Anda di halaman 1dari 50

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Peramalan

Peramalan adalah kegiatan atau usaha yang digunakan untuk memprediksi keadaan
masa depan berdasarkan data masa lalu, sementara peramalan permintaan adalah tingkat
permintaan untuk produk yang diharapkan dapat direalisasikan untuk jangka waktu tertentu
di masa depan. Hasil peramalan dapat digunakan untuk membuat keputusan mengenai
perencanaan produksi, ketersediaan kapasitas, tata letak fasilitas, dan juga untuk keputusan
yang terus-menerus berkaitan dengan perencanaan, penjadwalan, dan persediaan.
Tujuan dari peramalan dalam manajemen operasional adalah untuk mengurangi
ketidakpastian dalam produksi, sehingga langkah-langkah proaktif maupun antisipatif bisa
dilakukan, dan untuk tujuan penjadwalan produksi. Peramalan dapat dipengaruhi oleh
lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal dapat berupa
pendapatan pelanggan, promosi pesaing, harga pesaing, ketersediaan produk, efektivitas
kompetitif dan efisiensi saluran yang digunakan, karakteristik pelanggan, dan sebagainya.
Sedangkan lingkungan internal adalah kebijakan yang dilakukan dalam perusahaan, seperti
kebijakan promosi, biaya dan sebagainya.

2.1.1 Metode Peramalan

Ada dua jenis metode peramalan, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif.
Penjelasan untuk masing-masing metode adalah sebagai berikut.

1. Metode Peramalan Kualitatif


Metode ini biasanya digunakan ketika tidak ada atau sedikit data masa lalu yang
tersedia. Metode kualitatif yang dikenal secara luas adalah metode Delpi dan metode
Nominal (teknik kelompok nominal).

12
2. Metode Peramalan Kuantitatif
Menggunakan model matematika bervariasi berdasarkan data masa lalu untuk
perkiraan permintaan. Metode kuantitatif terdiri dari: Metode time series (Moving average,
linear, konstant, linear, winter, siklis, tren siklis, kuadratis, dan eksponensial )

Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila ada tiga kondisi berikut:


1. Tersedia data dari periode sebelumnya.
2. Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data numerik.
3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan berlanjut di masa
depan.

a. Metode eksponensial

Metode ini melakukan pembobotan secara eksponensial terhadap nilai atau variabel
data masa lalu. Setiap data berkontribusi dalam menentukan nilai peramalan periode
sebelumnya. Perhitungan cukup diwakili oleh data pengamatan dan hasil peramalan periode
terakhir.

Fungsi peramalan dengan metode ini adalah: Nilai a dan b dapat dicari dengan
persamaan berikut:

…(1)

13
…(2)

b. Metode kuadratis
Metode kuadratis merupakan bentuk tren non-linear, dan jika ditarik berbentuk
seperti kurva. Metode ini biasanya digunakan atau diterapkan untuk data historis yang jika
ditarik akan membentuk garis tidak lurus atau parabola. Persamaan kuadrat dari metode ini
adalah:

Y '= A + BX + Cx …(3)
Dimana :
Y' = Variabel yang akan diperkirakan
a = Konstan, yang akan menunjukkan besarnya harga Y (perkiraan) ketika X sama
dengan 0 (nol)
b = Variabilitas per X, yang menunjukkan besarnya perubahan nilai Y dari setiap
perubahan satu unit X
X = Unit waktu / periode, yang dapat dinyatakan dalam seminggu, sebulan, semester,
tahun, dan lain-lain

c. Metode trend siklis

Metode ini adalah metode yang digunakan untuk membuat peramalan jangka
panjang. Metode ini memiliki persamaan berikut:

…(4)

14
2.1.2 Kriteria Seleksi Peramalan Terbaik

Kriteria seleksi terbaik diperoleh dengan menentukan metode peramalan yang


memiliki nilai error kecil. Beberapa tolak ukur error peramalan (forecast error), adalah
sebagai berikut:

1. Mean Absolute Error (MAE)


MAE diperoleh dengan mengambil nilai absolut dari setiap kesalahan peramalan
dibagi dengan jumlah periode data.

MAE =
∑ |y 1− y 1t | …(5)
n
Dimana:
Y1-Yt1 = Perbedaan antara data aktual dan periode peramalan t
N = Periode data

2. Mean Squared Error (MSE)


MSE adalah perbedaan rata-rata kuadrat antara nilai permintaan dengan peramalan.

MSE = ∑ ( y 1− y 1t )2 …(6)
n

3. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)


Merupakan rata-rata diferensiasi absolut antara nilai prediksi dan aktual untuk n
peiode.

MAPE =
100
n
∑ y | |
y 1− y 1t
1
…(7)

2.1.3 Verifikasi data dan Moving Range

15
Peta Moving Range dirancang untuk membandingkan nilai permintaan aktual
dengan nilai peramalan. Data permintaan aktual dilihat dan dibandingkan dengan nilai
peramalan pada periode yang sama. Peta tersebut dikembangkan ke periode yang akan
datang sehingga data peramalan dapat dibandingkan dengan permintaan aktual. Selama
periode dasar (periode pada saat menghitung peramalan), Peta Moving Range digunakan
untuk melakukan verifikasi teknik dan parameter peramalan. Setelah metode peramalan
ditentukan, peta Moving Range digunakan untuk pengujian kestabilan sistem penyebab
yang mempengaruhi permintaan. Garis tengah peta Moving Range adalah pada titik nol.
Upper control level (batas kendali atas) dan Lower control level (batas kendali bawah)
pada peta Moving Range dapat didefinisikan sebagai:

MR = |( t – yt) – ( t-1 – yt-I) | …(8)

Rata-rata moving range didefinisikan sebagai :

MR
MR=∑ …(9)
n=1 n−1

Garis tengah peta moving range adalah titik nol. Batas kendali atas dan bawah pada
peta moving range adalah :

BKA = +2,66 MR …(10)

BKB = -2,66 MR …(11)

Sementara itu, variabel yang akan di plot ke dalam peta moving range adalah:

16
Δ yt = t – yt …(12)

Jika semua titik berada dalam batas kendali, dapat dianggap bahwa peramalan
permintaan yang dihasilkan telah cukup baik. Jika terdapat titik yang berada di luar batas
kendali, jelas bahwa peramalan yang didapat kurang baik dan harus direvisi.

2.2 Definisi Persediaan

Menurut Freddy Rangkuti dalam judul bukunya "Manajemen Persediaan, aplikasi di


bidang Bisnis" (2004; 1) persediaan adalah: "Persediaan adalah bahan, disediakan
komponen dan bahan dalam proses yang terdapat dalam proses produksi perusahaan, juga
barang jadi atau produk yang dipasok o memenuhi permintaan pelanggan setiap saat".

Kontrol persediaan yang dijalankan oleh sebuah perusahaan pasti memiliki tujuan
tertentu, sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi kebutuhan atau tuntutan pelanggan lebih cepat (untuk memuaskan
pelanggannya).
2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga perusahaan tidak mendapatkan
saham-out yang dapat berakibat pada masalah proses produksi seperti penghentian
proses produksi, hal ini karena alasan:
a. Kemungkinan barang (bahan baku dan pendukung) menjadi langka sehingga
sulit untuk mendapatkan.
b. Kemungkinan dari pemasok yang dapat terlambat untuk mengirim barang
pesanan.
3. Untuk mempertahankan dan jika mungkin untuk meningkatkan penjualan dan
keuntungan perusahaan.

2.3 Jenis Persediaan

Jenis-jenis persediaan di perusahaan dapat dibagi menjadi beberapa cara.


Berdasarkan fungsi, menurut Sofyan Assauri (2004) persediaan dapat dibagi menjadi:

17
1. Bursa Batch atau Lot Size Inventory, adalah persediaan yang muncul di mana
barang yang dibeli, barang yang dibuat atau diangkut dalam jumlah besar, sehingga barang
yang diperoleh lebih banyak dan lebih cepat daripada yang digunakan, dan untuk sementara
dapat membuat persediaan. Keuntungan dapat diperoleh dengan Bursa Batch atau Lot Size
Persediaan meliputi:
a. Mendapatkan diskon pada harga pembelian.
b. Mendapatkan efisiensi produksi (manufaktur ekonomi) karena operasi atau
"menjalankan produksi" lebih panjang.
c. Menghemat biaya untuk biaya penanganan.

