Anda di halaman 1dari 41

KARYA TULIS ILMIAH

INOVASI KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


BERBASIS IPTEK MELALUI KURIKULUM STP (SMART
TECHNOLOGY PRODUCTIVE)

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


LANDASAN PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU:
Dra. Suprayekti, M.Pd

DISUSUN OLEH :

1. Muhammad Luthfi Yusrizal (1501620030)


2. Nasywa Nur Tsabitah (1501620031)
3. Krisna Darmawan (1501620033)
4. Dhafin Rizqy Zaputra (1501620047)
5. Andhika Maulana Fasha (1501620050)
6. Naufal Dhia Prathama (1501620061)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga Karya tulis
ilmiah yang berjudul “Inovasi Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis IPTEK
Melalui Kurikulum STP (Smart Technology Productive)” dapat tersusun dan terselesaikan
tepat waktu. Karya tulis ilmiah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Landasan
Pendidikan di Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta. yang telah diberikan oleh Ibu Dra.
Suprayekti, M.Pd.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Suprayekti,
M.Pd. selaku dosen mata kuliah Landasan Pendidikan, yang telah ikut serta membantu dan
membimbing penulis dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Karya tulis ilmiah ini telah kami susun dengan saling berbagi pikiran dan pendapat satu
sama lain, sehingga tugas Landasan Pendidikan ini dapat terselesaikan. Terlepas dari itu semua,
kami menyadari keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami sehingga penulisan karya
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan arahan
maupun kritik yang dapat menjelaskan kesalahan yang kami perbuat, demi kesempurnaan
laporan ini.

Akhir kata semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Aamiin.

Jakarta, 27 April 2021

Penyusun

Kurikulum Berkualitas
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... iv

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH .............................................................................. 2

1.3 RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 2

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................................ 2

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

2.1 HAKIKAT KURIKULUM ................................................................................ 3

2.1.1 Pengertian Kurikulum ................................................................................. 3

2.1.2 Karakteristik Pendidikan Kejuruan ........................................................... 4

2.1.3 Struktur Kurikulum Kejuruan ................................................................... 4

2.1.4 Model Pengembangan Kurikulum ............................................................. 9

2.2 HAKIKAT IPTEK .............................................................................................. 11

2.2.1 Pengertian IPTEK ...................................................................................... 11

2.2.2 Peran IPTEK Dalam Pendidikan ............................................................... 11

2.3 PERMASALAHAN KURIKULUM KEJURUAN DI INDONESIA ................. 12

2.3.1 Permasalahan Terkini Kurikulum SMK Di Indonesia ............................. 12

2.3.2 Solusi Terkait Permasalahan Kurikulum SMK ......................................... 13

2.3.3 Harapan Terkait Permasalahan Kurikulum SMK ...................................... 15

BAB III : PEMBAHASAN

3.1 KURIKULUM STP (SMART TECHNOLOGY PRODUCTIVE) ........................ 16

3.1.1 Standar Kualitas Kurikulum STP (Smart Technology Productive) ............ 16

3.1.2 Hakikat Kurikulum STP (Smart Technology Productive) .......................... 18


Kurikulum Berkualitas
iii
3.2 PERENCANAAN KURIKULUM STP (SMART TECHNOLOGY

PRODUCTIVE) .................................................................................................... 19

3.2.1 Perencanaan Kurikulum STP (Smart Technology Productive) .................. 21

3.2.2 Struktur Kurikulum STP (Smart Technology Productive) ......................... 21

3.2.3 Penerapan Kurikulum STP (Smart Technology Productive) ...................... 21

3.3 PENGELOLAAN KURIKULUM STP (SMART TECHNOLOGY

PRODUCTIVE) .................................................................................................... 22

3.3.1 Pengelolaan dan Pengawasan Kurikulum STP (Smart Technology


Productive) ................................................................................................ 22

3.3.2 Evaluasi Kurikulum STP (Smart Technology Productive) ......................... 24

BAB IV : PENUTUP ..................................................................................................... 26

4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 26

4.2 Saran ................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 28

LAMPIRAN .................................................................................................................. 29

Kurikulum Berkualitas
iv
DAFTAR GAMBAR

Logo Universitas Negeri Jakarta ...................................................................................... i

Gambar 1: Bagan Pengembangan Kurikulum Model Finch ............................................ 10

Gambar 2: Bagan Pengembangan Kurikulum Model Gwen ............................................ 10

Gambar 3: Diagram Alur Tahapan Sederhana Inovasi Kurikulum STP .......................... 25

Gambar 4: Poster Kurikulum STP (Smart Technology Productive) ................................ 29

Gambar 5: Penulis Satu .................................................................................................... 30

Gambar 6: Penulis Dua ..................................................................................................... 31

Gambar 7: Penulis Tiga .................................................................................................... 32

Gambar 8: Penulis Empat ................................................................................................. 33

Gambar 9: Penulis Lima ................................................................................................... 34

Gambar 10: Penulis Enam ................................................................................................ 35

Gambar 11: Proses pembuatan dan pembahasan hasil kuesioner melalui google form
menggunakan zoom cloud meeting ................................................................ 36

Gambar 12: Proses pembuatan poster promosi Kurikulum STP (Smart Technology
Productive) .................................................................................................... 35

Gambar 13: Proses pembahasan dan penyusunan karya tulis ilmiah ............................... 35

Kurikulum Berkualitas
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kurikulum merupakan salah satu perangkat penting dalam pendidikan untuk


mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum berisikan komponen-komponen penting yang
nantinya sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan. Pada sisi lain, validitas
dari kurikulum menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Indonesia telah mengalami
banyak pengembangan kurikulum. Pada saat ini, Indonesia telah memasuki kurikulum
2013. Namun, apakah kurikulum tersebut relevan dengan perkembangan zaman karena
pada kenyataan tingkat pendidikan Indonesia masih di bawah standar.

Kurikulum harusnya relevan dengan perkembangan zaman. DUDI sebagai


lembaga pengguna lulusan telah diterpa isu revolusi industri 4.0. pada revolusi ini tentu
terjadi banyak perubahan baik dari kultur kerja, kemampuan kerja pegawai yang
dibutuhkan, dan teknologi-teknologi yang digunakan. Jika mengacu pada kurikulum
lama, tentu hal ini perlu dikaitkan agar tercipta lulusan yang memiliki profil sesuai
kebutuhan Industri. Pada sisi lain kurikulum juga harus menyesuaikan dengan generasi
yang ada. Indonesia pada saat ini juga masuk pada generasi milenial yaitu generasi yang
menguasai kemampuan teknologi infomasi yang baik. Sebenarnya Indonesia telah
memperhatikan hal ini dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016
tentang revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal ini menjadi penting untuk
mengatasi perkembangan zaman yang begitu pesat. Namun, pengembangan kurikulum
tidak begitu dipahami oleh seluruh guru.

Kurikulum yang baik selain dapat mencapai semua tujuan pendidikan akan
tetapi juga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh pendidik. Selain itu juga mengacu
pada perkembangan zaman. Kurikulum SMK berbeda dengan Kurikulum pada
umumnya, karena SMK mengacu pada penguasaan kompetensi. Kurikulum yang ada
dianggap oleh banyak pengajar di SMK tidak relevan dengan kompetensi di SMK,
sehingga diperlukan pengembangan kurikulum yang relevan dengan perkembangan
zaman, dapat dikembangkan langsung oleh pendidik, model pengembangan yang
sederhana, dan mudah untuk diaplikasikan.

Oleh sebab itu di harapkan kurikulum pada Sekolah Menengah Kejuruan harus
berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, karena sekarang merupakan abad
Kurikulum Berkualitas
1
revolusi industri 4.0 dan era smart society 5.0 yang memaksa kita untuk berhenti gagap
teknologi.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Dari latar belakang yang telah ditulis, penulis memberikan identifikasi masalah
yang akan dijadikan bahan karya tulis ilmiah sebagai berikut:
1. Kurikulum SMK yang digunakan tidak selaras dengan kompetensi sesuai pengguna
lulusan (link and match) sehingga belum mampu memenuhi tuntutan dunia kerja,
dunia industri dan dunia usaha.
2. Kemajuan pesat di sektor industri dan teknologi yang menuntut pergeseran
paradigma pendidikan kejuruan sehingga kurikulum pun harus berkembang.
3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pembaruan
kurikulum pembelajaran SMK dengan berbasis IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi)

1.3 RUMUSAN MASALAH

Dari identifikasi masalah yang telah ditulis, penulis menyusun rumusan masalah
yang akan dijadikan bahan karya tulis ilmiah sebagai berikut:
1. Bagaimana kurikulum sekolah menengah kejuruan yang sesuai dengan
perkembangan zaman?
2. Apa yang dimaksud dengan kurikulum STP (Smart Technology Productive)?
3. Bagaimana perencanaan dan penerapan kurikulum STP (Smart Technology
Productive)?
4. Bagaimana pengelolaan, pengawasan, dan evaluasi dari Kurikulum STP (Smart
Technology Productive)?

