Anda di halaman 1dari 91

MODUL

AKUNTANSI BIAYA

Oleh :
YULIA, S.E, M.M
NIP. 200809937

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI


FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Waa Ta'ala yang telah
memberikan kemampuan untuk Penulis, sehingga dapat menyusun modul akuntansi biaya,
sebagai acuan dalam pembelajaran pada perhitungan biaya produksi. Modul ini muncul
adanya kebutuhan yang harus ada dengan acuan garis – garis Besar Program Belajar (GBPB)
yang mengikuti perkembangan dilapangan, sehingga Modul ini akan tetap up to date. Isi Inti
Pokok pada modul ini adalah agar mahasiswa/mahasiswi, pelajar maupun pengusaha dan
siapapun yang berminat dapat mudah memahami dan menguasai permasalahan bisnis yang
sangat komplek.

Penulis merasa bahwa penyusunan modul akuntansi biaya sangat dibutuhkan sekali
bagi para mahasiswa/ mahasiswi atau pihak lain yang ingin mempelajari Akuntansi Biaya
yang mudah dipelajari. Oleh karena itu, penyusun berharap Modul ini bermanfaat bagi
lembaga pendidikan dan mahaiswa/mahasiswi serta pihak lain yang mempelajarinya.

Penulis sangat sadar bahwa semua insan pasti mempunyai kelemahan-kelemahan oleh
karena itu penyusun menyadari dalam penyusunan modul ini masih ada kekurangan-
kekurangan baik dalam pemadatan materi maupun bahasa serta kelengkapan kasus, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan sumbang saran dari rekan-rekan yang membaca
modul ini untuk dapat menjadi modul yang lebih lengkap dan lebih baik. Besar harapan modul
Akuntansi Biaya ini dapat dijadikan modul pegangan para pembaca, sehingga dipakai oleh
masyarakat luas.

Pontianak, Maret 2021

Yulia, S.E., M.M.

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar .................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan Akuntansi Biaya .................................................................................... 1
Bab II Metode Harga Pokok Pesanan ................................................................................. 11
Bab III Metode Harga Pokok Proses Pengantar .................................................................. 20
Bab IV Metode Harga Pokok Proses Lanjutan ................................................................... 34
Bab V Biaya Bahan Baku .................................................................................................. 41
Bab VI Biaya Tenaga Kerja ............................................................................................... 50
Bab VII Biaya Overhead Pabrik......................................................................................... 54
Bab VIII Sistem Biaya Taksiran ........................................................................................ 65
Bab IX Sistem Biaya Standar............................................................................................. 80

ii
BAB I
Pendahuluan Akuntansi Biaya

Pengertian Akuntansi Biaya


Akuntansi biaya yang akan dipelajari secara umum adalah pencatatan yang
mempunyai tujuan memberikan informasi biaya manajemen untuk menentukan harga pokok
produksi pada perusahaan manufaktur. Informasi biaya ini akan bermanfaat dalam
pengambilan keputusan (decision maker). Apa yang dimaksud dengan biaya ? Biaya adalah
pembayaran kas atau ekuivalennya atau komitmen untuk membayar kas di masa depan dengan
tujuan memperoleh pendapatan. Sedangkan Akuntansi Biaya merupakan obyek yang dicatat,
digolongkan, diringkas dan disajikan menjadi laporan keuangan. Ada empat unsur pokok
dalam akuntansi biaya :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satu satuan uang
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensi akan terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu
Untuk membedakan pengertian biaya dalam arti luas, dalam arti sempit biaya adalah
harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan.
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang lebih sering disebut dengan
istilah Harga Pokok. Istilah harga pokok juga digunakan untuk menunjukkan pengorbanan
sumber ekonomi dalam pengolahan bahan baku menjadi sebuah produk. Pengorbanan
ekonomi dapat menghasilkan dan dapat pula tidak menghasilkan manfaat, Apabila dalam
pengorbanan sumber ekonomi tersebut menghasilkan manfaat, maka pengorbanan tersebut
disebut laba dan sebaliknya disebut rugi.

Konsep Akuntansi Biaya


Akuntansi biaya berfungsi untuk menilai suatu pengorbanan untuk menghasilkan
pendapatan dengan memperhitungkan seluruh biaya dalam kegiatan usaha dan berapa besar
laba yang mampu diperoleh sehingga menghasilkan selisih yang dapat menunjukkan laba
atau rugi dari suatu kegiatan usaha. Konsep utama adalah berasala dari informasi biaya
disajikan dalam akuntansi biaya adalah merupakan suatu sistem, seperti yang disajikan
pada gambar 1.1 berikut ini :

PROSES
INPUT OUTPUT
- Penentuan
Informasi
biaya
- Pencatatan dan
penggolongan
biaya
- Analisis biaya
- Pelaporan biaya

Gambar 1.1
Konsep Akuntansi Biaya

1
Konsep akuntansi biaya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
Yaitu suatu proses yang dilaksanakan manajemen, ketika dihadapkan dengan suatu
masalah khusus, mengevaluasi setiap alternatif untuk dapat mencapai suatu keputusan
tentang tindalkan yang akan dilakukan di masa mendatang.
2. Pengendalian (controlling)
Kegiatan ini mencakup pengawasan sistemastis pelaksanaan pekkerjaan menentukan
sejauh mana sasaran-sasaran telah dicapai. Hasil- hasil sesungguhnya harus selalu diukur
dengan menggunakan patokan, standar seperti misalnya anggaran, biaya standar, standar
waktu dan sebagainya yang telah ditentukan sebelumnya untuk segala kegiatan dalam
bidang produksi, pemasaran, keuangan dan aktivitas lainnaya dalam perusahaan. Setiap
penyimpangan yang cukup berarti terhadap standar tersebut akan dapat segera diketahui
dan pihak manajemen dapat segera mengambil tindakan perbaikan.

Konsep akuntansi biaya ini sangat diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan,
agar supaya jelas pengeluaran mana yang akan masuk pada biaya produksi dan pengeluaran
yang masuk pada biaya operasional.

Akuntansi Biaya Merupakan Bagian Dari Akuntansi Keuangan Dan Akuntansi


Manajemen
Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen. Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen mempunyai dua kesamaan,
yaitu keduanya merupakan sistem pegolahan informasi yang menghasilkan informasi
keuangan dan keduanya merupakan penyedia informasi keuangan yang bermanfaat bagi
manajemen untuk pengambilan keputusan. Manajemen membutuhkan informasi
akuntansi biaya untuk pemilihan alternatif atas kenyataan keuangan yang dihadapinya.
Sedangkan perbedaan antara akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan adalah
sebagai berikut ;

Keterangan Akuntansi Manajemen Akuntansi Keuangan


1. Pemakai laporan Manajer puncak dan pihak Manajer berbagai jenjang dari suatu
diluar perusahaan.
perusahaan.
2. Lingkup Informasi Perusahaan keseluruhan Bagian perusahaan
3. Fokus Informasi Berorientasi ke masa Berorientasi pada masa
lalu. yang akan datang.
4. Rentang waktu Kurang fleksibel, biasa nya Fleksibel, bervariasi dari harian,
jangka waktu triwulan, semester mingguan,
atau tahunan. bulanan tergantung
kebutuhan perusahaan.

2
5. Kriteria informasi Dibatasi oleh prinsip akuntansi Tidak ada batasan, kecuali
akuntansi. yang lazim dan diawasi manfaat yang dapat diperoleh
organisasi yang berwenang oleh manajemen atas infor-
seperti masi yang dihasilkan.
IAI.
6.Disiplin sumber Ilmu ekonomi Ilmu ekonomi dan
psikologi sosial.
7. Isi laporan Laporan merupakan rang kuman Laporan berifat rinci tentang
kegiatan keselu ruhan bagian perusa haan.
perusahaan.

8. Sifat informasi Ketepatan informasi Unsur taksiran dalam informasi


merupakan hal yang penting. adalah besar.

Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk pihak luar perusahaan dengan
memperhatikan karakteristik dari akuntansi keuangan. Dengan demikian akuntansi biaya
merupakan bagian dari akuntansi keuangan. Sedangkan proses akuntansi biaya dapat
ditujukan pula untuk memenuhi kebutuhan pemakai perusahaan maka akuntansi biaya
harus memperhatikan karakteristik akuntansi manajemen.
Akuntansi biaya menjadi dasar dalam menyajikan data biaya untuk akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen, seperti pada gambar 1.2. berikut ini :

Gambar 1.2. Hubungan Akuntansi Biaya , akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan

Tujuan Akuntansi Biaya


Tujuan akuntansi biaya dikhususkan agar dapat menyediakan informasi tentang
pendapatan dan biaya yang relevan dengan kebutuhan manajemen perusahaan, akuntansi
biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu :

3
1. Penentuan harga pokok produk.
Akuntansi biaya mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya-biaya pembuatan
produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya
yang telah terjadi di masa yang lalu atau biaya historis.
2. Pengendalian biaya.
Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya
dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk. Jika biaya yang seharusnya telah
ditetapkan, akuntansi biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang
sesungguhnya sesuai dengan biaya yang dianggarkan perusahaan, maka diadakan analisis
selisih biaya yang dapat dievaluasi penyebab dan penyimpangan yang sangat dibutuhkan
manjemen untuk pengambilan keputusan.
3. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan menyangkut masa yang akan datang membutuhkan informasi
yang relevan. Akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan mengembangkan berbagai
konsep informasi biaya seperti : Biaya kesempatan (opportunity cost), biaya hipotesis
(hypothetical cost), biaya tambahan (incremental cost), biaya terhindarkan (avoidable
cost) dan pendapatan yang hilang (forgone revenue).

Penggolongan Biaya
Akuntansi biaya mempunyai tujuan untuk memberikan informasi biaya yang akan
digunakan untuk berbagai tujuan. Karena dalam penggolongan biaya ada beberapa macam
dasar penggolongan biaya, maka dalam penggolongan biaya disesuaikan dengandasar
tujuannya (keperluan). Berikut adalah beberapa penggolongan biaya menurut :
1. Obyek pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan
biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah biaya gaji dan upah maka semua obyek
pengeluaran yang berhubungan dengan bertambah dan berkurangnya jumlah gaji dan upah
digolonkan pada obyek pengeluaran tersebut.
2. Fungsi pokok dalam perusahaan.
Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi
produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam
perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok ;
a. Biaya produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi
yang siap untuk dijual. Biaya produksi dibagi menjadi menurut obyek pengeluarannya
yaitu :
- Biaya bahan baku, bahan adalah barang yang akan diproses/diolah menjadi
produk.
- Biaya tenaga kerja langsung, adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan
yang manfaatnya langsung dapat diidentifikasikan pada produk tertentu yang
dihasilkan perusahaan.
4
- Biaya overhead pabrik, adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Seperti :
1) Biaya bahan penolong
2) Biaya tenaga kerja tidak langsung
3) Penyusutan aktiva tetap
4) Reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap
5) Biaya listrik , air
6) Biaya asuransi
b. Biaya pemasaran
Merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
c. Biaya administrasi dan umum
Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran
produk.
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan
sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :
a. Biaya langsung (direct cost)
Adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu
yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung.
b. Biaya tidak langsung (indirect cost).
Adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya
overhead pabrik. Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu.

4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan Biaya dapat
digolongkan menjadi :
a. Biaya variabel (Variable Cost)
Adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan volume kegiatan.
Misalnya untuk memproduksi 1 unit produk membutuhkan bahan baku 1 Kg seharga
Rp. 30, apabila memproduksi 10 unit maka membutuhkan bahan baku 10 Kg dan biaya
sebesar Rp. 3.000. Dengan demikian semakin besar kegiatan produksi semakin besar
biaya variable dan semakin kecil kegiatan produksi maka semakin kecil biaya variabel.
b. Biaya tetap
Adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Maksudnya
besar kecilnya tetap sama tidak terpengaruh pada volume kegiatan.
c. Biaya semivariabel
Adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah namun perubahannya tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Misalnya apabila perusahaan menginginkan
5
volume penjualan barang dagangan bertambah, maka perusahaan akan memberikan
komisi penjualan dengan ketentuan apabila produk terjual lebih dari 10 unit maka akan
diberikan komisi Rp. 10, apabila produk terjual lebih dari 20 unit maka akan diberikan
komisi Rp. 20.
5. Jangka waktu manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dibagi menjadi 2 :
a. Pengeluaran modal (capital expenditures)
Adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya
satu periode akuntansi adalah 1 tahun). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya
dibebankan sebagai harga pokok aktiva dan dibebankan dalam tahun-tahun yang
menikmati manfaatnya dengan cara depresiasi, amortisasi atau deplesi.
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya pengeluaran pendapatan ini dibebankan
sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran
biaya tersebut.

6. Kegiatan operasional
Biaya operasional digolongkan menjadi 2 golongan yaitu :
a. Biaya produksi yang terdiri dari :
- Biaya bahan baku (Direct material)
- Biaya tenaga kerja (Direct Labour)
- Biaya Tak langsung (Factory overhead)
b. Biaya non produksi
- Biaya penjualan (Selling Cost)
- Biaya administrasi dan umum (Administration cost)

Proses Produksi
Umumnya dalam memahami akuntansi biaya diterapkan pada perusahaan
manufaktur. Akuntansi biaya tidak hanya diterapkan dalam perusahaan manufaktur tetapi
dapat juga diterapkan pada perusahaan jasa seperti perhotelan, transportasi dan
telekomunikasi. Dalam suatu perusahaan managemen mengatur fungsi-fungsi kegiatan
untuk saling berinteraksi agar dapat bekerja sama dalam menghasilkan suatu produk
barang ataupun jasa. Koordinasi kegiatan perusahaan dituangkan dalam struktur
organisasi yang menggambarkan wewenang dan tanggung jawab dari tiap bagian seperti
bagian produksi, bagian pemasaran, bagian akuntansi dan bagian administrasi dan umum.
Salah satu tujuan akuntansi biaya adalah untuk menentukan harga pokok produk. Untuk
dapat menentukan harga pokok produk maka perlu memahami proses pembuatan produk.
Dalam menghitung biaya produksi, akuntansi biaya harus mengikuti proses pengolahan

6
bahan baku menjadi produk jadi. Setiap tahap pengolahan bahan baku memerlukan
pengorbanan sumber ekonomi, sehingga akuntansi biaya harus mengikuti proses
pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Setiap pengolahan bahan baku memerlukan
pengorbanan sumber ekonomi, sehingga akuntansi biaya digunakan untuk mencatat setiap
sumber ekonomi yang dikorbankan dalam setiap tahap pengolahan tersebut, untuk
menghasilkan informasi biaya produksi yang dikonsumsi dalam menghasilkan produk.

Metode Penentuan Harga Pokok Produksi


Merupakan metode harga pokok produksi dengan cara memperhitungkan unsur-
unsur biaya ke dalam harga pokok produksi dengan menggunakan dua pendekatan yaitu:
Full costing
Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua
unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja lansung
dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Komponen
unsur biaya produksi dengan pendekatan metode full costing adalah sebagai berikut;
Biaya bahan baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Biaya overhead pabrik tetap xx
Harga pokok produksi xx

Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur
harga pokok produksi ditambah dengan biaya non produksi. Biaya non produksi yaitu
biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum.
Variabel costing
Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhiungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik variabel.
Komponen unsur biaya produksi dengan pendekatan metode variabel costing adalah ;
Biaya bahan baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Harga pokok produksi xx

Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan variabel costing terdiri dari unsur
harga pokok produksi variabel ditambah dengan biaya non produksi variabel. Biaya non
produksi yaitu biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi & umum variabel dan
biaya tetap/periode. Biaya periode yaitu biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran
tetap dan biaya administrasi dan umum tetap.

7
Laporan Laba Rugi
Laporan keuangan merupakan rangkuman catatan dari seluruh proses kegiatan produksi
dan proses akuntansi. Kegiatan perusahaan manufaktur terdiri dari pengolahan bahan
baku menjadi produk jadi dan penjualan produk jadi tersebut kepada konsumen atau
perusahaan manufaktur lain. Kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi terdiri
dari 3 kelompok pengorbanan ekonomi : a. Pengorbanan bahan baku, b.Pengorbanan jasa
tenaga kerja dan c. Pengorbanan jasa fasilitas.
Dalam menyajikan laporan laba rugi perusahaan produksi atau manufaktur,
pengorbanan yang dikeluarkan dikelompokkan kedalam 3 golongan :
1) Pengorbanan sumber ekonomi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi,
kelompok ini disebut dengan biaya produksi .
2) Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran produk jadi, kelompok ini
disebut dengan biaya pemasaran.
3) Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain produksi dan pemasaran produk,
kelompok ini disebut dengan biaya administrasi dan umum.

Contoh laporan laba-rugi perusahan manufaktur.


PT. MANUFAKTURKU

Laporan Laba rugi per 31 Desember 2004

Pendapatan penjualan Rp 1.000.000

Harga pokok penjualan

Persediaan produk jadi Rp 50.000

Harga pokok produksi

Persediaan awal produk dalam proses Rp 20.000

Biaya Produksi :

Biaya bahan baku Rp 100.000


Biaya tenaga kerja langsung Rp 120.000

Biaya overhead pabrik Rp 150.000

Rp 370.000
Rp 390.000

Persediaan akhir produk proses (Rp 30.000)

Harga pokok produksi Rp 360.000

Harga pokok produk yang tersedia untuk dijual Rp 410.000

Persediaan akhir produk jadi (Rp 40.000)

Harga pokok penjualan Rp 370.000

Laba bruto Rp 630.000

Biaya Usaha :

Biaya administrasi & umum Rp 112.000

Biaya pemasaran RP 350.000

8
Rp 462.000

Laba bersih usaha Rp 168.000

Pendapatan di luar usaha Rp 80.000

Biaya diluar usaha Rp 38.000

Rp 42.000

Laba bersih sebelum pajak Rp 210.000

Pajak penghasilan 35 % Rp 73.500

Laba bersih setelah pajak Rp 136.500

Siklus Akuntansi Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur


Siklus akuntansi biaya dalam suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh siklus
kegiatan usaha perusahaan tersebut. Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur
digunakan untuk mengikuti proses pengolahan produk, sejak dari dimasukkannya bahan baku
ke dalam proses produksi sampai dengan dihasilkan produk jadi dari proses produksi tersebut.
Hubungan antara siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

Gambar 1.3 Siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya


9
Siklus akuntansi biaya dapat pula digambarkan pada rekening-rekening yang ada
dalam buku besar. Untuk menampung biaya dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku
menjadi produk jadi.