2. Fluktuasi Stock adalah persediaan yang digunakan untuk menghadapi fluktuasi


permintaan konsumen yang tidak dapat diprediksi. Dalam hal ini, perusahaan akan
melakukan persiapan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, jika tingkat permintaan
menunjukkan tidak teratur atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diprediksi
sebelumnya.

3. Stock antisipasi, adalah persediaan yang pasokannya diadakan untuk menghadapi


fluktuasi tak terduga, berdasarkan pola musiman yang terkandung dalam satu tahun. Selain
itu, stok antisipasi juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan kesulitan saat
memperoleh bahan, sehingga tidak mengganggu proses produksi atau dapat menghindari
keterlambatan produksi.

2.4 Fungsi Persediaan


Persediaan memiliki beberapa fungsi dalam rangka menciptakan stabilitas dalam
kegiatan operasi perusahaan. Menurut Freddy Rangkuti dalam bukunya dengan judul
"Manajemen Persediaan, Aplikasi Bisnis" (2004; 15-16) fungsi persediaan adalah sebagai
berikut:

1. Decoupling fungsi.
Fungsi penting dari persediaan adalah memungkinkan operasi perusahaan internal
dan eksternal memiliki kebebasan. Decouples persediaan memungkinkan perusahaan untuk
memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada pemasok.

2. Fungsi ekonomi Lot Sizing


Fungsi ekonomi Lot Sizing adalah fungsi yang memungkinkan perusahaan untuk
memproduksi dan membeli kuantitas sumber daya yang dapat mengurangi biaya per unit.
Ukuran lot perlu mempertimbangkan penghematan biaya. Penghematan dari diskon

18
pembelian, biaya transportasi, dan sebagainya. Penghematan biaya ini terjadi karena
perusahaan membeli dalam jumlah yang lebih besar.

3. Fungsi antisipasi
Fungsi antisipasi persediaan adalah untuk mengantisipasi permintaan dan menjaga
kemungkinan kesulitan dalam memperoleh bahan baku. Fungsi ini untuk mengatasi
ketidakpastian waktu pengiriman dan penerimaan bahan baku selama periode pemesanan
kembali. Fungsi ini sangat penting untuk menjaga proses produksi tetap berlangsung.

2.5 Biaya Persediaan

Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan persediaan terdiri dari
tiga macam, yaitu (Drajat, 2007):

1. Biaya pembelian

Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Biaya ini
menjadi faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian.
Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian tidak dimasukkan ke
dalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa harga barang per-unit tidak
dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli.

2. Biaya pemesanan

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan


barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok, pengetikan pesanan,
pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan, dan seterusnya. Biaya ini
diasumsikan konstan untuk setiap kali pesan.

19
D
Biaya pemesanan = x (A ) …(13)
Q

Dimana:

D = Permintaan
Q = Ukuran Pemesanan

A = Biaya setiap kali pesan

3. Biaya penyimpanan

Biaya Penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan


barang. Biaya simpan merupakan 20% dari nilai komponen.

Q
Biaya penyimpanan = (h x C ) …(14)
2

Dimana:

Q = Ukuran pemesanan

h = Biaya simpan / unit / periode

C = Harga bahan / unit

Biaya ini meliputi :

20
a. Biaya memiliki persediaan (biaya modal)

b. Biaya gudang

c. Biaya kerusakan dan penyusutan

d. Biaya kadaluarsa (Absolence)

e. Biaya asuransi

f. Biaya administrasi dan pemindahan

4. Biaya Stockout

Biaya kehabisan persediaan mencerminkan konsekuensi ekonomi yang disebabkan


oleh saham dari persediaan. Ini bisa menjadi kerugian bagi perusahaan karena akan
membuat proses produksi perusahaan menjadi lambat. Adapun yang termasuk biaya
stockout adalah jumlah item yang tidak terpenuhi, waktu pemenuhan dan biaya pengadaan
darurat.

2.6 Pengendalian Persediaan


Pengendalian persediaan merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh suatu
perusahaan termasuk keputusan-keputusan yang diambil sehingga kebutuhan akan bahan
untuk keperluan proses produksi dapat terpenuhi secara optimal dengan resiko yang sekecil
mungkin. Pengendalian persediaan ini dilakukan untuk menjaga tingkat persediaan pada
tingkat yang optimal sehingga diperoleh penghematan-penghematan pada persediaan dan
dapat menjaga produksi yang berkelanjutan dengan biaya yang ekonomis.

Mengendalikan persediaan merupakan hal yang tidak mudah karena jika jumlah
persediaan terlalu besar maka akan menimbulkan peningkatan biaya penyimpanan dan
resiko kerusakan barang yang lebih besar. Tetapi jika persediaan terlalu sedikit akan

21
mengakibatkan terjadinya kekurangan persediaan karena barang persediaan tidak dapat
dipesan dan datang secara mendadak dan sebesar yang dibutuhkan, yang dapat terhentinya
proses produksi, tertundanya penjualan atau bahkan hilangnya pelanggan.
Beberapa tujuan pengendalian persediaan menurut Assauri (2004) adalah sebagai
berikut:
1. Untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat.
2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami
kehabisan persediaan yang dapat mengakibatkan terhentinya proses produksi.
3. Untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.
4. Untuk menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat
mengakibatkan biaya pemesanan menjadi lebih besar.
5. Untuk menjaga agar persediaan di gudang tidak berlebihan.

2.7 Ecomomic Order Quantity (EOQ)

Perencanaan sistem ini adalah untuk menentukan jumlah pemesanan yang optimum
yang dapat meminimasi total biaya tahunan. Model EOQ bertujuan untuk meminimasi
biaya persediaan total. Dalam teknik ini besarnya ukuran lot adalah tetap. Penentuan lot
berdasarkan biaya pesan dan biaya simpan, dengan formula seperti berikut :

EOQ=
√ 2 AD
H
…(15)

Dimana :

A = Biaya pesan

D = Demand (Permintaan)

H = Biaya simpan

22
Model ini merupakan model persediaan klasik mengasumsikan situasi yang ideal sebagai
berikut ini :

a. Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan berlanjut.

b. Lead time diketahui dan bersifat konstan.

c. Jumlah barang atau lot yang dipesan tersebut masuk ke dalam inventory dalam
waktu yang bersamaan.

d. Stock out tidak diizinkan.

e. Item yang dipesan berupa single product, tidak ada interaksi dengan item inventori
lainnya.

f. Struktur biayanya bersifat tetap.

g. Ada ruang yang cukup, kapasitas, dan modal untuk memproduksi kuantitas yang
diinginkan.

Metode EOQ ini biasanya dipakai untuk horizon perencanaan selama satu tahun
sebesar 12 bulan. Metode EOQ baik digunakan bila semua data konstan dan perbandingan
biaya pesan dan simpan sangat besar. Grafik persediaan dalam model ini berbentuk gigi
gergaji, seperti terlihat dalam Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Grafik Persediaan EOQ

23
2.8 Safety Stock

Safety Stock adalah jumlah persediaan barang jadi yang juga disebut sebagai buffer
stock. Persediaan pengaman digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan saat
ketidakpastian hal terjadi tiba-tiba. Persamaan untuk menghitung safety stock adalah:

Safety stock = service level x standar deviasi …(16)

Standar deviasi adalah hasil dari perhitungan yang menggunakan data permintaan
selama periode tersebut. Rumus untuk menghitung standar deviasi:

S=
√ ∑ ( x −x)2
n
. ..