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN

Karya tulis ilmiah ini ditulis dengan tujuan dan manfaat sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan mampu mengembangkan kurikulum sekolah menengah
kejuruan sesuai dengan perkembangan zaman.
2. Untuk mengetahui dan memahami kurikulum STP (Smart Technology Productive)
3. Untuk mengetahui proses perencanaan dan penerapan kurikulum STP (Smart
Technology Productive)
4. Untuk mengetahui proses pengolaan, pengawasan, dan evaluasi dari kurikulum STP
(Smart Technology Productive)

Kurikulum Berkualitas
2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 HAKIKAT KURIKULUM

2.1.1 Pegertian Kurikulum


Kurikulum merupakan suatu rancangan kegiatan yang kompleks untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003).
Berdasarkan tujuannya, kurikulum dapat dianggap berhasil jika tujuan dari
pendidikan tercapai. Hal ini bisa menjadi indikator tersendiri bagi pihak terkait dalam
pendidikan. Kurikulum yang tidak efektif membutuhkan perbaikan, selain itu
pengembangan dapat dilakukan berdasarkan perkembangan zaman.

Sesuai dengan Permendikbud No.70 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan
struktur kurikulum SMK, terdapat sembilan bidang keahlian untuk SMK yaitu: (1)
Teknologi dan Rekayasa; (2) Teknologi Informasi dan Komunikasi; (3) Kesehatan;
(4) Agribisnis dan Agroteknologi; (5) Perikanan dan Kelautan; (6) Bisnis dan
Manajemen; (7) Pariwisata; (8) Seni Rupa dan Kriya; dan (9) Seni Pertunjukan.
Masing-masing dari bidang keahlian tersebut memiliki program keahlian, dan
masing-masing program keahlian memiliki paket keahlian tertentu.

SMK sebagai bagian dari sistem pendidikan menengah memiliki tujuan sebagai
berikut:
a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik.
b) Menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan
bertanggung jawab.
c) Menyiapkan peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman
budaya bangsa Indonesia.
d) Menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak.
e) Menyiapkan peserta didik agar dapat menerapkan dan memelihara hidup sehat,
memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni.

Kurikulum Berkualitas
3
2.1.2 Karakteristik Pendidikan Kejuruan
Menurut Finch (1984: 14) terdapat beberapa karakteristik dari kurikulum
pendidikan kejuruan yaitu: “orientation, justification, focus, in-school success
standards, out-of-school success standards, school-workplace-community
relationships, federal involvement, responsiveness, logistics, and expense” yang
berarti orientasi, justifikasi, fokus, standar kesuksesan sekolah, standar kesuksesan
di luar sekolah, hubungan dengan masayarakat, tanggung jawab negara, logistic, dan
biaya. Selain memiliki karakteristik tersendiri, kurikulum pendidikan kejuruan juga
mengacu pada tiga prinsip dari pendidikan kejuruan yaitu the principle of
accessibility, the principle of integration, and the principle of partnership.

a. The principle of accessibility


Prinsip ini mengacu pada pendidikan kejuruan terbuka untuk semua. Pendidikan
kejuruan harus menyentuh seluruh lapisan masyarakat agar semua orang dapat
mengenyamnya yaitu tanpa membedakan yang kaya dan miskin atau laki-laki
dan perempuan.

b. The principle of integration


Pendidikan kejuruan harus terhubung dengan dunia kerja. Model ini biasa
menggunakan model link and match, dimana keterampilan yang diajarkan di
dalam kurikulum mengacu pada keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

c. The principle of partnership


Prinsip ini adalah prinsip dimana pendidikan kejuruan harus membangun kerja
sama yang baik dengan DUDI. Kerja sama yang terjalin dapat berupa kerja sama
dalam praktek kerja lapangan atau magang di industri.

2.1.3 Struktur Kurikulum Kejuruan


Berikut merupakan kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah
kejuruan/madrasah aliah kejuruan menurut peraturan mentri pendidikan dan
kebudayaan nomor 60 tahun 2014.

A. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah


Kejuruan (SMK/MAK) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik

Kurikulum Berkualitas
4
SMK/MAK pada setiap tingkat kelas. Kompetensi inti dirancang untuk setiap
kelas. Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai kompetensi
dasar antarmata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu
sinkronisasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada mata pelajaran yang sama
pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMK/MAK dapat dilihat pada
Tabel berikut.

Tabel 1: Kompetensi Inti SMK/MAK

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI


KELAS X KELAS XI KELAS XII
1. Menghayati dan 1. Menghayati dan 1. Menghayati dan
mengamalkan mengamalkan mengamalkan ajaran
ajaranagama yang ajaranagama yang agama yang
dianutnya. dianutnya. dianutnya.
2. Menghayati dan 2. Menghayati dan 2. Menghayati dan
mengamalkan mengamalkan perilaku mengamalkan
perilaku jujur, jujur, disiplin, perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli disiplin,
tanggungjawab, (gotong royong, tanggungjawab, peduli
peduli(gotong kerjasama, toleran, (gotong royong,
royong, kerjasama, damai), santun, kerjasama, toleran,
toleran, damai), responsif dan proaktif damai), santun,
santun, responsif dan dan menunjukan sikap responsif dan proaktif
proaktif dan sebagai bagian dari dan menunjukan sikap
menunjukan sikap solusi atas berbagai sebagai bagian dari
sebagai bagian dari permasalahan dalam solusi atas berbagai
solusi atas berbagai berinteraksi secara permasalahan dalam
permasalahan dalam efektif dengan berinteraksi secara
berinteraksi secara lingkungan sosial dan efektif dengan
efektif dengan alam serta dalam lingkungan sosial dan
lingkungan sosial menempatkan diri alam serta dalam
danalam serta dalam sebagai cerminan menempatkan diri
menempatkan diri bangsa dalam sebagai cerminan
sebagai cerminan pergaulan dunia. bangsa dalam
bangsa dalam pergaulan dunia.
pergaulan dunia.
3. Memahami, 3. Memahami, 3. Memahami,
menerapkan dan menerapkan, dan menerapkan,
menganalisis menganalisis menganalisis,dan
pengetahuan faktual, pengetahuan faktual, mengevaluasi
konseptual, dan konseptual, prosedural, pengetahuan faktual,
prosedural dan metakognitif konseptual, prosedural,
berdasarkan rasa berdasarkan rasa ingin dan metakognitif dalam

Kurikulum Berkualitas
5
ingin tahunya tentang tahunya tentangilmu ilmu pengetahuan,
ilmu pengetahuan, pengetahuan, teknologi, seni,
teknologi, seni, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
budaya, dan budaya, dan dengan wawasan
humaniora dalam humaniora dalam kemanusiaan,
wawasan wawasan kebangsaan,
kemanusiaan, kemanusiaan, kenegaraan, dan
kebangsaan, kebangsaan, peradaban terkait
kenegaraan, dan kenegaraan, dan penyebab fenomena
peradaban terkait peradaban terkait dan kejadian dalam
penyebab fenomena penyebab fenomena bidang kerja yang
dan kejadian dalam dan kejadian dalam spesifik untuk
bidang kerja yang bidang kerja yang memecahkan masalah.
spesifik untuk spesifik untuk
memecahkan memecahkan masalah.
masalah
4. Mengolah, menalar, 4. Mengolah, menalar, 4. Mengolah, menalar,
dan menyaji dalam dan menyaji dalam menyaji, dan mencipta
ranah konkret dan ranah konkret dan dalam ranah konkret
ranah abstrak terkait ranah abstrak terkait dan ranah abstrak
dengan dengan terkait dengan
pengembangan dari pengembangan dari pengembangan dari
yang dipelajarinya di yang dipelajarinya di yang dipelajarinya di
sekolah secara sekolah secara sekolah secara mandiri,
mandiri, dan mampu mandiri, bertindak dan mampu
melaksanakan tugas secara efektif dan melaksanakan tugas
spesifik di bawah kreatif, dan mampu spesifik di bawah
pengawasan melaksanakan tugas pengawasan langsung.
langsung. spesifik di bawah
pengawasan
langsung.

B. Mata Pelajaran

Struktur Kurikulum SMK/MAK terdiri atas mata pelajaran umum


kelompok A, mata pelajaran umum kelompok B, dan mata pelajaran peminatan
kejuruan kelompok C. Mata pelajaran peminatan kejuruan kelompok C
dikelompokan atas mata pelajaran Dasar Bidang Keahlian, (kelompok C1), mata
pelajaran Dasar Program Keahlian (kelompok C2), dan mata pelajaran Paket
Keahlian (kelompok C3). Khusus untuk MAK, dapat ditambah dengan mata
pelajaran keagamaan yang diatur oleh Kementerian Agama. SMK dan MAK
dapat terdiri atas 3 (tiga) tingkatan kelas, yaitu kelas X (sepuluh), kelas XI
(sebelas), dan kelas XII (dua belas), atau terdiri atas 4 (empat) tingkatan kelas
yaitu kelas X (sepuluh), kelas XI (sebelas), kelas XII (dua belas), dan kelas XIII
(tiga belas) sesuai dengan tuntutan dunia kerja. SMK/MAK yang
menyelenggarakan program pendidikan 4 (empat) tingkatan kelas diatur lebih
lanjut oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah.

Tabel 2: Struktur Kurikulum SMK/MAK

Kurikulum Berkualitas
6
ALOKASI WAKTU PER
MATA PELAJARAN MINGGU
X XI XII
KELOMPOK A (UMUM)
1. Pendidikan Agama dan Budi
3 3 3
Pekerti
2. Pendidikan Pancasila dan
2 2 2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
KELOMPOK B (UMUM)
7. Seni Budaya 2 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga,
3 3 3
dan Kesehatan
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah jam pelajaran kelompok
24 24 24
A dan B per minggu
KELOMPOK C (PEMINATAN)
Mata pelajaran peminatan
24 24 24
kejuruan
Jumlah jam pelajaran kelompokA,
48 48 48
B, dan C per minggu

Keterangan:
a. Mata pelajaran Kelompok A dan C merupakan kelompok mata pelajaran
yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
b. Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang
muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi
dengan muatan/konten lokal.
c. Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang
berdiri sendiri.
d. Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
e. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 45 menit.
f. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 60%
dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
g. Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai
dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik,
sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting, namun yang
diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu.

