visi dan Misi dari pendidikan tinggi vokasi secara keseluruhan.
Ciri khas pendidikan tinggi vokasi memberikan kemampuan aplikatif dan kemampuan
32
inovatif. Pada titik puncaknya, baik pendidikan tinggi vokasi, profesi dan pendidikan
akademik memiliki derajad yang sama namun memiliki domain dan peran yang berbeda
untuk saling berkomplementer. Jenjang pendidikan vokasi pada program pendidikan
Diploma1 (D1), Diploma 2 (D2), Diploma 3 (D3) dan Diploma 4 (D4) merupakan program
terminasi sebagai satu program utuh, setiap jenjang diploma akan menghasilkan keahlian
atau kompetensi sesuai dengan level pada KKNI. Sedangkan jenjang pendidikan vokasi S2
terapan dan S3 terapan merupakan jenjang pendidikan setelah lulus Diploma4 atau sarjana
(S1) terapan
Saat ini sedang dikembangakan wacana sistem pendidikan tinggi vokasi pada
universitas/institut/sekolah tinggi/politeknik/akademi mengikuti pola sistem kooperatif 3-
2-1. Diagram pada Gambar 3 ini memperlihatkan contoh mekanisme sistem tersebut.
33
Pendidikan vokasi memiliki ciri atau kekhasan dan mengutamakan dalam
menerapkan aspek-aspek praktis yang didukung oleh teori yang tepat. Hal ini untuk
membedakan terhadap pendidikan akademis yang lebih mengutamakan capaian teoritis
didukung aspek praktis. Ketepatan komposisi antara praktek dan teori pendukung menjadi
kunci keberhasilan penyelenggaraan proses pendidikan pada pendidikan tinggi vokasi.
Komposisi praktek lebih dominan dari pada teori menjadi ciri khas pendidikan vokasi.
Kuriklum dan pembelajaran menggunakan dual system 3-2-1 untuk jenjang pendidikan D3
masih relevan dan sesuai dalam penerapannya. Mahasiswa, diawal belajar/kuliah diberi
kesempatan untuk menempuh pendidikan di kampus selama tiga (3) semester dilanjutkan
dengan dua (2) semester magang di industri, dan diakhiri dalam satu (1) semester untuk
menyelesaiakan pendidikan di kampus atau di industri. Dalam penyelenggaraan ini pola
pendidikan 3-2-1 institusi pendidikan tinggi penyelenggara program vokasi bekerjasama
dengan industri yang relevan. Selama magang di industri, mahasiswa yang memiliki
kompetensi dapat memperoleh surat keterangan atau sertifikasi kompetensi.
Umum diketahui bahwa guru memainkan peran penting dalam kesuksesan siswa. Cara
guru mengajar dan berinteraksi dengan siswa adalah landasan di mana sekolah yang
efektif dibangun. Untuk memaksimalkan kinerja guru, program persiapan harus merekrut
bakat terbaik, melatih kandidat menggunakan praktik pengajaran yang didukung oleh
bukti terbaik yang tersedia, dan menggunakan metode pedagogis berbasis bukti. Beberapa
penelitian mendukung model instruksi eksplisit yang menekankan guru sebagai agen aktif
yang bertanggung jawab untuk perencanaan, penyampaian, dan pemantauan
pembelajaran. Dalam sistem seperti itu, guru memberikan instruksi sistematis yang terkait
dengan standar dan tujuan. Dengan menggunakan pedagogi berbasis penelitian, guru
mengajar siswa dalam konsep, keterampilan, dan pengetahuan yang terkait dengan
pemikiran tingkat tinggi yang didasarkan pada penguasaan keterampilan dasar siswa
dalam mata pelajaran utama seperti membaca, berhitung, dan menulis. Guru yang efektif
harus memantau dan menyesuaikan strategi pengajaran untuk memenuhi kebutuhan
siswa. Terakhir, guru yang berkualitas memerlukan pendampingan dan pengawasan
berkelanjutan dari kepala sekolah untuk memastikan kualitas pengajaran didukung dan
dipertahankan dari waktu ke waktu.
34
Kompetensi Guru
Kompetensi adalah keterampilan dan pengetahuan yang memungkinkan seorang guru
berhasil. Untuk memaksimalkan pembelajaran siswa, guru harus memiliki keahlian dalam
beragam kompetensi dalam lingkungan yang sangat kompleks di mana ratusan keputusan
penting diperlukan setiap hari (Jackson, 1990). Beberapa pekerjaan menuntut integrasi
pertimbangan profesional dan penggunaan kompetensi berbasis bukti sebagaimana
halnya pengajaran.
Penelitian tentang praktik pendidikan yang membuat perbedaan menunjukkan bahwa
empat kelas kompetensi memberikan hasil yang paling besar adalah penyampaian materi
pembelajaran, manajemen kelas, penilaian formatif, dan kompetensi probadi (soft skill).
35
Gambar 4. Framework peningkatan kualitas guru
1. Perancangan kurikulum
Secara umum, diagram alir penyusunan Kurikulum SMK terdapat pada gambar 3.5.
Diagram alir tersebut langkah minimum penyusunan kurikulum, setiap pengembang
kurikulum dapat menambahkan langkah lain sesuai dengan tujuan masing-masing sejauh
masih dalam koridor. Sangat disarankan selama proses penyusunan melibatkan seluruh
staf di program studi beserta perwakilian stake holder untuk menjamin konvergensi
konstruksi dari kurikulum program studi dengan ciri dan kekhasan vokasi yang dominan.
“Tidak ada kurikulum tanpa profil lulusan”. Pernyataan profil lulusan tersebut
merupakan bukti akuntabilitas akademik program studi. Ciri dan kekhasan lulusan
pendidikan tinggi vokasi harus nampak pada profil lulusan. Profil lulusan menjadi pembeda
program studi satu terhadap program studi lainnya. Pernyataan profil lulusan merupakan
kata benda.
37
Tahap inventarisasi informasi
Telaah Keprofesian dan Kebutuhan Masyarakat dan formulasi kevokasian,
Keahlian dan dunia Profesional melibatkan Asosiasi profesi,
stake holder, PT,
maupun Prodisejenis
↓
PROFIL LULUSAN Bagian kritis dimana peran
Capaian lulusan ditentukan dan sesuai
Pembelajaran (CP) kekhasan vokasi, level
kualifikasi KKNI, dan SNDIKTI
↓
Pemilihan & Cocok dan mendukung
Bobot Bahan kekhasan vokasi maupun
Kajian Kedalaman dan Cakupan
penguasaan materi
↓
Membentuk Merangkai Merujuk pada SN DIKTI untuk sks
Matakuliah Struktur Kurikulum dan rangkaian/urutan penguasaan
dan sks kajian
↓
Rencana Pelaksanaan Memilih strategi yang tepat dan
Pembelajaran mendeskripsikan indicator
kelulusan
Gambar 5. Diagram alir penyusunan kurikulum SMK
Penerapan strategi dan praktik mengajar yang baik terbukti mengarah pada
peningkatan penguasaan pelajaran. Pembelajaran yang lebih baik terjadi dalam lingkungan
dinamis di mana guru menawarkan instruksi aktif eksplisit daripada dalam situasi di mana
guru tidak secara aktif membimbing instruksi dan sebaliknya menyerahkan kendali atas
konten dan kecepatan pengajaran kepada siswa. Berikut ini adalah keunggulan dari
pendekatan eksplisit untuk guru (Archer & Hughes, 2011; Knight, 2012):
a. Guru memilih area belajar yang akan diajarkan.
b. Guru menetapkan tujuan dan indikator pembelajaran.
c. Guru memberi tahu siswa tentang tujuan dan indikator pembelajaran sebelum
pelajaran.
d. Guru mendemonstrasikan kepada siswa pengetahuan / keterampilan melalui
pemodelan.
39
e. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa.
f. Guru memberikan kesempatan perbaikan untuk memperoleh pengetahuan/
keterampilan, jika perlu.
g. Guru memberikan penutup di akhir pelajaran.
Keluhan umum dari pendekatan instruksi eksplisit adalah pendekatan tersebut tidak
menawarkan kesempatan yang cukup bagi siswa untuk membangun pengetahuan/
keterampilan yang diperoleh dengan cara yang kreatif dan baru yang membantu mereka
untuk mengasimilasi materi. Kenyataannya adalah bahwa semua pengajaran yang efektif,
apa pun filosofinya, harus membantu siswa dalam menggeneralisasi pengetahuan/
keterampilan yang baru diajarkan dalam konteks yang lebih besar dari satu pelajaran.
Model eksplisit menyelesaikan tujuan membangun menuju "ide-ide besar" dengan
terlebih dahulu menekankan penguasaan keterampilan dasar seperti membaca dan
matematika, lalu secara sistematis memperkenalkan peluang untuk mengintegrasikan
keterampilan penting ini dalam pelajaran berbasis penemuan untuk memaksimalkan
pengalaman sukses siswa.
Salah satu hasil dari perancangan pembelajaran berupa dokumen Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan salah satu dari perangkat pembelajaran,
perangkat pembalajaran yang lain diantaranya adalah instrument penilaian, monitoring
proses pembelajaran, rencana tugas, bahan ajar, dan lain- lain. Sesuai dengan Standar
Nasional Pendidikan Tinggi pasal 12, RPP paling sedikit memuat:
a) nama program studi, nama dan kode mata pelajaran, semester, sks, nama guru
pengampu;
e) metode pembelajaran;
Setiap unsur RPP dalam ketentuan di atas mengandung pengertian sebagai berikut:
Dapat diisi lebih dari satu orang bila pembelajaran dilakukan oleh suatu tim
pengampu (Team teaching), atau kelas parallel.
CPL yang tertulis dalam RPS merupakan sejumlah capaian pembelajaran lulusan
yang dibebankan pada mata pelajaran ini, yang bisa terdiri dari unsur sikap,
ketrampilan umum, ketrampilan khusus, dan pengetahuan. Rumusan capaian
pembelajaran lulusan yang telah dirumuskan dalam dokumen kurikulum dapat
dibebankan kepada beberapa mata pelajaran, sehingga CPLyang dibebankan
kepada suatu mata pelajaran merupakan bagian dari usaha untuk memberi
kemampuan yang mengarah pada pemenuhan CPL.
f) Materi Pembelajaran
Adalah materi pembelajaran yang terkait dengan kemampuan akhir yang hendak
41
dicapai. Deskripsi materi pembelajaran dapat disajikan secara lebih lengkap dalam
sebuah buku ajar atau modul atau buku teks yang dapat diletakkan dalam suatu
laman sehingga siswa peserta mata pelajaran ini dapat mengakses dengan mudah.
Materi pembelajaran ini merupakan uraian dari bahan kajian bidang keilmuan
(IPTEKS) yang dipelajari dan dikembangkan oleh guru atau kelompok guru program
studi. Materi pembelajaran dalam suatu mata pelajaran dapat berisi bahan kajian
dengan berbagai cabang/ranting/bagian dari bidang keilmuan atau bidang keahlian,
tergantung konsep bentuk mata pelajaran atau modul yang dirancang dalam
kurikulum. Bila mata pelajaran disusun berdasarkan satu bidang keilmuan maka
materi pembelajaran lebih difokuskan (secara parsial) pada pendalaman bidang
keilmuan tersebut, tetapi apabila mata pelajaran tersebut disusun secara
terintegrasi (dalam bentuk modul atau blok) maka materi pembelajaran dapat berisi
kajian yang diambil dari beberapa cabang/ranting/bagian bidang keilmuan/keahlian
dengan tujuan siswa dapat mempelajari secara terintergrasi keterkaitan beberapa
bidang keilmuan atau bidang keahlian. Kedalaman dan keluasan materi
pembelajaran mengacu pada CPL yang dirumuskan dalam kurikulum.
g) Metode pembelajaran
h) Waktu
Waktu merupakan takaran waktu sesuai dengan beban belajar siswa dan
menunjukan kapan suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Waktu dalam satu
semester yakni mulai minggu ke 1 sampai ke 16 (bisa 1/2/3/4 mingguan) dan waktu
yang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap tahap kegiatan
pembelajaran. Penetapan lama waktu di setiap tahap pembelajaran didasarkan
42
pada perkiraan bahwa dalam jangka waktu yang disediakan rata- rata siswa dapat
mencapai kemampuan yang telah ditetapkan melalui pengalaman belajar yang
dirancang pada tahap pembelajaran tersebut.
Pengalaman belajar siswa yang diwujudkan dalam deskripsi tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa selama satu semester, adalah bentuk kegiatan belajar siswa
yang dipilih agar siswa mampu mencapai kemampuan yang diharapkan di setiap
tahapan pembelajaran. Proses ini termasuk di dalamnya kegiatan asesmen proses
dan hasil belajar siswa.
k) Daftar referensi
Berisi buku atau bentuk lain nya yang dapat digunakan sebagai sumber belajar
dalam pembelajaran mata pelajaran. Sedangkan format RPP dalam bentuk tabulasi,
pada dasarnya dapat dikembangkan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
perguruan tinggi masing-masing.
Berikut ini merupakan beberapa contoh dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dari
mata pelajaran Pemrograman Dasar dan Sistem Komputer SMK.
43
Pelajaran : Pemrograman Dasar
Kelas / Semester : X/I
Alokasi Waktu : 12 x 45 Menit
Topik : Algoritma Perulangan
Pengetahuan : Memahami struktur algoritma serta menganalisa data dalam
suatu algoritma perulangan
Keterampilan : Memecahkan permasalahan dengan algoritma perulangan
Indikator : Peserta diklat mampu memahami struktur algoritma serta
menganalisa data dalam suatu algoritma perulangan serta
memecahkan permasalahan dengan algoritma perulangan
sesuai dengan prosedur yang diberikan
44
1.3. Mengamalkan nilai-nilai keimanan sesuai dengan
ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari
2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin
tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati;
bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi sikap dalam
melakukan percobaan dan berdiskusi
2.2. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam
aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi
melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil
percobaan
3.3. Memahami struktur algoritma serta menganalisa
data dalam suatu algoritma perulangan
4.3. Memecahkan permasalahan dengan algoritma
perulangan
C. Indikator Pencapaian 1. Terlibat aktif dalam pembelajaran pemrograman
Kompetensi dasar.
2. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
3. Toleran terhadap proses pemecahan masalah
yang berbeda dan kreatif.
4. Dapat menerapkan macam-macam struktur
algoritma perulangan untuk menyelesaikan
masalah.
5. Dapat menganalisa algoritma perulangan dengan
pelbagai macam data.
6. Terampil membuat algoritma (pseudocode dan
flowchart) untuk menyelesaikan permasalahan
menggunakan logika perulangan.
D. Tujuan Pembelajaran Dengan kegiatan diskusi dan pembelajaran kelompok
dalam pembelajaran algoritma pemrograman pada Mata
Pelajaran Pemrograman Dasar diharapkan siswa terlibat
aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab
dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan,
memberi saran dan kritik, serta dapat :
1. Terlibat aktif dalam pembelajaran pemrograman
dasar.
2. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
3. Toleran terhadap proses pemecahan masalah
yang berbeda dan kreatif.
45
4. Dapat menerapkan macam-macam struktur
algoritma perulangan untuk menyelesaikan
masalah.
5. Dapat menganalisa algoritma perulangan dengan
pelbagai macam data.
6. Terampil membuat algoritma (pseudocode dan
flowchart) untuk menyelesaikan permasalahan
menggunakan logika perulangan.
Bentuk umum :
while (ekspresi){
statement
}
46
Gambar 1. Flowchart WHILE
Bentuk umum :
do {
statement
} while (ekspresi);
Bentuk umum :
for (init_eksp; eval_eksp; incr_eksp) {
statement
}
Keterangan :
o init_eksp : digunakan untuk memberikan inisialisasi terhadap pengendali
variabel loop
o eval_eksp : dipakai sebagai kondisi untuk keluar dari loop
o incr_eksp : dipakai sebagai pengatur kenaikan perubahan variabel pengendali
loop
o init_eksp dan incr_eksp boleh kosong. Jika keduanya kosong, maka statement
FOR ini akan identik dengan WHILE.
48
5. Perulangan FOR Bersarang (Nested FOR)
Perulangan bersarang (nested loop) adalah perulangan di dalam perulangan. Dapat
berupa perulangan yang sejenis, atau kombinasi dari beberapa jenis yang berbeda.
Syarat perulangan bersarang antara lain :
o Harus menggunakan variabel yang berbeda
o Tidak boleh saling berpotongan
Bentuk umum :
for (init_eksp; eval_eksp; incr_eksp)
{
for (init_eksp; eval_eksp; incr_eksp)
{
Statement
}
}
50
1. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran
algoritma perulangan dengan kondisi di awal secara
keseluruhan.
2. Guru mengajak siswa untuk menutup pembelajaran
dengan berdoa.
Inti :
51
2. Guru mengajak siswa untuk menutup pembelajaran
dengan berdoa.
52
1. Memotivasi siswa dengan memberikan pelbagai ragam
contoh penerapan algoritma perulangan. (Fase 1 PBM)
2. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran kognitif,
psikomotor, dan afektif. (Fase 1 PBM)
3. Mengorientasikan masalah mengenai algoritma
Penutup : perulangan sebagai pencacah naik. (Fase 1 PBM)
53
3. Mengorientasikan masalah mengenai algoritma
perulangan sebagai pencacah turun. (Fase 1 PBM)
54
Aspek yang dinilai Teknik Waktu
Penilaian Penilaian
Sikap
a. Terlibat aktif dalam pembelajaran pemrograman Pengamatan Selama
dasar dengan topik algoritma pemrograman pembelajaran
b. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok. dan saat diskusi
c. Toleran terhadap proses pemecahan masalah
yang berbeda dan kreatif.
Pengetahuan
a. Dapat menerapkan macam-macam struktur Pengamatan dan Penyelesaian
algoritma perulangan untuk menyelesaikan tes tugas individu
masalah. dan kelompok
b. Dapat menganalisa algoritma perulangan dengan
pelbagai macam data.
Keterampilan
a. Terampil membuat algoritma (pseudocode dan Pengamatan Penyelesaian
flowchart) untuk menyelesaikan permasalahan tugas (baik
menggunakan logika perulangan.bersarang. individu
maupun
kelompok) dan
saat diskusi
55
KERJAKAN SOAL BERIKUT DENGAN TEPAT DAN SISTEMATIS!
1. Tentukanlah bentuk/struktur algoritma percabangan kemudian buatlah algoritma
dengan menggunakan flowchart untuk permasalahan berikut ini:
a) Menampilkan bilangan ganjil dari 1-10
b) Menghitung harga BBM Bensin Rp 4500/liter, Solar Rp 4300/liter, Petramax Rp
7000/liter, dihitung sampai 10 liter.
Hasil:
Liter Bensin Solar Petramax
1 4.500 4.300 7.000
2 9.000 8.600 14.000
... ... ... ...
... ... ... ...
10 45.000 43.000 70.000
KUNCI JAWABAN
1. Menentukan bentuk/struktur algoritma percabangan kemudian buatlah algoritma
dengan menggunakan flowchart untuk permasalahan berikut ini:
a) Menampilkan bilangan ganjil dari 1-10
56
b) Menghitung harga BBM Bensin Rp 4500/liter, Solar Rp 4300/liter, Petramax Rp
7000/liter, dihitung sampai 10 liter.
57
c) Menghitung perkalian 1 s/d 10 dengan pengali 1 s/d 5
58
2. Buatlah algoritma perulangan (pseudocode) dengan menggunakan FOR, WHILE
dan DO WHILE untuk mencetak bilangan 1 s/d 5.
59
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP
Mata Pelajaran : Pemrograman Dasar
Kelas/Semester : X / I
Tahun Pelajaran : 2013/2014
Waktu Pengamatan : 12 x 45 menit
Indikator sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak bersikap toleran terhadap proses pemecahan
masalah yang berbeda dan kreatif.
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif tetapi masuih belum ajeg/konsisten.
3. Sangat baik jika menunjukkansudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif secara terus menerus dan
ajeg/konsisten.
60
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
Sikap
No Nama Siswa Aktif Bekerjasama Toleran
KB B SB KB B SB KB B SB
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Keterangan:
KB : Kurang baik B : Baik SB : Sangat baik
61
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KETERAMPILAN
Mata Pelajaran : Pemrograman Dasar
Kelas/Semester : X / I
Tahun Pelajaran : 2013/2014
Waktu Pengamatan : 12 x 45 menit
Keterangan:
KT : Kurang terampil T : Terampil ST : Sangat terampil
Surabaya, 2013
Mengetahui :
Kepala SMK, Guru,
63
bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari- hari
sebagai wujud implementasi sikap dalam
melakukan percobaan dan berdiskusi
2.2. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam
aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi
melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil
percobaan
3.1. Menerapkan bahasa pemrograman
4.1. Mengolah algoritma ke dalam bentuk kode program
komputer
C. Indikator Pencapaian 1. Aktif dalam pembelajaran bahasa pemrograman
Kompetensi 2. Kerja sama dalam menyelesaikan kegiatan kelompok
3. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang
berbeda dan kreatif Dapat melakukan instalasi
bahasa pemrograman
4. Dapat membuat kode program dengan algoritma
sederhana
5. Dapat melakukan kompilasi, eksekusi dan perbaikan
kesalahan program
6. Dapat menerapkan struktur penulisan program dan
algoritma dasar dalam pembuatan program komputer
sederhana.
D. Tujuan Pembelajaran 1. Aktif dalam pembelajaran bahasa pemrograman
2. Kerja sama dalam menyelesaikan kegiatan kelompok
3. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang
berbeda dan kreatif Dapat melakukan instalasi
bahasa pemrograman
4. Melakukan instalasi bahasa pemrograman
5. Membuat kode program dengan algoritma sederhana
6. Melakukan kompilasi, eksekusi dan perbaikan
kesalahan program
7. Menerapkan struktur penulisan program dan
algoritma dasar dalam pembuatan program komputer
sederhana.
65
C++ diciptakan satu dekade setelah C. C++ diciptakan oleh Bjarne Stroustroup
dari Laboratorium Bell, AT&T pada tahun 1983. Pada awalnya C++ diberi nama “A better
C”. Nama C++ sendiri diberinama oleh Rick Mascitti. Adapun tanda ++ berasal dari
operator increment pada bahasa C.
Keistimewaan C++ adalah karena bahasa ini mendukung OOP (Object Oriented
Programming). Tujuan utama pembuatan C++ adalah untuk
meningkatkan produktivitas pemrogram dalam membuat aplikasi.
Kebanyakan pakar setuju bahwa OOP dan C++ mampu mengurangi kompleksitas
terutama program yang terdiri dari 10.000 baris lebih, bahkan dapat meningkatkan
produktivitas 2x lipat dari C, Pascal dan Basic.
66
Instalasi Tools Bahasa Pemrograman
Pada materi ini kita akan menggunakan salah satu compiler yang telah disebutkan
diatas, yaitu Bloodshed Dev- C++.
Cara installasi :
1. Klik double file Dev-Cpp 5.3.0.4 MinGW 4.7.0 Setup.exe
2. Pilih bahasa english
4. Klik I Agree, maka akan tampil dialog komponen/fitur yang akan diinstall.
67
5. Klik Next, kemudian isikan folder tujuan instalasi dengan cara klik Browse.
68
7. Proses berhasil, Klik Finish.
Berikut ini dalah contoh kode program menggunakan bahasa pemrograman C++.
Contoh:
69
cout << “Hallo”;
Sintaknya adalah:
cin >> variabel;
contohnya:
70
Untuk melakukan eksekusi kode program, klik Execute >> Run atau tekan F10 pada
keyboard. Maka hasilnya,
Perbaikan Kesalahan
Perbaikan kesalahan ini sangat penting untuk dilakukan karena jika terdapat kesalahan
penulisan kode program maka file tidak dapat di eksekusi. Jika tidak ada kesalahan sintaks
di dalam program, maka kompilasi program berlangsung sukses seperti pada gambar
diatas.
F. Model/Metode Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Pembelajaran
G. Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan :
1. Membuka pertemuan dengan salam dan mengawali
pelajaran dengan doa bersama untuk mengajarkan
71
siswa bersikap religious, kemudian mengabsen
kehadiran siswa. (Fase 1 MPK)
2. Mengingatkan kepada siswa untuk disiplin dengan
datang tidak terlambat dan memberi hukuman kepada
siswa yang datang terlambat agar lebih disiplin. (Fase 1
MPK)
3. Mengkomunikasikan tentang tujuan pembelajaran, sikap
dan ketrampilan (Fase 1 MPK)
4. Memotivasi siswa dengan menampilkan framework
bahasa pemrograman dan contoh kode program dalam
bahasa pemrograman (Fase 2 MPK)
72
pembuatan program komputer sederhana. (Fase 4
MPK)
6. Memberikan kesempatan kepada kelompok siswa untuk
menyampaikan hasil kerja. Dengan cara ini, siswa dapat
meningkatkan kemampuan berkomunikasi. (Fase 4
MPK)
7. Mengoreksi presentasi kelompok siswa untuk
memperdalam pemahaman kelompok lain. (Fase 4
MPK)
8. Meminta siswa untuk membuat laporan pembuatan
kode program. Mengingatkan bahwa laporan dinilai
Penutup : sebagai nilai portofolio. (Fase 4 MPK)
9. Memberikan tes tertulis dan praktek tentang konsep dan
penerapan bahasa pemrograman dalam program
sederhana. (Fase 5 MPK)
10. Memberikan penghargaan kepada individu dan
kelompok yang berkinerja baik dan amat baik dalam
kegiatan belajar mengajar tersebut. (Fase 6 MPK)
11. Melibatkan siswa menutup pelajaran dan
menyampaikan materi pada pertemuan berikutnya
tentang Tipe Data, Variabel, Konstanta, Operator dan
Ekspresi.
H. Alat/Media/Sumber 1. Buku teks pelajaran
Pembelajaran 2. Buku panduan guru
3. Sams Teach Yourself C++ in 24 Hours, 2011, United
States of America: Pearson Education, Inc
4. Qt Basic Curriculum, 2011, NICE (Nokia Indonesia
Community Enthusiast)
5. Lembar penilaian
I. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian: tugas, portofolio, pengamatan, tes
tertulis & praktek
2. Prosedur Penilaian:
73
Aspek yang dinilai Teknik Waktu
Penilaian Penilaian
Sikap
a. Terlibat aktif dalam pembelajaran Bahasa Pemrograman Pengamatan Selama
b. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok. pembelajar
c. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang an
berbeda dan kreatif.
Pengetahuan
a. Melakukan instalasi bahasa pemrograman Portofolio, Selama
b. Membuat kode program dengan algoritma sederhana Pengamatan pembelajar
c. Melakukan kompilasi, eksekusi dan perbaikan kesalahan dan tes an dan
program Penyelesai
d. Menerapkan struktur penulisan program dan algoritma an tugas
dasar dalam pembuatan program komputer sederhana kelompok
Keterampilan
a. Terampil mengolah algoritma ke dalam bentuk kode Pengamatan Penyelesai
program komputer an tugas
kelompok
Tes Tertulis
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa pemrograman? (Skor maksimal 20)
2. Apa bedanya program dan pemrograman? (Skor maksimal 20)
3. Sebutkan contoh bahasa pemrograman yang kamu ketahui! (Skor maksimal 20)
4. Apakah fungsi dari compiler? (Skor maksimal 20)
5. Sebutkan perbedaan bahasa tingkat rendah dan bahasa tingkat tinggi! (Skor
maksimal 20)
Tes Praktek
Buatlah program seperti di bawah ini
#include <conio.h>
#include <iostream.h>
void main()
{
clrscr();
cout << “It is my first C++ program\n”;
cout << “I am sure that I will be familiar with this”;
74
cout << “--------------------------\n“;
}
Kunci Jawaban
Tes Tertulis
1. Bahasa pemrograman merupakan bahasa komputer yang digunakan dalam menulis
program.
2. Algoritma yang ditulis dalam bahasa komputer dinamakan program. Sedangkan
kegiatan merancang dan menulis program disebut pemrograman.
3. Pascal, C, C#, C++, Cobol, Fortran, Java
4. Compiler merupakan program khusus yang meng-kompilasi program sumber (source
program) dalam bahasa pemrograman. Kompilasi program bertujuan memeriksa
kebenaran sintaks (tata bahasa) program, kemudian jika tidak ada kesalahan,
program diterjemahkan ke dalam bahasa mesin sehingga siap dieksekusi.
5. Perbedaan
a. Bahasa tingkat rendah
Bahasa jenis ini dirancang agar setiap instruksi langsung dikerjakan oleh komputer,
tanpa harus melalui penerjemah (translator). Bahasa mesin merupakan
sekumpulan kode biner yang hanya mengenal angka 0 dan 1.
Contoh : bahasa mesin
b. Bahasa tingkat tinggi
Bahasa jenis ini membuat program menjadi lebih mudah dipahami, lebih
manusiawi, dan lebih dekat ke bahasa manusia terutama bahasa inggris.
Kelemahannya, program tidak dapat langsung dilaksanakan oleh komputer. Ia perlu
diterjemahkan oleh sebuah translator bahasa (disebut kompilator atau compiler) ke
dalam bahasa mesin sebelum akhirnya dieksekusi oleh CPU.
Contoh : Pascal, C, C++, Cobol dll
75
Tes Praktek
1. Tampil pesan error dimana perintah Include tidak valid
2. Pesan error sama
3. Bahasa pemrograman C++ bersifat case sensitive dimana huruf besar dan huruf kecil
tidak dianggap sama.
76
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP
Mata Pelajaran : Bahasa Pemrograman
Kelas/Semester : X / 2
Tahun Pelajaran : 2013/2014
Waktu Pengamatan :
Indikator sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak bersikap toleran terhadap proses pemecahan
masalah yang berbeda dan kreatif.
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif tetapi masuih belum ajeg/konsisten.
3. Sangat baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap
proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif secara terus menerus dan
ajeg/konsisten.
77
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
Sikap
No Nama Siswa
Aktif Bekerjasama Toleran
KB B SB KB B SB KB B SB
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Keterangan:
KB : Kurang baik B : Baik SB : Sangat baik
78
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KETERAMPILAN
Mata Pelajaran : Bahasa Pemrograman
Kelas/Semester : X / 2
Tahun Pelajaran : 2013/2014
Waktu Pengamatan :
Keterampilan
Mengolah algoritma ke dalam
No Nama Siswa
bentuk kode program komputer
KT T ST
1
2
3
4
5
6
…
dst
Keterangan:
KT : Kurang terampil T : Terampil ST : Sangat terampil
Surabaya,
Mengetahui :
Kepala SMK, Guru,
79
80
Pelajaran : Sistem Komputer
Kelas / Semester : X/1
Alokasi Waktu : 10 x 45 Menit
Topik : Rangkaian Logik
Pengetahuan : Menjelaskan rangkaian logic pada komputer
Keterampilan : Menggunakan rangkaian logic pada komputer
Indikator : Peserta diklat mampu menjelaskan dan menggunakan
rangkaian logic pada komputer
81
2.4. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas
sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan
percobaan dan melaporkan hasil percobaan
3.5 Memahami rangkaian Multiplexer, Decoder, Flip-Flop dan
Counter
RANGKAIAN LOGIK
Dalam teknik komputer digital ada beberapa rangkaian logik yang harus kita
mengerti sebelumnya, karena rangkaian ini adalah rangkaian utama yang
membangun fungsi dari mikrokomputer itu sendiri. Rangkaian atau fungsi yang
82
dimaksud adalah : Multiplexer, Decoder, Flip-Flop, Shift Register, dan Counter (
Penghitung ).