(17)

Dimana:
x : Jumlah permintaan
x : Rata-rata permintaan
n : Jumlah permintaan periode

Dalam menentukan tingkat pelayanan, beberapa perusahaan menentukan tingkat


layanan yang berbeda untuk beberapa jenis atau kategori barang, misalnya:

Bahan baku : Tingkat layanan 100%

Bahan Tambahan : Tingkat layanan 100%

24
Bahan baku untuk:

vital : Tingkat pelayanan 99,5%

peralatan penting : Tingkat pelayanan 95%

Peralatan bantu : Tingkat pelayanan 90%

peralatan operasional : Tingkat layanan 85%

25
BAB III
TINJAUAN SISTEM

3.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan


PT Semen Padang (Perusahaan) didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama
NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) yang merupakan
pabrik semen pertama di Indonesia. Kemudian pada tanggal 5 Juli 1958 Perusahaan
dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dari Pemerintah Belanda. Pada tahun
1896 seorang perwira Belanda yang berkebangsaan Jerman bernama Ir.Carl Christophus
Lau tertarik dengan batuan yang ada di Bukit Karang Putih dan Bukit Ngalau. Batu-batuan
itu dikirim ke negeri Belanda,hasil penelitian menunjukan bahwa batuan tersebut dapat
dijadikan bahan baku semen. Tanggal 25 Januari 1907 Ir.Carl Christophus Lau mengajukan
permohonan kepada Hindia Belanda untuk mendirikan pabrik semen di Indarung, pada
tanggal 16 agustus 1907 permohonan itu disetujui. Selama periode ini, Perusahaan
mengalami proses kebangkitan kembali melalui rehabilitasi dan pengembangan kapasitas
pabrik Indarung I menjadi 330.000 ton/ tahun. Selanjutnya pabrik melakukan transformasi
pengembangan kapasitas pabrik dari teknologi proses basah menjadi proses kering dengan
dibangunnya pabrik Indarung II, III, dan IV. Pada tahun 1995, Pemerintah mengalihkan
kepemilikan sahamnya di PT Semen Padang ke PT Semen Gresik (Persero)Tbk bersamaan
dengan pengembangan pabrik Indarung V.
Perkembangan PT.Semen Padang semenjak zaman penjajahan sampai saat sekarang
:
1. Periode I tahun 1910-1942
PT.Semen Padang yang merupakan pabrik Semen tertua di Indonesia, dibangun
pada tahun 1910. Dipimpin oleh Christoper dengan satu kiln kapasitas 50ton/hari. Produksi

26
tertinggi dicapai pada tahun 1939 dengan jumalah 170.000 ton yang merupakan produksi
tertinggi periode itu.

2. Periode II tahun 1942-1945


Pada periode ini terjadinya perang dunia kedua diaman tentaraa jepang menguasai
Indonesia, dan pabrik diambil alih oleh pemerintahan Jepang. Saat itu segala kegiatan
perusahaan diserahkan kepada Asano Cement, dimana perang terus bergejolak dan
perusahaan pun tak luput dari pihak musuh yang mengakibatkan mesin-mesin rusak
sehingga produksi saat itu sangat kurang.
3. Periode III tahun 1945-1947
Periode ini merupakan masa perang Kemerdekaan RI . pabrik saat itu masih
dikuasai rakyat Indonesia sendiri, perusahaan diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan
berganti nama “Kilang Semen Indarung”. Produksi saat itu dikatakan tidak ada karena
mesin-mesin pada rusak dan dalam masa penggantian dan perbaikan.
4. Periode IV tahun 1947-1958
Pada tahun ini pabrik diambil alih oleh NV.NIPCM dengan nama “Padang Portland
Cement Maatschappy” (NV. PPCM). Pabrik baru mulai produksi tahun 1949 karena
banyaknya kerusakan yang dialami dan padaa tahun 1957 menghasilkan produksi tertinggi
1540.000 ton.
5. Periode V tahun 1958-1961
Pabrik semen kembali diambil alih pemerintah Indonesia yang dikelola oleh Badan
Pengurusaan Perindustrian Tambang(BPPT). Periode ini produksi semen sebagai
berikut:Tahun 1958 : 80.828 tonTahun 1959 : 120.714 tonTahun 1961 : 107.695 ton.
6. Periode VI tahun 1961-1972
Pada 17 april 1961 dalam rangka menciptakan ekonomi terpimpin, perusahaan ini
dijadikan perusahaan Negara dengan nama PN.Semen Padang. Kemudian tanggal 4 juli
1972 berubah menjadi PT.Semen Padang yang disetujui oleh presiden dan seluruh saham
dimiliki oleh Republik Indonesia.
7. Periode VII tahun 1972-1995

27
Rehabilitasi tahap pertama diresmikan oleh presiden soekarno. Rehabilitasi tahap
kedua di resmikan mentri pertambangan dan Energi M.yusuf18 maret 1980 presiden
soeharto meresmikan pabrik indarung II dengan produksi 660.000ton/ tahun, kemudian
indarung III A diresmikan menjadi Indarung III tanggal 29 desember 1983 sedangakn
indarung III B menjadi indarung IV diresmikan 23 Juli 1987.
8. Periode VIII tahun 1995-sekarang
PT. Semen Padang merealisir program peningkatan kapasitas produksi dengan
dibangunnya pabrik Indarung V. PT.Semen Padang sudah menjadi perusahaan publik
dengan penjualan saham melalui PT. Semen Gresik. Pada tahun 2014, pabrik Indarung VI
mulai dibangun di PT. Semen Padang, dan tahun 2017 yang menjadi tonggak sejarah bagi
PT Semen Indonesia. Pabrik terbesarnya, Indarung VI, sukses beroperasi. Pabrik yang
dibangun dengan biaya Rp 4 triliun ini diklaim memiliki teknologi canggih yang ramah
lingkungan.
Kapasitas produksi pabrik sekarang adalah:
Pabrik Indarung II : 860.000 ton/tahun
Pabrik Indarung III : 720.000 ton/tahun
Pabrik Indarung IV : 1.920.000 ton/tahun
Pabrik Indarung V : 3.000.000 ton/tahun
Pabrik Indarung VI : 1.500.000 ton/tahun
CM Dumai : 900.000 ton/tahun
Total : 8.900.000 ton/tahun

Pabrik Indarung I dinonaktifkan sejak bulan Oktober 1999, dengan pertimbangan


efisiensi dan polusi. Pabrik yang didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 ini dalam proses
produksinya menggunakan proses basah.

3.2 Logo Perusahaan


Logo PT Semen Padang (PTSP) pertama kali diciptakan pada 1910, semasih
bernama Nederlandsch Indische Portland Cement (Pabrik Semen Hindia Belanda).

28
Logonya berbentuk bulat, terdiri atas dua lingkaran (besar dan kecil) dengan posisi
lingkaran kecil berada di dalam lingkaran besar. Di antara kedua lingkaran tersebut terdapat
tulisan "Sumatra Portland Cement Works". Di dalam lingkaran kecil terdapat huruf
N.I.P.C.M, singkatan Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij, sebuah
pabrik semen di Indarung, 15 km di timur kota Padang. Logo itu hanya berumur 3 tahun
karena pada 1913 dibuat sebuah logo baru, meski bentuk bulat dengan dua garis lingkaran
dan kata-katanya tetap dipertahankan. Hanya saja, NIPCM ditambah dengan NV. Nah, ini
yang menarik: ada gambar seekor kerbau jantan dalam lingkaran kecil tampak sedang
berdiri menghadap ke arah kiri dengan latar panorama alam Minangkabau. Gambar ini
menggantikan posisi huruf NIPCM sebelumnya.
Logo itu diubah lagi pada 1928. Kata Nederlandsch Indische diubah menjadi
Padang. Jadi, tulisan di antara kedua lingkaran tersebut adalah N.V. Padang Portland
Cement Maatschapij. Di bagian bawahnya tertulis Fabrik di Indarung Dekat Padang,
Sumatera Tengah, yang ditulis dengan huruf yang lebih kecil. Wah, telah muncul bahasa
Melayu, setelah Sumpah Pemuda pada 1928. Dalam lingkaran kecil, selain gambar kerbau,
terdapat gambar seorang laki-laki yang sedang berdiri di depan sebelah kanan kerbau
sambil memegang tali kerbaunya. Ada pula gambar sebuah rumah adat, kelihatan hanya
dua gonjongnya, di belakang sebelah kanan kerbau. Panorama di latar belakang ditambah
dengan lukisan Gunung Merapi, lambang sumarak ranah Minang. Gambar kerbau tetap
ditampilkan mendominasi di lingkaran kecil tersebut.
Jepang kemudian datang membawa perubahan, NV PPCM diganti dengan Semen
Indarung. Logo PT SP tidak diubah, kecuali perubahan tulisan dari bahasa Belanda ke
bahasa Indonesia. Demikianlah sampai Perang Kemerdekaan (1945-1949). Ada sedikit
perubahan, yaitu digantinya tulisan Semen Indarung dengan Kilang Semen Indarung.
Namun, saat Belanda kembali pada 1950, nama NVPPCM muncul kembali.Logo PTSP
dimodifikasi lagi, pada 1958, seiring dengan kebijakan pemerintah pusat tentang
nasionalisasi perusahaan asing. Logonya yang bulat dipertahankan, tapi tulisan NV PPCM
diganti dengan Semen Padang Pabrik Indaroeng. Gambar kerbau tetap ada. Tapi tiada lagi
gambar seorang laki-laki, rumah adat, dan gambar panorama Gunung Merapi.

29
Penggantinya adalah gambar atap rumah gadang dengan lima gonjong di atas gambar
kerbau.

Logo PTSP diperbarui lagi pada 1970. Dua lingkaran dihilangkan, sehingga tulisan
Padang Portland Cement Indonesia dibuat melingkar sekaligus menjadi pembatasnya.
Gambar kerbau hanya menampilkan kepalanya saja dengan posisi menghadap ke depan. Di
atas kepala kerbau dibuat pula gambar atap/gonjong (5 buah) rumah adat. Muncul pula
moto PTSP yang berbunyi "Kami Telah Berbuat Sebelum yang Lain Memikirkan". Namun,
pada 1972 logo tersebut dimodifikasi dengan memunculkan dua garis lingkaran: besar dan
kecil. Perubahan terjadi lagi pada 1991, saat tulisan Padang Portland Cement menjadi
Padang Cement Indonesia.
Pada 1 Juli 2012, PT Semen Padang kembali melakukan perubahan logo. Pada
perubahan kali ini, PT Semen Padang tidak melakukan perubahan yang bersifat
fundamental karena brand perusahaan tertua di Indonesia ini dinilai sudah kuat. Pergantian
ini dilakukan dengan pertimbangan, logo yang dipakai sebelumnya memiliki ciri, tanduk
kerbau kecil dan complicated (rumit). Mata kerbau kelihatan old (tua), gonjong dominan,
dan telinga terlihat off position. Pada logo baru disempurnakan menjadi, tanduk kerbau
menjadi besar dan kokoh/melindungi, mata kelihatan tajam/tegas, gonjong menjadi
sederhana (crown) , dan telinga pada posisi “on” (selalu mendengar).
Logo baru ini memiliki kriteria dan karakter yang kokoh (identitas semen),
universal (tidak kedaerahan), lebih simpel (mudah diingat/memorable), dan lebih konsisten
(aplicable dalam ukuran terkecil). Perubahan logo PT. Semen Padang dari tahun ke tahun
hingga logo yang dipakai pada saat ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

30
Gambar 3. 1 Perubahan Logo PT. Semen Padang

(Sumber: PT Semen Padang)

31
3.3 Visi dan Misi Perusahaan
PT. Semen Padang memiliki visi dan misi yang akan dicapai untuk menjadikan
perusahaan ini sebagai produsen semen terbaik di wilayah pulau Sumatera maupun luar
pulau Sumatera. Berikut merupakan visi dan misi dari PT. Semen Padang:

Visi : “Menjadi perusahaan persemenan yang andal, unggul dan berwawasan lingkungan di
Indonesia bagian barat dan Asia Tenggara”

Misi :
1. Memproduksi dan memperdagangkan semen serta produk terkait lainnya yang
berorientasi kepuasan pelanggan.
2. Mengembangkan SDM yang kompeten, professional dan berintegritas tinggi.
3. Meningkatkan kemampuan rekayasa dan engineering untuk mengembangkan
industri semen nasional.
4. Memberdayakan, mengembangkan dan mensinergikan sumberdaya perusahaan
yang berwawasan lingkungan.
5. Meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan dan memberikan yang terbaik
kepada stakeholder.

3.4 Sumber Daya Manusia


Karyawan terbagi atas 2 bagian, yaitu karyawan shift dan karyawan non-shift. Hari
kerja untuk karyawan shift yaitu 24 jam selama 7 hari. Berikut merupakan jadwal jam kerja
untuk karyawan shif :
1. Shift I : 07.00 – 15:00 WIB
2. Shift II : 15.00 – 22.00 WIB
3. Shift III : 22.00 – 07.00 WIB

Sedangkan karyawan non-shift memiliki 5 hari kerja dengan waktu kerja dari jam
08.00 – 17.00 WIB.

32
3.5 Proses Produksi dan Produk yang Dihasilkan
Berikut adalah penjelasan mengenai proses produksi beserta material dan peralatan
yang dibutuhkan, dan juga produk yang dihasilkan.
3.5.1 Pengertian dan Sifat – Sifat Semen
Semen merupakan suatu zat perekat hidraulik dimana senyawa-senyawa yang
dikandungnya akan mempunyai daya rekat terhadap batuan jika semen tersebut sudah
bereaksi dengan air. Sifat hidraulik tersebut akan menyebabkan semen bersifat tidak
langsung mengeras bila tercampur dengan air, larut dalam air, dapat megeras walaupun
berada dalam air
Beberapa sifat semen yang utama adalah sifat hidrasi semen, pengikatan dan
pengerasan (setting dan hardening), kekuatan tekan (compressive strength), penyusutan
(shrinkage) dan ketahanan (durability).
3.5.2 Bahan Baku
Terdapat dua jenis bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan semen di
PT. Semen Padang yaitu bahan baku utama dan material pendamping.
2.
3.
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.5.1
3.5.2
3.5.2.1 Bahan Baku Utama
1. Batu Kapur (Limestone)

33
Batu kapur merupakan sumber Kalsium Oksida (CaO) dan Kalsium Karbonat
(CaCO3). Batu kapur didapat dari penambangan di bukit karang putih yang berjarak
1.7 km dari pabrik. Proporsi batu kapur dalam proses pembuatan semen adalah 87 – 88
%.
2. Batu Silika (Silica Stone)
Material ini merupakan sumber Silika Oksida (SiO2) dan Alumunium Oksida (Al2O3).
Material ini ditambang di bukit Ngalau. Proporsi silica yang digunakan adalah 7 – 8 %.

3. Tanah Liat (Clay)


Tanah liat merupakan sumber Alumunium Oksida (Al2O3) dan Iron Oksida (Fe2O3
dan FeO). Tanah liat ditambang di sekitar pabrik (Bukit Atas) dan diambil dengan
menggunakan excavator dan ditransportasikan dengan dump truck dan kebutuhannya
adalah sekitar 2 – 3 % dari total kebutuhan bahan mentah.
4. Pasir Besi (Iron sand)
Pasir besi mempunyai oksida utama berupa Fe2O3 yang kebutuhannya hanya sekitar 3
– 4 % dari total kebutuhan bahan mentah. PT. Semen Padang tidak memiliki area
tambang pasir besi, jadi untuk memenuhi kebutuhan akan pasirbesi, PT. Semen Padang
membeli dari pihak luar.

3.5.2.2 Material Pendamping


Material pendamping merupakan material yang ditambahkan kedalam cement
mill bersama dengan klinker yang telah di proses oleh kiln. Setiap material pendamping
memiliki fungsi masing-masing, dan proporsinya untuk setiap jenis semen juga berbeda.

1. Gypsum
Gypsum merupakan senyawa kalsium sulfat anhydrous. Fungsi dari penambahan
gypsum adalah menunda pengikatan sehingga memperlambat pengerasan semen. Gypsum

34
merupakan material yang dibeli dari luar. Proporsi gypsum dalam campuran semen adalah
3%.
2. Pozzolan
Sifat pozzolan adalah sifat yang dimiliki bahan-bahan yang mengandung senyawa
silica dan alumina. Pozzolan berfungsi untuk menjadikan beton lebih mudah diaduk, lebih
rapat air, dan lebih tahan terhadap serangan kimia. Beberapa pozzolan dapat mengurangi
pemuaian akibat proses reaksi alkali-agregat (reaksi alkali dalam semen dengan silika
dalam agregat), dengan demikian mengurangi retak-retak beton akibat reaksi tersebut. Pada
pembuatan beton massa pemakaian pozzolan sangat menguntungkan karena menghemat
semen, dan mengurangi panas hidrasi. Pozzolan juga merupakan material yang dibeli dari
luar. Kandungan pozzolan dalam semen juga tergantung dari jenis semen yang akan
dihasilkan.
3. Limestone
Batu kapur yang digunakan dalam campuran semen adalah batu kapur kadat
tinggi dan menengah (CaCO3 > 88%). Proporsi dari batu kapur yang digunakan tergantung
dari jenis semen yang akan dihasilkan.

3.5.3 Jenis Proses Produksi


Proses produksi semen memiliki beberapa tahap mulai dari bahan baku sampai
menjadi sebuah produk semen. Secara umum proses produksi semen terdiri dari beberapa
tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Tahap penambangan bahan mentah (quarry). Bahan dasar semen adalah batu kapur,
tanah liat, pasir besi dan pasir silica. Bahan-bahan ini ditambang dengan
menggunakan alat-alat berat kemudian dikirim ke pabrik semen.
2. Bahan mentah ini diteliti di laboratorium, kemudian dicampur dengan proporsi yang
tepat dan dimulai tahap penggilingan awal bahan mentah dengan mesin penghancur
sehingga berbentuk serbuk.
3. Bahan kemudian dipanaskan di preheater
4. Pemanasan dilanjutkan di dalam kiln sehingga bereaksi membentuk kristal klinker

35
5. Kristal klinker ini kemudian didinginkan di cooler dengan bantuan angin. Panas dari
proses pendinginan ini di alirkan lagi ke preheater untuk menghemat energi
6. Klinker ini kemudian dihaluskan lagi dalam tabung yang berputar yang bersisi bola-
bola baja sehingga menjadi serbuk semen yang halus.
7. Klinker yang telah halus ini disimpan dalam silo (tempat penampungan semen mirip
tangki minyak pertamina)
8. Dari silo ini semen dipak dan dijual ke konsumen.

Gambar 3.2 menjelaskan proses produksi semen dari tahap awal hingga tahap akhir
seperti berikut ini:

Gambar 3. 2 Proses Produksi Semen PT. Semen Padang

(Sumber: PT. Semen Padang)

Proses produksi yang pernah digunakan di PT. Semen Padang terdiri dari dua jenis
yaitu :
1. Proses basah

36
Proses basah ini digunakan di Indarung I, namun sekarang sudah tidak dioperasikan
lagi, karena penggunaan bahan bakar yang banyak dan tingginya biaya pengoperasian.
2. Proses kering
Proses kering mulai diterapkan pada Pabrik Indarung II/III, Indarung IV, dan
Indarung V.
Kelebihan dari proses kering adalah :
1. Kiln yang digunakan relatif lebih pendek, sehingga heat-condumptionnya rendah
dan bahan bakar yang digunakan relatif sedikit.
2. Mampu mengolah dengan kapasitas besar.
3. Biaya operasi lebih rendah.

Kekurangan dari proses kering adalah :


1. Campuran yang dihasilkan kurang homogen.
2. Menghasilkan banyak debu.

3.5.4 Peralatan Pabrik


Peralatan pabrik adalah semua peralatan pabrik baik berupak peralatan utama
ataupun peralatan penujang yang erat kaitannya dengan proses pembuatan semen. Bila
ditunjau dari fungsinya maka peralatan pabrik dapat terbagi atas beberapa kelompok yaitu
sebagai berikut:
1. Peralatan pemecah material
Peralatan pemecah material disebut dengan crusher. Fungsinya adalah untuk
memperkecil dimensi material sesuai dengan yang dibutuhkan. Crusher pada PT. Semen
Padang digunakan untuk memperkecil ukuran batu kapur setelah ditambang.
2. Peralatan penggilingan
Peralatan penggilingan yang digunakan dalam proses produksi di PT. Semen
Padang adalah sebagai berikut :
a. Raw Mill Department

37
Raw mill berfungsi untuk mengolah raw material (silica, batu kapur, tanah liat dan
pasir besi). Di dalam raw mill terjadi proses pengeringan,pencampuran dan penggilingan.
Material hasil proses pada raw mill disebut raw mix, yang akan disimpan dalam CF Silo
sebelum dilakukan pengolahan selanjutnya didalam kiln mill.
b. Coal Mill Department
Coal mill berfungsi untuk menghancurkan batu bara sampai pada kehalusan tertentu
sehingga bisa dipakai sebagai bahan bakar yang disebut fine coal. Bahan bakar yang
dipakai untuk kiln mill adalah batu bara,batu bara yang berukuran (20–50mm).

c. Kiln Department
Kiln mill berfungsi sebagai tempat pembakaran raw mix, menggunakan bahan bakar
batu bara. Suhu pembakaran pada proses ini mencapai 1400 ‘C. hasil dari proses ini adalah
klinker, yang akan disimpan didalam silo klinker untuk selanjutnya diproses dalam cement
mill.
d. Cement Mill Department
Cement mill berfungsi sebagai tempat pencampuran dan penggilingan klinker
dengan material pendamping sehingga menghasilkan semen. Semen yang dihasilkan akan
disimpan dalam silo semen sebelum akhirnya dilakukan pengemasan.

3.5.5 Proses Pengantongan Semen


Sebelum dipasarkan semen dikantongkan di tiga tempat yaitu:
1. Pengantongan di pabrik indarung I
Pada tempat pengantongan semen terdapat dua unit peralatan stationer fluxa packer,
dan masing-masing memiliki empat spout untuk melakukan pengisian kedalam kantong
sesuai dengan standar yang telah di tentukan. Semen dikemas dengan kemasan 40kg dalam
negeri, dan 1000kg untuk ekspor.
Kapasitas packer indarung I :
Secara design : lebih kurang 60 ton /jam
Secara actual : lebih kurang 35 ton atau 45ton/jam

38
2. Pengantongan Teluk Bayur
Pengantongan teluk bayur memilki empat packer dengan tipe sma seperti yang
terdapat pada unit packerplant indarung. Perbedaannya terletak pada alat transport
dilakukan dengan menggunakan beltconveyor dan loading crème sebagai muatannya.
3. Pengantongan di packerplant indarung (PPI)
Packer yang di operasikan PPI merupakan unit packer yang terdapat di
pengantongan teluk bayur pada tempat penyimpanan,semen ditransportasikan dengan
menggunakan alat transportasi air slide dan semen dimasukan ke packer.
3.5.6 Produk yang Dihasilkan
Berikut ini adalah produk semen yang dihasilkan oleh PT. Semen Padang :
1. Semen Portland Type I
Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan khusus
terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan air yang
mengandung sulfat 0% - 0.1 % dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman,
gedung-gedung bertingkat, dan lain-lain.
2. Semen Portland Type II
Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan
sulfat (pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,10 - 0,20 %) dan panas
hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa, saluran
irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan jembatan.
3. Semen Portland Type III
Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi
pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton,
bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang tidak memerlukan
ketahanan terhadap serangan sulfat.
4. Semen Portland Type V
Dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/air yang mengandung
sulfat melebihi 0.20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik,
konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir.

39
5. Oil Well Cement (OWC), Class G-HSR (High Sulfate Resistance)
Merupakan semen khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi
dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan bumi, OWC
yang telah diproduksi adalah class G-HSR (High Sulfat Resistance) disebut juga sebagai
"BASIC OWC". Bahan adaptif dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai
kedalaman dan temperatur.
6. Portland Composite Cement (PCC)
Semen ini memenuhi persyaratan mutu Portland Composite Cement SNI 15-7064-
2004. Dapat digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua beton. Struktur
bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan bangunan, beton pra
tekan dan pra cetak, pasangan bata, plesteran dan acian, panel beton, paving block, hollow
brick, batako, genteng, potongan ubin, lebih mudah dikerjakan, suhu beton lebih rendah
sehingga tidak mudah retak, lebih tahan terhadap sulfat, lebih kedap air dan permukaan
acian lebih halus.
7. Super "Portland Pozzolan Cement" (PPC)
Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland SNI 15-0302-
2004 dan ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas seperti :
- Konstruksi beton massa (bendungan, dam dan irigasi)
- Konstruksi beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat (bangunan
tepi pantai, tanah rawa).
- Bangunan/instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi.
- Pekerjaan pasangan dan plesteran.

3.6 Pemasaran dan Distribusi


Daerah pemasaran PT. Semen Padang untuk produk Semen Portland Tipe I dan
Super Mansonry Cement (SMC) meliputi seluruh wilayah di Sumatera, DKI Jakarta, Jawa
Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Bali. Sedangkan untuk prosuk lain
seperti Semen Portland Tipe II, III, IV &Oil Well Cement (OWC) selain di daerah - daerah
diatas,juga dipasarkan ke daerah - daerah lainnya sehingga proyek yang memakai semen

40
khusus dapat disupply. Apabila kebutuhan dalam negeri terpenuhi maka sisa nya akan
diekspor ke Taiwan, Bangladesh, Papua Nugini, Vietnam, Maldives, Sinagpura, Philipina
dan lain-lain.
Pendistribusian semen 63% melalui jalur laut dalam kemasan zak dan curah.
Sedangkan selebihnya menggunakan jalur darat dalam kemasan zak, big bag, dan curah.
Distribusi kedaerah pasar melalui angkutan darat seperti ke daerah Sumatera Barat,
Tapanuli Selatan, Riau Daratan, Bengkulu dan Jambi dikantongkan dipabrik Indarung
sedangkan distribusi melalui laut dikantongkan di pabrik Pengantongan Teluk Bayur.
Disamping pengantongan (packing plant) di Teluk Bayur, PT. Semen Padang juga
mempunyai (packing plant) di Belawan, Batam dan Tanjung Priok.

