Anda di halaman 1dari 33

Modul 1 : Kebijakan Mutu Konstruksi

KATA PENGANTAR

U
ngkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku penyelenggara Pelatihan
Manajemen Mutu Pekerjaan Konstruksi dapat menyelesaikan mata pelatihan ini dengan
baik. Modul ini berisi pentingnya seorang Aparatur Sipil Negara memiliki pemahaman
mengenai Kebijakan Mutu Konstruksi.
Pelatihan Manajemen Mutu Pekerjaan Konstruksi ini bertujuan untuk untuk meningkatkan
pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang
Penjaminan dan Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi, agar memiliki kompetensi dasar
dalam proses yang terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Waktu pembelajaran
selama 41 Jam Pelajaran.
Modul ini adalah salah satu upaya untuk memberikan acuan terhadap materi terikait
pengantar, komitmen mutu para pihak, isu strategis pembangunan infrastruktur dan
peraturan terkait mutu konstruksi.
Kami menyadari bahwa modul ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik pada
isi, bahasa, maupun penyajiannya. Kami sangat mengharapkan adanya tanggapan berupa
kritik dan saran guna penyempurnaan modul ini. Semoga modul ini bermanfaat khususnya
bagi peserta Pelatihan Manajemen Mutu Pekerjaan Konstruksi.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua Pihak terkait atas bantuan dan
kerjasamanya yang baik. Semoga modul ini dapat memberikan manfaat bagi kelancaran
proses belajar-mengajar, sehingga keinginan untuk mewujudkan Aparatur yang profesional
dan memiliki kompetensi yang handal dapat dicapai dengan baik.

Bandung, November 2019


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya Air dan Konstruksi

Ir. Herman Suroyo, M.T.


NIP. 196307141992031010

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 1


Modul 1 : Kebijakan Mutu Konstruksi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................ i
Daftar Isi........................................................................................................................... ii
Daftar Informasi Visual...................................................................................................iii
Petunjuk Penggunaan Modul.........................................................................................iv
Pendahuluan.................................................................................................................... v
A. Latar Belakang......................................................................................................v
B. Deskripsi Singkat...................................................................................................vi
C. Tujuan Pembelajaran............................................................................................vi
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok.....................................................................vi
Materi Pokok 1 Pengantar..............................................................................................1
A. Perkembangan SMM.............................................................................................1
B. Era SMM............................................................................................................... 2
C. Latihan................................................................................................................... 4
D. Rangkuman........................................................................................................... 5
Materi Pokok 2 Komitmen Mutu Para Pihak..................................................................6
Materi Pokok 3 Isu Strategis Pembangunan Infrastruktur...........................................8
A. Kerangka Pembangunan Infrastruktur 2020-2024.................................................8
B. Tantangan Pembangunan Infrastruktur................................................................10
C. Latihan.................................................................................................................. 13
D. Rangkuman.......................................................................................................... 14
Materi Pokok 4 Peraturan terkait Mutu Konstruksi......................................................15
A. Kronologis Pengaturan tentang Program Mutu dan RMPK
terkait Manajemen Mutu......................................................................................17
B. Kronologis Pengaturan tentang Program Mutu dan RMPK terkait Pengadaa.......18
C. Amanat Pengaturan terkait Mutu..........................................................................21
D. Latihan.................................................................................................................. 23
E. Rangkuman.......................................................................................................... 23
Penutup........................................................................................................................... 24
A. Evaluasi Kegiatan Belajar.....................................................................................24
B. Umpan Balik.........................................................................................................25
C. Tindak Lanjut........................................................................................................25
D. Kunci Jawaban Soal.............................................................................................26
Daftar Pustaka................................................................................................................27
Glosarium....................................................................................................................... 28

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 2


Modul 1 : Kebijakan Mutu Konstruksi

DAFTAR INFORMASI VISUAL

Tabel
Tabel 1.1 Perbandingan ISO 9001:2008 dan ISO 9001:2015...........................................2

Gambar
Gambar 3.1 Kerangka Pembangunan Infrastruktur 2020-2024.........................................9
Gambar 3.2 Infrastruktur Ekonomi....................................................................................9
Gambar 3.3 Tantangan Pembangunan Infrastruktur........................................................11
Gambar 3.4 Grafik Kecelakaan Kerja di Indonesia...........................................................12
Gambar 3.5 Pengendalian Mutu Konstruksi.....................................................................13
Gambar 4.1 Implementasi SPIP dan Manajemen Mutu Pekerjaan Konstruksi.................15
Gambar 4.2 Integrasi SPIP dan Manajemen Mutu dalam Pekerjaan Konstruksi..............16
Gambar 4.3 Contoh Identifikasi Risiko di Unit Kerja Satker PJN
Wilayah II Provinsi Kaltim.................................................................................................16

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 3


Modul 1 : Kebijakan Mutu Konstruksi

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

1. Petunjuk Bagi Peserta


Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal, dalam menggunakan modul
Kebijakan Mutu Konstruksi, maka langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain:
1) Bacalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada masing-
masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, peserta dapat bertanya
pada instruktur yang mengampu kegiatan belajar.
2) Kerjakan setiap tugas formatif (soal latihan) untuk mengetahui seberapa besar
pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap
kegiatan belajar.
3) Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktik, perhatikanlah hal-hal berikut
ini:
a. Perhatikan petunjuk-petunjuk yang berlaku.
b. Pahami setiap langkah kerja dengan baik.
4) Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan
belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada instruktur atau instruktur yang
mengampu kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.

2. Petunjuk Bagi Instruktur


Dalam setiap kegiatan belajar instruktur berperan untuk:
1. Membantu peserta dalam merencanakan proses belajar.
2. Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap
belajar.
3. Membantu peserta dalam memahami konsep, praktik baru, dan menjawab
pertanyaan peserta mengenai proses belajar peserta.
4. Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang
diperlukan untuk belajar.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 4