Kurikulum Berkualitas
7
h. Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Mata Pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan, satuan pendidikan wajib menyelenggarakan minimal 2
aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik mengikuti salah satu aspek
yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat diganti
setiap semesternya. Salah satu aspek mata pelajaran yang dipilih harus
sesuai dengan program keahlian yang diikutinya, dalam rangka
memperkaya dan meningkatkan kualitas keahlian yang sesuai dengan
tuntutan lapangan kerja.
i. Praktek kerja lapangan dapat dilaksanakan menggunakan sistem blok
selama setengah semester (sekitar 3 bulan); dapat pula dengan cara masuk
3 hari dalam seminggu, setiap hari 8 jam selama 1 semester.
j. Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran kelompok A dan B dapat
dilakukan di satuan pendidikan dan/atau industri (terintegrasi dengan
Praktik Kerja Lapangan) dengan Portofolio sebagai instrumen utama
penilaian.
k. SMK/MAK menyelenggarakan program Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
bersama dengan institusi pasangan, yang memadukan secara sistematis dan
sistemik program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan
keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di institusi pasangan,
terarah ubtuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.
l. Khusus untuk Madrasah Aliyah Kejuruan struktur kurikulum dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh Kementerian
Agama.
m. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan (wajib),
usaha kesehatan sekolah (UKS), palang merah remaja (PMR), dan lainnya
sesuai dengan kondisi dan potensi masing- masing satuan pendidikan.
1. Mata Pelajaran Umum
Mata pelajaran umum kelompok A merupakan program kurikuler yang
bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar penguatan
kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Mata pelajaran umum kelompok B merupakan program kurikuler yang
bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan

Kurikulum Berkualitas
8
kompetensi keterampilan peserta didik terkait lingkungan dalam bidang
sosial, budaya, dan seni.
2. Mata Pelajaran Peminatan Kejuruan
Mata pelajaran peminatan kejuruan merupakan program kurikuler yang
bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan peserta didik sesuai dengan minat, bakat dan/atau
kemampuan dalam bidang keahlian, program keahlian, dan paket keahlian.
Mata pelajaran serta KD pada kelompok C1 ditetapkan oleh Menteri,
sedangkan mata pelajaran serta KD pada kelompok C2 dan kelompok C3
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyesuaikan dengan perkembangan
teknologi serta kebutuhan dunia usaha dan industri.

2.1.4 Model Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum tidak serta merta dikembangkan secara langsung,
akan tetapi memiliki langkah-langkah penting sebagai penguat mengapa kurikulum
dikembangkan. Di sisi lain pengembangan kurikulum juga mengacu pada hasil yang
diinginkan sehingga pengembangan mencakup kebutuhan dari tujuan kurikulum.
Model-model pengembangan kurikulum sangat beragam yang memiliki ciri
tersendiri. Terdapat 3 jenis model yang sangat tepat untuk mengembangkan
kurikulum kejuruan sebagai berikut:

a. Model Nicholls

Model Nicholls menitik beratkan pengembangan kurikulum pada rasional,


khususnya melihat kebutuhan kurikulum berdasarkan perubahan situasi. Jika melihat
landasan awal pembentukan kurikulum yang tepat maka model Nicholls menjadi hal
yang tepat. Model Nicholls memiliki beberapa tahapan pengembangan yaitu: 1)
Situsional analysis (analisis situasional); 2) Selection of objectives (seleksi tujuan);
3) Selection and organization of content (seleksi dan organisasi isi); 4) Selction and
organization of methods (seleksi dan organisasi metode); dan 5) Evaluation
(evaluasi) (Sholeh, 2013: 79).

b. Model Finch

Pada pendidikan kejuruan memiliki tujuan berbeda dari pendidikan pada umumnya.
Hal ini membuat pengembangan kurikulum menjadi berbeda dengan yang lainnya.

Kurikulum Berkualitas
9
Finch dalam bukunya membahas khusus pengembangan kurikulum untuk sekolah
kejuruan yang mencakup perencanaan, konten, dan implementasi. Kurikulum
kejuruan dapat dikembangkan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Gambar 1: Bagan Pengembangan Kurikulum Model Finch (sumber: Finch, 1999: 23)

Langkah-langkah dari model ini dapat diterjemahkan: 1) Perencanaan kurikulum


yang meliputi menetapkan proses pengambilan keputusan, mengumpulkan dan
mengkaji data terkait sekolah, dan mengumpulkan dan mengkaji data terkait
masyarakat; 2) Membentuk konten kurikulum yang meliputi memanfaatkan strategi
untuk menentukan konten, membuat Keputusan Konten Kurikulum,
mengembangkan Tujuan dan Tujuan Kurikulum; dan 3) Melaksanakan kurikulum
yang meliputi identifikasi dan pemilihan bahan ajar, mengembangkan bahan ajar,
memilih strategi penyampaian bahan ajar, dan mengkaji Kurikulum.

c. Model Gwen

Model pengembangan lain yang juga dapat sesuai dilakukan untuk mengembangkan
kurikulum pendidikan kejuruan adalah model yang dikembangkan oleh Gwen
melalui Food and Agriculture Organization of The United Nations (FAO). Model ini
memiliki ciri khusus dibandingkan dengan model yang dikembangkan Finch. Model
yang dikembangkan Gwen pada pelaksanaanya mencapai tahap evaluasi. Berikut
bagan alur dari model pengembangan kurikulum oleh Gwen.

Gambar 2: Bagan Pengembangan Kurikulum Model Gwen (sumber: Gwen, 1996)

Langkah-langkah dari model ini dapat diterjemahkan: 1) Perencanaan yang meliputi


identifikasi isu/masalah/kebutuhan, membentuk tim pengembangan kurikulum, dan

Kurikulum Berkualitas
10
mengadakan penilaian dan analsis kebutuhan; 2) Konten dan metode yang meliputi
hasil yang dinginkan negara (tujuan pendidikan nasional), pemilihan konten, dan
merancang metode pembelajaran Experiential; 3) Implementasi yang meliputi
menghasilkan produk kurikulum, menguji dan merevisi kurikulum, merekrut dan
melatih relawan/fasilitator, dan melaksanakan kurikulum; dan 4) Evaluasi dan
pelaporan yang meliputi strategi evaluasi dan melaporkan dan mengamankan sumber
daya.

2.2 HAKIKAT IPTEK

2.2.1. Pengertian IPTEK


Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau biasa kita kenal dengan sebutan IPTEK
saat ini sangat menguasai dunia. IPTEK merupakan hasil dari gagasan- gagasan
manusia dan bersifat objektif sehingga mudah diterima dan dijangkau oleh
masyarakat. Teknologi itu sendiri diciptakan bertujuan untuk memudahkan
pekerjaan manusia. Oleh karena itu dengan adanya teknologi manusia merasa sangat
terbantu. Perkembangan IPTEK telah mengubah dunia sebagaimana revolusi
generasi pertama melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan
oleh kemunculan mesin (Nadiroh & Hasanah, 2018).

Perkembangan teknologi yang pesat harus diimbangi dengan pengetahuan atau


pendidikan yang cukup karena apabila seseorang tidak memiliki pendidikan dan
pengetahuan yang cukup lalu dihadapkan dengan kemajuan IPTEK yang sangat pesat
maka dapat mengalami cultural shock atau keadaan dimana seseorang tidak siap
dalam menerima kebudayaan yang baru. Pendidikan yang diterapkan di sekolah juga
membutuhkan IPTEK untuk memaksimalkan keterampilan dan kemampuan
kognitif.

2.2.2. Peran IPTEK Dalam Pendidikan


IPTEK memiliki peran dalam Pendidikan dan Pendidikan juga memiliki peran
dalam IPTEK. Dengan adanya Teknologi memudahkan para peserta didik dalam
melakukan proses Transfer Of Knowledge atau proses mentransfer ilmu
pengetahuan. Pada saat ini proses kegiatan belajar dan mengajar rata-rata sudah
menggunakan teknologi yang canggih seperti menggunakan laptop, projector, lcd.
Pendidikan juga memiliki tujuan untuk membentuk peserta didik yang baik yaitu
salah satunya dengan cara meningkatkan kemampuan para peserta didik agar
nantinya mampu menguasai IPTEK agar tidak mudah terpengaruh oleh informasi
Kurikulum Berkualitas
11
yang tidak berdasarkan fakta atau biasa dikenal dengan sebutan “Hoax” karena
semakin berkembangnya IPTEK sampai saat ini semakin banyak pula orang-orang
yang tidak bertanggung jawab yang menyebarkan berita “hoax” tersebut.
Terbatasnya penggunaan media pembelajaran selama proses pembelajaran
menyebabkan siswa kurang fokus dan kurang aktif, sehingga menyebabkan hasil
belajar siswa kurang optimal (Rachmadtullah, Nadiroh, Sumantri, & S, 2018).
Sehingga penggunaan canggihnya teknologi sangat diperlukan dalam pembelajaran.
Peran Pendidikan dalam Teknologi adalah membentuk karakteristik peserta didik
agar dapat menggunakan ataupun menciptakan teknologi yang bertanggung jawab.