41
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Diagram Alir Metode Penelitian
Gambar 4.1 menjelaskan diagram Alir metode penelitian :

Gambar 4. 1 Diagram alir Metode Penelitian

42
4.2 Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan pada penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu studi pustaka dan
studi lapangan. Studi pustaka adalah tahap awal penelitian yang dilakukan untuk
memahami sistem dan proses bisnis perusahaan dengan cara mempelajari dokumen dan
laporan yang tersedia di perusahaan, sedangkan studi lapangan dilakukan untuk memahami
proses secara langsung dengan mengunjungi gudang penyimpanan barang.
4.3 Perumusan masalah
Perumusan masalah dilakukan setelah memahami sistem dan proses bisnis
perusahaan. Masalah perlu dirumuskan secara jelas sebelum menentukan tujuan penelitian.
Formulasi masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengendalian persediaan bearing
untuk periode selanjutnya dan apakah biaya pengelolaan persediaan yang ditetapkan
perusahaan sudah optimal. Penentuan Tujuan Penelitian.

Setelah perumusan masalah, langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan


penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk meramalkan pemakaian bearing di PT.
Semen Padang khususnya yang berada pada ruangan penyimpanan.

4.4 Penentuan Tujuan Penelitian


Setelah perumusan masalah, langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan
penelitian. Tujuan penelitian ini adalah meramalkan pemakaian bearing untuk 12 periode
ke depan dan menghitung pengendalian persediaan dengan menentukan total biaya
persediaan, safety stock, reorder point dan maximum inventory di PT. Semen Padang
khususnya yang berada pada ruangan penyimpanan barang-barang Bearing pada
warehouse suku cadang .

43
4.5 Pengumpulan Data
4.5.1 Data Historis Pemakaian Bearing
Data historis pemakaian bearing tipe BEARING,BALL:DG;1R dan
BEARING,RLR:CYL;1R pada bulan November 2020 sampai bulan Oktober 2021 setelah
dilakukan agregat ditunjukkan pada Tabel 5.1.

NOV-20
DES-20
JAN-21
FEB-21
MAR-21
APR-21
MEI-21
JUN-21
JUL-21
AGUS-21
SEP21
OKT-21

Tabel 4.1 Pemakain Bearing

4.5.2 Biaya Pembelian Bearing


Biaya pembelian bearing tipe BEARING,BALL:DG;1R adalah sebesar Rp.
52,983,166 dan biaya pembelian bearing tipe BEARING,RLR:CYL;1R adalah sebesar Rp.
243,589,582. Sehingga total biaya pembelian bearing adalah sebesar Rp 296,572,748.

4.5.3 Biaya Pemesanan Bearing


Biaya pemesanan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemesanan
bahan baku. Biaya pemesanan biasanya terdiri dari biaya telepon, biaya administrasi dan
biaya transportasi. Biaya pemesanan bearing adalah sebesar Rp. 15,000.

44
4.5.4 Biaya Penyimpanan Bearing
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang berhubungan dengan persedian barang.
Biaya penyimpanan bearing pada PT Semen Padang berupa biaya listrik, biaya bahan bakar
forklift, dan biaya administrasi serta biaya lainnya yang berhubungan dengan penyimpanan.
Biaya penyimpanan bearing dalam setahun adalah sebesar Rp41,795,719.47.

4.5.5 Waktu Pemesanan Bearing


Lead time merupakan jangka waktu antara pemesanan barang hingga sampai di
perusahaan. PT Semen Padang sudah bekerja sama dengan pemasok bearing sehingga
waktu pemesanan bearing hingga sampai ke perusahaan adalah selama 1 bulan.
4.6 Pengolahan Data
Bagian ini berisikan proses untuk mengetahui biaya persediaan yang optimal
dengan menggunakan metode EOQ dengan mengikuti langkah-langkah di bawah ini.

4.6.1 Plot Data Historis Permintaan Bearing


Tahap pertama pada peramalan adalah dengan melakukan plot data historis
permintaan bearing. Tujuan dari melakukan plot data ini adalah untuk memilih metode
yang tepat dan sesuai dengan pola grafik. Grafik permintaan bearing selama 12 periode
dapat dilihat pada Gambar 5.1

45
Gambar 4.2 Plot Data Historis Permintaan Bearing

4.6.2 Metode Peramalan


Ada 4 metode yang digunakan untuk melakukan peramalan periode kedepan, yaitu
regresi linier, kuadratis, dan siklis.
1. Metode Regresi Linear
Fungsi dari metode peramalan regresi linier adalah:
Y t = a+bt
Dimana :
Y-bt
a=
n
n ∑ ty- ∑ (t) ∑ (y)
b=
n∑ t -(∑ t )
2 2

Hasil peramalan menggunakan metode regresi linier dapat dilihat pada Tabel 4.2

46
t D(t) t(D(t)) t^2 f(t) Er(t) Er^2 ABS Error PE
1 41 41 1 25.705128 15.294872 233.9331 15.29487179 37%
2 13 26 4 23.879953 -10.879953 118.37339 10.87995338 84%
3 24 72 9 22.054779 1.9452214 3.7838865 1.945221445 8%
4 8 32 16 20.229604 -12.229604 149.56321 12.22960373 153%
5 19 95 25 18.404429 0.5955711 0.3547049 0.595571096 3%
6 27 162 36 16.579254 10.420746 108.59195 10.42074592 39%
7 4 28 49 14.754079 -10.754079 115.65022 10.75407925 269%
8 18 144 64 12.928904 5.0710956 25.71601 5.071095571 28%
9 8 72 81 11.10373 -3.1037296 9.6331375 3.103729604 39%
10 8 80 100 9.2785548 -1.2785548 1.6347023 1.278554779 16%
11 7 77 121 7.45338 -0.45338 0.2055534 0.453379953 6%
12 11 132 144 5.6282051 5.3717949 28.85618 5.371794872 49%
TOTAL 78 188 961 650 188 0 796.29604 77.3986014 731%

Tabel 4.2 Hasil Peramalan Metode Regresi Linier

Perhitungan:
n ∑ t( D(t))- ∑ (D(t)) ∑ (t) 12 x 961 – 188 x 78
b = ❑ =
n∑ t -(∑ t ) 12 x 650 – (78 )
2

= -1.8251748

D(t)-b ∑ t 188 – ( -1.8251748 x 78 )


a = =
n 12
= 27.530303
Periode 1:
F(t) = 27.530303 + (-1.8251748) (1)
= 25.705128

Periode 2:
F(t) = 27.530303 + (-1.8251748) (2)
= 23.879953

2. Metode Siklis
Fungsi dari metode peramalan siklis adalah:

47
2π 2πt
Yt =a+bsin +ccos
n n

Hasil peramalan dengan menggunakan metode siklis dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil Peramalan Metode Siklis

Perhitungan:

188 -0.002 -0.002


A= 3.12 6.003 -0.002
36.19 5.997 6.003

det A = 6776.370

12 188 -0.002
B= -0.006 3.117 -0.002
-0.002 36.188 6.003

det B = 231.89917

48
12 -0.006 188
C= -0.006 5.997 3.117
-0.002 -0.002 36.188

det C = 2606.2054

12 -0.006 -0.002
X= -0.006 5.997 -0.002
-0.002 -0.002 6.003
det X = 431.99965

Kemudian,
det A 6776.370
a= = = 15.686054
det X 431.99965

det B 231.89917
b= = = 0.5368041
det X 431.99965

det C 2606.2054
c= = = 6.0328878
det X 431.99965

Periode 1:
2π x 1 2π x 1
Y' = 15.686054 + (0.5368041)(1) sin + 2.9341504 cos
24 24
= 19.16607

Periode 2:
2π x 2 2π x 2
Y' = 15.686054 + (0.5368041)(2) sin + 2.9341504 cos
24 24
= 21.17773
3. Metode Kuadratis
Fungsi dari metode peramalan kuadratis adalah:

49
Y '= A + BX + Cx

Hasil peramalan dengan menggunakan metode kuadratis dapat dilihat pada Tabel
4.4

t D(t) t(D(t)) t^2 t^2 * Dt t^3 t^4 Ft Error Error^2 ABS Error PE
1 41 41 1 41 1 1 30.10989 10.89010989 118.5945 10.8901099 27%
2 13 26 4 52 8 16 25.88212 -12.88211788 165.949 12.8821179 99%
3 24 72 9 216 27 81 22.13487 1.865134865 3.478728 1.86513487 8%
4 8 32 16 128 64 256 18.86813 -10.86813187 118.1163 10.8681319 136%
5 19 95 25 475 125 625 16.08192 2.918081918 8.515202 2.91808192 15%
6 27 162 36 972 216 1296 13.77622 13.22377622 174.8683 13.2237762 49%
7 4 28 49 196 343 2401 11.95105 -7.951048951 63.21918 7.95104895 199%
8 18 144 64 1152 512 4096 10.60639 7.393606394 54.66542 7.39360639 41%
9 8 72 81 648 729 6561 9.742258 -1.742257742 3.035462 1.74225774 22%
10 8 80 100 800 1000 10000 9.358641 -1.358641359 1.845906 1.35864136 17%
11 7 77 121 847 1331 14641 9.455544 -2.455544456 6.029699 2.45554446 35%
12 11 132 144 1584 1728 20736 10.03297 0.967032967 0.935153 0.96703297 9%
TOTAL 78 188 961 650 7111 6084 60710 188 -2.4869E-14 719.2527 74.5154845 656%

Tabel 4.4 Hasil Peramalan Metode Kuadratis

Perhitungan:

Periode 1

Y' = A + BX + Cx
= 34.81818 + (-4.94855 x 1) + (0.24026 x 1)
= 30.10989

Periode 2

Y' = A + BX + Cx
= 34.81818 + (-4.94855 x 2) + (0.24026 x 4)
= 25.88212

4.6.3 Perhitungan Kesalahan Metode Peramalan

50
Perhitungan error peramalan dilakukan dengan menggunakan metode Mean
Absolute Percentage Error (MAPE) dan metode Mean Squared Error (MSE). Hal ini
bertujuan untuk mengetahui besar error dari metode peramalan yang dilakukan. Metode
peramalan dengan nilai error terkecil adalah metode yang dipilih untuk melakukan
peramalan 12 periode berikutnya. Berikut ini adalah hasil perhitungan error untuk setiap
metode permalan:

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Error Peramalan Metode Regresi Linier


MSE 66.358
MAPE 0.60901

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Error Peramalan Metode Siklis


MSE 87.7065
MAPE 0.6414

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Error Peramalan Metode Kuadratis


MSE 59.938
MAPE 0.5467

Rekapitulasi perhitungan error dari masing-masing metode dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 4.8 Rekapitulasi Perhitungan Error


No Metode Peramalan MAPE MSE
1 Regresi Linear 60.90% 66.358
2 Kuadratis 54.67% 59.9377
3 Siklis 64.14% 87.7065

Berdasarkan perhitungan error peramalan yang telah dilakukan, metode kuadratis


terpilih sebagai metode peramalan untuk periode berikutnya, karena metode kuadratis
memiliki nilai MAPE dan MSE terkecil, yaitu sebesar 54.67% dan 59.9377.

4.6.4 Verifikasi Metode Peramalan Terpilih


Verifikasi peramalan dilakukan karena adanya kemungkinan dari hasil peramalan
yang berada di luar batas kontrol. Data yang berada di luar batas kontrol harus dibuang dan

51
selanjutnya dilakukan permalan lagi. Verifikasi dari metode peramalan terpilih
menggunakan metode moving average, yang dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Verifikasi Menggunakan Moving Average


Periode Permintaan Peramalan Error |MR| UCL LCL A B A B
1 41 30.1099 10.8901 30.44566 -30.4457 20.29711 10.14855 -20.2971 -10.1486
2 13 25.8821 -12.8821 23.77223 30.44566 -30.4457 20.29711 10.14855 -20.2971 -10.1486
3 24 22.1349 1.8651 14.74725 30.44566 -30.4457 20.29711 10.14855 -20.2971 -10.1486
4 8 18.8681 -10.8681 12.73327 30.44566 -30.4457 20.29711 10.14855 -20.2971 -10.1486
5 19 16.0819 2.9181 13.78621 30.44566 -30.4457 20.29711 10.14855 -20.2971 -10.1486
6 27 13.7762 13.2238 10.30569 30.44566 -30.4457 20.29711 10.14855 -20.2971 -10.1486
7 4 11.9510 -7.9510 21.17483 30.44566 -30.4457 20.29711 10.14855 -20.2971 -10.1486
8 18 10.6064 7.3936 15.34466 30.44566 -30.4457 20.29711 10.14855 -20.2971 -10.1486
9 8 9.7423 -1.7423 9.135864 30.44566 -30.4457 20.29711 10.14855 -20.2971 -10.1486
10 8 9.3586 -1.3586 0.383616 30.44566 -30.4457 20.29711 10.14855 -20.2971 -10.1486
11 7 9.4555 -2.4555 1.096903 30.44566 -30.4457 20.29711 10.14855 -20.2971 -10.1486
12 11 10.0330 0.9670 3.422577 30.44566 -30.4457 20.29711 10.14855 -20.2971 -10.1486

Batas kontrol dari hasil verifikasi peramalan dapat dilihat pada Gambar 4.3

Gambar 4.3 Verifikasi Peramalan Menggunakan Metode Moving Average

52
Berdasarkan verifikasi peramalan yang telah dilakukan tidak terdapat data yang
keluar dari batas kontrol, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk meramalkan permintaan
untuk periode berikutnya.

4.6.5 Hasil Peramalan dengan Metode Dipilih


Hasil peramalan dengan metode terpilih untuk periode selanjutnya dapat dilihat
pada Tabel 4.10
Tabel 4.10 Hasil Peramalan

4.6.6 Economic Order Quantity (EOQ)

Bulan November 2018-Oktober 2019:

2 AD
EOQ =Q* = h

=
√ 2 x Rp 15.000 x 188
Rp 3.435,265
=3

D
= frekuensi
Q*

53
188
=
3
= 63 kali

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Metode EOQ


Biaya Persedian = Ordering Cost + Holding Cost
Q
= (Frekuensi pemesanan x Biaya Pesan) + ((Σ + Safety Stock)
2
Holding Cost (tahun))
= (15 x Rp 15.000) + (( 1 + 16,8639) x Rp 41.795.719,47)
= Rp. 746,859,771
Tabel 4.12 Biaya Persediaan Metode EOQ
Ordering Cost Holding Cost Inventory Cost
Rp 945,000 Rp 587,213,207 Rp 588,158,207
Rp 225,000 Rp 746,634,771 Rp 746,859,771

4.6.7 Safety Stock


Tabel 4.13 Perhitungan Standar Deviasi 12 Periode Kedepan

54
t y' ӯ' y'-ӯ' (y'-ӯ')² Stand. Deviasi
13 11.0909 -17.271 298.29
14 12.6294 -15.733 247.515
15 14.6484 -13.714 188.063
16 17.1479 -11.214 125.756
17 20.1279 -8.234 67.8004
18 23.5884 -4.774 22.7869
28.3620 14.45403847
19 27.5295 -0.833 0.69306
20 31.9510 3.589 12.8815
21 36.8531 8.491 72.1001
22 42.2358 13.874 192.482
23 48.0989 19.737 389.546
24 54.4426 26.081 680.197

November 2021-Oktober 2022:


i
2
Standar Deviasi = ∑ ( y ' - y' )
i=1
n-1
= 14,4540

Lead Time = 1 bulan


Service Level (Z) = 100% - z
= 100% - 95%
= 1,65 (Dari Nilai Tabel Z)

November 2021-Oktober 2022:


Safety Stock = Z x Standar Deviasi x√ Lead time
= 1,65 x 14,4540 x √ 1
= 16,8639 ≈ 17

55
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Safety Stock

4.6.8 Persediaan Maksimun


Periode November 2020-Oktober 2021:
Persediaan Maks. = Safety Stock + EOQ-
= 13 + 3
= 16 buah
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Persediaan Maksimum

4.6.9 Biaya Persediaan di PT Semen Padang


Untuk membandingkan biaya persediaan di perusahaan dengan metode EOQ,
diperlukan pengetahuan mengenai kedua biaya persediaan. Karena PT Semen Padang
menggunakan metode Min-Max untuk mengontrol persediaan bearing, sehingga estimasi
biaya persediaan dihitung dengan menggunakan metode Min-Max.