Gambar 1.4 Aliran biaya produksi dalam rekening buku besar

Metode Pengumpulan Harga Pokok


Pelaksanaan dari metode pengumpulan harga pokok pada suatu perusahaan tergantung
paad sifat dan karakteristik pengolahan bahan menjadi produk selesai, dimana pada metode
pengumpulan harga pokok dikelompokkan menjadi:
1. Metode Harga Pokok Pesanan ( Job order cost method)
Pada metode ini produk yang dihasilkan bentuknya tergantung dari spesifikasi
pemesan, oleh karena itu besarnya harga pokok untuk setiap pesanan belum dapat
diperhitungkan pada awal periode tetapi dapat dihitung pada saat akan diserahkan produk
pada pemesan. Namun dengan menggunakan dasar perhitungan data masa sebelumnya
dapat diperhitungkan untuk menerima atau menolak pesanan.
2. Metode Harga Pokok Proses (Process cost method)
Pada metode ini mempunyai karakter bahwa produk yang dihasilkan bentuknya
homogen tanpa dipengaruhi oleh spesifikasi yang diminta oleh pembeli. Oleh karena itu
penentuan harga pokok produk tidak begitu sulit dibandingkan dengan harga pokok
pesanan.

Pada prakteknya suatu perusahaan dapat mengkombinasikan kedua metode


tersebut tergantung kemampuan dari manajemen dalam menghasilkan suatu produk.

10
BAB II
Metode Harga Pokok Pesanan

Siklus akuntansi biaya pada suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh siklus kegiatan
usaha perusahaan tersebut. Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan
mengolah bahan mentah menjadi produk yang siap dijual di bagian ke produksi dan
berakhir dengan mengirim dan menyimpan produk yang siap dijual tersebut ke bagian
gudang (jika diproduksi secara masal) atau berakhir dengan memberikan produk
tersebut ke pemesan (jika diproduksi berdasarkan pesanan). Dengan demikian siklus
akuntansi biaya pada perusahaan manufaktur dimulai dengan pencatatan harga pokok
bahan baku yang digunakan dalam proses produksi, kemudian dilanjutkan dengan
mencatat biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik hingga produk tersebut siap
untuk dijual. Siklus akuntansi biaya pada perusahaan manufaktur dapat digambarkan
sebagai berikut

Gambar 2.1 Siklus Akuntansi Biaya Pada Perusahaan Manufaktur

Sebelumnya kita sudah bahas mengenai metode harga pokok pesanan (job order
cost methode) dan sekarang kita akan bahas lebih lanjut contoh kasus untuk metode
tersebut dengan menggunakan pendekatan full costing.
11
Contoh:

PT. Accorner merupakan perusahaan yang bergerak di bidang percetakan. Semua


pesanan diproduksi berdasarkan spesifikasi yang diminta oleh pemesan dan biaya
produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima. Perusahaan menggunakan
pendekatan full costing dalam penentuan harga pokok produksi. Dalam mencatat
biaya produksi, setiap pesanan diberikan nomor pesanan dan setiap dokumen sumber
dan dokumen pendukung diberi indentitas nomor pesanan yang bersangkutan. Pada
bulan november 20X2, PT Accorner mendapat pesanan untuk mencetak undangan
sebanyak 1500 lembar dari PT Rimendi dengan harga Rp 3.000 per lembar. Dalam
bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan
sebanyak 20.000 lembar dari PT. Oki dengan harga Rp 1.000 per lembar. Pesanan dari
PT Rimendi diberi nomor 101 dan pesanan dari PT Oki diberi nomor 102. Kegiatan
produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut adalah sebagai berikut:

Pembelian bahan baku dan bahan penolong

Bahan baku dan bahan penolong yang dibeli pada tanggal 3 November untuk
keperluan produksi adalah sebagai berikut:

Perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong secara kredit. Bahan baku dan
bahan penolong dibeli oleh bagian pembelian. Bahan tersebut disimpan didalam
gudang menanti hingga saatnya digunakan dalam proses produksi. Perusahaan
menggunakan dua rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan: Persediaan

12
Bahan Baku dan Persediaan Bahan Penolong. Pembelian bahan baku dan bahan
penolong di atas dicatat sebagai berikut:

2. Pemakaian bahan baku dan bahan penolong dalam proses produksi

Untuk dapat mencatat bahan baku dan bahan penolong dalam tiap pesanan, perusahaan
menggunakan dokumen yang disebut bukti permintaan dan pengeluaran barang
gudang. Dokumen ini diisi oleh bagian produksi dan diserahkan ke bagian gudang
untuk meminta bahan baku yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan. Kemudian,
bagian gudang akan mengisi jumlah bahan baku yang diserahkan ke bagian produksi
pada dokumen tersebut. Dokumen tersebut selanjutnya digunakan sebagai dokumen
sumber untuk dasar pencatatan pemakaian bahan. Untuk memproses pesanan 101 dan
102 digunakan bahan sebagai berikut:

Jumlah bahan baku yang dipakai (Rp 1.350.000 + Rp 4.125.000) = Rp 5.475.000

Sementara itu, bahan penolong yang digunakan untuk memproses kedua pesanan
tersebut adalah sebagai berikut:

13
Atas dasar bukti permintaan dan pengeluaran gudang tersebut, jurnal yang diperlukan
adalah sebagai berikut:

Karena dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara biaya langsung
dengan biaya tidak langsung maka pemakaian bahan penolong yang merupakan biaya
tidak langsung dicatat dengan mendebet rekening Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya dan mengkredit Persediaan Bahan Penolong.

Kenapa bukan dengan mendebet rekening Barang Dalam Proses – Biaya Overhead
Pabrik?

Rekening Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik hanya didebet untuk
mencatat biaya overhead pabrik berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. Jadi
pemakaian bahan baku akan dijurnal sebagai berikut:

3. Pencatatan biaya tenaga kerja

Untuk mencatat biaya tenaga kerja, terlebih dahulu dipisahkan antara upah langsung
dan upah tidak langsung. Upah langsung dicatat dengan mendebet rekening Barang
Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Lansung sedangkan upah tidak langsung dicatat

14
dengan menggunakan rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Misalkan
biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi adalah sebagai berikut:

Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan dengan tahap-tahap berikut:

a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan

b. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja

Karena biaya tenaga kerja terdiri dari beberapa unsur biaya yakni biaya tenaga kerja
lansung, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya non produksi (gaji karyawan
bagian adm dan bagian pemasaran) maka diperlukan adanya distribusi biaya tenaga
kerja sehingga jurnal untuk mencatat transaksi biaya tersebut adalah sebagai berikut:

c. Pencatatan pembayaran gaji dan upah

Gaji dan upah yang dibayarkan akan dicatat dengan jurnal berikut:

15
4. Pencatatan biaya overhead pabrik

Pencatatan biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua yakni biaya overhead pabrik
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi. Biaya overhead pabrik berdasarkan tarif yang ditentukan di
muka adalah biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk pesanan. Tarif
biaya overhead pabrik ini umumnya dihitung di awal tahun anggaran berdasarkan
angka anggaran biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik berdasarkan tarif yang
ditentukan di muka di catat mendebet rekening Barang Dalam Proses – Biaya
Overhead Pabrik dan mengkredit rekening Biaya Overhead yang Dibebankan. Biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi merupakan biaya overhead pabrik yang
benar-benar terjadi pada saat proses produksi dan dicatat dengan mendebet rekening
kontrol Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Secara periodik (biasanya akhir bulan)
biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk akan dibandingkan dengan
biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan mendebet rekening Biaya Overhead
Pabrik yang Dibebankan dan mengkredit rekening Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya kemudian dihitung selisihnya. Misalkan biaya overhead pabrik yang
dibebankan kepada produk adalah sebesar 150% dari biaya tenaga kerja masing-
masing produk sehingga biaya overhead pabrik yang dibebankan pada masing-masing
produk adalah sebagai berikut:

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan di atas adalah:

16
Misalkan selama proses produksi terdapat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi selain yang disebut dalam jurnal #4 dan #6 seperti berikut:

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi seperti
disebut di atas adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui apakah biaya overhead pabrik yang dibebankan menyimpang dari
biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi maka saldo rekening Biaya
Overhead Pabrik yang Dibebankan ditutup ke rekening Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya.

Setelah itu kita hitung saldo Biaya Overhead Pabrik yang sesungguhnya terjadi seperti
berikut:

17
Selisih tersebut akan dipindahkan ke rekening Selisih Biaya Overhead Pabrik dengan
mencatat jurnal berikut:

5. Pencatatan harga pokok produk jadi

Harga pokok produk yang sudah jadi dapat dihitung dari informasi biaya yang
dikumpulkan dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Misalkan produk
yang sudah selesai diproduksi adalah pesanan 101 . Harga pokok produk pesanan 101
berdasarkan kartu harga pokok pesanan adalah sebagai berikut:

Harga pokok produk pesanan 101 dicatat dengan jurnal berikut:

6. Pencatatan harga pokok yang masih dalam proses

Pada akhir periode, kemungkin terdapat produk yang masih dalam proses produksi.
Biaya yang telah dikeluarkan untuk pesanan tersebut dapat dilihat dalam kartu harga
pokok pesanan yang bersangkutan kemudian dibuat jurnal untuk mencatat persediaan
produk dalam proses dengan mendebet rekening Persediaan Produk Dalam Proses dan
mengkredit rekening Barang Dalam Proses. Misalkan produk yang masih dalam
proses adalah pesanan 102 dengan rincian biaya berdasarkan kartu harga pokok
pesanan adalah sebagai berikut:

18
Jurnalnya adalah:

7. Pencatatan harga pokok produk yang dijual

Harga pokok produk yang diserahkan kepada pemesan dicatat dengen mendebet
rekening Harga Pokok Penjualan dan mengkredit Persediaan Produk Jadi. Untuk
pesanan 101 jurnalnya adalah sebagai berikut:

8. Pencatatan pendapatan penjualan produk

Pendapatan dicata dengan mendebet rekening Piutang Dagang (penjualan dilakukan


secara kredit) dan mengkredit rekening Hasil Penjualan. Di awal disebutkan bahwa
harga jual untuk pesanan 101 adalah Rp 3000 per lembar dengan jumlah sebanyak
1500 lembar sehingga jumlah keseluruhannya adalah RP 4.500.000. Jurnal yang
dibuat adalah sebagai berikut:

19
BAB III
METODE HARGA POKOK PROSES – PENGANTAR

Karakteristik Metode Harga Pokok Proses


Karakter produksinya sbb:
Produk yg dihasilkan merupakan produk standar
Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi
rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu

Perbedaan Metode Harga Pokok Proses Dengan Metode Harga Pokok Pesanan
pengumpulan biaya produksi
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan,
sedangkan metode harga pokok proses mengumpulka biaya produksi per departemen
produksi per periode akuntansi
perhitungan harga pokok produksi per satuan
metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi per satuan dengan
cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah
satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini
dilakukan pada saat pesanan telah selesai diproduksi. Metode harga pokok proses
menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara membagi total biaya
produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan selama periode yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan setiap akhir
periode akuntansi ( biasanya akhir bulan)
penggolongan biaya produksi
dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan menjadi biaya
produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung
dibebankan kepada produk berdasar biaya sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya
produksi tidak langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tariff yang ditentukan
dimuka. Didalam metode harga pokok proses, pembedaan biaya produksi langsung
dan biaya produksi tidak langsung seringkali tidak diperlukan, terutama jika
perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk (seperti perusahaan semen,

20
pupuk, bumbu masak). Karena harga pokok persatuan produk dihitung setiap akhir
bulan, maka umumnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar
biaya yang sesungguhnya terjadi.
unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik.
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam metode ini biaya overhead pabrik
dibebankan kepada produk atas dasar tariff yang ditentukan dimuka. Di dalam metode
harga pokok proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya
bahan baku dan bahan penolong dan biaya tenaga kerja ( baik yang langsung maupun
yang tidak langsung). Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada
produk sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi tertentu.

Manfaat informasi harga pokok produksi


Menentukan harga jual produk
Memantau realisasi biaya produksi
Menghitung laba atau rugi periodic
Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca

Metode Harga Pokok Proses- Tanpa Memperhitungkan Persediaan Produk


Dalam Proses Awal
Variasi Contoh Penggunaan Metode Harga Pokok Proses Yang Diuraikan Dalam Bab
Ini Mencakup:
1) metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya dioleh
hanya melalui satu departemen produksi
2) metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah
melalui lebih dari satu departemen produksi
3) pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga
pokok produksi per satuan, dengan anggapan:
4) produk hilang pada awal proses
5) proiduk hilang pada akhir proses

21
Metode Harga Pokok Proses – Produk Diolah Melalui Satu Departemen
Produksi
Contoh 1.
PT Risa Rimendi mengolah produknya secara massa melalui satu departemen
produksi. Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 19x1 disajikan dalam
gambar 3.1
Biaya bahan baku Rp 5.000.000
Biaya bahan penolong Rp 7.500.000
Biaya tenaga kerja Rp 11.250.000
Biaya overhead pabrik Rp 16.125.000
Total biaya produksi Rp 39.875.000
Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah :
Produk jadi 2.000 kg
Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian
sebagai berikut: Biaya bahan baku : 100 %;biaya bahan penolong 100 500 kg
%, biaya tenaga kerja 50 %; biaya overhead pabrik 30 %.

Data produksi PT Risa Rimendi Bulan Januari 19x1


Masuk ke dalam proses: 2.500 kg
Produk jadi : 2000 kg
Produk dalam proses akhir 500 kg

Perhitungan harga pokok produksi per satuan


Unsure biaya Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per
produksi satuan
(1) (2) (3) (2);(3)
Bahan baku Rp 5.000.000 2.500 Rp 2.000
Bahan penolong Rp 7.500.000 2.500 3.000
Tenaga kerja Rp 11.250.000 2.250 5.000
Overhead pabrik Rp 16.125.000 2.150 7.500
39.875.000 17.500

22
Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses

Harga pokok produk jadi : 2.000 x Rp 17.500 Rp 35.000.000


Harga pokok persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100 % x 500 x Rp 2.000 = Rp 1.000.000
Biaya bahan penolong 100 % x 500 x Rp 3.000= Rp 1.500.000
Biaya tenaga kerja 50 % x 500 x Rp 5.000= Rp 1.250.000
Biaya overhead pabrik 30 % x 500 x rp 7.500= Rp 1.125.000 Rp 4.875.000
Jumlah biaya produksi bulan januari 19x1 Rp 39.875.000

Jurnal pencatatan biaya produksi


jurnal untuk mencatat biaya bahan baku ;
Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 5.000.000
Persediaan bahan baku Rp 5.000.000

Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong


Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 7.500.000
Persediaan bahan penolong Rp 7.500.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja Rp 11.250.000
Gaji dan upah Rp 11.250.000

JurnaL untuk mencatat biaya overhead pabrik


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 16.125.000
Berbagai rekening yang dikredit Rp 16.125.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persediaan produk jadi Rp 35.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 4.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 6.000.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp 10.000.000
23
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 15.000.000

Jurnal mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
dioleh pada akhir bulan januari 19 x1

Persediaan produk dalam proses Rp 4.875.000


Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp 1.000.000
Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp 1.500.000
Barang dalam proses- Biaya tenaga kerja Rp 1.250.000
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp 1.125.000

Metode Harga Pokok Proses –Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu
Departemen Produksi
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen
setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif.
Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah
merupakan produk jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi
dari departemen produksi sebelumnyua tersebut, maka harga pokok produk yang
dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari:
biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama

Contoh2:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya :
Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua
departemen tersebut untuk bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

24
Data produksi Bulan Januari 19x1
Departemen Departemen
A B
Produk yang dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 30.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 19x1
Biaya bahan baku Rp 70.000 Rp 0
Biaya tenaga kerja Rp 155.000 Rp 270.000
Biaya overhead pabrik Rp 248.000 Rp 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam produk proses akhir
Biaya bahan baku 100%
Biaya konversi 20% 50%

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen A


Unsur biaya Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per
produksi kg

Bahan baku Rp 70.000 35.000 Rp 2


Tenaga kerja 155.000 31.000 5
Overbead pabrik 248.000 31.000 8
Total Rp 173.000 Rp 15

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep A
Harga pokok produk jadi : 30.000 x Rp 15 Rp 450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100 % x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000
Biaya tenaga kerja 20 % x 5.000 x Rp 5 = Rp5.000
Biaya overhead pabrik 20 % x 5.000 x Rp 8= Rp 8.000
Rp 23.000
Jumlah biaya produksi Departemen A bulan januari 19x1 Rp 473.000

Jurnal pencatatan biaya produksi departemen A


Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :
Barang dalam proses-biaya bahan baku departemen A Rp 70.000
Persediaan bahan baku Rp 70.000

25
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :
Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen A Rp 155.000
Gaji dan upah Rp 155.000
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen A
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen A Rp 248.000
Berbagai rekening yang di kredit Rp 248.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen A
ke departemen B:
Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 240.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam department A pada akhir bulan januari 19x1
Persediaan produk dalam proses-departemen A Rp 23.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 10.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 5.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 8.000