Tanpa teknologi, Pendidikan akan sulit menciptakan peserta didik yang mampu
berpikir kritis karena tidak adanya alat bantu dalam mengikuti perkembangan era
modern saat ini dan tanpa teknologi akan melahirkan banyak orang yang tidak
bertanggung jawab dan berkemungkinan lebih besar menimbulkan dampak negatif
karena penggunaannya yang tidak terkendali dan penelitian tentang sikap peserta
didik dan perilaku individu dalam organisasi telah menekankan perlunya
mempertimbangkan lingkungan alam sebagai pemangku kepentingan dalam haknya
sendiri (Priadi, Fatria, Nadiroh, Sarkawi, & Oktaviani, 2018).

2.3 PERMASALAHAN KURIKULUM KEJURUAN DI INDONESIA

2.3.1 Permasalahan Terkini Kurikulum SMK Di Indonesia


Akhir-akhir ini perubahan kebijakan pendidikan dan pergantian kurikulum
begitu cepat. Dalam proses penyusunan dan pengembangan kurikulum tentu tidak
selamanya berjalan dengan lancar, adakalanya menemui kendala. Berikut ini
beberapa kendala yang dihadapi oleh satuan pendidikan (sekolah) ketika
mengembangkan kurikulum.

Pertama, keterlibatan stakeholder belum maksimal.


“(1) Keterlibatan stakeholder yang berkurang, (2) Dunia industri yang relevan, dan
(3) Keterlibatan orang tua kurang maksimal.”
“Saat penyusunan kurangnya suplay ide atau gagasan dari guru dan anggota yang
lain. Susah dalam menentukan materi dalam pengembangan kurikulum” (KDR).
“Kurangnya partisipasi guru, kurangnya partisipasi dari masyarakat, kurangnya
biaya” (AIS).

Kedua, kualitas sumber daya manusia (SDM).

Kurikulum Berkualitas
12
“(1) Ketidakpenguasaan materi KTSP, (2) Informasi tentang kurikulum.”(SMG)
“SDM yang masih kurang paham tentang IT...”(SMGG)
“penentuan penilaian di dalam raport, penentuan kriteria kelulusan siswa.” (PGRS).
“Penggalian muatan lokal yang sesuai dengan daerah untuk diterapkan ke dalam mata
pelajaran.” (BLR)

Ketiga, keterbatasan pendampingan kurikulum dari pemerintah.


“Pemerintah telah melaksanakan pelatihan dalam menerapkan kurikulum 2013
namun belum merata dirasakan semua guru” (SMG)
“Kurangnya fasilitas dari pemerintah menge- nai proses pengembangan kurikulum
terutama tim pengembang kurikulum yang belum memadai di tiap sekolah.” (ABW)
“Kurangnya pendamping ahli pada saat proses penyusunan, ... pembiayaan yang
kurang se- hingga kurang efektif” (SMGG).
“...guru-guru disini kurang mendapat sosialisasi dari pemerintah, kurang penyuluhan.
Kemudian, pemerintah dalam K-13 ini sangat mengedepankan tentang
perkembangan zaman sementara sarana prasarana sekolah ini belum memadai untuk
bisa benar-benar mengikuti perkembangan global” (GBG).

2.3.2 Solusi Terkait Permasalahan Kurikulum SMK Di Indonesia


Berdasarkan pada informasi di atas menunjukkan bahwa peran stakeholder
dalam rangka kegiatan pengembangan kurikulum memerlukan perhatian lebih.
Apalagi untuk jenjang satuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
membutuhkan banyak kegiatan kerjasama, misalnya dunia usaha dan industri
(DUDI) agar lulusan dari SMK memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan
dunia kerja.

Bentuk keterlibatan dan kerjasama antara SMK dengan DUDI semacam ini
biasa disebut dengan link and match (keterkaitan dan kesepadanan). Konsep link and
match antara dunia pendidikan dan industri adalah ideal, ada hubungan timbal balik
untuk dilakukan, akan ada keterkaitan antara pemasok tenaga kerja dengan
penggunanya. Adanya hubungan timbal balik ini membuat SMK dapat menyusun
kurikulum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam hal ini ada tiga komponen
yang harus bergerak simultan untuk menyukseskan program link and match yaitu
SMK, dunia kerja (perusahaan) dan pemerintah (Hadam et al. 2017, p. 73).

Berikutnya, peran orang tua yang kurang maksimal turut mempengaruhi


pengembangan kurikulum. Secara konsep kurikulum memiliki peran strategis dalam
Kurikulum Berkualitas
13
mendukung perkembangan anak, yaitu sebagai panduan orang tua dalam
mendampingi dan mengarahkan anak ketika belajar di rumah.

Permasalahan lain yang menghambat kegiatan pengembangan kurikulum ialah


disebabkan oleh kurangnya partisipasi guru. Meskipun tidak semua guru menjadi
Tim Pengembang Kurikulum (TPK) yang output kegiatannya berupa dokumen
KTSP, sejatinya guru adalah pengembang kurikulum. Di tangan gurulah kurikulum
yang sifatnya konseptual dan prosedural dalam skenario pembelajaran (RPP) dapat
direalisasikan berupa kegiatan pembelajaran di kelas. Kaitannya hal tersebut dapat
dikatakan bahwa gurulah yang paling mengetahui dan merasakan kurikulum dapat
berjalan dengan benar dan baik atau terdapat berbagai permasalahan dalam
implementasinya.

Permasalahan lain yang menjadi kendala dalam pengembangan kurikulum di


satuan pendidikan SMK yaitu masalah kualitas sumber daya manusia (SDM). Dalam
lingkup persekolahan yang termasuk SDM pendidikan yaitu guru, tenaga
kependidikan, dan siswa. Pada level guru pengetahuan guru terhadap karakteristik
dan materi KTSP serta informasi tentang kurikulum sering tertinggal yang
disebabkan bisa karena kurang memahami dan memanfaatkan TIK.

Permasalahan lainnya berkaitan dengan masalah penentuan kriteria kelulusan


siswa dan mengisi nilai raport serta berbagai kesulitan sekolah dalam menggali
muatan lokal yang sesuai dengan karakteristik daerah yang akan diintegrasikan
dengan mata pelajaran lain.

Permasalah pendampingan kurikulum ke setiap guru atau sekolah dirasakan


masih terbatas meskipun pada permulaan setiap kebijakan kurikulum baru biasanya
pemerintah mengadakan pelatihan. Namun tidak semua guru terlibat atau mengikuti
kegiatan pelatihan tersebut karena kurang sosialisasi, sehingga manfaatnya belum
terasa. Pendampingan atau fasilitasi dari pemerintah kepada Tim Pengembang
Kurikulum (TPK) ternyata belum memadai. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa
di satuan pendidikan membutuhkan pendampingan dari ahli kurikulum pada saat
penyusunan dokumen KTSP.

Idealnya disetiap satuan pendidikan ada sumber daya khusus yang menangani
masalah kurikulum. Jika ada SDM khusus pengembang kurikulum harapannya
sekolah lebih siap dalam menghadapi perubahan dan adaptasi maupun adopsi

Kurikulum Berkualitas
14
kurikulum baru sehingga konsep kurikulum yang dikembangkan oleh pemerintah
pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sama dengan apa yang
dipahami oleh setiap pendidik di negeri ini dan harapannya mampu meningkatkan
mutu pendidikan Indonesia.

2.3.3 Harapan Terkait Permasalahan Kurikulum SMK


Permasalahan-permasalahan ini menjadi tantangan untuk diambil tindakan dan
solusi dalam mewujudkan harapan menjadikan SMK sebagai lembaga vokasi yang
berdaya saing ketenagakerjaan. Program kurilum SMK berkualitas berbasis IPTEK
yaitu Kurikulum STP (Smart Technology Productive) ini diharapkan sebagai
problem solving (pemecah masalah) dalam peningkatan kualitas layanan pendidikan
dan pelatihan di SMK yang profesional dan peta kebutuhan tenaga kerja bagi lulusan
SMK, penyelarasan kurikulum SMK sesuai kebutuhan dunia usaha dan dunia
industri, mempercepat sertifikasi kompetensi bagi lulusan SMK, pendidik dan tenaga
kependidikan SMK, meningkatkan kuantitas dan kualitas guru produktif serta
pemberian lisensi bagi SMK sebagai lembaga sertifikasi profesi pihak pertama,
memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan
SMK yang bermutu, penataan kelembagaan SMK dan menguatkan sinergi antara
SMK dengan dunia usaha/dunia industri serta lembaga pemerintahan.

Semoga pelaksanaan program Kurikulum STP (Smart Technology Productive)


ini berjalan lancar sehingga dapat mewujudkan harapan-harapan ke depan,
diantaranya : menjadikan SMK sebagai sekolah pilihan masyarakat (orang tua dan
siswa) oleh karena banyaknya peluang-peluang untuk dapat bekerja di dunia usaha
dan dunia industri, menciptakan lulusan SMK yang berkualitas, yang berkompetensi
tinggi dan berkarakter sehingga menjadi tenaga kerja yang siap bersaing di era global
serta menghasilkan lulusan SMK yang memiliki keberanian dan kemampuan
berwirausaha.