1. Multiplexer
Multiplexer atau sering disebut Data Selector, adalah sakelar elektronik yang
dapat dikontrol oleh input pengontrol S. Salah satu dari input yang ada (X0 ……..
X3) dapat sampai ke output tergantung dari keadaan pengontrol S1 dan S2.
2. Decoder
Pada Decoder yang sering juga disebut Demultiplexer, sinyal L atau H pada
outputnya tergantung dari kombinasi inputnya. Decoder di bawah ini disebut juga
decoder 3 ke 8 karena mempunyai 3 input X0 sampai X2 dan 8 (23) output Y0
sampai Y7.
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa tergantung dari kombinasi input, setiap output
dapat berupa logik H.
3. Flip-flop
Flip-Flop adalah suatu rangkaian yang dapat menyimpan state biner
(sepanjang masih terdapat power pada rangkaian) sampai terjadi perubahan pada
83
sinyal inputnya. Flip-flop dapat dibuat dari dua buah gerbang NAND atau NOR
berikut ini:
84
Flip-flop JK (hanya huruf abjad, mirip RS)
Flip-flop T (Toggle)
85
Flip-flop D (Delay atau Data)
4. Shift register
Register geser (Shift register) merupakan salah satu piranti fungsional yang banyak
digunakan di dalam sistem digital. Pada sistem digital register geser digunakan
untuk menggeser suatu data. Pergeseran data pada register dapat dilakukan dalam
dua arah yaitu ke arah LSB (Low Significant Bit) dan ke arah MSB (Most Significant
Bit). Register geser dikelompokkan sebagai rangkaian logika, dan oleh sebab itu
suatu register disusun dari flip-flop. Register geser digunakan sebagai memori
sementara dan untuk pergeseran data ke kiri atau ke kanan. Register geser dapat
juga digunakan untuk mengubah format data seri ke paralel atau dari paralel ke seri.
86
Gb. Ilustrasi peregeseran data pada register geser
Suatu metode pengidentifikasian register geser adalah bagaimana data dimuat dan
dibaca dari unit penyimpanan, seperti yang ditunjukan pada gambar diatas. Dari
sistem kerja dari register geser, register geser dapat di klasifikasikan dalam
beberapa jenis sebagai berikut.
1. Masukan dan keluaran seri (Serial In Serial Out Register), Register geser jenis
ini tidak mengubah format data, karena dengan data input seri dan
dikeluarkannya dalam format seri juga, yang berubah adalah nilai dari data
tersebut.
2. Masukan seri keluaran paralel (Serial In Parallel Out Register), Register geser
ini akan menggeser data seri dan mengeluarkannya dalam format paralel tanpa
mengubah nilai data tersebut.
3. Masukan paralel keluaran seri (Parallel In Serial Out Register), Register geser
ini hanya mengubah format data paralel menjadi serial tanpa mengubah nilai
dari data tersebut.
4. Masukan paralel keluaran paralel (Parallel In Parallel Out Register), Register
geser tipe ini akan mengubah nilai dari data yang digeser dengan format data
tetap paralel.
5. Counter
Pencacah (counter) adalah merupakan jenis khusus dari register,
yang dirancang guna mencacah/menghitung jumlah pulsa-pulsa detak yang
tiba pada masukan-masukannya.
Q3 J3 Q2 J2 Q1 J1 Q0 J0 Tinggi
87
Q3 K3 Q2 K2 Q1 K1 Q0 K0
CLR
Pada pencacah riak, waktu tunda propagasi total adalah ntp. Ini menyebabkan
pencacah riak terlalu lambat untuk beberapa pemakaian tertentu. Guna
mengatasi masalah tersebut, dapat menggunakan sebuah synchronous counter
(pencacah sinkron).
Q3 J3 Q2 J2 Q1 J1 Q0 J0
Q3 K3 Q2 K2 Q1 K1 Q0 K0
CLR
88
Untuk membuat sebuah rangkaian Up Counter, lakukan langkah-langkah sintesa
rangkaian yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari hasil persamaan logika
berdasarkan Tabel PS/NS di atas didapatkan rangkaian seperti di bawah ini :
Berdasarkan Tabel, dapat dilihat bahwa Down Counting merupakan kebalikan dari
Up Counting, sehingga rangkaiannya masih tetap menggunakan rangkaian Up
Counter, hanya outputnya diambilkan dari Q masing-masing Flip-flop. Bentuk
rangkaian Down Counter adalah seperti gambar di bawah ini :
Inti : Penggalan 1
1. Mengidentifikasikan topic dan mengatur siswa ke dalam
kelompok. Dengan dibentuknya kelompok, siswa dapat
dilatihkan bekerja sama, bertanggung jawab secara
individu dan sosial, peduli, dan menghargai orang lain.
(Fase 1 GI)
a. Para siswa meneliti beberapa sumber, dan
mengkategorikan saran-saran tentang materi yang
akan diinvestigasi.
b. Siswa dibagi dalam kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 3 orang yang bersifat heterogen.
2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari. (Fase 2 GI)
a. Menentukan poin-poin subtopik serta tujuan dan
literatur yang dipelajari
b. Menentukan penanggung jawab pada masing-masing
subtopic
Penggalan 2
3. Melaksanakan Investigasi. Dengan diskusi secara
kelompok, siswa dapat bergantian memberi informasi,
siswa dilatihkan menghargai orang lain, dapat dipercaya,
kerja sama, berpendapat, bertanya / mendengar. (Fase 3
GI)
a. Para siswa saling bertukar informasi, berdiskusi,
mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan.
b. Para siswa melakukan percobaan
4. Siswa menyiapkan laporan akhir dan bahan presentasi
(Fase 4 GI).
90
Penggalan 3
5. Mempresentasikan laporan akhir. Dengan kegiatan
presentasi, siswa dilatih untuk berani berpendapat, aktif
bertanya, mendengar, peduli, menghargai, serta
bertanggung jawab secara sosial. (Fase 5 GI)
a. Masing-masing kelompok maju untuk
mempresentasikan hasil kerja secara bergantian
b. Kelompok lain mengevaluasi kejelasan dan
penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah
Penutup : ditentukan sebelumnya
6. Evaluasi. Para siswa memberikan umpan balik mengenai
topic tersebut, mengenai tugas yang telah mereka
kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman selama
proses (Fase 6 GI)
91
saat
diskusi
Pengetahuan
a. Memahami rangkaian Multiplexer, Decoder, Flip-Flop Pengamatan Penyelesa
dan Counter secara tepat, dan sistematis. dan tes ian tugas
b. Mampu membuat rangkaian couter up dan counter individu
down secara tepat, dan sistematis. dan
kelompok
Keterampilan
a. Terampil dalam mempresentasikan hasil yang Pengamatan Penyelesa
berkaitan dengan rangkaian logik. ian tugas
Matapelajaran : Kelas :
Kelompok :
1.
2.
3.
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengenal berbagai jenis counter
2. Mengetahui prinsip kerja berbagai jenis counter
B. DASAR TEORI
Pencacah biner (counter) adalah suatu rangkaian yang masukannya berupa
serangkaian pulsa dan keluarannya adalah digit biner, dengan saluran tersendiri untuk
tiap nilai pangkat dua 20 , 21 , 22 , dan seterusnya. Pencacah biner yang paling sederhana
adalah rangkaian flip-flop. Seperti yang diperlihatkan pada gambar 5.1 (di sini dipakai
flip-flop type D). Pencacah jenis ini dikenal dengan berbagai nama seperti pencacah
ripple, pencacah ripple-trough, atau pencacah tak sinkron.
Misalkan kita memiliki rangkaian flip-flop yang berganti pada keadaan tepi turun pulsa
clock. Di keluarkan Q setiap flip-flop dipasang LED, sehingga LED tersebut akan
menyala jika Q = 1. Kita misalkan semua LED pada pada awal cacahan. Jika pulsa
pertama dating, flip-flop dialihkan sehingga keluaran Q0 tinggi (gambar 5.2) dan LED
menyala. Karena jenis flip-flop ini berpindah keadaan pada tepi turun pulsa clock, flip-
flop 1 tidak berubah akibat kenaikan Q0 dari 0 ke 1. Pulsa kedua ke flip-flop 0 membuat
flip-flop ini berpindah keadaan kembali, sehingga tegangan keluarannya berubah dari 1
92
ke 0. Ini adalah tepi turun, sehingga flip-flop 1 dihidupkan dan keluaran Q1 naik ke logika
1, LED kedua menyala. Pada saat yang sama, LED pertama dipadamkan oleh jatuhnya
tegangan Q0. Pulsa ketiga akan menyebabkan LED pertama menyala kembali,
membiarkan LED kedua tidak terganggu. Pulsa keempat akan mematikan LED pertama
dan LED kedua, tetapi menghidupkan LED ketiga.
Pencacah Sinkron
Kelemahan pencacah ripple telah dikemukakan di depan, terutama masalah waktu.
Pilihan lain untuk metode pencacahan adalah pencacah sinkron yang masing-masing
flip-flopnya diberi clock oleh pulsa yang sama, sehingga semua perubahan terjadi pada
saat yang sama.
Rancangan pencacah sinkron dengan beberapa tingkat cukup sederhana, tetapi
menjadi sukar jika diperlukan banyak tingkat. Untungnya, terdapat LSI pencacah sinkron
jumlah cacahan yang banyak diperlukan. Selain itu tersedia pula metode lain untuk
bilangan cacahan yang bukan decimal, BCD, atau pangkat dua yang mudah.
Prinsip kerja pencacah sinkron adalah bahwa pada setiap keadaan pencacahan,
bilangan biner yang ada di keluaran setiap flip-flop dipakai untuk men-set masukan JK
Flip-flop berikutnya. Pola sambungan harus benar jika diharapkan pencacahan
berlangsung normal.
Untuk melihat bagaimana cara kerja pencacah sinkron, perhatikan pencacah dua
tingkat yang sangat sederhana pada gambar 5.3 dan ingat kembali table kebenaran
untuk JK Flip-flop. Table keadaan logika di samping diagram memperlihatkan
keluaran-keluaran Q0 dan Q1, juga tegangan di masukan J1 dan K1.
D. PELAKSANAAN PERCOBAAN
1. Percobaan yang dilakukan meliputi :
a. Pencacah Naik (Up-Counter)
b. Pencacah Turun (Down-Counter)
c. Pencacah Paralel
2. Sambungkan kabel input DC pada modul ke power supply yang telah disediakan,
pastikan kabel terpasang pada tegangan +5 volt dan 0 volt. Jangan lupa Power
Supply masih dalam keadaan OFF.
3. Pencacah Naik
Hubungkan UP dengan CK out pada clock, clock rotary switch pada (SW1) posisi
OS.
Hubungkan CLR pada counter dengan salah satu input Switches A (SW3)
Hubungkan output (QD, QC, QB, QA) dengan LED Display dan HEX Display secara
parallel.
Power supply di-ON-kan
93
Amatilah tampilan pada kedua display setiap kali menekan tombol Clock OS
(SW2)
Power Supply di-OFF-kan.
4. Pencacah Turun
Pindahkan posisi UP ke DN
Lakukan langkah seperti pada Pencacah Naik mulai dari langkah kedua.
5. Pencacah Paralel
Hubungkan Input (D, C, B, A) pada Counter dengan Input Switches B (SW4)
Hubungkan LD pada Counter dengan salah satu Input Switch A (SW3)
Hubungkan CLR pada Counter dengan salah satu Input Switch A (SW3)
Power Supply di-ON-kan
Amatilah tampilan pada LED Display dengan merubah-rubah kombinasi Input
Switches B.
Power Supply di-OFF-kan
Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan bagaimana suatu rangkaian counter dapat digunakan sebagai pembagi
frekuensi !
2. Sebutkan kegunaan lain dari counter !
3. Buat rangkaian asynchrounous counter modul 5, 8, 10, 13 !
4. Jelaskan mengapa asynchronous counter sering disebut pula sebagai ripple counter !
5. Tunjukkan berbagai jenis aplikasi dari rangkaian asynchronous counter !
Prosedur :
1. Tugasi siswa dengan memberikan modul praktikum
2. Penentuan skor kinerja siswa mengacu pada Format Asesmen Kinerja di bawah ini
3. Berikan format ini kepada siswa sebelum asesmen dilakukan
4. Siswa diijinkan mengakses kinerja mereka sendiri dengan menggunakan format ini
94
Format AsesmenKinerja Proses
Skor SkorAsesmen
No RincianTugas Kinerja
Maksimum Oleh siswa sendiri Oleh Guru
1 Literatur yang digunakan 3
2 Proses investigasi 3
3 Rangkaian counter sebagai
3
pembagi frekuensi
4 Kegunaan counter 3
Rangkaian asynchrounous
5 3
counter
Asynchronous counter
6 3
sebagai ripple counter
Jenis aplikasi dari rangkaian
7 3
asynchronous counter
PEDOMAN PENILAIAN
95
NO ASPEK YANG DINILAI SKOR KRITERIA
2 Siswa menjelaskan kegunaan counter
dengan benar namun kurang jelas
1 Siswa menjelaskan kegunaan counter
dengan kurang tepat
0 Siswa tidak menjelaskan kegunaan counter
96
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP
97
Bubuhkan tanda (√) pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
Sikap
No Nama Siswa Aktif Bekerjasama Tanggung jawab
KB B SB KB B SB KB B SB
1
2
3
4
5
Keterangan:
KB : Kurang baik
B : Baik
SB : Sangat baik
Mengetahui : Surabaya,
Kepala SMK, Guru,
98
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KETERAMPILAN
Indikator terampil dalam mempresentasikan hasil diskusi yang berkaitan dengan rangkaian
logik
1. Kurang terampil jika sama sekali tidak dapat menyampaikan hasil diskusi dengan jelas
serta tidak dapat menjawab pertanyaan dari audiens yang berkaitan dengan aritmatika
2. Terampil jika menunjukkan sudah ada usaha untuk mengemukakan hasil diskusi
serta dapat menjawab pertanyaan dari audiens yang berkaitan dengan aritmatika,
walaupun cara menyampaikan masih belum jelas dan kurang tepat
3. Sangat terampill, jika menunjukkan adanya usaha untuk mengemukakan hasil diskusi
serta dapat menjawab pertanyaan dari audiens yang berkaitan dengan aritmatika
dengan jelas dan tepat
Keterangan:
KT : Kurang terampil
T : Terampil
ST : Sangat terampil
Surabaya,
Mengetahui : Guru,
Kepala SMK,
100
2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas
sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan
percobaan dan melaporkan hasil percobaan
3.1. Memahami Organisasi dan Arsitektur Komputer
4.1. Menyajikan gambar struktur sistem komputer Von Neumann
101
Pengantar Organisasi dan Arsitektur Komputer
1. Pengertian dan Perbedaan Organisasi Komputer dan Arsitektur Komputer
Organisasi Komputer adalah bagian yang terkait erat dengan unit–unit operasional
dan interkoneksi antar komponen penyusun sistem komputer dalam merealisasikan aspek
arsitekturalnya. Contoh aspek organisasional adalah teknologi hardware, perangkat
antarmuka, teknologi memori, sistem memori, dan sinyal–sinyal kontrol.
Arsitektur Komputer lebih cenderung pada kajian atribut–atribut sistem komputer
yang terkait dengan seorang programmer. Contohnya, set instruksi, aritmetika yang
digunakan, teknik pengalamatan, mekanisme I/O.
Sebagai contoh apakah suatu komputer perlu memiliki instruksi pengalamatan pada
memori merupakan masalah rancangan arsitektural. Apakah instruksi pengalamatan
tersebut akan diimplementasikan secara langsung ataukah melalui mekanisme cache
adalah kajian organisasional.
Perbedaan Utama
Organisasi Komputer
o Bagian yang terkait erat dengan unit–unit operasional
o Contoh: teknologi hardware, perangkat antarmuka, teknologi
memori, sistem memori, dan sinyal–sinyal kontrol
Arsitektur Komputer
o atribut–atribut sistem komputer yang terkait dengan seorang programmer
o Contoh: set instruksi, aritmetika yang digunakan, teknik pengalamatan,
mekanisme I/O
2. Struktur dan Fungsi Utama Komputer
2. 1 Struktur Komputer
Komputer adalah sebuah sistem yang berinteraksi dengan cara tertentu dengan
dunia luar. Interaksi dengan dunia luar dilakukan melalui perangkat peripheral dan
saluran komunikasi. Dalam buku ini akan banyak dikaji seputar struktur internal komputer.
Perhatikan gambar 1.2, terdapat empat struktur utama:
a. Central Processing Unit (CPU), berfungsi sebagai pengontrol operasi
komputer dan pusat pengolahan fungsi – fungsi komputer. Kesepakatan, CPU
cukup disebut sebagai processor (prosesor) saja.
b. Memori Utama, berfungsi sebagai penyimpan data.
c. I/O, berfungsi memindahkan data ke lingkungan luar atau perangkat lainnya.
d. System Interconnection, merupakan sistem yang menghubungkan CPU,
memori utama dan I/O.
102
Gambar 1.2 StrukturDasar Komputer
Komponen yang paling menarik namun paling kompleks adalah CPU. Struktur CPU
terlihat pada gambar 1.2, dengan struktur utamanya adalah :
a. Control Unit, berfungsi untuk mengontrol operasi CPU dan mengontrol
komputer secara keseluruhan.
b. Arithmetic And Logic Unit (ALU), berfungsi untuk membentuk
fungsi – fungsi pengolahan data komputer.
c. Register, berfungsi sebagai penyimpan internal bagi CPU.
d. CPU Interconnection, berfungsi menghubungkan seluruh bagian dari CPU.
2.2 Fungsi Komputer
Fungsi dasar sistem komputer adalah sederhana seperti terlihat pada gambar
1.3. Pada prinsipnya terdapat empat buah fungsi operasi, yaitu :
a. Fungsi Operasi Pengolahan Data
b. Fungsi Operasi Penyimpanan Data
c. Fungsi Operasi Pemindahan Data
d. Fungsi Operasi Kontrol
103
Gambar 1.3. Fungsi Komputer
Komputer harus dapat memproses data. Representasi data di sini
bermacam–macam, akan tetapi nantinya data harus disesuaikan dengan mesin pemrosesnya.
Dalam pengolahan data komputer memerlukan unit penyimpanan sehingga diperlukan suatu
mekanisme penyimpanan data. Walaupun hasil komputer digunakan saat itu, setidaknya
komputer memerlukan media penyimpanan untuk data prosesnya. Dalam interaksi
dengan dunia luar sebagai fungsi pemindahan data diperlukan antarmuka (interface),
proses ini dilakukan oleh unit Input/Output (I/O) dan perangkatnya disebut peripheral. Saat
interaksi dengan perpindahan data yang jauh atau dari remote device, komputer melakukan
proses komunikasi data. Gambar 1.4 mengilustrasikan operasi–operasi komputer. Gambar
1.4a adalah operasi pemindahan data, gambar 1.24 adalah operasi penyimpanan data,
gambar 1.4c dan gambar 1.4d adalah operasi pengolahan data.
104
Gambar 1.4. Operasi-operasi Komputer
1. PEMROSES
Pemroses disebut CPU, berfungsi mengendalikan operasi komputer dan melakukan
pengolahan data. Pemroses melakukan kerja dengan langkah sbb:
1. Mengambil instruksi yang dikodekan secara biner dari memori utama
2. Men-dekode instruksi menjadi proses-proses sederhana
3. Melaksanakan proses-proses tersebut
2. MEMORI
Memori berfungsi untuk menyimpan data dan program. Hirarki memori berdasarkan kecepatan
akses, seperti tabel berikut ini:
Tercepat Register
Chace memory
Main memory
Disk memory
Magnetic Disk
Terlambat Magnetic Tape Optical disk
3. PERANGKAT I/O
Perangkat masukan/keluaran digunakan sistem komputer untuk berinteraksi dengan
lingkungan luar, baik ke pemakai ataupun lingkungan secara umum.
Perangkat masukan/keluaran terdiri dari dua bagian, yaitu:
1. Komponen mekanis, yaitu perangkat itu sendiri
2. Komponen elektronis, yaitu pengendali perangkat berupa chip controller.
4. INTERKONEKSI ANTARKOMPONEN
Disebut BUS dan interkoneksi ini berkaitan dengan tatacara hubungan antarkomponen-
komponen sistem komputer.
Bus terdiri dari tiga macam, yaitu:
106
1. Bus alamat (addres bus)
Untuk memberikan alamat dari memori atau port yang hendak diakses. Bus alamat
berisi 16, 20, 24 jalur sinyal paralel atau lebih.
2. Bus data (data bus)
Untuk membaca dan mengirim data dari/ke memori atau port. Bus data berisi 8,16, 32
jalur sinyal paralel atau lebih.
3. Bus kendali (control bus)
Sinyal bus kendali antara lain:
• Memory Read
• Memory Write
• I/O read
• I/O Write
Sistem interkoneksi antarkomponen (Bus) yang populer antara lain: ISA, EISA, MCA, VESA,
PCI dan AGP.
Arsitektur Komputer Von Neumann merupakan arsitektur yang diciptakan oleh Jhon Von
Neumann(1903 – 1957). Nama Von Neumann sendiri diambil dari namanya karena dialah
yang pertama kali mempublikasikan konsep tersebut (seandainya saya yang duluan pasti
namanya akan diambil dari nama saya tentunya), arsitektur komputer ini banyak digunakan di
sebagian besar sistem komputer non paralel seperti komputer rumahan atau
notebook. Kedepanya model Von Neumann akan digantikan dengan sistem yang mampu
mengkoordinasikan banyak CPU untuk bekerja secara serempak seperti komputer yang
digunakan oleh NASA.
107
Dalam gambar menunjukan begitu sederhananya arsitektur tersebut, berikut penjelasan dari
empat komponen tersebut.
1. Masukan (input)
Perangkat ini memiliki fungsi sebagai media untuk memasukkan data ke dalam processor
untuk diolah guna menghasilkan informasi yang diperlukan. Input devices atau perangkat
masukan yang umumnya digunakan personal computer (PC) adalah keyboard dan mouse,
keyboard dan mouse adalah unit yang menghubungkan user (pengguna) dengan komputer.
Selain itu terdapat joystick, yang biasa digunakan untuk bermain games atau permainan
dengan komputer. Kemudian scanner, untuk memindai gambar agar dapat di olah secara
digital. Touch panel, dengan menggunakan sentuhan jari user dapat melakukan suatu proses
akses file sebagai pengganti mouse. Microphone, untuk merekam suara ke dalam komputer
dan masih banyak lagi.
2. Pemroses (CPU)
CPU atau Central Processing Unit merupakan tempat pemroses dari intruksi-intruksi program,
bentuknya berupa chip yang terdiri dari jutaan IC. CPU terdiri dari dua bagian utama yaitu Unit
Kendali (control unit) serta Unit Aritmatika dan Logika (ALU). Disamping itu, CPU mempunyai
beberapa alat penyimpan yang berukuran kecil yang disebut dengan register.
108
Unit ini bertugas mengatur dan mengendalikan semua peralatan yang ada pada sistem
komputer. Unit kendali akan mengatur kapan alat input menerima data dan kapan data diolah
serta kapan ditampilkan pada alat output. Tugas dari unit kendali ini adalah :
Tugas utama dari ALU adalah melakukan semua perhitungan aritmatika (matematika) yang
terjadi sesuai dengan instruksi program. ALU melakukan operasi aritmatika dengan dasar
penjumlahan sehingga sirkuit elektronik yang digunakan disebut adder. Tugas lain dari ALU
adalah melakukan keputusan dari suatu operasi logika sesuai dengan instruksi program.
Operasi logika meliputi perbandingan dua operand dengan menggunakan operator logika
tertentu, yaitu sama dengan (=), tidak sama dengan (<> ), kurang dari (<), kurang atau sama
dengan (<= ), lebih besar dari (>), dan lebih besar atau sama dengan (>=).
3. Penyimpanan (memory)
Memory mrupan media penyimpanan data pada Komputer, jenis memory dibagi menjadi dua
yaitu.
RAM adalah memory utama bagi Komputer yang memegang arahan data yang akan
diproses oleh Processor, Ram sendiri bersifat volatile. Artinya data yang disimpan
didalamnya akan hilang ketika tidak di aliri arus listrik. Jenis RAM sangat bervariasi,
diantaranya :
- DRAM (Dynamic RAM) adalah jenis RAM yang secara berkala harus disegarkan oleh CPU
agar data yang terkandung didalamnya tidak hilang.
- SDRAM (Synchronous Dynamic RAM) adalah jenis RAM yang paling umum digunakan
pada PC masa sekarang. RAM ini disinkronisasi oleh clock sistem dan memiliki kecepatan
lebih tanggi dari pada DRAM.
- SRAM (Statik RAM) adalah jenis memory yang tidak perlu penyegaran oleh CPU agar data
109
yang terdapat didalamnya tetap tersimpan dengan baik. RAM jenis ini memiliki kecepatan
lebih tinggi dari pada DRAM.
- RDRAM (Rambus Dynamic RAM)adalah jenis memory yang lebih cepat dan lebih mahal
dari pada SDRAM.
- EDORAM (Extended Data Out RAM) adalah jenis memory yang digunakan pada sistem
yang menggunakan Pentium.
- DDR (Double Data Rate) tipe RAM yang menggunakan teknologi double clock cycle. DDR
sekarang sudah semakin berkembang dengan munculnya DDR2 dan DDR3 yang memiliki
kecepatan yang sangat tinggi.
Kedepannya mungkin jenis-jenis RAM akan terus berkembang, karena semakin berkembang
pulasistem komputer yang ada saat ini. Sehingga untuk menunjang kebutuhan komputasi
yang tinggi dibutuhkan performa komputer yang maksimal.
ROM ini sifatnya permanen, artinya program / data yang disimpan didalam ROM ini tidak
mudah hilang atau berubah walau aliran listrik di matikan. Proses menyimpan data pada ROM
tidak dapat dilakukan dengan mudah, namun membaca data dari ROM dapat dilakukan
dengan mudah. Sampai saat ini ada berbagai jenis ROM yang pernah beredar dan terpasang
pada komputer, antara lain PROM, EPROM, EAROM, EEPROM, dan Flash Memory. Berikut
ini uraian singkat dari masing-masing jenis ROM tersebut.
4. Keluaran (output)
Perangkat output adalah perangkat komputer yang digunakan untuk menampilkan atau
menyampaikan informasi kepada penggunanya. Informasi yang ditampilkan oleh komputer
merupakan hasil dari pemrosesan yang telah dilakukan oleh komputer. Informasi yang
diteruskan oleh komputer melalui perangkat output dapat berupa tampilan di layar hasil
cetakan, suara, dan sebagainya. Perangkat output sangat banyak sekali jenisnya diantaranya.
110
- Monitor
Monitor merupakan salah satu perangkat keras (Hardware) yang digunakan sebagai
penampilan output video dari pada sebuah komputer, dan kegunaannya tersebut tidak dapat
dipisahkan dalam pemakaian suatu komputer, sehingga dikarenakan monitor itu sebagai
penampilan gambar maka tentunya komputer sangat sulit digunakan dan bahkan sama sekali
tidak dapat digunakan tanpa menggunakan komputer (coba aja bayangin facebookan tanpa
monitor. hehe..).
- Printer
Printer adalah perangkat Output yang digunakan untuk menghasilkan cetakan dari komputer
ke dalam bentuk kertas. Printer dihubungkan dengan komputer melalui USB, selain itu printer
juga harus dihubungkan dengan arus listrik namun saat ini ada jenis printer portabel yang
menggunakan baterai. Saat pertama kali disambungkan ke komputer, kita harus menginstall
software driver printer agar printer itu dapat dikenali oleh komputer. Ketajaman hasil cetakan
printer diukur dengan satuan dpi atau dot per inch yaitu banyakknya titik dalam satu inci.
Semakin tinggi dpi sebuah printer, maka semakin tajam hasil cetakannya.
- Speaker
Speaker adalah perangkat keras untuk menghsailkan suara. Jenis lain dari speaker adalah
headset atau earphone. Kita dapat mendengarkan hasil keluaran berupa suara dari komputer
melalui speaker.
- Infocus/Proyektor
Infocus juga merupakan alat ouput, biasanya digunakan untuk presentasi, yang dihubungkan
kekomputer untuk menampilkan apa yang ada pada monitor ke suatu screen (layar) ataupun
dinding.
- Plotter
Plotter merupakan jenis printer yang dirancang secara khusus guna menghasilkan output
komputer yang berupa gambar ataupun grafik. Dengan menghubungkan plotter pada sistem
komputer, maka pelbagai bentuk gambar akan dapat disajikan secara prima. Landscape-
arsitektur banyak menggunakan plotter guna menghasilkan gambar landscape, potongan
pohon, ataupun untuk membantu memvisualisasikan efek dari segala kegiatan yang ada.
111
Sejarah perkembangan teknologi sistem komputer dari generasi ke generasi
1. Generasi Pertama (1944-1959)
Tabung hampa udara sebagai penguat sinyal, merupakan ciri khas komputer generasi
pertama. Pada awalnya, tabung hampa udara (vacum-tube) digunakan sebagai komponen
penguat sinyal. Bahan bakunya terdiri dari kaca, sehingga banyak memiliki kelemahan,
seperti: mudah pecah, dan mudah menyalurkan panas. Panas ini perlu dinetralisir oleh
komponen lain yang berfungsi sebagai pendingin.
Dan dengan adanya komponen tambahan, akhirnya komputer yang ada menjadi besar, berat
dan mahal. Pada tahun 1946, komputer elektronik didunia yang pertama yakni ENIAC sesai
dibuat. Pada komputer tersebut terdapat 18.800 tabung hampa udara dan berbobot 30 ton.
begitu besar ukurannya, sampai-sampai memerlukan suatu ruangan kelas tersendiri.
Pada gambar nampak komputer ENIAC, yang merupakan komputer elektronik pertama
didunia yang mempunyai bobot seberat 30 ton, panjang 30 M dan tinggi 2.4 M dan
membutuhkan daya listrik 174 kilowatts.
Transistor merupakan ciri khas komputer generasi kedua. Bahan bakunya terdiri atas tiga
lapis, yaitu: “basic”, “collector” dan “emmiter”. Transistor merupakan singkatan dari Transfer
112
Resistor, yang berarti dengan mempengaruhi daya tahan antara dua dari tiga lapisan, maka
daya (resistor) yang ada pada lapisan berikutnya dapat pula dipengaruhi.
Dengan demikian, fungsi transistor adalah sebagai penguat sinyal. Sebagai komponen
padat, tansistor mempunyai banyak keunggulan seperti misalnya: tidak mudah pecah, tidak
menyalurkan panas. dan dengan demikian, komputer yang ada menjadi lebih kecil dan lebih
murah.