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen B


Unsur biaya Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per
produksi kg

Tenaga kerja 270.000 27.000 10


Overbead pabrik 405.000 27.000 15
Total Rp 675.000 Rp 25

26
Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep B
Harga pokok produk selesai yang di transfer departemen B ke
gudang
Harga pokok dari departemen A : 24.000 x Rp 15 Rp 360.000
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B : 24.000x Rp 25 600.000

Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang 960.000


24.000 x Rp 40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Harga pokok dari departemen A : 6.000 x Rp 15 90.000
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B:
Biaya tenaga kerja 50 % x 6.000 x Rp 10 = Rp30.000
Biaya overhead pabrik 50 % x 6.000 x Rp 15= Rp 45.000 Rp 75.000
Total harga pokok persediaan produk dalam proses departemen B 165.000
Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B bulan januari 19x1 Rp 1.125.000

jurnal pencatatan biaya produksi departemen B


Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen A: :
Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 240.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen B Rp 270.000
Gaji dan upah Rp 270.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen B


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen B Rp 405.000
Berbagai rekening yang di kredit Rp 405.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen B
ke gudang
Persediaan produk jadi Rp 960.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 360.000
27
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 240.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 360.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam department A pada akhir bulan januari 19x1
Persediaan produk dalam proses-departemen B Rp 165.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 90.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 30.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 45.000

Pengaruh Terjadinya Produk Yang Hilang Dalam Proses Terhadap Perhitungan


Harga Pokok Produk Per Satuan
Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada awal proses terhadap
perhitungan harga pokok produksi per satuan
Contoh3:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkan produknya :
Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua
departemen tersebut untuk bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1


Departemen Departemen
A B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 % 200 kg
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 % 100 kg
Produk yang hilang pada awal proses 100 kg 200 kg

28
Biaya produksi Bulan Januari 19 x1
Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 45.800 24.750

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1


Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Biaya produksi Biaya per kg
departemn A ( unit ekuivalensi) Departemen A produk yang
dihasilkan oleh
departemen A
Biaya bahan baku 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg Rp 22.500 Rp 25
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg 26.100 29
penolong
Biaya tenaga kerja 700 + 40%x200kg=780kg 35.100 45
Biaya overhead 700 + 40%x200kg=780kg 46.800 60
pabrik
Rp 130.500 Rp 159

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 111.300
Rp 159
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 25 = 5.000
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 29 = 5.800
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 45= 3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 60= 4.800 Rp 19.200
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500

Produk yang hilang pada awal proses di Departemen setelah departemen pertama
Perhitungan penyesuaian harga pokok per unit dari departemen A
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen Rp 159,00
A
Rp 111.300 : 700
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen Rp 222.60
A setelah adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B
sebanyak 200 kg adalah Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg)
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Rp 63.60
Departemen A

29
Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1
Jenis biaya Jumlah produk yang Jumlah biaya produksi Biaya per kg
dihasilkan oleh yang ditambahkan di yang
departemen B ( unit departemen B ditambahkan
ekuivalensi) Departemen B
Biaya bahan 400 kg + 60 % x Rp 16.100 Rp 35
penolong 100 kg = 460 kg
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 %x 100 Rp 22.500 Rp 50
kg = 450 kg
Biaya overhead 400 kg + 50 %x 100 Rp 24.750 Rp 55
pabrik kg = 450 kg
Rp 63.350 Rp 140

Perhitungan biaya produksi departemen B bulan Januari 19x1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg @ Rp 145.040
Rp 362.60
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 kg):
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 222.6= Rp 22.260
Biaya bahan penolong : 100 kg x 60 % x Rp 35 = 2.100
Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50 % x Rp 50 = 2.500
Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50 %x Rp 55 =2.750 Rp 29.610
Jumlah kumulatif dalam departemen B Rp 174.650

Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap perhitungan
harga pokok produksi per satuan

Contoh:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya :
Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen
tersebut untuk bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1


Departemen Departemen
A B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 % 200 kg
30
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 % 100 kg
Produk yang hilang pada akhir proses 100 kg 200 kg

Biaya produksi Bulan Januari 19 x1


Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 45.800 24.750

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1


Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Biaya Biaya per kg
departemn A ( unit ekuivalensi) produksi produk yang
Departemen dihasilkan oleh
A departemen A
Biaya bahan baku 700 kg + 100 % x 200 kg + 100 kg= 1000 Rp 22.500 Rp 22.5
kg
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg+ 100 kg = 1000 26.100 26.10
penolong kg
Biaya tenaga kerja 700 + 40%x200kg + 100 kg = 880kg 35.100 39.89
Biaya overhead 700 + 40%x200kg+ 100 kg = 880kg 46.800 53.18
pabrik
Rp 130.500 Rp141.67

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 99.169
Rp 141.67
Penyesuaian harga pokok produk selesai karena adanya produk yang 14.167,00
hilang pada akhir proses 100 xRp 141,67
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah 113.334,40
disesuaikan : 700 x Rp 161,91
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 22.5 = 4.500
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 26.1 = 5.220
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 39.89= 3.191,2
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 53.18= 4.254,4 Rp 17.165.60
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500,00

31
Produk yang hilang pada akhir proses di departemen produksi setelah departemen
produksi pertama
Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1
Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Jumlah biaya Biaya per kg
departemen B ( unit ekuivalensi) produksi yang
yang ditambahkan di
ditambahkan Departemen B
di
departemen B
Biaya bahan penolong 400 kg + 60 % x 100 kg + 200 kg = Rp 16.100 Rp 24.39
660 kg
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = Rp 22.500 Rp 34.62
650 kg
Biaya overhead pabrik 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = Rp 24.750 Rp 38.08
650 kg
Rp 63.350 Rp 97.09

Perhitungan biaya produksi Departemen B bulan Januari 19x1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 400 x Rp 64.764,00
Rp 161.91
Biaya yang ditambahkan departemen B 400 x Rp 97.09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( Rp 51.800,00
161.91+Rp 97.09
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah 155.400,00
disesuaikan : 400 x Rp 388.5
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 Kg)
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 161.91 = Rp 16.191,00
Biaya bahan penolong 100 kg x 60 % x Rp 24.39 = 1.463.3
Biaya tenaga kerja 100 kg x 50 %x Rp 34.62= 1.731
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50 %x Rp 38.08= 1.904 Rp 21.289.40
Jumlah biaya produksi Departemen B Rp 176.689.40

32
LATIHAN
PT KOREKSI memproduksi produknya secara masal melalui dua departemen
produksi : departemen 1 dan departemen 2. Data produksi dan biaya produksi bulan
januari 2002 di dua departemen produksi tersebut disajikan berikut ini :

Data produksi Dept 1 Dept 2


Dimasukkan dalam proses bulan ini 31.000 kg
Unit yang ditransfer ke dept 2 27.000 kg
Unit yang diterima dari departemen 1 27.000 kg
Produk yang ditranfer ke gudang 23.000 kg
Produk dalam proses akhir
Biaya bahan baku 100 %; biaya konversi 70 % 2.000 kg
Biaya tenaga kerja 40 %; BOP 70 % 3.000 kg
Produk hilang akhir proses 2.000kg
Produk hilang akhir proses 1.000 kg

Biaya produksi
Biaya bahan baku 20.000.000
Biaya tenaga kerja 31.000.000 33.000.000
Biaya overhead pabrik 29.000.000 27.000.000

HITUNGLAH UNIT EKUIVALENSI MASING-MASING BIAYA TIAP


DEPARTEMEN !
HITUNGLAH BIAYA PER KG TIAP DEPARTEMEN!
HITUNGLAH HARGA POKOK PRODUK SELESAI DAN PRODUK DALAM
PROSES TIAP DEPARTEMEN!

33
BAB IV
METODE HARGA POKOK PROSES – LANJUTAN

Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average Cost Method)


contoh PT Risa Rimendi memproduksi produknya melalui dua departemen produksi:
departemen 1 dan Departemen 2. Data produksi dan biaya produksi bulan januari 19x1
di kedua departemen produksi tersebut disajikan dalam gambar berikut:

PT RISA RIMENDI
Data produksi dan biaya produksi bulan Januari 19x1
Dep 1 Dep2
Data produksi
Produksi dalam proses awal:
Biaya bahan baku 100 %; BK 40 % 4.000 kg -
Biaua tenaga kerja 20 %; BOP 60% - 6.000 kg
Dimasukkan dalam proses bulan ini 40.000 kg -
Unit yang ditransfer ke departemen 2 35.000 kg -
Unit yang diterima dari departemen 1 - 35.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang - 38.000 kg
Produk dalam proses akhir;
Biaya bahan baku 100 %; biaya konversi 70 % 9.000 kg -
Biaya tenaga kerja 40%; biaya overhead pabrik 80% - 3.000kg
Harga pokok produk dalam proses awal; Rp 11.150.000
Harga pokok dari departemen 1 - -
Biaya bahan baku Rp 1.800.000 1.152.000
Biaya tenaga kerja 1.200.000 4.140.000
Biaya overhead pabrik 1.920.000
Biaya produksi
Biaya bahan baku Rp 20.200.000
Biaya tenaga kerja 29.775.000 Rp 37.068.000
Biaya overhead pabrik 37.315.000 44.340.000

Rumus perhitungan harga pokok per unit produk departemen pertama dengan menggunakan metode
harga pokok rata-rata tertimbang
Biaya bahan baku yang melekat + Biaya bahan baku yang dikeluarkan
Biaya bahan baku = pada produk dalam proses dalam periode sekarang
Per unit Unit ekuivalensi biaya Bahan baku

Biaya tenaga kerja yang melekat + Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
Biaya tenaga kerja = pada produk dalam proses awal dalam periode sekarang
Per unit Unit ekuivalensi biaya Tenaga kerja

34
Biaya produk yang melekat pada + Biaya overhead pabrik yang
Biaya overhead = produk dalam proses awal dikeluarkan dalam periode sekarang
Per unit Unit ekuivalensi biaya Overhead pabrik

Perhitungan biaya produksi per satuan departemen 1 bulan Januari 19x1


Unsur biaya Yang melekat Yang Total biaya Unit Biaya
produksi pada produk dikeluarkan ekuivalensi produksi
dalam proses dalam periode per kg
sekarang
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Biaya bahan baku 1.800.000 20.200.000 22.000.000 44.000 500
Biaya tenaga kerja 1.200.000 29.775.000 30.975.000 41.300 750
Biaya overhead 1.920.000 37.315.000 39.235.000 41.300 950
pabrik

Perhitungan harga pokok produk selesai dan persediaan produk dalam proses departemen 1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen 2 = Rp 77.000.000
35.000 unit @ Rp 2.200
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku = 100 % x 9.000 units x Rp 500 Rp 4.500.000
Biaya tenaga kerja = 70 % x 9.000 units x Rp 750 4.725.000
Biaya overhead pabrik = 70 % x 9.000 unit x Rp 950 5.985.000 15.210.000
Jumlah biaya produksi dibebankan dalam departemen 1 92.210.000

Metode harga pokok rata-rata tertimbang – departemen setelah departemen pertama

Rumus perhitungan harga pokok per unit produk Departemen ke dua dengan menggunakan
Metode harga pokok rata-rata tertimbang

Harga pokok produk Harga pokok produk dalam proses Harga pokok produk yang ditransfer dari
per unit yang dibawa awal yang berasal dari departemen departemen sebelumnya dalam periode
dari = sebelulmnya + sekarang
Departemen Produk dalam proses awal + Produk yang ditransfer dari departemen
sebelumnya sebelumnya dalam periode sekarang
(1)
Biaya bahan baku yang melekat + Biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam
Biaya bahan baku = pada produk dalam proses awal periode sekarang
Per unit Unit ekuivalensi biaya Bahan baku
(2)

35
Biaya tenaga kerja yang melekat + Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam
Biaya tenaga kerja = pada produk dalam proses awal periode sekarang
Per unit Unit ekuivalensi biaya Tenaga kerja
(3)
Biaya produk yang l elekat pada + Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan
Biaya overhead = produk dalam proses awal dalam periode sekarang
Per unit Unit ekuivalensi biaya Overhead pabrik
(4)
Total harga pokok per = (1) +(2)+(3)+(4)
satuan

Perhitungan harga pokok kumulatif per satuan produk departemen 2 dengan menggunakan
metode harga pokok rata-rata tertimbang
Unsur biaya produksi Yang melekat Yang Total biaya Unit Biaya
pada produk dikeluarkan ekuivalensi produksi per
dalam proses dalam periode kg
sekarang
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Harga pokok yang berasal Rp 11.150.000 Rp 77.000.000 Rp 88.150.000 41.000 Rp 2.150
dari departemen 1
Biaya yang ditambahkan
dalam dep 2.
Biaya tenaga kerja 1.152.000 37.068.000 38.220.000 39.200 975
Biaya overhead pabrik 4.140.000 44.340.000 48.480.000 40.400 1.200

Total biaya produksi 4.325

Perhitungan harga pokok produk selesai dan persediaan produk dalam proses departemen 2
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen 2 = 38.000
unit @ Rp 4.325 Rp 164.350.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:


Yang berasalh dari departemen 1 : 3.000 unit s x Rp 2.150 Rp 6.450.000
Ditambahkan dalam departemen 2:
Biaya tenaga kerja = 40 % x 3.000 units x Rp 975 1.170.000
Biaya overhead pabrik = 80 % x 3.000 unit x Rp 1.200 2.880.000 10.500.000
Jumlah biaya produksi dibebankan dalam departemen 1 174.850.000

Metode Masuk Pertama Keluar Pertama


Metode ini menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kalil digunakan
untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian

36
sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses dalam periode
sekarang.
Perhitungan unit ekuivalensi biaya bahan baku departemen 1 dengan menggunakan MPKP
Persediaan produk dalam proses awal 0 kg
Produk selesai yang ditransfer ke departemen 2 31.000 kg
Produk dalam proses akhir 100% x 9.000 9.000 kg
Jumlah 40.000 kg

Perhitungan unit ekuivalensi biaya konversi departemen 1 dengan menggunakan MPKP


Persediaan produk dalam proses awal (100%-40%) 2.400 kg
Produk selesai yang ditransfer ke departemen 2 31.000 kg
Produk dalam proses akhir 70% x 9.000 6.300 kg
Jumlah 39.700 kg

Perhitungan biaya per satuan dengan menggunakan metode MPKP


Unsure biaya produksi Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi
per satuan
Biaya bahan baku Rp 20.200.000 40.000 Rp 505
Biaya tenaga kerja 29.775.000 39.700 750
Biaya overhead pabrik 37.315.000 39.700 940
87.290.000 2.195

Perhitungan harga pokok produk selesai dan persediaan produk dalam proses departemen 1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen 2:


Harga pokok persediaan produk dalam proses awal 4.920.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal:
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja 60 % x 4.000 kg x Rp 750 1.800.000
Biaya overhead pabrik 60 % x 4.000 kg x Rp 940 2.256.000
8.976.000
Harga pokok produk dari produksi sekarang 31.000 kg x Rp 2.195 68.045.000
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen 2 Rp 77.019.000
Harga pokok produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku : 9.000 kg x 100% x Rp 505 = Rp 5.545.000
Biaya tenaga kerja : 9.000 kg x 70% x Rp 750 = Rp 4.725.000
Biaya overhead Pabrik : 9.000 kg x 70 % x Rp 940 =5.922.000 15.192.000
Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen 1 92.210.000

37
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama Departemen Setelah Departemen
Produksi Pertama
Perhitungan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan departemen 2
Total biaya Unit ekuivalensi Biaya per unit
Harga pokok produk yang ditransfer dari Rp 77.019.000 35.000 kg Rp 2.201
departemen 1
Biaya yang dikeluarkan departemen 2
dalam periode sekarang:
Biaya tenaga kerja 37.068.000 38.000 975
Biaya overhead pabrik 44.340.000 36.800 1.205
Jumlah Rp 158.427.000 Rp 4.381

Tambahan Bahan Baku Dalam Departemen Produksi Setelah Departemen Produksi Pertama
Perhitungan harga pokok produk selesai dan persediaan produk dalam proses departemen 2
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang:
Harga pokok persediaan produk dalam proses awal : 16.442.000 16.442.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal:
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja 80 % x 6.000 kg x Rp 975 = 4.680.000
Biaya overhead pabrik 40 % x 6.000 kg x Rp 1.205 = 2.892.000
24.014.000
Harga pokok produk dari produksi sekarang
32.000 kg x Rp 4.381 = 140.192.000
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang Rp 164.202.000
Harga pokok produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari departemen 1 = 3.000 x Rp 2.201 = 6.603.000
Biaya tenaga kerja : 3.000 kg x 40% x Rp 975 = 1.170.000
Biaya overhead Pabrik : 3.000 kg x 80 % x Rp 1.205 = 2.892.000 10.665.000
Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen 2 174.869.000

Tambahan bahan baku mempunyai dua kemungkinan:


Tambahan jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang mengkonsumsi tambahan
bahan baku tersebut. Jika tambahan bahan baku tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan , maka
tambahan ini tidak berpengaruh terhadap perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan, dan
sebagai akibatnya tidak mempengaruhi perhitungan harga pokok produksi per satuan produk yang
diterima dari departemen produksi sebelumnya
Menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang mengkonsumsi tambahan
bahan baku tersebut. Jika terjadi tambahan produk yang dihasilkan dengan adanya tambahan bahan
baku dalam departemen setelah departemen produksi sebelumnya. Penyesuaian ini dilakukan karena
total harga pokok produk yang berasal dari departemen sebelumnya, yang semula dipikul oleh jumlah
tertentu, sekarang harus dipikul oleh jumlah produk yang lebih banyak sebagai akibat tambahan bahan
baku tersebut. Akibatnya harga pokok produk per unit yang berasal dari departemen sebelumnya
menjadi lebih kecil