Modul 1 : Kebijakan Mutu Konstruksi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan isu sentral dalam penentuan keberhasilan
organisasi dalam mewujudkan visi dan misinya. Mengingat demikian kritikalnya peranan
SDM tersebut, adanya pengelolaan yang terencana dan terarah untuk mewujudkan SDM
profesional mutlak diperlukan, khususnya dalam menghadapi tantangan pembangunan
saat ini. Hal tersebut sejalan dengan amanah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang menyatakan bahwa salah satu prinsip ASN
sebagai profesi adalah berlandaskan pada kompetensi yang diperlukan sesuai bidang
tugas. Oleh karena itu, dibutuhkan Sumber Daya Aparatur yang kompeten dan
profesional untuk mensukseskan program pemerintah yang telah dicanangkan
khususnya di bidang infrastruktur sehingga Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia (BPSDM) Kementerian PUPR yang bertugas untuk melaksanakan
pengembangan Aparatur Sipil Negara bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
menyelenggarakan berbagai kegiatan pengembangan kompetensi yang salah satunya
merupakan program pelatihan.
Sesuai dengan UU Jasa Konstruksi Pasal 59 ayat 3, tertulis bahwa Standar
keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan paling sedikit meliputi standar
mutu bahan,standar mutu peralatan, standar keselamatan dan kesehatan kerja, standar
mutu hasil pelaksanaan jasa konstruksi. Dalam pelaksanaan suatu proyek,dibutuhkan
suatu pengendalian, agar proyek yang sedang di kerjakan dapat berjalan dengan baik,
sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat pada tahap persiapan. Dalam
pelaksanaan proyek konstruksi, sasaran pengelolaan proyek (project management)
disamping biaya dan jadwal adalah pemenuhan persyaratan mutu. Dalam hubungan ini,
suatu peralatan, material dan metode kerja diangap memenuhi persyaratan mutu apabila
dipenuhi semua persyaratan yang ditentukan dalam kriteria dan spesifikasi. Dengan
demikian, bangunan yang dibangun atau produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan
mutu, dapat diharapkan berfungsi secara memuaskan selama kurun waktu tertentu atau
dengan kata lain siap untuk dipakai (fitness for use). Perlu juga dipahami bahwa
penanganan masalah mutu dimulai sejak awal sampai proyek dinyatakan selesai. Pada
priode tersebut penyelenggaraan proyek dibagi menjadi pekerjaan spesifik, yang
kemudian diserahkan kepada masing-masing bidang/unit sesuai keahlian. Jadi semua
pihak memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga kualitas/mutu, bila
melaksanakan tugasnya dengan benar dan tepat dari segi mutu. Atau dengan kata lain
harus selalu berorientasi kepada mutu.
Penjaminan mutu adalah semua perencanaan dan langkah sistematis yang
diperlukan untuk memberikan keyaknian bahwa infrastruktur yang akan dibangun dapat
beroperasi secara memuaskan. Sedangkan pengendalian mutu merupakan bagian dari
penjaminan mutu yang memberikan petunjuk dan cara-cara untuk mengendalikan mutu
material, peralatan, dan metode kerja agar memenuhi keperluan yang telah ditentukan.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 5


Modul 1 : Kebijakan Mutu Konstruksi

Sehubungan dengan tidak berlakunya Peraturan Menteri PU Nomor 04/PRT/M/2009


tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen Pekerjaan Umum, serta telah
terbitnya Surat Edaran Menteri PUPR nomor 15/M/2019 tentang Tata Cara Penjaminan
dan Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi di Kementerian PUPR, dengan
memperhatikan PP No. 11 Tahun 2017 yang memuat hak setiap PNS untuk
diikutsertakan dalam pengembangan kompetensi, Pusdiklat Sumber Daya Air dan
Konstruksi menyelenggarakan kegiatan Review Cepat Penyusunan Kurikulum dan
Modul Pelatihan SMM Konstruksi dalam rangka meningkatkan kemampuan keterampilan
teknis Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Kementerian PUPR sehingga
dihasilkan Sumber Daya Manusia yang kompeten dan berintegritas dalam rangka
mendukung penyediaan infrastruktur bidang konstruksi yang handal.

B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai komitmen mutu
para pihak dan isu-isu strategis pembangunan infrastruktur di lingkungan Kementerian
PUPR, dengan metode yang disampaikan yaitu ceramah dan diskusi.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran kebijakan mutu konstruksi peserta mampu
mengetahui dan memahami komitmen mutu para pihak dan isu-isu strategis
pembangunan infrastruktur di lingkungan Kementerian PUPR.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta mampu:
2.1 Memahami komitmen para pihak
2.2 Memahami isu strategis pembangunan infrastruktur
2.3 Memahami peraturan terkait mutu konstruksi

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


1. Pengantar
2. Komitmen Mutu Para Pihak
3. Isu Strategis Pembangunan Infrastruktur
4. Peraturan terkait Mutu Konstruksi

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 6


MATERI POKOK 1
PENGANTAR

Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta mampu memahami perkembangan


SMM dan Era SMM.

A. Perkembangan SMM
Semula mutu tidak diperhatikan, tetapi kini dengan terjadi persaingan yang semakin
ketat dan seiring dengan berkembangnya SMM maka pengelolaan mutu di segala
bidang menjadi sorotan utama.
Perkembangan SMM secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Era tanpa mutu
Era ini dimana persaingan belum terjadi, karena produsen atau pemberi pelayanan
atau penyedia jasa belum banyak tumbuh.
2. Era Inspeksi
Era dimulai dari Negara Barat sekitar tahun 1800-an dengan semakin banyak
perusahaan – perusahaan yang tumbuh dan berkembang, sehingga mulai terjadi
adanya persaingan antar produsen. Dengan demikian setiap perusahaan mulai
melakukan pengawasan terhadap produknya. Pada era ini mulai dilakukan
pemilahan mutu produk yang dilakukan melalui kegiatan inspeksi.
3. Era pengendalian mutu
Era pengendalian mutu (1930-an), manajemen mulai memperhatikan pentingnya
pendeteksian atribut mutu yaitu dengan cara pengendalian mutu yang dilengkapi
dengan alat dan metode statistik untuk mendeteksi kecenderungan penyimpangan
yang terjadi dalam proses produksi.
4. Era jaminan mutu
Era jaminan mutu ini dimulai pada sekitar tahun 1960-an yang menekankan pada
koordinasi, pemecahan masalah secara proaktif. Jaminan mutu merupakan seluruh
perencanaan dan kegiatan sistematik yang diperlukan untuk memberikan suatu
keyakinan yang memadai bahwa suatu produk dapat memenuhi persyaratan mutu.
5. Era manajemen mutu terpadu
Era manajemen mutu terpadu, yang dikenal dengan Total Quality Management
(TQM) dimulai pada tahun 1980 – an, era ini menekankan pada manajemen
strategik, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu secara berkesinambungan
berfokus pada kepuasan pelanggan. TQM upaya strategik yang dilakukan oleh
setiap orang dalam organisasi dengan leadership yang kuat dari pimpinan untuk

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 1


mencapai keunggulan kompetitif serta mengutamakan kebutuhan pasar dan
pelanggannya.