Komputer ini dirancang untuk menyelesaikan segala macam pekerjaan baik yang bersifat
ilmiah ataupun komersial. Karena kecepatan dan kemampuan yang dimilikinya,
menyebabkan IBM 7090 menjadi sangat popular. Komputer generasi kedua lainnya adalah:
IBM Serie 1400, NCR Serie 304, MARK IV dan Honeywell Model 800.
Konsep semakin kecil dan semakin murah dari transistor, akhirnya memacu orang untuk
terus melakukan pelbagai penelitian. Ribuan transistor akhirnya berhasil digabung dalam
satu bentuk yang sangat kecil. Secuil silicium yag mempunyai ukuran beberapa milimeter
berhasil diciptakan, dan inilah yang disebut sebagai Integrated Circuit atau IC-Chip yang
merupakan ciri khas komputer generasi ketiga.
Cincin magnetic tersebut dapat di-magnetisasi secara satu arah ataupun berlawanan, dan
akhirnya men-sinyalkan kondisi “ON” ataupun “OFF” yang kemudian diterjemahkan menjadi
konsep 0 dan 1 dalam system bilangan biner yang sangat dibutuhkan oleh komputer. Pada
113
setiap bidang memory terdapat 924cincin magnetic yang masing-masing mewakili satu bit
informasi. Jutaan bit informasi saat ini berada didalam satu chip tunggal dengan bentuk yang
sangat kecil.
Komputer yang digunakan untuk otomatisasi pertama dikenalkan pada tahun 1968 oleh PDC
808, yang memiliki 4 KB (kilo-Byte) memory dan 8 bit untuk core memory.
Contoh generasi ini adalah Apple I Computer yang dikembangkan oleh Steve Wozniak dan
Steve Jobs dengan cara memasukkan microprocessor pada circuit board komputer.
Disamping itu, kemudian muncul TRS Model 80 dengan processor jenis Motorola 68000 dan
Zilog Z-80 menggunakan 64Kb RAM standard. Komputer Apple II-e yang menggunakan
processor jenis 6502R serta Ram sebesar 64 Kb, juga merupakan salah satu komputer PC
sangat popular pada masa itu. Operating Sistem yang digunakan adalah: CP/M 8 Bit.
Komputer ini sangat populer pada awal tahun 80-an.
IBM mulai mengeluarkan Personal Computer pada sekitar tahun 1981, dengan
menggunakan Operating System MS-DOS 16 Bit. Dikarenakan harga yang ditawarkan tidak
jauh berbeda dengan komputer lainnya, disamping teknologinya jauh lebih baik serta nama
besar dari IBM sendiri, maka dalam waktu yang sangat singkat komputer ini menjadi sangat
popular.
114
5. Generasi Kelima (Sekarang – Masa depan)
Pada generasi ini ditandai dengan munculnya: LSI (Large Scale Integration) yang merupakan
pemadatan ribuan microprocessor kedalam sebuah microprocesor. Selain itu, juga ditandai
dengan munculnya microprocessor dan semi conductor. Perusahaan-perusahaan yang
membuat micro-processor diantaranya adalah: Intel Corporation, Motorola, Zilog dan lainnya
lagi. Dipasaran bisa kita lihat adanya microprocessor dari Intel dengan model 4004, 8088,
80286, 80386, 80486, dan Pentium.
Pentium-4 merupakan produksi terbaru dari Intel Corporation yang diharapkan dapat
menutupi segala kelemahan yang ada pada produk sebelumnya, disamping itu, kemampuan
dan kecepatan yang dimiliki Pentium-4 juga bertambah menjadi 2 Ghz. Gambar-gambar
yang ditampilkan menjadi lebih halus dan lebih tajam, disamping itu kecepatan memproses,
mengirim ataupun menerima gambar juga menjadi semakin cepat.
Pentium-4 diproduksi dengan menggunakan teknologi 0.18 mikron. Dengan bentuk yang
semakin kecil mengakibatkan daya, arus dan tegangan panas yang dikeluarkan juga
semakin kecil. Dengan processor yang lebih cepat dingin, dapat dihasilkan kecepatan MHz
yang lebih tinggi. Kecepatan yang dimiliki adalah 20 kali lebih cepat dari generasi Pentium –
3.
Packard Bell iXtreme 4140i merupakan salah satu PC komputer yang telah menggunakan
Pentium-4 sebagai processor dengan kecepatan 1.4 GHz, memory RDRAM 128 MB,
Harddisk sebesar 40 GB (1.5 GB digunakan untuk recovery), serta video card GeForce2 MX
dengan memory 32 MB.
HP Pavilion 9850 juga merupakan PC yang menggunakan Pentium-4 untuk processor nya
dengan kecepatan 1.4 GHz. PC Pentium-4 Hewllett-Packard ini dating dengan dominan
warna hitam dan abu-abu. Dibanding dengan PC lainnya, Pavilion merupakan PC Pentium-4
dengan fasilitas terlengkap. Memory yang dimiliki sebesar RDRAM 128 MB, Harddisk 30 GB
dengan monitor sebesar 17 inchi.
Penggalan 1
1. Menggali informasi dengan meminta siswa untuk
Inti : menyebutkan komponen pada komputer yang diketahui.
(Fase 2 MPK)
2. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kooperatif
terdiri dari 3-4 siswa setiap kelompok, kemudian
membagikan kartu masalah pada masing-masing
kelompok dengan permasalahan yang berbeda- beda .
(Fase 3 MPK)
3. Siswa menyelaesaikan tugas yang terdapat pada kartu
masalah dengan cara mencari dari sumber yang telah
diberikan oleh guru dan siswa berusaha memecahkan
permassalahan mengenai “Pengertian dan perbedaan
antara organisasi komputer dan arsitektur komputer”.
(Fase 4 MPK)
Penggalan 2
1. Selanjutnya, guru membimbing kelompok untuk membuat
presentasi dari hasil yang telah didiskusikan oleh
kelompok. (Fase 4 MPK)
2. Melakukan evaluasi formatif dengan meminta beberapa
kelompok mempresentasikan dan mendemonstrasikan
informasi mengenai definisi dan perbedaan organisasi
komputer dan arsitektur komputer di depan kelas dan
ditanggapi oleh kelompok lain. Pada saat presentasi,
kelompok lain diharapkan menjadi pendengar yang baik,
berpendapat dan bertanya apabila ada yang kurang jelas.
(Fase 5 MPK)
Penggalan 3
1. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kooperatif
terdiri dari 3-4 siswa setiap kelompok, kemudian masing-
masing ketua kelompok berkumpul menjadi satu tim ahli.
Tim ahli diberikan materi menganai struktur dan fungsi
utama komputer . (Fase 3 MPK)
2. Tim Ahli kembali pada masing-masing kelompoknya dan
memberikaninformasi yang didapat dan menjelaskan
kepada anggota kelompok. Anggota kelompok yang belum
mengerti materi yang diberikan bertanya pada ahli. (Fase
4 MPK)
3. Melakukan evaluasi formatif dengan memberikan studi
kasus mengenai fungsi pada komputer pada masing
masing kelompok pada lembar yang telah disediakan.
(Fase 5 MPK)
116
Penggalan 4
1. Menggali informasi dengan meminta siswa untuk
menyebutkan konsep dasar operasi komputer yang
diketahui. (Fase 2 MPK)
2. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kooperatif
terdiri dari 3-4 siswa setiap kelompok, kemudian masing
masing kelompok menyiapkan 10 buah pertanyaan
mengenai konsep dasar sistem komputer. Selanjutnya
masing-masing kelompok bertukar pertanyaan . (Fase 3
MPK)
3. Kelompok menyelesaikan pertanyaan yang didapat dari
hasil penukaran dengan cara berdiskusi dengan anggota
kelompoknya . (Fase 4 MPK)
4. Selanjutnya guru membimbing perwakilah dari kelompok
untuk menyampaikan hasil diskusi dan ditanggapi oleh
grup atau kelompok yang membuat pertanyaan
tersebut.(Fase 5 MPK)
Penggalan 5
1. Selanjutnya, guru membimbing kelompok untuk membuat
presentasi mengenai materi perkembangan generasi
Penutup : komputer dari berbagai sumber yang ada. (Fase 4 MPK)
2. Melakukan evaluasi formatif dengan meminta beberapa
kelompok mempresentasikan dan mendemonstrasikan
informasi mengenai perkembangangan generasi komputer
dan arsitektur komputer menurut Van Neumann di depan
kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain. Pada saat
presentasi, kelompok lain diharapkan menjadi pendengar
yang baik, berpendapat dan bertanya apabila ada yang
kurang jelas. (Fase 5 MPK)
117
I. Penilaian Hasil 1. Teknik Penilaian: pengamatan, tes tertulis
Belajar 2. Prosedur Penilaian:
Keterampilan
a. Menjelaskan organisasi dan arsitektur Pengamatan Penyelesaian
komputer Terampil menerapkan konsep/prinsip tugas
dan strategi pemecahan masalah yang relevan
yang berkaitan dengan Arsitektur komputer
J. Instrumen Penilaian Hasil belajar Tes tertulis
1. Jelaskan perbedaan antara organisasi komputer dan arsitektur komputer!
2. Gambarkan aliran data pada fungsi komputer!
3. Jelaskan periodesasi perkembangan komputer!
4. Gambarkan arsitektur komputer Van Neumann!
5. Jelaskan 4 komponen pokok sistem komputer!
118
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP
Mata Pelajaran : Sistem Komputer
Kelas/Semester : X /2
Tahun Pelajaran : 2013/2014
Waktu Pengamatan :
Indikator sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan
kreatif.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak bersikap toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap
proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif tetapi masuih belum
ajeg/konsisten.
3. Sangat baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran
terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif secara terus
menerus dan ajeg/konsisten.
119
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
No Nama Siswa Sikap
Aktif Bekerjasama Toleran
KB B SB KB B SB KB B SB
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Keterangan:
KB : Kurang baik B : Baik SB : Sangat baik
Surabaya,
Mengetahui : Guru,
Kepala SMK,
_______________________
Nama Kepala SMK NIP :
NIP :
120
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KETERAMPILAN
Mata Pelajaran : Sistem Komputer
Kelas/Semester : X /2
Tahun Pelajaran : 2013/2014
Waktu Pengamatan :
Keterangan:
KT : Kurang terampil T : Terampil ST : Sangat terampil
Surabaya,
Mengetahui : Guru,
Kepala SMK,
_______________________
Nama Kepala SMK NIP :
NIP :
121
122
Proses Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Ilustrasi skematik pembelajaran ditunjukan pada Tabel 3.
Prinsip pembelajaran berpusat pada mahasiswa dengan karakteristik proses pembelajaran:
interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, dan berpusat pada
siswa.
Tabel 3. Karakteristik proses pembelajaran
123
No Karakteristik Pengertian nya
secara baik dan benar dalam kurun waktu yang optimum.
2. Instruksi yang menawarkan peluang yang cukup untuk akuisisi yang berhasil:
a. Tingkat respons yang tinggi bagi setiap siswa untuk mempraktikkan keterampilan:
Guru harus memberikan kesempatan yang cukup untuk kesalahan yang tidak dihukum dan
banyak penguatan untuk sukses.
b. Kuantitas instruksi yang cukup: Guru harus mengalokasikan cukup waktu untuk
mengajarkan suatu topik.
124
4. Landasan pengajaran pengetahuan / keterampilan yang menjadi dasar untuk
mengajarkan ide-ide besar: Pelajaran saat ini harus dibangun di atas pengetahuan masa
lalu untuk meningkatkan kefasihan dan mempertahankan penguasaan materi. Guru harus
menghubungkan pelajaran dengan masalah yang kompleks dan gagasan besar yang
memberikan makna yang lebih dalam dan memberi siswa pemahaman yang lebih baik
tentang isinya.
125
Strategi belajar dianggap lebih penting daripada strategi mengajar dan peserta didik
dilatih menggunakan strategi belajar agar dapat mandiri dalam meningkatkan
keberhasilan belajarnya. Pendidik mengembangkan kompetensi dan bakat peserta didik
yang berbeda-beda. Ini semua dilakukan dalam hubungan transaksional pribadi antara
pendidik dan peserta didik. Hubungan tersebut memungkinkan terjadinya negosiasi antara
pendidik/guru dan peserta didik/pembelajar dalam hal-hal penting yang menyangkut
pembelajarannya. Selaras dengan semua ini konteksyang tumbuh subur adalah konteks
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif dan pembelajaran tim kooperatif dan kolaboratif
baik di antara peserta didik maunpun di antara para pendidik dan administrator. Dengan
kepedulian pada kemandirian peserta didik dalam mengembangkan kemampuan dan
bakatnya yang berbeda-beda, pembelajaran dipandang sebagai pekerjaan yang kompleks
dan oleh sebab itu untuk menjadi pendidik, seseorang memerlukan pendidikan dan
pelatihan kependidikan yang memadai. Pengetahuan diperoleh melalui naratif dengan
epistemologi kostruktivis, yaitu peserta didik secara aktif mengonstruksi atau membangun
pengetahuan dengan mengaitkan berbagai femomena yang diamati dan dialami dalam
konteks keberagaman, penghargaan pribadi, kemajemukan budaya dan kebersamaan
(Johnson & Smith, 1991).
Paradigma lama dilandasi asumsi John Locke bahwa pikiran peserta didik yang belum
terlatih sama dengan kertas kosong yang menunggu guru untuk menulisinya. Belajar
termasuk memanfaatkan teknologi yang tersedia, baik berfungsi sebagai sumber informasi
pembelajaran maupun sebagai alat untuk memberdayakan mahasiswa dalam mencapai
keterampilan utuh (intelektual, emosional, dan psikomotor) yang dibutuhkan. SCL
diperlukan dengan alasan sebagai berikut:
Karena konsekuensi penerapan Kurikulum SMK yang mengikuti standar nasional
pendidikan tinggi dan KKNI.
Untuk mengantisipasi dan mengakomodasi perubahan dalam bidang sosial, politik,
ekonomi, teknologi dan lingkungan, yang menyebabkan informasi dalam buku teks
lebih cepat kadaluarsa.
Di masa mendatang, dunia kerja membutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan
berkemampuan tinggi, yang mampu bekerja sama dalam tim, memiliki
kemampuan memecahkan masalah secara efektif, mampu memproses dan
126
memanfaatkan informasi, serta mampu memanfaatkan teknologi secara efektif
dalam pasar global, dalam rangka meningkatkan produktivitas. Oleh sebab itu,
proses pembelajaran harus difokuskan pada pemberdayaan dan peningkatan
kemampuan siswa dalam berbagai aspek ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Siswa sebagai subyek pembelajaran, yang perlu diarahkan untuk belajar secara
aktif membangun pengetahuan dan keterampilannya dengan cara bekerjasama
dan berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait.
Hal-Hal yang mendukung:
rumusan SCL jelas, mengikuti matrik dimensi pengetahuan dan dimensi proses
pembelajaran sehinga mudah dimengerti dan asses hasilnya;
pembelajaran responsif terhadap cara belajar, minat, dan motivasi siswa;
penumbuhan sifat sosial dan berkehidupan masyarakat;
pembelajaran bersifat kontekstual
pembelajaran yang menyenangkan
pemberian umpan balik yang bermakna dan tepat waktu bagi siswa.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan agar pembelajaran menjadi aktif, kreatif,
dinamis, dialogis dan efektif pada model pembelajaran SCL adalah:
Memahami tujuan dan fungsi belajar di mana seorang guru perlu memahami
konsep-konsep mendasar dan cara belajar sesuai dengan pengalaman siswa serta
memusatkan pembelajaran pada siswa.
Mengenal siswa sebagai individu beserta perbedaan kemampuannya, untuk
menentukan berbagai metode dan strategi untuk mendorong kreativitas.
Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang serta memanfaatkan
organisasi kelas agar siswa dapat saling membantu dalam melakukan tugas
belajar tertentu.
Mengembangkan kreativitas dan kemampuan berfikir kritis dan pemecahan
masalah
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar serta memberikan muatan
nilai, etika, estetika, dan logika.
Memberikan umpan balik yang baik untuk mendorong kegiatan belajar.
Menyediakan pengalaman belajar yang beragam.
3. Manajemen kelas
Manajemen kelas adalah salah satu kunci penting yang memengaruhi prestasi siswa.
Dalam perspektifnya, manajemen kelas dikaitkan dengan peningkatan 20% dalam prestasi
siswa ketika aturan dan prosedur kelas diterapkan secara sistematis. Manajemen kelas
yang baik dimulai dengan sistem universal untuk mendukung semua siswa di kelas dan
beralih ke intervensi yang lebih intensif untuk siswa yang tidak mendapatkan manfaat dari
intervensi tingkat universal. Strategi ini memberikan hasil terbaik ketika pelatihan guru
menggunakan model pengembangan profesional yang mencakup pembinaan
berkelanjutan dan dukungan aktif dari administrasi sekolah. Lokakarya dalam layanan satu
kali terbukti tidak efektif dalam penerapan praktik yang berkelanjutan. Jika diterapkan
dengan integritas, pengelolaan kelas merupakan pendorong penting dalam membangun
lingkungan kelas yang memberikan hasil terbaik bagi siswa dan guru. Empat bidang penting
yang harus dikuasai oleh guru kelas untuk menciptakan iklim yang memaksimalkan
pembelajaran dan mendorong suasana hati yang positif.
a. Aturan dan prosedur: Aturan dan prosedur yang efektif mengidentifikasi harapan dan
perilaku yang sesuai untuk siswa. Agar efektif, praktik-praktik ini harus dapat diamati
dan diukur.
1) Aturan dan prosedur sekolah: Aturan yang dinyatakan dengan jelas
mengidentifikasi, mendefinisikan, dan mengoperasionalkan perilaku khusus yang
dapat diterima di sekolah. Aturan-aturan ini, yang berlaku untuk semua siswa,
dirancang untuk membangun perilaku pro-sosial dan mengurangi perilaku bermasalah
di sekolah. Aturan ini membedakan perilaku yang tepat dari masalah serta menentukan
konsekuensi atas pelanggaran.
2) Aturan dan prosedur kelas: Seperangkat aturan yang dinyatakan dengan jelas
menetapkan perilaku khusus yang dapat diterima di dalam kelas. Aturan ini harus
130
konsisten dengan aturan sekolah, tetapi mungkin unik untuk memenuhi kebutuhan
ruang kelas individu.
b. Manajemen kelas yang proaktif: Ini adalah praktik yang dapat diterapkan oleh guru dan
tenaga pendidikan untuk mengajar dan membangun perilaku yang dapat diterima yang
positif dan bermanfaat, mempromosikan penerimaan sosial, dan mengarah pada
kesuksesan yang lebih besar di sekolah. Kunci dari manajemen kelas yang proaktif
adalah pengawasan guru yang aktif. Unsur praktik yang merupakan supervisi aktif
menuntut tenaga pendidik untuk mengamati dan berinteraksi dengan siswa secara
teratur. Tujuannya adalah untuk membangun hubungan guru-siswa yang positif
dengan memberikan umpan balik positif yang tepat waktu dan untuk perilaku yang
sesuai, dan dengan cepat dan konsisten menanggapi perilaku yang tidak pantas.
c. Pengajaran yang efektif: Kunci untuk mempertahankan iklim kelas yang diinginkan
adalah dengan memberikan siswa penyampaian pengajaran berkualitas yang selaras
dengan tingkat keterampilan setiap siswa. Ini memungkinkan siswa untuk mengalami
kesuksesan dan membuat mereka tetap memperhatikan pelajaran. Penelitian
mengungkapkan bahwa perencanaan pelajaran adalah fondasi yang sangat diperlukan
untuk membangun pengajaran yang efektif. Instruksi eksplisit atau kadang-kadang
disebut, instruksi langsung, adalah pendekatan instruksional sistematis berdasarkan
desain dan penyampaian praktik yang berasal dari penelitian yang ketat.
Hal tersebut memberikan dukungan atau perancah yang membimbing siswa melalui
pelajaran dan mendorong penguasaan setiap pelajaran; pernyataan yang jelas tentang
tujuan dan dasar pemikiran untuk keterampilan baru, penjelasan dan demonstrasi
yang jelas dari materi yang akan dipelajari, dan fokus pada praktik yang didukung
dengan umpan balik merupakan hal mendasar untuk instruksi eksplisit. Ini adalah
pendekatan instruksi kelas yang menggabungkan praktik instruksional individu yang
ditandai dengan presentasi konten yang jelas; diurutkan dengan hati-hati (komponen
dan subkomponen keterampilan disajikan secara baik dan progresif); tingkat
tanggapan yang tinggi; tinjauan konten yang benar; umpan balik sistematis; penilaian
awal dan berkelanjutan dari kemajuan siswa; dan penguasaan konsep dan
keterampilan siswa. Guru yang mengembangkan tujuan instruksional,
131
menghubungkan pelajaran melalui penggunaan ruang lingkup dan berurutan,
mengaitkan instruksi dengan "gagasan besar" (konsep atau keterampilan yang menjadi
inti pelajaran yang menghubungkan ini dengan "gagasan besar" atau cara konsep dan
keterampilan ini akan digunakan dalam pelajaran selanjutnya dan dalam pengaturan
"dunia nyata"), dan standar adalah yang paling berhasil. Guru .memberi setiap siswa
jumlah pengajaran yang cukup dan memerlukan tingkat respons yang tinggi bagi setiap
siswa untuk mendemonstrasikan perolehan pelajaran.
Untuk membangun kesuksesan jangka panjang, guru yang paling efektif mengharuskan
siswa untuk menunjukkan penguasaan materi sebelum melanjutkan tugas berikutnya.
Dengan cara ini, siswa memperoleh keterampilan dasar agar berhasil dalam tugas di
masa mendatang. Agar pembelajaran dapat dipertahankan melampaui momen, guru
harus kembali ke materi yang diajarkan sebelumnya di pelajaran mendatang. Mereka
juga harus menemukan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan keterampilan atau
pengetahuan dalam pengaturan kehidupan nyata untuk meningkatkan motivasi siswa
dan membangun relevansi yang lebih besar. Ciri lain dari pengajaran yang efektif
adalah penggunaan umpan balik. Guru yang memberikan pengakuan dan umpan balik
korektif dengan cara yang tidak menghakimi untuk membimbing siswa menuju
peningkatan kinerja mencapai hasil yang lebih baik. Umpan balik yang spesifik dan jelas
lebih efektif daripada pernyataan umum, dan umpan balik langsung lebih efektif
daripada umpan balik tertunda. Beberapa praktik instruksional berdampak besar pada
kinerja siswa sebagai penilaian formatif. Para guru yang secara teratur mengumpulkan
data kinerja dan kemudian membuat bagan dan menganalisis data melihat
pembelajaran siswa meningkat secara signifikan. Hasil yang lebih besar dapat dicapai
jika guru memberikan hasil analisis mereka kepada siswanya.
132
Perilaku tidak tertib akan terjadi meskipun guru sudah berupaya keras untuk
mencegahnya. Menetapkan aturan, menggunakan manajemen proaktif, dan
melaksanakan tugas instruksi yang dirancang dengan baik sebagian besar waktu, tetapi
situasi yang tak terelakkan muncul di mana seorang guru perlu secara efektif
menanggapi perilaku siswa yang tidak dapat diterima. Kunci untuk menghadapi
peristiwa-peristiwa ini dengan sukses adalah memiliki rencana, tetap tenang, bereaksi
tanpa emosi yang meminimalkan imbalan apa pun kepada siswa, dan menjatuhkan
hukuman apa pun dengan cara yang terukur yang sesuai dengan pelanggaran tersebut.
Siswa berperilaku tidak baik karena suatu alasan. Umumnya, mereka bertindak untuk
menghindari sesuatu yang mereka anggap permusuhan, seperti kegiatan atau
pelajaran yang mereka lakukan dengan buruk atau gagal, atau untuk mendapatkan
sesuatu yang mereka anggap menguatkan, seperti perhatian teman atau guru. Hal
penting yang perlu diingat adalah setiap siswa berperilaku buruk karena alasannya
sendiri. Untuk mengurangi frekuensi, intensitas, dan dampak perilaku buruk, guru
harus menilai setiap situasi untuk menentukan apa yang memotivasi siswa untuk
bertindak dan kemudian mengembangkan intervensi terbaik yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan siswa. Penting untuk tidak melewatkan langkah ini saat
merancang intervensi perilaku. Jika seorang guru campur tangan tanpa menilai
motivasinya, dia mungkin secara tidak sengaja memperkuat siswa dan memperburuk
masalah. Misalnya, dikirim ke ruang guru adalah hadiah di benak seorang siswa yang
motivasinya melakukan kenakalan adalah menghindari kelas. Guru harus mengadopsi
kontinum strategi untuk menanggapi perilaku yang mengganggu atau tidak pantas.
Mereka harus menggunakan alat yang paling sesuai dengan situasi. Sebagai aturan,
mereka harus mulai dengan intervensi yang paling tidak mengganggu dan tidak rumit
untuk memperbaiki masalah, seperti memperbaiki perilaku yang tidak pantas, dan
beralih ke intervensi perilaku yang lebih kompleks bila diperlukan.
Salah satu strategi terpenting yang tersedia bagi guru adalah penguatan diferensial,
yang pada dasarnya mengabaikan perilaku yang tidak pantas dan sebaliknya
133
memperkuat perilaku yang sesuai untuk menggantikan perilaku yang tidak pantas. Ini
dirancang untuk mengurangi kesalahan dengan cara yang positif dan merupakan
alternatif yang kuat untuk menggunakan konsekuensi negatif. Strategi penting lainnya
untuk pengurangan perilaku termasuk mengabaikan perilaku buruk (penarikan atau
penghentian penguatan untuk menghilangkan perilaku yang tidak pantas); umpan
balik korektif (pernyataan verbal bagi siswa untuk berhenti terlibat dalam suatu
perilaku atau instruksi untuk terlibat dalam perilaku alternatif); teguran eksplisit
(pernyataan verbal yang menggambarkan perilaku dan memberi tahu siswa dengan
tepat bagaimana berperilaku di masa depan); dan biaya respons (pencabutan akses ke
penguat segera setelah perilaku mengganggu).
4. Penilaian Formatif
Prinsip penilaian
Prinsip penilaian pada pembelajaran yang terdiri dari edukatif, otentik, objektif,
akuntabel, dan transparan. Prinsip penilaian edukatif merupakan penilaian yang
memotivasi mahasiswa agar mampu memperbaiki perencanaan dan cara belajar dan
meraih capaian pembelajaran lulusan. Prinsip penilaian otentik merupakan penilaian yang
berorientasi pada proses belajar yang berkesinambungan dan hasil belajar yang
mencerminkan kemampuan mahasiswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Prinsip penilaian objektif merupakan penilaian yang didasarkan pada stándar yang
disepakati antara dosen dan mahasiswa serta bebas dari pengaruh subjektivitas penilai
dan yang dinilai. Prinsip penilaian selanjutnya adalah akuntabel. Akuntabel merupakan
penilaian yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kriteria yang jelas, disepakati
pada awal kuliah, dan dipahami oleh mahasiswa. Terkhir, prinsip transparan yaitu penilaian
yang prosedur dan hasil penilaiannya dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan.
Prinsip
No Pengertian
Penilaian
1 Edukatif merupakan penilaian yang memotivasi
mahasiswa agar mampu:
a. memperbaiki perencanaan dan cara
belajar; dan
b. meraih capaian pembelajaran lulusan.
2 Otentik merupakan penilaian yang berorientasi pada proses
belajar yang berkesinambungan dan hasil belajar
yang mencerminkan kemampuan mahasiswa pada
saat proses pembelajaran berlangsung.
136
Prinsip
No Pengertian
Penilaian
3 Objektif merupakan penilaian yang didasarkan pada
stándar yang disepakati antara dosen dan
mahasiswa serta bebas dari pengaruh subjektivitas
penilai dan yang dinilai.
Teknik penilaian
Teknik penilaian terdiri dari sikap, keterampilan umum, keterampilan khusus, dan
pengetahuan seperti pada Tabel 8.
Tabel 8. Teknik penilaian
Instrumen penilaian
Rubrik
138
GRADE SKOR INDIKATOR KINERJA
SKALA
DIMENSI
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
140
Sangat Sangat
DIMENSI Baik Cukup Kurang Nilai tiap
Baik Kurang
dimensi
Skor ≥81 61-80 41-60 21-40 <20
Kemampuan Komunikasi
Penguasaan Materi
Kemampua menghadap
Pertanyaan
NILAI TOTAL
Rubrik dapat menjadi pedoman penilaian yang objektif dan konsisten dengan
kriteria yang jelas;
Rubrik dapat memberikan informasi bobot penilaian pada tiap tingkatan
kemampuan mahasiswa;
Rubrik dapat memotivasi mahasiswa untuk belajar lebih aktif;
Mahasiswa dapat menggunakan rubrik untuk mengukur capaian kemampuannya
sendiri atau kelompok belajarnya;
Mahasiswa mendapatkan umpan balik yang cepat dan akurat;
Rubrik dapat digunakan sebagai intrumen untuk refleksi yang efektif tentang proses
pembelajaran yang telah berlangsung;
Sebagai pedoman dalam proses belajar maupun penilaian hasil belajar mahasiswa.
Penilaian portofolio
Portofolio koprehensif, berisi artefak seluruh hasil karya mahasiswa selama proses
pembelajaran.
Contoh penilaian portofolio kemampuan mahasiswa memilih dan meringkas artikel atau
makalah. Capaian pembelajaran yang diukur:
Kemampuan memilih artikel jurnal berreputasi dan mutakhir sesuai dengan tema
dampak polusi industri;
Kemampuan meringkas artikel makalah dengan tepat dan benar. Instrumen
penilaian portofolio nya seperti pada Tabel 12.
Tabel 12. Contoh penilaian portofolio
142
Aspek Penilaian Artikel-1 Artikel-2 Artikel-3
No
Skor Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah
(6-10) (1-5) (6-10) (1-5) (6-10) (1-5)
3 Jumlah artikel
sekurang- kurangnya
membahas dampak
polusi industri pada
manusia dan
lingkungan
4 Ketepatan meringkas
isi bagian-bagian
penting dari
abstrak artikel
5 Ketepatan meringkas
konsep pemikiran
penting
dalam artikel
6 Ketepatan meringkas
metodologi yang
digunakan dalam
artikel
7 Ketepatan meringkas
hasil penelitian dalam
artikel
8 Ketepatan
meringkas
pembahasan hasil
penelitian dalam
artikel
9 Ketepatan meringkas
simpulan hasil
penelitian dalam
artikel
10 Ketepatan
memberikan
komentar pada
143
Aspek Penilaian Artikel-1 Artikel-2 Artikel-3
No
Skor Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah
(6-10) (1-5) (6-10) (1-5) (6-10) (1-5)
artikel journal
yang dipilih
Menyusun
Menyampaikan
Menyepakati
Melaksanakan
144
Memberi umpan
balik
Mendokumentasikan
145
Formatif Sebelum dan selama Terkait kemapuan untuk melakukan
proses pembelajaran sebelum dan sesudah tindakan perbaikan
belajar, proses terhadap proses
pembelajaran pembelajaran
berdasarkan
rancangan
pembelajaran
Sumatif Setelah proses terkait kinerja hasil untuk pengambilan
pembelajaran belajar mahasiswa, keputusan penilaian
dan.atau kinerja dosen akhir, hasil
pencapaian belajar
mahasiswa dan
pencapaian kinerja
dosen dalam proses
pembelajaran
146
vokasi.