38
PT oki sasangka
Data produksi dan biaya produksi departemen 2 bulan Januari 19x1
Dep2
Data produksi
Produksi dalam proses awal:
Biaua tenaga kerja 20 %; BOP 60% 6.000 kg
Dimasukkan dalam proses bulan ini -
Unit yang diterima dari departemen 1 35.000 kg
Tambahan produk karena tambahan bahan baku 4.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 38.000 kg
Produk dalam proses akhir;
Biaya tenaga kerja 40%; biaya overhead pabrik 80% 7.000kg
Harga pokok produk dalam proses awal; Rp 11.150.000
Harga pokok dari departemen 1 -
Biaya bahan baku 950.000
Biaya tenaga kerja 1.152.000
Biaya overhead pabrik 4.140.000
Harga pokok kumulatif persediaan produk dalam proses awal Rp 17.392.000
Harga pokok produk yang diterima dari departemen 1 dalam Rp 77.019.000
bulan ini 35.000 x Rp 2.201
Biaya produksi
Biaya bahan baku 15.000.000
Biaya tenaga kerja Rp 37.068.000
Biaya overhead pabrik 44.340.000
96.408.000

Perhitungan biaya produksi per satuan dengan metode MPKP jika tambahan bahan baku
menambah produk yang dihasilkan di departemen 2
Total biaya Biaya per satuan
Harga pokok persediaan produk dalam proses awal Rp 17.392.000
Harga pokok produk yang diterima dari departemen 1 77.019.000 Rp 2.201
Penyesuaian karena adanya tambahan bahan baku yang 226
menambah produk yang dihasilkan
Harga pokok produk yang diterima dari departemen 1 setelah Rp 1.975
disesuiakan
Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen 2:
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja 15.000.000 385
Biaya overhead 37.068.000 936
44.340.000 1.109
190.819.000 4.405

39
Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses departemen 2 dengan
metode MPKP
Total biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang Rp 17.392.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses awal
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal:
BTK 80% x 6.000 x Rp 936 4.492.800
BOP 40 % x 6.000 x Rp 1.109 2.661.600
Harga pokok produk dari produksi sekarang 32.000 units x Rp 140.960.000 165.468.600
4.405
Harga pokok produk dalam proses akhir :
Harga pokok dari departemen 1 = 7000 x Rp 1.975 13.825.000
BBB : 7.000 kg x 100% x Rp1.975 2.695.000
BTK : 7.000 kg x 40% x Rp 936 2.620.800
BOP : 7.000 kg x 80 % x Rp 1.109 6.210.400 25.350.400
Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen 2 190.819.000

Tambahan bahan baku di departemen setelah departemen produksi yang pertama mempunyai 2
kemungkinan : menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen yang bersankutan atau tidak
menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam departemen yang bersangkutan.
Jika bahan baku tersebut tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam departemen yang
bersangkutan, tambahan biaya bahan baku tersebut hanya menambah biaya bahan baku per satuan
dalam departemen tersebut. Jika bahan baku tersebut menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh
departemen yang bersangkutan, tambahan bahan baku tersebut akan berakibat terhadap penyesuaian
harga pokok per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya dan tambahan biaya bahan
baku per satuan dalam departemen setelah departemen produksi pertama.

40
BAB V
AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU

Pengertian Bahan Baku

Bahan baku adalah merupakan bahan yang secara menyeluruh membentuk produk selesai dan
dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk yang bersangkutan. Pengertian bahan
baku dapat diperluas meliputi juga bahan-bahan yang digunakan untuk memperlancar proses
produksi. Bahan baku yang demikian disebut bahan baku pembantu.
Bahan baku dapat dibedakan menjadi:
Direct Material (DM) yaitu mudah ditelusuri dan dibebankan secara langsung ke produk serta
merupakan bahan utama barang jadi.
Indirect Material (Biaya bahan baku tidak langsung) yaitu mencakup semuabahan lain yang
dipakai untuk memperlancar proses produksi dan dibebankan kepada rekening biaya overhead
pabrik.

Procedure For Material Procurement And Use

Siklus perolehan dan penggunaan bahan meliputi langkah-langkah berikut:


- Perencanaan, dan penetapan cara pengerjaan menentukan rancangan produk, spesifikasi
bahan, dan berbagai persyaratan pada setiap tahap operasi.
- Anggaran produksi merupakan rencana induk dan dikembangkan untuk permintaan bahan.
- Surat permintaan pembelian (Purchase Requisition) memberi informasi kepada bagian
pembelian mengenai kuantitas dan jenis bahan yang dibutuhkan.
- Pesanan pembelian (Purchase Order) merupakan kontrak berkenaan dengan pesanan
pembelian bahan kepada supplier.
- Laporan penerimaan (receiving report) menerangkan jumlah yang diterima danmelaporkan
penelitian atau pengujian atas mutu bahan.
- Surat permintaan bahan (materials requisition) memberitahukan bagian gudang agar
menyerahkan sejumlah bahan tertentu kepada departemen tertentu yang membutuhkan.
- Kartu buku besar bahan (materials ledger cards) atau disebut juga kartu bahan berfungsi
mencatat penerimaan dan pengeluaran setiap jenis bahan dan menyelenggarakan pencatatan
persediaan secara perpetual .

Penentuan Harga Pokok Bahan Baku Yang Dibeli

Pada saat bahan diterima telah dilakukan pencatatan dengan mendebit persediaan bahan baku
(pembelian) dan mengkredit hutang dagang (kas). Berapa angka yang dicantumkan
tergantung pada harga pokok bahan baku tersebut. Untuk menentukan harga pokok bahan
baku harus diketahui elemen-elemen yang membentuk harga pokok bahan baku.
Elemen yang membentuk harga pokok bahan baku antara lain adalah :
Jumlah yang tercantum dalam faktur pembelian (antara lain harga beli) : Pajak, Biaya angkut
Jadi harga pokok bahan baku adalah harga faktur ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh bahan baku sampai bahan baku siap digunakan (biaya angkut, biaya
penyimpanan, dan lain-lain).

Alokasi Biaya Angkut Pembelian


Bila biaya angkut pembelian dimasukkan sebagai elemen bahan baku masalahnya adalah
kalau terjadi pembelian lebih dari satu jenis bahan baku. Jadi terdapatmasalah alokasi biaya
angkut pembelian. Dasar alokasi yang sering digunakan adalah:
1) Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli
2) Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli.

Contoh:
PT Haris membeli 3 jenis bahan secara kredit sebagai berikut:
Bahan baku A : 3.000 unit, harga per unit Rp 200 dengan berat per unit 2 kg. Bahan baku B : 1.000
unit, harga per unit Rp 300 dengan berat per unit 3 kg. Bahan baku P : 2.000 unit, harga per unit Rp
50 dengan berat per unit 1,5 kg.

Atas pembelian bahan baku telah dibayarkan biaya angkut sebesar Rp 50.000,-

Jawab:
Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku:
A : B : P = 6.000 : 3.000 : 3.000
Alokasi biaya angkut adalah:
Bahan baku A : ( 2 : 4 ) x Rp 50.000,- = Rp 25.000,-
Bahan baku B : ( 1 : 4 ) x Rp 50.000,- = Rp 12.500,-
Bahan baku P : ( 1 : 4 ) x Rp 50.000,- = Rp 12.500,-
Jurnal:
Persediaan bahan baku Rp 937.500,- -
Persediaan bahan pembantu Rp 112.500,- -
Kas - Rp 50.000,-
Hutang Dagang - Rp 1.000.000,-

Harga Faktur, alokasi biaya angkut: 600.000 : 300.000 : 100.000


Bahan baku A : ( 6 : 10 ) x Rp 50.000,- = Rp 30.000,-
Bahan baku B : ( 3 : 10 ) x Rp 50.000,- = Rp 15.000,-
Bahan baku P : ( 1 : 10 ) x Rp 50.000,- = Rp 5.000,-
Jurnal :
Persediaan bahan baku Rp 945.000,-
Persediaan bahan pembantu Rp 105.000,-
Kas - Rp 50.000,-
Hutang dagang - Rp 1.000.000,-

Alternatif lain adalah perlakuan biaya angkut sebagai biaya periodic yang akanmenjadi
elemen biaya overhead pabrik.
Jurnal : FOH Rp 50.000,-
Kas - Rp 50.000,-
Penentuan Harga pokok Bahan Baku yang Dipakai
Setelah harga pokok (perolehan) bahan yang dibeli dapat ditentukan, selanjutnya timbul
masalah penetuan harga pokok bahan yang dipakai. Penyebab timbulnya masalah tersebut
karena perbedaan harga perolehan satuan setiap kali dilakukan pembelian bahan yang sama,
jadi karena fluktuasi harga.
Tujuan akuntansi penentuan harga pokok bahan yang dipakai adalah:

Untuk penentuan harga pokok bahan yang dipakai dan harga pokok persediaan bahan
dengan lebih teliti.
Untuk tujuan pengendalian atas bahan.

Faktor yang menentukan harga pokok bahan yang dipakai adalah: metode akuntansi
persediaan; metode aliran harga pokok bahan yang dipakai dan metodelainnya.
Metode akuntansi persediaan.

Dalam menyelenggarakan pencatatan persediaan bahan dapat memilih metode akuntansi


persediaan yaitu: metode persediaan phisik (physical inventory method) dan metode
persediaan permanen (perpetual inventory method).

Physical Perpetual

Pembelian Pembelian Rpxx Hutang Persediaan bahan baku Rpxx - Hutang


dagang Rpxx dagang - Rpxx

Return pembelian Hutang dagang Rpxx Return Hutang dagang Rpxx -


pembelian Rpxx Persediaan bahan baku Rp xx

Pemakaian bahan No Entry Barang dlm proses Rpxx -


Persediaan bahan baku Rp xx

Physical Perpetual
Akhir periode Barang dlm proses Rp xx - No entry
(dilakukan Persediaan bahan Rp xx
perhitungan (akhir periode)
fisik) Pembelian - Rpxx
Persediaan bahan (awal) Rpxx

Metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai (cost):


Metode yang lebih umum digunakan untuk mengkalkulasi biaya bahan yang
dikeluarkan dari persediaan adalah:
Masuk-pertama, keluar-pertama (first-in, first-out FIFO)
Biaya rata-rata (average cost)
Masuk-akhir, keluar-pertama (last-in, first-out LIFO)
Identifikasi khusus
Metode-metode lain; seperti penilaian persediaan menurut nilai terendah antara biaya (cost)
dan pasar atau cost or market, whichever in lower; dannet realizable value method.

Berikut ini akan diberikan contoh untuk FIFO:


Contoh perhitungan harga pokok bahan baku A yang dimiliki PT Bumi Damai dalam bulan
Januari 2003 sebagai berikut:
Persediaan 1 Januari 2003 adalah: 200 kg dengan harga per kg Rp 1.000,-
Pembelian: 12 Januari : 400 kg harga per kg Rp 1.200,-
Pembelian: 26 Januari 500 kg harga per kg Rp
900,-
Pembelian: 31 Januari 100 kg harga per kg Rp 1.100,-
Pemakaian: 16 Januari 500 kg
Pemakaian: 28 Januari 300 kg

Dari kasus diatas hitung harga pokok bahan yang dipakai dan persediaan akhir!Jawab:
Metode persediaan phisik (FIFO):
Persediaan awal per 1 Januari = 200 kg x Rp 1000,- = Rp 200.000,-
Pembelian bahan:
Tanggal 12/1/2003 = 400 kg x Rp 1.200 = Rp 480.000,-
Tanggal 20/1/2003 = 500 kg x Rp 900 = Rp 450.000,-
Tanggal 31/1/2003 = 100 kg x Rp 1.100 = Rp 110.000,-
Total pembelian = Rp 1.040.000,-
+
Harga perolehan bahan siap pakai (1.200kg) = Rp 1.240.000,-
Persediaan bahan per 31/1/2003 : 400 kg dengan harga pokok:
100 kg x Rp 1.100,- = Rp 110.000,-
300 kg x Rp 900,- = Rp 270.000,-
+ = Rp 380.000,-
-
Harga perolehan bahan yang dipakai = Rp 860.000,-

Metode Perpetual (FIFO)


Metode perpetual ini menggunakan kartu persediaan bahan , untuk kasus di atasdapat dilihat
pada halaman berikutnya.

Perencanaan dan Pengendalian Biaya Bahan Baku


Dalam perencanaan dan pengendalian bahan yang menjadi masalah utama adalah
menyelenggarakan persediaan bahan yang paling tepat, agar kegiatan produksi tidak
terganggu dan dana yang ditanamkan dalam persediaan bahan tidak berlebihan.
Hal-hal penting dalam perencanaan dan pengendalian biaya bahan baku :

Jumlah bahan baku yang dibutuhkan atau dibeli dalam satu periode. Faktor-faktor yang
menentukan kuantitas bahan yang akan dibeli dalam satu periode:
jumlah kuantitas persediaan awal bahan

jumlah produksi ekuivalen (setara) yang akan dihasilkan pada periodetersebut.


Kuantitas bahan yang diperlukan untuk menghasilkan satu produk

Jumlah kuantitas persediaan akhir bahan


Menentukan kuantitas bahan yang dibeli setiap kali dilakukan pembelian; Elemen yang
mempengaruhi harga perolehan bahan adalah: harga fakturtermesuk biaya angkut, biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan. Dari elemen tersebut maka factor yang menentukan
berapa kali dan berapa jumlah
setiap kali pembelian bahan adalah biaya pemesanan variable dan biaya penyimpanan
variable.
Agar biaya pemesanan variable dan biaya penyimpanan variable dapat ditekan serendah
mungkin dapat digunakan rumus “kuantitas Pesanan PalingEkonomis atau Economic Order
Quantity (EOQ)” dengan rumus:

EOQ = V 2 x RU x CO

CU x CC

Keterangan:

RU: Required unit for annual, kebutuhan bahan untuk tahun akan datingCO: Cost per
order, biaya pemesanan variable setiap kali pemesanan
CU: Cost per unit, harga faktur dan biaya angkut setiap satuan bahan dibeli.

CC: Carrying cost percentage, biaya penyimpanan variable yang dihitung berdasarkan
persentase dari cost per unit bahan.
Contoh : PT Anda dalam awal tahun 2003 menyusun anggaran bahan baku: Taksiran
kuantitas bahan baku dibeli setahun: 24.000 kg Taksiran harga bahan baku per kg : Rp 10,-
Taksiran biaya pemesanan: biaya tetap= Rp 9.000,- dan biayapemesanan variable adalah
Rp 750,-
Taksiran biaya penyimpanan: biaya tetap= Rp 12.000,- dan biaya penyimpanan variable
dalam persentase= 10 %
Maka kuantitas paling ekonomis (EOQ) :

EOQ = V 2 x RU x CO V 2 x 24.000 x 750


=
CU x CC 10 x 10%
=
V 36.000.000 = 6.000 kg

Jadi frekuensi pembelian dalam tahun 2003 adalah :


24.000 kg
= 4 kali
6.000 kg
Penentuan waktu pemesanan kembali bahan ( Reorde Point)
Agar pembelian bahan yang sudah ditetapkan dalam EOQ tidak mengganggu kelancaran
kegiatan produksi, maka perlu ditentukan waktu pemesanan kembali. Faktor yang
mempengaruhinya adalah:
Waktu yang diperlukan dari saat pemesanan sampai bahan dating(lead time) / LT
Tingkat pemakaian bahan rata-rata dalam satuan waktu
tertentu(AU)
SS adalah Safety stock, tingkat minimum

Rumus :
ROP = (LT X AU ) + SS

Soal: PT Anda memperkirakan LT selama 4 minggu, pemakaian rata-rata 500 kg per minggu,
dan persediaan sisa ditaksir sebesar pemakaian rata-rata untuk 2 minggu. Maka hitung
tingkat persediaan dimana PT Anda harus melakukan pemesanan kembali !
Jawab :
ROP (LT x AU) + SS = ( 4 x 500 ) + ( 2 x 500 ) = 3.000
Jadi apabila persediaan mencapai titik 3.000 kg PT Anda harus melakukan pemesanan
kembali.
Penentuan minimum dan maksimum kuantitas persediaan bahan.
Dari perhitungan EOQ dan ROP dapat ditentukan titik minimum danmaksimum persediaan
bahan. Persediaan yang diselenggarakan paling banyak sebesar titik maksimum, yaitu pada
saat bahan yang dibeli datang,tujuan penentuan titik maksimum agar dana yang tertanam
dalam persediaan bahan tidak berlebihan. Maka rumus:
Ms = SS + EOQ
BAB VI
BIAYA TENAGA KERJA

Biaya tenaga kerja merupakan salah satu biaya konversi, disamping BOP yang
merupakan salah satu biaya untuki mengubah bahan baku menjadi produk jadi.
Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk
mengolaha produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan unutk penggunaan
tenaga kerja manusia tersebut.
Penggolongan kegiatan dan biaya tenaga kerja pada perusahaan dapat dilakukan sebagai
berikut :
1. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan. Organisasi dalam
perusahaan manufaktur dibagi kedalam tiga fungsi pokok yaitu produksi, pemasaran
dan administrasi. Oleh karena itu biaya tenaga kerja digolongkan menjadi biaya tenaga
kerja produksi, biaya tenaga kerja pemasaran dan tenaga kerja administrasi dan umum.
2. Penggolongan menurut kegiatan departemen-departemen dalam perusahaan.
Misalnya departemen produksi suatu perusahaan cat terdiri dari tiga departemen yaitu
bagian cairan, bagian warna dan bagian pengemasan. Begitu pula bagian administrasi
terbagi menjadi bagian akuntansi dan bagian keuangan. Penggolongan semacam ini
dilakukan untuk memudahkan pengendalian terhadap biaya tenaga kerja yang dalam
tiap departemen yang dibentuk perusahaan.
3. Penggolongan menurut jenis pekerjaan.