B. Era SMM
Pada tahun 1987, lahirlah suatu standar tentang sistem manajemen mutu yang disebut
dengan ISO 9001, yaitu merupakan standar internasional yang mengatur tentang Sistem
Manajemen Mutu yaitu suatu sistem manajemen untuk mengarahkan dan
mengendalikan organisasi dalam hal mutu.
ISO 9001 dalam perkembangannya mengalami empat kali revisi yaitu sejak pertama
diterbitkan pada tahun 1987, kemudian direvisi tahun 1994, tahun 2000, tahun 2008, dan
yang terakhir pada tahun 2015 yang selanjutnya dikenal dengan sebutan nama Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001 : 2015.
ISO 9001 : 2015 ini adalah versi keempat Standar ISO 9001 dan menjadi standar global
yang menjamin kepuasan terhadap persyaratan persyaratan mengenai kualitas dan
peningkatan kepuasan pelanggan dalam hubungan antara pemasok-pelanggan.
Di antara berbagai perubahan yang dibawa oleh standar baru ini, perubahan pada
prinsip manajemen mutu merupakan salah satu perubahan yang perlu untuk dipahami.
ISO 9001:2015 mengubah delapan prinsip manajemen mutu pada ISO 9001:2008
menjadi tujuh prinsip. Ketujuh prinsip ini dikenal dengan jembatan keledai “CLEPIER”
(customer, leadership, engagement, process, improvement, evidence, relationship).
Tabel 1.1 Perbandingan ISO 9001:2008 dan ISO 9001:2015
No ISO 9001 : 2008 ISO 9001 : 2015
1 Customer Focus Customer Focus
2 Leadership Leadership
3 Involvement of people Engagement of people
4 Process Approach Process Approach
5 System Approach to Management Improvement
6 Continual Improvement Evidance Based Decision Making
7 Factual Approach Decision Making Relationship Management
8 Mutual Benefical Suppliers

Prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015


1. Customer Focus
Fokus Customer adalah prioritas utama dari Sistem Manajemen Mutu. Bentuk
aplikasinya adalah dengan memberikan semua kebutuhan yang melebihi harapan
Customer untuk ketercapaian kepuasan pelanggan. Sehingga keberlangsungan
hidup perusahaan akan terjamin dalam jangka waktu yang panjang.

2. Leadership

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 2


Setiap pimpinan yang ada di perusahaan memiliki peran sebagai pelatih yang
memiliki target sesuai sasaran perusahaan melalui pemberdayaan karyawan,
pembuat keputusan berdasarkan data dan fakta (decision maker) serta membuat
standar sistem manajemen perusahaan yang diwariskan untuk genarasi berikutnya.
3. Engagement of People
Menciptakan dan memberikan nilai lebih kepada Customer akan lebih mudah bila
didukung oleh personal yang kompeten, mampu diberdayakan dan terlibat di semua
tingkatan di seluruh Perusahaan. Bentuk aplikasinya adalah dengan
mempromosikan pendekatan proses dan pentingnya kontribusi setiap tingkatan di
Perusahaan.
4. Process Approach
Sistem manajemen mutu yang telah ditetapkan di perusahaan bukan dibuat
berdasarkan pendekatan departemen, akan tetapi berdasarkan proses murni yang
ada di perusahaan dengan melibatkan seluruh pihak yang terkait.
5. Improvement
Perusahaan yang sukses dan mampu bertahan dalam persaingan adalah
Perusahaan yang fokus dalam improvement (peningkatan). Bentuk aplikasinya
adalah dengan selalu melakukan perubahan melalui peningakatan berkelanjutan
baik internal dan eksternal yang disesuaikan dengan iklim perubahan terkini.
Sehingga perusahaan akan selalu siap menghadapi persaingan dengan para
kompetitor.
6. Evidence Based Decision Making
Membuat keputusan berdasarkan data dan fakta. Bentuk aplikasinya adalah setiap
menetapkan kesimpulan dari sebuah permasalahan ditetapkan berdasarkan analisis
fakta dan data yang diperoleh selama melakukan analisa. Sehingga keputusan yang
diambil akan menghasilkan keputusan yang produktif dan tepat sasaran.
7. Relationship Management
Untuk mempertahankan kesuksesan Perusahaan harus mengelola hubungannya
dengan pihak-pihak yang berkepentingan (interested parties) diantaranya adalah
para pemasoknya, mitra kerja, karyawan, pemerintah, masyarakat, dll.
Penerapan SMM merupakan kebutuhan mutlak bagi penyelengaraan kegiatan di
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat agar dapat
menjamin ketersediaan infrastruktur yang handal bagi masyarakat dengan prinsip efisien
dan efektif, melakukan peningkatan mutu kegiatan secara berkelanjutan, serta
tercapainya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pembangunan infrastruktur di
Indonesia.
Kemudian sebagai ASN Pengelola Infrastruktur, insan PUPR diharapkan mampu
bersaing di era global menjadi birokrasi klas dunia sebagaimana diamanahkan dalam
capaian Reformasi Birokrasi Tahun 2025. Untuk itu pemerintah melalui Kementerian
PUPR menetapkan kebijakan peraturan terkait dengan persyaratan penerapan SMM.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 3


Kegunaan penerapan SMM yaitu:
1. Untuk meningkatkan kinerja organisasi Kementerian PUPR dimana SMM
memberikan keyakinan bahwa organisasi Kementerian PUPR mampu menghasilkan
produk yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan secara konsisten.
2. Dengan adanya SMM maka kemampuan kinerja organisasi Kementerian PUPR
minimal akan memiliki :
a. Kemampuan untuk mengelola proses-proses yang ada sesuai persyaratan pada
SE Menteri PUPR No 15 tahun 2019
b. Komitmen yang kuat untuk memberikan layanan sesuai peraturan dan
perundangan.
c. Kebijakan yang sesuai, untuk memperagakan layanan yang bermutu sesuai
sasaran yang telah ditetapkan, untuk memberikan bukti bahwa kinerja yang
ditetapkan akan dapat dicapai, SDM yang kompeten dan memadai untuk
mencapai kinerja yang telah ditetapkan dan terbangunnya kemampuan untuk
melakukan perbaikan yang berkelanjutan.
3. Untuk Meningkatkan Kinerja Penyedia Jasa, dimana SMM akan memberikan
kerangka manajemen yang yang sistematis, menyeluruh, terdokumentasi dan
terkendali, sehingga proses pelaksanaan pekerjaan akan efektif dan efisien serta
mampu ditelusuri. Dengan adanya SMM Badan Usaha Jasa Konstruksi, apabila
SMM telah diterapkan secara baik dan benar, akan mendapat manfaat yang sangat
besar, yaitu :
a. Mempunyai perencanaan proyek yang bermutu baik.
b. Mempunyai pengendalian proyek yang bermutu baik.
c. Mempunyai jaminan mutu atas proyek yang dikerjakan.
d. Dapat meningkatkan mutu kinerja proyek yang ditingkatkan.
e. Mempunyai standar kerja yang jelas bagi personil maupun manajemen.
f. Dapat meningkatkan kepercayaan pengguna jasa atas mutu pelayanannya.
g. Dapat memperluas lingkup pasar yang dikerjakannnya.
h. Untuk meningkatkan kepuasan masyarakat
Dengan penerapan SMM akan memberi kepuasan, karena mutu konstruksi yang
dibangun akan memenuhi keinginan dan manfaat sesuai yang diharapkan.