Pada evaluasi program pembelajaran vokasi di SMK dapat dilakukan pada saat proses
pembelajaran baik sekolah maupun praktik dan pada saat bel berakhir pada satu semester.
Kegiatan evaluasi dapat dilakukan dengan menyebarkan angket, form observasi praktek,
dan form dokumentasi produk. Proses evaluasi program pembelajaran dilakukan secara
individual dengan cara tertutup.
1. Plan and Actual Curriculum, Kurikulum sebagai dokumen (curriculum plan) yang
juga dipahami sebagai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara nyata
(actual curriculum)
2. Student Centered Learning, Pembelajaran yang dilaksanakan pada pendidikan
vokasi menggunakan pola student centered learning.
3. Sistem Approach, Pertanyaan diberikan untuk melihat pelaksanaan
pembelajaran dari input, proses, dan output.
4. Komperehensif, evaluasi melihat keseluruhan ketercapaian pembelajaran
5. TeamWork, Proses pembelajaran pada praktek membutuhkan kerja tim yang
147
baik, hal ini untuk melihat kemampuan softskill siswa SMK
Pembelajaran vokasi membutuhkan satu kesatuan proses baik dari perencaan,
pelaksanaan, dan penilaian. Oleh karena itu, evaluasi program pembelajaran akan melihat
keseluruhan proses tersebut. Pada saat awal sekolah harus terjadi kesepakatan antara siwa
dan guru sehingga semua proses dapat diikuti dengan baik. Pada proses pelaksanaan
evaluasi pembelajaran dapat juga dilakukan oleh mitra perusahaan/industri yang telah
menyerap lulusan. Perusahaan/industri memberikan masukan terkait kualitas lulusan dan
sekaligus penguatan kompetensi yang sesuai kebutuhan industri.
149
sangat memadai. Dari uraian di atas, perancangan ulang kurikulum dapat mengikuti
kerangka kerja seperti diilustrasikan pada Gambar 8.
T
Penjabaran SKL, SI, SPr, SPen U
N
T
U T
T
U
Pelaksanaan Kurikulum A
N
N
T
U
T
K
Penilaian Pembelajaran A
E
N
B
I
J
Evaluasi Program D
Perlu Perlu
Rancang modifikasi
Ulang
2. Menganalisis standar kurikulum yang ada (Standar SKL, Standar Isi, Standar
Proses, Standar Penilaian) dari sisi kebutuhan kompetensi tenaga kerja dalam
150
dunia nyata dan proyeksi perkembangannya.
Lalu, kurikulum tersebut terbagi ke dalam kelas X, XI, dan XII. Detil kurikulum per kelasnya
adalah sebagai berikut ini.
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 3 3 2 2
152
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
4. Matematika 4 4 4 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 3 3 - - - -
6. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya*) 3 3 3 3 4 4
Jumlah A 19 19 15 15 15 15
B. Muatan Kewilayahan
1. Seni Budaya 3 3 - - - -
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
2. Kesehatan 2 2 2 2 - -
Jumlah B 5 5 2 2 - -
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 3 3 - - - -
2. Fisika 3 3 - - - -
3. Kimia 3 3 - - - -
C2. Dasar Program Keahlian
1. Sistem Komputer 2 2 - - - -
2. Komputer dan Jaringan Dasar 5 5 - - - -
3. Pemrograman Dasar 3 3 - - - -
4. Dasar Desain Grafis 3 3 - - - -
C3. Kompetensi Keahlian
1. Teknologi Jaringan Berbasis Luas (WAN) - - 6 6 - -
2. Administrasi Infrastruktur Jaringan - - 6 6 9 9
3. Administrasi Sistem Jaringan - - 6 6 8 8
4. Teknologi Layanan Jaringan - - 6 6 8 8
5. Produk Kreatif dan Kewirausahaan - - 7 7 8 8
Jumlah C 22 22 31 31 33 33
Total 46 46 48 48 48 48
153
2. Bidang Keahlian : Teknologi dan Rekayasa
2.1. Program Keahlian : Teknik Otomotif
2.1.1. Kompetensi Keahlian : Teknik Kendaraan Ringan (3 Tahun)
ALOKASI
MATA PELAJARAN
WAKTU
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 318
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 212
3. Bahasa Indonesia 320
4. Matematika 424
5. Sejarah Indonesia 108
6. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya*) 352
Jumlah A 1.734
B. Muatan Kewilayahan
1. Seni Budaya 108
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 144
Jumlah B 252
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 108
2. Fisika 108
3. Kimia 108
C2. Dasar Program Keahlian
1. Gambar Teknik Otomotif 144
2. Teknologi Dasar Otomotif 144
3. Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif 180
C3. Kompetensi Keahlian
1. Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan 594
Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan Ringan
2. 560
154
ALOKASI
MATA PELAJARAN
WAKTU
Total 5.016
Lalu, kurikulum tersebut terbagi ke dalam kelas X, XI, dan XII. Detil kurikulum per kelasnya
adalah sebagai berikut ini.
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
Pendidikan Pancasila dan
2. Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 3 3 2 2
4. Matematika 4 4 4 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 3 3 - - - -
Bahasa Inggris dan Bahasa Asing
6. Lainnya*) 3 3 3 3 4 4
Jumlah A 19 19 15 15 15 15
B. Muatan Kewilayahan
1. Seni Budaya 3 3 - - - -
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
2. Kesehatan 2 2 2 2 - -
Jumlah B 5 5 2 2 - -
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 3 3 - - - -
2. Fisika 3 3 - - - -
3. Kimia 3 3 - - - -
C2. Dasar Program Keahlian
1. Gambar Teknik Otomotif 4 4 - - - -
2. Teknologi Dasar Otomotif 4 4 - - - -
3. Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif 5 5 - - - -
C3. Kompetensi Keahlian
1. Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan - - 8 8 9 9
Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga
2. - - 8 8 8 8
Kendaraan Ringan
155
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
3. Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan - - 8 8 8 8
4. Produk Kreatif dan Kewirausahaan - - 7 7 8 8
Jumlah C 22 22 31 31 33 33
Total 46 46 48 48 48 48
156
ALOKASI
MATA PELAJARAN
WAKTU
1. Teknik Pemboran 524
2. Peralatan Pemboran 490
3. Lumpur dan Hidrolika Lumpur Pemboran 316
4. Hambatan Pemboran 384
5. Produk Kreatif dan Kewirausahaan 524
Jumlah C 3.030
Total 5.016
Lalu, kurikulum tersebut terbagi ke dalam kelas X, XI, dan XII. Detil kurikulum per kelasnya
adalah sebagai berikut ini.
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
Pendidikan Pancasila dan
2. Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 3 3 2 2
4. Matematika 4 4 4 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 3 3 - - - -
Bahasa Inggris dan Bahasa Asing
6. Lainnya*) 3 3 3 3 4 4
Jumlah A 19 19 15 15 15 15
B. Muatan Kewilayahan
1. Seni Budaya 3 3 - - - -
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
2. Kesehatan 2 2 2 2 - -
Jumlah B 5 5 2 2 - -
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 3 3 - - - -
2. Fisika 4 4 - - - -
3. Kimia 3 3 - - - -
C2. Dasar Program Keahlian
157
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
1. Gambar Teknik 3 3 - - - -
2. Geologi Dasar 3 3 - - - -
3. Pengetahuan Industri Migas 6 6 - - - -
C3. Kompetensi Keahlian
1. Teknik Pemboran - - 7 7 8 8
2. Peralatan Pemboran - - 7 7 7 7
3. Lumpur dan Hidrolika Lumpur Pemboran - - 5 5 4 4
4. Hambatan Pemboran - - 5 5 6 6
5. Produk Kreatif dan Kewirausahaan - - 7 7 8 8
Jumlah C 22 22 31 31 33 33
Total 46 46 48 48 48 48
158
ALOKASI
MATA PELAJARAN
WAKTU
2. Fisika 72
3. Kimia 72
4. Biologi 72
C2. Dasar Program Keahlian
1. Dasar-dasar Kefarmasian 252
2. Perundang-undangan Kesehatan 72
3. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup 72
4. Farmakognosi Dasar 72
C3. Kompetensi Keahlian
1. Teknik Pembuatan Sediaan Obat 666
2. Pengujian dan Pengendalian Mutu Produk 492
3. Manajemen Produk Obat 420
4. Teknologi Pengemasan Produk 136
5. Produk Kreatif dan Kewirausahaan 524
Jumlah C 3.030
Total 5.016
Lalu, kurikulum tersebut terbagi ke dalam kelas X, XI, dan XII. Detil kurikulum per kelasnya
adalah sebagai berikut ini.
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 3 3 2 2
4. Matematika 4 4 4 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 3 3 - - - -
6. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya*) 3 3 3 3 4 4
Jumlah A 19 19 15 15 15 15
B. Muatan Kewilayahan
1. Seni Budaya 3 3 - - - -
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
2. Kesehatan 2 2 2 2 - -
159
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
Jumlah B 5 5 2 2 - -
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 3 3 - - - -
2. Fisika 2 2 - - - -
3. Kimia 2 2 - - - -
4. Biologi 2 2 - - - -
C2. Dasar Program Keahlian
1. Dasar-dasar Kefarmasian 7 7 - - - -
2. Perundang-undangan Kesehatan 2 2 - - - -
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
3. 2 2 - - - -
Lingkungan Hidup
4. Farmakognosi Dasar 2 2 - - - -
C3. Kompetensi Keahlian
1. Teknik Pembuatan Sediaan Obat - - 10 10 9 9
2. Pengujian dan Pengendalian Mutu Produk - - 8 8 6 6
3. Manajemen Produksi Obat - - 6 6 6 6
4. Teknologi Pengemasan Produk - - - - 4 4
5. Produk Kreatif dan Kewirausahaan - - 7 7 8 8
Jumlah C 22 22 31 31 33 33
Total 46 46 48 48 48 48
160
5. Bidang Keahlian : Agribisnis dan Agroteknologi
5.1. Program Keahlian : Agribisnis Tanaman
5.1.1. Kompetensi Keahlian : Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura (3
Tahun)
ALOKASI
MATA PELAJARAN
WAKTU
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 318
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 212
3. Bahasa Indonesia 320
4. Matematika 424
5. Sejarah Indonesia 108
6. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya*) 352
Jumlah A 1.734
B. Muatan Kewilayahan
1. Seni Budaya 108
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 144
Jumlah B 252
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 108
2. Fisika 72
3. Biologi 108
4. Kimia 72
C2. Dasar Program Keahlian
1. Dasar-dasar Budidaya Tanaman 144
2. Alat Mesin Pertanian 144
3. Pembiakan Tanaman 144
C3. Kompetensi Keahlian
1. Agribisnis Tanaman Pangan 350
2. Agribisnis Tanaman Sayuran 350
3. Agribisnis Tanaman Buah 350
4. Agribisnis Tanaman Hias 350
5. Pembibitan dan Kultur Jaringan Tanaman 314
6. Produk Kreatif dan Kewirausahaan 524
161
ALOKASI
MATA PELAJARAN
WAKTU
Jumlah C 3.030
Total 5.016
Lalu, kurikulum tersebut terbagi ke dalam kelas X, XI, dan XII. Detil kurikulum per kelasnya
adalah sebagai berikut ini.
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 3 3 2 2
4. Matematika 4 4 4 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 3 3 - - - -
6. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya*) 3 3 3 3 4 4
Jumlah A 19 19 15 15 15 15
B. Muatan Kewilayahan
1. Seni Budaya 3 3 - - - -
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
2. Kesehatan 2 2 2 2 - -
Jumlah B 5 5 2 2 - -
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 3 3 - - - -
2. Fisika 2 2 - - - -
3. Biologi 3 3 - - - -
4. Kimia 2 2 - - - -
C2. Dasar Program Keahlian
1. Dasar-dasar Budidaya Tanaman 4 4 - - - -
2. Alat Mesin Pertanian 4 4 - - - -
3. Pembiakan Tanaman 4 4 - - - -
C3. Kompetensi Keahlian
1. Agribisnis Tanaman Pangan - - 5 5 5 5
2. Agribisnis Tanaman Sayuran - - 5 5 5 5
162
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
3. Agribisnis Tanaman Buah 5 5 5 5
4. Agribisnis Tanaman Hias - - 5 5 5 5
5. Pembibitan dan Kultur Jaringan Tanaman - - 4 4 5 5
6. Produk Kreatif dan Kewirausahaan - - 7 7 8 8
Jumlah C 22 22 31 31 33 33
Total 46 46 48 48 48 48
163
ALOKASI
MATA PELAJARAN
WAKTU
2. Kualitas Air dan Hama Penyakit 144
3. Produksi Pakan Alami dan Buatan 144
C3. Kompetensi Keahlian
Teknik Pengembangbiakan Komoditas Perikanan Air Tawar
1. 524
Lalu, kurikulum tersebut terbagi ke dalam kelas X, XI, dan XII. Detil kurikulum per kelasnya
adalah sebagai berikut ini.
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
Pendidikan Pancasila dan
2. Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 3 3 2 2
4. Matematika 4 4 4 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 3 3 - - - -
6. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya*) 3 3 3 3 4 4
Jumlah A 19 19 15 15 15 15
B. Muatan Kewilayahan
1. Seni Budaya 3 3 - - - -
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
2. 2 2 2 2 - -
Kesehatan
Jumlah B 5 5 2 2 - -
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 3 3 - - - -
2. Fisika 2 2 - - - -
164
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
3. Biologi 3 3 - - - -
4. Kimia 2 2 - - - -
C2. Dasar Program Keahlian
1. Dasar-dasar Budidaya Perikanan 4 4 - - - -
2. Kualitas Air dan Hama Penyakit 4 4 - - - -
3. Produksi Pakan Alami dan Buatan 4 4 - - - -
C3. Kompetensi Keahlian
Teknik Pengembangbiakan Komoditas
1. Perikanan Air Tawar - - 7 7 8 8
165
ALOKASI
MATA PELAJARAN
WAKTU
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 144
Jumlah B 252
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 108
2. Ekonomi Bisnis 72
3. Administrasi Umum 72
4. IPA 72
C2. Dasar Program Keahlian
1. Marketing 144
2. Perencanaan Bisnis 144
3. Komunikasi Bisnis 180
C3. Kompetensi Keahlian
1. Penataan Produk 348
2. Bisnis Online 490
3. Pengelolaan Bisnis Ritel 420
4. Administrasi Transaksi 456
5. Produk Kreatif dan Kewirausahaan 524
Jumlah C 3.030
Total 5.016
Lalu, kurikulum tersebut terbagi ke dalam kelas X, XI, dan XII. Detil kurikulum per
kelasnya adalah sebagai berikut ini.
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
Pendidikan Pancasila dan
2. Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 3 3 2 2
4. Matematika 4 4 4 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 3 3 - - - -
6. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya*) 3 3 3 3 4 4
166
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
Jumlah A 19 19 15 15 15 15
B. Muatan Kewilayahan
1. Seni Budaya 3 3 - - - -
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
2. 2 2 2 2 - -
Kesehatan
Jumlah B 5 5 2 2 - -
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 3 3 - - - -
2. Ekonomi Bisnis 2 2 - - - -
3. Administrasi Umum 2 2 - - - -
4. IPA 2 2 - - - -
C2. Dasar Program Keahlian
1. Marketing 4 4 - - - -
2. Perencanaan Bisnis 4 4 - - - -
3. Komunikasi Bisnis 5 5 - - - -
C3. Kompetensi Keahlian
1. Penataan Produk - - 4 4 6 6
2. Bisnis Online - - 7 7 7 7
3. Pengelolaan Bisnis Ritel - - 6 6 6 6
4. Administrasi Transaksi - - 7 7 6 6
5. Produk Kreatif dan Kewirausahaan - - 7 7 8 8
Jumlah C 22 22 31 31 33 33
Total 46 46 48 48 48 48
167
8. Bidang Keahlian : Pariwisata
8.1. Program Keahlian : Perhotelan dan Jasa Pariwisata
8.1.1. Kompetensi Keahlian : Perhotelan (3 Tahun)
ALOKASI
MATA PELAJARAN
WAKTU
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 318
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 212
3. Bahasa Indonesia 320
4. Matematika 424
5. Sejarah Indonesia 108
6. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya*) 352
Jumlah A 1.734
B. Muatan Kewilayahan
1. Seni Budaya 108
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 144
Jumlah B 252
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 108
2. IPA Terapan 108
3. Kepariwisataan 108
C2. Dasar Program Keahlian
1. Komunikasi Industri Pariwisata 108
2. Sanitasi, Hygiene dan Keselamatan Kerja 108
3. Administrasi Umum 108
4. Bahasa Asing Pilihan 144
C3. Kompetensi Keahlian
1. Industri Perhotelan 144
2. Front Office 418
3. Housekeeping 384
4. Laundry 384
5. Food and Beverage 384
6. Produk Kreatif dan Kewirausahaan 524
Jumlah C 3.030
168
ALOKASI
MATA PELAJARAN
WAKTU
Total 5.016
Lalu, kurikulum tersebut terbagi ke dalam kelas X, XI, dan XII. Detil kurikulum per
kelasnya adalah sebagai berikut ini.
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
Pendidikan Pancasila dan
2. Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 3 3 2 2
4. Matematika 4 4 4 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 3 3 - - - -
6. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya*) 3 3 3 3 4 4
Jumlah A 19 19 15 15 15 15
B. Muatan Kewilayahan
1. Seni Budaya 3 3 - - - -
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
2. 2 2 2 2 - -
Kesehatan
Jumlah B 5 5 2 2 - -
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 3 3 - - - -
2. IPA Terapan 3 3 - - - -
3. Kepariwisataan 3 3 - - - -
C2. Dasar Program Keahlian
1. Komunikasi Industri Pariwisata 3 3 - - - -
2. Sanitasi, Hygiene dan Keselamatan Kerja 3 3 - - - -
3. Administrasi Umum 3 3 - - - -
4. Bahasa Asing Pilihan 4 4 - - - -
C3. Kompetensi Keahlian
1. Industri Perhotelan - - 4 4 - -
2. Front Office - - 5 5 7 7
3. Housekeeping - - 5 5 6 6
169
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
4. Laundry - - 5 5 6 6
5. Food and Beverage - - 5 5 6 6
6. Produk Kreatif dan Kewirausahaan - - 7 7 8 8
Jumlah C 22 22 31 31 33 33
Total 46 46 48 48 48 48
170
ALOKASI
MATA PELAJARAN
WAKTU
C3. Kompetensi Keahlian
1. Videografi 216
2. Animasi 2D 592
3. Animasi 3D 592
4. Digital Processing 314
5. Produk Kreatif dan Kewirausahaan 524
Jumlah C 3.030
Total 5.016
Lalu, kurikulum tersebut terbagi ke dalam kelas X, XI, dan XII. Detil kurikulum per
kelasnya adalah sebagai berikut ini.
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 3 3 2 2
4. Matematika 4 4 4 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 3 3 - - - -
6. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya*) 3 3 3 3 4 4
Jumlah A 19 19 15 15 15 15
B. Muatan Kewilayahan
1. Seni Budaya 3 3 - - - -
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
2. Kesehatan 2 2 2 2 - -
Jumlah B 5 5 2 2 - -
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 3 3 - - - -
2. Tinjauan Seni 2 2 - - - -
3. Dasar-dasar Kreativitas 2 2 - - - -
C2. Dasar Program Keahlian
1. Dasar-dasar Seni Rupa 4 4 - - - -
171
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
1 2 1 2 1 2
2. Gambar 7 7 - - - -
3. Sketsa 4 4 - - - -
C3. Kompetensi Keahlian
1. Videografi - - 6 6 - -
2. Animasi 2D - - 7 7 10 10
3. Animasi 3D - - 7 7 10 10
4. Digital Processing - - 4 4 5 5
5. Produk Kreatif dan Kewirausahaan - - 7 7 8 8
Jumlah C 22 22 31 31 33 33
Total 46 46 48 48 48 48
173
yang menguntungkan siswa, program persiapan guru dan kepala sekolah perlu
memasukkan keterampilan ini ke dalam kurikulum mereka.
2. Memotivasi siswa untuk menikmati belajar
Memotivasi siswa untuk menikmati pembelajaran sangat penting jika tujuan utama
pendidikan adalah mempersiapkan siswa untuk sukses dalam hidup. Memiliki hubungan
guru-siswa yang positif merupakan unsur penting dalam pengajaran yang efektif. Siswa
yang termotivasi cenderung berprestasi dan sebaliknya siswa yang tidak termotivasi
berprestasi lebih buruk. Pada dasarnya, tidak dapat disimpulkan siswa termotivasi ketika
mereka terlibat dalam suatu aktivitas dan mereka tidak termotivasi ketika mereka
menghindari atau melarikan diri dari aktivitas tersebut. Motivasi siswa dalam suatu mata
pelajaran paling tinggi ketika siswa kompeten, memiliki otonomi untuk bertindak, dan
menerima penegasan karena telah berhasil menyelesaikan suatu tugas. Motivasi rendah
ketika siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang tidak memadai untuk berhasil
menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka. Siswa yang secara konsisten gagal,
menghadapi rasa malu di depan umum, atau tidak mengalami pengakuan positif atas
upaya mereka kemungkinan besar tidak akan mengembangkan minat jangka panjang di
bidang pelajaran. Sangat penting bahwa guru menemukan cara untuk membangun
hubungan yang positif dengan siswa untuk memotivasi mereka agar berhasil.
Pada akhirnya, guru diberi mandat untuk bekerja dengan semua siswa, bahkan mereka
yang tidak bersemangat atau tidak terinspirasi. Tidak semua siswa sama-sama termotivasi
oleh mata pelajaran yang diamanatkan dalam standar pendidikan. Agar berhasil, guru
membutuhkan metode berbasis bukti untuk melibatkan siswa ini. Membangun hubungan
guru-murid yang positif adalah langkah pertama yang ditempuh. Menggunakan penguat
eksternal adalah pilihan praktis dan efisien berikutnya untuk memperkuat hubungan dan
meningkatkan motivasi siswa. Praktik terbaik menunjukkan bahwa program penguatan
ekstrinsik harus dibatasi waktu, dengan tujuan mengurangi penguatan berwujud
(penghargaan, aktivitas, stiker, ekonomi token, makanan, dll.) dan beralih ke pujian sosial
saat siswa mencapai kesuksesan.
3. Bersikap fleksibel dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru
Ruang kelas adalah lingkungan yang sangat dinamis. Sebagian besar masalah yang
membutuhkan keputusan tidak direncanakan dan tidak dapat diprediksi, mengharuskan
174
guru untuk menggunakan penilaian mereka berdasarkan pelatihan, bukti yang tersedia,
dan pengalaman. Keputusan guru antara lain menanggapi pertanyaan siswa, mengelola
perilaku siswa, menanggapi permintaan administrasi, menyesuaikan dengan perubahan
dalam jadwal, menangani masalah keselamatan, memastikan bahwa pilihan sesuai dengan
kebijakan dan peraturan, dan mengelola masalah siswa. Mengenali kompleksitas karakter
sekolah menuntut guru beradaptasi dengan tuntutan zaman. Perencanaan sangat
diperlukan, tetapi mengetahui bagaimana menyesuaikan diri dengan yang tak terduga
sangat penting untuk kelangsungan hidup sebagai pendidik serta diperlukan untuk
membuat pilihan berdasarkan bukti terbaik yang tersedia. Rencana tidak berharga tetapi
perencanaan adalah segalanya. Ini memiliki relevansi dengan pendidik, yang harus
memiliki rencana, tetapi sifat kelas yang cair juga mengharuskan mereka untuk fleksibel
dan siap untuk beradaptasi untuk tantangan yang tak terhindarkan setiap hari.
4. Menunjukkan empati dan tanggap budaya
Disposisi empatik dianggap sebagai sifat yang diinginkan pada guru. Empati juga
terkait dengan keefektifan guru yang bekerja dalam lingkungan yang beragam dengan
siswa dari latar belakang budaya yang berbeda. Mampu mengenali dan memahami
perasaan orang lain adalah inti dari empati. Bertingkah laku secara empati berarti
mengambil perspektif orang lain. Ini penting dalam masyarakat yang beragam secara etnis
dan budaya di mana guru harus melihat melampaui nilai-nilai budaya mereka sendiri untuk
secara efektif memahami dan menanggapi perspektif yang beragam.
Tanggap budaya membutuhkan penggabungan karakteristik budaya, pengalaman,
dan perspektif siswa yang beragam secara etnis (Gay, 2002). Ketika pengetahuan dan
keterampilan yang diajarkan diposisikan dalam pengalaman siswa, instruksi menjadi lebih
bermakna, relevan, dan menarik, dan karenanya siswa lebih termotivasi untuk berprestasi
dan berprestasi (Gay, 2002). Karena budaya sangat mempengaruhi sikap, nilai, dan
perilaku yang dibawa siswa dan guru ke dalam proses pembelajaran, menjadi peka budaya
memiliki peran utama dalam menjembatani kesenjangan prestasi yang ulet bagi siswa dari
etnis, sosial ekonomi, dan ras yang berbeda dari budaya. Bias etnis, ras, dan budaya yang
eksplisit dan implisit memengaruhi cara siswa diajar.
Program pelatihan guru harus melatih guru dalam kurikulum dan strategi instruksional
yang akan membahas masalah ras, etnis, dan budaya. Pelajaran harus dikembangkan
175
untuk memasukkan contoh dan konteks yang relevan secara budaya ketika guru
menerapkan kurikulum yang ditentukan dan mengembangkan pelajaran yang
dikembangkan guru. Penting untuk meningkatkan pengetahuan guru tentang keragaman
budaya yang akan mereka temui di kelas. Guru harus dilatih agar memiliki ekspektasi yang
tinggi kepada semua siswa. Mereka harus diinstruksikan tentang dampak bias; tentang
bagaimana membangun iklim kelas yang kondusif dan mendukung populasi siswa yang
beraneka ragam budaya; dan dalam metode untuk membuka komunikasi lintas budaya di
antara siswa. Jenis persiapan guru ini membutuhkan pengetahuan tentang budaya
tertentu dari kelompok etnis, bagaimana nilai-nilai budaya ini mempengaruhi
pembelajaran, dan bagaimana menyesuaikan kurikulum dan pengajaran dengan cara yang
menghormati dan menghargai perbedaan kita sebagai manusia. Perekrutan sekolah dan
praktik perekrutan harus dirancang untuk mengidentifikasi dan menghindari kandidat
yang secara eksplisit bias. Terakhir, kombinasi strategi yang tersedia untuk pra-jabatan
guru dan pelatihan dalam-jabatan dirancang untuk mengurangi dampak bias implisit dan
eksplisit. Ini termasuk penggantian stereotip, pencitraan counterstereotype,
individualisasi, pengambilan perspektif, peningkatan peluang untuk keterlibatan positif
orang-orang di luar budaya guru, dan umpan balik ketika bias diamati.
5. Ketekunan
Menjadi sukses dalam banyak usaha membutuhkan ketekunan. Kegagalan adalah hal
biasa dalam hidup. Setiap orang harus mengalami dan secara efektif menyesuaikan diri
dengan tantangan dan frustrasi untuk berkembang. Ketekunan diartikan sebagai
ketabahan dalam melakukan sesuatu memiliki ketekunan dan menularkannya kepada
siswa. Berikut ini adalah contoh cara meningkatkan ketekunan pada siswa:
a. Mastery Learning
Salah satu bagian dari teka-teki ketekunan adalah membangun kompetensi. Ini dapat
dicapai melalui mastery learning (pembelajaran penguasaan). Pembelajaran penguasaan
adalah di mana siswa dituntut untuk secara formal mendemonstrasikan penguasaan
mereka pada setiap pelajaran sebelum melanjutkan ke materi baru. Pembelajaran
penguasaan menawarkan siswa kesempatan untuk mempraktikkan keterampilan atau
perolehan pengetahuan sampai mereka berhasil. Ini untuk menghindari situasi di mana
siswa diteruskan ke pelajaran yang lebih menantang sebelum menguasai keterampilan
176
prasyarat atau informasi yang dibutuhkan untuk sukses. Hal ini sering menyebabkan
frustrasi dan siswa "menyerah".
b. Belajar dari kesalahan
Unsur lain dalam membangun ketekunan adalah memberi kesempatan bagi siswa
untuk mengalami kesalahan sebagai bagian dari pembelajaran yang diharapkan. Belajar
dari kesalahan membangun ketahanan terhadap kemunduran. Tantangan adalah kunci
untuk desain instruksional yang efektif. Pelajaran yang terlalu mudah mengambil
kesempatan siswa untuk mengembangkan tekad dan keuletan, yaitu semua komponen
ketekunan. Terakhir, sangat penting bagi guru untuk membekali siswa dengan alat untuk
mengatasi kesalahan sehingga mereka pada akhirnya dapat berhasil dan secara efektif
menangani frustrasi.
6. Pemecah masalah yang efektif
Menjadi pemecah masalah yang efektif dipandang sebagai keterampilan penting yang
ditetapkan di banyak profesi. Pemecahan masalah dipandang sebagai dasar untuk
membangun kelas efektif di sekolah. Mengajar dibanjiri dengan kesempatan bagi guru
untuk memecahkan masalah. Mengingat kompleksnya pekerjaan dan kebutuhan guru
untuk membuat lebih dari seribu keputusan sehari, menyelesaikan tanggung jawab dasar
profesi membutuhkan pemecahan masalah yang efektif. Dua strategi pemecahan masalah
utama umumnya digunakan di sekolah: (1) pemecahan masalah yang dikelola secara
mandiri oleh seorang guru sepanjang hari sekolah, dan (2) pemecahan masalah yang
dilakukan sebagai anggota tim guru lintas mata pelajaran. Pemecahan masalah yang efektif
mencakup kumpulan komponen praktik inti: mendefinisikan masalah, membaca dan
menafsirkan data, menetapkan penyebab masalah, mengidentifikasi solusi yang mungkin,
menilai kelangsungan solusi, memeriksa kemungkinan konsekuensi yang tidak diinginkan
terkait dengan kemungkinan solusi, merancang rencana implementasi yang efektif, dan
mengevaluasi dampak solusi dalam menyelesaikan masalah.
7. Bekerja dalam tim
Sebuah tim didefinisikan sebagai minimal dua orang yang berinteraksi satu sama lain
secara saling tergantung dan adaptif untuk mencapai tujuan bersama. Penggunaan tim
menawarkan kepada guru sebagai alat dengan kapasitas untuk menyelesaikan tugas
tertentu secara lebih efisien dan efektif daripada yang dapat dicapai oleh individu. Tim
177
menawarkan keuntungan dengan meningkatkan motivasi anggota, mengoordinasikan
upaya menuju tujuan bersama, meningkatkan kreativitas dengan memaksimalkan sudut
pandang yang beragam, menyatukan keahlian dari berbagai disiplin ilmu, dan
meningkatkan dukungan dari staf yang diperlukan untuk menerapkan praktik baru.