Periode November 2021-Oktober 2022:


Safety Stock = (Penggunaan Maksimum - rata-rata digunakan) x Lead time
= (54,442 – 28,36) x 1 bulan
= 104,322 ≈ 104 buah
Min Persediaan = (Rata-rata penggunaan x Lead time) + Safety Stock
= (54,442 x 1 bulan) + 104,32

56
= 217,7702 ≈ 218 buah

Max Persediaan = 2 x (rata-rata penggunaan x Lead time)


= 2 x (28,36 x 1 bulan)
= 226,895 ≈ 227 buah

Re Order Point = Max Persediaan - Min Persediaan


= 226,895-217,7702
= 9,125 ≈ 9 buah

Biaya Persediaan = ((Total digunakan / Re Order point) x biaya pemesanan) + (Biaya


penyimpanan x Jumlah pemakaian )
= ((340,34 /9) x Rp 15.000) + (Rp 3.435,265 x 340,34))
= Rp.1,169,729,955
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Menggunakan Metode Min-Max
Nov 2020-Okt 2021 Nov 2021-Okt 2022
Safety stock 689,3333333 104,3223443
Minimum Stock 752 217,7702298
Maximum Stock 125,3333333 226,8957709
Reorder Point 626,6666667 9,125541126
Inventory Cost Rp645.834.247 Rp1.169.729.955

4.6.10 Perbandingan Persediaan Biaya di Perusahaan dan Menggunakan Metode

Setelah dilakukan perhitungan biaya persediaan bearing dengan metode EOQ, maka
dilakukan perbandingan biaya pengendalian dengan metode EOQ tersebut dengan biaya
persediaan yang telah digunakan oleh perusahaan, yaitu metode min-max. Perbandingan
antara kedua metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.24.
.
Tabel 4.17 Perbandingan Biaya Persediaan

57
priode Biaya Perusahaan Biaya EOQ Biaya EOQ
Nov 2020-Okt 2021 Rp645.834.247,49 Rp588.158.207 Rp57.676.041
Nov 2021-Okt 2022 Rp1.169.729.955,19 Rp746.859.771 Rp422.870.184

4.7 Analisis dan Pembahasan Analisis


Analisis dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan
sebelumnya. Langkah pertama untuk peramalan permintaan adalah melakukan plot data
historis. Tujuan plot data adalah untuk melihat pola data sehingga dapat ditentukan metode
yang tepat untuk peramalan permintaan. Berdasarkan plot data, metode peramalan yang
dapat digunakan adalah metode Regresi Linier, metode Siklis, dan metode Kuadratis.

Perhitungan kesalahan peramalan adalah perbedaan antara permintaan aktual


dengan peramalan permintaan. Hal ini berguna untuk menentukan apakah salah satu
metode peramalan lebih baik daripada yang lain. Dalam proses perhitungan menggunakan
tiga metode yang berbeda untuk menghitung peramalan permintaan bearing pada 12
periode berikutnya. Jadi, perhitungan kesalahan peramalan adalah untuk menentukan
metode terbaik yang akan digunakan untuk meramalkan permintaan periode berikutnya.
Metode yang digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan adalah MAPE dan MSE.
Dalam perhitungan kesalahan peramalan terpilih metode kuadratis sebagai metode
peramalan terbaik karena memiliki error terkecil yaitu sebesar 73,69% untuk MAPE dan
29,79 untuk MSE.

Langkah selanjutnya setelah mendapat hasil peramalan dengan menggunakan


metode yang dipilih adalah verifikasi data. Tujuan dari verifikasi adalah untuk melihat
apakah metode peramalan yang diperoleh representatif terhadap data. Proses verifikasi
dilakukan dengan menggunakan metode moving range. Metode moving range digunakan
untuk membandingkan nilai pengamatan aktual dengan nilai peramalan dari suatu
peramalan.

58
Berdasarkan hasil verifikasi didapatkan batas kontrol atas (UCL) sebesar 22,652 dan
batas kontrol bawah (LCL) sebesar -22,652. Hasil peramalan dengan menggunakan metode
terpilih tidak terdapat data yang melampaui UCL ataupun LCL, semua data berada di antara
UCL dan LCL. Apabila telah divalidasi, maka peramalan untuk 12 periode selanjutnya bisa
digunakan.

Setelah diperoleh hasil peramalan untuk 12 periode ke depan dengan metode


terpilih, dilakukan perhitungan pengendalian persediaan bearing untuk memenuhi tujuan
dari pemecahan masalah. Metode pengendalian persediaan yang digunakan dalam masalah
ini adalah EOQ.

Setelah dilakukan peramalan, maka dilakukan pengendalian persediaan bearing


dengan mengunakan metode EOQ. Berdasarkan perhitungan peramalan yang telah
dilakukan, pada periode November 2019-Oktober 2020 diramalkan jumlah permintaan
bearing sebanyak 28 buah dan didapatkan jumlah optimal pemesanan bearing sebesar 2
buah/pemesanan dengan frekuensi pemesanan sebanyak 15 kali. Selain itu juga didapatkan
total biaya persediaan dengan menggunakan metode EOQ sebesar Rp.746,859,771.

Metode pengendalian persediaan yang digunakan oleh PT Semen padang adalah


metode min-max. Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan, biaya pengendalian
persediaan pada PT Semen Padang tidak diketahui secara pasti. Oleh karena itu, pada
penelitian ini digunakan metode min-max untuk mendapatkan estimasi biaya persediaan
bearing. Setelah dilakukan perhitungan, pada periode 12 bulan kedepan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan diperkirakan sebesar Rp.1,169,729,955. Sedangkan biaya
persediaan menggunakan metode EOQ yang didapatkan sebesar Rp.746,859,771. Selisih
antara kedua biaya tersebut sebesar Rp.422,870,184.

EOQ bertujuan untuk melakukan pemesanan dengan meminimalkan total biaya


penyimpanan dan biaya pemesanan. Sehingga jika perusahaan menggunakan metode EOQ
untuk melakukan pengendalian persediaan maka perusahaan dapat menghemat
Rp.422,870,184 dari biaya pengeluaran perusahaan di tahun 2020.

59
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari pembuatan laporan ini adalah sebagai
berikut:
1. Peramalan permintaan bearing pada periode November 2019-Oktober 2020 yaitu
sebanyak 28 buah.
2. Pengendalian persediaan dengan metode EOQ (Economic Order Quantity)
menghasilkan ukuran pemesanan 2 buah dengan frekuensi pemesanan 15 kali,
safety stock sebanyak 17 buah, dan maximum inventory sebanyak 19 buah.
3. Pengendalian persediaan yang telah dilakukan oleh perusahaan belum optimal
karena perusahaan masih bisa meminimasi total biaya persediaan jika menggunakan
metode EOQ

5.2. Saran
Rekomendasi yang diberikan kepada peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Data historis yang digunakan dapat lebih dari 2 periode agar lebih akurat.
2. Perusahaan sebaiknya memiliki rincian biaya yang dikeluarkan saat melakukan
pengendalian persediaan seperti biaya pemesanan setiap kali pesanan dan biaya
penyimpanan, sehingga perusahaan dapat menghitung biaya untuk melakukan
pengendalian persediaan.
3. Perusahaan perlu melakukan pengendalian persediaan untuk material-material yang
bersifat cepat habis, sehingga tidak akan mengganggu proses produksi.
Adapun saran yang diberikan untuk penulis ialah sebagai berikut:

60
DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. (2004). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Hartini, Sri. 2011. Teknik Mencapai Produksi Optimal. Bnadung : CV Lubuk Agung

Rangkuty, F. 2004. Manajemen Sediaan Aplikasi di Bandung Bisnis. Jakarta : Gratindo


Perkasa

Soedjianto, F, dkk. 2006. Perancangan dan Pembuatan Sistem Perencanaan Produksi


(Studi Kasus Pada PT. Vonita Garment). Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006). Yogyakarta. Universitas Negeri
Yogyakarta

Tohir, Akhmat. 2011. Analisis Peramalan Penjualan Minyak Sawit Kasar (CPO) pada PT.
Kharisma Pemasaran Bersama (KPB) Nusantara. Jakarta. UIN Syarif
Hidayatullah

Vincent Gaspersz, Dr, D.Sc., CFPIM, CIQA, 2004. Production and Inventory Control.
Jakarta: PT. Gramedia.

Yamit, Zulian. 2005. Manajemen Persediaan. Yogyakarta. Ekonisia

61

Anda mungkin juga menyukai