B. Latihan

1. Jelaskan bagaimana perkembangan SMM di Indonesia terutama di lingkungan


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat!
2. Sebutkan prinsip-prinsip sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2015! (minimal 3)

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 4


C. Rangkuman

Perkembangan SMM

1. Era tanpa mutu


2. Era inspeksi
3. Era pengendalian mutu
4. Era jaminan mutu
5. Era manajemen mutu terpadu

Pada tahun 1987, lahirlah suatu standar tentang sistem manajemen mutu

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 5


MATERI POKOK 2
KOMITMEN MUTU PARA PIHAK

Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta mampu memahami komitmen


mutu para pihak.

Komitmen diartikan sebagai perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu (Kamus


Besar Bahasa Indonesia, 2016). William dan Lazar (dalam Deni, 2006) mengatakan bahwa
komitmen mempunyai dua arti, pertama komitmen sebagai indikator, kedua komitmen
merupakan suatu faktor yang berkaitan dengan rasa percaya seseorang kepada nilai-nilain
tujuan organisasi, keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi. Lebih lanjut Streers
dan Porter (1983), mengemukakan bahwa komitmen merupakan suatu keadaan individu
dimana individu menjadi sangat terikat oleh tindakannya. Melalui tindakan ini akan
menimbulkan keyakinan yang menunjang aktivitas dan dan keterlibatannya. Mowday et.al,
dalam Cooper dan Robertson, 1986) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan
yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasi keterlibatan kedalam organisasi.
Komitmen organisasi ditandai denagn tiga hal, yaitu penerimaan terhadap nilai dan tujuan
organisasi, kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama
organisasi dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi.
Robbins (2001) memandang komitmen sebagai salah satu sikap kerja karena
merupakan refleksi dari perasaan seseorang (suka atau tidak suka) terhadap organisasi
ditempat individu tersebut bekerja. Lebih lanjut ia mendefinisikan komitmen organisasi
sebagai suatu orienttasi individu terhadap organisasi yang mencakup loyalitas, identifikasi
dan keterlibatan. Jadi komitmen organisasi mendefinisikan unsur orientasi hubungan antara
individu dengan organisasinya. Orientasi hubungan tersebut mengakibatkan individu
bersedia memberikan sesuatu dan sesuatu yang diberikan itu demi merefleksikan hubungan
bagi tercapainya tujuan organisasi.
O'Reilly and Chatman (1986) menyatakan tentang komitmen manajemen sebagai
berikut:
“Commitment more broadly as a psychological state of attachment that defines the
relationship between a person and an entity”. Sedangkan menurut Brown (1996)
menyatakan bahwa :“This relationship can be viewed in terms of depth (strength), focus
and terms, which are common in all types and forms of commitments”.
Menurut Kerstin V. Siakas1 and Elli Georgiadou (2002): "Management commitment and
leadership are the driving factors for motivating employees to strive for continuous process
improvement".

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 6


Menurut Kimball et al, (2008) adalah : “The most important criteria for assessment. This
is because having strong management backing will help overcome shortcomings elsewhere
in the project”.
Dari pengertian - pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa komitmen
manajemen adalah prasyarat penting bagi keberhasilan manajemen untuk Peningkatan
Mutu. Selain itu merupakan faktor pendorong untuk memotivasi karyawan agar berupaya
meningkatkan kualitas proses yang berkesinambungan. Dengan tujuan membantu
mengatasi kekurangan - kekurangan dalam pelaksanaan suatu tugas atau proyek tertentu.
Selian itu komitmen manajemen juga harus terlibat langsung dan mempertahankan kinerja
yang lain untuk membantu mencapai tujuan.
Dengan demikian, Komitmen Manajemen adalah hal yang paling mendasar dari sistem
manajemen mutu yang akan dan sedang dibangun atau diimplementasikan. Dasar
penerapan sistem manajemen mutu, selalu berawal dari komitmen manajemen, bukan cuma
di awal, tapi juga saat membangun sistem dan saat menjalankan sistem. Sehingga
komitmen manajemen menjadi hal yang sangat penting dalam keberhasilan penerapan
SMM.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 7


MATERI POKOK 3
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta mampu memahami isu strategis


pembangunan infrastruktur.

A. Kerangka Pembangunan Infrastruktur 2020 – 2024


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 merupakan
tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-
2025 sehingga menjadi sangat penting. RPJMN 2020-2024 akan mempengaruhi
pencapaian target pembangunan dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita
Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara
berpenghasilan menengah atas (upper-middle income country/MIC) yang memiliki
kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik, serta kesejahteraan
rakyat yang lebih baik.
Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024
adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui
percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya
struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai
wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020-2024 yang merupakan amanat
RPJPN 2005- 2025 untuk mencapai tujuan utama dari rencana pembangunan nasional
periode terakhir. Keempat pilar tersebut diterjemahkan ke dalam 7 agenda
pembangunan yang didalamnya terdapat Program Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan
Proyek Prioritas. Tujuan RPJMN IV tahun 2020 – 2024 telah sejalan dengan Sustainable
Development Goals (SDGs). Target-target dari 17 tujuan (goals) dalam Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) beserta indikatornya telah ditampung dalam 7
agenda pembangunan.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 8


Gambar 3.1 Kerangka Pembangunan Infrastruktur 2020-2024

Gambar 3.2 Infrastruktur Ekonomi

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 9


B. Tantangan Pembangunan Infrastruktur

1. Ketidakpastian Global
Ke depan, risiko ketidakpastian masih akan mewarnai perkembangan perekonomian
dunia. Pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia diperkirakan akan cenderung
stagnan dengan tren melambat, masing-masing diproyeksikan sebesar 3,6 dan 3,8
persen per tahun, sepanjang tahun 2020-2024. Harga komoditas internasional
ekspor utama Indonesia diperkirakan juga akan cenderung menurun, di antaranya
batu bara dan minyak kelapa sawit, seiring dengan beralihnya permintaan dunia ke
produk yang lain. Adapun risiko ketidakpastian lainnya yang perlu diantisipasi antara
lain perang dagang, perlambatan ekonomi China, dan tekanan normalisasi kebijakan
moneter yang beralih dari AS ke kawasan Eropa.
2. Pertumbuhan Ekonomi yang Stagnan
Selepas krisis ekonomi 1998, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya pada
kisaran 5,3 persen per tahun. Bahkan dalam empat tahun terakhir pertumbuhan
ekonomi Indonesia cenderung stagnan pada kisaran 5,0 persen. Dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi tersebut, sulit bagi Indonesia untuk dapat naik kelas menjadi
negara berpendapatan tinggi atau mengejar ketertinggalan pendapatan per kapita
negara peers. Stagnannya pertumbuhan ekonomi disebabkan utamanya oleh tingkat
produktivitas yang rendah seiring tidak berjalannya transformasi struktural. Adapun
faktor-faktor yang menjadi penghambat adalah: (1) regulasi yang tumpang tindih dan
birokrasi yang menghambat; (2) sistem dan besarnya penerimaan pajak belum
cukup memadai; (3) kualitas infrastruktur yang masih rendah terutama konektivitas
dan energi; (4) rendahnya kualitas SDM dan produktivitas tenaga kerja; (5)
intermediasi sektor keuangan rendah dan pasar keuangan yang dangkal; (6) sistem
inovasi yang tidak efektif; (7) keterkaitan hulu-hilir yang lemah.
3. Defisit Transaksi Berjalan yang Meningkat
Tidak berkembangnya industri pengolahan berdampak pada kinerja perdagangan
internasional Indonesia. Hingga saat ini, ekspor Indonesia masih didominasi oleh
ekspor komoditas dengan jasa transportasi asing, tidak berbeda dengan periode 40
tahun yang lalu. Rasio ekspor terhadap PDB terus menurun dari 41,0 persen pada
tahun 2000 menjadi 21 persen pada tahun 2018. Akibatnya, Indonesia masih
mengalami defisit transaksi berjalan hingga mencapai 3 persen PDB, sementara
beberapa negara peers sudah mencatatkan surplus. Di tengah kondisi keuangan
global yang ketat, peningkatan defisit transaksi berjalan menjadi penghambat bagi
akselerasi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
4. Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital
Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Revolusi tersebut
memberikan tantangan dan peluang bagi perkembangan perekonomian ke depan. Di
satu sisi, digitalisasi, otomatisasi, dan penggunaan kecerdasan buatan dalam
aktivitas ekonomi akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam produksi
modern, serta memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen. Digital
teknologi juga membantu proses pembangunan di berbagai bidang di antaranya
pendidikan melalui distance learning, pemerintahan melalui e-government, inklusi

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 10


keuangan melalui fin-tech, dan pengembangan UMKM seiring berkembangnya e-
commerce. Namun di sisi lain, perkembangan revolusi industri 4.0 berpotensi
menyebabkan hilangnya pekerjaan di dunia. Studi dari Mckinsey memperkirakan 60
persen jabatan pekerjaan di dunia akan tergantikan oleh otomatisasi. Di Indonesia
diperkirakan 51,8 persen potensi pekerjaan yang akan hilang. Di samping itu,
tumbuhnya berbagai aktivitas bisnis dan jual beli berbasis online belum dibarengi
dengan upaya pengoptimalan penerimaan negara serta pengawasan kepatuhan
pajak atas transaksitransaksi tersebut. Hal ini penting mengingat transaksi digital
bersifat lintas negara.

Gambar 3.3 Tantangan Pembangunan Infrastruktur

Kecelakaan Konstruksi
Kecelakan konstruksi pada umumnya disebabkan karena pemilihan metode kerja, material,
peralatan kerja, serta kompetensi pekerja yang kurang berorientasi pada proses dan hasil
produk yang berkualitas dan aman.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 11


Gambar 3.4 Grafik Kecelakaan Kerja di Indonesia

Biaya Keselamatan Konstruksi


 Permen PUPR 28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan
Bidang Pekerjaan Umum (Biaya K3 dialokasikan dalam biaya umum)
 Permen PUPR 07/PRT/M/2019 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi Melalui Penyedia, SE Menteri PUPR 11/SE/M/2019 tentang Petunjuk
Teknis Biaya Penyelenggaraan SMKK (Biaya K3 dimasukan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga dengan besaran biaya berkisar antara 1.0% sampai 2.5% dari nilai
pekerjaan atau sesuai dengan kebutuhan)
 Permen 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum (Biaya K3
dialokasikan dalam biaya umum (sedang direvisi))
Direktur Eksekutif Center for Sustainable Infrastructure Development (CSID) Mohammed
Ali Berawi mengatakan terjadinya kecelakaan kerja pada umumnya disebabkan oleh mutu
pekerjaan dan produk konstruksi yang rendah.
“Beberapa faktor penyebab rendahnya kualitas dan kecelakaan kerja disebabkan oleh
desain perencanaan yang tidak memenuhi kriteria dan spesifikasi yang diharapkan
dapat dihasilkan dari produk konstruksi (under design), pada tahap pelaksanaan
disebabkan karena pemilihan metode kerja, material, peralatan kerja, serta kompetensi
pekerja yang kurang berorientasi pada proses dan hasil produk yang berkualitas dan
aman. Sedangkan pada tahap penggunaan produk konstruksi dapat disebabkan karena
pemakaian produk diluar beban perencanaan dan lemahnya pemeliharaan yang
dilakukan,” kata Ali.
“Fungsi pengawasan dan kontrol harus dilakukan dengan disiplin dan konsisten untuk
memastikan kualitas pekerjaan dan hasil produk sesuai dengan standar prosedur dan
spesifikasi yang disyaratkan,” sebut Ali.
Dari hasil penyelidikan, kegagalan konstruksi banyak disebabkan karena tidak
diterapkannya standar kualitas pelaksanaan konstruksi dan tidak sesuainya mutu hasil

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 12


pekerjaan yang mana secara umum tidak mengikuti arahan mutu sebagaimana diatur dalam
dokumen spesifikasi teknis masing-masing pekerjaan.
Pengendalian Mutu Konstruksi

Gambar 3.5 Pengendalian Mutu Konstruksi


Sumber: Komite K2 (Data diambil dalam kurun waktu 2017-2019 (update Juli 2019))

C. Latihan

1. Jelaskan bagaiman isu strategis pembangunan infrastruktur di Indonesia 2020-


2024!
2. Apa penyebab kecelakaan konstruksi secara umum yang terjadi di Indonesia?