Tim menjalankan banyak fungsi di sekolah dan terbagi dalam dua kategori umum: tim
permanen dan tim sementara. Tim permanen dibentuk untuk fungsi khusus seperti
meningkatkan kurikulum atau mengkoordinasikan layanan bagi siswa. Tim sementara
diatur untuk tujuan jangka pendek tertentu dan dimaksudkan untuk dibubarkan ketika
tugas diselesaikan, seperti menerapkan sistem manajemen perilaku sekolah. Jenis tim lain
yang digunakan dalam pendidikan adalah tim tingkat kelas horizontal dan tim vertikal, yang
bekerja di seluruh tingkat kelas. Tim vertikal umumnya terdiri dari seorang guru dari setiap
tingkat kelas serta guru pendidikan khusus atau guru spesialis lainnya. Tim tingkat kelas
terdiri dari guru dan spesialis lain yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas khusus yang
terkait dengan pengoperasian sistem dan praktik yang efektif yang umum dalam kelas
tertentu.
Tim efektif yang berkelanjutan tidak terjadi secara kebetulan; mereka membutuhkan
perencanaan, pengorganisasian, dan pelatihan peserta. Kunci keberhasilan implementasi
tim dalam sistem sekolah adalah pelatihan di dua bidang penting: (1) infrastruktur tim dan
(2) keterampilan interpersonal kritis untuk anggota tim individu. Tim membutuhkan
instruksi dalam mengembangkan infrastruktur yang menentukan kebijakan, proses, peran,
dan harapan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas tim. Infrastruktur yang efektif
untuk sebuah tim membutuhkan misi yang jelas, kesepakatan formal, peran yang
ditentukan (pemimpin, pencatat, dll.), Parameter anggaran, protokol pengambilan
keputusan, tujuan yang koheren dan terukur, garis waktu untuk penyelesaian tujuan,
penugasan personel yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas, dan sistem
untuk meminta pertanggungjawaban orang. Keterampilan interpersonal yang penting
termasuk komunikasi yang jelas dan tegas, kompetensi dalam resolusi konflik, kemampuan
manajemen proyek, dan pengetahuan tentang pengaruh sosial (persuasi) metode.
Singkatnya, kerja sama guru dan pakar pendidikan dapat memberikan dampak yang
signifikan pada pelaksanaan sekolah yang efektif dan efisien.
8. Mengelola waktu dan produktivitas pribadi
178
Guru biasanya mengungkapkan kekhawatiran tentang kurangnya waktu untuk
melakukan pekerjaan. Kesulitan dalam menyeimbangkan jam mengajar yang panjang
dengan waktu pribadi adalah keluhan lain yang disuarakan oleh guru. Guru sering
melaporkan bahwa profesi mereka sangat menuntut dan membuat stres. Jam kerja yang
panjang terbukti menjadi faktor penyebab tingginya tingkat pergantian guru yang terus-
menerus. Manajemen waktu yang efektif telah disarankan sebagai strategi penting bagi
guru untuk lebih efektif mengelola tanggung jawab mengajar dan meningkatkan kepuasan
kerja. Manajemen waktu adalah proses dimana individu mengatur waktu mereka untuk
lebih efektif menyelesaikan tugas dan tujuan. Manajemen waktu yang efektif telah
dikaitkan dengan peningkatan kepuasan kerja, pengurangan kelelahan, pengurangan stres,
dan peningkatan produktivitas.
Keterampilan dan kegiatan manajemen waktu dibagi ke dalam tujuh kategori: analisis
waktu, perencanaan, penetapan tujuan, pembuatan prioritas, penjadwalan,
pengorganisasian, dan membangun kebiasaan waktu yang baru dan lebih baik.
Manajemen waktu melibatkan penetapan tujuan, memutuskan tugas mana yang paling
penting dan menentukan tugas mana yang perlu dijadwalkan untuk nanti
(memprioritaskan), secara akurat memperkirakan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
setiap tugas (estimasi waktu), menjadi fleksibel dan menyesuaikan dengan peristiwa tak
terduga yang pasti mengganggu rencana terbaik yang dibuat (pemecahan masalah),
memantau kinerja sendiri dan menyesuaikan tujuan dan prioritas yang diperlukan
(evaluasi), dan mengamati pola dan tren perilaku.
Langkah pertama dalam mengelola waktu secara efektif adalah agar individu
mengetahui dengan jelas hal-hal berikut: apa yang perlu dicapai, tugas apa yang
diharapkan oleh supervisor, dan kapan tugas harus diselesaikan. Dari informasi ini, individu
dapat menyusun rencana untuk mengalokasikan waktu untuk menyelesaikan tugas. Salah
satu tantangan terbesar adalah menjaga rencana. Penting bagi seorang guru untuk
mengembangkan strategi yang diperlukan untuk meminimalkan gangguan tak terelakkan
yang mengganggu jadwalnya, mengganggu penyelesaian tujuan dan mengalihkan waktu
dari tujuan prioritas yang telah ditetapkan. Menjadi teralihkan dari tugas yang ada
menyebabkan garis waktu terlewat dan meningkatkan stres. Faktor kunci dalam
meningkatkan manajemen waktu yang efektif adalah umpan balik kinerja. Guru bekerja
179
dalam sistem yang mencakup tim tempat mereka ditugaskan dan staf administrasi sekolah.
Kepala sekolah dan anggota tim adalah sumber penting untuk meminta
pertanggungjawaban guru atas tujuan dan tugas yang diberikan. Jika individu di lingkungan
kerja tidak memandang tugas tepat waktu dan penyelesaian tujuan sebagai hal yang
penting, kemungkinan besar kegiatan ini tidak akan terjadi atau tidak akan selesai tepat
waktu.
5. Rekrutmen Guru
Memastikan bahwa guru yang memenuhi syarat tersedia untuk mengisi ruang kelas
nasional dimulai dengan menarik cukup banyak calon yang memenuhi syarat dan
mencocokkan calon guru dengan kebutuhan pendaftaran. Secara nasional, kriteria masuk
yang lebih rendah dan penilaian yang lebih lunak untuk guru pra-jabatan dalam mengajar
memungkinkan siswa yang kurang mampu untuk lulus daripada kasus di profesi lain.
Analisis Kebutuhan
Penyelarasan ketersediaan guru dengan tuntutan terus berkembang. Sebagian besar
guru berhenti mengajar karena kompensasi yang rendah dan kondisi kerja yang penuh
tekanan. Sisi permintaan dipengaruhi terutama oleh fluktuasi populasi, keuangan, dan
kebijakan pendidikan. Menyesuaikan penawaran dengan permintaan merupakan
tantangan tetapi dapat dicapai melalui perencanaan yang lebih baik, pengadaan sumber
pendanaan yang tidak mudah berubah, dan meningkatkan kondisi kerja melalui
peningkatan gaji dan pelatihan yang efektif.
Standar Guru
Untuk mengisi kekurangan guru, sekolah sering kali mempekerjakan guru yang kurang
kompeten.
Seleksi
Pemilihan calon guru yang cocok untuk posisi pengajar berdampak pada kualitas
sekolah. Ini meningkatkan kualitas pengajaran, mengurangi tingkat tinggi dan biaya keluar
masuk, dan menghilangkan konsekuensi serius yang terkait dengan perekrutan kandidat
yang tidak cocok. Seleksi yang efektif dimulai dengan mengidentifikasi keterampilan
mengajar berbasis bukti. Selanjutnya, kepala sekolah dan BKD harus mengidentifikasi
program persiapan mana yang mengajarkan keterampilan ini. BKD harus menilai kandidat
180
untuk mengesampingkan mereka yang tidak memenuhi standar, yang meliputi kompetensi
teknis, kompetensi pribadi, kredensial, pengalaman, pemeriksaan referensi, contoh
pekerjaan, dan interaksi insidental dengan kandidat. Sayangnya, wawancara sering kali
gagal mengukur keterampilan penting dan menyoroti keterampilan verbal kandidat sambil
mengabaikan penilaian kinerja kritis. Penelitian mendukung penggunaan pertanyaan
wawancara referensi perilaku. Pertanyaan ini mengharuskan kandidat untuk
mendiskusikan kinerja masa lalu dan menghindari pertanyaan hipotetis, yang terbukti
kurang efektif dalam menilai kandidat. Wawancara harus melibatkan SDM, kepala sekolah,
dan / atau guru yang terlatih dalam memilih calon.
182
Guru SMK, terutama guru muatan produktif/kejuruan, memiliki peran penting dalam
mendidik siswa agar kompeten di bidang kejuruannya. Hal tersebut dikarenakan setelah
menuntaskan pendidikan di SMK, lulusan SMK harus dinyatakan siap untuk bekerja. Untuk
itu, perubahan teknologi dan pemanfaatan teknologi di dunia usaha dan industri menjadi
sesuatu yang urgen untuk diketahui dan dikuasai oleh guru SMK, sehingga model serta
materi pembelajaran yang digunakan guru akan sesuai dengan kebutuhan, tren, dan
prediksi masa depan.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mendukung peningkatan dan pemerataan
kompetensi guru kejuruan SMK berbasis industri, maka Direktorat Kemitraan dan
Penyelarasan Dunia Usaha Dunia Industri, akan menyelenggarakan program Upskilling dan
Reskilling Guru Kejuruan pada SMK Berstandar Industri tahun 2020.
Tujuan disusunnya Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Upskilling dan Reskilling Guru
Kejuruan Tahun 2020 ini adalah sebagai pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan
untuk memahami dan menjalankan program dengan baik sesuai ketentuan yang berlaku.
Ruang lingkup Pedoman Program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan pada Sekolah
Menengah Kejuruan Berstandar Industri tahun 2020 ini mencakup:
1. Konsepsi Program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan SMK Berstandar Industri;
2. Penyelenggaraan Program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan SMK Berstandar
Industri;
3. Penilaian dan Sertifikasi pada program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan SMK
Berstandar Industri; dan
4. Monitoring dan Evaluasi Program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan SMK
Berstandar Industri.
Program Upskilling dan Reskilling Guru SMK Berstandar Industri merupakan salah satu
program prioritas dari Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI, Direktorat Jenderal
Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi bagi guru kejuruan SMK sesuai dengan standar Industri,Dunia
Usaha, dan Dunia Kerja (IDUKA). Program ini akan dilaksanakan bagi guru kejuruan SMK
yang termasuk ke dalam 4 bidang prioritas pengembangan SMK sebagai Pusat Keunggulan
183
(Center of Excellence) yaitu manufaktur dan konstruksi, ekonomi kreatif, pelayanan
keramahan (hospitality), dan pelayanan sosial (care services).
Kompetensi Keahlian SMK yang tercakup dalam 4 bidang prioritas antara lain Teknik
Pemesinan, Teknik Pengelasan, Teknik Otomasi Industri, Teknik Mekatronika, Teknik
Kendaraan Ringan Otomotif, Teknik Alat Berat, Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan,
Teknik Geomatika, Rekayasa Perangkat Lunak, Animasi, Desain Komunikasi Visual,
Multimedia, Tata Busana, Perhotelan, Tata Boga, Tata Kecantikan Kulit dan Rambut,
Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian, Bisnis Daring dan Pemasaran, Retail, Otomatisasi
dan Tata Kelola Perkantoran, Keperawatan Sosial (Social Care)/Asisten
Keperawatan/Caregiver.
Upskilling dapat diartikan sebagai pelatihan berbasis industri bagi tenaga pendidik
yang berorientasi pada peningkatan level kompetensi teknis/kejuruan/kerja yang telah
dimiliki sebelumnya. Sedangkan reskilling dapat diartikan sebagai pelatihan berbasis
industri bagi tenaga pendidik yang berorientasi pada penguasaan kompetensi
teknis/kejuruan/kerja yang belum dikuasai sebelumnya. Program pelatihan tersebut
dilakukan oleh Industri dan/atau lembaga pendidikan dan pelatihan yang memiliki
kerjasama dengan IDUKA dan/atau lembaga pendidikan dan pelatihan yang mendukung
peningkatan kompetensi teknis/kejuruan/kerja.
Unsur yang terlibat dalam program upskilling dan reskilling antara lain Direktorat
Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Forum Pengarah Vokasi,
Dinas Pendidikan Provinsi, Sekolah Menengah Kejuruan dan Lembaga Penyelenggara
Program. Program Upskilling dan Reskilling Guru SMK Berstandar Industri berfokus pada
peningkatan kompetensi teknis/kejuruan/kerja bagi guru kejuruan SMK sesuai dengan
kompetensi keahlian yang diajarkan di sekolah.
Manfaat Program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan SMK Berstandar Industri
adalah sebagai berikut:
a. Guru mendapatkan peningkatan kompetensi yang utuh, terstandar, dan termutakhir
sesuai kebutuhan IDUKA;
b. Guru memperoleh sertifikat pelatihan dan/atau kompetensi yang dapat digunakan
pada pengembangan profesi guru;
184
c. Guru terbiasa dengan iklim dan budaya kerja di IDUKA dan dapat menularkannya
pada peserta didik sebagai bagian dari pengembangan karakter;
d. Guru dapat meningkatkan kualitas metode dan proses belajar mengajar serta hasil
pembelajaran kejuruan melalui program upskilling dan reskilling;
e. Satuan pendidikan memiliki guru yang dapat mengimbaskan hasil dari partisipasinya
pada program ini pada guru lainnya di satuan pendidikan tersebut;
f. Satuan pendidikan dapat meningkatkan jalinan kerjasama yang menyeluruh antara
SMK dengan IDUKA termasuk untuk knowledge and skill transfer;
g. Dinas Pendidikan memiliki sumber daya yang diharapkan dapat mengimbaskan hasil
pelatihan kepada guru lainnya yang sebidang di provinsi tersebut;
h. Mendukung ketersediaan, keterjangkauan, dan pemerataan mutu pendidikan serta
pembelajaran di SMK.
Sasaran Program Upskilling dan Reskilling guru kejuruan SMK berstandar industri
adalah 2.160 orang guru mata pelajaran muatan produktif/kejuruan dan diprioritaskan
pada 4 bidang yaitu manufaktur dan konstruksi, ekonomi kreatif, pelayanan keramahan
(hospitality), dan pelayanan sosial (care services). Program ini mencakup peningkatan
kompetensi teknis/kejuruan/kerja (hard skills), soft skills dan/atau kompetensi pendukung
kebekerjaan yang diselaraskan dengan kebutuhan IDUKA.
Pelaksanaan Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan SMK berstandar industri untuk
empat bidang prioritas akan melibatkan unsur-unsur sebagai berikut:
1. Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri;
2. Dinas Pendidikan Provinsi;
3. Forum Pengarah Vokasi (FPV);
4. Industri/Lembaga pendidikan dan pelatihan; dan
5. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
a. Pelaksana program adalah Industri dan/atau lembaga pendidikan dan
pelatihan yang memiliki kerja sama dengan IDUKA dan/atau lembaga
pendidikan dan pelatihan yang mendukung peningkatan kompetensi
teknis/kejuruan/kerja yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
185
b. Diprioritaskan bagi Industri/Lembaga Pendidikan dan Pelatihan yang telah
memiliki program kerja sama/mendukung pengembangan SMK dan/atau
memiliki pengalaman melaksanakan program sejenis.
c. Memiliki rencana dan materi pelatihan.
d. Menyelenggarakan pelatihan upskilling dan reskilling.
e. Mampu menyediakan instruktur sesuai dengan jenis pelatihan yang akan
dilaksanakan.
f. Mampu menyediakan sertifikasi untuk peserta program Upskilling dan
Reskilling guru kejuruan SMK.
Peserta Upskilling dan Reskilling adalah guru kejuruan yang berasal dari SMK dengan
kriteria:
a. Sekolah Menengah Kejuruan:
1) Terdaftar dan melakukan update pada sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik)
secara berkala
2) Memiliki kompetensi keahlian sesuai dengan 4 bidang prioritas yaitu manufaktur
dan konstruksi, ekonomi kreatif, pelayanan keramahan (hospitality), dan
pelayanan social (care services)
3) Memiliki guru produktif sekurang-kurangnya 2 orang per kompetensi keahlian
4) Mampu memberikan jaminan bahwa proses pembelajaran dapat tetap
berlangsung meskipun ada guru yang mengikuti program Upskilling dan
Reskilling Guru Kejuruan SMK dengan menandatangani surat pernyataan
jaminan
b. Guru Kejuruan:
1) Berusia maksimal 50 tahun per 30 Juni 2020
2) Memiliki NUPTK/Terdaftar di Data Pokok Pendidikan SMK
3) Mengajar mata pelajaran kejuruan (produktif)
4) Pendidikan minimal setara S1
5) Bersedia mengaplikasikan hasil pelatihan di SMK tempat bertugas sesuai
perjanjian/penugasan kerja di SMK
186
a. Tugas dan Tanggungjawab
1. Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri
a. Memfasilitasi pelaksanaan program Upskilling dan Reskilling
Guru Kejuruan SMK berstandar Industri.
b. Menyiapkan dokumen yang berkaitan dengan Program Upskilling
dan Reskilling Guru Kejuruan SMK berstandar Industri.
c. Melaksanakan sosialisasi program.
d. Menetapkan pelaksana program.
e. Menandatangani surat perjanjian kerja sama/kontrak.
f. Menandatangani Berita Acara Serah Terima Pekerjaan.
g. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan supervisi sebagai bagian dari penjaminan
mutu program.
187
d. Menandatangani Surat Perjanjian Kerja Sama dengan Pejabat Pembuat Komitmen
pada Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri dan
dokumen lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama.
e. Melaksanakan dan bertanggung jawab penuh terhadap persiapan, perencanaan
dan pelaksanaan program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan SMK berstandar industri
sesuai dengan peraturan perundangan.
f. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan program Upskilling dan Reskilling Guru
Kejuruan SMK berstandar industri kepada Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia
Usaha dan Industri.
g. Melakukan Serah Terima Pekerjaan kepada Direktorat Kemitraan dan
Penyelarasan Dunia Usaha dan Industri.
5. SMK
a. Menyiapkan calon guru kejuruan SMK yang akan mengikuti program Upskilling
dan Reskilling
b. Menugaskan Guru Kejuruan SMK untuk mengikuti program;
c. Menjamin keberlangsungan proses belajar mengajar selama guru mengikuti
pelatihan.
d. Bertanggungjawab untuk memastikan para guru yang mengikuti reskilling dan
upskilling bersedia mengaplikasikan hasil pelatihan di SMK tempat bertugas sesuai
perjanjian/penugasan kerja di SMK.
188
Gambar 9. Mekanisme Pelaksanaan Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan SMK
Keterangan:
1. Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri
melakukan training need analysis bagi guru untuk bidang- bidang prioritas
revitalisasi dan mengidentifikasi Industri/ Lembaga pendidikan dan pelatihan
potensial yang mendukung peningkatan kompetensi teknis/kejuruan/kerja.
Dalam pelaksanaan Upskilling dan Reskilling guru kejuruan SMK berbasis
industri, FPV dapat memberikan rekomendasi jenis-jenis pelatihan bagi
pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan lingkup penugasan FPV.
2. Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri
melaksanakan proses seleksi dan menetapkan Industri/ Lembaga pendidikan
dan pelatihan yang mendukung peningkatan kompetensi
teknis/kejuruan/kerja sebagai penyelenggara Upskilling dan Reskilling Guru
Kejuruan SMK sesuai peraturan perundangan yang berlaku terkait pengadaan
barang dan jasa pemerintah.
3. Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri
melaksanakan sosialisasi Program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan SMK.
Program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan SMK berstandar industri dibiayai
melalui DIPA satker Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia
Industri tahun anggaran 2020. Pembiayaan sebagaimana dimaksud antara lain:
biaya pelatihan (instruktur, kesekretariatan, bahan pelatihan, paket kuota internet
untuk peserta, dan biaya untuk menjalankan protokol kesehatan), transportasi,
uang saku, akomodasi, konsumsi, dan sertifikasi kompetensi. Laporan pelaksanaan
Program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan SMK berstandar industri, harus
dapat memberikan data dan informasi lengkap dan jelas mengenai proses
pelaksanaan Program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan SMK berstandar
industri dari awal pelaksanaan sampai pekerjaan dinyatakan selesai dan telah
diserahterimakan.
Penilaian dalam Program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan SMK berstandar
industri dilakukan secara komprehensif, meliputi penilaian terhadap peserta,
penilaian terhadap instruktur, dan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan.
Penilaian terhadap peserta bertujuan untuk mengukur kompetensi peserta melalui
ketercapaian indikator kompetensi dan keberhasilan tujuan pembelajaran.
Penilaian terhadap instruktur adalah pengukuran dan penilaian kepada instruktur
yang dilakukan oleh peserta pada saat melaksanakan tugas mengelola
pembelajaran pada setiap materi pembelajaran. Penilaian terhadap
penyelenggaraan kegiatan adalah pengukuran dan penilaian kepada
penyelenggara yang dilakukan oleh peserta pada saat mengikuti kegiatan Program
Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan SMK berstandar industri. Sertifikasi
program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan SMK berstandar industri
dilaksanakan setelah peserta menyelesaikan pelatihan. Proses sertifikasi
190
kompetensi mengacu pada standar yang diakui oleh IDUKA dan/atau lembaga yang
berwenang.
192
BAB IV
KERJA SAMA DENGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA, PEMERINTAH DAERAH,
DAN DUNIA USAHA/INDUSTRI
Kesesuaian dan Keterkaitan dengan DUDI Jadi Kunci Revitalisasi SMK Pada tahun 2017,
telah ditunjuk 125 SMK yang memiliki bidang keahlian sesuai dengan prioritas
pembangunan nasional, yaitu kemaritiman, pariwisata, pertanian (ketahanan pangan),
dan industri kreatif, serta 94 SMK bidang keahlian lainnya yang juga mendukung prioritas
pembangunan nasional. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud),
pemilihan keempat program studi yang menjadi fokus pengembangan SMK tersebut
berdasarkan arah pembangunan ekonomi Indonesia. Empat sektor unggulan nasional
tersebut diproyeksikan akan menyerap sejumlah besar tenaga kerja.
Program Revitalisasi yang dilaksanakan oleh SMK percontohan meliputi pengembangan
dan penyelarasan kurikulum dengan DUDI; inovasi pembelajaran yang mendorong
keterampilan abad 21; pemenuhan dan peningkatan profesionalitas guru dan tenaga
kependidikan; standarisasi sarana dan srasarana utama; pemutakhiran program kerja
sama industri; pengelolaan dan penataan lembaga; serta peningkatan akses sertifikasi
kompetensi.
Perbaikan dan penyelerasan kurikulum SMK akan memantapkan model kesesuaian
dan keterkaitan (link and match) dengan DUDI. Kurikulum dirancang dengan berorientasi
pada penggabungan antara instruction dan construction sehingga pendekatan utama
dalam membentuk tahapan pembelajaran yang mengacu pada fase pembelajaran di
sekolah ataupun praktik di industri dan berorientasi pada hasil proses pembelajaran yang
diinginkan. Saat ini pemerintah melakukan penyelarasan kurikulum SMK yang mencakup
pengembangan SMK 4 tahun yang memiliki nama kompetensi dan standar kompetensi
lulusan (SKL) yang berbeda dengan SMK 3 tahun.
Adapun penyediaan pendidik kejuruan yang kompeten ditempuh melalui program
sertifikasi keahlian ganda. Sampai dengan tahun 2019, Kemendikbud akan
193
mentransformasi setidaknya 45 ribu guru normatif di SMK menjadi guru produktif. Selain
itu, pemerintah mendorong program magang industri untuk guru produktif, serta
meningkatkan kemampuan guru dalam penguasaan TIK untuk menunjang proses belajar
mengajar.
Peningkatan kebekerjaan lulusan SMK akan didorong melalui pemberian sertifikasi
kompetensi lulusan yang ditempuh melalui perluasan SMK dengan menambahkan
Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Satu (LSP-P1) di dalamnya. Pembentukan LSP-P1
difokuskan pada sekolah yang memiliki peserta didik >600. Saat ini SMK yang memiliki
peserta didik >600 ada sekitar 4.000 SMK yang memiliki 90 persen total jumlah peserta
didik SMK.
Perluasan teaching factory di SMK dirancang agar mendorong inovasi dan
produktivitas. Mendikbud juga berpendapat bahwa dengan teaching factory, siswa tidak
hanya dituntut untuk menguasai skill atau kemampuan teknis, tetapi juga sampai pada
konsep pengembangan usaha.
Diharapkan pada tahun 2020, melalui program revitalisasi SMK, akan terwujud kondisi
sebagai berikut:
a. SMK melayani 5,5 juta siswa dengan pendidikan berbasis IT melalui 1.650 SMK
Rujukan, 850 SMK Reguler, 3.300 SMK Aliansi serta 750 SMK Konsorsium;
b. 80 persen tamatan SMK bekerja dibidangnya, 12 persen berwirausaha, dan 8
persen 1.650 SMK rujukan memiliki lisensi LSP-P1 dan membawahi 800 TUK bagi
siswa dan aliansinya;
c. 750 Teaching Factory dan Technopark di SMK berfungsi sebagai Rumah Inovasi;
d. 1.000 Lembaga Kursus dan Pelatihan, serta 350 SMA Luar Biasa terintegrasi dengan
SMK.
45.000 Guru Keahlian Ganda dan 2500 Instuktur Kursus;
e. 1,75 juta lulusan SMK, 1 juta lulusan Kursus dan Pelatihan, 1.200 lulusan SMA Luar
Biasa memiliki sertifikat keahlian;
f. SMK menjadi pilihan utama bagi lulusan SMP untuk melanjutkan studi ke jenjang
pendidikan menengah.
Bagi Industri.
Memperoleh calon tenaga kerja yang lebih sesuai dengan kebutuhan industri
195
Kesempatan untuk mengidentifikasi dan mengelola (potensi) sumber daya manusia
lebih awal
Meningkatkan citra perusahaan
Meningkatkan kemampuan manajemen dan karyawan untuk transfer keterampilan
dan pengetahuan (internal trainer)
Kesempatan untuk memberikan masukan dalam pengembangan kurikulum
sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan industrii
Investasi pasar kerja masa depan
Bagi Siswa
Pada prinsipnya, kerjasama harus saling menguntungkan. Oleh karena itu ketika
menjalin kerjasama, misalnya untuk prakerin bagi siswa, magang bagi guru, rekrutmen
calon karyawan industri, baik SMK maupun DUDI harus mendapat keuntungan.
Untuk prakerin, keberadaan siswa di DUDI dapat difahami sebagai “tenaga kerja murah”,
sehingga DUDI mendapat keuntungan. Untuk itu pola prakerin yang “hit and run” harus
diganti dengan “pola menerus”, dimana di suatu DUDI selalu ada siswa dengan jumlah
yang tetap. Jika satu kelompok selesai prakerin dan kembali ke sekolah harus digantikan
oleh rombongan lain dengan jumlah dan kompetensi yang sama.
Kerjasama antara SMK dengan DUDI juga dapat dikaitkan dengan workshop/bengkel yang
ada di SMK. Bagaimana agar apa yang dikerjakan oleh siswa di SMK merupakan bagian
dari produk DUDI. Dengan cara itu, standarisasi pekerjaan telah mulai diperoleh siswa di
sekolah.
196
B. Public-Private Partnership (Kemitraan Pemerintah-Swasta)
1. Pengantar
197
Thom & Wardhono (2018) mengidentifikasi perspektif industri dalam pelaksanaan KPS
ditentukan berdasarkan daftar kuesioner Tabel 14.
Tabel 14. Pelaksanaan KPS dalam perspektif industri
199
tingginya angka pengangguran di Indonesia. Menurut Buku Statistik Tahunan ASEAN dan
Departemen Statistik Indonesia, tingkat pengangguran di Indonesia menempati urutan
kedua tertinggi (6,2%), setelah Filipina (6,4%) di kawasan ASEAN dan didominasi oleh
lulusan SMK (26%).
Tantangan ketiga adalah ketidaksesuaian antara pasar tenaga kerja dan SMK. Meski
pemerintah telah membuka banyak SMK, namun penetapan SMK lapangan tidak
mempertimbangkan kebutuhan industri. Lebih lanjut, serupa dengan temuan sebelumnya,
interaksi antara SMK dan industri tidak menunjukkan hubungan yang baik. Menurut
perspektif industri yang diturunkan dari hasil analisis, tidak ada hubungan yang pasti
antara peran pemerintah, SMK sebagai pemasok lulusan vokasi, dan industri sebagai
pengguna output lembaga pendidikan menengah (lulusan vokasi). Rendahnya peran
pemerintah dalam menyikapi pelaksanaan KPS mengakibatkan pembangunan
infrastruktur, sarana, dan kepegawaian SMK terhambat dan tidak mampu memenuhi
kebutuhan industri. Selain itu, kurangnya komunikasi antara SMK dengan industri
berdampak pada belum tersinkronisasinya SMK dengan kebutuhan industri.
KPS telah dibentuk untuk memperkuat hubungan industri-lembaga untuk
memungkinkan keterlibatan lembaga pelatihan dengan industri swasta untuk mengadakan
kursus pelatihan berdasarkan permintaan dan untuk mengenalkan staf pengajar SMK
dengan teknologi dan teknik terbaru yang digunakan oleh sektor swasta. Lebih lanjut,
inisiatif KPS diharapkan bergerak menuju model penganggaran yang lebih berbasis kinerja
di mana investasi keterampilan tambahan oleh sektor swasta akan tersedia. Tujuan utama
dari penganggaran berbasis kinerja tersebut adalah untuk memungkinkan SMK memiliki
akses ke dana eksternal berdasarkan kinerja mereka sendiri. Dana tersebut dapat
dihasilkan melalui peningkatan pengumpulan dana non-pemerintah, tabungan dari kursus
malam, dan kegiatan yang menghasilkan pendapatan seperti penjualan produk dan
layanan, serta program kemitraan seperti KPS. ILO telah mendukung lima lembaga
percontohan SMK untuk membangun dan menciptakan mekanisme pengenalan dan
perluasan pembiayaan berbasis kinerja di TVET. KPS telah diperkenalkan untuk
memastikan hubungan antara SMK dan industri lokal, dan untuk menciptakan infrastruktur
pelatihan yang berorientasi pasar. Untuk membuat kemajuan dengan pembiayaan
berbasis kinerja seperti itu, lembaga percontohan telah: memungkinkan fleksibilitas dalam
200
transfer dana antar lini anggaran; meningkatkan ruang untuk penggalangan dana lokal;
mengembangkan seperangkat prosedur penggunaan dana untuk perekrutan staf dan
instruktur paruh waktu; dan mendelegasikan kekuasaan untuk menyetujui dan merevisi
Rencana Pengadaan Tahunan.
Peran pemerintah adalah mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan
kerja yang cukup, dan menghasilkan tenaga kerja terampil dan berkualitas yang sesuai
untuk memenuhi kebutuhan industri. Oleh karena itu, pembangunan berkelanjutan yang
berkelanjutan melalui pelatihan dan ketenagakerjaan harus menjadi agenda utama
pemerintah dan SMK seiring dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan daya saing di
pasar internasional dan mempersiapkan masyarakat untuk bekerja dalam pekerjaan yang
bernilai tambah lebih tinggi.
Sebagian besar negara di kawasan ASEAN mengalami ketidaksesuaian keterampilan
yang serius antara penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja. Sistem transfer
SMK dicirikan oleh kurikulum yang ketinggalan zaman atau tidak relevan, keterampilan
instruktur yang ketinggalan jaman, sumber daya yang tidak memadai dan kurangnya
keterlibatan industri yang substantif dalam pelatihan. Masalah utama semakin diperparah
oleh preferensi yang kuat untuk pendidikan akademis dan citra SMK umumnya kurang baik.
Selain tantangan yang disebutkan di atas, negara-negara ASEAN memiliki SMK yang
terfragmentasi, di mana tanggung jawab dibagi di antara berbagai kementerian (mis.
Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, dll.). Umumnya, jika SMK ingin berhasil, ia perlu memiliki koneksi yang kuat
ke pasar tenaga kerja. Industri tahu keterampilan apa yang dibutuhkan dan mereka perlu
menjadi mitra dalam semua aspek, dari perencanaan program dan pengembangan
kurikulum menjadi pelatihan di tempat kerja, dan pada akhirnya, ketenagakerjaan. Dalam
dunia kerja yang bergerak cepat, hanya melalui kolaborasi berkelanjutan antara industri
dan sistem pelatihan yang fleksibel program-program tersebut akan tetap relevan dengan
menyediakan keterampilan yang dibutuhkan untuk tenaga kerja. Tenaga kerja yang kuat
dan terlatih, pada gilirannya, akan berkontribusi pada penguatan ekonomi melalui
peningkatan kemakmuran perusahaan, penciptaan lapangan kerja. nities dan
meningkatkan aktivitas kewirausahaan.
201
Dalam kemajuan keterampilan dan teknologi di Abad Dua Puluh Satu (21), permintaan
untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas tinggi adalah agenda terpenting
bagi sebagian besar negara. Oleh karena itu, SMK terus berperan dalam mengakomodasi
penawaran dan permintaan pembangunan ekonomi, tenaga kerja dan kebutuhan sumber
daya manusia di masa depan. Namun, SMK tidak akan berhasil tanpa dukungan dan
motivasi dari para pemain utamanya yang meliputi pemerintah, universitas dan industri
yang selanjutnya dapat mempengaruhi perekonomian suatu negara, terutama di negara-
negara berpenghasilan rendah. Tidak hanya itu, kurangnya akuntabilitas dan pembagian
risiko antara sektor publik, swasta dan akademik dalam menyediakan layanan Public-
Private-Partnership dapat menyebabkan komplikasi besar bagi para pelaku SMK dalam
mempertahankan pengembangan SMK. Selain itu, ini juga dapat menjadi implikasi utama
bagi perekonomian dunia karena pada keterampilan angkatan kerja dan oleh karena itu,
pada pengembangan SMK. Saat ini, kebutuhan KPS berkembang pesat karena persyaratan
di masa depan dan kesadaran dari masing-masing pemain kunci akan fakta bahwa
keefektifan ekosistem SMK suatu negara harus dipastikan. Contoh KPS yang berhasil
mencakup pengembangan kebijakan, penetapan proyek, dan pemberian layanan.
Seperti yang telah ditunjukkan oleh model Kemitraan Pemerintah-Swasta nasional,
KPS adalah salah satu faktor penting dalam mengubah sistem dari orientasi yang didorong
oleh pasokan yang persisten menjadi yang didorong oleh permintaan. Melalui kemitraan
publik swasta, ASEAN diharapkan mampu menjembatani defisit kesenjangan keterampilan
dalam penyelenggaraan pelatihan di hampir semua sektor industri swasta, mengubah
sistem TVET yang sudah ketinggalan zaman menjadi sistem yang modern dan responsif.
KPS regional, didukung oleh lingkungan yang mendukung, dapat menciptakan situasi win-
win bagi semua pihak: pemerintah akan memiliki sistem pelatihan yang efektif, efisien dan
terjangkau dan industri akan memiliki tenaga kerja yang terlatih dan terampil. Manfaat
utamanya adalah para siswa akan memperoleh keterampilan yang dibutuhkan untuk
terlibat penuh dalam masyarakat modern. KPS terlibat dalam pengalihan tanggung jawab
kepada sektor swasta dalam pembiayaan dan pengelolaan paket investasi modal dan
layanan termasuk konstruksi, pengelolaan, pemeliharaan, perbaikan dan penggantian aset
sektor publik seperti bangunan, infrastruktur, peralatan dan fasilitas lainnya, yang
menciptakan suatu mandiri bisnis.
202
Dalam proyek KPS tersebut, terdapat kontrak bagi pihak swasta untuk memberikan
layanan berbasis infrastruktur publik dalam jangka waktu yang lama. Pihak swasta akan
mengumpulkan dananya sendiri untuk membiayai seluruh atau sebagian aset yang akan
memberikan layanan berdasarkan kinerja yang disepakati. Sektor publik, pada gilirannya,
akan memberikan kompensasi kepada pihak swasta untuk layanan ini. Di beberapa proyek
KPS, sebagian pembayaran dapat mengalir dari pengguna publik secara langsung.
Meskipun kepemilikan aset memainkan peran yang kurang penting dalam KPS, banyak
modalitas melihat pengalihan aset ke sektor publik.
Kemitraan publik-swasta (KPS) telah menjadi mantra pembangunan terbaru. Ini juga
telah menjadi slogan modis dalam strategi pembangunan, terutama selama beberapa
dekade terakhir di banyak negara berkembang dan maju. Meskipun praktik KPS tidak
sepenuhnya merupakan fenomena baru, namun telah menjadi populer di era neoliberal,
dengan asumsi besaran-besaran di satu sisi, memasuki sektor-sektor yang selama ini
dicadangkan untuk monopoli publik, dan di sisi lain, mengambil alih berbagai bentuk yang
sampai saat ini tidak diketahui. Bahkan negara-negara yang telah lama melarang peran
sektor swasta telah menerima gagasan KPS dan bahkan memperjuangkan kepentingan
sektor swasta dan KPS dalam sebagian besar kegiatan pembangunan. KPS diadopsi di
banyak negara di berbagai sektor pembangunan infrastruktur, seperti pembangunan
bandara, kereta api, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi tidak lagi terbatas pada sektor-
sektor ini. Ia juga telah memasuki sektor-sektor yang telah menjadi area monopoli publik
selama beberapa dekade, jika tidak berabad-abad. Pendidikan adalah salah satu sektor
yang telah lama terbatas pada yurisdiksi eksklusif negara. Tetapi KPS diperluas ke bidang
pendidikan, termasuk pendidikan dasar, yang dianggap sebagai hak asasi manusia /
universal, dan juga sektor pembangunan manusia lainnya seperti kesehatan dan bahkan
kegiatan yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan.
Ada beberapa model KPS yang populer dalam konteks yang berbeda. Meski banyak
yang memiliki ciri umum, ada juga perbedaan di antara keduanya. Menurut model yang
lazim, pemerintah dapat mengambil inisiatif dan mengajak sektor swasta untuk bergabung
dengan pemerintah dalam upayanya menuju pembangunan pendidikan melalui proyek
tertentu; atau sektor swasta dapat mengambil inisiatif dan meyakinkan atau memaksa
pemerintah untuk menerima metode operasi baru di mana sektor swasta dan pemerintah
203
bersama-sama memberikan layanan / kegiatan. Dalam kedua kasus tersebut, sektor
negara bagian dan swasta bersatu dalam satu tugas tertentu. Umumnya berbagai model
KPS melibatkan kontrak formal antara pemerintah dan sektor swasta untuk melaksanakan
beberapa kegiatan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya di bidang pendidikan,
seperti mendirikan lembaga baru, dan / atau menjalankan lembaga, atau menjalankan
kegiatan tertentu. dalam pendidikan - semua dibiayai oleh negara dan / atau melalui
sumber daya yang dihasilkan sendiri.
Model umum KPS menyiratkan bahwa sektor swasta menyediakan infrastruktur dan
penyediaan layanan; mungkin juga bertanggung jawab untuk merancang, mendanai,
membangun dan 'mengoperasikan'; dan memulihkan investasinya melalui pembayaran
sekaligus / tahunan dari pemerintah, dan melalui retribusi. Di bawah model tipikal, ia
berbagi risiko dengan negara.
Ada juga model lain, di mana pemerintah berinvestasi dalam infrastruktur (atau biaya
investasi saham sektor pemerintah dan swasta) dan sektor swasta beroperasi, dengan
pemerintah membayar biaya berulang kepada mitra swasta per siswa; atau sektor swasta
menyediakan infrastruktur dan pemerintah menjalankan institusi, pemerintah membayar
pembayaran tahunan / sekaligus kepada sektor swasta untuk investasi modal; atau pelaku
swasta membangun infrastruktur dan menjalankan institusi, pemerintah membayar
semua biaya, atau pemerintah membayar hanya untuk siswa yang disponsori pemerintah
dan pemain swasta mendapatkan kembali biaya lain dari siswa lain.
Bidang-bidang yang termasuk dalam KPS dapat mencakup hampir setiap aspek
pendidikan, termasuk pembuatan kebijakan, perumusan rencana, evaluasi dan
pelaksanaan, kepemilikan, pengelolaan, pendanaan, jalannya lembaga, aspek akademik,
program pendidikan khusus, seperti kursus jembatan, layanan pelatihan guru, aspek
akademik ekstra, ujian, termasuk ujian masuk, layanan pendukung, asrama, perawatan
kesehatan, transportasi, pemeliharaan, keamanan, dan sebagainya, meskipun perumusan
kebijakan biasanya dianggap sebagai hak prerogatif eksklusif negara.
Dalam beberapa tahun terakhir beberapa kemitraan hibrida juga telah berkembang,
yang melibatkan kombinasi dan permutasi baru dari sektor negara bagian dan non-negara
bagian yang terlibat dalam berbagai kegiatan di bidang pendidikan. Bentuk KPS yang
berbeda termasuk lembaga publik dengan pembiayaan swasta, lembaga swasta dengan
204
pendanaan publik, lembaga publik di bawah pengelolaan swasta, lembaga yang
mendirikan pemerintah dan mengalihdayakan mereka ke badan swasta, dan sektor swasta
mendirikan lembaga dan pemerintah mengambil alih pengelolaan dan pendanaan mereka.
Sebagian besar kemitraan pada periode baru-baru ini didasarkan pada logika berorientasi
pasar, sementara banyak model yang lazim selama periode sebelumnya tidak demikian,
dan mereka juga tidak dijelaskan sebagai model KPS. Ada perbedaan utama antara model
sebelumnya dan model terbaru. Pemerintah tertarik dengan KPS, ketika mengusulkan,
misalnya, kolaborasi universitas-industri, pada dasarnya untuk alasan akademis, untuk
meningkatkan relevansi kurikulum, meningkatkan kemampuan kerja lulusan, dll. Saat ini,
tujuan utama pengusulan KPS adalah untuk membesarkan swasta mendanai dan
menghemat sumber daya publik. Wacana yang tersebar luas saat ini tentang hubungan
universitas-industri juga ditemukan berakar pada ideologi neo-liberal yang sama. Sektor
swasta juga tertarik selama periode sebelumnya untuk alasan filantropis, tujuan dari
sedekah dan memberikan pendidikan kepada rakyat untuk pembangunan nasional. Di sisi
lain, sektor swasta saat ini tertarik pada KPS pada dasarnya untuk mendapatkan
keuntungan cepat, memperlakukan pendidikan sebagai bisnis. Sektor 'untuk keuntungan'
mulai memasuki pendidikan secara besar-besaran baik secara formal sebagai entitas
'untuk keuntungan' atau dalam pakaian perwalian dan yayasan.
Di antara model-model sebelumnya, sistem sekolah swasta berbantuan pemerintah,
misalnya, di India dapat digambarkan sebagai model KPS. Model ini melibatkan pendirian
sekolah / perguruan tinggi oleh organisasi nirlaba swasta - organisasi perwalian atau
sukarela dan dalam beberapa kasus entitas bisnis, dengan dananya sendiri dan
menjalankan sekolah oleh badan yang sama selama beberapa tahun sebelumnya. Model
tersebut memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan pemerintah untuk pengeluaran
rutin - pada dasarnya, tetapi tidak secara eksklusif untuk pengeluaran gaji staf. Lembaga-
lembaga ini tunduk pada peraturan pemerintah; mereka mengikuti sebagian besar
peraturan dan regulasi pemerintah dalam hal penerimaan, biaya, beasiswa, insentif dan
subsidi lainnya, perekrutan staf, struktur gaji, dll. Akibatnya, mereka dianggap tidak
berbeda dari lembaga publik, tetapi untuk pengelolaan lembaga oleh sektor swasta.
Sekolah-sekolah ini seringkali didanai oleh pemerintah hingga 95 persen dari pengeluaran
rutin dan terkadang juga merupakan bagian dari pengeluaran tidak rutin. Karena beberapa
205
malpraktek yang dilakukan oleh manajemen sekolah, banyak di antaranya diambil alih oleh
pemerintah, atau gaji pegawai langsung dibayarkan oleh pemerintah. Bahkan, sekolah
swasta lain mungkin juga termasuk dalam kategori KPS ini, karena sekolah-sekolah
tersebut, yang tidak menerima dukungan keuangan langsung dari negara, menerima
subsidi tidak langsung dalam bentuk tanah dengan harga konsesi dan keringanan pajak
untuk kegiatan lain. Mereka juga, tentu saja, tidak digambarkan sebagai model KPS.
Salah satu skema populer yang dideskripsikan sebagai model KPS tipikal mengacu
pada sistem kupon, di mana negara mengeluarkan voucher kepada siswa yang digunakan
oleh siswa untuk membayar biaya dan barang-barang lainnya di sekolah swasta (atau
pemerintah). Beberapa eksperimen semacam ini telah dilakukan di beberapa negara
bagian di India. Voucher dan yang serupa dengan keras diperdebatkan untuk
menguntungkan atas dasar melayani orang miskin dan meningkatkan persaingan dan
dengan demikian efisiensi.
Kontrak modal manusia di mana pendidikan siswa terpilih dibiayai oleh sektor
korporasi di bawah kontrak yang setelah lulus, mereka bekerja untuk sektor korporasi
tertentu, dan banyak model pembiayaan pendidikan campuran akan memenuhi syarat
untuk dianggap sebagai berbagai model KPS. Para pendukung KPS mengajukan tiga jenis
argumen. Pertama, karena pemerintah tidak punya uang, maka perlu memilih KPS. KPS
diklaim akan meringankan kendala keuangan, karena sektor swasta melakukan investasi
besar sendiri di bawah KPS. Ketika sektor swasta dan publik saling melengkapi, diklaim,
total basis sumber daya akan meningkat. KPS diproyeksikan sebagai strategi utama untuk
memanfaatkan keuangan swasta dan sumber daya manusia yang belum dimanfaatkan,
termasuk keterampilan khusus yang mungkin tidak tersedia di pemerintahan dan untuk
mendorong partisipasi aktif sektor swasta dalam pembangunan nasional. Dengan
peningkatan basis sumber daya, akan ada peningkatan akses pendidikan dan peningkatan
kualitas pendidikan. Dengan tidak adanya KPS, dengan sumber daya publik yang terbatas,
sistem pendidikan akan sangat menderita. Dalam keadaan seperti itu, KPS dipandang
sebagai pilihan utama, jika bukan satu-satunya, untuk pengembangan pendidikan. Seperti
yang diamati oleh Pritha Gopalan (2013), secara paradoks, pendidikan publik, yang
merupakan layanan esensial, untuk tetap menjadi publik "membutuhkan mitra di luar
pemerintah untuk menjaganya tetap mutakhir, efisien, transparan, dan menarik."
206
Kedua, KPS diadvokasi untuk mengatasi kelemahan sistem publik: sistem publik
diklaim tidak efisien; itu kaku dan tidak fleksibel; itu tidak menanggapi kebutuhan pasar;
itu tidak otonom dan sebagainya. Di sisi lain, KPS akan memberikan fleksibilitas dalam
melonggarkan pembatasan yang terkait dengan sektor publik, seperti dalam struktur gaji,
kebijakan rekrutmen, biaya dan mobilisasi sumber daya, serta aturan pengelolaan dan
pembangunan (misalnya, pekerjaan sipil). Ini segera menanggapi sinyal pasar yang
berubah dalam aspek akademik dan lainnya; bahkan mempromosikan inovasi; dan
meningkatkan transparansi. Ini dianggap sebagai model yang merangkul solusi dan logika
'efisien' berbasis pasar dengan sektor negara, dan bebas dari kekakuan yang terkait
dengan sektor negara.
Ketiga, KPS meningkatkan persaingan, menghasilkan efisiensi yang terkait dengan
sektor swasta, meningkatkan akuntabilitas, mengurangi biaya, meningkatkan efektivitas
biaya, dan dengan demikian mengurangi harga atau biaya pendidikan. Misalnya, Komisi
Perencanaan (2008) menyatakan bahwa inisiatif keuangan swasta dan kemitraan publik
swasta dalam “merancang, mengembangkan, mendanai dan mengoperasikan sangat
penting tidak hanya untuk memenuhi kesenjangan sumber daya yang luas tetapi juga
untuk menghasilkan efisiensi penggunaan sumber daya internal dan eksternal,
peningkatan dalam penyampaian layanan berkualitas dan promosi keunggulan."
Selanjutnya, para pendukung KPS beranggapan bahwa di bawah KPS mitra swasta
akan bersifat filantropis, tanpa motif komersial; atau bahkan jika mereka termotivasi untuk
mencari keuntungan, diperkenankan. Kedua, badan publik akan mampu secara efektif
mengatur para aktor swasta untuk memainkan peran positif dalam pembangunan
pendidikan untuk kemajuan nasional; atau kedua pemain publik dan swasta akan
mengatur dirinya sendiri dan bahwa tidak diperlukan peraturan sama sekali oleh badan
luar atau pemerintah. Ketiga, KPS diasumsikan akan memperbaiki, setidaknya tidak
memperburuk, ketimpangan pendidikan. Keempat, KPS akan memungkinkan alokasi
sumber daya publik yang langka secara eksklusif untuk kepentingan orang miskin, dan
upaya swasta akan mengurus kepentingan orang kaya; dan dengan demikian di bawah KPS
baik yang kaya maupun yang miskin akan diurus. Terakhir, diasumsikan pula bahwa
pemerintah akan mampu melindungi dan memelihara sifat baik masyarakat pendidikan
207
dan / atau para pelaku swasta sendiri akan berkepentingan untuk menjamin karakter
pendidikan yang baik bagi masyarakat.
2. Prinsip-prinsip KPS
f. Saling memerlukan
Kerjasama dapat saling memerlukan jika SMK memerlukan DUDI untuk menerima
tenaga kerja lulusan SMK dan industri memerlukan SMK sebagai tempat training center
bagi calon tenaga kerja industri tersebut.
g. Kesamaan perhatian
Kemitraan akan berjalan efektif jika SMK dan DUDI memiliki kesamaan perhatian
(common interest) untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. DUDI wajib
menyisihkan sebagian perhatiannya, sumberdaya yang dimilikinya sebagai bentuk
tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) untuk pendidikan.
208
h. Keterbukaan (transparency)
Kemitraan SMK dengan DUDI akan berhasil efektif jika keduanya memiliki keterbukaan
(transparency) khususnya dalam masalah biaya dan kegiatan yang dilakukan bersama-
sama. Staf DUDI bersikap jujur, tidak menutup-nutupi kekurangan masing-masing
dalam memberikan ilmunya. Siswa SMK juga harus terbuka menyampaikan
keinginannya. Keterbukaan dan kejujuran menumbuhkan sikap saling percaya dan
mempercayai bahwa DUDI telah memberikan yang terbaik bagi siswa SMK yang
bermitra.
i. Kesamaan komitmen
Pelaksanaan kegiatan membutuhkan tenaga, waktu dan sumberdaya yang lain, oleh
sebab itu dua pihak yang bermitra harus memiliki komitmen untuk menyediakan waktu,
tenaga, maupun sumber daya yang lain. Dengan komitmen ini diharapkan tidak akan
terjadi masalah kurang disiplin, kurang bertanggung-jawab, dan kurang semangat
untuk bekerja keras. Dengan komitmen yang tinggi, program diharapkan dapat berhasil
efektif dan efisien.
3. Persyaratan KPS
209
elemen konteks operasi tidak dapat diubah, desain KPS harus disesuaikan untuk
mengakomodasi kondisi yang ada. Oleh karena itu, dalam merancang proses KPS dan
memilih bentuk KPS, penting untuk mempertimbangkan tujuan reformasi; lingkungan
kebijakan; kerangka hukum, peraturan, dan kelembagaan; persyaratan pembiayaan dan
sumber daya sektor; dan kendala politik dan kekhawatiran pemangku kepentingan. KPS
akan menjadi alat yang efektif untuk menangani beberapa, tetapi mungkin tidak semua,
masalah sektor.
Agar berhasil, KPS harus dibangun berdasarkan diagnostik sektor yang memberikan
penilaian realistis tentang kendala sektor saat ini. Secara khusus, diagnostik sektor akan
mencakup:
a. masalah teknis;
b. kerangka hukum, peraturan, dan kebijakan;
c. status kelembagaan dan kapasitas; dan
d. masalah komersial, keuangan, dan ekonomi.
210
Sebagai hasil dari diagnostik sektor, pemerintah dapat menentukan sejauh mana
lingkungan pendukung yang ada untuk KPS dan kegiatan apa yang diperlukan sebelum KPS
untuk menciptakan lingkungan seperti itu. Diagnosis penting untuk: (i) mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan sektor dan bidang yang paling menjanjikan untuk peningkatan
efisiensi, (ii) mengukur dan melaporkan kemajuan reformasi secara teratur, dan (iii)
menyesuaikan program reformasi sesuai kebutuhan. Diagnostik sektor mengarah pada
penyusunan road map dan urutan kegiatan KPS sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2
yang menggambarkan komponen diagnostik sektor.
211
Pemerintah harus menilai kendala teknis saat ini di sektor yang akan direformasi
(sejauh diketahui) termasuk efisiensi sistem, operasi utilitas, dan daya tanggap terhadap
pelanggan. Ini harus menentukan sejauh mana masalah operasional merupakan akibat dari
kurangnya investasi, perencanaan investasi yang buruk, pemeliharaan, manajemen yang
tidak efektif, kurangnya keahlian operasional, atau masalah lainnya. Investasi yang sedang
berjalan dan investasi yang direncanakan, serta aset yang ada, harus dikatalogkan —
sejauh informasi ini relevan dengan reformasi dan dapat diperoleh dengan cara yang
hemat biaya. Analisis tersebut perlu mempertimbangkan konektivitas, hubungan, dan
saling ketergantungan dari berbagai elemen infrastruktur (misalnya, pembangkit listrik vs.
distribusi, konektivitas moda transportasi, validitas tiket / penagihan antar moda
transportasi, standar teknis yang harus diikuti, dll.).
Diagnosis harus mencakup kerangka hukum, peraturan, dan kebijakan yang ada
termasuk:
a. hukum yang berlaku, dan peraturan yang ada untuk menetapkan otoritas dan
menetapkan standar kinerja;
b. pengaturan pengawasan, badan pengatur, peraturan;
c. lembaga sektor utama dan entitas pemerintah yang terkait dengan sektor tersebut;
d. kebijakan dan pengaturan tarif dan subsidi;
e. keberadaan dan penerapan standar kualitas layanan yang diamanatkan oleh
hukum;
f. pengamanan sumber daya alam dan persyaratan pengelolaan yang penting bagi
kinerja sektor;
g. peraturan lingkungan dan kesehatan;
b. hukum dan peraturan ketenagakerjaan yang relevan; dan
c. batasan kepemilikan asing / partisipasi sektor, pembatasan valuta asing, dan
pembatasan repatriasi keuntungan, yaitu undang-undang penanaman modal asing.
Secara khusus, peraturan mungkin dan / atau badan pengatur dibentuk untuk
memfasilitasi pergeseran dari layanan yang semata-mata disediakan oleh pemerintah ke
penyediaan layanan swasta. Lingkungan hukum, peraturan, dan kebijakan yang
212
mendukung sangat penting untuk KPS yang berkelanjutan. Pada tingkat dasar, diperlukan
lingkungan hukum yang dapat mendukung keterlibatan sektor swasta dalam layanan kritis.
Lingkungan hukum harus meminimalkan kemungkinan korupsi dan harus cukup dapat
diandalkan untuk mendorong partisipasi dan investasi swasta. Sejauh lingkungan hukum
dan peradilan tidak ditentukan, investor dan peserta proyek akan melihat proyek sebagai
tidak dapat diprediksi dan sangat berisiko. Demikian pula, calon investor harus memiliki
keyakinan bahwa hukum dan kontrak akan dihormati dan dapat ditegakkan di pengadilan
atau melalui arbitrase, jika perlu.
Kerangka regulasi ekonomi harus sama eksplisitnya. Ini mungkin memerlukan
pembentukan regulator independen, unit regulasi dalam bagian pemerintah, atau bentuk
lain dari kapasitas regulasi. Mungkin juga efektif untuk menanamkan prinsip-prinsip
peraturan dalam kontrak dan kapasitas eksternal yang diperlukan terbatas pada kapasitas
pemantauan yang efektif dan audit hasil kinerja. Persyaratan kontrak yang sangat spesifik
yang menetapkan tugas, target kinerja, tingkat dan struktur tarif, aturan untuk mengubah
tarif, dan prosedur penyelesaian perselisihan, memungkinkan sektor swasta untuk
memprediksi keuntungan usaha dengan lebih baik dan memutuskan kontrak apa yang
layak untuk ditawar. Prinsip dasarnya adalah bahwa tingkat layanan yang diminta dan
biaya layanan tersebut harus seimbang secara adil, sekaligus menciptakan insentif untuk
meningkatkan efisiensi dalam sistem.
213
b. Apakah tingkat otonomi dan akuntabilitas pemangku kepentingan sesuai dengan
usulan merekakewajiban? Apakah tingkat pemerintah yang relevan siap untuk
melepaskan atau merevisi peran mereka?
c. Apakah tingkat pemerintah yang relevan siap untuk mendelegasikan sebagian kendali
kepada swastamitra dalam kebijakan yang ditentukan dan parameter peraturan?
d. Apakah setiap lembaga memiliki dana, staf, pelatihan, dan peralatan yang
dibutuhkanmenjalankan fungsinya?
e. Apakah setiap institusi memahami perannya dan mengetahui bagaimana
mengembangkan prosedurnyamenyelesaikan peran ini?
f. Apakah ada pemangku kepentingan utama — misalnya, seorang pendukung —
dengan kapasitas dan kemauan politik untuk melakukannyamemimpin dan
mendorong agenda reformasi ke depan?
Peran kelembagaan ini harus diperjelas paling lambat pada saat proses KPS selesai.
Namun, semakin besar tingkat ketidakpastian tentang peran kelembagaan selama proses
KPS. Esensinya, semakin tinggi tingkat risiko perseptif bagi calon investor. Pada waktu
bersamaan harus ada fleksibilitas untuk menyempurnakan dan memperbarui peran
kelembagaan seiring dengan berkembangnya sektor inidan jatuh tempo. Semakin lama
desentralisasi berakar, pemerintah memiliki tambahanbeban untuk menentukan di tingkat
pemerintahan mana setiap peran paling baik dilakukan. Dalam analisis kelembagaan,
penting untuk tidak mengabaikan kapasitas untuk mendukung penawaran,negosiasi, dan
kepatuhan kontrak dan pemantauan.
Sebagai bagian dari penilaian diagnostik, komersial, keuangan, dan ekonomi saat
inipengaturan dan hasil dari sektor ini harus dipahami dan dinilai. Ini di bawahposisi
skenario saat ini menginformasikan keputusan tentang hasil sektor yang diinginkan
danbagaimana ini bisa dicapai.Pertimbangan komersial berkaitan dengan orientasi bisnis
layanan infrastrukturpenyedia yang dapat menjadi mitra dalam KPS. Dalam persiapan KPS,
langkah awal pembuktian ke sistem penagihan, database pelanggan, status piutang, dan
pendanaanpengaturan mungkin diperlukan. Ini mungkin diperlukan untuk memahami
sepenuhnya atau untuk meningkatkanposisi keuangan penyedia layanan sebelum
214
mengadakan KPS. Pertimbangan keuangan berkaitan dengan desain harga yang rinci dan
realistis (termasuk pelanggantarif pelanggan, perjanjian off-take, dll.) strategi. Tujuannya
adalah untuk menyediakan layanan yang terjangkau, mendorong penggunaan, sambil
memberi mitra swasta pendapatan yang cukupoperasi yang layak secara komersial.
Terkadang, pemberian dukungan finansial dari pemerintahmelalui kontribusi investasi
atau bentuk lain dari dukungan "kesenjangan kelangsungan hidup" atau bahkan
berkelanjutan subsidi dapat mencapai keseimbangan ini.A lat utama untuk mendukung
analisis adalah model keuangan. Untuk mengembangkan model keuangan, pemodel harus
meninjau data yang tersedia, memastikan bahwa asumsi yang konsisten mendukung
semua masukanke model, identifikasi poin-poin penting dari sensitivitas, dan terus-
menerus tantang dan perbarui secara kritisasumsi dan hasil melalui tinjauan berkelanjutan
seiring berkembangnya transaksi.
a. Langkah pertama dalam analisis dan pemodelan keuangan adalah pengumpulan dan
analisis historisdata, termasuk keuangan serta organisasi (misalnya, tingkat pekerjaan),
operasional (misalnya,volume yang diproduksi dan ditagih), dan teknis (misalnya, jenis
dan kapasitas operasionalaset) informasi. Data yang dibutuhkan antara lain:
1) laporan keuangan yang diaudit serta setiap laporan keuangan saat ini (tidak diaudit)
danrencana / anggaran;
2) jadwal tarif — historis dan terkini;
3) karyawan — nomor dan jenis (misalnya, operasi, administrasi, permanen, kontrak)
4) database pelanggan;
5) jadwal hutang dan biaya modal;
6) jadwal aset operasi (informasi mengenai kapasitas produksi, historisvolume
produksi, biaya operasi); dan
7) rincian program investasi modal yang sedang berjalan dan yang direncanakan.
b. Selain data sektor tertentu, mengumpulkan ekonomi makro penting (misalnya, tingkat
inflasi,produk domestik bruto historis, nilai tukar, dan suku bunga) dan demografi
(populasiinformasi adalah penting. Data makroekonomi dan demografi inidiperlukan
untuk memproyeksikan elemen kunci seperti permintaan, penyesuaian tarif yang
diperlukan, pengoperasianbiaya, pendapatan, investasi, dan layanan hutang.