Dalam suatu departemen produksi, tenaga kerja digolongkan menurut sifat pekerjaanya,
misalnya operator, mandor dan penyelia. Dengan demikian biaya tenaga kerjanya.
4. Penggolongan menurut hubungannya dengan produk.
Dalam hubungannya dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja langsung
dan tenaga kerja tak langsung. Dimana tenaga kerja langsung adalah semua karyawan
yang secara langsung ikut serta memproduksi produk jadi. Biaya tenaga kerja langsung
diperhitungkan sebagai unsur biaya produksi. Sedangkan untuk upah tenaga kerja tak
langsung dibebankan kepada produk secara tidak langsung tetapi melalui tarif BOP
yang ditentukan di muka.

Ada berbagi macam cara perhitungan upah karyawan dalam perusahaan. Salah satu
cara adalah dengan mengalikan tarif upah dengan jam kerja karyawan. Dengan demikian
untuk menentukan upah seorang karyawan perlu dikumpulkan data jumlah jam kerjanya
selama periode waktu tertentu. Untuk perusahaan yang menggunakan metode harga pokok
pesanan, dokumen yang digunakan sebagai dasar untuk mengumpulkan waktu kerja
karyawan adalah waktu hadir (untuk mencatat jam kehadiran) dan kartu jam kerja (untuk
mencatat pemakaian waktu hadir karyawan pabrik dalam mengerjakan berbagai pekerjaan

50
produksi). Akuntansi biaya gaji dan upah dilakukan dalam empat tahap pencatatan berikut:
Misalnya perusahaan UKIR memperkerjakan 2 Orang karyawan yaitu Ali dan Badu.
Berdasarkan kartu hadir minggu pertama bulan september 2005, bagian pembuat daftar gaji dan
upah membuat daftar gaji dan upah untuk periode yang bersangkutan. Menurut kartu hadir,
karyawan Ali bekerja selama 40 jam dengan upah per jam Rp 1.000, sedangkan karyawan
Badu selama periode yang sama bekerja selam 40 jam dengan tarif upah Rp 750 per jam.
Menurut kartu jam kerja, penggunaan jam hadir tiap karyawan adalah sebagai berikut :
Penggunaan waktu kerja Ali Badu
Untuk pesanan 110 15 jam 20 jam
Untuk pesanan 115 20 jam 10 jam
Untuk menunggu persiapan pekerjaan 5 jam 10 jam
Maka distribusi upah tenaga kerja langsung adalah :
Distribusi Biaya tenaga kerja Ali Badu
Dibebankan biaya tenaga kerja langsung :
Pesanan 110 Rp 15.000 Rp 15.000
Pesanan 115 Rp 20.000 Rp 7.500
Dibebankan sebagai BOP Rp 5.000 Rp 7.500
Jumlah upah minggu I bulan september 2005 Rp 40.000 Rp 30.000
Pph yang dipotong perusahaan 15 % Rp 6.000 Rp 4.500
Jumlah upah bersih yang diterima karyawan Rp 34.000 Rp 25.500

Akuntansi biaya gaji dan upah atas dasar diatas dilakukan sebagai berikut :
Tahap 1 : Jurnal distribusi gaji dan upah
BDP BTK Rp 57.500
BOP Rp 12.500
Gaji dan upah Rp 70.000
Tahap 2 : Jurnal untuk membuat bukti kas keluar.
Gaji dan upah Rp 70.000
Utang Pph karyawan Rp 10.500
Utang gaji dan upah Rp 59.500
Tahap 3 : Jurnal pembayaran Gaji dan upah
Utang Gaji dan upah Rp 59.500
Kas Rp 59.500

51
Tahap 4 : Jurnal pembayaran Pph ke kas negara
Utang Pph karyawan Rp 10.500
Kas Rp 10.500

Insentif

Dalam hubungannya dengan gaji dan upah, perusahaan memberikan insentif kepada
karyawan agar dapat bekerja lebih baik. Insentif dapat didasarkan atas waktu kerja, hasil
yang diproduksi atau kombinasi antara keduanya. Ada beberapa cara pemberian insentif
seperti :
1. Insentif satuan dengan jam minimum
Karyawan dibayar atas dasar tarif per jam untuk menghasilkan jumlah satuan
keluaran (ouput) standar. Untuk hasil produksi yang melebihi jumlah jam standar
tersebut karyawan menerima jumlah upah tambahan sebesar jumlah kelebihan satuan
keluaran di atas standar kali tarif upah per satuan. Tarif upah per satuan dihitung dengan
cara membagi upah standar per jam dengan satuan keluaran standar per jam.
Misalnya menurut pengamatan langsung dibutuhkan waktu 5 menit untuk
menghasilkan sebuah produk, maka jumlah keluaran standar per jam adalah 12 produk.
Jika upah pokok sebesar Rp 600 per jam, maka tarif upah per satuan adalah (Rp 600 :
12) Rp 50. Karyawan yang tidak dapat menghasilkan jumlah standar per jam, tetap
dijamin mendapatkan upah Rp 600 per jam. Tetapi bila ia dapat menghasilkan 14
satuan per jam maka upahnya menjadi :
Upah dasar per jam Rp 600
Insentif 2 x Rp 50 Rp 100
Upah yang diterima pekerja per jam Rp 700
2. Taylor diffential piece rate plan
Cara pemberian insentif ini adalah semacam metode diatas yang menggunakan tarif
tiap potong untuk jumlah keluaran rendah per jam dan tarif tiap potong yang lain
untuk jumlah keluaran tinggi per jam.
Misalnya karyawan yang menerima upah Rp 4.200 per hari (untuk 7 jam kerja), dimana
rata-rata menghasilkan 12 satuan per jam sehingga upah per satuan Rp 50. Perusahaan
menetapkan tarif upah Rp 45 per satuan untuk karyawan yang menghasilkan 12 satuan
per jam atau kurang, dan Rp 65 per satuan untuk karyawan yang menghasilkan produk
lebih dari 12 satuan. maka apabila karyawan menghasilkan 16 satuan maka upah per
jam karyawan dihitung sebagai berikut ;
Rp 65 x 16 = Rp 1.040 per jam.
Sedangkan bila karyawan menghasilkan 12 satuan per jam maka upah per jam dihitung

52
RP 45 x 12 = Rp 540.

Premi lembur
Dalam perusahaan, jika karyawan bekerja lebih dari 40 jam satu minggu, maka
mereka berhak menerima uang lembur dan premi lembur, misalnya dalam satu minggu
seorang karyawan bekerja selama 44 jam dengan tarif upah (dalam jam kerja biasa
maupun lembur) Rp 600 per jam Premi lembur dihitung sebesar 50 % dari upah. Upah
karyawan dihitung sebagai berikut :
Jam biasa 40 x Rp 600 Rp 24.000
Lembur 4 x Rp 600 Rp 2.400
Premi lembur 4 x Rp 300 Rp 1.200
Jumlah upah karyawan 1 minggu Rp 27.500

53
BAB VII
BIAYA OVERHEAD PABRIK

I. Pengertian
Biaya-biaya produksi yang tidak dapat di kategorikan kedalam biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung atau yang wujud riilnya adalah biaya bahan baku tidak
langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung serta biaya pabrik lainnya
dikelompokkan tersendiri yang disebut biaya overhead pabrik.

Contoh konkrit dari biaya overhead pabrik adalah :


Biaya bahan penolong
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya penyusutan aktiva tetap
Biaya reparasi & pemeliharaan aktiva tetap pabrik
Biaya listrik & air untuk pabrik
Biaya asuransi pabrik
Serta semua biaya pada departemen pembantu

II. Tarif Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik dibebankan ke harga pokok produk berdasarkan tarip yang
ditentukan dimuka. Berikut ini akan dibahas proses perhitungan untuk menentukan tarip
BOP. Kemudian analisa dan perlakuan terhadap selisih antara BOP yang dibebankan ke
produk berdasarkan tarip dengan BOP yang sesungguhnya.

Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk terbagi atas dasar
pembebanan sebagai berikut:
a) Produk atau Satuan Produk

Taksiran BOP
Tarip BOP = ———————————————————
Taksiran Jumlah Produk Yang Dihasilkan

b) Biaya Bahan Baku

Taksiran BOP
Tarip BOP = ————————————— x 100%
Taksiran BBB yang dipakai

54
c) Biaya Tenaga Kerja
Jika sebagian besar elemen BOP berhubungan erat dengan jumlah upah tenaga kerja
langsung (misalnya pajak penghasilan atas upah karyawan yang menjadi tanggungan
perusahaan) maka dasar pembebanannya adalah biaya tenaga kerja.

Taksiran BOP
Tarip BOP = ————————————————— x 100%
Taksiran biaya tenaga kerja langsung

d) Jam Tenaga Kerja Langsung


Hal ini apabila BOP berhubungan erat dengan waktu kerja untuk membuat
produk.

Taksiran BOP
Tarip BOP = ————————————— x 100%
Taksiran jam kerja langsung

e) Jam Mesin
Hal ini apabila BOP berhubungan dengan waktu kerja mesin untuk membuat
produk.

Taksiran BOP
Tarip BOP = ————————————— x 100%
Taksiran jam mesin

Apabila perusahaan mempunyai lebih dari satu departemen produksi maka proses
penentuan tarip BOP adalah sebagai berikut :
1. Ditentukan anggaran BOP untuk masing-masing departemen produksi tersebut.
2. Ditentukan dasar pembebanan BOP tersebut, sesuai dengan sifat departemen
produksi yang bersangkutan.
3. Ditetapkan tarip BOP berdasarkan anggaran BOP dibagi dengan dasar
poembebanan.

III. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik


Pada akhir suatu periode diketahui besarnya BOP yang sesungguhnya dan jumlah BOP
yang dibebankan, langkah selanjutnya adalah menghiitung selisih BOP yang terdiri :
1. Perhitungan selisih biaya overhead pabrik.
Dalam menghitung selisih BOP, harus membandingkan antara BOP sesungguhnya
dengan BOP yang dibebankan, jika BOP sesungguhnya lebih besar dari BOP
dibebankan disebut underapplied factory overhead yang sifatnya tidak menguntungkan

55
sebaliknya bila biaya dibebankan lebih besar maka disebut overapplied factory overhead
yang sifatnya menguntungkan atau laba.
2. Analisis selisih BOP.
Selisih BOP yang timbul akan dianalisis kedalam 2 macam selisih yaitu :
a) Selisih Anggaran
Selisih anggaran adalah selisih yang disebabkan oleh perbedaan antara BOP
sesungguhnya dibandingkan budget BOP pada kapasitas sesungguhnya. Selisih
anggaran dapat pula dihitung dari perbedaan BOP variabel sesungguhnya dibandingkan
dengan budget BOP variabel pada kapasitas sesungguhnya.

SA = BOPsesg - FKSB
atau
SA = BOP sesg - [ Btb + (KS X TV) ]
= bop SESG - [ (KN x TT) + (KS x TV) ]
atau
SA = BOP sesg - (KN x TT) - (KS x TV)

SA = Selisih anggaran
FKBS = Fleksibel budget BOP pada kapasitas sesungguhnya
BTb = BOP tetap dibudgetkan
TV = Tarip BOP variabel
KN = Kapasitas nornal
KS = Kapasitas sesungguhnya
TT = Tarip BOP tetap

Apabila BOP sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan fleksibel budget pada
kapasitas sesungguhnya, maka selisih anggaran bersifat tidak menguntungkan.
Sebaliknya apabila biaya overhead paabrik sesungguhnya lebih kecil maka selisih
anggaran bersifat menguntungkan.

b) Selisih Kapasitas
Selisih kapasitas berhubungan dengan BOP tetap yang disebabkan kapasitas
sesungguhnya yang dicapai lebih kecil dibandingkan kapasitas yang dipakai untuk
menghitung tarip.

Cara menghitung tarip dapat digunakan rumus sebagai berikut :

SK = FBKS - BOPsesg
atau
SK = (KN - KS) TT

3. Perlakuan selisih biaya overhead pabrik.


Ada dua cara perlakuan terhadap selisih BOP :
a) Selisih BOP disebabkan karena selisih anggaran.

56
Selisih BOP dibebankan kembali ke dalam rekening persediaan produk dalam proses
persediaan produk selesai dan harga pokok penjualan.

Jurnal yang dibuat apabila selisih menguntungkan adalah :


Selisih BOP xxx
Persediaan produk dalam proses xxx
Persediaan produk selesai xxx
Harga pokok penjualan xxx

Jurnal yang dibuat apabila sifatnya tidak menguntungkan :

Persediaan produk dalam proses xxx


Persediaan produk selesai xxx
Harga pokok penjualan xxx
Selish BOP xxx

b) Selisih BOP disebabkan karena selisih kapasitas


Selisih BOP diperlakukan langsung ke dalam elemen rugi laba.

Jurnal yang dibuat apabila selisih BOP menguntungkan :

Selisih BOP xxx


Rugi-laba xxx
Rugi-laba xxx
Laba yg ditahan xxx

Jurnal yang dibuat apabila BOP sifatnya tidak menguntungkan :

Rugi-laba xxx
Selisih BOP xxx
Laba yg ditahan xxx
Rugi-laba xxx

Contoh Soal

PT “NURCAHYA” menentukan tarip BOP ditentukan dimuka bulan januari 1995,


perusahaan membuat angggaran BOP dengan kapasitas normal 30.000 jam mesin
dengan data produksi sebagai berikut :

Jenis Biaya Tetap/Variabel Jumlah

Biaya bahan baku Rp 5.000.000


Biaya tenaga kerja langsung Rp 2.500.000
Biaya bahan penolong V Rp 1.100.000

57
Biaya depresiasi pabrik T Rp 500.000
Biaya bahan bakar V Rp 750.000
Biaya listrik V Rp 1.600.000
Biaya reparsi & pemeliharaan V Rp 675.000
T Rp 400.000
Biaya asuransi bangunan T Rp 800.000
Biaya promosi V Rp 1.250.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 1.400.000
T Rp 1.850.000
Biaya kesejahteraan karyawan T Rp 1.050.000

Data-data lain yang berkaitan dengan produksi :


Jam kerja langsung 42.000 jam
Unit produksi 60.000 unit

Pada akhir bulan BOP sesungguhnya terjadi pada kapasitas sesungguhnya 27.500 jam
Jenis Biaya Tetap/Variabel Jumlah

Biaya bahan baku Rp 5.000.000


Biaya tenaga kerja langsung Rp 2.500.000
Biaya bahan penolong V Rp 1.000.000
Biaya depresiasi pabrik T Rp 500.000
Biaya bahan bakar V Rp 750.000
Biaya listrik V Rp 1.400.000
Biaya reparasi & pemeliharaan V Rp 600.000
T Rp 400.000
Biaya asuransi bangunan T Rp 800.000
Biaya promosi V Rp 1.050.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 1.200.000
T Rp 1.850.000
Biaya kesejahteraan karyawan T Rp 1.050.000

Diminta :
1. Berapakah BOP tetap & variabel yang dianggarkan.
2. Hitung tarip BOP bulan Januari berdasarkan:
a. Jam mesin (Rp)
b. Biaya bahan baku (%)
c. Biaya tenaga kerja langsung (Rp)
d. Jam kerja langsung (Rp)
e. Unit produksi (Rp)
3. Hitunglah pada BOP sesungguhnya ;
a. Tarip BOP variabel & tetap.
b. selisih BOP.
c. Selisih anggaran |& kapasitas.
4. Buatlah jurnal yang diperlukan.

58
PENYELESAIAN :

1. BOP Tetap = Rp 4.600.000.


BOP Variabel = 5.525.000.

2. a. Rp 4.600.000
Tarif BOP tetap = = Rp 153,3 jam mesin.
30.000

Rp 5.525.000
Tarif BOP variabel = = Rp 184,2 jam mesin.
30.000

Tarif BOP = (153,3 + 184,2) = Rp 337,5 jam mesin.

b. Biaya bahan baku :


Tarif BOP = Rp 10.125.000 x 100% = 202,5%
5.000.000

c. Biaya tenaga kerja langsung :

Tarif BOP = Rp 10.125.000 x 100% = 405%


2.500.000

d. Jam kerja langsung :

Tarif BOP = Rp 10.125.000 = Rp 241.


42.000

e. Unit produksi :
Tarif BOP = Rp 10.125.000 = Rp 168,75
60.000

3.a. BOP tetap = Rp 4.600.000 : 27.500 = 167,3


BOP variabel = 4.750.000 : 27.500 = 172.7

b. Selisih BOP :
BOP yang dibebankan (27.500 x 337,5) Rp 9.281.250.
BOP sesungguhnya 9.350.000.
Selisih BOP (R) Rp 68.750.

c. Selisih Anggaran :
BOP sesungguhnya Rp 9.350.000.
BOP dianggarkan pada kapasitas :
BOP variabel (27.500 x Rp 184,2) = Rp 5.065.500

59
BOP tetap 4.600.000

9.665.500.
Laba 315.500.

Selisih kapasitas :
(metode 1)
BOP tetap dianggarkan Rp 4.600.000.
BOP tetap dibebankan pd produk (27.500 x Rp 153,3) 4.215.750.
Rugi Rp 384.250.
(metode 2)
Kapasitas dianggarkan 30.000 jam mesin.
Kapasitas dicapai 27.500
2.500 jam mesin.
Tarif BOP tetap : Rp 153,3
Selisih kapasitas : (Rp 153,3 x 2500) = Rp 383.250

4. Mencatat pembebanan BOP :


BDP – BOP 9.281.250 -
BOP yang dibebankan - 9.281.250
Mencatat BOP sesungguhnya :
BOP sesungguhnya 9.350.000 -
Berbagai rekening di kredit - 9.350.000

Mencatat penutupan rekening BOP dibebankan ke BOP sesungguhnya dan mencatat


selisih :
BOP dibebankan 9.281.250 -
Selisih kurang BOP 68.750 -
BOP sesungguhnya - 9.350.000

Soal 1

PT. BIRU LAUT membebankan biaya overhead pada produk dengan tarif yang telah
ditentukan di muka. Berikut ini budget dan realisasi dari biaya overhead pabrik dalam
tahun 1997.