D. Rangkuman

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024


merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025 sehingga menjadi sangat penting. RPJMN 2020-
2024 akan mempengaruhi pencapaian target pembangunan dalam RPJPN,
dimana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan
setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas (upper-middle
income country/MIC) yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya
manusia, layanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
Kecelakan konstruksi pada umumnya disebabkan karena pemilihan metode kerja,
material, peralatan kerja, serta kompetensi pekerja yang kurang berorientasi pada
proses dan hasil produk yang berkualitas dan aman.
Biaya Keselamatan Konstruksi
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 13
 Permen PUPR 28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan
Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum (Biaya K3 dialokasikan dalam biaya
umum)
MATERI POKOK 4
PERATURAN TERKAIT MUTU KONSTRUKSI

Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta mampu memahami peraturan terkait mutu
konstruksi.

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) sebagai pedoman penyelenggaraan


kegiatan Instansi pemerintah agar tercapai tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif
dan efisien.
Manajemen Mutu Kementerian PUPR sebagai pedoman penjaminan dan pengendalian
mutu proses dan hasil pekerjaan konstruksi.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 14


Gambar 4.1 Implementasi SPIP dan Manajemen Mutu Pekerjaan Konstruksi

Gambar 4.2 Integrasi SPIP dan Manajemen Mutu dalam Pekerjaan Konstruksi

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 15


Gambar 4.3 Contoh Identifikasi Risiko di Unit Kerja Satker PJN Wilayah II Provinsi
Kaltim

A. Kronologis Pengaturan tentang Program Mutu dan RMPK terkait Manajemen Mutu
1. Kepmen Kimpraswil 362/2004 tentang SMM Konstruksi Departemen Permukiman
dan Prasarana Wilayah
1) Rencana Mutu Kontrak (RMK) adalah dokumen sistem manajemen mutu
konstruksi yang disusun oleh Penyedia Barang/Jasa untuk setiap kontrak
pekerjaan.
2) RMK digunakan untuk menjamin bahwa spesifikasi teknis yang melekat pada
kontrak dipenuhi sebagaimana mestinya.
3) RMK minimal mencakup:
a. Informasi Kegiatan;
b. Sasaran Mutu;
c. Struktur Organisasi Tugas, Tanggung jawab dan Wewenang;
d. Bagan Alir Pelaksanaan;
e. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan;
f. Jadwal Peralatan;
g. Jadwal Material;

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 16


h. Jadwal Personil;
i. Jadwal Arus Kas;
j. Rencana terhadap Metode Verifikasi, Validasi, Monitoring, Evaluasi, Inspeksi
dan Pengujian;
k. Daftar Kriteria Penerimaan;
l. Daftar Induk Dokumen; dan
m. Daftar Induk rekaman/Bukti Kerja.
2. Permen 4/2009 tentang SMM Departemen Pekerjaan Umum
1) Penyedia barang/jasa bertanggung jawabuntuk menyusun RMK
2) Penyedia barang/jasa wajib mempresentasikan RMK untuk mendapatkan
persetujuan
3) Penyedia barang/jasa harus menjamin RMK yang telah disetujui dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan
4) RMK minimal mencakup:
a. Informasi Kegiatan;
b. Sasaran Mutu;
c. Struktur Organisasi Tugas, tanggung jawab dan wewenang;
d. Bagan Alir Pelaksanaan;
e. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan;
f. Jadwal Peralatan;
g. Jadwal Material;
h. Jadwal Personil;
i. Jadwal Arus Kas;
j. Rencana terhadap Metode Verifikasi, Validasi, Monitoring, Evaluasi, Inspeksi
dan Pengujian;
k. Daftar Kriteria Penerimaan;
l. Daftar Induk Dokumen; dan
m. Daftar Induk rekaman/Bukti Kerja.
3. SE Menteri PUPR 15/2019 tentang Tata Cara Penjaminan Mutu dan Pengendalian
Mutu Pekerjaan Konstruksi
1) Penyedia berkewajiban untuk mempresentasikan dan menyerahkan
RMPK/Program Mutu sebagai penjaminan dan pengendalian mutu pelaksanaan
pekerjaan pada rapat persiapan pelaksanaan Kontrak, kemudian dibahas dan
disetujui oleh PPK
2) RMPK disusun oleh Penyedia Pekerjaan Konstruksi
3) Program Mutu disusun oleh Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 17


4) RMPK/Program Mutu adalah dokumen yang dinamis, dalam arti dapat dikaji
ulang/ direvisi disesuaikan dengan perubahan lingkup pekerjaan dan metode
pelaksanaan dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah penyusunan dan
perubahan tersebut harus disepakati kedua belah pihak.
4. Surat Edaran ITJEN terkait pengendalian mutu audit dengan lingkup pengaturan
yang sama dengan SE Menteri PUPR 15/2019

B. Kronologis Pengaturan Tentang Program Mutu dan RMPK terkait Pengadaan


1. Kepres 80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah
Pada bagian D. Pelaksanaan Kontrak, poin. 1 Ketentuan Umum butir b.
1) Program mutu pengadaan barang/jasa harus disusun oleh penyedia barang/jasa
dan disepakati pengguna barang/jasa pada saat rapat persiapan pelaksanaan
kontrak dan dapat direvisi sesuai dengan kondisi lapangan;
2) Program mutu pengadaan barang/jasa paling tidak berisi :
a. informasi pengadaan barang/jasa;
b. organisasi proyek, pengguna barang/jasa dan penyedia barang/ jasa;
c. jadual pelaksanaan;
d. prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. prosedur instruksi kerja; dan
f. pelaksana kerja.