Kurikulum Berkualitas
15
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 KURIKULUM STP (SMART TECHNOLOGY PRODUCTIVE)

3.1.1. Standar Kualitas Kurikulum STP (Smart Technology Productive)


Kurikulum STP (Smart Technology Productive) ini kami rancang dengan
harapan dapat menjadi solusi dari permasalahan dan tantangan yang dihadapi
pendidikan kejuruan (SMK/MAK) di Indonesia. Inovasi ini menjadi solusi terkini
dan relevan dari ketiga permasalahan kurikulum SMK yang telah diuraikan pada
bagian 2.3.1 dalam karya tulis ilmiah ini. Kurikulum STP ini juga merupakan
jawaban dari tantangan yang dihadapi pendidikan kejuruan Indonesia, yaitu revolusi
industri 4.0 dan era smart society 5.0. Hal ini juga didukung dengan hasil kuisioner
yang telah kami lakukan, yaitu berdasarkan pendapat 25 dari 37 mengatakan bahwa
Kurikulum 2013 sudah cukup baik namun perlu diadakan inovasi dan pendapat
lainnya yaitu 20 dari 37 mengatakan bahwa kurikulum 2013 saat ini masih kurang
dalam pemanfaatan IPTEK.

Kualitas dari Kurikulum STP ini dapat dilihat dari pemenuhan syarat untuk
Standar Nasional Pendidikan Sekolah Kejuruan/ Madrasah Aliah Kejuruan menurut
UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Permendikbud
No. 70 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK. Standar
yang telah dipenuhi oleh Kurikulum STP ini dapat dilihat berdasarkan uraian yang
terdapat pada bagian 2.1 dan 2.2 dalam karya tulis ilmiah ini.

Kurikulum STP (Smart Technology Productive) juga dapat dikatakan telah


memenuhi kriteria dan kualitas dari setiap bagian kurikulum pembelajaran itu
sendiri. Berikut merupakan kriteria dan standar kualitas tersebut:

SMART
1. Kurikulum bertujuan untuk mencerdaskan peserta didik.
2. Kurikulum berisi materi-materi pembelajaran yang dapat menciptakan peserta
didik yang cerdas dan berkarakter tanpa tertinggal perkembangan teknologi.
3. Hasil pembelajaran melalui kurikulum ini diharapkan mampu menjadikan
peserta didik yang cerdas dan berkarakter dengan dibantu oleh perkembangan
teknologi.

Kurikulum Berkualitas
16
TECHNOLOGY
1. Kurikulum pembelajaran ini berbasis IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
2. Saat proses pembelajaran, pendidik mengaitkan pengaplikasian materi yang
diajarkan dengan teknologi seperti pemaparan materi dengan penampilan
video/film dengan menggunakan projector dan presentasi melalui Power Point
kemudian pemberian tugas melalui website sekolah, Quziz, Kahoot dan aplikasi
pembelajaran lainnya yang dapat membuat peserta didik tidak jenuh dengan
metode pembelajaran yang hanya memakai kertas.
3. Dalam pembelajaran, pendidik juga harus siap membantu peserta didiknya,
walaupun sedang tidak dalam/tidak bisa melakukan pembelajaran di kelas,
dengan memanfaatkan teknologi sebagai penghubung seperti penggunaan Zoom
Cloud Meetings, Google Meet, WhatsApp atau aplikasi lainnya untuk
berkomunikasi dengan peserta didiknya.
4. Saat kegiatan praktikum, pihak sekolah diharapkan bisa memberikan alat peraga
yang tidak tertinggal perkembangan teknologi dan pendidik harus bisa
memberikan arahan dalam penggunaan alat-alat tersebut.
5. Hasil pembelajaran melalui kurikulum ini diharapkan mampu menjadikan
peserta didik yang mampu mengikuti perkembangan revolusi industri 4.0 dan
era smart society 5.0.

PRODUCTIVE
1. Kurikulum ini juga tidak hanya dapat menciptakan peserta didik cerdas dan
berkarakter yang tidak gagap teknologi saja, tetapi juga diharapkan dapat
menciptakan peserta didik yang dapat memberikan kontribusi bagi
lingkungannya.
2. Kurikulum pembelajaran menyertakan kegiatan yang menumbuhkan kreativitas
dan inovasi peserta didik.
3. Saat kegiatan praktikum, pendidik memberikan kebebasan peserta didik untuk
berkreasi agar peserta didik dapat menemukan inovasi maupun pembaruan dari
teknologi yang sudah ada terkait bidang kejuruan yang digeluti, tetapi tetap
mengikuti arahan dan SOP yang berlaku.
4. Hasil pembelajaran diharapkan mampu menjadikan peserta didik pribadi yang
berpikir dan berperilaku kreatif dan inovatif, dan juga menjadikan peserta didik
memiliki semangat tinggi untuk melakukan perubahan dan kemajuan teknologi
terkait bidang kejuruan yang digeluti.

Kurikulum Berkualitas
17
3.1.2. Hakikat Kurikulum STP (Smart Technology Productive)
Kurikulum STP (Smart Technology Productive) adalah pengembangan
kurikulum berbasis IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Pendidikan
mengharuskan selalu untuk mengembangkan kurikulum guna menyesuaikan dengan
kebutuhan Industri. Indonesia sendiri telah mengeluarkan kurikulum yang
dinamakan kurikulum 2013. Pada proses pembelajarannya, kurikulum 2013 mengacu
pada 5 tahapan yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengkomunikasikan. Pada sisi model pembelajaran yang digunakan berupa model
pembelajaran kooperatif, problem based learning, project based learning, dan lain
sebagainya. Namun, pada penguasaan teknologi khususnya teknologi informasi
belum digunakan secara maksimal. Pembelajaran masi didominasi dengan buku tulis.
Sehingga untuk dapat menyesuaikan dengan RI 4.0 yang berbasis internet dan alat
bantu komputer atau smartphone maka kurikulum perlu dikembangakan agar dapat
mencapai tujuan pendidikan kejuruan. Pada pengembangannya, model
pengembangan kurikulum menjadi hal yang penting untuk ditentukan. Pada
Kurikulum STP (Smart Technology Productive) yaitu kurikulum berbasis IPTEK ini,
model-model yang relevan untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan adalah
model Nicholls, Finch, dan Gwen seperti yang sudah di jelaskan pada bagian 2.1.4.

Dalam hakikatnya, Kurikulum STP (Smart Technology Productive) memiliki


visi yang harus dicapai dan misi dalam proses pencapaiannya di dalam penerapannya
di pembelajaran kejuruan (SMK). Berikut merupakan visi misi tersebut.

Visi :
Menjadikan kurikulum sekolah menengah kejuruan yang menghasilkan lulusan
yang unggul pada skala nasional dan internasional di tengah tengah revolusi
industri 4.0 dan era smart society 5.0.

Misi :
1. Menyelenggarakan Kurikulum pendidikan kejuruan yang berkualitas
untuk menghasilkan lulusan yang kompeten, kompetitif, berkarakter, dan
memiliki daya saing tinggi didukung oleh perkembangan IPTEK.
2. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran secara reguler sebagai
implementasi kurikulum berbasis IPTEK
3. Menyelenggarakan pembelajaran khusus mengenai era smart society 5.0
terhadap inovasi industri 4.0

Kurikulum Berkualitas
18
3.2 PERENCANAAN KURIKULUM STP (SMART TECHNOLOGY PRODUCTIVE)

3.2.1 Perencanaan Kurikulum STP (Smart Technology Productive)


Model Kurikulum STP ini merupakan perpaduan dari ketiga model sebelumnya.
Perpaduan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal sehingga mendapatkan
langkah-langkah yang sesuai untuk pengembangan kurikulum. Berikut langkah-
langkah pengembangan kurikulum kejuruan:

1.) Needs Assesment (Analisis Kebutuhan)


Analisis kebutuhan dapat mengacu pada isu/masalah/kebutuhan yang ada.
Maksudnya analisi ini dapat dengan melihat keadaan atau potensi yang ada di
Indonesia. Selain itu juga dapat melihat permasalah pendidikan yang terjadi di
Indonesia yang dapat berupa hasil evaluasi atau isu yang menyebar luas. Di sisi
lain, perkembangan trend dunia secara global juga menjadi hal penting untuk
dikaji seperti keadaan industri yang memasuki RI 4.0 yang membuat keadaan
dan kebutuhan tenaga kerja indutri berubah. Kemudian membuat tim
pengembang kurikulum yang bertugas mencari analisis kebutuhan dari berbagai
kalangan. Langkah selanjutnya, hasil dari analisis tersebut dikaji dan
dirumuskan dalam bentuk tujuan dan kompetensi.

2.) Penentuan Tujuan


Penentuan tujuan mengacu pada 4 aspek yaitu Pertama Tujuan Pendidikan
Nasional yaitu tujuan umum yang merupakan pedoman dari pelaksanaan
pendidikan. Kedua Tujuan Institusional adalah tujuan yang dibuat untuk dicapai
oleh suatu lembaga, tujuan ini dapat mengacu pada visi-misi lembaga. Ketiga
Tujuan Kulikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau
mata pelajaran, tujuan ini dapat mengacu pada target capaian yang bisa dibuat
melalui analisis kebutuhan awal. Keempat Tujuan Instruksional yang berupa
kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah belajar, tujuan ini mengacu
pada kemampuan guru dalam merancang tujuan pembelajaran dengan baik.
Bentuk dari perumusan tujuan menghasilkan kompetensi yang akan dicapai.
Dari kompetensi ini yang akan menjadi acuan pengembangan materi dan
metode.

3.) Tahap Desain Konten


Pengembangan desain konten mengacu pada isi dari kurikulum yang
menyangkut bahan ajar. Pengembangan ini diperlukan karena mengacu pada

Kurikulum Berkualitas
19
perumusan pengalaman belajar yang akan ditempuh oleh siswa nantinya.
Bedanya pada pendidikan kejuruan menekankan pada penguasaan kompetensi
yang berbentuk keterampilan hard.