Jenis Biaya V/T Jumlah


Budget Realisasi

Biaya Bahan Baku Rp. 15.000.000,- Rp. 15.000.000,-


Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 13.000.000,- Rp. 13.000.000,-
Biaya Bahan Penolong V Rp. 3.200.000,- Rp. 3.250.000,-
Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung V Rp. 3.900.000,- Rp. 3.800.000,-
T Rp. 1.125.000,- Rp. 1.125.000,-
Biaya Listrik Pabrik V Rp. 2.275.000,- Rp. 2.250.000,-
Biaya Penyusutan Gedung Pabrik T Rp. 1.600.000,- Rp. 1.600.000,-

60
Biaya Penyusutan Mesin Pabrik T Rp. 2.200.000,- Rp. 2.200.000,-
Biaya Kesejahteraan Karyawan Pabrik T Rp. 1.900.000,- Rp. 2.100.000,-
Biaya Asuransi Kebakaran T Rp. 1.800.000,- Rp. 1.750.000,-

Diminta :

1. Berapakah BOP Tetap dan Variabel yang dianggarkan dan yang direalisasikan.
2. Hitung Tarif BOP Tetap maupun Variabel berdasarkan :
a) Jam mesin (Rp.) pada kapasitas mesin 75.000 jam mesin.
b) Biaya bahan baku (%).
c) Jam kerja langsung (Rp.) pada kapasitas 60.000 jam kerja langsung.
d) Unit produksi (Rp.) pada kapasitas produksi 750.000 unit.
e) Biaya tenaga kerja langsung (%).
3. Menganalisa selisih BOP, jika realisasi kapasitas yang dicapai 70.000 jam mesin.

JAWABAN :
PT. BIRU LAUT

1. Dianggarkan Direalisasikan

BOP Tetap Rp. 8.625.000,- Rp. 8.775.000,-


BOP Variabel Rp. 9.375.000,- Rp. 9.300.000,-

2. a) Rp. 8.625.000,-
Tarif BOP Tetap = ——————— = Rp. 115,-
75.000

Rp. 9.375.000,-
Tarif BOP Tetap = ——————— = Rp. 125,-
75.000

b) Rp. 8.625.000,-
Tarif BOP Tetap = ——————— x 100 % = 57,5 %
15.000.000

Rp. 9.375.000,-
Tarif BOP Tetap = ——————— x 100 % = 62,5 %
15.000.000

c) Rp. 8.625.000,-
Tarif BOP Tetap = ——————— = Rp. 143,75
60.000

Rp. 9.375.000,-
Tarif BOP Tetap = ——————— = Rp. 156,25
60.000

61
d) Rp. 8.625.000,-
Tarif BOP Tetap = ——————— = Rp. 11,50
750.000

Rp. 9.375.000,-
Tarif BOP Tetap = ——————— = Rp. 12,50
750.000

e) Rp. 8.625.000,-
Tarif BOP Tetap = ——————— x 100 % = 66,35 %
13.000.000
Rp. 9.375.000,-
Tarif BOP Tetap = ——————— x 100 % = 72,12 %
13.000.000

3. BOP Sesungguhnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 18.075.000,-


BOP dibebankan (Rp. 240,- x 70.000) . . . . . . . . . . . . Rp. 16.800.000,-
———————
Selisih BOP (Rugi) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 1.275.000,-

BOP Sesungguhnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 18.075.000,-


Budget BOP pada kapasitas sesungguhnya
(Rp. 115,- x 75.000) + (Rp. 125,- x 70.000) . . . . . . . . Rp. 17.375.000,-
———————
Selisih anggaran (Rugi) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 700.000,-

Budget BOP pada kapasitas sesungguhnya . . . . . . . . . Rp. 17.375.000,-


BOP dibebankan (Rp. 240,- x 70.000) . . . . . . . . . . . . Rp. 16.800.000,-
———————
Selisih kapasitas (Rugi) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 575.000,-

SOAL 2

Pihak manajemen PT. SARI BAKTI UTAMA menetapkan tarif biaya overhead
pabrik Rp. 100,- setiap satu kwintal produksi. Jika dalam satu bulan perusahaan
menghasilkan 2.500 kwintal, maka anggaran biaya overhead pabrik sebesar Rp.
410.000,- . Pada saat produksi mencapai 7.500 kwintal, maka anggaran biaya overhead
pabrik sebesar Rp. 710.000,- . Pada bulan April 1997 lalu, perusahaan menghasilkan
produk sebanyak 6.000 kwintal, sehingga biaya overhead pabrik yang dikeluarkan
sebesar Rp. 550.000,-
Diminta :
1. Tarif Biaya Overhead Pabrik Variabel.
2. Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap.

62
3. Kapasitas Normal.
4. Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan pada bulan April 1997.
5. Selisih Biaya Overhead Pabrik pada bulan April 1997, yang dirinci menjadi :
a. Selisih Anggaran.
b. Selisih Kapasitas.

JAWABAN :
PT. SARI BAKTI UTAMA

1. Tarif BOP Variabel :


Anggaran BOP pada kapasitas produksi 7.500 kwt = Rp. 710.000,-
Anggaran BOP pada kapasitas produksi 2.500 kwt = Rp. 410.000,-
Selisih Anggaran BOP 5.000 kwt = Rp. 300.000,-

Rp. 300.000,-
Tarif BOP Variabel = —————— = Rp. 60,- / kwt
5.000 kwt

2. Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap :


Anggaran BOP pada kapasitas produksi 2.500 kwt = Rp. 410.000,-
Anggaran BOP Variabel [ 2.500 kwt x Rp. 60 ] = Rp. 150.000,-
Anggaran BOP Tetap = Rp. 260.000,-

3. Kapasitas Normal :

Anggaran BOP Tetap + Anggaran BOP Variabel


Tarif BOP = ———————————————————–
Kapasitas Normal

Rp. 260.000,- + ( Kapasitas Normal x Rp. 60,- )


Rp. 100,- = ———————————————————–—–
Kapasitas Normal

Rp. 260.000
Kapasitas Normal = ————— = 6.500 kwt
40

4. Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan pada bulan April 1997 :


Kapasitas sesungguhnya pada bulan April 1997 = 6.000 kwt
BOP dibebankan pada bulan April 1997 = 6.000 kwt x Rp. 100,- = Rp. 600.000,-

5. Selisih Biaya Overhead Pabrik pada bulan April 1997, yang dirinci menjadi :

a. Selisih Anggaran.
BOP sesungguhnya pada bulan April 1997 . . . . . . . . . . Rp. 550.000,-
Anggaran BOP pada kapasitas produksi 6.000 kwt

63
[ Rp. 40,- x 6.500 kwt ] + [ Rp. 60,- x 6.000 kwt ] . . . Rp. 620.000,-
—————–
Selisih Anggaran (Laba) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Rp. 70.000,-

b. Selisih Kapasitas.
Anggaran BOP pada kapasitas produksi 6.000 kwt . . . . Rp. 620.000,-
BOP dibebankan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Rp. 600.000,-
—————–
Selisih Kapasitas (Laba) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Rp. 20.000,-
————
—–
Selisih BOP Total (Laba) . . . . . . . . Rp. 50.000,-

64
BAB VIII
SISTEM BIAYA TAKSIRAN

Pengertian Sistem Biaya Taksiran


Sistem harga pokok taksiran adalah salah satu sistem harga pokok yang ditentukan di
muka untuk mengolah produk atau jasa tertentu dengan jalan menentukan besarnya
biaya bahan baku (raw material cost), biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) dan
biaya overhead pabrik (factory overhead) yang diperlukan untuk mengolah produk atau
jasa tersebut di waktu yang akan datang. Harga pokok taksiran yang sudah ditentukan
akan dipakai sebagai dasar untuk :
Mencatat harga pokok produk atau jasa ke dalam rekening buku besar.
Membandingkan biaya taksiran dengan biaya yang sesungguhnya terjadi, serta
menentukan besarnya selisih yang timbul.

Kebaikan Sistem Harga Pokok Taksiran


Dapat mengurangi atau menekan biaya adminstrasi ( administrative expense).
Penggunaan beberapa dokumen dasar pada sistem ini dapat dikurangi dan perhitungan
harga pokok atau jasa dapat dengan cepat diadakan, sehungga dapat mengurangi
besarnya biaya administrasi. Dapat menyediakan informasi untuk pengambilan
keputusan (decision making) . Manajemen memerlukan informasi biaya untuk
pengambilan keputusan tentang produk atau jasa sebelum diolah, dan pemakaian harga
pokok taksiran menyediakan informasi kepada manajemen untuk pengambilan
keputusan tersebut. Mengantar ke pemakaian sistem harga pokok standar (standard
costing ). Sistem harga pokok taksiran merupakan transisi dari pemakaian sistem harga
pokok sesungguhnya menuju pemakaian sistem harga pokok standar.

Kelemahan Sistem Harga Pokok Taksiran


Harga pokok taksiran yang ditentukan kurang teliti baru dapat dikoreksi pada akhir
periode setelah selisih biaya dihitung dan dialokasikan.
Timbulnya selisih biaya yang besar dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang
keliru, karena pengambilan keputusan dilakukan sebelum produk atau jasa tersebut
diolah.

Penentuan Besarnya Harga Pokok Taksiran

Tanggung jawab penyusunan besarnya harga pokok taksiran berada pada cost estimator
yang berada dibawah bagian teknik produksi dan memiliki kapabilitas untuk pekerjaan
tersebut.
Taksiran biaya bahan baku (estimated raw material cost)

65
Taksiran biaya bahan baku meliputi taksiran kuantitas (estimated quantity) setiap jenis
bahan baku yang diperlukan untuk mengolah setiap satuan produk tertentu dan taksiran
harga setiap jenis bahan baku yang diperlukan terebut. Apabila di dalam pengolahan
timbul sisa bahan(scrap) yang mempunyai nilai, maka sisa bahan tersebut diperlakukan
sebagai pengurang taksiran biaya bahan baku. Dasar penentuan yang digunakan dalam
menentukan taksiran kuantitas bahan baku adalah : (a) spesifikasi teknis dari produk
yang akan diolah, (b) pilot runs, (c) catatan prestasi masa lalu, (d) rata-rata pemakaian
bahan baku dari produk yang telah selesai dan sebagainya.
Faktor-faktor yang dapat dipakai sebagai dasar penentuan taksiran harga bahan baku
dapat berasal dari beberapa sumber seperti : (a) kontrak pembelian bahan jangka
panjang, (b) daftar harga dari suplier, (c) trend dan prediksi harga pasar dan sebagainya.
Taksiran biaya tenaga kerja langsung (estimated direct labor cost)
Besarnya taksiran biaya tenaga kerja langsung dipengaruhi oleh sistem pengupahan
yang berlaku di perusahaan.
Bila menggunakan sistem upah perpotong (buah) rpoduk yang dihasilkan, besarnya
taksiran biaya tenaga kerja langsung dapat diperoleh dari penentuan taksiran upah
perpotong yang akan digunakan untuk waktu yang akan datang.
Bila sistem yang digunakan perusahaan sistem upah per jam kerja langsung, besarnya
taksiran biaya tenaga kerja langsung dapat ditentukan dengan menaksir waktu yang
diperlukan untuk mengolah satu satuan produk dan menaksir besarnya tarif biaya tenaga
kerja langsung perjam yang akan berlaku untuk waktu yang akan datang.
Untuk perusahaan ygang menggunakan sistem upah tenaga kerja langsung atas dasar
upah tetap per bulan, maka besarnya taksiran biaya tenaga kerja langsung ditentukan
dengan menjumlah total biaya tenaga kerja langsung dalam satu periode dibagi volume
produksi yang ditaksir (direncanakan) akan dihasilkan dalam periode tersebut.
Taksiran biaya overhead pabrik (estimated FOH)
Dimulai dengan menaksir besarnya setiap elemen biaya overhead pabrik dalam periode
tertentu yang dikelompokkan pula atas dasar tingkat variabilitas biaya ( biaya tetap dan
biaya variabel ). Untuk menentukan biaya taksiran setiap buah produk yang dihasilkan
maka jumlah taksiran BOP tersebut dibagi dengan taksiran kapasitas yang akan dipakai
sebagai dasar pembebanan BOP.

Pemakaian Sistem Harga Pokok Taksiran


Metode harga pokok proses (process cost method).
Karakteristiknya adalah bentuk produk yang sifatnya homogen tanpa dipengaruhi oleh
spesifikasi yang diminta oleh pembeli. Pada metode ini besarnya harga pokok taksiran
ditentukan pada awal periode untuk setiap produk yang dihasilkan, sedangkan apabila
produk diproses melalui beberapa departemen maka besarnya harga pokok taksiran
ditentukan untuk setiap departemen dimana produk tersebut diproduksi.
Metode harga pokok pesanan (job cost method).

66
Produk yang dihasilkan tergantung dari spesifikasi dari pemesan. Besarnya harga pokok
taksiran untuk setiap pesanan belum dapat ditentukan pada awal periode akan tetapi
harus dihitung pada saat akan memnerima pesanan tertentu yang sekaligus harga pokok
taksiran tersebut dapat dipakai manajemen untuk memutuskan ditolak atau diterimanya
pesanan tersebut. Besarnya harga pokok taksiran pada metode ini dipengaruhi oleh
spesifikasi produk yang dipesan dan faktor-faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan.

Prosedur Akuntansi Sistem Harga Pokok Taksiran


Harga pokok taksiran disusun untuk dimasukkan kedalam sistem akuntansi perusahaan
Rekening persediaan bahan baku, biaya gaji dan upah, serta rekening BOP didebit dan
dikredit sebesar harga pokok atau biaya yang sesungguhnya.
Rekening barang dalam proses untuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik dibebani (didebit) dengan biaya yang sesungguhnya dinikmati.
Rekening ini dikredit atas produk yang selesai atau produk dalam proses pada akhir
periode sebesar harga pokok taksiran.
Rekening persediaan produk selesai didebit sebesar harga pokok taksiran aas produk
selesai dan dikredit sebesar sebesar harga pokok taksiran atas produk selesai yang dijual.
Rekening harga pokok penjualan didebit sebesar harga pokok taksiran atas produk
selesai yang dijual
Pada akhir periode harga pokok produk dalam proses dipindahkan dari setiap rekening
barang dalam proses ke dalam rekening persedian produk dalam proses sebesar harga
pokok taksirannya.
Pada akhir periode dihitung selisih biaya yang timbul, dengan jalan membandingkan
jumlah debit setiap rekening barang dalam proses (menunjukkan biaya sesungguhnya)
dengan sebelah kredit rekening barang dalam proses yang sama (menunjukkan harga
pokok taksiran), serta memindahkan selisih biaya ke dalam rekening selisih biaya.
Setelah rekening selisih biaya dihitung, selanjutnya selisih tersebut dialokasikan
kembali ke dalam rekening harga pokok penjualan, persediaan produk selesai, dan
rekening persediaan produk dalam proses.

Contoh soal
PT.ICHIBAN adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalm produksi tas yang diolah
melalui satu departemen produksi. Dalam menentukan anggaran biaya produksinya
(budget of production costs), PT.ICHIBAN menggunakan sistem biaya taksiran.
BBB (raw material cost) Rp.4000
BTKL (direct labor cost) Rp.3200
BOP (FOH) Rp.1800
Jumlah biaya taksiran Rp.9000

Data produksi selama bulan Oktober 1999 adalah sebagai berikut :


Produk jadi (finished goods) ditransfer ke gudang 1000 unit
Produk dlm proses akhir (goods in process) 200 unit
67
Data lain yang berkaitan dengan produksi selama bulan Oktober 1999 adalah:
Persed.awal Bhn Baku (beginning raw material inventory) Rp.300.000
Pembelian Bhn baku (raw material purchase) selama bulan Oktober yang dilakukan
secara kredit adalah Rp.4.000.000
Persed.akhir Bhn baku (ending raw material inventory) Rp.200.000
Produk yang terjual selama bulan Oktober adalah sebanyak 90 % dari produk jadi.
Harga jual per unit Rp.11.000
BTKL (direct labor cost) sesungguhnya Rp.3.250.000
BOP (factory overhead) sesungguhnya Rp.1.810.000

Diminta :

Buatlah jurnal yang diperlukan untuk mencatat semua transaksi yang terjadi selama
bulan oktober 1999 beserta perhitungannya.

Jawaban :

Mencatat pembelian bahan baku.