2. Permen PU No 43/2007 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi


Pada bagian BAB IV. Syarat-syarat Umum Kontrak, poin 17.
1) Program Mutu harus disusun oleh Penyedia Jasa dan disepakati oleh PPK dan
dapat direvisi sesuai kebutuhan
2) Program mutu minimal berisi :
a. informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
b. organisasi kerja Penyedia;
c. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. prosedur instruksi kerja; dan
f. pelaksana kerja.
3. Permen 07/2011 dan Permen 31/2015
Program Mutu disusun paling sedikit berisi:
1) informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 18


2) organisasi kerja penyedia;
3) jadwal pelaksanaan pekerjaan;
4) prosedur pelaksanaan pekerjaan;
5) prosedur instruksi kerja; dan
6) pelaksana kerja.
4. Permen 07/2019 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi melalui
Penyedia
RMPK dan Program Mutu dipresentasikan dan diserahkan sebagai penjaminan dan
pengendalian mutu pelaksanaan pekerjaan pada rapat persiapan pelaksanaan
Kontrak, kemudian dibahas dan disetujui oleh PPK.
RMPK disusun paling sedikit berisi:
1) Rencana Pelaksanaan Pekerjaan (Method Statement);
2) Rencana Pemeriksaan dan Pengujian/ Inspection and Test Plan (ITP);
3) Pengendalian Sub penyedia dan Pemasok.
Program Mutu disusun paling sedikit berisi:
1) Informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
2) Organisasi kerja Penyedia;
3) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
4) Jadwal penugasan Personel Inti dan Personel Pendukung;
5) Prosedur pelaksanaan pekerjaan;
6) Prosedur instruksi kerja; dan
7) Pelaksanaan kerja
5. Permen 07/2011 dan Permen 31/2015
Program mutu disusun paling sedikit berisi:
1) informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
2) organisasi kerja penyedia;
3) jadwal pelaksanaan pekerjaan;
4) prosedur pelaksanaan pekerjaan;
5) prosedur instruksi kerja; dan
6) pelaksana kerja.
6. Permen 07/2019 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi melalui
Penyedia
RMPK dan Program Mutu dipresentasikan dan diserahkan sebagai penjaminan dan
pengendalian mutu pelaksanaan pekerjaan pada rapat persiapan pelaksanaan
Kontrak, kemudian dibahas dan disetujui oleh PPK.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 19


RMPK disusun paling sedikit berisi:
1) Rencana Pelaksanaan Pekerjaan (Method Statement);
2) Rencana Pemeriksaan dan Pengujian/ Inspection and Test Plan (ITP); dan
3) Pengendalian Subpenyedia dan Pemasok.
Program Mutu disusun paling sedikit berisi:
1) Informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
2) Organisasi kerja Penyedia;
3) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
4) Jadwal penugasan Personel Inti dan Personel Pendukung;
5) Prosedur pelaksanaan pekerjaan;
6) Prosedur instruksi kerja; dan
7) Pelaksanaan kerja.
7. Perka LKPP 14/2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
 Penyusunan Program Mutu menjadi salah satu kegiatan dalam Pelaksanaan
Kontrak
 Program mutu disusun oleh Penyedia paling sedikit berisi:
a. informasi pengadaan barang;
b. organisasi kerja Penyedia;
c. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. prosedur instruksi kerja; dan
f. pelaksana kerja.
8. Perka LKPP 9/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui
Penyedia
 Penyusunan Program Mutu menjadi salah satu kegiatan dalam Pelaksanaan
Kontrak
 Program mutu disusun oleh Penyedia sebelum rapat persiapan pelaksanaan
Kontrak, yang paling sedikit berisi:
a. informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
b. organisasi kerja Penyedia;
c. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. prosedur instruksi kerja; dan/atau
f. pelaksana kerja.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 20


 Program mutu disesuaikan dengan jenis barang/ jasa, karakteristik dan
kompleksitas pekerjaan.

C. Amanat Pengaturan terkait Mutu


1. UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi, pasal 3 huruf a:
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi bertujuan untuk:
“memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk
mewujudkan struktur usaha yang kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa
Konstruksi yang berkualitas”
2. UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi, pasal 59 ayat 1:
Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
wajib memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan.
3. UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi, pasal 59 ayat 3:
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan paling sedikit
meliputi:
a. standar mutu bahan;
b. standar mutu peralatan;
c. standar keselamatan dan kesehatan kerja;
d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
f. standar operasi dan pemeliharaan;
g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Permen 7/2019 tentang Standar Dokumen Pengadaan melalui Penyedia
BAB IX. RANCANGAN KONTRAK
II. SSUK, Pasal 21.
1) Penyedia berkewajiban untuk mempresentasikan dan menyerahkan Rencana
Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) dan Program Mutu sebagai penjaminan dan
pengendalian mutu pelaksanaan pekerjaan pada rapat persiapan pelaksanaan
Kontrak, kemudian dibahas dan disetujui oleh PPK.
2) Penyedia wajib menerapkan dan mengendalikan pelaksanaan RMPK secara
konsisten untuk mencapai mutu yang dipersyaratkan pada pelaksanaan pe
kerjaan ini.
3) RMPK dan Program Mutu dapat direvisi sesuai dengan kondisi pekerjaan.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 21


4) Penyedia berkewajiban untuk memutakhirkan RMPK jika terjadi Adendum
Kontrak dan/atau Peristiwa Kompensasi.
5) Pemutakhiran RMPK dan Program Mutu harus menunjukan perkembangan
kemajuan setiap pekerjaan dan dampaknya terhadap penjadwalan sisa
pekerjaan, termasuk perubahan terhadap urutan pekerjaan. Pemutakhiran RMPK
dan Program Mutu harus mendapatkan persetujuan PPK.
6) Persetujuan PPK terhadap RMPK dan Program Mutu tidak mengubah kewajiban
kontraktual Penyedia.
5. SE Menteri PUPR 15/2019 tentang Tata Cara Penjaminan Mutu dan Pengendalian
Mutu Pekerjaan Konstruksi
E.1. Seluruh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa di Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat harus menerapkan penjaminan mutu dan pengendalian
mutu pekerjaan konstruksi sesuai dengan ketentuan dan lingkup Surat Edaran
Menteri ini.
E.2. Pelaksanaan penjaminan mutu dan pengendalian mutu pekerjaan konstruksi
harus menjadi tanggung jawab para pihak yang terlibat dalam pekerjaan
konstruksi.
F.1. Para pihak yang terlibat dalam pekerjaan konstruksi harus menerapkan
penjaminan mutu dan pengendalian mutu pekerjaan konstruksi dalam setiap
tahapan pekerjaan konstruksi.
F.2. Dalam rangka penjaminan mutu dan pengendalian mutu pekerjaan konstruksi,
Penyedia Jasa harus menyusun RMPK atau Program Mutu Konsultansi
Konstruksi.