4.) Metode
Materi yang baik tidak akan bisa mencapai tujuan jika metode pembelajaran
yang digunakan tidak tepat. Penyesuaian metode yang digunakan menjadi
kekuatan tersendiri dalam ketercapaian tujuan pendidikan. Jika kurikulum yang
dikembangkan merupakan kurikulum kejuruan, maka metode yang tepat yang
diajarkan adalah metode yang sesuai dengan tuntutan kompetensi. Isi dari
metode berupa model, strategi, dan pendekatan pembelajaran. Model
pembelajaran yang tepat untuk digunakan pada pendidikan kejuruan adalah
model pembelajaran Work Based Learning (WBL). Pada model ini, siswa
dihadapkan pada pembelajaran yang berbasis dunia kerja. Namun, model ini
mebutuhkan biaya yang cukup besar. Terdapa model lain yang dianggap tepat
untuk keterbatasan biaya pendidikan yaitu model Project Based Learning (PBL).
Model PBL mengharuskan siswa membuat suatu produk jadi sebagai hasil dari
pembelajaran.

5.) Tahap Implementasi


Implementasi merupakan pelaksanaan dari kurikulum tersebut. Pada bagian ini,
hasil dari analisis konten dan motode melalui berbagai pertimbangan di
kembangkan. Hasilnya adalah penentuan materi ajar dan strategi penyampaian
bahan ajar. Di samping itu kurikulum juga harus dikaji secara pertahap.

6.) Tahap Evaluasi


Evaluasi merupakan tahapan untuk melihat apakah kurikulum yang telah dibuat
telah sesuai dengan tujuan atau telah berjalan secara efektif. Evaluasi memiliki
banyak jenisnya. Evaluasi yang tepat untuk dilakukan adalah evaluasi Formatif
dan Surmatif. Evaluasi formatif menggunakan data untuk membuat penilaian
tentang seberapa baik sebagian proses telah mencapai hasil yang diharapkan.
Tujuan evaluasi formatif adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat
bagi desain produk akhir. Ini juga menyediakan data dasar dan meletakkan dasar
untuk evaluasi sumatif (yaitu, jumlah semua bagian). Tujuan dari evaluasi
sumatif adalah untuk melangkah mundur, meletakkan semua bagian bersama-

Kurikulum Berkualitas
20
sama, dan membuat penilaian mengenai seberapa baik keseluruhan hasil yang
diharapkan telah tercapai.

3.2.2 Struktur Kurikulum STP (Smart Technology Productive)


Berikut merupakan struktur kurikulum Kurikulum STP (Smart Technology
Productive), Jenis mata pelajaran yang diajarkan meliputi :
1. Mata pelajaran wajib berdasar Kurikulum Nasional
2. Dasar-dasar Komunikasi
3. Matematika Terapan
4. Komputer
5. Metoda Ilmiah
6. Bahasa Indonesia
7. Bahasa Inggris
8. Project Work and Enterpreneurship
9. Praktek Kejuruan

Tabel 3: Struktur Kurikulum STP (Smart Technology Productive)

Tempat Pendidikan
No. Mata Pelajaran Proporsi
Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3
1 Kurikulum Nasional 10%
2 Dasar-dasar Komunikasi 5%
3 Matematika Terapan 5% Sekolah/ Sekolah/
Sekolah/ Lembaga Lembaga
4 Komputer 5% Lembaga Pendidik Pendidik
Pendidik an an
5 Metoda Ilmiah 5%
an Vokasi Vokasi
6 Bahasa Indonesia 5% Vokasi
7 Bahasa Inggris 5%
Project Work and
8 10% Teaching
Enterpreneurship DUDI
Factory
9 Praktek Kejuruan 50% DUDI

Nama-nama mata pelajaran itu sifatnya tidak mengikat. Yang penting esensi
silabus mata pelajaran tersebut tercermin dari namanya. Sesungguhnya nama-nama
mata mata pelajaran di atas diperlukan untuk proses pendidikan di sekolah. Jika
proses pendidikan pembentukan kompetensi dilakukan di DUDI atau teaching
factory mata pelajarannya melebur dengan kegiatan sehari-hari yang dilakukan siswa
di tempat kerja

3.2.3 Penerapan Kurikulum STP (Smart Technology Productive)

Kurikulum Berkualitas
21
Penerapan Kurikulum STP (Smart Technology Productive) ini sangat tergantung
di mana tempat pendidikan berlangsung. Jika tempat pendidikan di sekolah/kampus
pendidikan vokasi, maka strategi-strategi di bawah ini relevan untuk dipakai. Namun,
jika tempat pendidikan di DUDI dan di teaching factory, maka strategi yang paling
tepat adalah learning by doing, dengan diikuti metode evaluasi performance test.
Untuk memberikan gambaran strategi pembelajaran mana yang akan dipilih di
sekolah, di bawah ini disampaikan contoh-contoh strategi pembelajaran yang bisa
dipakai.
1. Teori dan praktek komunikasi (presentasi dan diskusi)
2. Aplikasi teori matematika dalam kehidupan sehari-hari
3. Teori dan aplikasi computer untuk berbagai keperluan
4. Melakukan penelitian laboratorium/lapangan
5. Membuat karya ilmiah dalam bahasa Indonesia Baku
6. Teori dan praktek bahasa Inggris (reading, listening, conversation)
7. Project work dan praktek kewirausahaan
8. Praktek kejuruan di bengkel/laboratorium/lapangan

3.3 PENGELOLAAN KURIKULUM STP (SMART TECHNOLOGY PRODUCTIVE)

3.3.1 Pengelolaan dan Pengawasan Kurikulum STP (Smart Technology Productive)


Setelah merencanakan dan menerapkan inovasi kurikulum SMK berbasis
IPTEK yaitu Kurikulum STP (Smart Technology Productive), maka langkah
selanjutnya ialah mengelola dan melakukan pengawasan terhadap berlangsungnya
Kurikulum STP ini. Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 23 dinyatakan bahwa
pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi,
pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan. Dari pasal
tersebut, dapat diketahui beberapa tahapan dalam melakukan pengelolaan dan
pengawasan terhadap kurikulum STP antara lain sebagai berikut.

a. Pemantauan
(a) Pemantauan Langsung
Pengertian pemantauan langsung adalah pemantauan yang dilakukan dengan
cara mengunjungi lokasi proyek. Dengan cara demikian petugas dapat secara
bebas mengumpulkan informasi yang diperlukan. Agar pengumpulan
informasi dapat berjalan secara efesien maka diperlukan strategi
pengumpulan data yaitu;

Kurikulum Berkualitas
22
1. Mempersiapkan instrument pengumpulan data ; misalnya dengan
menyiapkan daftar isi.
2. Menggali informasi pada orang-orang penting yang memegang posisi
dalam pelaksanaan kurikulum tersebut.
3. Melakukan pemantauan langsung ke lapangan dan petugas dapat
mencatat informasi yang diperlukan sesuai dengan kehendaknya (Proses
pemantauan berpedoman pada visi dan misi kurikulum STP).

(b) Pemantauan Tidak Langsung


Cara ini menghendaki petugas tidak perlu terjun langsung ke lokasi; tetapi
penggalian data dilakukan dengan cara mengirim seperangkat daftar isian
untuk diisi oleh orang lain di lokasi penelitian. Cara tidak langsung ini juga
dapat dilakukan dengan mengumpulkan data melalui laporan-laporan yang
dibuat pimpinan pemantau (Proses pemantauan berpedoman pada visi dan
misi kurikulum STP).

b. Supervisi
1. Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
2. Supervisi diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan,
pengaplikasian, dan konsultasi.
3. Proses supervisi berpedoman pada terlaksananya kurikulum STP (Smart
Technology Productive).
4. Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.

c. Evaluasi
1. Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas kurikulum secara
keseluruhan, mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil
pembelajaran dari kurikulum STP ini.
2. Memilih, mengubah, atau menyusun data evaluasi dan menguji obyektivitas,
realibilitas, dan validitas data tersebut.
3. Membandingkan data yang diperoleh dengan hasil evaluasi sebelumnya yang
memperoleh data.
4. Menganalisis data untuk menentukan kekuatan dan kelemahan dari kurikulum
dan jelaskan alasan dari kekuatan dan kelemahan tersebut.

Kurikulum Berkualitas
23
5. Menggunakan data untuk membuat perubahan yang dianggap perlu dalam
kurikulum.

d. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses inovasi kurikulum
dilaporkan kepada pemangku jabatan terkait guna dijadikan bahan penilaian dan
pengarsipan.

e. Tindak Lanjut
Langkah tindak lanjut yang dilakukan dapat dilihat dari hasil pelaporan yang telah
dicermati.