215
c. Struktur model keuangan. Model keuangan umumnya dibangun dalam
standarprogram spreadsheet (seperti Excel) dan menyertakan lembar kerja sebagai
berikut:
1) Input dan asumsi seperti: data ekonomi (inflasi, tingkat pajak, dll.); data konstruksi
(biaya konstruksi dan investasi yang terus mengalir dari waktu ke waktu, dll.);
belanja modal yang sedang berjalan (baik terkait pemeliharaan maupun
pertumbuhan); tingkat dan jenis pendanaan (ekuitas, kredit, obligasi, subsidi, dll.);
data keuangan (seperti persyaratan instrumen pembiayaan); dan data operasional
(biaya operasional, prakiraan permintaan, tarif tol, harga transfer, dll.).
2) Lembar dengan laporan arus kas, akun laba rugi, dan neracaperusahaan proyek.
3) Hasil dan lembar ringkasan. Lembar ini menunjukkan hasil proyekarus kas dari
asumsi yang berbeda. Hasil ini biasanya diilustrasikan dalam bentukindikator
keuangan seperti:
IRR yang menarik akan tinggi, lebih disukai di atas 7-8% secara riil, bergantung
padanegara dan pasar keuangan. (IRR yang sesuai, secara riil — yang
memperhitungkanmenghitung faktor spesifik negara dan sektor atau industri serta
ekspektasi risikotercapai. Bagi banyak calon investor dalam KPS, Ekuitas atau
Geared IRR akan digunakanuntuk menilai kasus investasi mereka sendiri).
216
b) Return on Equity (ROE). Perhitungan ini menunjukkan return kepada pemegang
saham yang menerima dividen. IRR (r) aktif ekuitas dihitung menurut persamaan
berikut:
𝐷𝑖 − 𝐼𝑖
∑ =0
(1 + 𝑟)𝑖
Dimana
Ri adalah pendapatan operasi pada tahun i.
Ii adalah jumlah yang diinvestasikan pada tahun i.
c) Annual Debt Service Coverage Ratio (ADSCR). Ini mewakili, untuk setiap tahun
operasi, kemampuan perusahaan proyek untuk membayar hutang. Rasio ini
dihitung sebagai berikut.
𝐶𝐵𝐷𝑆𝑖
ADSCR 𝑖 =
𝐷𝑆𝑖
Dimana
𝐶𝐵𝐷𝑆𝑖 adalah arus kas sebelum pelunasan hutang pada tahun i (sisa kas pada
tahunperusahaan proyek setelah biaya operasi dan pajak dibayar).
𝐷𝑆𝑖 adalah sisa pembayaran hutang pada tahun ke-i (pokok dan bunga)
Proyek dapat dianggap layak bagi pemberi pinjaman jika ADSCR lebih dari satu untuk
setiap tahun. Artinya jika pendapatan proyek di bawah prediksi dalam model keuangan
tahun ke-1, perusahaan proyek harus tetap mampu membayar hutang. Umumnya, ADSCR
minimum harus lebih besar dari 1,1 atau 1,2.
217
𝑁𝑃𝑉(𝐶𝐵𝐷𝑆𝑖 → 𝑒𝑛𝑑 )
LLCR 𝑖 =
𝐷𝑆𝑖 → 𝑒𝑛𝑑
Dimana:
𝑁𝑃𝑉 (𝐶𝐵𝐷𝑆𝑖 → 𝑒𝑛𝑑 ) adalah nilai bersih sekarang dari arus kas sebelum pelunasan
utang tahun i sampai akhir periode pembayaran hutang.
𝐷𝑆𝑖 → 𝑒𝑛𝑑 adalah jumlah sisa pembayaran hutang pada tahun ke-i (pokok dan
bunga).
Proyek ini diperkirakan layak bagi pemberi pinjaman ketika LLCR tinggi untuk setiap
tahun kehidupan proyek. Artinya, perusahaan proyek harus mampu melunasi utangnya
meskipun ada periode kekurangan uang tunai.
Analisis arus keuangan dalam sektor tersebut, kesenjangan pembiayaan, dan hasil
komersial harus dilakukan. Dimana sektor ini kekurangan pemerintah dan ekspektasi
konsumen, kesepakatan harus dicapai untuk menetapkan ekspektasi keuangan yang
realistis pemangku kepentingan.
Pertanyaan yang relevan dalam mendiagnosis masalah dan strategi untuk sektor
tersebut meliputi:
219
7) Apakah tarif disesuaikan sebelum KPS?
8) Apakah prosedur komersial di sektor ini bijaksana (misalnya, apakah ada database
pelanggan yang akurat? Apakah tagihan benar dan tepat waktu? Apakah tagihan
mudah dipahami dan segera dibayar?Apakah koneksi / pencurian ilegal menjadi
masalah?)
Analisis ini menunjukkan dengan tepat kendala kritis untuk menciptakan sektor yang
berkelanjutan secara finansial dan membantu mengidentifikasi kegiatan dan
intervensi yang mungkin diperlukan untuk menghilangkan kendala tersebut.
Terlepas dari pengalaman panjang dengan KPS, mereka tetap kontroversial di antara
berbagai kepentingan-pemegang. Ini sebagian disebabkan oleh beragam pemangku
kepentingan yang terlibat dalam prosesess dan kesulitan dalam mendamaikan
kepentingan dan perhatian mereka. Selain itu, terlalu sering filepemangku kepentingan
belum diajak berkonsultasi atau dilibatkan dengan benar dalam proses. Konsultasi
adalahsemakin dipandang penting karena beberapa alasan:
a. Konsultasi atau komunikasi yang tidak memadai dengan pemangku kepentingan
meningkatkan bahayaoposisi, berpotensi terlambat dalam proses, yang menyebabkan
penundaan atau bahkan pembatalan.
b. Selain itu, pemangku kepentingan sangat penting untuk keberlanjutan KPS. Bahkan
jikakontrak diberikan meskipun ada tentangan, kesulitan dan risiko proyek
meningkatsecara drastis jika tidak ada dukungan publik.
c. Pemangku kepentingan memberikan masukan berharga untuk desain dan kepraktisan
suatu pendekatan. Mengizinkan pemangku kepentingan untuk mengomentari strategi
KPS memungkinkan adanya rasa keterlibatan dandapat mengarah pada pendekatan
inovatif.
d. Dukungan publik yang luas dan pemahaman tentang agenda reformasi mendorong
para politisiuntuk tetap berkomitmen.
e. Penyebaran informasi mengarah pada peningkatan kredibilitas mitra proyek.
220
Tabel 15. Wewenang Pemangku Kepentingan KPS
Stakeholder Wewenang
Pengambil keputusan politik Menetapkan dan memprioritaskan tujuan dan
sasaran KPS dankomunikasikan ini ke public
Menyetujui kriteria keputusan untuk memilih
opsi KPS yang disukai
Menyetujui opsi KPS yang direkomendasikan
Menyetujui kerangka peraturan dan hukum
Manajemen perusahaan Mengidentifikasi kebutuhan dan tujuan KPS
khusus perusahaandan staf
Memberikan data khusus perusahaan
Membantu dalam pemasaran dan proses uji
tuntas
Menerapkan perubahan
Konsumen Mengkomunikasikan kemampuan dan kemauan
untuk membayar layanan
Mengekspresikan prioritas untuk kualitas dan
tingkat layanan
Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang
ada dalam pelayanan
Investor Memberikan umpan balik tentang daya tarik
berbagai opsi KPS
Mengikuti aturan dan prosedur proses
penawaran kompetitif
Melakukan uji tuntas secara menyeluruh sehingga
menghasilkan persaingan dan penawaran realistis
Konsultan strategis Memberikan evaluasi opsi KPS yang tidak bias
Meninjau kerangka kerja yang ada dan usulkan
reformasi
221
Stakeholder Wewenang
Bertindak sebagai fasilitator untuk kerjasama
antar pemangku kepentingan
Agar pemangku kepentingan dapat berperan aktif dalam proses KPS, mereka harus
diberikan tidak hanya aforum untuk berpartisipasi tetapi juga informasi yang mereka
butuhkan untuk berpartisipasi secara efektif. Forum yang tepat untuk mengkomunikasikan
dan membangun dukungan untuk KPS adalah melalui iterative dialog dengan pemangku
kepentingan. Setiap program komunikasi harus disesuaikan dengan local konteks dan PPP,
tetapi akan mencakup beberapa atau semua komponen di bawah ini:
a. Riset opini: Riset opini mengumpulkan data tentang pemangku kepentingan, persepsi
mereka, danperilaku terkait dengan masalah terkait KPS tertentu. Penelitian tersebut
mempengaruhikonten dan media program komunikasi serta reformasi itu sendiri.
Itupenelitian dilakukan secara relatif formal melalui kuesioner, polling, dll.
222
b. Konsultasi pemangku kepentingan: Konsultasi adalah proses yang tidak terlalu
formaltema dan kebijakan kepentingan dibahas di dalam atau di antara kelompok
pemangku kepentingan. inidimaksudkan untuk mengumpulkan informasi dan
membangun pemahaman di antara para reformis sebagaiuntuk persepsi dan
pemahaman saat ini dan dasar dari pendapat tersebut. Bagian penting konsultasi
pemangku kepentingan adalah untuk mengelola harapan sehubungan dengan
bagaimana umpan balikakan dimasukkan ke dalam proses reformasi; Artinya, umpan
balik mungkin tidak diterjemahkanmenjadi perubahan langsung dalam desain atau
proses KPS tetapi akan menjadi salah satu aliran pengaruh. Ini dapat dicapai melalui
kelompok fokus atau kelompok diskusi pemangku kepentingan.
c. Kesadaran publik: Upaya kesadaran publik ditujukan untuk berbagai pemangku
kepentingandan dirancang untuk meningkatkan kesadaran umum tentang suatu
masalah. Ini adalah distribusi proaktifinformasi yang akan membantu
menginformasikan reaksi publik terhadap KPS. Ini mungkin dilakukan melalui TV, radio,
rapat kota, dan surat kabar.
d. Pendidikan publik: Pendidikan publik adalah proses menyediakan pemangku
kepentingan denganalat dan informasi yang diperlukan untuk meningkatkan
pemahaman tentang suatu masalah atau untuk menangani aperan baru. Ini adalah
program yang lebih spesifik dan rinci daripada penyadaran publik. Kegiatan
komunikasi harus dimulai sejak awal proses dan terus berlanjut hingga penutupandan
bahkan selama implementasi. Struktur proyek harus memasukkan mekanisme
kememastikan komunikasi berkelanjutan dengan publik dan pelanggan. Program
komunikasi yang terkait dengan KPS harus terjadi tidak hanya di semua tahapan KPS,
tetapi di beberapa tingkatan: di tingkat pembuat kebijakan atau kebijakan utama, di
tingkat perusahaan, antara pemangku kepentingan yang secara khusus terkena
dampak KPS, dan di antara masyarakat luas sesuai kebutuhan.
Pelayanan sosial sangat penting untuk menjaga kualitas hidup minimum. Pemberian
pelayanan sosial merupakan salah satu peran utama pemerintah. Pemerintah harus
menyediakan layanan dasar seefisien mungkin dengan jangkauan cakupan yang efektif.
223
Namun, pemerintah negara berkembang biasanya dibatasi oleh kurangnya sumber daya
yang memadai dan populasi yang berlebihan. Di antara berbagai jenis layanan sosial,
pendidikan merupakan salah satu layanan terpenting. Pendidikan juga dianggap sebagai
salah satu agenda utama pembangunan. Pemerintah selalu menunjukkan komitmen yang
kuat untuk meningkatkan penyediaan layanan di sektor ini melalui peningkatan alokasi
sumber daya. Jika pemerintah bekerja sendiri untuk memberikan layanan pendidikan yang
lebih baik ke tingkat massa, maka dibutuhkan lebih banyak dana dan waktu lebih lama. Di
sisi lain, karena penyediaan fasilitas pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah,
pemerintah tidak boleh menyerahkan kepada swasta, terutama di negara berkembang.
KPS di bidang pendidikan telah digunakan secara luas di negara maju, namun sangat
terbatas di negara berkembang. Di sana pemerintah mengundang pihak swasta untuk
maju menyediakan pendidikan tinggi, namun hasilnya kurang signifikan. Para ahli
menekankan bahwa hanya investasi swasta di bidang pendidikan yang tidak dapat
menyelesaikan masalah; KPS diperlukan dalam pendidikan untuk menggabungkan
ketangkasan sektor swasta dengan kewajiban tanggung jawab sosial sektor publik.
KPS menggambarkan layanan pemerintah atau usaha bisnis swasta yang didanai dan
dioperasikan melalui kemitraan pemerintah dan satu atau lebih perusahaan sektor swasta.
Dalam beberapa jenis KPS, pemerintah menggunakan pendapatan pajak untuk
menyediakan modal untuk investasi, dengan operasi yang dijalankan bersama dengan
sektor swasta atau berdasarkan kontrak. Dalam jenis lain (terutama inisiatif keuangan
swasta), investasi modal dilakukan oleh sektor swasta berdasarkan kekuatan kontrak
dengan pemerintah untuk memberikan layanan yang disepakati. Singkatnya, KPS dapat
bersifat alami di mana dalam beberapa kasus, investasi modal dilakukan oleh pemerintah,
dan pelaku swasta mengoperasikannya, dan dalam beberapa kasus lain (pada
kenyataannya sebagian besar kasus) investor swasta hanya berinvestasi dan menjalankan
usaha tersebut. Namun, mungkin terdapat beberapa variasi lain dalam hal tingkat
keterlibatan antara pemerintah dan sektor swasta dalam kesepakatan KPS.
Menurut Dewan Kanada untuk Kemitraan Pemerintah-Swasta (CCKPS), KPS adalah
“usaha kerja sama antara sektor publik dan swasta, yang dibangun di atas keahlian masing-
masing mitra, yang paling sesuai dengan kebutuhan publik yang didefinisikan dengan jelas
melalui alokasi sumber daya, risiko, dan penghargaan yang sesuai.” Istilah Public Private
224
Partnership (KPS) tidak didefinisikan sebagai tingkat masyarakat tetapi secara umum
mengacu pada bentuk kerjasama antara otoritas publik dan dunia usaha yang bertujuan
untuk memastikan pendanaan, pembangunan, renovasi, pengelolaan dan pemeliharaan
infrastruktur. dari penyediaan layanan.
KPS baru-baru ini menjadi sarana implementasi proyek yang populer, terutama di
wilayah-wilayah yang pelaksanaan proyeknya tidak memuaskan. KPS memiliki keuntungan
sebagai berikut dalam penyediaan layanan:
• Penghematan sumber daya publik melalui pengaturan sektor swasta atas sumber daya
untuk membangun dan mendanai proyek
• Sektor swasta menanggung risiko terkait fidusia dan keselamatan yang terkait dengan
konstruksi dan dalam beberapa kasus kinerja
• Pemerintah dan publik membayar layanan yang disediakan oleh sektor swasta
• Dengan menjalankan kekuasaan regulator, pemerintah dapat memutuskan biaya,
tolok ukur kualitas dan kurikulum
Sektor pendidikan adalah di antara banyak sektor sosial yang memperoleh manfaat
dari inisiatif KPS negara maju. Praktik yang biasa dilakukan di sektor pendidikan dalam
proyek KPS adalah model Build-Operate-Transfer (BOT). Model ini melibatkan sektor
swasta melalui tender terbuka yang memenangkan hak untuk membangun infrastruktur
sosial dan pendidikan dengan parameter yang telah dirancang sebelumnya dan kemudian
mengoperasikan proyek-proyek ini dengan imbalan pembayaran atau biaya oleh
pemerintah. Bahkan dalam kasus di mana infrastruktur pendidikan tersedia, pemerintah
dapat melibatkan perusahaan swasta, biasanya melalui tender terbuka, untuk
mengoperasikan aset publik. Kemitraan ini memiliki keuntungan menggabungkan efisiensi
sektor swasta dan kepemilikan aset serta otoritas regulasi sektor publik.
Selain BOT, KPS di bidang pendidikan juga dapat diterapkan melalui model Build and
Transfer (BT) dan Build-Lease-Transfer (BLT). Berdasarkan model BT, investor bertanggung
jawab untuk membiayai dan membangun infrastruktur sekolah atau perguruan tinggi, dan
setelah pembangunan selesai, investor diharuskan untuk mentransfer sekolah atau entitas
tersebut kepada otoritas Pemerintah. Investor dibayar dalam jadwal amortisasi tetap yang
ditentukan dalam dokumen kontrak. Dalam model BLT, investor terpilih bersedia
membiayai dan membangun infrastruktur dan menyewakan kepada pemerintah dan
225
pemerintah menyediakan sewa sewa kepada investor untuk jangka waktu tertentu.
Umumnya dalam model ini, operasi dan pemeliharaan proyek berada pada sektor swasta
dan sewa sewa kepada investor menutupi biaya dan biaya operasi dan pemeliharaan ini.
Proyek tersebut dialihkan kepada otoritas pemerintah setelah masa sewa habis. Dalam
model sistem BT dan BLT, sektor swasta hanya terlibat dalam pembangunan fasilitas, di
mana dalam pendekatan BOT sektor swasta juga terlibat dalam konstruksi dan
pengoperasian sehingga ada peluang untuk meningkatkan pemberian layanan. Di BT dan
BLT, pemerintah hanya membiayai pembangunan tetapi pengoperasiannya menjadi milik
pemerintah. Namun di bawah model BOT, penyelenggaraan layanan yang
menyelenggarakan program pendidikan menjadi milik sektor swasta untuk meningkatkan
efisiensi. Di bawah model BOT, pemerintah memberikan subsidi untuk tahap konstruksi
dan operasi program pendidikan. Namun tetap menghemat banyak uang karena tidak ada
satu poin pengeluaran dan menghemat waktu karena biasanya butuh waktu lama jika
pemerintah membangun infrastruktur dan terus menjalankan program dengan dana
sendiri. Keunggulan utama model BOT adalah memungkinkan pemerintah menyediakan
program pendidikan yang berkualitas dengan melibatkan sektor swasta.
Biasanya dalam proyek KPS, investor menerima pembayaran dari pengguna layanan
melalui tol, biaya, biaya layanan atau metode terkait lainnya. Namun, terkait dengan ketiga
model KPS di atas dalam pelayanan pendidikan tidak menguntungkan atau sebagian besar
tidak memungkinkan karena kebijakan pemerintah yang membebankan biaya kepada
siswa. Kecenderungan umum untuk bersekolah rendah di negara berkembang, di mana
pemerintah memberikan subsidi yang besar termasuk buku, alat tulis, pakaian, makanan,
uang tunai dan insentif lainnya untuk menarik orang agar menyekolahkan anak mereka,
karena meningkatkan angka melek huruf adalah salah satu yang paling penting. masalah
pembangunan bagi negara, dan pendidikan merupakan kewajiban inti pemerintah kepada
rakyat. Jadi, disini pemerintah membayar investor untuk KPS bidang pendidikan.
Dalam kasus KPS, pemerintah mengalihdayakan pembangunan fasilitas serta
pengelolaan entitas, tetapi mengontrol kualitas layanan dan kurikulum untuk siswa.
Pengalaman model KPS di bidang pendidikan seperti itu melepaskan banyak tekanan dari
pemerintah untuk membangun sejumlah lembaga pendidikan melalui anggaran
pemerintah sendiri pada satu waktu.
226
Untuk memberikan layanan pendidikan berkualitas melalui KPS di bawah sistem yang
diusulkan - BOT, pemerintah perlu memberikan subsidi secara efisien. Dua model yang
diusulkan - pendanaan Kesenjangan Kelayakan (Viability Gap Fund/VGF) dan Pembayaran
Anuitas - untuk membayar kembali biaya konstruksi dan operasi. VGF menyediakan
sebagian dari total kebutuhan dana untuk mencapai kelangsungan hidup. Jika proyek tidak
cukup mampu untuk pemulihan biaya penuh dan mencapai keuntungan yang diharapkan
bagi investor, maka untuk membuat proyek tersebut layak bagi investor, VGF disediakan.
Sebuah contoh dapat diberikan untuk sebuah jalan tol yang arus lalu lintasnya sangat
rendah sehingga investor swasta tidak akan memiliki pendapatan yang cukup untuk
pemulihan investasinya atau mendapatkan keuntungan yang diinginkan darinya. Jika
melalui analisis permintaan ditemukan IRR (Internal Rate of Return) katakanlah 1%
(bahkan mungkin negatif) dan investor mengharapkan 20% maka pemerintah akan
memberikan subsidi secara umum pada tahap konstruksi untuk menggeser IRR menjadi
20%. Di sini, dalam kasus sekolah, investor menyediakan jumlah VGF tahunan yang
dibutuhkan dengan mempertimbangkan sumber pendapatan potensial seperti toko,
kantin, ruang sewa, dll serta pengeluaran untuk menjaga kualitas layanan yang dibutuhkan.
227
anuitas. Investor swasta membangun pembangkit tersebut dan menjual listriknya kepada
pemerintah dengan harga premium. Pemerintah memberikan pembayaran tahunan yang
telah dikonfirmasi untuk menutupi biaya (konstruksi, operasi dan manajemen) dan
pendapatan dalam periode kontrak. Umumnya, VGF diberikan pada fase konstruksi di
mana pembayaran anuitas biasanya diberikan dalam fase operasi. Metode pembayaran
anuitas telah berhasil digunakan di sekolah-sekolah di Inggris dan Australia. Umumnya
ketentuan untuk fasilitas ini dibuat berdasarkan tahun mainan. Pemerintah meminta
tender untuk pemilihan investor untuk konstruksi dan operasi sekolah dan menyediakan
proyek tersebut kepada pemegang kutipan terendah.
KPS juga berdampak besar pada pembangunan sekolah berbasis masyarakat dalam hal
penghematan biaya. Di bawah proses tradisional, konstruksi, pembiayaan, dan pengaturan
operasi berbasis komunitas individu, yang menjadi ciri sebagian besar pembangunan
fasilitas umum saat ini di banyak negara maju, selalu ada sedikit otonomi untuk inovasi. Di
banyak komunitas yang berkembang pesat ini dengan populasi usia sekolah yang semakin
meningkat, ruang kelas dan fasilitas terkait seperti, perpustakaan, perguruan tinggi, dan
kantor pemerintah, dapat ditambahkan melalui KPS secara berkala (setelah diperlukan).
Ini menghemat biaya untuk pengembangan penuh fasilitas di muka. Fleksibilitas yang
melekat pada KPS dapat mengatasi kendala biaya ini dengan merancang paket proyek
modal khusus masyarakat.
KPS, lebih khusus lagi, sistem berbasis anuitas memungkinkan masyarakat dengan
fleksibilitas untuk menambah atau mengurangi ruang kelas dengan biaya minimal oleh
pengembang sektor swasta melalui opsi sewa dengan opsi lebih lanjut untuk memperbarui
atau mengakhiri pada akhir masa sewa. Jika, di akhir masa sewa, jumlah siswa berkurang,
sistem sekolah masih dapat melanjutkan dengan siswa yang tersisa di ruang sekolah yang
lebih sedikit dan dalam hal ini pengembang mengambil tanggung jawab sepenuhnya untuk
menyewa kembali ruang yang tidak digunakan. . Meskipun jumlah siswa meningkat, sistem
sekolah dapat melakukan kontrak ulang untuk ruang baru yang mungkin diperlukan untuk
jangka waktu tertentu. Dalam kedua kasus tersebut, risiko memiliki ruang kosong (jika ada)
terletak pada pengembang / pemilik, yang keahlian dan keterampilan bisnisnya
menyesuaikan untuk menggunakan kembali ruang tersebut secara lebih menguntungkan.
228
Baik VGF maupun skema anuitas mencakup bahwa pemerintah dapat menghemat
lebih banyak untuk konstruksi dan penyediaan layanan sebagai operasi dan pemeliharaan
melalui KPS. Dengan alokasi anggaran tertentu untuk tahun tertentu, pemerintah selalu
menikmati keleluasaan untuk melibatkan sponsor swasta dalam melakukan kegiatan yang
sama untuk pembangunan lebih banyak infrastruktur pendidikan dan penyampaian
layanan yang tepat waktu. Alih-alih mengeluarkan 100 juta rupiah untuk misalnya
pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan 100 sekolah berkualitas selama 10 tahun,
jumlah sekolah dan program pendidikan yang sama dapat diperkenalkan dengan
pengeluaran 10 kali lebih rendah (yaitu 10 juta) dengan kualitas yang lebih baik dalam
pemberian layanan dan manajemen. melalui skema anuitas dalam KPS, di mana untuk
setiap sepuluh tahun pemerintah mungkin perlu mengeluarkan sedikit lebih banyak untuk
operasi dan pemeliharaan, tetapi pada akhirnya pemerintah dapat menghemat hampir 90%
dari pengeluaran yang ditargetkan pada tahun tertentu. Pemerintah memiliki beberapa
masalah pengeluaran prioritas pada tahun tertentu secara ad-hoc, skema VGF dan anuitas
ini memberikan pemanfaatan terbaik. Selain itu, setelah masa kontrak pemerintah dapat
memperoleh usaha yang baik dari pengembang dan operator swasta untuk bidang
pendidikan.
KPS dapat mempersingkat waktu antara penetapan fasilitas sekolah baru yang
dibutuhkan dan penyelesaian proyek. Apalagi, pengelolaan entitas bersama dengan
penyampaian layanan merupakan kegunaan lain KPS di bidang jasa, khususnya dalam
program pendidikan. Dalam kebanyakan kasus, negara berkembang, memobilisasi dana
untuk proyek konstruksi publik besar melibatkan proses yang rumit dan panjang dengan
hasil yang tidak pasti. Mendelegasikan pertanggungjawaban keuangan kepada
pengembang swasta mengurangi kebutuhan pemerintah untuk mengatur dan
mengalokasikan dana untuk pembangunan infrastruktur untuk sektor pendidikan. Proses
persetujuan politik dan hukum yang memakan waktu ini dapat sangat dipersingkat dengan
kemitraan sektor swasta, meskipun waktu yang dihemat dapat bervariasi dari satu negara
ke negara dan komunitas ke komunitas tergantung pada prosedur dan hukum yang ada.
Dengan KPS, begitu badan pelaksana pemerintah memutuskan untuk melanjutkan sekolah
atau perguruan tinggi baru, mereka dapat langsung mengikuti proses tender untuk
pemilihan pengembang dan operator swasta, meskipun alih-alih bersaing harga untuk
229
membangun dalam hal VGF, pengembang dapat bersaing dalam sewa jangka panjang yang
akan ditawarkan kepada sektor swasta untuk operasi dan pemeliharaan.
Mempertimbangkan dampak keseluruhan pada bisnis itu sendiri, opsi KPS yang
dibahas cukup berperan dalam merancang pemberian layanan di bawah program
pendidikan. Hal ini juga sangat penting untuk diperhatikan bahwa kontrak konstruksi
tipikal tidak hanya kurang dapat dibenarkan dalam hal opsi KPS tetapi penilaian melampaui
konstruksi hingga ke tingkat pemberian layanan yang memuaskan yang dalam banyak
kasus lebih efisien daripada pemerintah terutama di negara berkembang.
Kemitraan dapat memberi manfaat akademis dan manfaat ekonomis. Kemitraan
antara SMK dengan DUDI dapat memberi manfaat akademis jika kemitraan memperoleh
hasil yang dapat menambah substansi keilmuan untuk pembelajaran di SMK. Kemitraan
antara SMK dengan DUDI dapat memberi manfaat ekonomis jika dilakukan dengan
memanfaatkan sumber daya dan fasilitas yang ada secara bersama-sama supaya
penyelenggaraan pendidikan lebih efektif dan efisien daripada bila hanya dimanfaatkan
oleh masing-masing lembaga secara individual.
Latar belakang yang mendorong (motif) organisasi melakukan kemitraan berbeda-
beda. Motif melakukan kemitraan berdampak pada pembentukan pola/model kemitraan.
Ada tiga motif yang mendorong melakukan kemitraan yaitu:
a. kebutuhan mendapat pengetahuan dan pengalam-an pada salah satu organisasi (client
model);
b. kebutuhan untuk terlibat dalam setiap kepentingan organisasi (advocacy model);
c. kebutuhan untuk meningkatkan kondisi dengan inisiatif dan pembagian
tanggungjawab bersama (partnership model)
Pola kemitraan sering dinamakan dengan istilah model kemitraan. Motif yang
mendasari pola kemitraan SMK dengan DUDI, adalah kebutuhan mendapat pengetahuan
dan pengalaman pada salah satu organisasi (client model). Kemitraan SMK dengan DUDI
berorientasi pada manfaat akademis untuk meningkatkan kompetensi siswa dan manfaat
ekonomis untuk meningkatkan teaching factory dan teaching industry di SMK.
Kerjasama kemitraan memiliki berbagai macam pola. Peraturan Pemerintah RI Nomor
17 Tahun 2013 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pasal 11 dalam PP tersebut
dinyatakan: (1) Kemitraan mencakup proses alih keterampilan bidang produksi dan
230
pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi sesuai dengan
pola Kemitraan; (2) Pola Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: (1) inti-
plasma; (2) subkontrak; (3) waralaba; (4) perdagangan umum; (5) distribusi dan keagenan;
(6) bagi hasil; (7) kerja sama operasional; (8) usaha patungan (joint venture); (9)
penyumberluaran (outsourcing); dan (10) bentuk kemitraan lainnya.
Pola kemitraan tersebut dijabarkan dengan jelas sebagai berikut. Kemitraan DUDI
dengan UKM yang disebutkan merupakan kemitraan yang berorientasi pada manfaat
ekonomi. Beberapa pola kemitraan dapat diadopsi sebagai pola kemitraan antara SMK
dengan DUDI misalnya:
a. Pola inti-plasma, DUDI sebagai inti dan SMK sebagai plasma. Pola ini tepat dilakukan
oleh SMK bidang keahlian Agrobisnis Hasil Pertanian, Perikanan, Kelautan. Inti memiliki
perusahaan pengolahan hasil pertanian, plasma memiliki lahan. Plasma mendapat
bantuan modal untuk mengelola lahan dengan perjanjian hasil panennya dijual ke
perusahaan inti.
b. Pola waralaba misalnya DUDI yang sudah memiliki brand (merek) terkenal memberi
waralaba kepada SMK untuk memperluas usahanya. Jenis waralaba yang sering dijual
misalnya waralaba bidang makanan seperti bebek goreng, kebab turki, ayam penyet
yang dapat dilakukan oleh SMK bidang keahlian Tata Boga, dsb
c. Pola perdagangan umum dapat dilakukan dengan cara SMK sebagai pemasok barang,
memproduksi barang atau jasa bagi mitra dagangnya. Barang-barang yang dapat
diproduksi SMK misalnya makanan, minuman, benda kerajinan, hasil-hasil pertanian,
spare part, yang dapat dilakukan oleh SMK bidang keahlian: Teknik Mesin, Desain dan
Produksi Kria, Agribisnis, dan Tata Niaga, dll;
d. Pola kerjasama operasional dilakukan dengan cara DUDI melibatkan beberapa
pekerjaan proyek yang sifatnya sementara sampai dengan pekerjaan selesai misalnya
proyek pemetaan lahan, proyek pembangunan masyarakat desa yang sebagian
dilakukan oleh SMK bidang keahlian Teknik Bangunan dan Teknik Survei dan Pemetaan
e. Kemitraan pola penyumberluaran dijalankan pada bidang dan jenis usaha yang bukan
merupakan pekerjaan pokok dan/atau bukan komponen pokok DUDI. SMK dapat
sebagai penyedia dan pelaksana jasa pekerjaan.