D. Latihan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Rencana Mutu Kontrak (RMK) beserta
tujuan dibuatnya!
2. Sebutkan isi standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan
menurut UU No 2 tahun 2017 tentang jasa konstruksi pasal 59 ayat 3!

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 22


E. Rangkuman

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) sebagai pedoman


penyelenggaraan kegiatan Instansi pemerintah agar tercapai tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisien.
Manajemen Mutu Kementerian PUPR sebagai pedoman penjaminan dan
pengendalian mutu proses dan hasil pekerjaan konstruksi.
SE Menteri PUPR 15/2019 tentang Tata Cara Penjaminan Mutu dan Pengendalian
Mutu Pekerjaan Konstruksi

1) Penyedia berkewajiban untuk mempresentasikan dan menyerahkan


RMPK/Program Mutu sebagai penjaminan dan pengendalian mutu
pelaksanaan pekerjaan pada rapat persiapan pelaksanaan Kontrak,
kemudian dibahas dan disetujui oleh PPK
2) RMPK disusun oleh Penyedia Pekerjaan Konstruksi
3) Program Mutu disusun oleh Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi
4) RMPK/Program Mutu adalah dokumen yang dinamis, dalam arti dapat dikaji
ulang/ direvisi disesuaikan dengan perubahan lingkup pekerjaan dan
metode pelaksanaan dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah
penyusunan dan perubahan tersebut harus disepakati kedua belah pihak.

PENUTUP

A. Evaluasi Kegiatan Belajar

1. ISO 9001: 2015 ini menjadi standar global yang menjamin kepuasan terhadap
persyaratan persyaratan mengenai kualitas dan peningkatan kepuasan pelanggan
dalam hubungan antara pemasok-pelanggan merupakan…
a. Versi kelimat Standar ISO 9001
PUSDIKLAT 23
b. Versi SDA DANStandar
keempat KONSTRUKSI
ISO 9001
c. Versi ketiga Standar ISO 9001
d. Versi kedua Standar ISO 9001
2. Untuk meningkatkan kinerja organisasi Kementerian PUPR dimana SMM
B. Umpan Balik

Cocokan jawaban anda dengan Kunci Jawaban, untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Modul.
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi pada Modul ini.
Jumlah Jawaban yang
Tingkat
Benar X 100%
penguasaan =
Jumlah Soal
C.
D. Untuk latihan soal, setiap soal memiliki bobot nilai yang sama, yaitu 20/soal.
E. Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
F. 90 – 100 %      = Baik Sekali
G. 80 – 89 %        = Baik
H. 70 – 79 %        = Cukup
I. < 70 %             = Kurang
J.
K. Bila anda dapat menjawab salah dua dari pertanyaan diatas, Anda dapat
meneruskan ke materi selanjutnya. Tetapi apabila belum bisa menjawab soal
diatas, Anda harus mengulangi materi modul, terutama bagian yang belum anda

C. Tindak Lanjut

Tujuan dari Pelatihan Manajemen Mutu Pekerjaan Konstruksi adalah peserta mampu
memahamai, menguasa, dan menerapkan penjaminan dan pengendalian mutu pekerjaan
konstruksi.
Pentingnya kompetensi ini dimiliki agar para ASN memiliki kualitas dan komitmen yang
tinggi dalam bekerja sesuai dengan bidang dan unit organisasiya. Uraian dari materi pokok 1
sampai dengan materi pokok 3, baru menjelaskan mengenai kebijakan mutu konstruksi.
Masih banyak hal-hal yang tidak disampaikan dalam modul ini, ada pula yang menjadi mata
pelatihan pada program pelatihan jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu untuk lebih
memahami mengenai Kebijakan Mutu Konstruksi, peserta dianjurkan untuk mempelajari,
antara lain:
1. Bahan bacaan yang telah digunakan untuk menulis modul ini, sebagaimana tersebut
dalam daftar pustaka.
2. Modul mata pelajaran lain yang terkait.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 24


D. Kunci Jawaban

Materi Pokok 1
1. Semula mutu tidak diperhatikan, tetapi kini dengan terjadi persaingan yang
semakin ketat dan seiring dengan berkembangnya SMM maka pengelolaan
mutu di segala bidang menjadi sorotan utama.
2. Customer, leadership, engagement, process, improvement, evidence,
relationship

Materi Pokok 3
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024
merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025 sehingga menjadi sangat penting. RPJMN 2020-
2024 akan mempengaruhi pencapaian target pembangunan dalam RPJPN,
dimana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan
setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas (upper-middle
income country/MIC) yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya
manusia, layanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
2. Kecelakan konstruksi pada umumnya disebabkan karena pemilihan metode
kerja, material, peralatan kerja, serta kompetensi pekerja yang kurang
berorientasi pada proses dan hasil produk yang berkualitas dan aman.

Materi Pokok 4
1. RMPK/Program Mutu adalah dokumen yang dinamis, dalam arti dapat dikaji
ulang/ direvisi disesuaikan dengan perubahan lingkup pekerjaan dan metode
pelaksanaan dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah penyusunan dan
perubahan tersebut harus disepakati kedua belah pihak.
2. standar mutu bahan, standar mutu peralatan, standar keselamatan dan
kesehatan kerja, standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi, standar mutu
hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi, standar operasi dan pemeliharaan,
pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan standar
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Evaluasi Kegiatan Belajar


1. B
2. B
3. B
4. B
5. B

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 25


DAFTAR PUSTAKA

 UUJK No 2 Tahun 2017


 Permen PUPR No 07 Tahun 2019 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan
Jasa Konstruksi melalui Penyedia
 Permen PUPR No 22 tahun 2018 Pembangunan Bangunan Gedung Negara
 SE Menteri PUPR No 15 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penjaminan Mutu dan
Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi di Kementerian PUPR
 SE Menteri PUPR No 11 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Biaya
Penyelenggaraan SMKK

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 26


GLOSARIUM

Mutu : Tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu


Kebijakan : Rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman
dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak
Improvement : Usaha atau upaya berkelanjutan yang dilakukan
untuk mengembangkan dan memperbaiki produk,
pelayanan maupun proses.
Realtionship Management : Strategi untuk mengelola hubungan dan interaksi
organisasi dengan pelanggan dan pelanggan
potensial.
RMPK : Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 27

Anda mungkin juga menyukai