Pembelian Rp.4.000.000
Utang dagang Rp4.000.000
Mencatat biaya bahan baku yang sesungguhnya dipakai (raw material used).
BDP-BBB Rp.4.100.000
Persed.BB Rp. 200.000
Persed.BB Rp. 300.000
Pembelian Rp.4.000.000
Perhitungan:
HP. Persed BB awal bulan 300.000
Pembelian 4.000.000 +
4.300.000
HP.Persed.BB akhir bulan 200.000 –
BBB selama bulan Oktober 2000 4.100.000
Mencatat BTKL yang sesungguhnya.
BDP-BTKL Rp.3.250.000
Gaji dan upah Rp.3.250.000
Mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi.
BDP-BOP Rp.1.810.000
BOP Rp.1.810.000
Mencatat HP produk jadi.
Persed.produk jadi Rp.9.000.000
BDP-BBB Rp.4.000.000
BDP-BTKL Rp.3.200.000
BDP-BOP Rp.1.800.000
Perhitungan :
Kuantitas produk yang dihasilkan x bi. Taksiran per satuan.
BBB = 1000 x 4000 = 4.000.000
BTKL = 1000 x 3200 = 3.200.000

68
BOP = 1000 x 1800 = 1.800.000 +
HP.Taks.produk jadi 9.000.000
Mencatat HP.Persed.produk dalam prosesakhir bulan.
Persed.produk dalam proses Rp.1.300.000
BDP-BBB Rp.800.000
BDP-BTKL Rp.320.000
BDP-BOP Rp.180.000
Perhitungan :
Unit ekuiv. BDP akhir x bi.taks.per satuan
BBB = 200 x 100% x Rp.4000 = 800.000
BTKL = 200 x 50 % x Rp. 3200 = 320.000
BOP = 200 x 50 % x Rp. 1800 = 180.000 +
HP.persed.produk dlm proses akhir 1.300.000
Mencatat penjualan bulan Oktober 2000.
Piutang dagang Rp.9.900.000
Hasil penjualan Rp.9.900.000
Perhitugan: (90% x 1000 unit) x Rp.11.000 = 9.900.000
Mencatat HP produk yang terjual.
HPP Rp.8.100.000
Persed.produk jadi Rp.8.100.000
Perhitungan : (90% x 1000 unit) x Rp.9000 = 8.100.000
Mencatat selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya.
BDP-BBB Rp.700.000
BDP-BTKL Rp.270.000
BDP-BOP Rp.170.000
Selisih Rp.1.140.000
Perhitungan:
Selisih BBB = 4.100.000 – 4.000.000 – 800.000 = 700.000
Selisih BTKL = 3.250.000 – 3.200.000 – 320.000 = 270.000
Selisih BOP = 1.810.000 – 1.800.000 – 180.000 = 170.000 +
1.140.000

69
Latihan 1

PT.WARNA-WARNI HII… memproduksi satu macam produk melalui satu departemen


produksi. Untuk menghitung biaya-biayanya, perusahaan menggunakan sistem biaya taksiran.
Statistik produksi selama bulan November 1999 adalah sebagai berikut :
Produk masuk proses (unit started) 1800
Produk selesai ditransfer ke gudang (finished goods & transferred out) 1500
Produk dalam proses akhir (ending goods in process)
(BBB 100%, BK 40%) 300
Biaya taksiran per kg produk adalah :
BBB ( raw material cost) Rp.300
BTKL (direct labor cost) Rp.200
BOP (FOH) Rp.100
Jumlah biaya taksiran per kg Rp.600

Berikut ini adalah data lain dari perusahaan pada bulan November 1999 :
Persediaan awal bahan baku (beginning raw material inventory) Rp. 65.000
Pembelian bahan baku (raw material purchasing) selama bln Nov.1999
secara kredit Rp.500.000
Persediaan akhir bahan baku (ending raw material inventory) Rp. 15.000
Produk yang terjual selama bulan November 1999 1400
kg
Harga jual per kg Rp. 620
BTKL (direct labor cost) Rp.320.000
BOP (FOH) Rp.158.000

Diminta :

Buatlah jurnal-jurnal yang diperlukan untuk mencatat semua transaksi yang terjadi selama bulan
November 1999 serta perhitungannya.
Buatlah jurnal untuk mencatat pembagian selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya
taksiran.

Latihan 2

PT.BEZITA membuat dua macam ukuran T-shirt. Untuk menentukan anggarannya, perusahaan
menggunakan sistem biaya taksiran.

Biaya taksiran per potong untuk bulan Mei 1999 adalah sebagai berikut :
Ukuran L Ukuran M
Bahan kaos ( raw material ) Rp.16.000 Rp.15.000
BTKL (direct labor cost ) Rp. 7.000 Rp.5000
BOP (FOH ) Rp. 5.000 Rp.5000
Jumlah Rp.28.000 Rp.28.000
Data yang ditunjukkan dari catatan perusahaan adalah :
BBB ( raw material cost ) Rp. 45.500.000
BTKL (direct labor cost ) Rp. 17.922.500
Biaya listrik ( electric cost ) Rp. 2.300.000
Biaya depresiasi ( depreciation ) Rp. 2.600.000
Biaya karyawan tidak lgs (indirect labor Rp. 10.000.000

70
Ukuran L Ukuran M (potong)
Pers. brg dlm proses (goods in process inventory )
01/05/1999 :
- ukuran L (BBB 100%, Bk 90%) 500 -
- ukuran M (BBB 100%, BK 80%) - 300
Produk jadi ditransfer ke gudang
(finished goods & transfered out ) 1800 1600
Pers. brg dlm proses (goods in process )
31/05/1999 :
- ukuran L(BBB 100%, BK 80%) 200 -
- ukuran M (BBB 100%, BK 100%) - 150

Data lain yang diperoleh adalah :


Bahan baku kaos telah dimasukkan semua pada awal proses. T-shirt yang terjual adalah
sebanyak 1800 potong untuk ukuran L dan 1500 potong untuk ukuran M. Perbedaan yang terjadi
antara biaya taksiran dengan biaya sesungghnya dibebankan ke rekening HPP. Harga jual per
potong Rp.30.500 untuk masing-masing ukuran.

Diminta :
Buatlah jurnal untuk :
Membalik jurnal penyesuain tgl 30 April 1999 mengenai persed.BDP ( goods in process ).
Mencatat BBB ( raw material cost ), BTKL (direct labor cost ), BOP ( FOH ) sesungguhnya.
Mencatat HP produk jadi bulan Mei 1999.
Mencatat HP pers. BDP akhir bl.Mei1999.
Mencatat selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya.
Mencatat penjualan T-shirt & HP produk yang terjual.
Menutup saldo rekening selisih ke rekening HPP.

Latihan 3

PT.GAWEAN DHEWE memproduksi satu macam produk yang telah diolah melalui 2
departemen produksi. Perusahaan menggunakan sistem biaya taksiran untuk masing-masing
departemen tsb. Untuk tiap dept.produksi dibuatkan rekening Brg Dlm Proses (Goods in
process) sendiri-sendiri, yang dipisahkan untk setiap elemen biaya. Bahan baku hanya
digunakan di dept. I
Biaya taksiran per kg produk adalah sbb.:
Biaya Dept.I Dept.II
BBB (raw material costs) Rp.180 Rp. 0
BTKL(direct labor costs) 150 72
BOP (FOH) 30 120
Jml bi.taksiran 360 192

Data produksi selama bln Januari 2000 adl sbb.:


Dept.I Dept.II
Produk dlm proses (goods in process inventory ) 01/01/2000
(BBB 100%, BK 50%) 400 -
(BK 60%) - 300
Produk yg dimasukkan dlm proses (unit started) 400 600
Produk selesai (finished goods) ditransfer ke dept.II 600 -
Produk selesai (finished goods) dr dept.II ditransfer ke gudang - 600

71
Produk dlm proses (goods in process) 31/01/2000
(BBB100%,BK60%) 200 -
(BK 40%) - 300
Data lain yang diperoleh dari perusahaan adl:
- Persed.BB (raw material inventory) awal bl. Januari Rp. 12000
- Pembelian BB (raw material purchase) selama bl. Januari Rp. 60000
- Persed. BB (raw material inventory) akhir bl.Januari Rp. 4000
- Upah TK (direct labor cost) dept.I Rp. 80000
- Upah TK (direct labor cost) dept.II Rp 220000
- BOP (FOH) dept.I Rp. 20000
- BOP (FOH) dept.II Rp. 72000
- Produk yg terjual selama bl.Januari 2000 kg
- Selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya ke rekening-rekening persediaan &
HPP hanya pada akhir tahun buku saja.

Diminta :

Hitunglah HP pers.BDP 01 January 2000 pada dept.I & II.


Hitunglah HP pers.produk jadi dept.I & II.
Hitunglah HP pers.BDP 31 Januari dept.I & II
Hitunglah selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya di dpet.I & dept.II.

KASUS 1
PT.WARNA-WARNI HII… memproduksi satu macam produk melalui satu departemen
produksi. Untuk menghitung biaya-biayanya, perusahaan menggunakan sistem biaya taksiran.
Statistik produksi selama bulan November 1999 adalah sebagai berikut :
Produk masuk proses (unit started) 1800
Produk selesai ditransfer ke gudang (finished goods & transferred out) 1500
Produk dalam proses akhir (ending goods in process)
(BBB 100%, BK 40%) 300

Biaya taksiran per kg produk adalah :


BBB ( raw material cost) Rp.300
BTKL (direct labor cost) Rp.200
BOP (FOH) Rp.100
Jumlah biaya taksiran per kg Rp.600

Berikut ini adalah data lain dari perusahaan pada bulan November 1999 :
Persediaan awal bahan baku (beginning raw material inventory) Rp. 65.000
Pembelian bahan baku (raw material purchasing) selama bln Nov.1999
secara kredit Rp.500.000
Persediaan akhir bahan baku (ending raw material inventory) Rp. 15.000

72
Produk yang terjual selama bulan November 1999 1400
kg
Harga jual per kg Rp. 620
BTKL (direct labor cost) Rp.320.000
BOP (FOH) Rp.158.000

Diminta :
Buatlah jurnal-jurnal yang diperlukan untuk mencatat semua transaksi yang terjadi selama bulan
November 1999 serta perhitungannya.
Buatlah jurnal untuk mencatat pembagian selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya
taksiran.

JAWABAN Latihan 1

1. a. Mencatat pembelian bahan baku


Pembelian Rp.500.000
Utang dagang Rp.500.000
Mencatat biaya bahan baku yang sesungguhnya dipakai
BDP-BBB Rp.550.000
Pers.BB Rp. 15.000
Pers.BB Rp. 65.000
Pembelian Rp.500.000
Perhitungan :
HP pers.BB awal bulan 65.000
Pembelian 500.000 +
565.000
HP pers.BB akhir bulan 15.000 -
BBB slm bln November 2000 550.000
Mencatat BTKL yang sesungguhnya
BDP-BTK Rp.320.000
Gaji & upah Rp.320.000
Mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi
BDP-BOP Rp.158.000
BOP Rp.158.000
Mencatat HP produk jadi
Pers. Produk jadi Rp.900.000
BDP-BBB Rp.450.000
BDP-BTK Rp.300.000
BDP-BOP Rp.150.000
Perhitungan : Kuantitas produk jadi yg dihasilkan X bi.taks per satuan
BBB = 1500 x Rp.300 = Rp.450.000
BTK = 1500 x Rp.200 = 300.000
BOP = 1500 x Rp.100 = 150.000
Hp taks. Produk jadi Rp.900.000
Mencatat HP pers.produk dalam proses pada akhir bulan
Pers.produk dlm proses Rp.126.000
BDP-BBB Rp.90.000
BDP-BTK Rp.24.000
BDP-BOP Rp.12.000
Perhitungan : unti ekuiv. BDP akhir X bi.taks per satuan
BBB = 300 x 100% x Rp.300 = Rp.90.000
73
BTK = 300 x 40% x Rp.200 = 24.000
BOP = 300 x 40% x Rp.100 = 12.000
Hp pers.produk dlm proses akhir 126.000
Mencatat penjualan bln November 2000
Piutang dagang Rp.868.000 (1400 x Rp.620 = 868.000)
Hasil penjualan Rp.868.000
Mencatat HP produk yang terjual
HPP Rp.840.000
Pers.produk jadi Rp.840.000

Mencatat selisih antara bi.taks dgn bi.sesungguhnya


BDP-BTK Rp.4000
BDP-BOP Rp.4000
Selisih Rp.2000
BDP-BBB Rp.10.000
Perhitungan : Selisih BBB = 550.000 – 540.000 = (10.000)
Selisih BTK = 320.000 – 324.000 = 4.000
Selisih BOP = 158.000 – 162.000 = 4.000
( 2.000)
a. Membagi selisih BBB
Selisih Rp.10000
Pers.produk jadi Rp.555.56
Pers. BDP Rp.1666.67
HPP Rp.7777.77
Perhitungan :
Ekuiv.unit : Brg yang terjual 1400 unit
Pers.produk jadi 100 --------- (1500 – 1400)
Pers.BDP akhir 300 --------- ( 100% x 300 u )
Pembagian selisih : Pers.produk jadi = 100 x Rp.10.000 = 555.56
1800
Pers.BDP = 300 x Rp.10.000 = 1666.67
1800
HPP = 1400 x Rp.10.000 = 7777.77
1800
Membagi selisih BTK
Pers.prpoduk jadi Rp.246.9136
Pers.BDP Rp.296.2964
HPP Rp.3456.79
Selisih Rp.4000
Perhitungan :
Ekuiv.unit : Pembagian selisih :
Brg yg terjual 1400 Pers.produk jadi = 100 x Rp.4000 = 246.9136
Pers.produk jadi 100 1620
Pers.BDP 120 Pers.BDP = 120 x Rp.4000 = 296.2964
1620 1620
HPP = 1400 x Rp.4000 = 3456.79
1620
Membagi selisih BOP
Pers.brg jadi Rp.246.9136
Pers,BDP Rp.296.2964

74
HPP Rp.3456.79
Selisih Rp.4000
Perhitungan :
Ekuiv.unit : Pembagian selisih :
Brg yg terjual 1400 Pers.produk jadi = 100 x 4000 = 246.9136
Pers.produk jadi 100 1620
Pers.BDP 120 Pers.BDP = 120 x 4000 = 296.2964
1620
HPP = 1400 x 4000 = 3456.79
1620

KASUS 2

PT.BEZITA membuat dua macam ukuran T-shirt. Untuk menentukan anggarannya, perusahaan
menggunakan sistem biaya taksiran.
Biaya taksiran per potong untuk bulan Mei 1999 adalah sebagai berikut :
Ukuran L Ukuran M
Bahan kaos ( raw material ) Rp.16.000 Rp.15.000
BTKL (direct labor cost ) Rp.7000 Rp.5000
BOP (FOH ) Rp.5000 Rp.5000
Jumlah Rp.28.000 Rp.28.000
Data yang ditunjukkan dari catatan perusahaan adalah :
BBB ( raw material cost ) Rp. 45.500.000
BTKL (direct labor cost ) Rp. 17.922.500
Biaya listrik ( electric cost ) Rp. 2.300.000
Biaya depresiasi ( depreciation ) Rp. 2.600.000
Biaya karyawan tidak lgs (indirect labor Rp. 10.000.000

Ukuran L Ukuran M (potong)


Pers. brg dlm proses (goods in process inventory )
01/05/1999 :
- ukuran L (BBB 100%, Bk 90%) 500 -
- ukuran M (BBB 100%, BK 80%) - 300
Produk jadi ditransfer ke gudang
(finished goods & transfered out ) 1800 1600
Pers. brg dlm proses (goods in process )
31/05/1999 :
- ukuran L(BBB 100%, BK 80%) 200 -
- ukuran M (BBB 100%, BK 100%) - 150

Data lain yang diperoleh adalah :


Bahan baku kaos telah dimasukkan semua pada awal proses. T-shirt yang terjual adalah
sebanyak 1800 potong untuk ukuran L dan 1500 potong untuk ukuran M. Perbedaan yang terjadi
antara biaya taksiran dengan biaya sesungghnya dibebankan ke rekening HPP. Harga jual per
potong Rp.30.500 untuk masing-masing ukuran.

Diminta :
Buatlah jurnal untuk :
Membalik jurnal penyesuain tgl 30 April 1999 mengenai persed.BDP ( goods in process ).

75
Mencatat BBB ( raw material cost ), BTKL (direct labor cost ), BOP ( FOH ) sesungguhnya.
Mencatat HP produk jadi bulan Mei 1999.
Mencatat HP pers. BDP akhir bl.Mei1999.
Mencatat selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya.
Mencatat penjualan T-shirt & HP produk yang terjual.
Menutup saldo rekening selisih ke rekening HPP.

JAWABAN Latihan 2

a. Membalik jurnal penyesuaian


BDP-BBB 12.500.000
BDP-BTKL 4.350.000
BDP-BOP 3.450.000
Pers.BDP 20.300.000
Perhitungan :
Ukuran L BBB BTKL BOP
500 x 100%x 16000 8.000.000
500 x 90% x 7000 3.150.000
500 x 90% x 5000 2.250.000
Ukuran M
300 x 100% x 15000 4.500.000
300 x 80% x 5000 1.200.000
300 x 80% x 5000 1.200.000
Jumlah 12.500.000 4.350.000 3.450.000
Mencatat biaya –biaya sesungguhnya
BDP-BBB 45.500.000
BDP-BTKL 17.922.500
BDP-BOP 14.900.000
Pers.BB 45.500.000
Gaji & upah 17.922.500
Bermacam rek. yg dikredit 14.900.000
Mencatat HP produk jadi
Pers.produk jadi 90.400.000
BDP-BBB 52.800.000
BDP-BTKL 20.600.000
BDP-BOP 17.000.000
Mencatat HP pers.BDP akhir
Pers.BDP akhir 8.495.000
BDP-BBB 5.450.000
BDP-BTKL 1.682.500
BDP-BOP 1.362.500

Perhit. Pers.produk jadi BBB BTKL BOP Total


Ukuran L
1800 x 16000 28.800.000
1800 x 7000 12.600.000
1800 x 5000 9.000.000
Ukuran M
1600 x 15000 24.000.000
1600 x 5000 8.000.000

76
1600 x 5000 8.000.000
Jumlah 52.800.000 20.600.000 17.000.000 90.400.000

Perhit.BDP akhir :
Ukuran L
200 x 100% x 16000 3.200.000
200 x 80% x 7000 1.120.000
200 x 80% x 7000 800.000
ukuran M
150 x 100% x 15000 2.250.000
150 x 75% x 5000 562.500
150 x 75% x 5000 562.500
Jumlah 5.450.000 1.682.500 1.362.000 8.495.000
Mencatat selisih yang terjadi
BDP-BBB 250.000
BDP-BTKL 10.000
BDP-BOP 12.500
Selisih 272.500
Mencatat penjualan T-shirt
Piutang dagang 100.650.000 1800 x 30500 = 54.900.000
Pers.produk jadi 100.650.000 1500 x 30500 = 45.750.000
Mencatat HP brg yg terjual
HPP 87.900.000 1800 x 28000 = 50.400.000
Pers.produk jadi 87.900.000 1500 x 25000 = 37.500.000
Menutup saldo rekening selisih ke rekening HPP
HPP 272.500
Selisih 272.500

Latihan 3

PT.GAWEAN DHEWE memproduksi satu macam produk yang telah diolah melalui 2
departemen produksi. Perusahaan menggunakan sistem biaya taksiran untuk masing-masing
departemen tsb. Untuk tiap dept.produksi dibuatkan rekening Brg Dlm Proses (Goods in
process) sendiri-sendiri, yang dipisahkan untk setiap elemen biaya. Bahan baku hanya
digunakan di dept. I
Biaya taksiran per kg produk adalah sbb.:
Biaya Dept.I Dept.II
BBB (raw material costs) Rp.180 Rp.0
BTKL(direct labor costs) 150 72
BOP (FOH) 30 120
Jml bi.taksiran 360 192

Data produksi selama bln Januari 2000 adl sbb.:


Dept.I Dept.II
Produk dlm proses (goods in process inventory ) 01/01/2000
(BBB 100%, BK 50%) 400 -
(BK 60%) - 300
Produk yg dimasukkan dlm proses (unit started) 400 600
Produk selesai (finished goods) ditransfer ke dept.II 600 -
Produk selesai (finished goods) dr dept.II ditransfer ke gudang - 600

77
Produk dlm proses (goods in process) 31/01/2000
(BBB100%,BK60%) 200 -
(BK 40%) - 300
Data lain yang diperoleh dari perusahaan adl:
- Persed.BB (raw material inventory) awal bl. Januari Rp. 12000
- Pembelian BB (raw material purchase) selama bl. Januari Rp. 60000
- Persed. BB (raw material inventory) akhir bl.Januari Rp. 4000
- Upah TK (direct labor cost) dept.I Rp. 80000
- Upah TK (direct labor cost) dept.II Rp.220000
- BOP (FOH) dept.I Rp. 20000
- BOP (FOH) dept.II Rp. 72000
- Produk yg terjual selama bl.Januari 2000 kg
- Selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya ke rekening-rekening persediaan &
HPP hanya pada akhir tahun buku saja.