3.3.2 Evaluasi kurikulum STP (Smart Technology Productive)


Kegiatan monitoring dan evaluasi diperlukan untuk mengetahui efektivitas dan
keberhasilan pelaksanaan kurikulum STP (Smart Technology Productive).
Monitoring dan evaluasi juga digunakan untuk mengetahui aspek-aspek mana saja
yang menjadi keunggulan penerapan kurikulum STP (Smart Technology Productive)
sehingga aspek- aspek tersebut dapat dipertahankan, atau untuk mengetahui aspek-
aspek mana saja yang kurang dalam melaksanakan kurikulum STP sehingga aspek-
aspek tersebut dapat ditingkatkan. Pelaksanaan kurikulum STP dapat dimonitor dan
dievaluasi secara komprehensif. Dengan kata lain, implementasinya dievaluasi.
Beberapa bentuk langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi hasil
kurikulum STP (Smart Technology Productive) antara lain sebagai berikut.
a. Melihat perkembangan dan kemajuan hasil pembelajaran peserta didik setelah
melakukan pembelajaran dengan kurikulum STP.
b. Melakukan diskusi bersama peserta didik mengenai hasil kurikulum STP.
c. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan setelah penerapan kurikulum STP.
d. Melakukan diskusi bersama orang tua peserta didik terkait perkembangan
peserta didik yang dirasakan orang tua setelah mengikuti pembelajaran dengan
kurikulum STP.
e. Memperbaiki kekurangan atas dasar hasil penilaian, saran dan masukan dari
peserta didik dan/atau orang tua peserta didik, dan observasi yang dilakukan
pendidik atas hasil evaluasi.

Kurikulum Berkualitas
24
Sebagai pelengkap untuk memberikan gambaran sederhana terkait tahapan
proses perencanaan sampai evaluasi inovasi kurikulum SMK berbasis IPTEK
melalui Kurikulum STP (Smart Technology Productive), penulis menyajikan
diagram alur proses-proses tersebut. Berikut merupakan diagram alur tahapan proses
perencanaan, penerapan, pengelolaan, pengawasan, dan evaluasi kurikulum STP
(Smart Technology Productive).

Mengenali dan Menelaah KI dan KD Menyusun langkah-


memahami yang akan diterapkan langkah yang akan
kurikulum yang ada dalam pembelajaran dilakukan yaitu analisis
di Sekolah Menengah berdasarkan hasil kebutuhan, penentuan
Kejuruan (SMK) obeservasi sebelumnya tujuan, tahap desain
konten, metode, tahap
implemetasi, tahap
evaluasi.
Penyedian sarana Menerapkan kurikulum
dan prasarana yang STP (Smart Technology
memadai Productive) dalam proses Menyusun struktur
perkembangan pembelajaran di Sekolah kurikulum STP (Smart
IPTEK dalam Menengah Kejuruan Technology Productive)
pelaksanaan untuk mencapai visi misi
kurikulum STP Kurikulum STP.

Pemantauan, Supervisi,
Evaluasi, Pelaporan, dan
tindak lanjut hasil laporan Melihat dan mengetahui perkembangan
dari kurikulum STP di peserta didik dari hasil pembelajaran melalui
Sekolah Menengah Kejuruan kurikulum STP (Smart Technology Productive)
(SMK) dalam jangka waktu
yang telah ditentukan.
Melakukan diskusi dengan
Mengidentifikasi kelebihan dan peserta didik dan orang
kekurangan dari kurikulum STP tua terkait hasil proses
(Smart Technology Productive) pembelajaran dengan
serta memperbaiki kekurangan menggunakan kurikulum
pada kurikulum STP ini untuk STP (Smart Technology
proses pembelajaran jangka waktu Productive).
berikutnya.

Keterangan : Kotak Biru (…) : Tahap Perencanaan


Kotak Hijau (…) : Tahap Penerapan
Kotak Merah (…) : Tahap Pengelolaan dan Pengawasan
Kotak Kuning (…) : Tahap Evaluasi

( Gambar 3 : Diagram Alur Tahapan Sederhana Inovasi Kurikulum STP)


Kurikulum Berkualitas
25
BAB IV
PENUTUP

4.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dilihat dari permasalahan pendidikan kejuruan di Indonesia, kurikulum yang sesuai
digunakan pada abad revolusi industri 4.0 dan era smart society 5.0 ini adalah
kurikulum berbasis IPTEK.
2. Kurikulum STP (Smart Technology Productive) adalah pengembangan kurikulum
SMK Berbasis IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dikarenakan untuk dapat
menyesuaikan dengan RI 4.0 dan era smart society 5.0 yang berbasis internet dan
alat bantu komputer atau smartphone maka kurikulum perlu dikembangakan agar
dapat mencapai tujuan pendidikan kejuruan.
3. Perencanaan dan penerapan Kurikulum STP (Smart Technology Productive) dapat
dilakukan dengan berbagai tahapan tetapi tetap berpedoman dengan standar
pendidikan yang berlaku dan visi misi kurikulum STP itu sendiri.
4. Pengelolaan, pengawasan, dan evaluasi hasil pembelajaran kurikulum STP (Smart
Technology Productive) dilakukan oleh setiap bagian pendidikan kejuruan guna
mendapatkan hasil yang maksimal. Kegiatan pengawasan dan evaluasi diperlukan
untuk mengetahui efektivitas dan keberhasilan pelaksanaan kurikulum STP (Smart
Technology Productive). Pengawasan dan evaluasi juga digunakan untuk
mengetahui aspek- aspek mana saja yang menjadi keunggulan penerapan kurikulum
STP sehingga aspek-aspek tersebut dapat dipertahankan, atau untuk mengetahui
aspek-aspek mana saja yang kurang dalam melaksanakan kurikulum STP sehingga
aspek-aspek tersebut dapat ditingkatkan.

4.2 SARAN

Berdasarkan permasalahan dan tantangan yang tengah dihadapi pendidikan


kejuruan di Indonesia, dan juga berdasarkan pembahasan dalam karya tulis ini, untuk
kesempurnaan dan tercapainya ide penulis dalam karya tulis ini, penulis memberikan
saran sebagai berikut:
1. Memperhatikan faktor perkembangan IPTEK telah banyak merubah system
nilai-nilai pendidikan kejuruan agar perkembangan IPTEK dapat pada

Kurikulum Berkualitas
26
perubahan yang bersifat positif dengan meminimalisir atau mengantisipasi
dampak negatif adanya perkembangan IPTEK.
2. Mengadakan penelitian pengembangan tentang keefektifan kurikulum STP
(Smart Technology Productive) pada pendidikan kejuruan di Indonesia dengan
melakukan percobaan/pengujian di salah satu pendidikan kejuruan
(SMK/MAK) di Indonesia.
3. Mengimplementasikan kurikulum STP (Smart Technology Productive) pada
pendidikan kejuruan di Indonesia untuk melihat dampak secara nyata dari
pembelajaran tersebut.

Kurikulum Berkualitas
27
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Munir, MIT (2009). KURIKULUM BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN


KOMINUKASI. Bandung: CV.Alfabeta
Finch Curtis.R and Crunkilton. (1984) . Curriculum Development In Vocational And
Technical Education : Planning, Content, and Implementation. Sidney. Allyn and
Bacon Inc
Hidayat, Sholeh. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT. Remaja
Rosadakarya.
Presiden Republik Indonesia. (2016). Instruksi Presiden Nomor 9, Tahun 2016, tentang
Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan
Presiden Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 70, Tahun 2013, tentang Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
Presiden Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20,
Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha
Esa Presiden Republik Indonesia
Presiden Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 60, Tahun 2014, tentang kurikulum 2013
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliah Kejuruan.
Boud, David and Solomon, Nicky, 2001. Work-Based Learning. A New Higher Education?
London : Open University Press.
Depdikbud, 1997. Keterampilan Menjelang 2020 untuk Era Global. Jakarta.
Depdiknas, 2002. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Kidup (Life Skills) melalui
Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas. Jakarta.
Apindo: Kualitas Lulusan SMK Belum Penuhi Kebutuhan Industri. (2017, 7 November).
Republika.co.id. Diunduh dari https://republika.co.id/apindo-kualitas-lulusan-smk-
belum-penuhi-kebutuhan-industri.
Hasan, S.H. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Halimah, L., Rosita, D. R & Sudirjo, E. (2009). Pengembangan Model Penyusunan Kuriku-
lum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang Mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan. Jurnal Penelitian Pendidikan, 9(2), 1-11.
Nadiroh, & Hasanah, U. (2018). Revolusi Industri dan Generasi Milenial. In Nadiroh, & U.
Hasanah, BUKU NON TEKS (p. 136). Jakarta: Direktorat Kerjasama Pendidikan
Kependudukan, BKKBN
Rachmadtullah, R., Nadiroh, N., Sumantri, M. S., & S, Z. M. (2018). Development of
Interactive Learning Media on Civic Education Subjects in Elementary School.
(August). https://doi.org/10.2991/acec-18.2018.67
Priadi, A., Fatria, E., Nadiroh, Sarkawi, D., & Oktaviani, A. (2018). Environmental
citizenship behavior (the effect of environmental sensitivity, knowledge of ecology,
personal investment in environmental issue, locus of control towards students’
environmental citizenship behavior). E3S Web of Conferences, 74, 08002.
https://doi.org/10.1051/e3sconf/20187408002

Kurikulum Berkualitas
28
LAMPIRAN
Lampiran 1. Poster Promosi Kurikulum STP (Smart Technology Productive)

(Gambar 4: Poster Kurikulum STP (Smart Technology Productive))

Kurikulum Berkualitas
29
Lampiran 2. Biodata Penulis

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis


bertugas sebagai pencari kajian pustaka dan penyusun
karya tulis ilmiah. Penulis dilahirkan di Karawang, 14
Juli 2002. Penulis yang biasa dipanggil dengan nama
“Luthfi” ini memiliki nama lengkap Muhammad Luthfi
Yusrizal, dan merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara. Penulis tinggal bersama kedua orang
tuanya dan berdomisili di Rawamerta, Karawang.
Penulis telah menempuh pendidikan formal di SD
( Gambar 5: Penulis Satu )
Negeri Sukamerta 1, SMP Negeri 1 Rawamerta, dan
SMA Negeri 1 Karawang dengan jurusan MIPA. Setelah lulus SMA, penulis melanjutkan
pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta dengan program studi
Pendidikan Teknik Elektro dan terdaftar dengan NIM 1501620030. Di SMA, penulis aktif
mengikuti organisasi ekstrakurikuler Volly sebagai Anggota. Penulis memiliki hobi
bermain volly. Pembaca bisa mengenal lebih dekat dengan penulis melalui e-mail
mluthfiyusrizal14@gmail.com , akun instagram @luthfiysrzl , atau dapat menghubungi
penulis ke nomor 081284285913.