231
f. Joint enterprise atau kerja sama penanaman modal dengan membentuk badan hukum
baru misalnya usaha penyewaan gedung, hotel, Lembaga Pelatihan Keterampilan (LPK).
DUDI membangunkan fasilitas usaha yang akan dikelola bersama.
Model kemitraan DUDI dengan SMK atau lembaga pendidikan lebih berorientasi pada
manfaat akademis. Kemitraan pada umumnya dilakukan untuk transfer teknologi jasa dan
produksi, transfer pengetahuan/ keterampilan dan transfer teknologi pembelajaran.
Beberapa pola kemitraan antara SMK dengan DUDI yang memberi manfaat akademis
antara lain: training model. Pelatihan adalah proses mengajar, menginformasikan, atau
mendidik seseorang agar orang tersebut menjadi lebih berkualitas dalam melakukan
pekerjaan mereka.
233
d. menetapkan proses untuk memberlakukan persyaratan peraturan PPP
termasukpemantauan kewajiban layanan, kepatuhan dengan kondisi layanan,
konsumenperlindungan, pengaturan tarif, dan manajemen aset;
e. mengembangkan proses KPS yang konsisten dengan rezim hukum dan peraturan;
dan
f. mengembangkan undang-undang KPS yang berupaya mengatasi kesenjangan yang
dirasakan dalam hukum dankerangka regulasi.
234
dibuatmenyadari tanggal dan pencapaian penting. Proses KPS seperti yang diterapkan
terhadap peta jalandijelaskan di bab-bab selanjutnya. Peta jalan dan kegiatan yang
tercakup di dalamnya harus terus diperbarui. Sebagai transaksi berkembang dan
selanjutnya didefinisikan, persyaratan khusus untuk implementasimenjadi lebih jelas dan
kegiatan yang diperlukan dapat diuraikan secara rinci.
235
BAB V
PENINGKATAN AKSES SERTIFIKASI LULUSAN SMK DAN AKREDITASI SMK
SMK selalu memberikan sertifikat kepada siswa sesuai kompetensi. Memang diakui bahwa
di kemudian hari sertifikat tersebut relatif tidak bernilai meskipun logo dari industri
pemberi sertifikat tertera jelas di lembar sertifikat.
Tidak semua dunia industri merekrut siswa SMK karena keahlian apalagi mempunyai
sertifikat. Cukup hanya butuh fisik yang prima, sikap terpuji, kecerdasan sedikit diatas
rerata dan sedikit pengetahuan ketrampilan sudah cukup untuk meloloskan siswa ke dunia
industri untuk kemudian perusahaan akan mendidik ke bagian mana akan dipekerjakan.
Sertifikasi profesi atau kepercayaan masyarakat terhadap ketrampilan atau keahlian yang
dimiliki oleh seseorang yang diwujudan dalam bentuk informasi yang dituangkan dalam
pernyataan melalui yang namanya sertifikat, itu perlu, tentunya harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
Akreditasi dan sertifikasi adalah pagu (Benchmark) yang sangat positif dalam upaya
untuk semakin meningkatkan mutu sekolah, terlebih variasi mutu yang dicapai oleh
lembaga persekolah masih belum merata. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional pada Bab I, Pasal 1, dan ayat 32 dikemukakan bahwa akreditasi adalah kegiatan
penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan criteria yang telah
ditetapkan. Sertifikasi sebagai tanda kewenangan bagi seseorang menggambarkan
kompetensi yang harus dimiliki. Pencapaian Mutu Sekolah melalui kegiatan Akreditas
Sekolah diarahkan pada hal-hal berikut ini:
Dengan adanya program Revitalisasi sekolah, semakin banyak kerja sama dengan
IDUKA, adanya uji Kompetensi yang bekerjasam dengan IDUKA sudah barang tentu akan
meningkatkan kompetensi lulusan SMK yang bersertifikat Kompeten dan dikeluarkan oleh
DU/DI. Hal ini sudah barang tentu secara berkesinambungan ada korelasi dengan penilaian
Akreditasi Sekolah.
Skema KKNI yang sesuai dengan lulusan SMK adalah KKNI level II. Oleh karena itu,
skema sertifikasi atau uji kompetensi yang pas untuk anak SMK adalah yang sesuai dengan
KKNI level II tersebut. Beberapa skema dalam bentuk klaster uji dalam level tersebut telah
disahkan oleh Kemendikbud bersama Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Beberapa
contoh klaster uji kompetensi tersebut beserta unit-unit kompetensinya adalah sebagai
berikut ini.
237
1. Pengembangbiakan Ikan Air Tawar
NO KODE UNIT JUDUL
UNIT
1 PRK.CF01.001.01 Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di Tempat Kerja
2 PRK.CF02.003.01 Mengoperasikan Instalasi Air
3 PBD.AT.02.013.01 Memijahkan Induk secara Alami
4 PBD.AT.02.020.01 Menetaskan Telur
5 PBD.AT02.005.01 Menetaskan Cyst Artemia
6 PBD.AT02.021.01 Memelihara Larva di Bak, Akuarium, dan Fiber
glass
7 PRK.CF02.006.01 Memberi Pakan
8 PRK.CF02.016.01 Mengukur Kualitas Air
9 PBD.AT.02.019.01 Menyiapkan Wadah dan Media Budidaya di Bak,
Aquarium dan Fiberglass
238
239
4. Basic Hand Skills, Standard Trade Practices and Fundamentals
NO KODE UNIT JUDUL UNIT
Interpret occupational health and safety practices in
1. MEA101A maintenance
2. MEA103A Plan and organise work activities
Apply quality standards applicable to maintenance
3. MEA105A processes
4. MEA107A Interpret and use industry manuals and specifications
5. MEA108A Complete industry documentation
6. LOG.OO 09.002.01 Membaca gambar teknik
Perform basic hand skills, standard trade practices
7. MEA109A
and
fundamentals
Can accurately identified the regulations and
8. MEA 110
Legislation
applicable to some described cases (Aviation
Regulation)
9. MEA 111 Able to solve mathematical calculations
10. MEA 112 Sufficient knowledge on basic physics
11. MEA 113 Sufficient knowledge in chemistry
12. MEA 114 Fundamental knowledge on electrical and electronic.
13. MEA 115 Sufficient knowledge and perform digital technic
14. MEA 116 Interpret Human Factor
15. MEA117 Sufficient knowlegde in Radio and Navigation System
240
6. Remove and Install Basic Aircraft Instrument System Components
NO KODE UNIT JUDUL UNIT
Interpret occupational health and safety practices in
1. MEA101A maintenance
2. MEA103A Plan and organise work activities
Apply quality standards applicable to maintenance
3. MEA105A processes
4. MEA107A Interpret and use industry manuals and specifications
5. MEA108A Complete industry documentation
Use electrical test equipment to perform basic
6. MEA 240A
electrical
tests
7. MEA 260A Use electrical test equipment
Remove and install basic aircraft instrument system
8. MEA204A components
241
9. Pengoperasian Aplikasi Komputer Akuntansi
NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI
KOMPETENSI
1 M.692000.001.02 Menerapkan Prinsip Praktik Profesional dalam
Bekerja
2 M.692000.002.02 Menerapkan Praktik- Praktik Kesehatan dan
Keselamatan di Tempat Kerja
3 M.692000.022.02 Mengoperasikan paket program pengolah
angka/spreadsheet
4 M.692000.023.02 Mengoperasikan Aplikasi Komputer Akuntansi
242
11. Analisis Proksimat
NO KODE UNIT JUDUL UNIT
1. M.749000.008.01 Menggunakan Peralatan K3 Sesuai Prosedur
Melaksanakan pekerjaan di laboratorium
2. M.749000.010.01 Berdasarkan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3. MSL 913001 A Berkomunikasi dengan orang lain
4. M.749000.001.01 Membersihkan Laboratorium Uji
5. M.749000.002.01 Mengoperasikan Utilitas Laboratorium
6. M.749000.007.01 Memastikan Kualitas Air Suling dan pereaksi
7. M.749000.003.01 Merawat Peralatan Gelas
8. M.749000.004.01 Merawat Peralatan Non-gelas Mengikuti Prosedur
9. M.749000.005.01 Merawat Lingkungan Kerja Instrumen analitik
10. M.749000.014.01 Membuat Larutan Pereaksi Mengikuti Prosedur
11. M.749000.015.01 Membuat Larutan Standar Mengikuti Prosedur
12. M.749000.016.01 Membuat Label Pereaksi
13. M.749000.017.01 Menyimpan Bahan Kimia dengan Aman
14. M.749000.009.01 Membersihkan Tumpahan Bahan Kimia
15. MSL 922001 A Merekam dan Menyajikan data
16. M.749000.018.01 Membuang Limbah Pereaksi Mengikuti Prosedur
17. MSL952001A Mengambil contoh di lokasi secara rutin
Mengambil Sampel Uji (Sub-Sampling) dari Sampel
18. M.749000.021.01
Lapangan
Mendapatkan contoh representatif yang sesuai
19. MSL954001A dengan
rencana pengambilan contoh
20. MSL952002A Menangani dan mengangkut contoh atau
peralatan
21. M.749000.023.01 Mengarsipkan Sampel
Melaksanakan Analisis Proksimat (Konvensional)
22. M.749000.036.01
Mengikuti Prosedur
243
NO KODE UNIT JUDUL UNIT
8. M.749000.004.01 Merawat Peralatan Non-gelas Mengikuti Prosedur
9. M.749000.005.01 Merawat Lingkungan Kerja Instrumen analitik
10. M.749000.014.01 Membuat Larutan Pereaksi Mengikuti Prosedur
11. M.749000.015.01 Membuat Larutan Standar Mengikuti Prosedur
12. M.749000.016.01 Membuat Label Pereaksi
13. M.749000.017.01 Menyimpan Bahan Kimia dengan Aman
14. M.749000.009.01 Membersihkan Tumpahan Bahan Kimia
15. MSL 922001 A Merekam dan Menyajikan data
16. M.749000.018.01 Membuang Limbah Pereaksi Mengikuti Prosedur
Melaksanakan Analisis Kolorimetri Mengikuti
17. M.749000.028.01
Prosedur
Melaksanakan Analisis Instrumental Sederhana
18. M.749000.030.01
Mengikuti Prosedur
Melaksanakan Analisis Fisiko-Kimia Mengikuti
19. M.749000.031.01
Prosedur
Melaksanakan analisis fisik penunjang analisis kimia
20. M.749000.032.01
mengikuti prosedur
21. MSL975020A Menerapkan teknik spektrometri rutin (UV-VIS)
22. M.749000.050.01 Menggunakan perangkat lunak laboratorium analitik
244
NO KODE UNIT JUDUL UNIT
18. M.749000.042.01 Melakukan Inokulasi dan Subkultur Mikrob
Mengolah Data Hasil Analisis Mikrobiologi Sebagai
19. M.749000.043.01
Penunjang Analisis Kimia
14. Kasir
NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI
1 KOP.RK01.001.01 Mempersiapkan diri untuk bekerja
2 KOP.RK01.002.01 Berkomunikasi dengan target pelanggan
3 KOP.RK01.003.01 Mengidentifikasi respon pelanggan
4 KOP.RK01.004.01 Melaksanakan pelayanan pelanggan
5 KOP.RK01.005.01 Melakukan konfirmasi keputusan pelanggan
6 KOP.RK02.001.01 Mengoperasikan peralatan transaksi di lokasi
penjualan
7 Melakukan transaksi penjualan dengan pelanggan
KOP.RK02.002.01 anggota maupun non anggota
8 KOP.RK02.003.01 Melakukan penyerahan produk
9 KOP.RK02.004.01 Melakukan proses administrasi transaksi
10 KOP.RK02.005.01 Melaksanakan dan menjaga kebersihan dan ketertiban
lingkungan kerja
15. Pramuniaga
NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI
1 KOP.RK01.001.01 Mempersiapkan diri untuk bekerja
2 KOP.RK01.002.01 Berkomunikasi dengan target pelanggan
3 KOP.RK01.003.01 Mengidentifikasi respon pelanggan
4 KOP.RK01.004.01 Melaksanakan pelayanan pelanggan
5 KOP.RK01.005.01 Melakukan konfirmasi keputusan pelanggan
6 KOP.RK02.007.01 Melakukan proses administrasi pengelolaan produk
246
NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI
Mengoperasikan Sistem CAD untuk Membuat Gambar
12. C.301110.027.01 Yard Plan Hull Construction
Mengoperasikan Sistem CAD untuk Membuat Gambar
13. C.301110.034.01 Production
Drawing Hull Construction
247
19. Pembuatan Gambar Sistem Permesinan dan Perlengkapan Kapal
NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI
KOMPETENSI UMUM DAN INTI
1. C.301110.016.01 Membaca, Menginterpretasi dan Menerapkan Gambar
Teknik
2. C.301110.023.01 Membuat Gambar Basic Design
3. C.301110.341.01 Melaksanakan Prosedur 5R (Housekeeping)
4. Menerapkan Praktik-Praktik Keselamatan dan
C.301110.343.01
Kesehatan Kerja (K3)
5. C.301110.348.01 Menerima dan Merespon Komunikasi di Tempat Kerja
6. C.301110.350.01 Mendemonstrasikan Nilai-Nilai atau Etika Kerja
7. C.301110.352.01 Melaksanakan Pekerjaan Dalam Lingkungan Tim Kerja
8. C.301110.364.01 Menggunakan Konsep dan Teknik Matematika
9. C.301110.370.01 Menggunakan Teknologi yang Relevan
10. C.301110.371.01 Melakukan Interaksi dengan Teknologi Komputer
KOMPETENSI PILIHAN / KHUSUS
11. Mengoperasikan Sistem CAD untuk
C.301110.030.01
Membuat Gambar Key Plan Machinery Outfitting
12. Mengoperasikan Sistem CAD untuk Membuat
C.301110.031.01
Gambar Yard Plan Machinery Outfitting
13. Mengoperasikan Sistem CAD untuk Membuat Gambar
C.301110.036.01
Production
Drawing Machinery Outfitting
248
21. Penyiapan Layout untuk Siap ke Film/Plate
NO KODE UNIT JUDUL UNIT
1. GRA :SUP : 001(A) Mengaplikasikan prinsip keselamatan & kesehatan
kerja
2. GRA :SUP : 003(A) Melakukan persiapan dan pemeliharaan ruang kerja
3. GRA :SUP : 004(A) Melakukan komunikasi di tempat kerja
4. GRA :SUP : 011(A) Mengoperasikan Komputer
5. GRA :PRA : 002(A) Menyusun huruf / type setting
6. GRA :PRA : 003(A) Mengerjakan scanning
7. GRA :PRA : 006(A) Menggabungkan Image secara elektronik
8. GRA :PRA : 007(A) Menyiapkan layout untuk siap ke film/plate
249
24. Pekerjaan Interior Kapal
NO. KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI
KOMPETENSI UMUM DAN INTI
1 C.301110.341.01 Melaksanakan Prosedur 5R (Housekeeping)
2 C.301110.343.01 Menerapkan Praktik-Praktik Keselamatan dan
Kesehatan
Kerja (K3)
3 C.301110.348.01 Menerima dan Merespon Komunikasi di Tempat Kerja
KOMPETENSI PILIHAN/ KHUSUS
1 C.301110.217.01 Melaksanakan Pemasangan Interior di Kapal
2 C.301110.218.01 Membuat Sambungan Furnitur
3 C.301110.219.01 Melakukan Fabrikasi Furnitur
4 Menerapkan Pelapisan Permukaan Furnitur
C.301110.214.01 Menggunakan Spray Gun
250
NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI
KOMPETENSI PILIHAN / KHUSUS
1 C.301110.207.01 Memotong Material dengan Gergaji Tetap
2 C.301110.209.01 Menyetel dan Mengoperasikan Mesin Bor Kayu
3 C.301110.210.01 Menyetel dan Mengoperasikan Mesin Router dan Mesin
Skrap
4 C.301110.369.01 Mempersiapkan Material Konstruksi dan Perkakas
251
30. Pengoperasian Evaporator dan Filtrasi
252
33. Pelayanan Perbankan Syariah
NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI
1 M.692000.001.02 Menerapkan Prinsip Praktik Profesional dalam
Bekerja
2 M.692000.002.02 Menerapkan Praktik-Praktik Kesehatan dan
Keselamatan di Tempat Kerja
3 K.64PRS00.001.1 Menerapkan Prinsip-Prinsip Ekonomi
Islam dalam Perbankan Syariah
4 K.64PRS00.007.1 Memproses Transaksi Keuangan
5 K.64PRS00.008.1 Melayani Nasabah dan Pihak Lain
6 K.64PRS00.010.1 Mengelola Simpanan Nasabah
7 K.64PRS00.011.1 Menerapkan Standar Layanan Perbankan Syariah
254
40. Membuat Karya Seni Lukis Eksperimental
255
45. Pembuatan Patung dengan Teknik Cor Lilin/Wax
NO KODE UNIT JUDUL UNIT
1. R.90RUP00.001.1 Menyusun Rancangan Karya
2. R.90RUP00.012.1 Membuat Patung Modelling
3. R.90RUP00.016.1 Melakukan Praktik Pengecoran Lilin (Wax)
257
50. Pembuatan Produk Pastry
NO KODE UNIT KOMPETENSI JUDUL UNIT KOMPETENSI
1 D1.HRS.CL1.03 Membersihkan lokasi / area dan peralatan
2 D1.HBS.CL5.02 Mengembangkan dan memperbaharui
pengetahuan tentang makanan dan minuman
3 D1.HRS.CL1.07 Menerapkan prosedur kesehatan, keselamatan
dan keamanan kerja
4 D1.HRS.CL1.09 Menangani dan menyelesaikan situasi konflik
5 D1.HRS.CL1.12 Melakukan prosedur dasar pertolongan pertama
6 D1.LAN.CL10.08 Membaca dan menerjemahkan instruksi dasar,
arah dan atau diagram
7 D1.LAN.CL10.01 Berkomunikasi secara lisan dalam bahasa Inggris
pada tingkat operasional dasar
8 D1.HCC.CL2.01 Menggunakan metode dasar memasak
9 D1.HRS.CL1.10 Mengorganisir dan menyiapkan makanan
10 D1.HCC.CL2.19 Menyajikan dan mendisplay makanan
11 D 1.HPA.CL4.05 Menyiapkan dan menyajikan hidangan berbahan
coklat
12 D 1.HPA.CL4.07 Menyiapkan dan menyajikan gateaux, torten dan
kue
13 D 1.HPA.CL4.08 Menyiapkan dan membuat kue dan pastry
258
NO KODE UNIT KOMPETENSI JUDUL UNIT KOMPETENSI
11 D 1.HPA.CL4.09 Menyiapkan dan membuat makanan yang
mengandung ragi
12 D1.HPA.CL4.10 Menyiapkan produk bakery untuk patisserie
259
NO KODE UNIT KOMPETENSI JUDUL UNIT
5. GAR.CM02.009.01 Menyelesaikan busana dengan jahitan tangan
6. GAR.CM02.010.01 Melakukan pengepresan
7. GAR.CM02.011.01 Melakukan penyelesaian akhir busana (finishing)
8. GAR.CM03.004.01 Mengawasi mutu pekerjaan di lingkungan busana
260
NO KODE UNIT JUDUL UNIT
Mengikuti prosedur kesehatan, keselamatan, dan
3 GAR.CM01.003.01
keamanan dalam bekerja
4 GAR.CM02.002.01 Mengukur tubuh pelanggan sesuai dengan desain
Membuat pola sesuai style dan spesifikasi secara
5 C.141110.001.02
manual
261
59. Teknisi/Operator Kelistrikan dan Kontrol Alat Berat
262
61. Dasar Perencanaan Jaringan Akses Radio
263
64. Pemasangan Instalasi Kelistrikan
NO KODE UNIT JUDUL UNIT
KOMPETENSI UMUM DAN INTI
01 C.301110.341.01 Melaksanakan Prosedur 5R (Housekeeping)
Menerapkan Praktik-Praktik Keselamatan dan
02 C.301110.343.01
Kesehatan Kerja (K3)
Menerima dan Merespon Komunikasi di Tempat
03 C.301110.348.01
Kerja
Melaksanakan Pekerjaan dalam Lingkungan Tim
04 C.301110.352.01
Kerja
Membaca, Menginterpretasi dan Menerapkan
05 C.301110.016.01
Gambar Teknik
06 C.301110.185.01 Melakukan Persiapan Pekerjaan Listrik Kapal
07 C.301110.177.01 Melakukan Penarikan Kabel
08 C.301110.178.01 Melakukan Pengikatan Kabel
09 C.301110.184.01 Memasang Jalan Kabel dan Pondasi Peralatan
10 IJE.UM01.008.01 Menggunakan Alat Ukur & Alat Uji
Mengidentifikasi dan Menggunakan Komponen-
11 IJE.PM01.008.01
komponen Dasar Elektrik & Elektronika
12 C.301110.371.01 Melakukan Interaksi dengan Teknologi Komputer
KOMPETENSI PILIHAN /
FUNGSIONAL
13 C.301110.179.01 Memasang Jalan Kabel Utama (Main Cable Way)
Memasang Pelat Sepatu pada Seat/Pondasi
14 C.301110.180.01
Peralatan
15 C.301110.181.01 Memasang Arde (Grounding) Peralatan Listrik
Melakukan Penyambungan Kabel pada Peralatan
16 C.301110.182.01
Listrik Kapal
Memasang Sistem Pengawatan (Wiring System)
17 C.301110.183.01
pada Peralatan Tertentu/Khusus
18 C.301110.184.01 Memasang Jalan Kabel dan Pondasi Peralatan
266
68. Proteksi Listrik Pembangkit
NO KODE UNIT JUDUL UNIT
1. KTL.PO21.001.01 Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Merapikan peralatan dan tempat kerja/sesuai
2. KTL.PO21.002.01
denga standar linkungan di tempat kerja
3. KTL.PO21.003.01 Menginterpretasikan gambar teknik dan flow
diagram
4. KTL.PO21.004.01 Menggunakan hand tools dan power tools
5. KTL.PH27.1215.01 Memelihara Peralatan Elektronik
6. KTL.PH21.1511.01 Menginspeksi Parameter ukur
7. KTL.PI27.1240.01 Menginspeksi Arrester
8. KTL.PH21.1469.01 Memelihara Peralatan Proteksi
9. KTL.PH21.3500.01 Memelihara Switch Gear
10. KTL.PH21.1468.01 Memelihara Sistem Kontrol Instrumen
267
70. Pemasangan Penggerak Kapal
268
NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI
7. C.301110.143.01 Menulis Program Mesin Bubut CNC Tingkat Dasar
8. C.301110.149.01 Menulis Program Mesin Frais CNC Tingkat Dasar
KOMPETENSI PILIHAN / KHUSUS
9. C.301110.135.01 Membubut Benda Kerja Tingkat Dasar
10. C.301110.134.01 Memfrais Benda Kerja Tingkat Dasar
11. C.301110.145.01 Mengoperasikan Mesin Bubut CNC Tingkat Dasar
12. C.301110.151.01 Mengoperasikan Mesin Frais CNC Tingkat Dasar
73. Pengelasan Pelat Baja Karbon Rendah Sambungan T dan Tumpul V Posisi Di Bawah
Tangan dan Vertikal SMAW
74. Pengelasan Pelat Baja Karbon Rendah Sambungan T dan Tumpul V Posisi Di Bawah
Tangan dan Vertikal FCAW
270
75. Pengelasan Pelat Baja Karbon Rendah Sambungan T dan Tumpul V Posisi Di Bawah
Tangan dan Vertikal GMAW
76. Pengelasan Pelat Baja Karbon Rendah Sambungan T dan Tumpul V Posisi Di Bawah
Tangan dan Vertikal GTAW
272
80. Pemrograman CAM (dasar)
273
82. Pemasangan Radio Transmission System
NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI
1 J.61IFO00.002.2 Menerapkan Prosedur Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)
2 J.61IFO00.003.2 Menggunakan Alat Ukur dan Alat Bantu
3 J.61IFO00.004.2 Membuat Laporan Tertulis
4 J.61IFO00.005.2 Melakukan Komunikasi di Tempat Kerja
5 TIK.TS02.006.01 Menginstalasi Unit RF Stasiun Bumi/Hub/VSAT
6 TIK.TS02.011.01 Membuat Laporan Rutin Mingguan Operasi Jaringan
274
BAB VI
MEMBENTUK KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN SMK
Dalam kaitan membentuk kelompok kerja pengembangan SMK perlu adanya sebuah
mekanisme kerja yang di dalamnya memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Kelompok kerja harus memiliki visi dan misi yang jelas dan terukur
2. Kelompok kerja harus memiliki kesamaan di masing-masing kompetensi keahlian
3. Kelompok kerja dalam merumuskan sebuah tujuan harus melihat kondisi reel
sekolah
4. Kelompok kerja harus memperhatikan geografi tempat sekolah, kearifan lokal atau
kewilayahan sehingga bisa mengangkat daerah.
5. Harus selalu ada evaluasi serta tindak lanjut
Tentunya dalam membentuk kelompok kerja juga harus mendapat dukungan dari lembaga
terkait dalam hal ini Pemerintah Daerah, Dinas Pendidikan, dunia usaha serta masyarakat
setempat. Kegiatan pembentukan kelompok kerja pengembangan SMK masih dapat dilihat
pada gambar 5.1.
275
Gambar 13. Pembentukan kelompok kerja pengembangan SMK
MGMP dengan Kelompok Kerja Guru (KKG) adalah salah satu model efektif yang
digunakan untuk peningkatan kompetensi pembelajaran para guru sesama mapel sejenis
atau mungkin serumpun mereka berhimpun dalam satu forum dalam rangka melakukan
aktivitas yang dalam pedomannya sudah diatur oleh Kemendikbud.
Untuk lembaga yang memiliki Kompetensi keahlian sejenis untuk membentuk
kelompok jejaring SMK dalam rangka pengembangan sertifikasi profesi bagi peserta Didik.
Pengembangan kurikulum mulai menjadi perhatian setelah terdapat wacana Community-
Based Education (CBD), Broad-Based Education (BBE) dan School-Based Management
(SBM). Community-Based Education (CBD) adalah gagasan yang menempatkan
penyelenggaraan pendidikan pada lingkungan kontekstual. Broad-Based Education (BBE)
adalah adalah penyelenggaraan pendidikan untuk kepentingan lapisan masyarakat luas.
School-Based Management (SBM), gagasan yang menempatkan kewenangan pengelolaan
sekolah sebagai entitas sistem.
Apabila dicermati dari ketiga gagasan tersebut, terdapat titik temu tentang bagaimana
menyelenggarakan pendidikan di lembaga tingkat satuan pendidikan yang dapat
memenuhi kebutuhan sebagian besar masyarakat pengguna dan memperhatikan ciri, sifat
dan kebutuhan masyarakatnya, dengan pengelolaan yang mampu mengakomodasi
kepentingan tersebut dengan cara melibatkan pihak-pihak berkepentingan (steakholder),
yang direfleksikan dalam visi, misi sekolah. Pengembangan kurikulum pada jenjang sekolah
dasar yang berbasis kompetensi yang menjadi konteks kajian ini menempatkan guru, KKG,
KPPS dan KKKS untuk saling belajar dan membelajarkan tentang bagaimana
pengembangan kurikulum yang paling tepat sesuai dengan kondisi lapangan yang secara
kontekstual mampu memberikan makna bagi perkembangan peserta didik. Dengan
demikian keberadaan dan kegiatan KKG merupakan bagian yang integral dari perwujudan
Sistem Pembinaan Profesional, yang didalamnya terdapat serangkaian kegiatan
peningkatan mutu pendidikan, kemampuan profesional guru, mutu proses belajar
mengajar serta hasil belajar dengan mendayagunakan segala sumber daya dan potensi
yang dimiliki oleh sekolah, tenaga kependidikan dan masyarakat sekitarnya. Depdikbud
dalam bukunya Pedoman Pengelolaan Gugus Sekolah menyatakan KKG berfungsi:
276
1. Menyusun kegiatan KKG satu tahun dibimbing pengawas, Tutor dan guru
pemandu;
2. Menampung dan memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam kegiatan
belajar-mengajat melalui pertemuan, diskusi, contoh mengajar, demonstrasi
penggunaan dan pembuatan alat peraga. Sedangkan tujuan dari KKG adalah
membantu meningkatkan kemampuan guru secara profesional dalam
melaksanakan tugasnya yaitu keberhasilan kegiatan belajar-mengajar
277
DAFTAR PUSTAKA
Alam, M., & Rashed, A. (2010). Delivering countywide cost-effective and better education
services: The models of Public Private Partnership (PPP). Technics Technologies
Education Management, 5(4), 875–880. https://doi.org/10.31219/osf.io/k4w3c
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Agribisnis Perikanan Air Tawar. Jakarta: Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Aircraft Electricity (Kelistrikan Pesawat Udara). Jakarta: Badan
Nasional Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga. Jakarta: Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Analisis Pengujian Laboratorium. Jakarta: Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Bisnis Daring dan Pemasaran. Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi
Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Desain dan Rancang Bangun Kapal. Jakarta: Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Desain Grafika. Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Interior Kapal. Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Kimia Industri. Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Perbankan dan Keuangan Mikro. Jakarta: Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Perbankan Syariah. Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Seni Lukis. Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Seni Patung. Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi Profesi
278
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Tata Boga. Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Tata Busana. Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Teknik Alat Berat. Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Teknik Jaringan Akses Telekomunikasi. Jakarta: Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Teknik Kelistrikan Kapal. Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi
Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Teknik Pembangkit Tenaga Listrik. Jakarta: Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan Kapal. Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi
Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Teknik Pengelasan Kapal. Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi
Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Teknik Perancangan dan Gambar Mesin. Jakarta: Badan
Nasional Sertifikasi Profesi
Badan Nasional Sertifikasi dan Profesi. 2019. Skema Sertifikasi KKNI Level II pada
Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi Telekomunikasi. Jakarta: Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan. 2018. Pedoman Revitalisasi SMK. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jenderal Pedidikan Dasar dan
Menengah. 2018. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 07/D.D5/KK/2018 Tentang Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 7. Jakarta: Sekretariat
Negara
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI,
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi. 2020. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan
Vokasi Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pelaksanaan Upskilling dan Reskilling
Guru Kejuruan pada Sekolah Menengah Kejuruan Berstandar Industri Tahun 2020.
279
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 16. Jakarta: Sekretariat
Negara
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi – Direktorat Jenderal Pembelajaran
dan Kemahasiswaan. 2016. Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Vokasi.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Pemerintah Indonesia. 2016. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016
Tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan
Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 16. Jakarta: Sekretariat Negara
Thom, N. T., & Wardhono, A. (2018, July 1). Industrial Perspective on Public Private
Partnerships Model in Indonesia. 205–208. https://doi.org/10.2991/aptekindo-
18.2018.45
280