Diminta :
Hitunglah HP pers.BDP 01 January 2000 pada dept.I & II.
Hitunglah HP pers.produk jadi dept.I & II.
Hitunglah HP pers.BDP 31 Januari dept.I & II
Hitunglah selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya di dpet.I & dept.II.

JAWABAN Latihan 3

Pers.BDP 01/01/2000
Dept.I Dept.II
BBB : 100% x 400 u xRp.180 72000 -
BTKL: 50% x 400 u x Rp.150 30000 -
60% x 300 u xRp.72 - 12960
BOP : 50% x 400 u x Rp.30 6000 -
60% x 300 u x Rp.120 - 21600
Jumlah 108000 34560

Pers.produk jadi
Dept.I Dept.II
600 x Rp.360 216000 -
600 x Rp.192 - 115200

Pers. BDP 31/01/2000


Dept.I Dept.II
BBB : 100% x 200 x Rp.180 36000 -
BTKL: 60% x 200 x Rp.150 18000 -
40% x 300 x Rp.72 - 8640
BOP : 60% x 200 x Rp.30 3600 -
40% x 300 x Rp.120 - 14400
HP dr dept.I: 100%x600x Rp.360 - 216000
HP pers.BDP 31/01/2000 57600 239040

d. Dept.I Dept.II
HP pers.BDP 01/01/2000 108.000 34.560
Bi.sesungguhnya Jan.2000 :
- BBB 68.000 -
78
- BTK 80.000 220.000
- BOP 20.000 + 72.000 +
276.000 326.560

Pengkreditan ke rek.BDP:
HP pers.produk jadi 216.000 115.200
HP pers.BDP 31/01/2000 57.600 + 239.040 +
274.000 354.240
Selisih ( 2400 ) 27.680

79
BAB IX
SISTEM BIAYA STANDAR

Pengertian
Biaya Standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau membiayai kegiatan
tertentu, dibawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain tertentu.

Prosedur Penentuan Biaya Standar


Biaya Bahan Baku Standar, terdiri atas :
1. Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah keluaran fisik tertentu,
atau lebih dikenal dengan nama kuantitas standar.
2. Harga satuan masukan fisik tersebut, atau disebut pula harga standar.

Kuantitas Standar Bahan Baku dapat ditentukan dengan menggunakan :


1. Penyelidikan teknis.
2. Analisis catatan masa lalu dalam bentuk :
a) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang sama
dalam periode tertentu dimasa lalu.
b) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang
paling baik dan yang paling buruk dimasa lalu.
c) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang
paling baik.

Harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa :


1. Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk
jangka waktu 1 tahun.
2. Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar.
3. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang.

Biaya Tenaga Kerja Standar


Jam Tenaga Kerja Standar dapat ditentukan dengan cara :
1. Mnghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari Kartu
Harga Pokok (Cost Sheet) periode yang lalu.
2. Membuat test-run operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan.
3. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan dibawah
keadaan nyata yang diharapkan.
4. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan

80
pengetahuan operasi produksi dan produk

Biaya Overhead Pabrik Standar


Tarif Overhead Standar dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang
dianggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal. Untuk pengendalian BOP
dalam sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk
beberapa kisaran (range) kapasitas. Tarif BOP standar menggabungkan biaya tetap dan
variabel dalam satu tarif yang didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu. Sebagai
akibatnya dalam tarif ini semua BOP diperlakukan sebagai biaya variabel. Di lain pihak
anggaran fleksibel memisahkan faktor-faktor biaya tetap dan variabel, dan
memperlakukan BOP tetap sebagai biaya yang jumlahnya tetap dalam volume tertentu.

Analisis Penyimpangan Biaya Sesungguhnya Dari Biaya Standar


Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih (variance).
Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis, dan dari analisi ini
diselidiki penyebab terjadinya selisih yang merugikan.

Analisis Selisih Biaya Produksi Langsung


Ada 3 model analisis selisih biaya produksi langsung :
1. Model Satu Selisih (The One-Way Model)
Dalam model ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar tidak dipecah
kedalam selisih harga dan selisih kuantitas, tetapi hanya ada satu macam selisih yang
merupakan gabungan antara selisih harga dengan selisih kuantitas.
Hasil perhitungan selisih diberi tanda L (selisih Laba) dan R (selisih Rugi). Analisis
selisih dalam model ini dapat digambarkan dengan rumus berikut ini :

Diketahui :
St = Total Selisih
St = ( HSt x KSt ) – ( HS x KS ) Hst = Harga Standar
Kst = Kuantitas Standar
HS = Harga Sesungguhnya
KS = Kuantitas Sesungguhnya

2. Model Dua Selisih (The Two-Way Model)


Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah menjadi 2 macam
selisih, yaitu selisih harga dan selisih kuantitas atau efisiensi.
Rumus perhitungan selisih dapat dinyatakan sebagai berikut :

Perhitungan Selisih Harga Perhitungan Selisih Kuantitas

SH = ( HSt – HS ) x KS SK = ( KSt – KS ) x HSt


81
Diketahui :
SH = Selisih Harga SK = Selisih Kuantitas
Hst = Harga Standar Kst = Kuantitas Standar
HS = Harga Sesungguhnya KS = Kuantitas Sesungguhnya

2. Model Tiga Selisih (The Two-Way Model)


Selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya dipecah menjadi 3 macam
selisih berikut ini : Selisih Harga, Selisih Kuantitas, Selisih Harga / Kuantitas.
Hubungan harga dan kuantitas sesungguhnya dapat terjadi dengan kemungkinan berikut
ini :
a) Harga dan Kuantitas Standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari harga
dan kuantitas sesungguhnya.
Rumus perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi Harga Standar dan
Kuantitas Standar masing-masing ” Lebih Rendah ” dari Harga Sesungguhnya dan
Kuantitas Sesungguhnya, dinyatakan dalam persamaan berikut ini :

SH = ( HSt – HS ) x KSt Perhitungan Selisih Harga

Perhitungan Selisih
SK = ( KSt – KS ) x HSt
Kuantitas

Perhitungan Selisih
Gabungan
SHK = ( HSt – HS ) x ( KSt – KS ) yang merupakan Selisih
Harga /
Kuantitas

Rumus perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi Harga Standar dan
Kuantitas Standar masing-masing ” Lebih Tinggi ” dari Harga Sesungguhnya dan
Kuantitas Sesungguhnya, dinyatakan dalam persamaan berikut ini :

SH = ( HSt – HS ) x KS Perhitungan Selisih Harga

SK = ( KSt – KS ) x HS
Perhitungan Selisih
Kuantitas

SHK = ( HSt – HS ) x ( KSt – KS )


Perhitungan Selisih Gabungan

82
yang merupakan Selisi/Harga
/
Kuantitas

b) Harga Standar “ Lebih Rendah “ dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya


Kuantitas Standar ” Lebih Tinggi “ dari Kuantitas Sesungguhnya.
Selisih gabungan yang merupakan selisih harga / kuantitas tidak akan terjadi. Dengan
demikian perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi seperti ini dengan model
3 selisih dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

SH = ( HSt – HS ) x KS Perhitungan Selisih Harga

SK = ( KSt – KS ) x HSt
Perhitungan Selisih
Kuantitas

Selisih Harga / Kuantitas sama dengan nol

c) Harga Standar “ Lebih Tinggi “ dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya


Kuantitas Standar ” Lebih Rendah “ dari Kuantitas Sesungguhnya.
Selisih gabungan tidak akan terjadi. Perhitungan selisih dengan model 3 selisih
dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

SH = ( HSt – HS ) x KSt Perhitungan Selisih Harga

SK = ( KSt – KS ) x HS
Perhitungan Selisih
Kuantitas

Selisih Harga / Kuantitas sama dengan nol

Contoh Soal

PT. CAHAYA MENTARI pada tahun 1996 memproduksi produk jadi sebanyak
120.000 unit. Bahan baku yang dibeli dari pemasok sebanyak 750.000 kg, sedangkan
yang digunakan dalam proses produksi sebanyak 700.000 kg.
Dalam menghasilkan produk, ditetapkan standar kuantitas bahan baku sebanyak 6 kg /
unit dengan standar harga Rp. 2.150,- / kg, lalu ditentukan pula standar efisiensi tenaga
kerja langsung 3 jam / unit dengan standar tarif upah Rp. 2.400,- / jam . Namun
kenyataan yang terjadi, harga bahan baku sesungguhnya hanya Rp. 2.100,- / kg dengan

83
jumlah jam tenaga kerja sesungguhnya selama 365.000 jam dengan tarif Rp. 2.500, /
jam.

Diminta Carilah :
1. Selisih harga bahan baku.
2. Selisih kuantitas bahan baku.
3. Selisih efisiensi tenaga kerja langsung.
4. Selisih Tarif tenaga kerja langsung
5. Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang harus dibayar serta pengalokasian selisih
gaji dan upah dengan mengabaikan pajak atas gaji dan upah

PENYELESAIAN :

1. Selisih Harga Bahan Baku :


Selisih Harga = ( Harga Ssg – Harga Std ) x Kuantitas Ssg
= ( Rp. 2.100 – Rp. 2.150 ) x 750.000
= Rp. 37.500.000,- ( Laba )

2. Selisih Kuantitas Bahan Baku :


Selisih Kuantitas = [ Kuantitas Ssg – Kuantitas Std yang ditetapkan ] x Harga
Std
= [ 700.000 – ( 6 x 120.000 ) ] x Rp. 2.150
= Rp. 43.000.000 ( Laba )

3. Selisih Efisiensi Jam Tenaga Kerja Langsung :


Selisih Jam Kerja = [ Jam kerja Ssg – Jam kerja Std yang ditetapkan ] x Tarif upah
Std
= [ 365.000 – ( 3 x 120.000 ) ] x Rp. 2.400
= Rp. 12.000.000,- ( Rugi )

4. Selisih Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung :


Selisih Tarif Upah = [ Tarif upah Ssg – Tarif upah Std ] x Jam kerja Ssg
= [ Rp. 2.500 – Rp. 2.400 ] x 365.000
= Rp. 36.500.000,- ( Rugi )

5. Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang harus dibayar :

Gaji dan upah ( 2.500 x 365.000) Rp. 912.500.000,- —


Berbagai perkiraan hutang — Rp. 912.500.000,-

Jurnal untuk mengalokasikan gaji dan upah serta selisih-selisihnya :


Barang dalam proses ( 360.000 x 2.400 ) Rp. 864.000.000,- —
Selisih efisiensi TK langsung Rp. 12.000.000,- —
Selisih tarif TL langsung Rp. 36.500.000,- —
Gaji dan upah — Rp. 912.500.000,-

84
Contoh Soal

PT. GEMERLAP BINTANG pada tahun 1995 memproduksi produk jadi sebanyak
20.000 unit. Bahan baku yang dibeli dari pemasok sebanyak 70.000 kg, sedangkan yang
digunakan dalam proses produksi sebanyak 60.000 kg.
Dalam menghasilkan produk, ditetapkan standar kuantitas bahan baku sebanyak 4 kg /
unit dengan standar harga Rp. 1.100,- / kg, lalu ditentukan pula standar efisiensi tenaga
kerja langsung 2 jam / unit dengan standar tarif upah Rp. 4.600,- / jam . Namun
kenyataan yang terjadi, harga bahan baku sesungguhnya hanya Rp. 1.050,- / kg dengan
jumlah jam tenaga kerja sesungguhnya selama 41.800 jam dengan tarif Rp. 4.800, / jam.

Diminta :
1. Selisih harga bahan baku.
2. Selisih kuantitas bahan baku.
3. Selisih efisiensi tenaga kerja langsung.
4. Selisih Tarif tenaga kerja langsung
5. Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang harus dibayar serta pengalokasian selisih
gaji dan upah.

JAWABAN :
PT. GEMERLAP BINTANG
1. Selisih Harga Bahan Baku :
Selisih Harga = ( Harga Ssg – Harga Std ) x Kuantitas Ssg
= ( Rp. 1.050 – Rp. 1.100 ) x 70.000
= Rp. 3.500.000,- ( Laba )

2. Selisih Kuantitas Bahan Baku :


Selisih Kuantitas = [ Kuantitas Ssg – Kuantitas Std yang ditetapkan ] x Harga
Std
= [ 60.000 – ( 4 x 20.000 ) ] x Rp. 1.100
= Rp. 22.000.000,- ( Laba )

3. Selisih Efisiensi Jam Tenaga Kerja Langsung :


Selisih Jam Kerja = [ Jam kerja Ssg – Jam kerja Std yang ditetapkan ] x Tarif upah
Std
= [ 41.800 – ( 2 x 20.000 ) ] x Rp. 4.600
= Rp. 8.280.000,- ( Rugi )

4. Selisih Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung :


Selisih Tarif Upah = [ Tarif upah Ssg – Tarif upah Std ] x Jam kerja Ssg
= [ Rp. 4.800 – Rp. 4.600 ] x 41.800
= Rp. 8.360.000,- ( Rugi )

5. Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang harus dibayar :


Gaji dan upah ( 4.800 x 41.800) Rp. 200.640.000,- —
Berbagai perkiraan hutang — Rp. 200.640.000,-

85
Jurnal untuk mengalokasikan gaji dan upah serta selisih-selisihnya :

Barang dalam proses ( 40.000 x 4.600 ) Rp. 184.000.000,- —


Selisih efisiensi TK langsung Rp. 8.280.000,- —
Selisih tarif TL langsung Rp. 8.360.000,- —
Gaji dan upah — Rp. 200.640.000,

86
DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N., James S. Reece. 1983. Accounting : Text and cases. Edisi ke 7.
Homewood: Richard D. Irwin, Inc.

Arnold, John, Tony Hope. 1983. Accounting for Management Decisions. Englewood Clifts :
Pretince/Hall International.

Bastian, Bustami dan Nurlela. 2009. Akuntansi Biaya. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Belkaoui, Ahmed. 1983. Cost Accounting : Multidimentional Emphasis. Chicago : The Dryden
Press.

Biagioni, Louis F., Joseph A Lavely. 1978. “The Impact od Accounting on Managerial
Performance”. Dalam Readings in Cost Accounting, Budgeting and control. Ed William
E. Thomas, Jr. Edisi ke 5. Cincinnati : South-Westren Publishing Co.

Bourke P. F. 1978. “What Does It Cost?”. Dalam Management Analysis in Management


Accounting. Eds. Donald L. Anderson dan Donald L. Raun. New York : John Wiley and
Sons.

Carter, William K and Millon F Usry. 2004. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.

Carter, William K dalam Krista. 2009. Akuntansi biaya. Jakarta: Salemba Empat.

DeCoster Don T, Eldon L. Schafer. 1982. Management Accounting : A Decision Emphasis.


Edisi ke 3. New York : John Wiley and Sons Inc.

Djojoprawiro, Prayitno. 1982. Akuntansi Biaya, Teori, dan Permasalahannya. Seri Manajemen
No. 67. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah Abdullah. 2012. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.

Ferrara, William L. 1978. “Responsibility Accounting-A bAsic Concept”. Dalam Readings in


Cost Accounting, Budgeting and control. Ed William E. Thomas, Jr. Edisi ke 5. Cincinnati
: South-Westren Publishing Co.

Fremgen, James M. 1976. Accounting for Managerial Analysis. Edisi ke 3. Malaysia : Irwin
Book Company.

Garrison, Ray H. 1985. Managerial Accounting. Edisi ke 4. Plano : Business Publication, Inc.

Helmkamp, John G. 1987. Managerial Accounting. Edisi ke 2. New York : John Wiley and
Sons.

87
Heitger, Lester E, Serge Matulich. 1986. Managerial Accounting. Edisi ke 2. New York :
McGraw-Hail Book Company.

Mulyadi. 1989. Sistem Akuntansi. Edisi ke 2. Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi YKPN.

Mulyadi. 2014. Akuntansi Biaya. Edisi ke 5. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

88

Anda mungkin juga menyukai