“Terimalah apa yang allah berikan kepadamu karena itu yang terbaik untukmu dan
ketahuilah bahwa allah mencintaimu lebih dari dirimu sendiri.”

- Muhammad Luthfi Yusrizal -

Kurikulum Berkualitas
30
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis
bertugas sebagai pencari kajian pustaka dan
penyusun karya tulis ilmiah. Penulis dilahirkan di
Bekasi, 15 Maret 2002. Penulis yang biasa dipanggil
dengan nama “Nasywa” ini memiliki nama lengkap
Nasywa Nur Tsabitah, dan merupakan anak tunggal.
Penulis tinggal bersama kedua orang tuanya dan
berdomisili di Duren Sawit, Jakarta Timur. Penulis
telah menempuh pendidikan formal di SD Islam As-
( Gambar 6: Penulis Kedua )
sa’adah Jakarta Timur, SMP Negeri 194 Jakarta
Timur, dan SMA Negeri 59 Jakarta dengan jurusan MIPA. Setelah lulus SMA, penulis
melanjutkan pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta dengan program
studi Pendidikan Teknik Elektro dan terdaftar dengan NIM 1501620031. Di SMA, penulis
aktif mengikuti organisasi Pencak Silat dan Himpunan Siswa Teknologi sebagai Sekretaris.
Penulis pernah mendapatkan Juara 2 pencak silat kelas C putri kategori tanding remaja
pada Piala Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan di tahun 2018, Juara 2 pencak silat
kelas D putri kategori tanding remaja pada Kejuaraan Pencak SIlat II SMAN 100 Jakarta
di tahun 2018, dan perwakilan OSN Astronomi di tahun 2019. Penulis memiliki hobi
bermain game, olahraga, dan menonton film. Pembaca bisa mengenal lebih dekat dengan
penulis melalui e-mail nasywa.you@gmail.com , akun instagram @nsywawa_ , atau dapat
menghubungi penulis ke nomor 085780354840.

“Hidup Hanya Sekali, Hiduplah Yang Berarti.”


-Nasywa Nur Tsabitah-

Kurikulum Berkualitas
31
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis bertugas
sebagai penulis bertugas sebagai pencari kajian pustaka
dan pengelola kuisioner. Penulis dilahirkan di Sukabumi,
09 Juli 2001. Penulis yang biasa dipanggil dengan nama
“Krisna” ini memiliki nama lengkap Krisna Darmawan,
dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis
tinggal bersama kedua orang tuanya dan berdomisili di
Tebet, Jakarta Selatan. Penulis telah menempuh
pendidikan formal di SD Negeri 011 Pagi Menteng Dalam,

( Gambar 7: Penulis Ketiga ) SMP Negeri 145 Jakarta, dan SMK Negeri 29 Jakarta
dengan jurusan Airframe and Powerplant. Setelah lulus
SMK, penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
dengan program studi Pendidikan Teknik Elektro dan terdaftar dengan NIM 1501620033.
Di Perkuliahannya, penulis aktif mengikuti organisasi Robotik sebagai Divisi mekanik &
design. Penulis memiliki hobi Workout. Pembaca bisa mengenal lebih dekat dengan
penulis melalui e-mail krisna.simdigap1@gmail.com , akun instagram @krisnadarmawan_
, atau dapat menghubungi penulis ke nomor 085695781908.

“Gass Keun.”

- Krisna Darmawan -

Kurikulum Berkualitas
32
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis
bertugas sebagai penulis bertugas sebagai pencari
kajian pustaka dan pembuat poster promosi inovasi.
Penulis dilahirkan di Tangerang, 28 juli 2002. Penulis
yang biasa dipanggil dengan nama “Dhafin” ini
memiliki nama lengkap Dhafin Rizqy Zaputra, dan
merupakan anak tunggal. Penulis tinggal bersama
kedua orang tuanya dan berdomisili di Depok, Jawa
barat. Penulis telah menempuh pendidikan formal di
( Gambar 8: Penulis Keempat )
SD Tugu Ibu 1 Depok, SMP Tugu Ibu 1 Depok, dan
SMA Negeri 8 Depok dengan jurusan MIPA. Setelah lulus SMA, penulis melanjutkan
pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta dengan program studi
Pendidikan Teknik Elektro dan terdaftar dengan NIM 1501620047. Di SMA hingga saat
ini, penulis aktif mengikuti organisasi Karang Taruna sebagai Anggota dan organisasi
Panahan di Universitas Negeri Jakarta sebagai anggota. Penulis pernah mendapatkan Juara
1 kualifikasi pada Open archery competition jakarta barat dan Juara 1 eliminasi pada Open
archery competition jakarta barat di tahun 2021. Penulis memiliki hobi olahraga. Pembaca
bisa mengenal lebih dekat dengan penulis melalui e-mail dhafinrizqyzaputra@gmail.com
, akun instagram @dhafin_rz , atau dapat menghubungi penulis ke nomor 083813515848.

“Kunci untuk mewujudkan impian bukanlah dengan fokus pada kesuksesan tapi pada arti,
Bahkan langkah kecil dan kemenangan kecil sepanjang perjalananmu bisa memberikan
arti yang lebih hebat.”

- Dhafin Rizqy Zaputra-

Kurikulum Berkualitas
33
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis
bertugas sebagai penulis bertugas sebagai pencari kajian
pustaka dan pengelola kuisioner. Penulis dilahirkan di
Jakarta, 19 Maret 2000. Penulis yang biasa dipanggil
dengan nama “Andhika” ini memiliki nama lengkap
Andhika Maulana Fasha, dan merupakan anak kedua
dari dua bersaudara. Penulis tinggal bersama kedua
orang tuanya dan berdomisili di Cakung, Jakarta Timur.
Penulis telah menempuh pendidikan formal di SD
( Gambar 9: Penulis Kelima )
Negeri Cipinang Muara 04 pagi, SMP Negeri 15
Pekanbaru, dan SMK Negeri 5 Jakarta dengan jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik.
Setelah lulus SMK, penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Negeri
Jakarta dengan program studi Pendidikan Teknik Elektro dan terdaftar dengan NIM
1501620050. Di SMP, penulis aktif mengikuti organisasi OSIS SMP Negeri 25 Jakarta
sebagai wakil ketua osis dan Ketua Pramuka SMP Negeri 25 Jakarta. Penulis pernah
mendapatkan Juara 2 Lomba Volly Sejatinegara, Juara 2 Lomba Ketrampilan siswa se-
Jakarta Timur, dan Juara 3 Jambore Nasional tahun 2015. Penulis memiliki hobi berenang
dan bermain game. Pembaca bisa mengenal lebih dekat dengan penulis melalui e-mail
dhikafasha02@gmail.com , akun instagram @dhika_fasha , atau dapat menghubungi
penulis ke nomor 085888176636.

“Lelah hari ini tak sebanding dengan apa yang akan di dapat nanti. Jadi jangan mengeluh
dan teruslah berjuang.”

- Andhika Maulana Fasha -

Kurikulum Berkualitas
34
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis bertugas
sebagai penulis bertugas sebagai pencari kajian pustaka
dan pembuat poster promosi inovasi. Penulis dilahirkan di
Jakarta, 29 Januari 2002. Penulis yang biasa dipanggil
dengan nama “Naufal” ini memiliki nama lengkap Naufal
Dhia Prathama, dan merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Penulis tinggal bersama kedua orang tuanya
dan berdomisili di Bogor, Jawa Barat. Penulis telah
menempuh pendidikan formal di SD Islam AT-TAQWA,
( Gambar 10: Penulis Keenam ) SMP Negeri 1 Cibinong, dan SMA Negeri 1 cibinong
dengan jurusan MIPA. Setelah lulus SMA, penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas
Teknik Universitas Negeri Jakarta dengan program studi Pendidikan Teknik Elektro dan
terdaftar dengan NIM 1501620061. Di SMA, penulis aktif mengikuti organisasi Club
Taekwondo sebagai ketua club. Penulis juga pernah mendapatkan Juara 3 Lomba
Taekwondo tingkat pemula. Penulis memiliki hobi nonton film, bermain futsal, membaca
komik dan memasak. Pembaca bisa mengenal lebih dekat dengan penulis melalui e-mail
naufal.dhiapratama@gmail.com atau dapat menghubungi penulis ke nomor
081574124248.

“Menjadi anak yang shaleh.”

- Naufal Dhia Prathama -

Kurikulum Berkualitas
35
Lampiran 3. Proses Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

(Gambar 11: Proses pembuatan dan pembahasan hasil kuesioner melalui google form
menggunakan zoom cloud meeting)

(Gambar 12: Proses pembuatan poster promosi inovasi Kurikulum STP (Smart Technology
Productive))

(Gambar 13: Proses pembahasan d an penyusunan karya tulis ilmiah)


Kurikulum Berkualitas
36

Anda mungkin juga menyukai