Kasus COVID
Kasus COVID
kasus dan derajat penyakit. Saat ini, definisi kasus yang digunakan adalah yang tertera pada
pedoman tata laksana COVID-19 edisi 4 tahun 2022. Klasifikasi kasus tersebut dinilai dari
kriteria klinis, kriteria epidemiologis, dan kriteria pemeriksaan penunjang. Dijelaskan pula
definisi kasus discarded, kontak erat, serta kriteria wilayah pemeriksaan penunjang A, B, dan
C.
Definisi Kasus
Kasus COVID-19 berdasarkan definisi kasus dapat dibagi menjadi tiga, yaitu kasus suspek,
probable, dan terkonfirmasi.[8]
Kasus Suspek
Kasus suspek merupakan pasien yang memenuhi salah satu kriteria klinis:
Kasus Probable
Kasus probable merupakan kasus suspek yang meninggal dengan gambaran klinis COVID-19
yang meyakinkan, dan memiliki salah satu kriteria sebagai berikut:
Kasus Terkonfirmasi
Kontak Erat
Seseorang dapat dianggap sebagai kontak erat apabila memiliki riwayat kontak dengan kasus
probable atau terkonfirmasi, dan memenuhi salah satu kriteria berikut:
Kontak tatap muka atau berdekatan dengan kasus konfirmasi dalam radius 1 meter
selama >15 menit
Sentuhan fisik langsung dengan pasien kasus konfirmasi
Perawatan langsung pada kasus konfirmasi tanpa menggunakan alat pelindung diri
(APD) yang sesuai standar
Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko
lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat [8]
Kasus Discarded
Kasus discarded adalah seseorang yang terbukti tidak terinfeksi COVID-19, yaitu seseorang
dengan status kasus suspek atau kontak erat tetapi memberikan hasil berikut:
Kasus discarded juga diklasifikasikan kepada seseorang tanpa gejala (asimtomatik) atau
bukan kontak erat, dengan hasil pemeriksaan berikut:
RDT-Ag positif yang diikuti NAAT negatif 1 kali, sesuai penggunaan RDT-Ag pada
kriteria wilayah A dan B
RDT-Ag negatif [8]
Pada kasus varian Omicron (B.1.1.529), definisi kasus dapat dibagi menjadi dua, yaitu kasus
probable dan konfirmasi.
Kasus probable varian omicron adalah pasien yang terkonfirmasi COVID-19 dengan hasil
laboratorium menunjukkan positif S-Gene Target Failure (SGTF), atau uji deteksi Single
Nucleotide Polymorphism (SNP) berbasis Polymerase Chain Reaction (PCR) mengarah ke
varian omicron.
Derajat keparahan COVID-19 dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu tanpa gejala, ringan,
sedang, berat, dan kritis.
Derajat Ringan
Pasien derajat ringan seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, mialgia. Pasien tidak ada
bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia (SpO2 > 95% dengan udara ruangan).[8]
Derajat Sedang
Pasien derajat sedang memiliki tanda dan gejala pneumonia tidak berat, yaitu demam, batuk,
sesak, dengan SpO2 ≥93% udara ruangan.
Pada pasien anak, derajat sedang mengeluh batuk atau sulit bernafas dengan napas cepat
dan/atau terdapatnya tarikan dinding dada. Kriteria napas cepat pada anak usia <2 bulan
adalah ≥60 kali/menit; usia 2‒11 bulan ≥ 50 kali/menit; usia 1‒5 tahun ≥40 kali/menit; dan
usia >5 tahun ≥30 kali/menit.[8]
Derajat Berat
Pasien derajat berat memiliki tanda dan gejala pneumonia berat, termasuk demam, batuk,
sesak, napas cepat, yang disertai dengan salah satu tanda berikut:
Pada pasien anak, derajat berat memiliki tanda klinis pneumonia ditambah salah satu tanda
berikut:
Derajat Kritis
Pasien kritis telah mengalami acute respiratory distress syndrome (ARDS), sepsis, dan syok
sepsis. Kondisi ini membutuhkan alat penunjang hidup, termasuk ventilasi mekanik atau
terapi vasopressor.[8]
Entry test adalah pemeriksaan pertama atau hari pertama karantina, sedangkan exit test adalah
pemeriksaan kedua atau hari ke-5 karantina. Kriteria wilayah adalah: